Aspek Diagnosis dan Patogenesis Isolat Lokal Canine Parvovirus (RIVS 57)

ASPEK DIAGNOSIS DAN PATOGENESIS ISOLAT LOKAL
CANINE PARVOVIRUS (RIVS 57)

KETUT KARUNI NYANAKUMARI NATIH

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2005

ABSTRAK
KETUT KARUNI NYANAKUMARI NATIH. Aspek Diagnosis dan Patogenesis
Isolat Lokal Canine Parvovirus (RNS 57). Dibimbing oleh SETYO WIDODO,
BAMBANG JOENIMAN dan MDRAWATI SENDOW.
Canine Parvovirus (CPV) merupakan virus DNA (deoksiribo nucleic acid)
terkecil yang berselubung dengan rantai tunggal sebagai penyebab enteritis dan
miokarditis pada anjing. Virus ini masuk dalam famili Parvoviridae genus
parvovirus. Penelitian ini bertujuan untuk mengamati gejala klinis, kemunculan titer
antibodi dan mempelajari kejadian ekskresi virus dalam feses setelah dilakukan
inokulasi isolat lokal CPV (RIVS 57). Enarn (6) ekor anjing lokal sehat klinis
berumur 2 bulan dan nihil titer antibodi terhadap CPV dipergunakan dalam penelitian
ini. Dosis CPV (RIVS 57) sebesar 1 0 ' ~TCIDso

~
Iml diinokulasikan per oral pada 2
ekor anak anjing dan per infravena pada 4 ekor sisanya.
Hasil penelitian menunjukkan peningkatan suhu tubuh dan penurunan jumlah
leukosit (21,26%) disertai p e n m a n jumlah absolut sel lirnfosit (34,89%) dan
neutrofil (14,35%) lebih nyata pada aplikasi oral dibandingkan dengan aplikasi
intravena dan telah memunculkan titer antibodi pada 24 jam pertama. Kemunculan
antibodi pada aplikasi oral lebih responsif namun dengan titer rendah sebelurn hari
ke-3 dan mulai protektif pada hari ke-4 dengan puncaknya pada hari ke-10 (GMT =
8192 HIU) dibanding aplikasi intravena dengan titer tinggi pada hari ke-3 dan
protektif hari ke-5. Puncak titer antibodi pada aplikasi oral lebih tinggi dibanding
pada aplikasi intravena.
.
Virus parvo anjing baik pada aplikasi oral maupun infravena tidak berhasil
diisolasi dari feses dengan menggunakan jaringan FK dan uji HA selama penelitian
berlangsung.
Secara patogenesis infeksi CPV diawali oral, reaksi pertahanan nonspesifik
berlangsung dalam 24 jam pertama dan dalam waktu yang relatif sama menimbulkan
kekebalan dengan puncak hari ke-10 pasca infeksi.


SURAT PERNYATAAN

Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa segala pernyataan dalam tesis saya
yang berjudul:

ASPEK DIAGNOSIS DAN PATOGENESIS ISOLAT LOKAL CANINE
PARVOVIRUS (RIVS 57)
merupakan gagasan atau hasil penelitian tesis saya sendiri, dengan pembimbingan
Komisi Pembimbing, kecuali yang dengan jelas ditunjukan rujukannya. Tesis ini
belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar pada program sejenis di perguruan
tinggi lain.
Semua data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan secara jelas dan dapat
diperiksa kebenarannya.

Bogor, Pebruari 2005

Ketut Karuni Nvanakumari Natih
Nrp 99752

ASPEK DIAGNOSIS DAN PATOGENESIS ISOLAT LOKAL

CANINE PARVOVIRUS (RIVS 57)

KETUT KARUNI NYANAKUMARI NATIH

Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains pada
Program Studi Sains Veteriner
s

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANLAN BOGOR
2005

Judul Tesis
Nama
N~P
Program Studi

: Aspek Diagnosis dan Patogenesis Isolat Lokal Canine


Parvovirus (RIVS 57)
: Ketut Karuni Nyanakumari Natih
: 99752
: Sains Veteriner

Disetujui
Komisi Pembimbing

Dr Drh. Se o Widodo

7bEDrh. Bambann Joeniman, MS
Anggota

~rhhndrawatiSendow, MSc.
Anggota

Diketahui
Ketua Program Studi Sains Veteriner


Dekan Sekolah Pascasarjana

!-

Prof. Dr. Ir. Sjafiida Manuwoto, MSc.

Tanggal Ujian : 6 Januari 2005

Tanggal Lulus : 0 7 ~ € 0

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Singaraja, Bali pada tanggal 21 Desember 1967 dari
ayah Drs. I Ketut N. Natih, M. Hum. dan ibu Ketut Geniki. Penulis merupakan putri
ke-empat dari enam bersaudara.
Tahun 1981 penulis lulus dari SD St. Fransiskus 111 Jakarta. Tahun 1984
penulis lulus dari SMP St. Fransiskus I1 Jakarta. Tahun 1987 penulis lulus dari SMA
Negeri 21 Jakarta dan pada tahun yang sama lulus seleksi masuk IPB melalui jalur
Penelusuran Minat dan Bakat (PMDK). Pada tahun 1988 penulis memilih masuk
Fakultas Kedokteran Hewan, tahun 1992 penulis lulus Sarjana Kedokteran Hewan
dan pada tahun 1993 penulis lulus sebagai Dokter Hewan.

Penulis bekerja sebagai penguji vaksin virus di Balai Besar Pengujian Mutu
dan Sertifikasi Obat, Direktorat Jenderal Bina Produksi Petemakan, Departemen
Pertanian dari tahun 1994 sampai sekarang.

