Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit ( Elaeis Guineensis Jacq.) Dengan Menggunakan Media Sekam Padi dan Frekuensi Penyiraman di Main Nursery

(1)

PERTUMBUHAN BIBIT KELAPA SAWIT ( Elaeis guineensis Jacq.) DENGAN

MENGGUNAKAN MEDIA SEKAM PADI DAN FREKUENSI PENYIRAMAN DI MAIN NURSERY

SKRIPSI

OLEH :

HERMANTO 080301019 BDP-AGRONOMI

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

PERTUMBUHAN BIBIT KELAPA SAWIT ( Elaeis guineensis Jacq.) DENGAN

MENGGUNAKAN MEDIA SEKAM PADI DAN FREKUENSI PENYIRAMAN DI MAIN NURSERY

SKRIPSI

OLEH :

HERMANTO 080301019 BDP-AGRONOMI

Hasil Penelitian Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Dapat Memperoleh Gelar Sarjana di Program Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara, Medan

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(3)

Judul Hasil Penelitian : Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit(Elaeis guineensis Jacq.) Dengan Menggunakan Media Sekam Padi Pada dan Frekuensi Penyiraman Di Main Nursery

Nama : Hermanto

NIM : 080301019

Program Studi : Agroekoteknologi

Disetujui Oleh : Komisi Pembimbing

Ferry Ezra T Sitepu, S.P., M.Si. Ir. Jonatan Ginting, MS. Ketua Anggota

Mengetahui,

Ir. T. Sabrina, M.Agr.Sc., Ph.D. Ketua Program Studi


(4)

ABSTRAK

HERMANTO: Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.)

Dengan Menggunakan Media Sekam Padi dan Frekuensi Penyiraman di main nursery, dibimbing oleh FERRY AZRA T SITEPU dan JONATAN GINTING.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pertumbuhan bibit Kelapa Sawit dengan memberikan media sekam padi dan frekuensi penyiraman di main nursery. yang dilaksanakan di Rumah kaca Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian tempat ± 25 m di atas permukaan laut pada bulan Januari 2013 sampai April 2013 menggunakan rancangan acak kelompok faktorial dengan dua faktor yaitu Media tanam sekam padi (0:0, 2:1, 1:1, 1:2) dan Frekuensi penyiraman (1, 2, 3 hari sekali) Parameter yang diamati adalah tinggi tanaman, diameter batang, jumlah daun, total luas daun, bobot basah bibit, bobot kering bibit. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan media tanam sekam padi berpengaruh tidak nyata terhadap semua parameter perlakuan. Perlakuan frekuensi penyiraman berpengaruh nyata terhadap parameter diameter batang 2 MST dan 6 MST dengan hasil tertinggi diperoleh pada perlakuan frekuensi penyiraman dua hari sekali. Interaksi kedua perlakuan berpengaruh tidak nyata terhadap semua perlakuan.


(5)

ABSTRACT

HERMANTO : The Growth of Oil Palm Seedlings (Elaeis guineensis Jacq.) by the application of Rice Husk And Frequency Of Watering In The Main Nursery. Supervised by FERRY AZRA T SITEPU and JONATAN GINTING.

This research aims to study aimed to determine the growth of oil palm seedlings to rice husk and watering frequency on the main nursery. This research was conducted in Greenhouses in the Faculty of Agriculture, University of North Sumatera, Medan with ± 25 m altitude above sea level in January 2013 to April 2013 using a factorial randomized block design with two factors: Media planting rice husk (0:0, 2: 1, 1:1, 1:2) and watering frequency (1, 2, 3 days) parameters measured were plant height, stem diameter, number of leaves, total leaf area, fresh weight of seedlings, seedling dry weight. The results showed that treatment of rice husk growing media influence is not obvious to all treatment parameters. Watering frequency treatments significantly affected stem diameter parameter 2 and 6 MST with the highest yield obtained in the treatment of the frequency of watering every other day. Both treatment interaction effect was not significant on all treatments.

Keywords: palm oil, rice husk, watering


(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Tebing Tinggi pada tanggal 6 Juni 1990, merupakan anak ke lima dari enam bersaudara dari Bapak Jahir dan Ibu Sania.

Tahun 2002 penulis lulus dari SD Negeri Paya Lombang, tahun 2005 lulus dari SMP Negeri 1 Tebing Tinggi, tahun 2008 lulus dari SMA Negeri 2 Tebing Tinggi.

Terdaftar sebagai mahasiswa Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan Pada Tahun 2008 melalui jalur PMP pada Departemen Budidaya Pertanian Program Studi Agronomi.

Penulis melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Pusat Penelitian Karet Balai Penelitian Sei Putih, Kab. Deli Serdang, Sumatera Utara pada bulan Juni sampai Juli 2011.


(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis sampaikan kepada Allah SWT, atas segala rahmat, karunia dan ridho-Nya penulis dapat menyelesaikan proposal penelitian yang berjudul " Pertumbuhan Bibit kelapa sawit ( Elaeis Guineensis Jacq. ) Dengan Menggunakan Sekam Padi dan Frekuensi Penyiraman Di Main nursery".

Pada kesempatan kali ini penulis mengucapkan terima kasih

kepada Ferry Ezra Sitepu, S.P., M.Si. selaku ketua komisi pembimbing dan Bapak Ir. Jonatan Ginting, MS. selaku anggota komisi pembimbing yang telah

banyak memberikan arahan dan masukan kepada penulis dalam penyelesaian proposal penelitian ini.

Penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan proposal penelitian ini agar lebih baik dan bermanfaat bagi seluruh pihak yang memerlukan.

Medan, Agustus 2013


(8)

DAFTAR ISI

ABSTRAK………. i

RIWAYAT HIDUP ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR... viii

DAFTAR LAMPIRAN GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN TABEL... x

PENDAHULUAN... 1

Latar Belakang ... 1

Tujuan Penelitian ... 4

Hipotesis Penelitian ... 4

Kegunaan Penelitian ... 4

TINJAUAN PUSTAKA... 5

Botani Tanaman ... 5

Syarat Tumbuh ... 6

Iklim ... 6

Tanah ... 6

Pembibitan... 7

Sekam Padi ... 9

Frekuensi Penyiraman ... 11

BAHAN DAN METODE... 14

Tempat dan Waktu Penelitian ... 14

Bahan dan Alat ... 14

Metode Penelitian ... 14

PELAKSANAAN PENELITIAN... 17

Pengisian Polybag ... 17

Penanaman Bibit... 17

Pemupukan... 17

Pemeliharaan Tanaman ... 17

Penyiraman... 17

Penyiangan ... 17

Pengendalian Hama dan Penyakit ... 18

Pengamatan Parameter ... 18


(9)

Diameter Batang (mm) ... 18

Jumlah Daun (helai) ... 18

Luas Daun (cm2) ... 18

Bobot Basah Bibit (g) ... 19

Bobot Kering Bibit (g) ... 19

HASIL DAN PEMBAHASAN... 20

Hasil ... 20

TinggiTanaman (cm)... 20

Diameter Batang(mm)... 21

Jumlah Daun... 22

Luas Daun (cm2)... 23

Bobot Basah Bibit (g)... 24

Bobot Kering Bibit (g)... ... 25

Pembahasan ... 25

Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Dengan Pengaruh Penggunaan Sekam Padi di main nursery….………. 25

Respons Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Terhadap Pengaruh Frekuensi Penyiraman di main nursery………… 27

Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Terhadap Pengaruh Interaksi Dari Media Tanam Sekam Padi dan Frekuensi Penyiraman di main nursery………....28

KESIMPULAN DAN SARAN... 31

Kesimpulan ... 31

Saran ... 31

DAFTAR PUSTAKA... 32


(10)

DAFTAR TABEL

Hal. 1. Tinggi tanaman (cm) pada umur 2-12 MST dari perlakuan sekam padi dan

frekuensi penyiraman pada bibit kelapa sawit………...………...…20 2. Diameter batang pada umur 2-12 MST dari perlakuan sekam padi dan

frekuensi penyiraman pada bibit kelapa sawit ... 21 3. Jumlah daun pada umur 2-12 MST dari perlakuan sekam padi dan frekuensi

penyiraman pada bibit kelapa sawit ... 23 4. Total luas daun dari perlakuan sekam padi dan frekuensi penyiraman pada bibit

kelapa sawit……….……..23 5. Bobot basah bibit dari perlakuan sekam padi dan frekuensi penyiraman pada

bibit kelapa sawit ……….…...……..24 6. Bobot kering bibit dari perlakuan sekam padi dan frekuensi penyiraman pada


(11)

DAFTAR GAMBAR

1. Histogram diameter batang pada berbagai frekuensi penyiraman ………22


(12)

DAFTAR LAMPIRAN GAMBAR

1. 2.

Bagan Percobaan……… Bagan Letak Tanaman dalam Plot Percobaan………...

Hal. 59 59


(13)

DAFTAR LAMPIRAN TABEL

1. Data Tinggi Tanaman 2 MST (cm) ………. 2. Daftar Sidik Ragam Tinggi Tanaman 2 MST …….…..……….. 3. Data Tinggi Tanaman 4 MST (cm) ………. 4. Daftar Sidik Ragam Tinggi Tanaman 4 MST …….……… 5. Data Tinggi Tanaman 6 MST (cm) ……… 6. Daftar Sidik Ragam Tinggi Tanaman 6 MST …….………….... 7. Data Tinggi Tanaman 8 MST (cm) ……… 8. Daftar Sidik Ragam Tinggi Tanaman 8 MST ………. 9. Data Tinggi Tanaman 10 MST (cm) ……….…... 10. Daftar Sidik Ragam Tinggi Tanaman 10 MST ... 11. Data Tinggi Tanaman 12 MST (cm) ……….………. 12. Daftar Sidik Ragam Tinggi Tanaman 12 MST …….………….. 13. Data Diameter Batang 2 MST (mm)……… 14. Daftar Sidik Ragam Diameter Batang 2 MST………. 15. Data Diameter Batang 4 MST (mm) ………... 16. Daftar Sidik Ragam Diameter Batang 4 MST………... 17. Data Diameter Batang 6 MST (mm)……… 18. Daftar Sidik Ragam Diameter Batang 6 MST………. 19. Data Diameter Batang 8 MST(mm)………. 20.Daftar Sidik Ragam Diameter Batang 8 MST……….. 21. Data Diameter Batang 10 MST(mm)……….. 22. Daftar Sidik Ragam Diameter Batang 10 MST……… 23. Data Diameter Batang 12 MST (mm)………..

35 35 36 36 37 37 38 38 39 39 40 40 41 41 42 42 43 43 44 44 45 45 46


(14)

24. Daftar Sidik Ragam Diameter Batang 12 MST……… 25. Data Jumlah Daun (helai) 2 MST………..…….. 26. Daftar Sidik Ragam Jumlah Daun 2 MST ………….………… 27. Data Jumlah Daun (helai) 4 MST……… 28. Daftar Sidik Ragam Jumlah Daun 4 MST ……….. 29. Data Jumlah Daun (helai) 6 MST ……….……. 30. Daftar Sidik Ragam Jumlah Daun 6 MST …...……….. 31. Data Jumlah Daun (helai) 8 MST ……….. 32. Daftar Sidik Ragam Jumlah Daun 8 MST ………....………… 33. Data Jumlah Daun (helai) 10 MST………..…… 34. Daftar Sidik Ragam Jumlah Daun 10 MST ….………... 35. Data Jumlah Daun (helai) 12 MST ……….. 36. Daftar Sidik Ragam Jumlah Daun 12 MST……….. 37. Data Pengamatan Luas Daun(cm2)………... 38. Daftar Sidik Ragam Pengamatan Luas Daun …..………... 39. Data Bobot Basah per Sampel(g)……….. 40. Rataan Bobot Basah per Sampel (g) ……….... 41. Rataan Bobot Kering per Sampel (g) ……….. 42. Daftar Sidik Ragam Bobot Kering per Sampel ………..

46 47 47 48 48 49 49 50 50 51 51 52 52 53 53 54 54 55 55 43. Jadwal Rencana Kegiatan Percobaan……….. 56 44. Kebutuhan Pupuk ……… 57 45. Perhitungan Perbandingan Media Tanam Antara Tanah Ultisol dengan Sekam Padi……….… 58


(15)

ABSTRAK

HERMANTO: Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.)

