Analisis Trend Konsumsi Kayu Konstruksi di Perumahan Kota Depok, Provinsi Jawa Barat

ANALISIS TREND KONSUMSI KAYU KONSTRUKSI DI
PERUMAHAN KOTA DEPOK, PROVINSI JAWA BARAT

MOH YUDI

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK
CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Trend
Konsumsi Kayu Konstruksi di Perumahan Kota Depok, Provinsi Jawa Barat
adalah benar karya saya dengan arahan dari pembimbing dan belum
diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun
tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada
Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Agustus 2014
Moh Yudi
NIM E14070031

ABSTRAK
MOH YUDI. Analisis Trend Konsumsi Kayu Konstruksi di Perumahan
Kota Depok, Provinsi Jawa Barat. Dibimbing oleh HARDJANTO.
Hutan sebagai penyedia papan berkualitas berupa kayu. Hasil hutan berupa
kayu merupakan komponen penting pada pembangunan rumah sehingga laju
pembangunan rumah di Kota Depok mempengaruhi tingkat konsumsi kayu
konstruksi yang dibutuhkan dalam industri perumahan. Penelitian ini dilakukan
di Kota Depok yang merupakan salah satu kota terletak strategis berbatasan
langsung dengan DKI Jakarta. Kota Depok dikenal kawasan perumahan bagi
pekerja yang bekerja di DKI Jakarta. Penelitian ini dilakukan pada bulan MaretJuli 2014. Tujuan dari penelitian ialah mengestimasi peramalan trend tingkat
konsumsi kayu konstruksi di perumahan Kota Depok dan mengetahui faktorfaktor yang mempengaruhinya. Metode penelitian dengan observasi dan
wawancara kemudian dilakukan analisis proyeksi trend konsumsi kayu
konstruksi untuk mendapatkan gambaran konsumsi kayu di Kota Depok dan
analisis faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat konsumsi kayu konstruksi

dengan metode regresi berganda data panel. Hasil penelitian ini menunjukkan
trend konsumsi kayu konstruksi di perumahan cenderung turun, sedangkan
konsumsi barang substitusi seperti baja ringan mengalami kenaikan. Faktor yang
mempengaruhi tingkat konsumsi kayu konstruksi di Kota Depok adalah harga
baja ringan, harga kayu jenis Meranti (Shorea spp), luas bangunan, jumlah
penduduk, pendapatan rumah tangga dan selera yang berpengaruh nyata secara
statistik pada taraf nyata 5% dan selang kepercayaan 95%.
Kata kunci: hutan, kayu, permintaan, trend.

ABSTRACT
MOH YUDI. Consumption trend Analysis of Constructional Wood in
Housing Complexes in Depok, West Java. Supervised by HARDJANTO
As the producer of housing board, forest are an important component in
house development. It makes sense that the rate of house development affects
the sum of constructional wood in house development industry especially in
Depok City, West Java. Depok City has a strategic location which directly
adjacent with the capital city of Indonesia, Jakarta. This research was done on
March - July 2014 in Depok. The intention of this research is estimating the
wood consumption trend of housing board in housing complexes in Depok City
and understanding the factors that affect it. The method of this research is by

observation and interview and then use trend projected analysis which gave the
overview of wood consumption in Depok CIty and analysis of factors by using
ordinary least squared (OLS) panel data. The result of this research show that the
trend of constructional wood consumption in house development decreased
relatively, on the other side the consumption of substitute goods such as
constructional light steel increased relatively. The factors which affected the
level of consumption are : price of light steel, price of Meranti Wood (Shorea

ii
spp), building area, population, income of the population, and preference which
significantly affected in significant level of 5% and confidence level of 95%.
Key words: forest, wood, demand, trend.

iii

ANALISIS TREND KONSUMSI KAYU KONSTRUKSI DI
PERUMAHAN KOTA DEPOK, PROVINSI JAWA BARAT

MOH YUDI


Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kehutanan
pada
Departemen Manajemen Hutan

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

iv

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2014
Hak Cipta Dilindungi Undang-undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa
mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk
kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan
laporan, penyusunan kritik, dan peninjauan suatu masalah; dan pengutipan

tersebut tidak merugikan IPB.
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya
tulis ini dalam bentuk apapun tanpa izin IPB.

v
Judul Skripsi : Analisis Trend Konsumsi Kayu Konstruksi di Perumahan
Kota Depok, Provinsi Jawa Barat
Nama
: Moh Yudi
NIM
: E14070031

Disetujui oleh

Prof Dr Ir Hardjanto, MS
Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Ir Ahmad Budiaman, M.Sc. F.Trop

Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

vi

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karuniaNya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam
penelitian yang dilaksanakan pada bulan Maret-Juli 2014 adalah trend konsumsi
kayu, dengan judul Studi Analisis Trend Konsumsi Kayu Konstruksi di
Perumahan Kota Depok, Provinsi Jawa Barat.
Terima kasih penulis ucapkan kepada:
1.
Bapak Prof. Dr. Ir. Hardjanto, MS selaku pembimbing atas segala
arahan dan bimbingan dalam penyelesaian skripsi ini,
2.
Ibu Dra. Sri Rahaju, M.Si dan Ibu Dr. Ir. Noor Farikhah Haneda, MS
selaku dosen penguji dalam ujian sidang,
3.
Bapak Ibnu, Bapak Satria, Bapak Darmawangsa, Ibu Sri beserta

seluruh keluarga besar Badan Penanaman Modal dan Pelayanan
Perijinan Terpadu (BPMP2T), Dinas Tata Ruang dan Bangunan,
BAPPEDA, BPS, toko bangunan Bintang Jaya, Nenggolo dan Prima Steel,
serta warga perumahan di Kota Depok yang telah membantu selama
pengumpulan data,
4.
Mamah Eti Rumiyati, istri tercinta Rizky Amelia serta seluruh
keluarga besar di Cirebon dan Bekasi.
5.
Tim Baitussalam Land Development, Teman Kost Baitussalam, Keluarga
besar Mitra Siswa, Keluarga Besar Manajemen Hutan 44 atas segala doa,
dukungan, kesabaran, dan bantuannya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Agustus 2014

Moh Yudi

vii


DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
TINJAUAN PUSTAKA
Pengertian Permintaan
Pengertian Konsumsi dan Perilaku Konsumen
Konsumsi Kayu
METODE PENELITIAN
Lokasi dan Waktu Penelitian
Jenis dan Sumber Data
Metode Pengumpulan Sampel
Metode Analisis
Proyeksi Trend Konsumsi Kayu
Proyeksi Trend Konsumsi Baja Ringan

Analisis Faktor-faktor Konsumsi Kayu
Pengolahan dan Analisis Data
Batasan Penelitian
HASIL DAN PEMBAHASAN
Luas Areal Perumahan di Kota Depok
Tingkat Konsumsi Kayu
Peramalan Konsumsi Kayu
Proyeksi Trend Konsumsi Baja Ringan
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Konsumsi Kayu
PENUTUP
Simpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP

Halaman
v
vi
vi

1
1
2
2
3
3
3
3
4
5
5
5
5
6
6
8
9
9
10
11

11
12
13
16
19
21
21
22
22
29
29

DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6

Produksi Kayu Gergajian di Indonesia Tahun 2008 – 2012
Jumlah Penduduk di Kota Depok Tahun 2009 – 2013
Sumber dan Jenis Data yang Diperlukan
Tujuan Penelitian dan Metode Prosedur Analisis Data
Luas Areal Perumahan Kota Depok Tahun 2009 – 2013
Luas Wilayah dan Jumlah Rumah per Kecamatan di Kota
Depok