PRAKATA

Dengan selesainya karya ilmiah ini, penulis mengucapkan angayubhagia
(bersyukur) kepada Ida Sang Hyang Widi Wasat Tuhan Yang Maha Esa atas segala
berkahNya yang termulia, yang dilimpahkan kepada penulis. Penelitian ini penulis
laksanakan sejak Mei 2004 sampai Oktober 2004, dengan tema isolat lokal Canine
Parvovirus. Judul karya ilmiah ini adalah Aspek Diagnosis dan Patogenesis Isolat
Lokal Canine Parvovirus.
Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Dr. Drh.
Setyo Widodo, Drh. Bambang Joeniman MS, Drh. Indrawati Sendow; MSc selaku
komisi pembirnbing atas segala bimbingannya; Dr. Drh. Danninto dan Dr. Drh R. M.
Abdul Adjid selaku Kepala Balai Penelitian Veteriner (Balitvet) Bogor serta Drh.
Dewa Made Ngurah Dhanna, MSc., Ph.D. selaku Kepala Balai Besar Pengujian Mutu
dan Sertifikasi Obat Hewan (BBPMSOH) yang telah memberikan kesempatan untuk
menyelesaikan karya ilmiah ini. Terimakasih penulis sampaikan kepada Kepala
Bagian, Staf dan teknisi di bagian virologi Balitvet dan Drh. Ida Lestari Soedijar,

MSc. beserta staf unit uji virologi BBPMSOH atas dukungan dan surnbang sarannya.
Disarnping itu ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada Drh. A. Maizir, Drh.
Gatot Mudiarto, Heri Hoerudin dan Ipat Hikrnatul Isro atas bantuannya selama
pengambilan sampel dan pengurnpulan data. Yang tercinta suami (AKP I Nengah
Ganti, SH) dan anak (Putu Gayatridevi GK Natih) yang memberi semangat dan
motivasi, orangtua dan seluruh keluarga atas segala dukungan, hoa dan kasih
sayangnya. Tak lupa kepada ternan-teman yang tidak dapat disebutkan narnanya satu
persatu yang telah mendukung selama penelitian sampai selesainya tesis ini.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Pebruari 2005

Ketut Karuni Nyanakumari Natih

DAFTAR IS1
Halaman
DAFTAR TABEL ............................................................................................
DAFTAR BAGAN .....................................................................

vii

viii

DAFTAR GAMBAR ...........................................................

ix

DAFTAR GRAFIK ..........................................................................................

x

DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................

xi

PENDAI-IITLUAN ...........................................................................................
Latar Belakang ...........................................................................................
Tujuan dan Manfaat Penelitian .................................................................
Hipotesa Penelitian ....................................................................................

1

1
2
3

TMJAUAN PUSTAKA...................................................................................
Canine Parvovirus (CPV)...........................................................................
1.Etiologi .................................................................................................
2. Sifat Fisika dan Kimia ..........................................................................
3. Sifat Biologis .........................................................................................
4 . Induk Semang ........................................................................................
5. Sifat Antigen ..........................................................................................
6. Strain Canine Parvovirus .......................................................................
7. Penularan Canine Parvovirus.................................................................
Patogenesa Canine Parvovirus...................................................................
Diagnosis Canine Parvovirus .....................................................................
..
1. Gejala Klims.......................................................................................
a. Tipe Miokarditis.....................................................................
b. Tipe Enteritis..........................................................................
2. Pemeriksaan Serologis .......................................................................

a. Uji Serum Netralisasi (SN) .....................................................
b. Uji Hambatan Hemaglutinasi (HI)..............................
c. Uji Antibodi Floresen..............................................
d. Enzirn Linked Immunosorbent Assay (Elisa) ..................
3. Pemeriksaan Virologis .......................................................................
a. Mikroskop Elektron (ME) ......................................................
b. Uji Hemaglutinasi (HA) ...........................................
c. Enzim Linked Irnmunosorbent Assay (Elisa) ..................
d. Polymerase Chain Reaction (PCR) ..............................
4. Pemeriksaan Histopatologi.................................................................
a. Patologi dan Histopatologi Tipe Miokarditis .........................
b. Patologi dan Histopatologi Tipe Enteritis ..............................

MATERI DAN METODA PENELITIAN ........................................
Tempat Penelitian .....................................................................................
Materi Penelitian .......................................................................................
1. Hewan Percobaan ...............................................................................
2. Isolat lokal CPV .................................................................................
3. Sel Darah Merah Babi ........................................................................
Metode Penelitian.......................................................................................

1. Isolat Lokal (RIVS 57) .....................................................................
a . Propagasi Biakan Jaringan Ginjal Kucing (Feline Kidney=FK) ..
b. Propagasi Isolat Lokal CPV (RIVS 57) .......................................
..
c . Uji Kandungan Virus....................................................................
2 . Inokulasi Isolat Lokal CPV (RIVS 57) .............................................
3. Pengambilan Sampel ..........................................................................
a . Darah (dengan EDTA) ..................................................................
b . Serum ............................................................................................
c. Feses ..............................................................................................
4. Uji Laboratoris ...................................................................................
a . Penghitungan Jumlah Sel Darah Putih (Leukosit) Total .............
b . Preparat Ulas Darah Untuk Diferensiasi Leukosit .......................
c . Uji Hambatan Aglutinasi (HI) ......................................................
d . Isolasi CPV dari Feses pada Biakan Jaringan FK ........................
e . Identifikasi Isolat virus dengan Uji Hemaglutinasi (HA) ............
Peubah yang Diamati .................................................................................
1. Gejala Klinis.......................................................................................
2. Gambaran Hematologi .......................................................................
3. Serologi ..............................................................................................
4. Isolasi CPV dari Feses .......................................................................
a . Pengamatan fisik ..........................................................................
b . Pemeriksaan Laboratoris ..............................................................
Analisis Data Penelitian ............................................................................
HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................................
Hasil ...........................................................................................................
1. Pengamatan Gejala klinis ..................................................................
2 . Hematologi ........................................................................................
3. Serologis............................................................................................
4. Isolasi Virus Lokal CPV ..................................................................
Pembahasan................................................................................................
SIMPULAN .....................................................................................................

.....................................................................................
....................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

DAFTAR TABEL

Halaman
1 . Contoh Penghitungan Titrasi Kandungan Virus Metoda Reed & Munch

22

2. Dosis Inokulasi Isolat Lokal CPV (IUVS 57) ........................................

23

3 . Hasil Pengamatan Gejala Klinis..............................................................

39

4 . Hasil Hematologi ....................................................................................

40

5 . Hasil Serologis ........................................................................................