Dengan Menggunakan Media Sekam Padi dan Frekuensi Penyiraman di main nursery, dibimbing oleh FERRY AZRA T SITEPU dan JONATAN GINTING.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pertumbuhan bibit Kelapa Sawit dengan memberikan media sekam padi dan frekuensi penyiraman di main nursery. yang dilaksanakan di Rumah kaca Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian tempat ± 25 m di atas permukaan laut pada bulan Januari 2013 sampai April 2013 menggunakan rancangan acak kelompok faktorial dengan dua faktor yaitu Media tanam sekam padi (0:0, 2:1, 1:1, 1:2) dan Frekuensi penyiraman (1, 2, 3 hari sekali) Parameter yang diamati adalah tinggi tanaman, diameter batang, jumlah daun, total luas daun, bobot basah bibit, bobot kering bibit. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan media tanam sekam padi berpengaruh tidak nyata terhadap semua parameter perlakuan. Perlakuan frekuensi penyiraman berpengaruh nyata terhadap parameter diameter batang 2 MST dan 6 MST dengan hasil tertinggi diperoleh pada perlakuan frekuensi penyiraman dua hari sekali. Interaksi kedua perlakuan berpengaruh tidak nyata terhadap semua perlakuan.


(16)

ABSTRACT

HERMANTO : The Growth of Oil Palm Seedlings (Elaeis guineensis Jacq.) by the application of Rice Husk And Frequency Of Watering In The Main Nursery. Supervised by FERRY AZRA T SITEPU and JONATAN GINTING.

This research aims to study aimed to determine the growth of oil palm seedlings to rice husk and watering frequency on the main nursery. This research was conducted in Greenhouses in the Faculty of Agriculture, University of North Sumatera, Medan with ± 25 m altitude above sea level in January 2013 to April 2013 using a factorial randomized block design with two factors: Media planting rice husk (0:0, 2: 1, 1:1, 1:2) and watering frequency (1, 2, 3 days) parameters measured were plant height, stem diameter, number of leaves, total leaf area, fresh weight of seedlings, seedling dry weight. The results showed that treatment of rice husk growing media influence is not obvious to all treatment parameters. Watering frequency treatments significantly affected stem diameter parameter 2 and 6 MST with the highest yield obtained in the treatment of the frequency of watering every other day. Both treatment interaction effect was not significant on all treatments.

Keywords: palm oil, rice husk, watering


(17)

PENDAHULUAN Latar Belakang

Tanaman kelapa sawit merupakan sumber utama minyak nabati sesudah kelapa di Indonesia. Tahun 1848 tanaman kelapa sawit masuk ke Indonesia dan didaerah-daerah lain di asia sebagai tanaman hias. Daerah pertama di Indonesia yang diketahui sangat cocok untuk membudidayakan tanaman kelapa sawit adalah sumatera utara (Tim Bina Karya Tani, 2009).

Pembangunan sub-sektor perkebunan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari sektor pertanian dan pembangunan nasional. Sub-sektor perkebunan memberikan sumbangan yang sangat berarti bagi perekonomian Indonesia. Secara nasional sub-sektor perkebunan telah memberikan kontribusi dalam menekan kesenjangan struktural dan kultural melalui peningkatan pendapatan petani serta masyarakat sekitarnya dan penyebaran sentra produksi. Perkebunan membuka peluang pengembangan agroindustri dan penyediaan bahan baku untuk industri, mendukung kelestarian sumber daya alam dan lingkungan hidup. Munculnya sektor perkebunan sering disebut sebagai “Pahlawan Pembangunan Daerah”. Perkebunan kelapa sawit telah memberikan dampak positif terhadap kenaikan pendapatan pemerintah berupa pajak dan retribusi. Berkembangnya perkebunan kelapa sawit juga telah membantu menciptakan kesempatan kerja bagi penduduk. Dengan demikian masyarakat

sekitar perkebunan kelapa sawit juga mendapatkan keuntungan dengan adanya perusahaan yang selalu membutuhkan tenaga kerja (Kurniawati; D. Manumono dan S. Panjang. 2008).


(18)

Seiring dengan perkembangan luas arealnya, produksi kelapa sawit dalam wujud minyak sawit (CPO) juga cenderung meningkat selama tahun 2000-2011. Jika tahun 2000 produksi minyak sawit Indonesia hanya sebesar 7,00 juta ton, maka tahun 2011 meningkat menjadi 22,51 juta ton. Peningkatan produksi minyak sawit terutama terjadi pada PBS dan PR, sedangkan minyak sawit yang diproduksi oleh PBN relatif konstan, bahkan cenderung menurun. Untuk tahun 2011 produksi minyak sawit dari PBS mencapai 11,94 juta ton (53,06%), sedangkan PR dan PBS masing-masing menghasilkan minyak sawit sebesar 8,63 juta ton (38,33%) dan 1,94 juta ton (8,61%) (Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian, 2013).

Ketersediaan air merupakan salah satu faktor pembatas utama bagi produksi kelapa sawit. Kekeringan menyebabkan penurunan laju fotosintesis dan distribusi asimilat terganggu, berdampak negatif pada pertumbuhan tanaman baik fase vegetatif maupun fase generatif. Pada fase vegetatif kekeringan pada tanaman kelapa sawit ditandai oleh kondisi daun tidak membuka dan terhambatnya pertumbuhan pelepah. Pada keadaan yang lebih parah kekurangan air menyebabkan kerusakan jaringan tanaman yang dicerminkan oleh daun pucuk dan pelepah yang mudah patah. Pada fase generatif kekeringan menyebabkan terjadi penurunan produksi tanaman akibat terhambatnya pembentukan bunga, jumlah bunga jantan, pembuahan terganggu, gugur buah muda, bentuk buah kecil dan rendemen minyak buah rendah (Sastrosayono, 2003).

Media tanam merupakan komponen utama ketika akan bercocok tanam. Media tanam yang akan digunakan harus disesuaikan dengan jenis tanaman yang ingin ditanam. Menentukan media tanam yang tepat dan standar untuk jenis tanaman yang berbeda habitat asalnya merupakan hal yang sulit. Hal ini


(19)

dikarenakan setiap daerah memiliki kelembapan dan kecepatan angin yang berbeda. Secara umum, media tanam harus dapat menjaga kelembapan daerah sekitar akar, menyediakan cukup udara, dan dapat menahan ketersediaan unsur

hara

Pengaplikasian kompos sebagai media tanam harus memperhatikan kualitas dan kemampuan kompos tersebut dalam menyuplai kebutuhan hara tanaman. Upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas kompos ialah dengan penambahan pupuk. Pupuk merupakan salah satu sumber unsur hara memiliki peranan masing-masing dan dapat menunjukan gejala tertentu pada tanaman apabila ketersediaanya dalam tanah sangat kurang. Penyediaan unsur hara dalam

tanah harus seimbang yaitu disesuiakan dengan kebutuhan tanaman (Buana; Siahaan; dan Adiputra. 2008).

Penggunaan media tanam yang tepat akan menentukan pertumbuhan bibit yang ditanam. Secara umum media tanam yang digunakan haruslah mempunyai sifat yang ringan, murah, mudah didapat, gembur dan subur, sehingga memungkinkan pertumbuhan bibit yang optimum (Erlan, 2005).

Sekam padi merupakan limbah yang mempunyai sifat-sifat antara lain: ringan, drainase dan aerasi yang baik, tidak mempengaruhi pH, ada ketersediaan hara atau larutan garam namun mempunyai kapasitas penyerapan air dan hara rendah dan harganya murah. Sekam padi mengandung unsur N sebanyak 1 % dan K 2 % (Rahardi, 1991).

Ultisol adalah tanah yang telah berkembang dengan profil A/E/Bt/C. dibentuk oleh kombinasi proses lateralisasi dan podsolisasi, dengan penekanan pada literalisasi, didaerah humid panas hingga humid tropis, dimana proses


(20)

pencucian sangat menonjol. Tanah ultisol memiliki tingkat kesuburan yang rendah. Selain itu tanah ini juga memiliki tingkat stabilitas agregat yang rendah sehingga sensitif terhadap erosi. Tanah ultisol dapat menjadi tanah produktif bila ditambahkan kapur, bahan organik, pemupukan dan pengelolaan tertentu (Musa; Muklis dan Rauf, 2006).

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pertumbuhan bibit kelapa sawit dengan pengaruh menggunakan media sekam padi dan frekuensi penyiraman di

main nursery.

Hipotesis Penelitian

Terdapat pengaruh media sekam padi dapat meningkatkan pertumbuhan bibit kelapa sawit di main nursery. Pengaruh pemberian frekuensi penyiraman dapat meningkatkan pertumbuhan bibit kelapa sawit di main nursery. Ada Pengaruh Interaksi Dari Media Tanam Sekam Padi dan Frekuensi Penyiraman dapat meningkatkan pertumbuhan bibit kelapa sawit di main nursery

Kegunaan Penelitian

Penelitian ini berguna untuk mendapatkan data penyusunan skripsi sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian. Universitas Sumatera Utara. Penelitian ini juga diharapkan berguna untuk pihak-pihak yang berkepentingan di dalam membudidayakan pembibitan kelapa sawit di main nursery.


(21)

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman

Tanaman Kelapa sawit dapat diklasifikasikan sebagai berikut : Kingdom: Plantae, Class: Monocotyledonae, Ordo: Cocoineae, Family: Palmae, Genus: Elaeis, Spesies: Elaeis guineensis Jacq. (Steenis, 2001)

Tanaman kelapa sawit mempunyai tipe akar serabut, tumbuh kebawah dan kesamping membentuk akar primer, sekunder, tersier dan kuarter. Akar primer akan tumbuh kebawah sampai batas permukaan air tanah. Batang tumbuh tegak lurus keatas dan dibungkus oleh pangkal pelepah daun. Bagian bawah batang umumnya lebih besar, disebut bonggol batang (Lubis, 2000).

Daun tanaman kelapa sawit membentuk pelepah bersirip ganda dan bertulang sejajar. Panjang pelepah daun dari tanaman yang baik pertumbuhannya mencapai 7,5-9 meter, dengan jumlah anakan daun berkisar 250-400 helai disetiap pelepah. Jumlah pelepah daun dalam satu tanaman dapat mencapai 60 pelepah (Fauzi; Widyastuti; dan Hartano. 2002).

Kelapa sawit merupakan merupakan tanaman berumah satu (monoecious), artinya bunga jantan dan bunga betina terdapat pada satu pohon,dimana rangkaian bunga jantan terpisah dengan rangkaian bunga betina, walaupun demikian dapat dijumpai pada beberapa tanaman kelapa sawit bunga jantan dan bunga betina terdapat pada satu tandan (hermafrodit) dan pada umumnya tanaman kelapa sawit melakukan penyerbukan silang (Pahan 2008).

Pada buah kelapa sawit proses pembentukannya dari proses penyerbukan hingga buah matang dipengaruhi oleh keadaaan iklim dan faktor-faktor lain yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman, lama proses pemasakan buah di beberapa


(22)

daerah kawasan mempunyai perbedaaan, Di Malaysia proses pemasakan buah sekitar 5,5 bulan, di Sumatera Sekitar 5 – 6 bulan, sedangkan di Afrika sekitar 6 – 9 bulan (Setyamidjaja, 2006).

Syarat Tumbuh Iklim

Lama penyinaran matahari yang baik untuk kelapa sawit antara 5-7 jam/hari. Tanaman ini memerlukan curah hujan tahunan 1.500-4.000 mm,

temperatur optimal 24-28°C. Ketinggian tempat yang ideal untuk sawit antara 1-500 m dpl (di atas permukaan laut). Kelembaban optimum yang ideal untuk tanaman sawit sekitar 80-90% dan kecepatan angin 5-6 km/jam untuk membantu proses penyerbukan (BPPP, 2008).