Halaman
1
2
5
6
11
11

viii
7
8
9
10
11
12
13
14
15

Jumlah dan Persentase Rumah Menurut Tipe Rumah di Kota
Depok
Kebutuhan Kayu Konstruksi Menurut Tipe Rumah di Kota
Depok
Tingkat Konsumsi Kayu Konstruksi Perumahan di Kota Depok
Persamaan dan Nilai MAPE Konsumsi Kayu Konstruksi di
Kota Depok
Hasil Proyeksi Trend Konsumsi Kayu Konstruksi di Kota
Depok
Kebutuhan Baja Ringan Menurut Tipe Rumah di Kota Depok
Persamaan Model dan Nilai MAPE Trend Konsumsi Baja
Ringan di Kota Depok
Hasil Proyeksi Trend Konsumsi Baja Ringan di Kota Depok
Hasil Uji Regresi Fungsi Konsumsi Kayu Konstruksi di Kota
Depok

12
13
13
15
16
17
17
18
20

DAFTAR GAMBAR
Halaman
1
2
3
4
5
6

Model Trend Linear Konsumsi Kayu Konstruksi di Perumahan
Kota Depok Tahun 2009 – 2018
Model Trend Kuadratik Konsumsi Kayu Konstruksi di
Perumahan Kota Depok Tahun 2009 – 2018
Model Trend Eksponensial Konsumsi Kayu Konstruksi di
Perumahan Kota Depok Tahun 2009 – 2018
Model Trend Linear Konsumsi Baja Ringan di Perumahan Kota
Depok Tahun 2009 – 2018
Model Trend Kuadratik Konsumsi Baja Ringan di Perumahan
Kota Depok Tahun 2009 – 2018
Model Trend Eksponensial Konsumsi Baja Ringan di
Perumahan Kota Depok Tahun 2009 – 2018

14
14
15
18
19
19

DAFTAR LAMPIRAN

1
2
3

Kebutuhan Komponen Kayu Tipe Rumah 22 m2
Kebutuhan Komponen Kayu Tipe Rumah 36 m2
Analisis Regresi Konsumsi Kayu Konstruksi Perumahan di
Kota Depok

Halaman
23
24
24

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Hutan menurut Undang-undang No.41 pasal 1 tentang kehutanan tahun
1999 adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan yang berisi sumber
daya alam hayati yang didominasi oleh pepohonan dalam persekutuan alam
lingkungannya, yang satu dengan yang lainnya tidak dapat dipisahkan 1. Salah satu
hasil hutan adalah kayu, yang mempunyai nilai ekonomis dan dapat dimanfaatkan
oleh manusia untuk berbagai keperluan baik dalam kayu bulat maupun produk
turunannya seperti bahan baku kertas, bahan bangunan, energi dan perabot rumah
tangga.
Kebutuhan kayu akan terus meningkat seiring dengan pertumbuhan jumlah
penduduk dan rumah tangga yang membutuhkan rumah sebagai tempat tinggalnya.
Kayu merupakan komponen yang paling penting dalam pembangunan rumah,
dimana kayu digunakan sebagai rangka atap, kusen, jendela dan pintu. Kayu
tersebut berasal dari kayu gergajian yang diubah menjadi komponen rumah.
Akibat peningkatan permintaan rumah memicu terjadi peningkatan konsumsi
kayu gergajian, khususnya kayu konstruksi. Tabel 1 menggambarkan produksi
kayu gergajian di Indonesia tahun 2008-2009 yang cenderung meningkat.
Tabel 1. Produksi Kayu Gergajian di Indonesia Tahun 2008-2012
Tahun
Produksi Kayu Gergajian (m3/tahun)
2008
1.754.110
2009
2.535.030
2010
2.822.030
2011
2.967.030
2012
3.205.030
Sumber : Kementerian Kehutanan (2013)
Depok merupakan wilayah yang berdekatan dengan Ibukota Negara
Republik Indonesia, dimana banyaknya perkantoran, pusat pendidikan dan
pemerintaahn mengakibatkan tingginya jumlah penduduk di Kota Depok. Seperti
data pada Tabel 2, jumlah penduduk Kota Depok setiap tahun mengalami
peningkatan. Peningkatan jumlah penduduk memicu tingginya permintaan rumah
di Kota Depok, dan secara tidak langsung mempengaruhi permintaan kayu
konstruksi.

1

http://www.dephut.go.id/INFORMASI/UNDANG2/uu/41_99.htm, diakses 20 Agustus 2014

2
Tabel 2. Jumlah Penduduk di Kota Depok Tahun 2009-2013
Tahun
Jumlah Penduduk di Kota Depok (Jiwa)
2009
1.536.980
2010
1.681.666
2011
1.813.613
2012
1.898.567
2013
2.007.610
Sumber : BPS (2014)
Perumusan Masalah
Kebutuhan kayu konstruksi terus meningkat seiring dengan pertumbuhan
jumlah penduduk dan laju pembangunan rumah. Disisi lain luas hutan Indonesia
terus berkurang dan pasokan kayu dari hutan alam kian menurun baik kualitas
maupun kuantitasnya. Untuk mengatasi permasalahan pasokan kayu dari hutan
alam, diusahakan pemanfaatan kayu yang berasal dari hutan rakyat dan hutan
tanaman untuk industri berskala kecil.
Depok salah satu kotamadya dengan laju pertumbuhan penduduk yang
meningkat dan laju pembangunan rumah yang bertambah. Karena menurut
Supriyati (2006) mengatakan bahwa pada tahun 1976 Depok mulai dipersiapkan
untuk kawasan perumahan bagi yang bekerja di Jakarta. Kemudian terus
berkembang dan mengalami perubahan orientasi sebagai pemukiman, pendidikan
perdagangan dan jasa. Pada tahun 1999 Depok diresmikan menjadi Kotamadya
Daerah Tingkat II Depok berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 15 tahun 1999. Kotamadya Depok merupakan salah satu kotamadya yang
berbatasan langsung dengan wilayah DKI Jakarta yang mengalami perkembangan
cukup pesat. Menurut Situmorang (2011) mengatakan ada empat faktor yang
memicu perkembangan wilayah Kotamadya Depok, yaitu kedekatan geografis
dengan DKI Jakarta, adanya Universitas Indonesia, daya tarik sebagai
permukiman dan otonomi daerah. Keempat faktor ini bekerja simultan
mendongkrak ekonomi Kota Depok.
Perumahan di Kota Depok umumnya menggunakan bahan baku kayu
konstruksi. Selain itu, produk baja ringan sudah dikenal dan banyak dikonsumsi di
berbagai perumahan di Kota Depok. Harga kayu maupun baja ringan dan selera
akan berpengaruh terhadap konsumsi kayu konstruksi perumahan di Kota Depok.
Berdasarkan penjelasan tersebut menarik untuk dikaji mengenai
permasalahan yang ada di Kota Depok, diantaranya :
1.
Mengestimasi proyeksi trend tingkat konsumsi kayu konstruksi di
perumahan Kota Depok selama lima tahun yang akan datang.
2.
Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat konsumsi kayu
konstruksi perumahan Kota Depok.
Tujuan Penelitian
1.

Tujuan yang ingin dicapai pada penelitian ini adalah:
Mengestimasi peramalan atau proyeksi trend tingkat konsumsi kayu
konstruksi di perumahan Kota Depok lima tahun yang akan datang.

3
2.

Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat konsumsi kayu
konstruksi di perumahan Kota Depok.
Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada pihak yang
terkait dengan perencanaan tata kota dan bangunan. Disamping itu informasi ini
juga bermanfaat bagi para pelaku pemasaran kayu dan bahan bangunan pada
umumnya.