44

6. Hasil Pengamatan Feses ..........................................................................

46

ASPEK DIAGNOSIS DAN PATOGENESIS ISOLAT LOKAL
CANINE PARVOVIRUS (RIVS 57)

KETUT KARUNI NYANAKUMARI NATIH

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2005

ABSTRAK
KETUT KARUNI NYANAKUMARI NATIH. Aspek Diagnosis dan Patogenesis
Isolat Lokal Canine Parvovirus (RNS 57). Dibimbing oleh SETYO WIDODO,
BAMBANG JOENIMAN dan MDRAWATI SENDOW.
Canine Parvovirus (CPV) merupakan virus DNA (deoksiribo nucleic acid)
terkecil yang berselubung dengan rantai tunggal sebagai penyebab enteritis dan
miokarditis pada anjing. Virus ini masuk dalam famili Parvoviridae genus
parvovirus. Penelitian ini bertujuan untuk mengamati gejala klinis, kemunculan titer
antibodi dan mempelajari kejadian ekskresi virus dalam feses setelah dilakukan
inokulasi isolat lokal CPV (RIVS 57). Enarn (6) ekor anjing lokal sehat klinis
berumur 2 bulan dan nihil titer antibodi terhadap CPV dipergunakan dalam penelitian
ini. Dosis CPV (RIVS 57) sebesar 1 0 ' ~TCIDso
~
Iml diinokulasikan per oral pada 2
ekor anak anjing dan per infravena pada 4 ekor sisanya.
Hasil penelitian menunjukkan peningkatan suhu tubuh dan penurunan jumlah
leukosit (21,26%) disertai p e n m a n jumlah absolut sel lirnfosit (34,89%) dan
neutrofil (14,35%) lebih nyata pada aplikasi oral dibandingkan dengan aplikasi
intravena dan telah memunculkan titer antibodi pada 24 jam pertama. Kemunculan
antibodi pada aplikasi oral lebih responsif namun dengan titer rendah sebelurn hari
ke-3 dan mulai protektif pada hari ke-4 dengan puncaknya pada hari ke-10 (GMT =
8192 HIU) dibanding aplikasi intravena dengan titer tinggi pada hari ke-3 dan
protektif hari ke-5. Puncak titer antibodi pada aplikasi oral lebih tinggi dibanding
pada aplikasi intravena.
.
Virus parvo anjing baik pada aplikasi oral maupun infravena tidak berhasil
diisolasi dari feses dengan menggunakan jaringan FK dan uji HA selama penelitian
berlangsung.
Secara patogenesis infeksi CPV diawali oral, reaksi pertahanan nonspesifik
berlangsung dalam 24 jam pertama dan dalam waktu yang relatif sama menimbulkan
kekebalan dengan puncak hari ke-10 pasca infeksi.

SURAT PERNYATAAN

Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa segala pernyataan dalam tesis saya
yang berjudul:

ASPEK DIAGNOSIS DAN PATOGENESIS ISOLAT LOKAL CANINE
PARVOVIRUS (RIVS 57)
merupakan gagasan atau hasil penelitian tesis saya sendiri, dengan pembimbingan
Komisi Pembimbing, kecuali yang dengan jelas ditunjukan rujukannya. Tesis ini
belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar pada program sejenis di perguruan
tinggi lain.
Semua data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan secara jelas dan dapat
diperiksa kebenarannya.

Bogor, Pebruari 2005

Ketut Karuni Nvanakumari Natih
Nrp 99752

ASPEK DIAGNOSIS DAN PATOGENESIS ISOLAT LOKAL
CANINE PARVOVIRUS (RIVS 57)

KETUT KARUNI NYANAKUMARI NATIH

Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains pada
Program Studi Sains Veteriner
s

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANLAN BOGOR
2005

Judul Tesis
Nama
N~P
Program Studi

: Aspek Diagnosis dan Patogenesis Isolat Lokal Canine

Parvovirus (RIVS 57)
: Ketut Karuni Nyanakumari Natih
: 99752
: Sains Veteriner

Disetujui
Komisi Pembimbing

Dr Drh. Se o Widodo

7bEDrh. Bambann Joeniman, MS
Anggota

~rhhndrawatiSendow, MSc.
Anggota

Diketahui
Ketua Program Studi Sains Veteriner

Dekan Sekolah Pascasarjana

!-

Prof. Dr. Ir. Sjafiida Manuwoto, MSc.

Tanggal Ujian : 6 Januari 2005

Tanggal Lulus : 0 7 ~ € 0

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Singaraja, Bali pada tanggal 21 Desember 1967 dari
ayah Drs. I Ketut N. Natih, M. Hum. dan ibu Ketut Geniki. Penulis merupakan putri
ke-empat dari enam bersaudara.
Tahun 1981 penulis lulus dari SD St. Fransiskus 111 Jakarta. Tahun 1984
penulis lulus dari SMP St. Fransiskus I1 Jakarta. Tahun 1987 penulis lulus dari SMA
Negeri 21 Jakarta dan pada tahun yang sama lulus seleksi masuk IPB melalui jalur
Penelusuran Minat dan Bakat (PMDK). Pada tahun 1988 penulis memilih masuk
Fakultas Kedokteran Hewan, tahun 1992 penulis lulus Sarjana Kedokteran Hewan
dan pada tahun 1993 penulis lulus sebagai Dokter Hewan.
Penulis bekerja sebagai penguji vaksin virus di Balai Besar Pengujian Mutu
dan Sertifikasi Obat, Direktorat Jenderal Bina Produksi Petemakan, Departemen
Pertanian dari tahun 1994 sampai sekarang.

PRAKATA

Dengan selesainya karya ilmiah ini, penulis mengucapkan angayubhagia
(bersyukur) kepada Ida Sang Hyang Widi Wasat Tuhan Yang Maha Esa atas segala
berkahNya yang termulia, yang dilimpahkan kepada penulis. Penelitian ini penulis
laksanakan sejak Mei 2004 sampai Oktober 2004, dengan tema isolat lokal Canine
Parvovirus. Judul karya ilmiah ini adalah Aspek Diagnosis dan Patogenesis Isolat
Lokal Canine Parvovirus.
Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Dr. Drh.
Setyo Widodo, Drh. Bambang Joeniman MS, Drh. Indrawati Sendow; MSc selaku
komisi pembirnbing atas segala bimbingannya; Dr. Drh. Danninto dan Dr. Drh R. M.
Abdul Adjid selaku Kepala Balai Penelitian Veteriner (Balitvet) Bogor serta Drh.
Dewa Made Ngurah Dhanna, MSc., Ph.D. selaku Kepala Balai Besar Pengujian Mutu
dan Sertifikasi Obat Hewan (BBPMSOH) yang telah memberikan kesempatan untuk
menyelesaikan karya ilmiah ini. Terimakasih penulis sampaikan kepada Kepala
Bagian, Staf dan teknisi di bagian virologi Balitvet dan Drh. Ida Lestari Soedijar,
MSc. beserta staf unit uji virologi BBPMSOH atas dukungan dan surnbang sarannya.
Disarnping itu ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada Drh. A. Maizir, Drh.
Gatot Mudiarto, Heri Hoerudin dan Ipat Hikrnatul Isro atas bantuannya selama
pengambilan sampel dan pengurnpulan data. Yang tercinta suami (AKP I Nengah
Ganti, SH) dan anak (Putu Gayatridevi GK Natih) yang memberi semangat dan
motivasi, orangtua dan seluruh keluarga atas segala dukungan, hoa dan kasih
sayangnya. Tak lupa kepada ternan-teman yang tidak dapat disebutkan narnanya satu
persatu yang telah mendukung selama penelitian sampai selesainya tesis ini.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Pebruari 2005