Kelembaban udara dan angin merupakan factor yang penting untuk menunjang pertumbuhan kelapa sawit. Kelembaban optimum bagi pertumbuhan keleapa sawit adalah 80% sedangkan kecepatan angin berkisar antara 5-6 km/jam sangat baik dalam proses penyerbukan (Fauzi,dkk. 2002).

Suhu optimum berkisar 29-300C, agar tanaman kelapa sawit tumbuh dengan

baik. Suhu berpengaruh terhadap masa pembungaan dan kematangan buah (Tim Penulis PS, 2000).

Curah hujan optimum yang diperlukan tanaman kelapa sawit rata-rata 2.000-2.500 mm/tahun dengan distribusi merata sepanjang tahun tanpa bulan kering yang berkepanjangan (Mangoensoekarjo dan Semangun,2003).

Tanah

Kelapa sawit dapat tumbuh pada jenis tanah Podzolik, Latosol, Hidromorfik Kelabu, Alluvial atau Regosol, tanah gambut saprik, dataran pantai dan muara


(23)

sungai. Tingkat keasaman (pH) yang optimum untuk sawit adalah 5,0-5,5. Kelapa sawit menghendaki tanah yang gembur, subur, datar, berdrainase baik dan memiliki lapisan solum cukup dalam (80 cm) tanpa lapisan padas. Kemiringan lahan pertanaman kelapa sawit sebaiknya tidak lebih dari 15° (BPPP, 2008).

Kemiringan lereng yang cocok pada tanaman kelapa sawit berkisar 0-12° atau 21%. Namun pada kemiringan 13-25° masih bisa ditanami kelapa sawit, tetapi pertumbuhannya kurang baik. Sementara itu lahan yang kemiringan lebih dari 25° sebaiknya tidak dipilih sebagai lokasi penanaman kelapa sawit karena menyulitkan dalam pengangkutan dan beresiko terjadi erosi (Sunarko 2007).

Sifat fisik dan kimia tanah yang harus dipenuhin untuk pertumbuhan tanaman kelapa sawit yang optimum ialah drainase yang baik, air cukup dalam, solum cukup dalam, tidak berbatu agar pertumbuhan akar tanaman tidak terganggu (Williams, 1987).

Karakteristik fisik lahan merupakan faktor penting dalam budidaya tanaman kelapa sawit. Lahan yang miring memiliki potensi terjadinya kerusakan tanah akibat erosi, seperti turunnya kandungan bahan organik tanah yang diikuti dengan berkurangnya kandungan unsur hara dan ketersediaan air tanah bagi tanaman. Tanahtanah yang mengalami erosi berat umumnya memiliki tingkat kepadatan yang tinggi sebagai akibat terkikisnya lapisan atas tanah yang lebih gembur (Yahya; A. Husin; J. Talib; J. Othman; O.H. Ahmed; and M.B. Jalloh. 2010).

Pembibitan

Pembibitan kelapa sawit dilakukan di polybag, dengan 2 tahap pembibitan yaitu Pre nursery (pembibitan awal) dan Main nursery (pambibitan utama).


(24)

3 bulan sedangkan pembibitan utama merupakan pembibitan lanjutan bibit kelapa sawit yang telah berumur 3 bulan yang dipindahkan di polybag yang lebih besar serta sudah diseleksi. Seleksi sangat penting karena untuk mendapatkan bibit yang tumbuh normal dan sehat. (Lubis, 1992).

Bibit bermutu diperoleh bila kecambah kelapa sawit yang digunakan berasal dari produsen yang diakui oleh pemerintah. Produsen benih resmi yang telah ditetapkan oleh Menteri Pertanian, yaitu Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS), PT. London Sumatera (PT. Lonsum), PT. Socfin Indonesia (PT. Socfindo), PT. Dami Mas Sejahtera, PT. Tunggal Yunus Estate dan PT. Bina Sawit Makmur (Raisawati, 2006).

Dengan meningkatnya luas areal perkebunan kelapa sawit, maka diperlukan pula ketersediaan bahan tanaman atau bibit kelapa sawit dalam jumlah yang sesuai dengan kebutuhan. Di samping itu, bibit kelapa sawit juga dibutuhkan untuk peremajaan kelapa sawit (replanting) untuk mengganti tanaman-tanaman yang sudah tua dan produksinya sudah tidak menguntungkan dari segi ekonomi (afkir). Untuk perusahaan-perusahaan besar kegiatan replanting ini biasa dilaksanakan setelah tanaman berumur 25 tahun dari penanaman kelapa sawit di lapangan. Oleh karenanya di masa yang akan datang dibutuhkan bibit kelapa sawit dalam jumlah yang besar guna memenuhi kebutuhan bibit kelapa sawit baik untuk kebutuhan perluasan areal perkebunan maupun untuk kegiatan replanting (Hartawan, 2008).

Tujuan utama dari pembibitan adalah untuk mempersiapkan bibit yang baik dengan kriteria sehat, kuat, dan kokoh. Hal tersebut merupakan salah satu faktor


(25)

penentu bagi keberhasilan penanaman di lapangan dan untuk mendapatkan pertumbuhan dan hasil di kemudian hari. (Hartawan, 2008).

Sekam Padi

Sekam padi merupakan lapisan keras yang meliputi kariopsis, terdiri dari belahan lemma dan palea yang saling bertautan, umumnya ditemukan di areal penggilingan padi. Dari proses penggilingan padi, biasanya diperoleh sekam 20 -30%, dedak 8 – 12 %, dan beras giling 50 – 63,5% dari bobot awal gabah. Sekam padi sering diartikan sebagai bahan buangan atau limbah penggilingan padi, keberadaannya cendrung meningkat yang mengalami proses penghancuran secara alami dan lambat, sehingga dapat mengganggu lingkungan juga kesehatan manusia. Sekam memiliki kerapatan jenis bulk density 125 kg/m3, dengan nilai kalori 1 kg sekam padi sebesar 3300 k.kalori dan ditinjau dari komposisi kimiawi, sekam mengandung karbon (zat arang) 1,33%, hydrogen 1,54%, oksigen 33,645, dan Silika (SiO2) 16,98%, artinya sekam dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku industri kimia dan sebagai sumber energi panas untuk keperluan manusia (Sipahutar, 2010).

Sekam padi merupakan limbah yang mempunyai sifat- sifat antara lain : ringan, drainase dan aerasi yang baik, tidak mempengaruhi pH, ada ketersediaan hara atau larutan garam namun mempunyai kapasitas penyerapan air dan hara rendah dan harganya murah.sekam padi mengandung unsur N sebanyak 1% dan K 2% (Rahardi, 1991).

Sekam padi adalah kulit biji padi (Oryza sativa) yang sudah digiling. Sekam padi yang biasa digunakan bisa berupa sekam bakar atau sekam mentah (tidak dibakar). Sekam bakar dan sekam mentah memiliki tingkat porositas yang sama.


(26)

Sebagai media tanam, keduanya berperan penting dalam perbaikan struktur tanah sehingga sistem aerasi dan drainase di media tanam menjadi lebih baik. Media tanam yang termasuk dalam kategori bahan organik umumnya berasal dari komponen organisme hidup, misalnya bagian dari tanaman seperti daun, batang, bunga, buah, atau kulit kayu. Penggunaan bahan organik sebagai media tanam jauh lebih unggul dibandingkan dengan bahan anorganik. Hal itu dikarenakan bahan organik sudah mampu menyediakan unsur-unsur hara bagi tanaman. Selain itu, bahan organik juga memiliki pori-pori makro dan mikro yang hampir seimbang sehingga sirkulasi udara yang dihasilkan cukup baik serta memiliki daya serap air yang tinggi. Bahan organik akan mengalami proses pelapukan atau dekomposisi yang dilakukan oleh mikroorganisme. Melalui proses tersebut, akan dihasilkan karbondioksida (CO2), air(H2O), dan mineral. Mineral yang dihasilkan merupakan sumber unsur hara yang dapat diserap tanaman sebagai zat makanan. Namun, proses dekomposisi yang terlalu cepat dapat memicu kemunculan bibit penyakit. Untuk menghindarinya, media tanam harus sering diganti. Oleh karena itu, penambahan unsur hara sebaiknya harus tetap diberikan sebelum bahan media tanam tersebut mengalami dekomposisi. Kompos merupakan media tanam organik yang bahan dasarnya berasal dari proses fermentasi tanaman atau limbah organik, seperti jerami, sekam, daun, rumput, dan sampah kota. Kelebihan dari penggunaan kompos sebagai media tanam adalah sifatnya yang mampu mengembalikan kesuburan tanah melalui perbaikan sifat-sifat tanah, baik fisik, kimiawi, maupun biologis. Selain itu, kompos juga menjadi fasilitator dalam penyerapan unsur nitrogen (N) yang sangat dibutuhkan oleh tanaman


(27)

Sekam padi baik sebagai bahan campuran media dikarenakan porous dan sukar lapuk sehingga pemadatan media dapat terhindari dan akar dapat tumbuh dan berkembang baik (Wijaya, 1991).

Frekuensi Penyiraman

Penyiraman bibit dilakukan dua kali sehari, kecuali apabila jatuh hujan lebih dari 7-8 mm pada hari yang bersangkutan. Air untuk menyiram bibit harus bersih dan cara menyiramnya harus dengan semprotan halus agar bibit dalam polybag tidak rusak dan tanah tempat tumbuhnya tidak padat. Kebutuhan air siraman ± 2 lt/polybag/hari, disesuaikan dengan umur bibit. Pengawasan bibit dilakukan untuk mengamati pertumbuhan bibit dan perkembangan gangguan hama dan penyakit. Bibit yang tumbuh kerdil, abnormal, berpenyakit dan mempunyai kelainan genetis harus dibuang. Pembuangan bibit (thinning out) dilakukan pada saat pemindahan ke main nursery, yaitu pada saat bibit berumur 4 bulan dan 9 bulan, serta pada saat pemindahan bibit ke lapangan. Tanaman yang bentuknya abnormal dibuang, yakni dengan ciri-ciri:

1. Bibit tumbuh meninggi dan kaku 2. Bibit terkulai

3. Anak daun tidak membelah sempurna 4. Terkena penyakit

5. Anak daun tidak sempurna (BPPP, 2008).

Kebutuhan air pada tanaman kelapa sawit pada dasarnya berbeda dalam setiap fase pertumbuhan. Pada fase awal pembibitan (pre-nursery), rata-rata jumlah air yang diperlukan untuk penyiraman rutin setiap hari sekitar 0.2-0.3 liter per bibit. Sedangkan untuk (main nursery) diperlukan sekitar 8 mm/hari atau


(28)

sekitar 2-3 liter per bibit. Namun untuk sistem irigasi pada pembibitan umumnya gunakan tingkat penyiraman air sebesar 10 mm/hari (Pahan 2008).

Untuk memenuhi kebutuhan air yang dapat dipenuhi oleh ketersediaan air yang ada, maka perlu adanya pengetahuan apakah suatu tanaman/lahan kelebihan air (surplus) atau kekurangan air (deficit). Langkah ini ditempuh agar efisiensi penggunaaan air bagi tanaman dapat tepat dilakukan. Kebutuhan air tanaman juga dipengaruhi berbagai faktor yang mendukung efisiensi penggunaan air yaitu jenis dan umur tanaman, waktu atau priode pertanaman, sifat-sifat fisik tanah, teknik pemberian air, jarak sumber air, dan luas areal pertanaman efisiensi penggunaan air merupakan perbandingan jumlah air yang dibutuhkan untuk menghasilkan satu satuan berat kering (Hikmah, 2010).

Air yang tersedia dalam tanah adalah selisih antara air yang terdapat pada kapasitas lapang dan titik layu permanen. Diatas kapasitas lapang air akan meresap kebawah atau menggenang sehingga tidak dapat dimanfaatkan oleh tanaman. Dibawah titik layu permanen tanaman tidak lagi mampu lagi menyerap air karena daya adhesi air dengan butir tanah terlalu kuat dibandingkan dengan gaya serap tanaman. Cekaman kekeringan pada tanaman disebabkan oleh kekurangan suplai air di daerah perakaran dan permintaan air yang berlebihan oleh daun dalam kondisi laju evaportranspirasi melebihi laju transpirasi, sistem perakaran, dan ketersediaan air tanah (Lakitan, 1996).