TINJAUAN PUSTAKA
Pengertian Permintaan
Permintaan adalah banyaknya jumlah barang yang diminta pada suatu pasar
tertentu dengan tingkat harga tertentu pada tingkat pendapatan tertentu dan dalam
periode tertentu (Putong, 2003). Menurut Lipsey (1995) ada tiga hal penting yang
perlu diperhatikan dalam konsep permintaan yaitu : (1) jumlah yang diminta
merupakan kuantitas yang diinginkan (desire), ini menunjukan berapa banyak
yang ingin dibeli atas dasar harga komoditi tersebut, harga produk lain,
penghasilan, selera dan sebagainya, (2) apa yang diinginkan tidak merupakan
harapan kosong tetapi merupakan permintaan efektif dan (3) kuantitas yang
diminta merupakan arus pembelian yang kontinyu. Menurut Miller dan Meiners
(2000) faktor lain yang mempengaruhi permintaan yaitu:
1.
Pendapatan. Kenaikan pendapatan akan menyebabkan kenaikan permintaan
sehingga akan menyebabkan kurva permintaan naik ke kanan atas.
2.
Selera dan preferensi. Selera adalah determinan non harga, oleh karena itu
biasanya diasumsikan bahwa selera konstan dan mencari sifat-sifat lain yang
mempengaruhi perilaku.
3.
Harga barang-barang yang berkaitan: substitusi dan komplemen. Jika harga
barang substitusi naik maka permintaan komoditi akan meningkat. Jika
harga komoditi komplementer naik maka permintaan komoditi akan turun.
4.
Penduduk. Kenaikan jumlah penduduk dalam suatu perekonomian (dengan
pendapatan konstan) akan meningkatkan permintaan. Menurut Sukirno
(2003) pertambahan penduduk tidak dengan sendirinya menyebabkan
pertambahan permintaan. Tetapi biasanya pertambahan penduduk diikuti
oleh perkembangan kesempatan kerja. Dengan demikian lebih banyak orang
yang menerima pendapatan dan ini menambah daya beli dalam masyarakat,
pertambahan daya beli ini akan meningkatkan permintaan.
Pengertian Konsumsi dan Perilaku Konsumen
Priandi (1996) menyatakan konsumsi adalah proses penggunaan barangbarang dan jasa-jasa ekonomi untuk pemuasan kebutuhan manusia. Menurut
Tekken dan Asnawi (1977) menyatakan pendapatan konsumen berpengaruh pada
pemilihan barang-barang yang akan dibeli, tingkat pendapatan yang tinggi
menyebabkan konsumen membeli barang dalam jumlah dan tingkat kepuasan

4
lebih tinggi. Sebaliknya, tingkat pendapatan yang rendah menyebabkan konsumen
membeli barang yang lebih murah dengan kualitas rendah.
Engel et al (1997) mendefinisikan perilaku konsumen sebagai tindakan yang
langsung terlibat dalam mendapatkan, mengkonsumsi dan menghabiskan produk
dan jasa, termasuk proses keputusan yang mendahului dan menyusuli tindakan ini.
Perilaku konsumen memiliki kepentingan khusus bagi orang, karena berbagai
alasan, berhasrat mempengaruhi atau mengubah perliku itu, termasuk mereka
yang kepentingan utamanya adalah pemasaran, pendidikan dan perlindungan
konsumen serta kebijakan umum.
Kotler (2005) mengatakan bahwa perilaku pembelian konsumen
dipengaruhi oleh beberapa faktor utama, antara lain faktor budaya, sosial, pribadi
dan psikologi.
1.
Faktor budaya
Salah satu faktor budaya yang dapat mempengaruhi perilaku konsumen
yaitu latar belakang pendidikan. Selain itu, adanya stratifikasi dalam kelas
sosial yang tidak hanya mencerminkan penghasilan tetapi juga indikator lain
seperti pekerjaan, pendidikan dan tempat tinggal.
2.
Faktor sosial
Antara lain kelompok acuan, keluarga, peran, dan status.
3.
Faktor pribadi
Keputusan konsumen dipengaruhi oleh keputusan pribadi yaitu usia dan
tahap siklus hidup, pekerjaan, keadaan ekonomi, gaya hidup serta
kepribadian dan konsep membeli (adaptasi dan sosialisasi).
4.
Faktor psikologis
Dipengaruhi oleh empat faktor utama yaitu motivasi, persuasi, pengetahuan
serta keyakinan dan pendirian. Menurut sumarwan (2003) konsumsi suatu produk
mempunyai tiga unsur pokok yaitu frekuensi konsumsi, jumlah konsumsi dan
tujuan konsumsi. Frekuensi konsumsi menggambarkan kuantitas produk yang
dikonsumsi atau dipakai. Jumlah konsumsi dapat dijadikan indikator besarnya
permintaan pasar suatu produk. Sedangkan tujuan konsumsi menggambarkan
situasi pemakaian produk dan kebutuhan konsumen terhadap produk.
Konsumsi Kayu
Kayu akan selalu mempunyai peranan penting dalam pembangunan
khususnya dan kehidupan manusia pada umumnya. Tidak ada rumah yang tidak
mempergunakan kayu, jendela, pintu, kusen, rangka atap, rangka plafon dan kudakuda umumnya terbuat dari kayu (Kamil, 1970). Menurut Jamali, et al (1997)
salah satu komponen penting dalam pembangunan rumah adalah kayu. Oleh sebab
itu peningkatan pembangunan perumahan juga mendorong pemakaian kayu yang
makin besar. Pemilihan kayu ini berdasarkan pertimbangan bahwa kayu memiliki
keunggulan dengan bahan lainnya, antara lain mudah tersedia dalam berbagai
bentuk dan ukuran, relatif mudah pengerjaannya dan mempunyai penampilan
dekoratif yang tinggi.

5

METODE PENELITIAN
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksankan pada bulan Maret sampai Juli 2014, dengan lokasi
penelitian di Kota Depok, Provinsi Jawa Barat.
Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data panel. Data panel
merupakan data yang terkumpul dari beberapa individu atau observasi dalam
kurun waktu tertentu. Data panel termasuk gabungan antara data time series dan
cross section. Data panel yang diambil pada penelitian adalah:
1.
Harga baja ringan
2.
Harga kayu gergajian jenis meranti (Shorea spp)
3.
Luas bangunan
4.
Jumlah penduduk
5.
Pendapatan rumah tangga
6.
Selera
Data yang diambil dari instansi pemerintah dan swasta Kota Depok adalah
Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kota Depok, Badan
Pusat Statistik Kota Depok, Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perijinan
Terpadu (BPMP2T) dan pihak swasta dari toko-toko bahan bangunan.
Tabel 3. Sumber dan Jenis Data yang Diperlukan
No
Sumber Data
Jenis Data
1
BPS
Jumlah penduduk Tahun 2009-2013
Jumlah perumahan Tahun 2009-2013
2
BPMP2T
Spesifikasi bangunan
Tipe rumah (luas bangunan)
Harga kayu jenis Meranti Tahun 20092013)
3
Toko bangunan
Harga baja ringan Tahun 2009-2013
Pendapatan rumah tangga Tahun 2009Konsumen
2013
4
perumahan
Selera
Sumber : Data primer (diolah), 2014
Metode Pengambilan Sampel
Pengambilan sampel yang dilakukan dalam penelitian ini dengan purposive
sampling. Pengambilan sampel didasarkan atas faktor kesengajaan atas lokasi
penelitian, jumlah sampel yang akan dipilih, dan selang waktu yang akan diteliti.
Jumlah sampel perumahan yang ditentukan sebanyak 20 sampel perumahan yang
berbeda selang waktu dari tahun 2009 sampai 2013. Penentuan sampel dalam
penelitian ini merujuk kepada rumus Slovin sebagai berikut :