Ketut Karuni Nyanakumari Natih

DAFTAR IS1
Halaman
DAFTAR TABEL ............................................................................................
DAFTAR BAGAN .....................................................................

vii
viii

DAFTAR GAMBAR ...........................................................

ix

DAFTAR GRAFIK ..........................................................................................

x

DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................

xi

PENDAI-IITLUAN ...........................................................................................
Latar Belakang ...........................................................................................
Tujuan dan Manfaat Penelitian .................................................................
Hipotesa Penelitian ....................................................................................

1
1
2
3

TMJAUAN PUSTAKA...................................................................................
Canine Parvovirus (CPV)...........................................................................
1.Etiologi .................................................................................................
2. Sifat Fisika dan Kimia ..........................................................................
3. Sifat Biologis .........................................................................................
4 . Induk Semang ........................................................................................
5. Sifat Antigen ..........................................................................................
6. Strain Canine Parvovirus .......................................................................
7. Penularan Canine Parvovirus.................................................................
Patogenesa Canine Parvovirus...................................................................
Diagnosis Canine Parvovirus .....................................................................
..
1. Gejala Klims.......................................................................................
a. Tipe Miokarditis.....................................................................
b. Tipe Enteritis..........................................................................
2. Pemeriksaan Serologis .......................................................................
a. Uji Serum Netralisasi (SN) .....................................................
b. Uji Hambatan Hemaglutinasi (HI)..............................
c. Uji Antibodi Floresen..............................................
d. Enzirn Linked Immunosorbent Assay (Elisa) ..................
3. Pemeriksaan Virologis .......................................................................
a. Mikroskop Elektron (ME) ......................................................
b. Uji Hemaglutinasi (HA) ...........................................
c. Enzim Linked Irnmunosorbent Assay (Elisa) ..................
d. Polymerase Chain Reaction (PCR) ..............................
4. Pemeriksaan Histopatologi.................................................................
a. Patologi dan Histopatologi Tipe Miokarditis .........................
b. Patologi dan Histopatologi Tipe Enteritis ..............................

MATERI DAN METODA PENELITIAN ........................................
Tempat Penelitian .....................................................................................
Materi Penelitian .......................................................................................
1. Hewan Percobaan ...............................................................................
2. Isolat lokal CPV .................................................................................
3. Sel Darah Merah Babi ........................................................................
Metode Penelitian.......................................................................................
1. Isolat Lokal (RIVS 57) .....................................................................
a . Propagasi Biakan Jaringan Ginjal Kucing (Feline Kidney=FK) ..
b. Propagasi Isolat Lokal CPV (RIVS 57) .......................................
..
c . Uji Kandungan Virus....................................................................
2 . Inokulasi Isolat Lokal CPV (RIVS 57) .............................................
3. Pengambilan Sampel ..........................................................................
a . Darah (dengan EDTA) ..................................................................
b . Serum ............................................................................................
c. Feses ..............................................................................................
4. Uji Laboratoris ...................................................................................
a . Penghitungan Jumlah Sel Darah Putih (Leukosit) Total .............
b . Preparat Ulas Darah Untuk Diferensiasi Leukosit .......................
c . Uji Hambatan Aglutinasi (HI) ......................................................
d . Isolasi CPV dari Feses pada Biakan Jaringan FK ........................
e . Identifikasi Isolat virus dengan Uji Hemaglutinasi (HA) ............
Peubah yang Diamati .................................................................................
1. Gejala Klinis.......................................................................................
2. Gambaran Hematologi .......................................................................
3. Serologi ..............................................................................................
4. Isolasi CPV dari Feses .......................................................................
a . Pengamatan fisik ..........................................................................
b . Pemeriksaan Laboratoris ..............................................................
Analisis Data Penelitian ............................................................................
HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................................
Hasil ...........................................................................................................
1. Pengamatan Gejala klinis ..................................................................
2 . Hematologi ........................................................................................
3. Serologis............................................................................................
4. Isolasi Virus Lokal CPV ..................................................................
Pembahasan................................................................................................
SIMPULAN .....................................................................................................

.....................................................................................
....................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

DAFTAR TABEL

Halaman
1 . Contoh Penghitungan Titrasi Kandungan Virus Metoda Reed & Munch

22

2. Dosis Inokulasi Isolat Lokal CPV (IUVS 57) ........................................

23

3 . Hasil Pengamatan Gejala Klinis..............................................................

39

4 . Hasil Hematologi ....................................................................................

40

5 . Hasil Serologis ........................................................................................

44

6. Hasil Pengamatan Feses ..........................................................................

46

DAFTAR BAGAN
Halaman
1 . Patogenesa Infeksi Canine Parvovirus (Hoskins 1 995) .........................
2. Prosedur Propagasi Biakan Jaringan FK .................................................

3. Prosedur Propagasi Isolat CPV (RIVS 57) ............................................

..

4. Prosedur Uji Kandungan .........................................................................

5 . Prosedur Perlakuan Serum ......................................................................
6. Prosedur Preparat Ulas Darah .................................................................

7. Prosedur Uji HI

......................................................................................

8. Prosedur Isolasi CPV dalam Biakan Jaringan FK .................................
9. Prosedur Uji HA

....................................................................................

DAFTAR GAMBAR

Halaman
1 . Hewan Percobaan Yang Digunakan .......................................................

29

2. Inokulasi Isolat b k a l CPV (RIVS 57) Aplikasi Oral ............................

29

3 . Inokulasi Isolat Lokal CPV (RIVS 57) Aplikasi Intravena ...................