Kapasitas menahan air yang tinggi pada tanah sangat diperlukan agar dapat menyimpan air yang tersedia dalam jumlah yang cukup, guna mengimbangi evapotranspirasi pada musim kemarau (Mangoensoekarjo, 2007).


(29)

Kekurangan air pada tanaman terjadi karena ketersediaan air dalam media tidak cukup dan transpirasi yang berlebihan atau kombinasi kedua faktor tersebut. Dilapangan, walaupun didalam tanah air cukup tersedia, tanaman dapat mengalami cekaman kekeringan (kekurangan air). Hal ini terjadi jika kecepatan absorsi tidak cukup mengimbangi kehilangan air melalui transpirasi (Haryati, 2003).

Air merupakan salah satu sumber daya alam yang sangat esensial bagi system produksi pertanian. Air bagi pertanian tidak hanya berkaitan dengan aspek produksi, melainkan juga sangat menentukan potensi perluasan tanam (ekstensifikasi), luas areal tanam, intensitas pertanaman, serta kualitas tanaman (Kurnia, 2004).


(30)

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Rumah kaca Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian tempat ± 25 m di atas permukaan laut pada bulan Januari 2013 sampai April 2013. Jenis tanah yang digunakan tanah Ultisol yang diambil dilingkungan lahan Universitas Sumatera Utara yang terletak di Simalingkar B. Tekstur Tanah Ultisol Simalingkar (tiga fraksi) :

Pasir Debu Liat

73% 10% 17%

Sumber: Lumbanraja, P. 2011.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah bibit kelapa sawit sebagai objek yang diamati, sekam padi sebagai media tanam perlakuan, tanah ultisol sebagai media tanam bibit, polybag ukuran 30 cm x 25 cm sebagai wadah penanaman bibit, insektisida Furadan 3G untuk mengendalikan hama yang menyerang bibit.

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah cangkul, karung beras, meteran, handsprayer, jangka sorong, tugal, pacak sampel,open, timbangan analitik, pacak perlakuan, plank penelitian, gembor, buku tulis, kalkulator, pena dan penggaris.

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 2 faktor perlakuan yaitu :


(31)

M0 = Tanah ultisol ( Kontrol )

M1 = Tanah ultisol + sekam padi ( 2:1 ) M2 = Tanah ultisol + sekam padi ( 1:1 ) M3 = Tanah ultisol + sekam padi ( 1:2 )

Faktor II : Frekuensi Penyiraman 2 liter/polybag dengan 3 taraf: F0 = Disiram 1 hari sekali

F1 = Disiram 2 hari sekali F2 = Disiram 3 hari sekali

Sehingga diperoleh 12 kombinasi perlakuan, yaitu: M0F0 M1F0 M2F0 M3F0

M0F1 M1F1 M2F1 M3F1

M0F2 M1F2 M2F2 M3F2 Jumlah ulangan : 3

Kombinasi perlakuan : 12 Jumlah plot perlakuan : 36

Jumlah bibit / plot : 5 tanaman Jumlah sampel / plot : 3 tanaman Jumlah bibit keseluruhan : 180 tanaman Jarak antar polybag : 80 cm x 50 cm

Data hasil penelitian dianalisa dengan menggunakan sidik ragam berdasarkan model linier adiktif : Yijk = µ+ αi + βj + (αβ)ij + εijk

i = 0, 1, 2, 3 (perlakuan media tanam sekam padi) j = 0, 1, 2 (perlakuan frekuensi penyiraman) k = 1, 2, 3 (ulangan)


(32)

Yijk = Hasil pengamatan padi pada taraf ke-i dan frekuensi penyiraman pada taraf ke-j.

µ = Nilai tengah.

αi = Efek dari padi pada taraf ke-i.

βj = Efek dari frekuensi penyiraman pada taraf ke-j.

(αβ)ij = Efek interaksi antara padi pada taraf ke-i dan frekuensi penyiraman pada taraf ke-j.

εijk = Galat percobaan dari padi pada taraf ke-i dan Frekuensi penyiraman pada taraf ke-j.

Data analisis sidik ragan (Anova) yang diikuti dengan uji lanjutan menggunakan Duncan Multiple Range Test (DMRT) pada taraf F 5% melihat perbedaan antara perlakuan.


(33)

PELAKSANAAN PENELITIAN Pengisian Polybag

Tanah ultisol dikering anginkan terlebih dahulu. Kemudian diayak untuk membuang sisa-sisa kayu dan akar, lalu dicampurkan Sekam Padi yang sesuai dengan taraf perlakuan yang ditetapkan. Polybag diisi penuh dan padat agar tidak terjadi rongga-rongga serta bagian atas disisakan lebih kurang 2 cm..

Penanaman Bibit

Paling lambat sehari sebelum penanaman kecambah, tanah dalam polybag disiram hingga benar-benar basah. Bibit yang ditanam merupakan bibit yang berasal dari Pre nursery yang berumur 3 bulan setelah dikecambahkan.

Pemupukan

Rock phosphat sebagai pupuk dasar diaplikasikan pada media tanam, dengan dosis 30 gram untuk 5 kg tanah dalam polybag. Diaplikasikan 7 hari sebelum bibit ditanam.

Pemupukan dasar dilakukan dengan pada bulan pertama dengan pupuk NPK (15:15:15) 10 gram/polybag, dan pada bulan kedua sebanyak 15 gr / polybag dengan cara membenamkannya ketanah kira-kira 5 cm dari bibit.

Pemeliharaan Tanaman Penyiraman

Penyiraman 2 liter/polybag dilakukan sesuai dengan Frekuensi perlakuan, F0 disiram 1 hari sekali, F1 disiram 2 hari sekali F2 disiram 3 hari sekali.

Penyiangan

Penyiangan dilakukan bila ada gulma yang ditemukan di polybag dan di bedengan secara manual .


(34)

Pengendalian Hama dan Penyakit

Untuk mengendalikan hama di pembibitan, dilakukan dengan mengaplikasikan insektisida Tamafur 3G (bahan aktif Carbofuran) 10 gram per polybag.

Pengamatan Parameter Tinggi Tanaman (cm)

Pengukuran tinggi tanaman (cm) dilakukan saat tanaman pindah tanam ke polybag dan seterusnya setiap 2 minggu sekali hingga 12 MST. Pengukuran dilakukan mulai dari leher akar sampai ke titik tumbuh tanaman.

Diameter Batang (mm)

Dilakukan saat tanaman pindah tanam ke polybag dan seterusnya setiap 2 minggu sekali hingga 12 MST . Pengukuran diameter batang (mm) dilakukan mulai dari 10 cm diatas leher akar dengan menggunakan jangka sorong.

Jumlah Daun (helai)

Jumlah daun (helai) yang dihitung adalah daun yang telah membuka sempurna. Dihitung saat tanaman pindah tanam ke polybag dan selanjutnya setiap 2 minggu sekali sampai 12 MST.

Luas Daun (cm2)

Pengukuran luas daun (cm) dilakukan pada saat pengamatan pertama dan terakhir dengan mengukur panjang dan lebar daun kemudian dikalikan dengan konstanta. Luas daun dihitung dengan menggunakan rumus :

Luas = p x l x k

p = panjang daun (cm) l = lebar daun (cm)


(35)

Daun Lanset = Daun yang belum membuka sempurna

Daun Bifurcate = Daun yang sudah membuka sempurna / menjari

Bobot Basah Bibit (g)

Pengukuran bobot basah bibit (g) dilakukan pada akhir penelitian yaitu setelah tanaman berumur 12 MST pada setiap tanaman sampel. Tanaman dibongkar kemudian dibersihkan dari tanah yang melekat dengan air mengalir kemudian dikering anginkan dan ditimbang.

Bobot Kering Bibit (g)

Pengukuran bobot kering bibit (g) dilakukan pada akhir penelitian yaitu setelah tanaman berumur 12 MST pada setiap tanaman sampel. Tanaman dibongkar kemudian dibersihkan dari tanah yang melekat dengan air mengalir setelah itu dikeringanginkan dan dimasukkan ke dalam amplop kertas untuk dioven selama 48 jam dengan suhu 60ºC.


(36)

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil

Tinggi Tanaman (cm)

Data pengamatan dan sidik ragam dari tinggi tanaman 2-12 MST dapat dilihat pada Lampiran 1-12. Berdasarkan sidik ragam dapat diketahui bahwa perlakuan media tanam sekam padi, frekuensi penyiraman dan interaksi keduanya berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman.

Rataan tinggi tanaman dari perlakuan sekam padi dan frekuensi penyiraman dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Tinggi tanaman (cm) pada umur 2-12 MST dari perlakuan sekam padi dan frekuensi penyiraman pada bibit kelapa sawit

Tabel 1 menunjukkan bahwa pada pengamatan 2 sampai 12 MST, rataan tinggi tanaman, perlakuan sekam padi pada 12 MST terdapat pada perlakuan M3 berkisar (66.60 cm) dan terendah pada M1 berkisar (62.79 cm), sedangkan pada perlakuan frekuensi penyiraman, pada perlakuan F0 berkisar (65.31 cm) dan terendah pada F1 (62.73 cm).

Perlakuan Minggu

2 MST 4 MST 6 MST 8 MST 10 MST 12 MST Sekam Padi

M0 38.24 40.33 46.34 53.84 57.81 64.78 M1 39.01 41.21 44.89 51.63 56.71 62.79 M2 38.38 40.47 44.97 52.07 57.07 63.30 M3 37.61 39.99 45.01 53.37 57.93 66.60 Frekuensi

Penyiraman

F0 38.58 41.14 45.85 53.62 58.05 65.31 F1 37.60 40.04 44.24 52.26 56.66 62.73 F2 38.76 40.31 45.81 52.31 57.43 65.06


(37)

Diameter Batang (mm)

Data pengamatan dan sidik ragam dari diameter batang 2-12 MST dapat dilihat pada Lampiran 13-24. Hasil analisis statistik diameter batang menunjukkan bahwa perlakuan sekam padi 2-12 MST dan interaksi antara keduanya berpengaruh tidak nyata sedangkan frekuensi penyiraman 2 - 12 MST berpengaruh nyata terhadap diameter batang.

Rataan diameter batang dari perlakuan sekam padi dan frekuensi penyiraman dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Diameter batang pada umur 2-12 MST dari perlakuan sekam padi dan frekuensi penyiraman pada bibit kelapa sawit

Keterangan: Angka-angka yang diikuti dengan huruf yang sama pada baris atau kolom yang sama menunjukkan pengaruh yang tidak berbeda nyata pada Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5%.

Rataan diameter batang pada perlakuan Sekam Padi pada 12 MST, terdapat pada perlakuan M0 berkisar (27.22) dan terendah pada M2 berkisar (25.74), sedangkan pada perlakuan frekuensi penyiraman, tertinggi pada perlakuan F0 (28.16) dan terendah pada F2 (25.72).

Perlakuan Minggu

2 MST 4 MST 6 MST 8 MST 10 MST 12 MST Sekam Padi

M0 15.52 17.47 21.02 23.03 25.19 27.22 M1 15.75 16.83 19.89 22.60 24.63 27.17 M2 16.00 17.84 20.96 22.92 23.72 25.74 M3 15.75 17.65 20.00 22.70 25.00 26.27 Frekuensi

Penyiraman

F0 16.50b 18.01b 21.38b 23.95b 26.09b 28.16b F1 14.89a 16.76a 20.60a 22.33a 23.85a 25.92a F2 15.87a 17.58a 19.51a 22.16a 23.97a 25.72a


(38)

Jumlah Daun

Data pengamatan dan sidik ragam dari jumlah daun 2-12 MST dapat dilihat pada Lampiran 25-36. Hasil analisis statistik jumlah daun menunjukkan bahwa perlakuan sekam padi, frekuensi penyiraman dan interaksi antara keduanya berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah daun.