6

Keterangan :
N
: Jumlah perumahan yang terbangun selama tahun 2009 – 2013 adalah 680
(BPMP2T 2014)
n
: jumlah sampel (minimal sampel perumahan adalah 87 ≈ 100 sampel)
d
: persen kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan sampel
yang masih dapat ditolerir (10%).
Metode Analisis Data
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini dijelaskan pada Tabel 4,
sebagai berikut :
Tabel 4. Tujuan Penelitian dan Metode Prosedur Analisis Data
No
Tujuan Penelitian
Metode Analisis Data

Alat
Analisis
1
Mengestimasi peramalan
Analisis proyeksi trend Microsoft
atau proyeksi trend
(data time series)
Office Excel
konsumsi kayu konstruksi di
2007
perumahan Kota Depok
Minitab 16
lima tahun yang akan datang
(tahun 2014-2018)
2
Mengetahui faktor-faktor
Analisis regresi linear
Microsoft
yang mempengaruhi
berganda (OLS) data
office Excel
konsumsi kayu konstruksi di panel
2007
perumahan Kota Depok
Eviews. 6
Sumber : Data Primer (diolah), 2014
Proyeksi Trend Konsumsi Kayu

Proyeksi trend konsumsi kayu digunakan untuk peramalan konsumsi kayu
di masa yang akan datang. Data trend konsumsi kayu diperoleh dari data
kebutuhan kayu (volume) per tipe rumah. Besarnya kebutuhan kayu menurut tipe
rumah adalah penjumlahan volume rangka atap (kuda-kuda), balok gording, kaso,
range, plafon, kusen, jendela dan pintu. Kumulatif volume kayu menurut tipe
rumah per tahun diperoleh besarnya konsumsi kayu per tahun.
Bagian rangka atap balok kuda-kuda berfungsi sebagai pembentuk model
atap. Rumus menghitung volume kayu bagian rangka atap balok kuda-kuda
adalah :
V = ∑P x L x T x n
Keterangan :
V
: volume kayu (m3)
∑P : jumlah panjang rangka kuda-kuda yang digunakan (m)
L
: lebar penampang kayu (m)
T
: tinggi penampang kayu (m)
n
: jumlah kuda-kuda yang terbentuk dengan jarak setiap 2 meter.

7
Pada konstuksi balok kuda-kuda yang digunakan adalah kayu ukuran (8 cm x 12
cm) dimana L = 8 cm dan T =12 cm.
Rangka balok gording berfungsi untuk dudukan rangka kuda-kuda. Rumus
menghitung volume kayu bagian rangka balok gording adalah :
V = ∑P x L x T x n
Keterangan :
V
= volume kayu (m3)
∑P
= jumlah panjang rangka balok gording yang digunakan (m)
L
= lebar penampang kayu (m)
T
= tinggi penampang kayu (m)
n
= banyaknya rangka balok gording pada jarak 1,2 meter.
Pada rangka balok gording kayu berukuran (6 cm x 12 cm) dimana L = 6 cm dan
T =12 cm.
Rangka kaso berfungsi untuk dudukan range. Rumus menghitung volume
kayu bagian rangka kaso adalah :
V = ∑P x L x Tx n
Keterangan :
V
= volume kayu (m3)
∑P
= jumlah panjang rangka kaso yang digunakan (m)
L
= lebar penampang kayu (m)
T
= tinggi penampang kayu (m)
n
= banyaknya kaso pada jarak 40 cm
Pada rangka kaso berukuran (5 cm x 7 cm) dimana L = 5 cm dan T =7 cm
Range berfungsi untuk dudukan posisi genteng. Rumus menghitung volume
kayu bagian atap range adalah :
V = ∑P x L x T x n
Keterangan :
V
= volume kayu (m3)
∑P
= jumlah panjang rangka range yang digunakan (m)
L
= lebar penampang kayu (m)
T
= tinggi penampang kayu (m)
n
= banyaknya range pada jarak 30 cm
Pada atap range yang digunakan adalah kayu ukuran (3 cm x 4 cm) dimana L = 3
cm dan T =4 cm.
Rumus menghitung volume kayu bagian plafon atap adalah :
V = ∑P x L x T x n
Keterangan :
V
= volume kayu (m3)
∑P
= jumlah panjang rangka plafon yang digunakan (m)
L
= lebar penampang kayu (m)
T
= tinggi penampang kayu (m)
n
= banyaknya rangka plafon terpasang dengan jarak 60 cm x 120 cm
Pada rangka plafon yang digunakan adalah kayu ukuran (4 cm x 6 cm), jarak antar
plafon adalah 60 cm x 120 cm. Dimana L = 4 cm dan T = 6 cm.
Rumus menghitung kayu bagian lisplank adalah :
V = ∑P x L x T
Keterangan :
V
= volume kayu (m3)

8
∑P
= jumlah panjang lisplank yang digunakan (m)
L
= lebar penampang kayu (m)
T
= tinggi penampang kayu (m)
Pada bagian lisplank yang digunakan adalah kayu ukuran (2 cm x 3 cm) dimana
L = 2 cm dan T = 3 cm, sehingga volume kayu lisplank dapat diestimasi dengan
cara mengalikan panjang total, lebar, tinggi dan banyaknya lisplank yang
terpasang.
Rumus menghitung kebutuhan kayu pada komponen kusen pintu dan kusen
jendela :
V = ∑P x L x T
Keterangan :
V
= volume kayu (m3)
∑P
= jumlah panjang rangka kusen yang terpasang 1 unit rumah(m)
L
= lebar penampang kayu (m)
T
= tinggi penampang kayu (m)
Pada rangka kusen pintu dan jendela yang digunakan adalah kayu ukuran (6 cm x
12 cm) dimana L = 6 cm dan T = 12 cm.
Rumus untuk menghitung kebutuhan kayu pada komponen pintu rumah
adalah :
V=PxLxT
Keterangan :
V
= volume kayu (m3)
P
= panjang pintu (m)
L
= lebar penampang kayu (m)
T
= tinggi penampang kayu (m)
n
= jumlah pintu yang terpasang
Pada bagian pintu dan daun jendela yang digunakan adalah kayu ukuran (4 cm x
85 cm x 210 cm) dimana tebal = 4 cm , lebar 85 cm dan panjang 210 cm
Trend merupakan suatu gerakan kecenderungan naik dan turun dalam
jangka panjang yang diperoleh dari rata-rata waktu ke waktu dan nilainya cukup
rata mulus (Suhardi, 2008). Data trend konsumsi kayu diperoleh daro perhitungan
estimasi konsumsi kayu konstruksi perumahan per tahun dimana jumlah rumah
yang dibangun per tipe rumah dikalikan dengan kebutuhan kayu per tipe rumah.
Proyeksi trend akan menampilkan tiga grafik model trend seperti trend
linear, kuadratik dan eksponensial. Pemilihan model trend yang sesuai untuk
menggambarkan peramalan dimasa yang akan datang dinilai dari error atau
kesalahan yang paling minimal (nilai MAPE terkecil).
Proyeksi Trend Konsumsi Baja Ringan
Proyeksi trend baja ringan dapat diestimasi dengan data kebutuhan baja
ringan menurut tipe rumah. Kebutuhan baja ringan masing-masing rumah berbeda.
Semakin besar luas banguan maka kebutuhan baja ringan pun semakin besar.
Kebutuha baja ringan dapat dihitung dengan persamaan :
Kebutuhan baja ringan = Panjang Atap Miring (Pm) x Lebar Bentangan (Lb)

9
Keterangan :
Panjang atap miring = (½ x panjang bentangan baja ke belakang x cos 300)
(meter)
Lebar bentangan
= lebar muka rumah (meter)
Proyeksi trend akan menampilkan tiga grafik model trend seperti trend
linear, kuadratik dan eksponensial. Pemilihan model trend yang sesuai untuk
menggambarkan peramalan dimasa yang akan datang dinilai dari error atau
kesalahan yang paling minimal (nilai MAPE terkecil).
Analisis Faktor-Faktor Konsumsi Kayu Konstruksi di Perumahan Kota
Depok
Adapun hipotesis dugaan faktor-faktor yang mempengaruhi konsumsi kayu
untuk pembangunan perumahan di Kota Depok adalah :
1.
Harga baja ringan (X )
1

2.