29

4 . Pengambilan Sampel Darah Pada Anjing

29

..............................................

5. Biakan Jaringan FK Normal...................................................................

29

6. CPE Canine Parvovirus pada Biakan Jaringan FK

29

.................... .
.
.......

............................................................................................

45

8. HasilUji HA ..........................................................................................

45

7. Hasil Uji HI

1. Hasil Rerata Perbedaan Suhu Tubuh..................................................

39

2. Rerata Jumlah Leukosit ...........................................................................

42

3. Rerata Jumlah Eosinofil ..........................................................................

42

4. Rerata Jumlah Neutrofil ..........................................................................

43

5. Rerata Jumlah Limfosit ...........................................................................

43

6. Rerata Jumlah Monosit ...........................................................................

44

7. Hasil Serologis

45

.......................................................................................

DAFTAR LAMPIRAN
Halaman

.......................................................................................

56

2. Pembuatan Medium ................................................................................

57

1 . Bahan dan Alat

. . .

3. Prosedur Stenhsasl...............................................................

60

PENDAHULUAN
Latar Belakang

Anjing merupakan salah satu hewan kesayangan, yang dipelihara untuk berbagai
tujuan, diantaranya sebagai penjaga rumah, teman atau hiburan untuk menghilangkan
stress maupun sebagai simbol status.
Penyakit yang membahayakan anjing dan dapat membawa kematian adalah
infeksi muntaber yang disebabkan oleh Canine Parvovirus, ditandai dengan gejala
muntah dan mencret berdarah yang berakhir dengan kematian dalam waktu kurang dari
3 hari. Dari temuan nekropsi anjing yang mati menderita muntaber diperoleh dehidrasi
berat, usus mengalami dilatasi dan berisi cairan berwama merah hingga kehitaman.
Secara histopatologis ditemukan degenerasi sampai nekrosis dan hiperplasia dari epitel
kripta usus bagian duodenum dan jejunum, juga ditemukan badan inklusi intranukleus
bersifat basofilik pada epitel kripta duodenum (Nelson et al. 1979; Macartney et al.
1984).
Canine Parvovirus diidentifikasi sejak tahun 1978 setelah berhasil diisolasi dari
anjing dengan gejala berak darah (haemorrhagic diarrhea) (Appel et al. 1979). Canine
Parvovirus merupakan virus DNA (deoksiribo nucleic acid) terkecil yang berselubung
dengan rantai tunggal. Virus ini masuk dalam famili Parvoviridae genus parvovirus
(Russel dan Edington 1985).
Canine Parvovirus dapat menginfeksi berbagai ras anjing, umur ataupun jenis
kelamin. Resiko paling tinggi terjadi pada anak anjing umur 6 minggu sampai 6 bulan
(Glickrnan et al. 1985). Replikasi CPV terjadi dalam sel-sel yang membelah dengan
cepat yaitu sel jantung dan sel epitel usus halus sehingga CPV berkembang dengan
cepat dalam tubuh anjing muda (umur kurang dari 6 bulan) yang masih banyak terjadi
proliferasi sel-sel (Hoskins 1997).
Saat ini penyakit enteritis karena infeksi CPV pada anjing telah menyebar ke
seluruh dunia. Penyakit ini bersifat sangat menular dan fatal. Penularan sangat mudah
terjadi secara oral melalui feses yang tercemar CPV (Meunier et al. 1985; Hoskins
1997). Ekskresi CPV dalam feses dimulai pada hari ke-4 diikuti dengan terbentuknya
antibodi (Carman dan Povey 1985; Hoskins, 1997).

Banyak penelitian yang telah dilakukan untuk mengetahui gejala klinis, isolasi
virus dan epidemiologi CPV (Miura et al. 1986). Tetapi sampai saat ini Canine
Parvovirus tipe enteritis masih merupakan masalah di tempat-tempat praktek dan
petemakan karena menyebabkan angka kematian yang tinggi pada anak anjing dengan
tanda-tanda klinik adanya diare darah (Schultz 1995; Hoskins 1997).
Kejadian infeksi Canine Parvovirus pertarnakali di Indonesia pada tahun 1981.
Wabah pada anjing ini ditandai dengan gejala depresi, anoreksia, muntah dan diare dan
menyerang pada hampir semua umur hewan, kemudian dilakukan isolasi CPV dari feses
yang ditumbuhkan pada biakan jaringan

ginjal kucing (Crandell Feline Kidney

=

CRFK). Identifikasi terhadap CPV dilakukan dengan menggunakan uji hemaglutinasi
(Hemaglutination Test

=

HAT). Typing terhadap CPV dilakukan dengan monoklonal

antibodi (Jusa et al. 1991).
Sampai saat ini infeksi CPV pada anjing-anjing di Indonesia masih merupakan
masalah besar.

Tingkat kematian yang terjadi hampir 100%. Tempi atas infeksi

parvovirus hanya dapat dilakukan berdasarkan gejala yang memperburuk keadaan
hewan (Tilley et al. 1997). Menurut Glickrnan et al. (1985) faktor-faktor yang
mempengaruhi keganasan infeksi CPV adalah ada tidaknya kekebalan anjing, virulensi
virus, dosis infeksi, infeksi campuran yang mengikutinya dan kondisi lingkungan.
CPV pada anak anjing akan menjadi lebih buruk jika disertai dengan adanya infeksi
parasit, stress di tempat baru, keadaan di dalam kandang yang terlalu padat, sanitasi
yang buruk, titer antibodi induk rendah dan kegagalan tubuh membentuk respon
kekebalan (Sajuthi 200 1).
Kualitas isolat lokal CPV sampai saat ini juga belum banyak dilakukan dan
dipublikasikan. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui aspek diagnosis dan
patogenesis isolat lokal CPV yang diinokulasikan pada anjing lokal.
Tujuan dan Manfaat Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk:
1. Mengamati gejala klinis setelah inokulasi isolat lokal CPV (RIVS 57)
2. Mengukur titer antibodi yang terbentuk setelah inokulasi isolat lokal CPV
(RIVS 57)
3. Mempelajari kejadian shedding out dalam feses.

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:
Mendapatkan informasi pendukung diagnosis dan patogenesis

infeksi isolat

lokal CPV (RIVS 57) yang diinokulasikan pada anjing lokal.
Hi potesa

Terdapat hubungan antara gejala klinis serta kekebalan yang terbentuk setelah
di lakukan inokulasi CPV dengan kejadian shedding out dalam feses.