Rataan jumlah daun dari perlakuan sekam padi dan frekuensi penyiraman dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Jumlah daun pada umur 2-12 MST dari perlakuan sekam padi dan frekuensi penyiraman pada bibit kelapa sawit

Rataan jumlah daun pada perlakuan Sekam Padi pada 12 MST, tertinggi terdapat pada perlakuan M0 berkisar (9.56) dan terendah pada M3 berkisar (9.26), sedangkan pada perlakuan frekuensi penyiraman, tertinggi pada perlakuan F0 berkisar (9.47) dan terendah pada F1 berkisar (9.42).

Luas Daun (cm2)

Data pengamatan dan hasil sidik ragam total luas daun menunjukkan bahwa perlakuan sekam padi, frekuensi penyiraman dan interaksi antara keduanya berpengaruh tidak nyata terhadap total luas daun, dapat dilihat pada Lampiran 37 dan 38.

Perlakuan Minggu

2 MST 4 MST 6 MST 8 MST 10 MST 12 MST Sekam Padi

M0 6.22 6.78 7.48 8.41 9.30 9.56 M1 6.33 6.78 7.30 8.33 8.89 9.48 M2 6.37 6.85 7.52 8.41 9.19 9.52 M3 6.11 6.44 7.15 8.22 8.89 9.26 Frekuensi

Penyiraman

F0 6.33 6.78 7.44 8.33 9.06 9.47 F1 6.22 6.78 7.44 8.39 9.08 9.42 F2 6.22 6.58 7.19 8.31 9.06 9.47


(39)

Rataan total luas daun dari perlakuan sekam padi, frekuensi penyiraman dan interaksi dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Total luas daun dari perlakuan sekam padi dan frekuensi penyiraman pada bibit kelapa sawit

Perlakuan

Frekuensi Media tanam Rataan

Penyiraman M0 M1 M2 M3

F0 1073.11 1432.14 1638.60 1418.50 1390.59 F1 1440.24 1539.26 1150.07 1357.72 1371.82 F2 1618.94 1463.20 1251.69 1479.52 1453.34 Rataan 1377.43 1478.20 1346.79 1418.58 1405.25

Dari Tabel 4 dapat diketahui bahwa rataan total luas daun tertinggi dari perlakuan sekam padi terdapat pada perlakuan M1 berkisar (1478.20) dan terendah pada M2 berkisar (1346.79) sedangkan pada perlakuan frekuensi penyiraman, tertinggi pada perlakuan F2 berkisar (1453.34) dan terendah pada F1 berkisar (1371.82).

Bobot Basah Bibit (g)

Data pengamatan dan hasil sidik ragam bobot basah bibit menunjukkan bahwa perlakuan sekam padi, frekuensi penyiraman dan interaksi antara keduanya berpengaruh tidak nyata terhadap bobot basah bibit, dapat dilihat pada Lampiran 39 dan 40.

Rataan bobot basah bibit dari perlakuan sekam padi, frekuensi penyiraman dan interaksi dapat dilihat pada Tabel 5.


(40)

Tabel 5. Bobot basah bibit dari perlakuan sekam padi dan frekuensi penyiraman pada bibit kelapa sawit

Perlakuan

Frekuensi Media tanam Rataan

Penyiraman M0 M1 M2 M3

F0 76.95 76.93 92.23 93.56 84.92

F1 86.86 75.68 74.46 70.82 76.96

F2 99.30 76.32 67.64 82.05 81.33

Rataan 87.70 76.31 78.11 82.14 81.07

Dari Tabel 5 dapat diketahui bahwa rataan bobot basah bibit tertinggi dari perlakuan sekam padi terdapat pada perlakuan M0 berkisar (87.70) dan terendah pada M1 berkisar (76.31) sedangkan pada perlakuan frekuensi penyiraman, tertinggi pada perlakuan F0 berkisar (84.92) dan terendah pada F1 berkisar (76.96).

Bobot Kering Bibit (g)

Data pengamatan dan hasil sidik ragam bobot kering bibit menunjukkan bahwa perlakuan sekam padi, frekuensi penyiraman dan interaksi antara keduanya berpengaruh tidak nyata terhadap bobot kering bibit, dapat dilihat pada Lampiran 41 dan 42.

Rataan bobot kering bibit dari perlakuan sekam padi, frekuensi penyiraman dan interaksi dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Bobot kering bibit dari perlakuan sekam padi dan frekuensi penyiraman pada bibit kelapa sawit

Perlakuan

Frekuensi Media tanam Rataan

Penyiraman M0 M1 M2 M3

F0 23.61 24.33 28.72 31.89 27.14

F1 24.25 22.50 26.22 22.33 23.83

F2 26.63 21.17 22.45 25.90 24.04

Rataan 24.83 22.67 25.80 26.71 25.00


(41)

Dari Tabel 6 dapat diketahui bahwa rataan bobot kering bibit tertinggi dari perlakuan sekam padi terdapat pada perlakuan M3 berkisar (26.71) dan terendah pada M1 berkisar (22.67) sedangkan pada perlakuan frekuensi penyiraman, tertinggi pada perlakuan F0 berkisar (27.14) dan terendah pada F1 berkisar (23.83).

Pembahasan

Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Dengan Pengaruh Penggunaan Sekam Padi di main nursery

Hasil analisis data penelitian menunjukkan bahwa perlakuan pemberian sekam padi berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman pada 2-12 MST, diameter batang 2-12 MST, jumlah daun, total luas daun, bobot basah bibit dan bobot kering bibit. Hal ini diduga karena sekam padi belum terdekomposisi secara sempurna sehingga belum mampu mensuplai unsur hara bagi tanaman dan diduga mikroorganisme pada sekam padi tersebut belum bekerja secara optimal. Oleh sebab itu, pemberian sekam padi menjadi tidak nyata untuk pertumbuhan dan perkembangan bibit kelapa sawit. Selain itu sekam padi mempunyai kapasitas penyerapan air dan hara yang rendah sehingga unsure hara yang diperlukan oleh bibit kelapa sawit belum tersedia. Hal ini sesuai dengan literatur Rahardi (1991) yang menyatakan bahwa sekam padi merupakan limbah yang mempunyai kapasitas penyerapan air dan hara rendah. Sekam padi mengandung unsur N sebanyak 1% dan K 2%.

Pemberian sekam padi berpengaruh tidak nyata pada parameter jumlah daun dan total luas daun. Rataan jumlah daun pada perlakuan sekam padi pada 12 MST tertinggi terdapat pada perlakuan M0 (9.56) dan terendah pada M3 (9.26) sedangkan pada total luas daun tertinggi terdapat pada perlakuan M1 (1478.20) dan terendah pada M2 (1346.79). Hal ini diduga karena sekam padi yang lambat


(42)

terdekomposisi karena terdiri dari lapisan kulit yang keras sehingga tidak dapat menyuplai kebutuhan unsur hara yang dibutuhkan bibit kelapa sawit untuk tumbuh dan berkembang. Hal ini sesuai dengan literatur Sipahutar (2010) yang menyatakan bahwa Sekam padi merupakan lapisan keras yang meliputi kariopsis, terdiri dari belahan lemma dan palea yang saling bertautan. Sekam padi sering diartikan sebagai bahan buangan atau limbah penggilingan padi, keberadaannya cendrung meningkat yang mengalami proses penghancuran secara alami dan lambat.

Pemberian sekam padi berpengaruh tidak nyata terhadap parameter bobot basah dan bobot kering bibit. Pada parameter bobot basah bibit rataan tertinggi terdapat pada perlakuan Tanah ultisol (M0) sebesar 87.70 dan terendah pada perlakuan Tanah ultisol + sekam padi 2:1 (M1) sebesar 76.31. Pada parameter bobot kering bibit rataan tertinggi terdapat pada perlakuan Tanah ultisol + sekam padi (1:2) (M3) sebesar 26.71 dan terendah pada perlakuan Tanah ultisol + sekam padi 2:1 (M1) sebesar 22.67. Hal ini diduga karena pemberian dosis sekam padi yang kurang optimum sehingga tidak mencukupi kebutuhan kandungan unsur hara untuk tanaman, semakin meningkatnya pemberian dosis bahan organik sekam padi maka pertumbuhan tanamannya semakin baik pula sehingga meningkatkan produksinya. Sehingga dapat menambah berat bibit kelapa sawit. Dimana dengan pemberian sekam padi, akan meningkatkan pertumbuhan bibit dan proses fisiologis dalam jaringan tanaman pun akan berjalan dengan baik. Hal ini sesuai dengan pernyataan Rahardi (1991) yang menyatakan bahwa untuk membentuk jaringan tanaman dibutuhkan unsur hara, dengan adanya unsur hara yang seimbang akan menambah berat tanaman.


(43)

Respons Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Terhadap Pengaruh Frekuensi Penyiraman di main nursery

Hasil analisis data penelitian menunjukkan bahwa perlakuan frekuensi penyiraman bibit kelapa sawit berpengaruh nyata terhadap parameter diameter batang pada 2 - 12 MST.

Penyiraman dengan frekuensi waktu 1 hari sekali (F0) memberikan hasil yang baik pada pertumbuhan bibit kelapa sawit. Dimana penyiraman 1 hari sekali memperlihatkan tinggi tanaman yang lebih baik hal ini dikarenakan penyiraman dengan frekuensi waktu yang lebih panjang dapat mengurangi pengaruh buruk akibat penyiraman yang terlalu sering dilakukan setiap hari. Penyiraman yang kurang air pada tanaman akan terjadi ketersedian air yang cukup. Hal ini sejalan dengan pendapat Haryati (2003) bahwa penyiraman yang kurang air pada tanaman akan terjadi karena ketersedian air dalam media tidak cukup dan transpirasi yang berlebihan atau kombinasi keduan faktor tersebut.

Pada perkembangan diameter batang umur 2 -12 MST menunjukkan penyiraman frekuensi penyiraman 1 hari sekali dapat meningkatkan diameter pangkal batang yang lebih besar dibanding dengan penyiraman tiga hari sekali dan dua hari sekali. Hasil tertinggi terdapat pada perlakuan F0 dan terendah pada F2. Hal ini dikarenakan kebutuhan air tanaman mendukung efisiensi penggunaan air yaitu jenis, umur, teknik pemberian air. Hal ini sejalan dengan pendapat Hikmah (2010) bahwa kebutuhan air tanaman juga dipengaruhi oleh beberapa factor yang mendukung efisiensi penggunaan air yaitu jenis, umur tanaman, teknik pemberian air yang merupakan perbandingan jumlah air yang dibutuhkan untuk menghasilkan satu satuan diameter batang bibit kelapa sawit.


(44)

Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Terhadap Pengaruh Interaksi Dari Media Tanam Sekam Padi dan Frekuensi Penyiraman di main nursery

Hasil analisis statistik data penelitian menunjukkan bahwa pengaruh interaksi pemberian sekam padi dan frekuensi waktu penyiraman berpengaruh tidak nyata terhadap parameter tinggi tanaman, diameter batang, jumlah daun, bobot basah bibit, dan bobot kering bibit pada tanaman kelapa sawit di main nursery.

Dari hasil data yang diperoleh, interaksi pemberian media tanam tanah tanpa campuran sekam padi dan frekuensi penyiraman satu hari sekali tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan bibit kelapa sawit, tetapi mendapatkan hasil rataan tertinggi pada bobot basah bibit (M0F0). Hal ini diduga karena bahan organik dalam tanah ultisol sudah cukup memberikan hara pada tanaman dan cukupnya air didalam dikarenakan waktu penyiraman dilakukan secara rutin setiap satu hari sekali, sehingga kebutuhan hara dan mineral dalam tanah seimbang. Dibandingkan dengan pemberian dosis sekam padi 2:1 dengan frekuensi penyiraman dua hari sekali (M1F1) yang menunjukkan rataan terendah pada parameter bobot basah bibit. Hal ini sesuai dengan pernyataan Kurnia (2004) yang menyatakan bahwa bahan organik pada media tanam mampu mendukung pertumbuhan tanaman, penyiraman dilakukan dengan frekuensi penyiraman yang rutin setiap harinya.

Demikian pula pada diameter batang bibit kelapa sawit, dimana interaksi antara dosis dan frekuensi penyiraman memperlihatkan, bahwa tidak pengaruh nyatanya diameter batang bibit kelapa sawit dikarenakan bahwa penggunaan dosis sekam padi (M) belum mampu menjamin ketersediaan air bagi bibit kelapa sawit


(45)

dengan penyiraman 1, 2 atau 3 hari sekali. Hal ini sejalan dengan pendapat Lakitan (1996) bahwa peningkatan kemampuan media menahan air berbanding lurus dengan kadar bahan organik pada media.