Peningkatan harga baja ringan akan meningkatkan tingkat konsumsi kayu
konstruksi perumahan maka diharapkan koefisien dari X1 bernilai positif.
Harga Kayu Meranti (X )

3.

Penigkatan harga kayu jenis Meranti (Shorea spp) akan menurunkan tingkat
konsumsi kayu konstruksi perumahan. Maka diharapkan koefisien dari X2
bernilai negatif.
Luas bangunan (X )

4.

5.

6.

2

3

Bertambahnya luas bangunan maka penigkatan tingkat konsumsi kayu
konstruksi perumahan. maka diharapkan nilai koefisien dari X3 bernilai
positif.
Jumlah Penduduk (X4)
Pertambahan jumlah penduduk akan meningkatkan konsumsi kayu
konstruksi perumahan. Maka diharapkan nilai koefisien dari X4 adalah
positif.
Pendapatan rumah tangga (X5)
Peningkatan pendapatan rumah tangga akan meningkatkan konsumsi kayu
konstruksi perumahan. Maka diharapkan nilai koefisien dari X5 adalah
positif.
Selera (X6)
Selera terhadap kayu akan meningkatkan konsumsi kayu konstruksi
perumahan. Maka diharapkan nilai koefisien dari X6 adalah positif.
Pengolahan dan Analisis Data

Data yang diperoleh data panel, gabungan antara data time series dan cross
section. Data penelitian diolah secara manual menggunakan komputer dengan
program Microsoft Office Excel 2007, Eviews 6 dan Minitab 16. Analisis data
yang digunakan adalah analisis regresi linear berganda. Pada penelitian ini
diidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat konsumsi kayu di
perumahan Kota Depok diduga dengan persamaan sebagai berikut :

10
Y = α0 + α1 X1 + α2 X2 + α3 X3 + α4 X4 + α5 X5+ α6 X6
Dimana :
Y
= Konsumsi kayu konstruksiper kapita dalam keluarga (m3)
α0 = Intercept
α1, α2, α2,α3, α4, α5, α6 = koefisien regresi
X1 = Harga baja ringan (Rp/m2)
X2 = Harga kayu jenis Meranti (Shorea spp) (Rp/m3)
X3 = Luas bangunan (Ha)
X4 = Jumlah penduduk (jiwa)
X5 = Pendapatan rumah tangga (Rp)
X6 = Selera
Model fungsi konsumsi kayu konstruksi kemudian bila dilinearkan menjadi
persamaan sebagai berikut:
LnY = α0 + α1 LnX1 + α2 LnX2 + α3 LnX3 + α4 LnX4 + α5 LnX5 + α6 LnX6
Selanjutnya dari model yang telah di duga akan dilakukan pengujian model.
Menurut Winarno (2011), kriteria model yang baik adalah :
1.
Model terbaik secara statistik adalah model yang memiliki koefisien
determinasi atau R-square adjusted yang paling tinggi. Semakin tinggi Rsquare adjusted maka model semakin akurat untuk digunakan dalam
peramalan. Nilai R-square adjustedmenunjukan variasi atau keragaman
variabel dependen yang dapat dijelaskan oleh variabel independen yang
terdapat di model, sisanya dijelaskan oleh variabel lain yang tidak termasuk
ke dalam model.
2.
Model yang terbaik adalah model yang banyak memiliki variabel nyata.
Banyaknya variabel nyata dari model tersebut dapat diketahui melalui uji-t.
Suatu variabel dinyatakan mempunyai pengaruh nyata taraf tertentu jika
nilai t-hitung > t-tabel atau nilai P-value < α. Uji kelayakan model dapat
dilakukan melalui Uji F. Model dinyatakan layak jika nilai F-hitung > F
tabel atau Prob. F-statistic < α, yang berarti juga paling sedikit ada satu
variabel independen yang berpengaruh nyata terhadap variabel dependen.
3.
Model yang terbaik adalah model tidak memiliki sifat multikoliearitas,
terdistribusi normal, tidak mengandung autokolerasi, maupun
heteroskedasitas.
Batasan-Batasan Penelitian
1.

2.

Dalam penelitian ini terdapat beberapa batasan antara lain:
Pemanfaatan kayu konstruksi oleh rumah tangga merupakan kayu yang
dikonsumsi untuk konstruksi bangunan (kusen, daun pintu dan jendela,
konstruksi atap dan plafon).
Konsumsi kayu konstruksi yang dihitung terbatas pada rumah yang berada
di dalam kompleks perumahan Kota Depok.

11
3.

Analisis proyeksi trend konsumsi kayu konstruksi dari tahun 2009-2013 di
Kota Depok
HASIL DAN PEMBAHASAN
Luas Areal Perumahan Di Kota Depok

Kota Depok merupakan salah satu kota yang berbatasan langsung dengan
provinsi DKI Jakarta. Letak geografis ini yang menyebabkan Kota Depok
diminati oleh sebagian masyarakat yang bekerja di DKI Jakarta sebagai tempat
bermukim. Keadaan tersebut memungkinkan terjadinya peningkatan jumlah
permintaan rumah dan kayu konstruksi. Tercatat dari data BPMP2T pada tahun
2011 luas perumahan yang terbangun mencapai angka tertinggi sebesar 211,89 Ha
dan mengalami penurunan pada tahun 2013 sebesar 118,03 Ha (Tabel 5).
Tabel 5. Luas Areal Perumahan di Kota Depok, Tahun 2009-2013
Tahun
Luas Areal Perumahan (Ha)
2009
207,09
2010
208,04
2011
211,89
2012
178,77
2013
118,03
Total
923,84
Sumber : BPMP2T, (2014)
Pada penelitian ini, sampel perumahan sejumlah 100 perumahan di Kota
Depok tersebar di 11 kecamatan yang berbeda. Hasil penelitian, selama tahun
2009 sampai 2013 Kecamatan Pancoran Mas mencapai jumlah rumah tertinggi
sebesar 3.140 unit, Kecamatan Cimanggis terbangun 2.470 unit dan Sawangan
2.288 unit (Tabel 6).
Tabel 6. Luas Wilayah dan Jumlah Rumah Per Kecamatan di Kota Depok, Tahun
2009-2013
Kecamatan
Luas Wilayah (Km2)
Jumlah Rumah (Unit)
Sawangan
25,90
2.288
Bojong Sari
19,79
1.703
Pancoran Mas
18,21
3.140
Cipayung
11,63
1.194
Sukma Jaya
18,04
1.391
Cilodong
16,09
1.099
Cimanggis
21,22
2.470
Tapos
32,33
1.472
Beji
14,30
387
Limo
12,32
824
Cinere
10,47
100
Total
200,29
16.068
Sumber : Data Primer (2014)