TINJAUAN PUSTAKA
Canine Parnovirus (CPV)
1. Etiologi
Infeksi Canine Parvovirus dengan strain tipe 2 (CPV-2) merupakan salah satu
penyakit virus pada anjing yang bersifat sangat kontagius dan fatal (Hoskins 1995; Kerr
2000).
Canine Parvovirus merupakan virus DNA (deoksiribo nucleic acid) rantai
tunggal yang berukuran 15-28 nm. Virus ini berbentuk ikosahedral simetris dan tidak
berselubung.

CPV memiliki 32 kapsomir dan 3 struktur polipeptida (Russel dan

Edington 1985; Kerr 2000).

2. Sifat Fisika dan Kimia
Canine Parvovirus sangat stabil pada pH 3-9, suhu 56-60°C selarna 1 jam, pada
pelarut lemak dan pada konsentrasi garam yang tinggi (Afshar 1981; Russel dan
Edington 1985; Kerr 2000). Canine Parvovirus dapat hidup bertahun-tahun dalarn
fomitus (Russel dan Edington 1985).
Canine Parvovirus akan mati melalui kontak dengan sodium hipokhlorida dan
gluteraldehyda (Kerr 2000). Menurut Afshar (1981) CPV dapat diinaktifkan dengan
formalin, O-propiolaktan, hydroxylamine dan radiasi ultra violet.
3. Sifat Biologis
Canine Parvovirus mudah bereplikasi dalam sel-sel yang sedang membelah
dengan cepat (Afshar 1981;Russel dan Edington 1985). Secara in vivo terjadi pada sel
epitel usus (kripta ileum), sumsum tulang dan fetus (Russel dan Edington 1985). Secara
in vitro CPV dapat tumbuh pada biakan jaringan primer organ anjing seperti ginjal, usus,
limpa, timus dan paru-paru, dan pada biakan jaringan organ kucing seperti ginjal dan
paru-paru (Afshar 1981). Canine Parvovirus selain dapat tumbuh pada biakan jaringan
primer, juga dapat tumbuh dengan baik pada biakan jaringan lestari seperti biakan
jaringan CRFK (Crandell Feline Kidney), canine foetal kidney, canine melanoma,
canine Jbroblastic cells, A72 canine Jbroma dan MDCK (Madin Darby Canine
Kidney) (Eugster 1980; Mochizuki dan Hashimoto 1986; Finlaison 1995). Canine
Parvovirus juga dapat dapat tumbuh pada biakan jaringan vero yang berasal dari ginjal

African green monkey, raccoon saliva?y gland dan bovine foetal spleen pada kondisi
biakan jaringan tidak membentuk sel selapis (Appel et al. 1979). Biakan jaringan ginjal
kucing merupakan biakan jaringan lestari yang paling sensitif untuk mengidentifikasi
CPV karena dapat menimbulkan efek sitopatik (Cythopathic Efect = CPE). Efek
sitopatik pada biakan jaringan FK atau CRFK terjadi pada 2-3 hari setelah inokulasi.
Perkembangan virus ditandai dengan sel yang berbentuk bulat dan pelepasan sel-sel
serta adanya badan inklusi intranuklear (Joshi et al. 1998).

4. Induk Semang
Canine Parvovirus dapat menginfeksi anjing berbagai ms, umur ataupun jenis
kelamin. Resiko umur paling tinggi terjadi pada anak anjing yang berumur 6 minggu
sampai 6 bulan. Predisposisi ras yang dilaporkan beresiko tinggi pada ms Rottweiler,
Dobermann pinscher, American pitbull terriers, German sheperd (Glickman et al.
1985; Houston et al. 1996; Hoskins 1997; Sajuthi 2001), English springer spaniels
(Glickman et al. 1985), Labrador retriever, Staford.vhire dan Alaskan sled (Hoskins
1997). Predisposisi ras dengan resiko rendah terjadi pada ras Toy poodle, Cocker
spaniel dan ras carnpuran (Houston et al. 1996; Sajuthi 2001).
Bhut et al. (1998), berhasil mendeteksi CPV pada wild canines, yaitu pada wild
dogs (Cuan alpinus),jackals (Canis auxus) dan wolves (Canis lupusj.
Kejadian penyakit akibat infeksi CPV di Indonesia banyak menyemng anjing
muda berumur 2 bulan dan lebih sering terjadi pada ras Dobermann dan Rottweiler.
Pengamatan Sendow dan Syafiiati (2004) menunjukkan bahwa anjing lokal dapat
terinfeksi CPV, namun kasus klinis jarang terjadi.

5. Sifat antigen
Canine Parvovirus mempunyai hemaglutinin yang dapat mengaglutinasi
beberapa sel darah merah hewan seperti babi, Afican green monkey, anjing, shrew
mouse, kuda, kucing, golden hamster dan domba (Senda et al. 1988). Penelitian mereka
membuktikan bahwa CPV dapat mengaglutinasi sel darah memh hewan-hewan tersebut
tetapi titernya tidak setinggi sel damh memh babi atau African Green Monkey. Mereka
juga membuktikan bahwa CPV tidak dapat mengaglutinasi sel damh merah sapi,
kambing, kelinci, marmot, tikus, mice, angsa, ayam dan golongan darah 0 pada manusia.
Menurut Sajuthi (2001), sel damh merah yang biasa digunakan untuk uji hemaglutinasi

terhadap CPV adalah sel darah merah babi dan sel darah merah monyel ekor panjang
(Macaca fmicularis).

Dengan adanya sifat aglutinasi sel darah merah maka uji

hemaglutinasi dapat diterapkan untuk mendeteksi awal adanya antigen CPV (Mochizuki
et al. 1984; Deepa dan Saseendranath 2002).
6. Strain Canine Parvovirus
Pamsh et al. (1991), mengatakan bahwa tipe CPV hanya satu, tetapi varian
strain virus ini ada beberapa yang secara antigenik berbeda tetapi secara serologis sama.
Canine Parvovirus serotype-1 (CPV-1) atau Minute Virus of Canine (MVC)
pertama kali diisolasi dari feses anjing militer di Amerika Serikat pada tahun 1967
(Hoskins 1995).