Diduga unsur sekam padi pada saat penelitian menjadi penyebabnya bibit tanaman berpengaruh tidak nyata terhadap pemberian sekam padi dan frekuensi penyiraman, pada saat penelitian, dikarenakan sekam padi sukar untuk terdekomposisi dan daya untuk menyimpan air kurang efektif. Hal ini sesuai pernyataan Rahardi (1991) yang menyatakan bahwa Sekam padi merupakan limbah yang mempunyai sifat- sifat antara lain : ringan, drainase dan aerasi yang baik, tidak mempengaruhi pH, ada ketersediaan hara atau larutan garam namun mempunyai kapasitas penyerapan air dan hara rendah dan harganya murah. sekam padi mengandung unsur N sebanyak 1% dan K 2%.


(46)

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

1. Frekuensi penyiraman tidak berpengaruh nyata meningkatkan parameter tinggi tanaman 2-12 MST, jumlah daun, total luas daun, bobot basah bibit dan bobot kering bibit. Kecuali pada pertambahan parameter diameter batang 2 - 12 MST berpengaruh nyata meningkatkan pertumbuhan bibit kelapa sawit di main nursery.

2. Pemberian sekam padi tidak berpengaruh nyata meningkatkan tinggi tanaman 2-12 MST, diameter batang 2-12 MST, jumlah daun, total luas daun, bobot basah bibit dan bobot kering bibit pada bibit kelapa sawit di main nursery.

3. Interaksi pemberian sekam padi dan frekuensi penyiraman tidak berpengaruh meningkatkan tinggi tanaman 2-12 MST, diameter batang 3-12 MST, jumlah daun, total luas daun, bobot basah bibit dan bobot kering bibit kelapa sawit di main nursery.

Saran

Disarankan pada penelitian selanjutnya untuk menambah perbandingan sekam padi agar diperoleh titik maksimumnya, dan untuk menambah frekuensi penyiraman dua kali dalam sehari pagi dan sore hari, agar dapat meningkatkan pertumbuhan yang optimal.


(47)

DAFTAR PUSTAKA

Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian., 2008. Teknologi Budidaya Kelapa Sawit. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Lampung.

Buana, L., Siahaan, D dan Adiputra, S. 2008. Budidaya Kelapa Sawit. Pusat Penelitian Kelapa Sawit, Medan.

Erlan. 2005. Pangaruh Berbagai Media Terhadap Pertumbuhan Bibit Mahkota Dewa di Polibag. Jurnal Akta Agrosia Vol. 7 No. 2 hlm 72-75. Sekolah Ilmu Pertanian Sriwigama.

Fauzi, Y., Widyastuti, Y, E., Satyawibawa, I dan Hartano, R. 2002. Kelapa Sawit, Budidaya, Pemanfaatan Hasil Dan limbah, Analisis Usaha dan Pemasaran. Penebar Swadaya; Jakarta.

Hartawan, R., 2008. Variabilitas Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Asal Benih Unggul dan Liar. Jurnal Media Akademik. 2 (1) : 34-43.

Haryati. 2003. Pengaruh Cekaman Kekeringan Air Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman, Program Studi Hasil Pertanian Pertanian Fakultas Pertanian USU. Medan

Hikmah, A. L., Kurniasari, N., Rustami, B., Hartati, C., Predeksa, Y., Arta, S. B., 2010. Laporan Resmi Praktikum Dasar Agronomi, Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

September 2012.

Kurnia, U., 2004. Prospek Pengairan Pertanian Tanaman Semusim Lahan Kering, Jurnal Litbang Pertanian.

Kurniawati, F., D. Manumono dan S. Panjang. 2008. The Study of Social Economy Around the Oil Palm Plantation PTPN. III in the Sub District Bilah Hulu, District Labuhan Batu, North Sumatra Province. Buletin INSTIPER. 15 (1). 6-14.

Lakitan, B., 1996. Fisiologi Pertumbuhan dan Perkembangan Tanaman, Rajawali Press,Jakarta.

Lubis, A.U., 1992. Kelapa Sawit. Teknik Budidaya Tanaman Perkebunan. Sinar. Medan.

Lubis, A.U., 2000. Kelapa Sawit di Indonesia. Pusat Penelitian Perkebunan Marihat, Pematang Siantar, Sumatera Utara


(48)

Lumbanraja, P. 2011. Pengaruh Pengolahan Tanah dan Aplikasi Pupuk Kandang Sapi Terhadap Beberapa Sifat Fisika Tanah dan Hasil Tanaman Kedelai (Glycine max L) Varietas Willis Pada Tanah Ultisol Simalingkar. Fakultas Pertanian Universitas HKBP Nommensen-Medan.

Mangoensoekarjo, S., 2007. Manajemen Tanah dan pemupukan Budidaya Perkebunan.Gadjah Mada Universitas Press, Yogyakarta.

Mangoensoekarjo, S., dan H, Semangun. 2003. Menajemen Agrobisnis Kelapa Sawit. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Musa, L., Mukhlis dan Rauf, A. 2006. Dasar Ilmu Tanah. Departemen Ilmu Tanah. Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.

Pahan, I. 2008. Panduan Lengkap Kelapa Sawit Manajemen Agribisnis dari Hulu hingga Hilir. Penebar Swadaya. Jakarta. 411 hal.

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian, 2013. Informasi ringkas komoditi perkebunan. Diakses dari http://pusdatin.setjen.deptan.go.id. pada tanggal 26 November 2013.

Rahardi, F. 1991. Hidroponik semakin canggih. Trubus : XXII (264) : 196198. Raisawati, T. 2006. Permasalahan perbenihan kelapa sawit. Media Infotama. 1(3):

40- 46.

Sastrosayono, S. 2003. Budi Daya Kelapa Sawit. PTAgromedia Pustaka. Jakarta. 66 Hal.

Setyamidjaja, D. 2006. Budidaya Kelapa Sawit (Revisi) Teknik Budidaya, Panen dan Pengolahan. Kanisius. Yogyakarta. 147 Hal.

Sipahutar, D. 2010. Teknologi Briket Sekam Padi. BPTP. Riau. Steenis, C.G.G.Van, 2001. Flora. Pradnya Paramitha, Jakarta.

Sunarko, 2007. Petunjuk Praktis Budi Daya dan Pengolahan Kelapa Sawit. Agromedia Pustaka. Jakarta. 70 hal.

Tim Bina Karya Tani. 2009. Tanaman Kelapa Sawit. Cetakan Pertama, CV. Yrama Widya; Bandung.

Tim Penulis PS. 2000. Kelapa Sawit, Usaha Budidaya, Pemanfaatan Hasil dan Aspek Pemasaran, Cetakan XII, Penebar Awadaya; Jakarta.

Wijaya, I Md. 1991. Penggunaan Sekam pada Pembibitan Beberapa Tanaman Hias Berkayu. [Skripsi] Mataram : Fakultas Pertanian UNRAM


(49)

Williams. 1987. Tree and Field Crops of the Wetter Regions of the Tropics. British library Cataloguing; Inggris.

Yahya, Z., A. Husin, J. Talib, J. Othman, O.H. Ahmed and M.B. Jalloh. 2010. Oil palm (Elaeis guineensis) roots response to mechanization in Bernam series soil. American Journal of Applied Science 7 (3): 343-348.


(50)

Lampiran Tabel 1. Data Tinggi Tanaman 2 MST (cm)

Perlakuan Blok Total Rataan

I II III

M0F0 37.33 33.50 39.37 110.20 36.73

M0F1 39.43 38.10 36.17 113.70 37.90

M0F2 38.30 43.67 38.33 120.30 40.10

M1F0 41.07 38.57 40.73 120.37 40.12

M1F1 37.53 39.50 37.00 114.03 38.01

M1F2 35.87 40.47 40.33 116.67 38.89

M2F0 39.33 40.90 39.33 119.57 39.86

M2F1 35.73 37.47 40.67 113.87 37.96

M2F2 38.27 36.37 37.33 111.97 37.32

M3F0 37.57 35.67 39.60 112.83 37.61

M3F1 35.10 39.83 34.63 109.57 36.52

M3F2 34.97 40.33 40.83 116.13 38.71

Total 450.50 464.37 464.33 1379.20

Rataan 37.54 38.70 38.69 38.31

FK = 52838.68

Lampiran Tabel 2. Daftar Sidik Ragam Tinggi Tanaman 2 MST

SK db JK KT F Ket.

hit 0.05 F0.05

Blok 2 10.66 5.33 1.03 3.44 tn

Perlakuan 11 50.71 4.61 0.89 2.26 tn

Media Tanam 3 8.81 2.94 0.57 3.05 tn

Frekuensi Penyiraman 2 9.36 4.68 0.90 3.44 tn

Mx F 6 32.54 5.42 1.05 2.55 tn

Error 22 113.85 5.17

Total 35 175.21


(51)

Lampiran Tabel 3. Data Tinggi Tanaman 4 MST (cm)

Perlakuan Blok Total Rataan

I II III

M0F0 38.70 35.53 40.80 115.03 38.34

M0F1 42.20 42.03 39.37 123.60 41.20

M0F2 40.00 45.50 38.83 124.33 41.44

M1F0 44.33 39.83 44.67 128.83 42.94

M1F1 40.17 42.03 38.17 120.37 40.12

M1F2 37.17 41.83 42.67 121.67 40.56

M2F0 43.33 41.67 42.37 127.37 42.46

M2F1 37.67 40.00 43.07 120.73 40.24

M2F2 37.07 39.17 39.90 116.13 38.71

M3F0 39.90 39.83 42.73 122.47 40.82

M3F1 37.50 41.40 36.90 115.80 38.60

M3F2 36.20 42.93 42.50 121.63 40.54

Total 474.23 491.77 491.97 1457.97

Rataan 39.52 40.98 41.00 40.50

FK=59046.3

Lampiran Tabel 4. Daftar Sidik Ragam Tinggi Tanaman 4 MST

SK db JK KT F Ket.

hit 0.05 F0.05

Blok 2 17.28 8.64 1.43 3.44 tn

Perlakuan 11 68.86 6.26 1.04 2.26 tn

Media Tanam 3 7.12 2.37 0.39 3.05 tn

Frekuensi Penyiraman 2 7.88 3.94 0.65 3.44 tn

M x F 6 53.86 8.98 1.48 2.55 tn

Error 22 133.04 6.05

Total 35 219.18


(52)

Lampiran Tabel 5. Data Tinggi Tanaman 6 MST (cm)

Perlakuan Blok Total Rataan

I II III

M0F0 47.30 40.50 45.87 133.67 44.56

M0F1 46.87 46.83 45.80 139.50 46.50

M0F2 47.23 51.67 45.03 143.93 47.98

M1F0 44.00 45.40 49.57 138.97 46.32

M1F1 41.33 46.67 40.27 128.27 42.76

M1F2 44.67 46.10 46.00 136.77 45.59

M2F0 45.90 46.63 48.13 140.67 46.89

M2F1 40.67 45.50 45.73 131.90 43.97

M2F2 45.50 44.00 42.67 132.17 44.06

M3F0 43.50 44.53 48.90 136.93 45.64

M3F1 41.87 45.80 43.57 131.23 43.74

M3F2 42.90 46.87 47.13 136.90 45.63

Total 531.73 550.50 548.67 1630.90

Rataan 44.31 45.88 45.72 45.30

FK= 73884.3

Lampiran Tabel 6. Daftar Sidik Ragam Tinggi Tanaman 6 MST

SK Db JK KT F Ket.

hit 0.05 F0.05

Blok 2 17.84 8.92 1.49 3.44 tn

Perlakuan 11 75.80 6.89 1.15 2.26 tn

Media Tanam 3 13.09 4.36 0.73 3.05 tn

Frekuensi Penyiraman 2 20.28 10.14 1.70 3.44 tn

M x F 6 42.44 7.07 1.18 2.55 tn

Error 22 131.42 5.97

Total 35 225.06


(53)