12
Berdasarkan hasil penelitian (Tabel 7) membuktikan pola konsumsi
perumahan di Kota Depok selama kurun waktu lima tahun dari tahun 2009 sampai
2013 adalah cenderung memilih luas bangunan yang semakin kecil. Konsumen
dominan memilih tipe rumah 31 – 40 m2. Hal itu dapat disebabkan karena faktor
keterbatasan luas lahan dan tingginya harga rumah mempengaruhi konsumen
memilih luas bangunan rumah yang lebih kecil.
Tabel 7. Jumlah dan Persentase Rumah Menurut Tipe Rumah di Kota Depok,
Tahun 2009-2013
Jumlah Rumah
Persentase Jumlah Rumah
Tipe Rumah
(m2)
(Unit)
(%)
3.973
21-30
24,7
5.289
31-40
32,9
3.688
41-50
23,0
1.139
51-60
7,1
630
61-70
3,9
362
71-80
2,3
354
81-90
2,2
30
91-100
0,2
593
>100
3,7
Total
16.058
100.0
Sumber : Data Primer (diolah), 2014
Tingkat Konsumsi Kayu untuk Pembangunan Perumahan (Konstruksi) di
Kota Depok
Tingkat konsumsi kayu konstruksi merupakan total keseluruhan kebutuhan
kayu pada satu rumah untuk konstruksi atap, kusen, jendela dan pintu disesuaikan
dengan luas bangunan (m2). Pada Tabel 6, kebutuhan kayu konstruksi perumahan
per luas efektif bangunan jumlahnya berbeda-beda. Ukuran luas bangunan
menentukan tingkat konsumsi kayu konstruksi. Besaran konsumsi kayu konstruksi
rumah dapat diestimasi dengan cara menjumlahkan seluruh volume kayu yang
dibutuhan untuk setiap tipe rumah. Volume kayu yang diestimasi terdiri dari
komponen rangka atap, kusen, jendela dan pintu. Tabel 8 berikut adalah estimasi
kebutuhan kayu untuk setiap tipe rumah.

13
Tabel 8. Kebutuhan Kayu Konstruksi Menurut Tipe Rumah di Kota Depok
Tipe
Volume
Volume Kusen, Jendela
Kebutuhan Kayu
Bangunan
Atap
dan Pintu
Konstruksi
2
3
3
(m )
(m )
(m )
(m3)
22
1,83
0,41
2,24
36
1,96
0,63
2,59
42
2,21
0,64
2,85
49
2,46
0,69
3,15
54
2,74
0,82
3,56
64
3,02
0,69
3,71
72
1,96
1,78
3.74
84
2,21
1,53
3,74
96
2,34
1,55
3,89
122
2,74
2,24
4,98
Sumber : Data Primer, (2014)
Penghitungan total kayu yang digunakan sebagai bahan konstruksi dapat
dihitung dengan menjumlahkan semua komponen yang ada mulai dari rangka atap,
kusen, jendela dan pintu pada Tabel 8. Penghitungan harus tergantung dari
komponen apa saja yang digunakan oleh konsumen. Apabila konsumen
menggunakan rangka atap non kayu, maka komponen rangka atap tidak perlu
dimasukkan kedalam penghitungan estimasi konsumsi kayu. Berdasarkan
penghitungan yang tersaji pada Tabel 9, penggunaan kayu untuk konstruksi
terbanyak terjadi pada tahun 2010, yaitu sebesar 11.645 m3. Dan pada tahun 2012
merupakan penggunaan kayu yang terendah, yaitu sebesar 1.609 m3. Fluktuasi
jumlah konsumsi kayu diduga dipengaruhi oleh tipe rumah yang terbangun dan
selera akibat adanya barang substitusi dengan harga bersaing.
Tabel 9. Tingkat Konsumsi Kayu Konstruksi Perumahan di Kota Depok Tahun
2009 – 2013
Kumulatif
3
Tahun
Konsumsi Kayu (m /tahun)
Konsumsi Kayu
(m3/tahun)
2009
2136.87
7674.75
2010
2515.71
11645.11
2011
2541.76
7217.07
2012
1009.13
1609.73
2013
2734.21
2743.39
Sumber : Data Primer (2014)
Peramalan Konsumsi Kayu Konstruksi di Kota Depok
Peramalan bertujuan untuk mengetahun nilai konsumsi yang akan terjadi di
masa mendatang. Metode yang digunakan adalah metode trend dengan bantuan
software Minitab 16. Hasil analisis trend akan digambarkan dengan tiga grafik
yang mewakili yaitu linear, kuadratik dan ekponensial. Berikut ini gambar trend
linear,kuadratikdan eksponensial pada Gambar 1, Gambar 2 dan Gambar 3.

14

Trend Analysis Plot for Konsumsi Kayu Konstruksi (m3)
Linear Trend Model
Yt = 2281 - 31,1895*t

Konsumsi Kayu Konstruksi (m3)

2800

Variable
Actual
Fits
Forecasts

2600
2400

Accuracy Measures
MAPE
33
MAD
504
MSD
382703

2200
2000
1800
1600
1400
1200
1000
2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018
Index

Gambar 1. Model Trend Linear Konsumsi Kayu Konstruksi (m3)
Perumahan di Kota Depok Tahun 2009-2018
Trend Analysis Plot for Konsumsi Kayu Konstruksi (m3)
Quadratic Trend Model
Yt = 2848 - 517*t + 81*t**2

Konsumsi Kayu Konstruksi (m3)

6000

Variable
Actual
Fits
Forecasts

5000

Accuracy Measures
MAPE
34
MAD
537
MSD
364339

4000

3000

2000

1000
2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018
Index

Gambar 2. Model Trend Kuadratik Konsumsi Kayu Konstruksi (m3)
Perumahan di Kota Depok Tahun 2009-2018

15
Trend Analysis Plot for Konsumsi Kayu Konstruksi (m3)
Growth Curve Model
Yt = 2344,51 * (0,959**t)

Konsumsi Kayu Konstruksi (m3)

2800

Variable
Actual
Fits
Forecasts

2600
2400

Accuracy Measures
MAPE
33
MAD
551
MSD
401893

2200
2000
1800
1600
1400
1200
1000
2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018
Index

Gambar 3. Model Trend Eksponensial Konsumsi Kayu Konstruksi (m3)
perumahan di Kota Depok Tahun 2009-2018
Dari tiga grafik tersebut kemudian dipilih satu grafik dan model persamaan
yang memiliki nilai kesalahan terkecil (MAPE minimal). MAPE (mean absolute
percentage error) menunjukan tingkat kesalahan nilai dugaan model yang
dinyatakan dalam bentuk rata-rata presentase absolut kesalahan. Kriteria
penilaian model yang sesuai dan memiliki MAPE terkecil pada konsumsi kayu
konstruksi adalah model trend eksponensial dan model trend konsumsi baja ringan
yaitu model trend eksponensial (Tabel 10).
Tabel 10. Persamaan Model Konsumsi Kayu dan Nilai MAPE Menurut Model
Trend Konsumsi Kayu Konstruksi di Kota Depok
Model Trend Konsumsi Persamaan Model Konsumsi
Nilai MAPE
Kayu Konstruksi
Kayu Konstruksi
Linear
Y(t) = 2281-31,1895(t)
34
Kuadratik
Y(t) = 2848-517(t)+81(t)2
34
t
Eksponensial
Y(t) = 2344,51 (0,959)
33
Sumber: Data Primer (2014)
Pada Tabel 10, konsumsi kayu konstruksi dinotasikan oleh Y(t) dalam m 3
dan t menunjukan waktu dalam tahun. Model yang paling sesuai dengan estimasi
proyeksi trend dengan nilai MAPE terkecil model trend eksponensial sebesar 33
(Tabel 10). Oleh karena itu, persamaan trend konsumsi kayu konstruksi di
perumahan Kota Depok adalah sebagai berikut:
Yt = 2334,51 * (0.959)t
Hasil proyeksi trend konsumsi kayu konstruksi perumahan di Kota Depok
menunjukan trend kecenderungan turun setiap tahunnya. Hasil estimasi proyeksi
trend konsumsi kayu konstruksi tersaji pada Tabel 11.