MVC tidak bersifat pathogen. Pada anjing umur 5-21 hari

menimbulkan gejala pneumoni miokarditis dan enteritis sedangkan pada anjing bunting
menyebabkan

kematian fetus dan mumifikasi (Truyen 2000).

Pada tahun 1978

ditemukan serotipe lain dari CPV yang dihubungkan dengan gejala diare pada anak
anjing di Amerika Serikat dan disebut sebagai Canine Parvovirus tipe-2 (CPV-2) atau
Canine Parvovirus Enteritis (Appel et al. 1979; Parrish et al. 1991). CPV-2 sarna sekali
tidak berhubungan dengan MVC (Truyen et al. 2000).
Feline Panleukopenia (FPL) adalah penyakit virus yang menginfeksi kelwga
Felidae dan hewan yang dekat kekerabatannya seperti ~ustelidae,-Procyonidae dan
Viverridae. Sifat penyakit akut, ganas dan sistemik ditandai dengan kejadian yang tibatiba, demam, muntah, diare dan leukopenia. Penyakit ini pertama kali terjadi pada
tahun 1925. Beberapa peneliti menduga ada hubungan FPL dengan Mink Enteritis
Virus (MEV) karena mempunyai sifat kimia dan fisika yang sama. Tahun 1966 berhasil
mengidentifikasi FPL yang termasuk dalam kelwga Parvoviridae (Bittle 1981;Truyen
2000).
Canine Parvovirus tipe-2 merupakan hasil mutasi dari Feline Panleukopenia
virus (FPV) (Erbeck 1981); Evermann 1981; Hoskins 1997; Nakamura et al. 2001).
Feline Panleukopenia mempunyai kesamaan urutan basa nukleotida dengan CPV-2
lebih dari 98% (Parrish et al. 1991). Hubungan antara CPV dengan FPV secara
serologis sangat erat dan dapat dibuktikan dengan adanya reaksi silang pada uji HI, uji
antibodi floresen, uji netralisasi dan immunoelektron mikroskopi (Hoskins 1997).
Selama tahun 1978 dengan pemeriksaan serologis pada anjing terbukti bahwa
terdapat antibodi terhadap CPV-2 di Jepang, Australia, New Zealand dm Amerika

Serikat. Canine Parvovirus serotype-2 ini hanya menginfeksi anjing dan canidae
lainnya seperti wolves, coyotes, south American dogs dan Asiatic raccoon dogs. Pada
tahun 1980 strain CPV-2 bermutasi menjadi tipe 2a (CPV-2a) dan pada tahun 1984
muncul varian lain yaitu tipe 2b (CPV-2b). Strain-strain ini disebut tipe antigen yang
baru yang dapat menginfeksi anjing dan kucing dengan gejala klinis CPV (Truyen
2000) juga pada domestic cats (Gamoh et al. 2003). Penelitian Pereira et al. (2000)
menunjukkan bahwa tipe strain CPV di Brazil menunjukkan bahwa selama tahun 1980an tipe strain yang dominan adalah CPV-2a dan pada tahun 1990-an adalah CPV-2b.
Pada tahun 2000 ditemukan lagi varian baru yaitu tipe 2c yang menginfeksi kucing dan

wild felidae (Nakamura et al. 2001). Hasil penelitian Truyen (2000) menunjukkan
bahwa ke-3 strain tersebut tidak dapat dibedakan secara serologis.
Adanya perubahan CPV-2 ini karena kemampuan parvovirus untuk bereplikasi
dan menyebar lebih efektif dalam adaptasi genetik (Parrish et al. 1988). Dengan analisa
phylogenetik memperlihatkan evolusi yang pmgresif dari tipe asli CPV. Kejadian
tersebut mirip seperti yang terjadi pada virus influenza A (Parrish et al. 1991).
7. Penularan Canine Parvovirus
Penyakit yang disebabkan oleh Canine Parvoviws sangat kontagious. Sampai
saat ini penularan CPV secara alami melalui kontak langsung dekan sekreta anjing
yang terinfeksi CPV atau makanan yang telah terkontarninasi oleh CPV. CPV dapat
diekskresikan melalui feses, air seni,air liur dan muntah (Appel et al. 1980). Alat-alat
yang telah tercemar CPV seperti alat-alat kedokteran, grooming dan alat-alat kandang
yang tercemar feses juga merupakan sarana penularan (Gordon dan Angrick 1986;
Hoskins 1997).

Patogenesis Canine Parvovirus
Patogenesis CPV berhubungan erat dengan orgadtipe sel. Pada anak anjing
umur kurang dari 8 minggu terjadi gangguan pada myocardium. Pada anak anjing yang
lebih tua terjadi gangguan pada epitel usus halus. Umumnya pada semua anjing terjadi
gangguan pada sumsum tulang, limfoid dan sel-sel darah (Hoskins 1995).
Patogenesis CPV bersifat kompleks. Bila lingkungan dan pemeliharaan anjing
baik maka infeksi yang terjadi sifatnya subklinis (Studdert et al. 1983). CPV menyebar

secara cepat dari anjing satu ke anjing yang laimya melalui oronasal yang ditularkan
lewat feses yang tercemar CPV (Hoskins 1995).
Setelah virus masuk melalui oronasal maka replikasi virus dimulai 1-2 hari
setelah infeksi di jaringan limfoid oropharing, limfonodus mesenterika dan timus.
Infeksi virus sistemik pada jaringan limfoid usus halus tejadi 3 hari setelah pasca
infeksi melalui viremia.