Lampiran Tabel 7. Data tinggi tanaman 8 MST (cm)

Perlakuan Blok Total Rataan

I II III

M0F0 53.40 48.20 54.00 155.60 51.87

M0F1 54.63 54.07 53.60 162.30 54.10

M0F2 60.07 58.73 47.90 166.70 55.57

M1F0 54.90 51.17 54.37 160.43 53.48

M1F1 46.93 52.20 52.20 151.33 50.44

M1F2 46.93 53.73 52.23 152.90 50.97

M2F0 51.23 55.17 56.13 162.53 54.18

M2F1 47.43 57.40 51.53 156.37 52.12

M2F2 53.07 48.93 47.73 149.73 49.91

M3F0 48.10 59.43 57.30 164.83 54.94

M3F1 50.83 54.20 52.10 157.13 52.38

M3F2 51.60 49.80 56.93 158.33 52.78

Total 619.13 643.03 636.03 1898.20

Rataan 51.59 53.59 53.00 52.73

FK=100087.9

Lampiran Tabel 8. Daftar Sidik Ragam Tinggi Tanaman 8 MST

SK db JK KT F Ket.

hit 0.05 F0.05

Blok 2 25.16 12.58 0.86 3.44 tn

Perlakuan 11 105.01 9.55 0.65 2.26 tn

Media Tanam 3 29.64 9.88 0.67 3.05 tn

Frekuensi Penyiraman 2 14.23 7.12 0.49 3.44 tn

M x F 6 61.14 10.19 0.70 2.55 tn

Error 22 322.12 14.64

Total 35 452.29


(54)

Lampiran Tabel 9. Data Tinggi Tanaman 10 MST (cm)

Perlakuan Blok

Total Rataan

I II III

M0F0 57.50 52.17 55.53 165.20 55.07

M0F1 58.67 59.33 58.23 176.23 58.74

M0F2 63.33 67.17 48.33 178.83 59.61

M1F0 57.33 54.50 61.07 172.90 57.63

M1F1 51.17 56.50 58.40 166.07 55.36

M1F2 53.73 59.83 57.83 171.40 57.13

M2F0 54.67 57.17 62.23 174.07 58.02

M2F1 50.97 64.50 53.33 168.80 56.27

M2F2 58.37 54.67 57.73 170.77 56.92

M3F0 54.77 64.50 65.20 184.47 61.49

M3F1 53.93 57.17 57.67 168.77 56.26

M3F2 52.87 55.87 59.37 168.10 56.03

Total 667.30 703.37 694.93 2065.60

Rataan 55.61 58.61 57.91 57.38

FK=118519.5

Lampiran Tabel 10. Daftar Sidik Ragam Tinggi Tanaman 10 MST

SK db JK KT F Ket.

hit 0.05 F0.05

Blok 2 59.32 29.66 1.41 3.44 tn

Perlakuan 11 114.71 10.43 0.50 2.26 tn

Media Tanam 3 9.26 3.09 0.15 3.05 tn

Frekuensi Penyiraman 2 11.75 5.88 0.28 3.44 tn

M x F 6 93.70 15.62 0.74 2.55 tn

Error 22 462.58 21.03

Total 35 636.61


(55)

Lampiran Tabel 11. Data tinggi tanaman 12 MST (cm)

Perlakuan Blok

Total Rataan

I II III

M0F0 62.47 54.83 64.97 182.27 60.76

M0F1 64.33 61.00 64.47 189.80 63.27

M0F2 66.67 73.93 70.33 210.93 70.31

M1F0 66.83 59.37 66.67 192.87 64.29

M1F1 59.13 63.60 63.73 186.47 62.16

M1F2 62.93 63.33 59.47 185.73 61.91

M2F0 71.73 59.90 62.23 193.87 64.62

M2F1 58.83 71.63 59.17 189.63 63.21

M2F2 66.00 58.50 61.70 186.20 62.07

M3F0 75.40 72.23 67.13 214.77 71.59

M3F1 65.80 61.83 59.20 186.83 62.28

M3F2 69.70 64.73 63.40 197.83 65.94

Total 789.83 764.90 762.47 2317.20

Rataan 65.82 63.74 63.54 64.37

FK=149150.4

Lampiran Tabel 12. Daftar Sidik Ragam Tinggi Tanaman 12 MST

SK db JK KT F Ket.

hit 0.05 F0.05

Blok 2 38.24 19.12 1.04 3.44 tn

Perlakuan 11 378.65 34.42 1.88 2.26 tn

Media Tanam 3 79.31 26.44 1.44 3.05 tn

Frekuensi Penyiraman 2 48.74 24.37 1.33 3.44 tn

M x F 6 250.60 41.77 2.28 2.55 tn

Error 22 403.00 18.32

Total 35 819.88


(56)

Lampiran Tabel 13. Data Diameter Batang 2 MST(mm)

Perlakuan Blok Total Rataan

I II III

M0F0 14.50 16.00 15.58 46.08 15.36

M0F1 13.42 14.50 15.73 43.65 14.55

M0F2 15.50 18.74 15.75 49.99 16.66

M1F0 16.42 17.42 15.33 49.17 16.39

M1F1 15.33 14.75 15.00 45.08 15.03

M1F2 14.33 18.08 15.08 47.50 15.83

M2F0 16.42 17.33 18.50 52.25 17.42

M2F1 14.50 17.17 15.83 47.50 15.83

M2F2 12.92 16.08 15.25 44.25 14.75

M3F0 15.50 17.50 17.50 50.50 16.83

M3F1 13.67 15.58 13.25 42.50 14.17

M3F2 13.08 18.00 17.67 48.75 16.25

Total 175.58 201.15 190.48 567.22

Rataan 14.63 16.76 15.87 15.76

FK= 8937.181

Lampiran Tabel 14. Daftar Sidik Ragam Diameter Batang 2 MST

SK db JK KT F Ket.

hit 0.05

Blok 2 27.49 13.75 12.06 3.44 *

Perlakuan 11 33.22 3.02 2.65 2.26 *

Media Tanam 3 1.02 0.34 0.30 3.05 tn

Frekuensi Penyiraman 2 15.72 7.86 6.89 3.44 *

Linier 1 2.35 2.35 2.06 4.33 tn

Kuadratik 1 13.36 13.36 11.72 4.33 *

M x F 6 16.49 2.75 2.41 2.55 tn

Error 22 25.09 1.14

Total 35 85.80


(57)

Lampiran Tabel 15. Data Diameter Batang 4 MST (mm)

Perlakuan Blok Total Rataan

I II III

M0F0 16.50 18.50 18.25 53.25 17.75

M0F1 14.75 15.67 18.17 48.58 16.19

M0F2 16.08 21.17 18.17 55.42 18.47

M1F0 14.58 18.33 17.00 49.92 16.64

M1F1 15.58 16.92 16.58 49.08 16.36

M1F2 16.08 19.67 16.75 52.50 17.50

M2F0 16.17 20.58 20.33 57.08 19.03

M2F1 15.25 19.08 18.83 53.17 17.72

M2F2 15.58 17.33 17.42 50.33 16.78

M3F0 17.25 19.42 19.17 55.83 18.61

M3F1 16.75 17.17 16.42 50.33 16.78

M3F2 14.92 18.50 19.25 52.67 17.56

Total 189.50 222.33 216.33 628.17

Rataan 15.79 18.53 18.03 17.45

FK=10960.93

Lampiran Tabel 16. Daftar Sidik Ragam Diameter Batang 4 MST

SK db JK KT F Ket.

hit 0.05 F 0.05

Blok 2 50.95 25.47 23.68 3.44 *

Perlakuan 11 28.15 2.56 2.38 2.26 *

Media tanam 3 5.17 1.72 1.60 3.05 tn

Frekuensi penyiraman 2 9.56 4.78 4.44 3.44 *

Linier 1 1.11 1.11 1.03 4.33 tn

Kuadratik 1 8.45 8.45 7.85 4.33 *

M x F 6 13.42 2.24 2.08 2.55 tn

Error 22 23.67 1.08

Total 35 102.77


(58)

Lampiran Tabel 17. Data Diameter Batang 6 MST (mm)

Perlakuan Blok Total Rataan

I II III

M0F0 21.00 21.67 22.08 64.75 21.58

M0F1 21.17 21.83 20.42 63.42 21.14

M0F2 16.92 23.75 20.33 61.00 20.33

M1F0 20.50 21.25 21.33 63.08 21.03

M1F1 19.75 20.75 18.42 58.92 19.64

M1F2 16.75 21.50 18.75 57.00 19.00

M2F0 21.00 22.42 22.00 65.42 21.81

M2F1 18.17 25.33 21.58 65.08 21.69

M2F2 20.58 18.83 18.75 58.17 19.39

M3F0 19.08 22.58 20.50 62.17 20.72

M3F1 20.67 19.67 19.50 59.83 19.94

M3F2 16.25 19.92 21.83 58.00 19.33

Total 231.83 259.50 245.50 736.83

Rataan 19.32 21.63 20.46 20.47

FK= 15081.2

Lampiran Tabel 18. Daftar Sidik Ragam Diameter Batang 6 MST

SK db JK KT F Ket.

hit 0.05 F 0.05

Blok 2 31.90 15.95 5.89 3.44 *

Perlakuan 11 32.86 2.99 1.10 2.26 tn

Media Tanam 3 9.92 3.31 1.22 3.05 tn

Frekuensi Penyiraman 2 19.15 9.58 3.54 3.44 *

Linier 1 18.81 18.81 6.94 4.33 *

Kuadratik 1 0.34 0.34 0.13 4.33 tn

M x F 6 3.78 0.63 0.23 2.55 tn

Error 22 59.59 2.71

Total 35 124.34


(59)

Lampiran Tabel 19. Data Diameter Batang 8 MST (mm)

Perlakuan Blok Total Rataan

I II III

M0F0 23.17 24.58 25.75 73.50 24.50

M0F1 22.42 22.33 20.83 65.58 21.86

M0F2 17.67 26.75 23.75 68.17 22.72

M1F0 24.75 24.08 24.42 73.25 24.42

M1F1 22.50 22.67 21.00 66.17 22.06

M1F2 19.25 23.00 21.75 64.00 21.33

M2F0 24.08 22.92 22.42 69.42 23.14

M2F1 20.08 25.92 22.33 68.33 22.78

M2F2 23.08 22.67 22.75 68.50 22.83

M3F0 23.25 24.50 23.50 71.25 23.75

M3F1 23.33 22.25 22.25 67.83 22.61

M3F2 19.25 22.08 23.92 65.25 21.75

Total 262.83 283.75 274.67 821.25

Rataan 21.90 23.65 22.89 22.81

FK=18734.77

Lampiran Tabel 20. Daftar Sidik Ragam Diameter Batang 8 MST

SK db JK KT F Ket.

hit0.05 F 0.05

Blok 2 18.33 9.17 2.87 3.44 tn

Perlakuan 11 33.76 3.07 0.96 2.26 tn

Media Tanam 3 1.02 0.34 0.11 3.05 tn

Frekuensi Penyiraman 2 23.51 11.76 3.68 3.44 *

Linier 1 19.26 19.26 6.03 4.33 *

Kuadratik 1 4.25 4.25 1.33 4.33 tn

M x F 6 9.22 1.54 0.48 2.55 tn

Error 22 70.22 3.19

Total 35 122.31


(60)

Lampiran Tabel 21. Data Diameter Batang 10 MST (mm)

Perlakuan Blok Total Rataan

I II III

M0F0 26.08 27.58 27.50 81.17 27.06

M0F1 24.42 24.50 22.83 71.75 23.92

M0F2 20.08 28.50 25.25 73.83 24.61

M1F0 26.83 26.75 25.67 79.25 26.42

M1F1 24.58 25.08 22.83 72.50 24.17

M1F2 22.08 24.42 23.42 69.92 23.31

M2F0 24.83 23.42 23.67 71.92 23.97

M2F1 20.58 26.42 23.58 70.58 23.53

M2F2 23.83 23.17 24.00 71.00 23.67

M3F0 26.83 27.50 26.42 80.75 26.92

M3F1 25.17 22.75 23.50 71.42 23.81

M3F2 20.75 25.83 26.25 72.83 24.28

Total 286.08 305.92 294.92 886.92

Rataan 23.84 25.49 24.58 24.64

FK=21850.59

Lampiran Tabel 22. Daftar Sidik Ragam Diameter Batang 10 MST

SK db JK KT F Ket.