16
Tabel 11. Hasil Proyeksi Trend Konsumsi Kayu Konstruksi di Perumahan Kota
Depok Tahun 2009-2018
Tahun
Hasil Proyeksi Konsumsi Kayu Konstruksi
(m3/tahun)
2009
2.136,87
2010
2.515,71
2011
2.541,76
2012
1.009,13
2013
2.763,11
2014
1.821,75
2015
1.746,74
2016
1.674,82
2017
1.605,86
2018
1.539,74
Sumber: Data Primer(diolah), 2014
Pada Tabel 11 dapat menggambarkan trend rata-rata konsumsi kayu
konstruksi perumahan di Kota Depok dari tahun 2009-2013 memiliki
kecenderungan turun. Peramalan jumlah konsumsi kayu konstruksi pada tahun
2014, yaitu sebesar 1.821,75 m3, sedangkan pada tahun 2018 memiliki
kecenderungan turun, yaitu sebesar 1.539,74 m3. Hal ini dapat diduga faktor
barang substitusi seperti baja ringan banyak dikonsumsi oleh masyarakat Kota
Depok, harga baja ringan mampu bersaing relatif lebih murah dibandingkan harga
kayu, baja ringan anti rayap, awet, bebannya ringan dibandingkan dengan kayu
dan kuat serta selera berpengaruh terhadap pengambilan keputusan konsumsi kayu
atau tidak.
Proyeksi Trend Konsumsi Baja Ringan di Perumahan Kota Depok
Pada Tabel 12, data proyeksi trend konsumsi baja ringan diperoleh dari data
kebutuhan baja ringan dikalikan dengan banyak unit tipe rumah terbangun maka
diperoleh data kebutuhan baja ringan per tahun menurut tipe rumah. Hasil
kumulatif tersebut akan diperoleh kebutuhan baja ringan per tahunnya. Sehingga
proyeksi trend dapat diestimasi dengan data tersebut. Seperti pada tabel 10 data
kebutuhan baja ringan menurut tipe rumah. Semakin besar tipe rumah maka
kebutuhan baja ringan semakin bertambah.

17
Tabel 12. Kebutuhan Baja Ringan Menurut Tipe Rumah di Kota Depok
Tipe Rumah
Kebutuhan Baja Ringan (m2/unit)
22
36
42
49
56
64
72
84
96
121
Sumber: Data Primer (2014)

31,74
48,74
55,67
64,95
73,02
83,46
92,69
105,34
120,38
152,83

Pada Tabel 14, proyeksi trend konsumsi baja ringan mengalami kenaikan
pada tahun 2014 mencapai 59.730 m2 hingga naik pada tahun 2018 mencapai
116.973 m2. Grafik trend model konsumsi baja ringan diwakili dengan 3 grafik
yaitu linear, kuadratik dan eksponensial.
Dari tiga grafik tersebut kemudian dipilih satu grafik dan model persamaan
yang memiliki nilai kesalahan terkecil (MAPE minimal). MAPE (mean absolute
percentage error) menunjukan tingkat kesalahan nilai dugaan model yang
dinyatakan dalam bentuk rata-rata pesentase absolut kesalahan. Kriteria penilaian
model yang sesuai dan memiliki MAPE terkecil pada konsumsi kayu konstruksi
adalah model trend eksponensial dan model trend konsumsi baja ringan yaitu
model trend eksponensial (Tabel 13). Berikut ini hasil grafik trend konsumsi baja
ringan :
Tabel 13. Persamaan Model dan Nilai MAPE Menurut Model Trend Konsumsi
Baja Ringan Kota Depok, Tahun 2009 – 2018
Model Trend
Persamaan Model Konsumsi Baja
Nilai MAPE
Konsumsi Kayu
Ringan
Konstruksi
Linear
Y(t) = 5.004 + 13.373 (t)
81
Kuadratik
Y(t) = 76.591-47.987 (t)+ 10.227 (t)2
71
t
Eksponensial
Y(t) = 21.795 (1,183)
60
Sumber: Data Primer (2014)

18
Tabel 14. Hasil Proyeksi Trend Konsumsi Baja Ringan di Perumahan Kota
Depok Tahun 2009-2018
Tahun
Hasil Konsumsi Baja Ringan
(m2/tahun)
2009
31.636,97
2010
29.264,64
2011
44.601,90
2012
13.949,13
2013
106.158,50
2014
59.730
2015
70.659
2016
83.587
2017
98.881
2018
116.973
Sumber: Data Primer(diolah), 2014
Trend konsumsi baja ringan diramalkan mengalami kenaikan setiap
tahunnya dari tahun 2014 hingga tahun 2018. Hal ini dapat diduga adanya
pergeseran dari konsumsi kayu menjadi konsumsi baja ringan. Baja ringan lebih
unggul dibandingkan dengan kayu konstruksi, harga relatif lebih murah
dibandingkan kayu, ketahanan dari jasad perusak (tahan lama), beban baja ringan
lebih ringan dibandingkan kayu, dan tahan api.
Trend Analysis Plot for Konsumsi Baja Ringan (m2)
Linear Trend Model
Yt = 5004 + 13373*t
Variable
Actual
Fits
Forecasts

Konsumsi Baja Ringan (m2)

140000
120000

Accuracy Measures
MAPE
81
MAD
19020
MSD
668493679

100000
80000
60000
40000
20000
0
2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018
Index

Gambar 4. Model Trend Linear Konsumsi Baja Ringan (m2)
di Perumahan Kota Depok Tahun 2009-2018

19
Trend Analysis Plot for Konsumsi Baja Ringan (m2)
Quadratic Trend Model
Yt = 76591 - 47987*t + 10227*t**2

Konsumsi Baja Ringan (m2)

700000

Variable
Actual
Fits
Forecasts

600000
500000

Accuracy Measures
MAPE
71
MAD
16605
MSD
375656393

400000
300000
200000
100000
0
2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018
Index

Gambar 5. Model Trend Kuadratik Konsumsi Baja Ringan (m2)
di Perumahan Kota Depok Tahun 2009-2018
Trend Analysis Plot for Konsumsi Baja Ringan (m2)
Growth Curve Model
Yt = 21795,2 * (1,183**t)

Konsumsi Baja Ringan (m2)

120000

Variable
Actual
Fits
Forecasts

100000

Accuracy Measures
MAPE
60
MAD
20002
MSD
806552486

80000
60000
40000
20000
0
2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018
Index

Gambar 6. Model Trend Eksponensial Konsumsi Baja Ringan (m2)
di Perumahan Kota Depok Tahun 2009-2018
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Konsumsi Kayu Konstruksi di Kota
Depok
Analisis regresi dilakukan untuk mengetahui faktor apa saja yang
mempengaruhi nilai konsumsi kayu konstruksi di Kota Depok, selain itu
penentuan faktor juga dilakukan agar apabila terjadi kesalahan peramalan, maka
faktor-faktor tersebut dapat menjadi acuan dalam pengambilan kebijakan dalam
penyediaan kayu konstruksi di Kota Depok. Hasil uji regresi fungsi konsumsi
kayu konstruksi dapat dilihat pada Tabel 13.