Adanya plasma viremia terjadi 1-5 hari setelah infeksi

(Hoskins 1995).
Pada kondisi normal, sel-sel bermigrasi dari

epitel germinaVpangkal

limfonodus intestinal ke ujung vili usus halus. Selama migrasi sel-sel matang dan
mempunyai kemarnpuan menyerap. Pada anjing yang terinfeksi CPV, virus bereplikasi
di epitel germinal kripta usus sehingga sel-sel epitel rusak dan kolaps. Karena tejadi
kerusakan pada epitel germinal mengkibatkan pergantian sel normal (biasanya antara 13 hari pada usus halus) terganggu dan vili menjadi pendek (Bolton dan Pass 1988;
Hoskins 1995). Akibat patologis yang tejadi pada infeksi virus pada epitel usus adalah
keharusan sel-sel epitel tersebut dalam jumlah banyak dalam waktu singkat lalu diganti
dengan sel-sel yang muda tidak bisa mengabsorbsi cairan dan tidak menghasilkan enzim
sehingga tejadi pengeluaran cairan terus menerus. Hewan mati karena terlalu banyak
cairan keluar (Bolton dan Pass 1988).
CPV juga merusak mitoticcaly active precursor sirkulasi sel leukosit dan limfoid.
Pada infeksi yang parah sering tejadi neutropenia dan limfopenia (Meunier et al. 1985;
Hoskins 1995). Infeksi sekunder dari bakteri Gram negatif dan mikroflora anaerob
menyebabkan tejadinya komplikasi sehingga menyebabkan kerusakan hebat pada usus,
bakterimia clan endotoksemia serta Disseminated Intravascular Coagulation (DIC)
(Hoskins 1995).
Titer antibodi dalam serum dapat dideteksi sedini mungkin pada 3-4 hari setelah
infeksi dan akan konstan selarna kurang dari setahun (Carman dan Povey 1985;
Hoskins 1997). Pada anjing-anjing yang sembuh dari infeksi CPV, kekebalan bertahan
selama 20 bulan lebih (Hoskins 1995).

Penelitian Sendow dan Syafiiati (2004)

menunjukkan bahwa antibodi terhadap CPV masih dapat terdeteksi hingga 3 tahun.
Ekskresi aktif CPV dimulai pada hari ke-3 atau ke-4 setelah infeksi umumnya
sebelum gejala klinis muncul (Hoskins 1995). Menurut Carman dan Povey (1985)
ekskresi CPV dalam feses dimulai pada hari ke-4 dan diikuti dengan terbentuknya titer

antibodi. Antibodi lokal intestinal penting dalam terminal ekskresi virus dalam feses
(Hoskins 1995). Viremia selalu didahului shedding virus melalui feses (Meunier et al.
1985; Hoskins 1997). CPV berada dalam feses selama 7-10 hari (Schunck er al. 1995;
Hoskins 1997). Pada penelitian Gamoh et al. 2003, shedding virus terjadi pada hari
ke-5.

Virus ini akan berada dalam feses dengan titer yang tinggi dan akan disebarkan

ke induk semang yang cocok melalui oral (Schunck et al. 1995; Hoskins 1997).
CPV menimbulkan respon imunologik dimana terjadi ikatan antara antigen
CPV yang masuk ke dalam tubuh dengan antibodi yang terbentuk. Imunoglobulin (Ig)
yang berperan adalah IgM, IgG dan IgA. Pada peristiwa terjadinya infeksi CPV,
Imunoglobulin M biasanya dibentuk terlebih dahulu sebagai respon terhadap virus yang
masuk kedalam tubuh. Pada uji serologi di laboratorium IgM bersama-sama dengan IgG
menyebabkan reaksi antigen-antibodi seperti terjadinya aglutinasi sel darah merah.
Imunoglobulin A terdapat didalam serum dan ada juga IgA sekretori (SIgA) sebagai
imunoglobulin utama dalam organ sekresi dan eksokrin. Immunoglobulin A sekretori
terdapat dalam mukosa saluran pencemaan yang berfbngsi melindungi tubuh terhadap
masuknya antigen ke dalam tubuh dengan cam membalut antigen sehingga antigen tidak
dapat melekat pada mukosa (Tizard 1992). Target organ utama pada infeksi CPV
enteritis adalah usus halus. Menurut Nara et al. (1983), antibodi yang terbentuk pada
usus adalah IgA, yang dapat memberikan proteksi memadai terhadap infeksi CPV.
Antibodi IgA ini dapat menyebabkan temetralisasinya virus yang diekskresikan pada
feses sehingga apabila waktu yang tidak tepat dan lama pada saat pengambilan feses
kemungkinan kegagalan mendapatkan isolat menjadi lebih besar.

Regional lymphmodus
chopharing
Tonsil

Umur 6 minggu-6 bulan

4
6-10

Jaringan lymphoid
Sumsum tulang

*Peningkatan titer Ab
.Timbul gejala klinis
.She&v i m sampai
hari ke- 14

P-W
Hati
Gijal
(patologi)

Intesfiml gland

Sel epithel

1

4
Leucopenia-limphopenia

Intestinal gland

1mmunodef;ciency:

Nekrosa epitel

Lymphoid depletion pada

Peningkatan permeabilitas
Penunman absorpsi

Atropi timus

4

Limpa dan limphonodus
Infeksi skunder
Gram negavf sepsis

7

4

Parah

Enteropthy
Diare

Bagan 1. Patogenesa Infeksi Canine Parvovirus (Hoskiis 1925).

Diagnosis Canine Parvovirus
Diagnosis Canine Parvovirus dilakukan berdasarkan pengamatan gejala klinis,
pemeriksaan serologis,

pemeriksaan virologis seperti isolasi dan identifikasi CPV

dalam feses dan pemeriksaan histopatologi (Stann et al. 1984; Russel dan Edington
1985).
1. Gejala Klinis
Respon anjing yang terinfeksi Canine Pawovirus bewariasi dari tidak ada
gejala atau subklinis hingga akut yang dapat berakibat fatal. Kasus subklinis lebih
banyak ditemukan, terutama pada anjing lokal (Sendow dan Syafiiati 2004). Keparahan
infeksi CPV tergantung pada umur hewan, tingkat stress, jenis hewan dan status
kekebalannya. Infeksi yang paling parah biasanya terjadi pada anak anjing umur kurang
dari 12 minggu karena sel yang sedang membelah umumnya terjadi pada hewan muda

(Hoskins 1995).
klinisnya.

Makin muda umur anjing yang terinfeksi CPV makin parah gejala

Pada anjing umur 3-4 minggu, sel miosit pada jantung sedang aktif

berkembang sehingga apabila pada umur tersebut terinfeksi CPV maka yang terserang
adalah jantung yang mengakibatkan kematian mendadak. Infeksi CPV pada anjing
yang berumur lebih dari 6 minggu, derajat pembelahan sel miosit mulai menurun tetapi
derajat pembelahan sel mitotik pada kripta usus meningkat, sehingga menyebabkan
muntah dan diare (McCandlish et al. 1979).
Gejala klinis yang ditimbulkan oleh infeksi CPV, yaitu:
a. Tipe Miokarditis
Canine Parvovirus dapat menyerang otot jantung sehingga disebut sebagai CPV
miokarditis. Infeksi CPV tipe miokardi