hit 0.05 F 0.05

Blok 2 16.46 8.23 2.58 3.44 tn

Perlakuan 11 60.48 5.50 1.73 2.26 tn

Media Tanam 3 11.51 3.84 1.20 3.05 tn

Frekuensi Penyiraman 2 38.11 19.06 5.98 3.44 *

Linier 1 27.09 27.09 8.50 4.33 *

Kuadratik 1 11.02 11.02 3.46 4.33 tn

M x F 6 10.86 1.81 0.57 2.55 tn

Error 22 70.10 3.19

Total 35 147.04


(61)

Lampiran Tabel 23. Data Diameter Batang 12 MST (mm)

Perlakuan Blok Total Rataan

I II III

M0F0 27.42 29.00 28.83 85.25 28.42

M0F1 26.83 27.17 26.00 80.00 26.67

M0F2 22.17 29.83 27.75 79.75 26.58

M1F0 28.50 29.17 29.00 86.67 28.89

M1F1 26.33 27.75 25.58 79.67 26.56

M1F2 24.58 26.75 26.83 78.17 26.06

M2F0 26.75 26.25 26.33 79.33 26.44

M2F1 21.83 27.83 25.42 75.08 25.03

M2F2 25.08 25.75 26.42 77.25 25.75

M3F0 28.92 30.25 27.50 86.67 28.89

M3F1 26.42 24.75 25.17 76.33 25.44

M3F2 22.00 24.42 27.00 73.42 24.47

Total 306.83 328.92 321.83 957.58

Rataan 25.57 27.41 26.82 26.60

FK=25471.27

Lampiran Tabel 24. Daftar Sidik Ragam Diameter Batang 12 MST

SK db JK KT F Ket.

hit0.05 F 0.05

Blok 2 21.19 10.60 4.20 3.44 *

Perlakuan 11 69.49 6.32 2.51 2.26 *

Media Tanam 3 14.01 4.67 1.85 3.05 tn

Frekuensi Penyiraman 2 44.08 22.04 8.74 3.44 *

Linier 1 35.85 35.85 14.23 4.33 *

Kuadratik 1 8.22 8.22 3.26 4.33 tn

M x F 6 11.40 1.90 0.75 2.55 tn

Error 22 55.44 2.52

Total 35 146.12


(62)

Lampiran Tabel 25. Data Jumlah Daun (helai) 2 MST

Perlakuan Blok Total Rataan

I II III

M0F0 6.33 6.00 6.00 18.33 6.11

M0F1 6.67 6.00 6.00 18.67 6.22

M0F2 6.00 6.67 6.33 19.00 6.33

M1F0 6.33 6.67 6.33 19.33 6.44

M1F1 6.00 6.33 6.33 18.67 6.22

M1F2 6.00 7.00 6.00 19.00 6.33

M2F0 6.67 6.33 6.33 19.33 6.44

M2F1 6.33 7.00 6.00 19.33 6.44

M2F2 6.00 6.33 6.33 18.67 6.22

M3F0 6.33 6.67 6.00 19.00 6.33

M3F1 6.00 6.00 6.00 18.00 6.00

M3F2 5.33 6.33 6.33 18.00 6.00

Total 74.00 77.33 74.00 225.33

Rataan 6.17 6.44 6.17 6.26

FK=1410.42

Lampiran Tabel 26.Daftar Sidik Ragam Jumlah Daun 2 MST

SK db JK KT F Ket.

hit0.05 F 0.05

Blok 2 0.62 0.31 2.89 3.44 tn

Perlakuan 11 0.84 0.08 0.72 2.26 tn

Media Tanam 3 0.37 0.12 1.16 3.05 tn

Frekuensi Penyiraman 2 0.10 0.05 0.46 3.44 tn

Mx F 6 0.37 0.06 0.58 2.55 tn

Error 22 2.35 0.11

Total 35 3.80


(63)

Lampiran Tabel 27. Data Jumlah Daun (helai) 4 MST

Perlakuan Blok Total Rataan

I II III

M0F0 7.00 6.33 6.33 19.67 6.56

M0F1 7.33 6.67 7.00 21.00 7.00

M0F2 7.00 6.67 6.67 20.33 6.78

M1F0 7.00 7.00 6.67 20.67 6.89

M1F1 6.67 6.67 6.67 20.00 6.67

M1F2 6.33 7.00 7.00 20.33 6.78

M2F0 7.33 6.67 6.67 20.67 6.89

M2F1 7.00 7.67 6.33 21.00 7.00

M2F2 6.67 6.67 6.67 20.00 6.67

M3F0 6.67 7.33 6.33 20.33 6.78

M3F1 6.67 6.33 6.33 19.33 6.44

M3F2 5.33 6.33 6.67 18.33 6.11

Total 81.00 81.33 79.33 241.67

Rataan 6.75 6.78 6.61 6.71

FK=1622.299

Lampiran Tabel 28. Daftar Sidik Ragam Jumlah Daun 4 MST

SK db JK KT F Ket.

hit0.05 F 0.05

Blok 2 0.19 0.10 0.60 3.44 tn

Perlakuan 11 2.11 0.19 1.20 2.26 tn

Media Tanam 3 0.90 0.30 1.88 3.05 tn

Frekuensi Penyiraman 2 0.30 0.15 0.95 3.44 tn

Mx F 6 0.91 0.15 0.95 2.55 tn

Error 22 3.51 0.16

Total 35 5.81


(1)

Lampiran Tabel 39. Data Bobot Basah per Sampel (g)

Perlakuan Blok Total Rataan

I II III

M0F0 88.60 73.98 68.28 230.86 76.95

M0F1 98.01 85.03 77.54 260.58 86.86

M0F2 81.39 130.52 85.98 297.89 99.30

M1F0 79.75 69.18 81.86 230.79 76.93

M1F1 76.67 87.55 62.82 227.04 75.68

M1F2 57.51 84.54 86.91 228.96 76.32

M2F0 103.91 89.24 83.55 276.69 92.23

M2F1 84.64 75.46 63.28 223.38 74.46

M2F2 69.68 61.93 71.32 202.92 67.64

M3F0 75.98 96.53 108.16 280.67 93.56

M3F1 68.29 59.32 84.85 212.46 70.82

M3F2 86.53 74.75 84.87 246.15 82.05

Total 970.95 988.03 959.42 2918.39

Rataan 80.91 82.34 79.95 81.07

FK=236583.9

Lampiran Tabel 40.Daftar Sidik Ragam Bobot Basah per Sampel

SK db JK KT F Ket.

hit0.05 F 0.05

Blok 2 34.53 17.26 0.09 3.44 tn

Perlakuan 11 3185.91 289.63 1.50 2.26 tn

Media Tanam 3 689.08 229.69 1.19 3.05 tn

Frekuensi Penyiraman 2 381.58 190.79 0.99 3.44 tn

Mx F 6 2115.25 352.54 1.82 2.55 tn

Error 22 4254.63 193.39

Total 35 7475.07


(2)

Lampiran Tabel 41. Data Bobot Kering per Sampel (g)

Lampiran Tabel 42. Sidik Ragam Bobot Kering per Sampel

SK db JK KT F Ket.

hit0.05 F 0.05

Blok 2 142.31 71.15 3.86 3.44 *

Perlakuan 11 311.09 28.28 1.53 2.26 tn

Media Tanam 3 81.23 27.08 1.47 3.05 tn

Frekuensi Penyiraman 2 82.38 41.19 2.23 3.44 tn

Mx F 6 147.48 24.58 1.33 2.55 tn

Error 22 405.55 18.43

Total 35 858.94

KK =17.17%

Keterangan : *: Nyata tn: Tidak nyata

Perlakuan Blok Total Rataan

I II III

M0F0 26.15 23.53 21.14 70.83 23.61

M0F1 27.31 24.56 20.87 72.74 24.25

M0F2 26.80 27.25 25.85 79.90 26.63

M1F0 25.51 24.24 23.25 73.00 24.33

M1F1 20.62 25.76 21.13 67.51 22.50

M1F2 17.63 22.14 23.73 63.50 21.17

M2F0 28.89 28.91 28.36 86.16 28.72

M2F1 21.67 37.50 19.50 78.67 26.22

M2F2 22.11 25.40 19.86 67.36 22.45

M3F0 21.39 42.71 31.56 95.66 31.89

M3F1 18.62 22.79 25.60 67.00 22.33

M3F2 23.66 28.79 25.25 77.71 25.90

Total 280.35 333.59 286.10 900.03

Rataan 23.36 27.80 23.84 25.00


(3)

Lampiran Tabel 43. Jadwal Rencana Kegiatan Percobaan No

.

KEGIATAN MINGGU KETERANGAN

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 Penyiapan

lahan dan pembuatan Rumah Plastik

X

2 Persiapan media tanam

X 3 Penyediaan

bahan tanaman

X 4 Pemberian

sekam padi

X 5 Penanaman

bibit ke polibag

X

6 Pengaplikasia n pupuk Rock phosphate

X

7 Pengaplikasia n pupuk NPKMg

X X

5 Pemeliharaan tanaman

Penyiraman X X X X X X X X X X X X Penyulaman X

Penyiangan Dilakukan sesuai dengan kondisi lapangan Pengandalian

hama dan penyakit

6 Parameter Pengamatan Tinggi

tanaman (cm)

X X X X X X

Diameter batang (mm)

X X X X X X

Jumlah daun (helai)

X X X X X X

Luas daun (cm2)

X Bobot basah bibit (g) X Bobot kering bibit (g)


(4)

Lampiran Tabel 44. Kebutuhan Pupuk

a. Aplikasi Rock Phopat 30gr/ polybag

b. Pupuk NPK 15:15:15

Kebutuhan/polybag = 10 gr pupuk dasar pada bulan pertama. Kebutuhan/polybag = 15 gr pada bulan kedua.


(5)

Lampiran Tabel 45. Perhitungan Perbandingan Media Tanam Antara Tanah Ultisol dengan Sekam Padi

M0 = Tanah ultisol (Kontrol) ; 10 kg Tanah Ultisol

M1 = Tanah ultisol + sekam padi ( 2:1 ) ; (2/3 x 10 = 6.7 kg + 1/3 x 10 = 3.3 kg) M2 = Tanah ultisol + sekam padi ( 1:1 ) ; (1/2 x 10 = 5 kg + 1/2 x 10 = 5 kg) M3 = Tanah ultisol + sekam padi ( 1:2 ) ; (1/3 x 10 = 3.3 kg + 2/3 x 10 = 6.7 kg)

M0 : (45 polybag x 10 kg tanah ultisol = 450 kg tanah ultisol)

M1 : (45 polybag x 6.7 kg tanah ultisol = 301.5 kg tanah ultisol + 45 polybag x 3.3 kg sekam padi = 148.5 kg sekam padi)

M2 : (45 polybag x 5 kg tanah ultisol = 225 kg tanah ultisol + 45 polybag x 5 kg sekam padi = 225 kg sekam padi)

M3 : (45 polybag x 3.3 kg tanah ultisol = 148.5 kg tanah ultisol + 45 polybag x 6.7 kg sekam padi = 301.5 kg sekam padi)


(6)

200cm

U

50 cm 80 cm

Lampiran Gambar 1. Bagan Percobaan

Ulangan 1 Ulangan 2 Ulangan 3

Lampiran Gambar 2. Bagan Letak Tanaman dalam Plot Percobaan

M1F0 M2F2 M3F0

M2F0 M0F2

M3F0 M1F0 M0F2 M2F2 M3F2

M1F1 M3F1

M1F2 M2F1

M0F1 M3F1

M2F1 M2F2 M0F1 M3F2 M1F2 M1F0 M0F0 M2F0

M1F2 M2F1 M0F2 M1F1 M3F2

M3F0 M0F0 M1F1

M0F1 M0F0 M2F0

M3F1

S