20
Tabel 15. Hasil Uji Regresi Fungsi Konsumsi Kayu Konstruksi di Perumahan
Kota Depok, Tahun 2009 - 2013
No
Variabel Koefisien
Std. Error T-hit statistik
Peluang
1
LNX
17,28347
0,069414
248,9925
*0,0000
2
LNX
-17,87065 4,112211
-4,34575
*0,0000
3
LNX
0,808324
0,062548
12,92328
*0,0000
4
LNX
-8,710975 1,25973
-6,91495
*0,0000
5
LNX
1,975432
0,336228
5,875273
*0,0000
6
LNX
0,179703
0,075466
2,381264
*0,0198
C
167,8107
41,19654
4,073417
0,0001
R-squared
0,82443
Adjusted R-squared
0,76511
F-statistic
13.89899
Prob(F-statistic)
0,0000
Durbin-Watson stat
2,40952
Sumber : Data Primer, diolah (2014)
* Signifikan pada taraf α 5% dan selang kepercayaan 95%
Berdasarkan hasil regresi pada Tabel 15, maka faktor yang mempengaruhi
secara statistik (signifikan) fungsi konsumsi kayu konstruksi adalah harga baja
ringan, harga kayu, luas bangunan (tipe rumah), jumlah penduduk, pendapatan
rumah tangga, dan selera pada taraf nyata 5 %.
Hasil estimasi faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat konsumsi kayu
konstruksi di Kota Depok, diperoleh nilai-nilai parameter harga baja ringan (X1)
sebesar 17,28347; harga kayu (X2) sebesar -17,87065; luas bangunan (X3) sebesar
0,808324; jumlah penduduk (X4) sebesar -8,710975; dan pendapatan rumah
tangga (X5) sebesar 1,975432 dan selera (X6) 0,179703 konstanta sebesar
167,8107. Bentuk persamaan fungsi konsumsinya sebagai berikut :
LnY = 167,811 + 17,284LnX1 - 17,871LnX2 +0,808LnX3 – 8,711LnX4
+ 1,975LnX5 + 0,179LnX6
Harga baja ringan berpengaruh positif (+) terhadap konsumsi kayu
konstruksi dengan nilai probabilitas harga baja ringan 0,0000 lebih kecil dari taraf
nyata 0,05 (0,0000< 0,05). Harga baja ringan berpengaruh nyata terhadap
perubahan konsumsi kayu konstruksi. Koefisien variabel yang bernilai 17,284
pada tabel menjelaskan bahwa, setiap kenaikan 1% harga baja ringan maka akan
diikuti peningkatan konsumsi kayu konstruksi sebesar 17,28 % (ceteris paribus).
Baja ringan merupakan barang substitusi (pengganti) dari kayu konstruksi khusus
pada rangka atap. Harga baja ringan dapat mempengaruhi permintaan kayu
konstruksi, apabila harga baja ringan bertambah murah maka konsumsi kayu
konstruksi berkurang. Sebaliknya apabila harga kayu konstruksi lebih murah
dibandingkan baja ringan maka konsumsi kayu konstruksi semakin meningkat.
Harga kayu memiliki hubungan yang berpengaruh negatif (-) dan
berpengaruh nyata terhadap konsumsi kayu konstruksi dimana nilai probabilitas
harga kayu meranti sebesar 0,0000 lebih kecil dari taraf nyata 0,05 (0,0000 <
0,05). Sedangkan koefisien variabel harga kayu meranti adalah sebesar 17,871.

21
Hal ini berarti setiap peningkatan harga kayu meranti sebesar 1 % maka akan
diikuti oleh penurunan konsumsi kayu konstruksi sebesar 17,87 % (ceteris
paribus). Hal ini sesuai dengan teori, bahwa harga kayu berkorelasi negatif
terhadap konsumsi kayu konstruksi.
Luas bangunan memiliki hubungan yang positif (+) dan berpengaruh nyata
terhadap perubahan konsumsi kayu konstruksi dimana nilai probabilitasnya lebih
kecil dari taraf nyata 0,05 atau α 5% (0,0000 < 0,05). Luas bangunan sesuai
dengan hipotesis berdasarkan peluang yang mengakibatkan variabel berpengaruh
nyata. Hal ini dapat diinterpretasikan penambahan luas bangunan sebesar 1% akan
mengakbiatkan penambahan konsumsi kayu konstruksi sebesar 0,808 % (cateris
paribus).
Jumlah penduduk memiliki hubungan negatif (-) dan berpengaruh nyata
terhadap konsumsi kayu konstruksi dimana nilai probabilitas jumlah penduduk
sebesar 0,0000 lebih kecil dari taraf nyata 0,05 atau α 5% (0,0000 < 0,05).
Sedangkan koefisien variabel jumlah penduduk adalah sebesar 8,711. Hal ini
berarti setiap peningkatan jumlah penduduk sebesar 1 % maka akan diikuti oleh
penurunan konsumsi kayu konstruksi sebesar 8,71 % (ceteris paribus). Variabel
jumlah penduduk tidak sesuai dengan hipotesis awal. Hal ini dapat diduga barang
substitusi seperti baja ringan banyak dikonsumsi dibandingan kayu konstruksi,
jumlah penduduk tidak dengan sendirinya menyebabkan pertambahan permintaan
kayu, tetapi pertambahan jumlah penduduk dikuti dengan peningkatan pendapatan
sehingga daya beli bertambah maka permintaan terhadap kayu pun bertambah.
Pendapatan rumah tangga memiliki hubungan yang berpengaruh positif (+)
dan berpengaruh nyata terhadap konsumsi kayu konstruksi dimana nilai
probabilitas pendapatan rumah tangga sebesar 0,0001 lebih kecil dari taraf nyata
0,05 atau α 5% (0,0001 < 0,05). Sedangkan koefisien variabel pendapatan rumah
tangga adalah sebesar 1,975. Hal ini berarti setiap peningkatan pendapatan rumah
tangga sebesar 1 % maka akan diikuti oleh peningkatan konsumsi kayu konstruksi
sebesar 1,98 % (ceteris paribus). Variabel pendapatan rumah tangga sesuai
dengan hipotesis awal yang disebutkan bahwa semakin meningkat pendapatan
rumah tangga maka semakin meningkat konsumsi kayu konstruksi. Hal ini dapat
diduga bahwa pertambahan pendapatan menambah kemampuan daya beli lebih
banyak konsumsi kayu konstruksi dan pertambahan pendapatan memungkinkan
konsumen menukar konsumsi kayu menjadi konsumsi baja ringan (menukar
barang kurang baik mutunya kepada barang yang lebih baik mutunya).
Selera memiliki hubungan yang berpengaruh positif (+) dan berpengaruh
nyata sebesar 0,0198 lebih kecil dari taraf nyata 0,05 atau α 5% (0,01 < 0,05). Ini
artinya selera berpengaruh terhadap konsumsi kayu konstruksi.
Simpulan
Hasil estimasi proyeksi trend konsumsi kayu konstruksi di perumahan Kota
Depok cenderung turun. Berdasarkan nilai MAPE maka dipilih grafik trend
eksponensial dengan nilai MAPE terkecil yaitu 33. Konsumsi kayu konstruksi
diramalkan cenderung turun hingga pada tahun 2018 dengan nilai 1.568 m3.
Faktor-faktor yang mempengaruhi konsumsi kayu konstruksi di Kota Depok
adalah harga baja ringan, harga kayu, luas bangunan, jumlah penduduk,

22
pendapatan rumah tangga dan selera. Faktor – faktor tersebut telah teruji secara
statistik pada taraf nyata 5% dan selang kepercayaan 95%.
Saran
1.

2.

Diharapkan industri sektor perumahan di Kota Depok beralih mengonsumsi
baja ringan dan aluminium sebagai pengganti kayu konstruksi perumahan
pada rangka atap, kusen dan jendela.
Perlu adanya penelitian lebih lanjut yang difokuskan peramalan permintaan
selain untuk sektor perumahan. Misalnya konsumsi kayu di industri
pengolahan kayu lainya sehingga gambaran konsumsi kayu dapat diketahui
dan antisipasi terhadap intensitas pemakaian kayu tersebut.

DAFTAR PUSTAKA
[BPMP2T] Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu, Kota
Depok. 2014. Laporan tahunan 2009 – 2013. BPMP2T Kota Depok. Depok
[BPS] Badan Pusat Statistik, Kota Depok. 2014. Depok dalam Angka 2013. BPS
Kota Depok. Depok
Engel P, Anderson JA, Harry B. 1997. Marketing mix. Jakarta (ID): Intermedia.
Juanda BJ. 2012. Ekonometrika Deret Waktu. Bogor: IPB.
Jamali N, Dudung D. 1997. Permintaan bahan pengawet kayu dalam
pembangunan perumahan massal sederhana di Indo