Ecological Condition and Ecotourism Potency at Timbulun Waterfall area, Sungai Nanam Village, Solok District, West Sumatera

KONDISI EKOLOGI DAN POTENSI EKOWISATA DI
KAWASAN AIR TERJUN TIMBULUN, NAGARI SUNGAI
NANAM, KABUPATEN SOLOK, SUMATERA BARAT

RIRI ENGGRAINI

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul Kondisi Ekologi
dan Potensi Ekowisata di Kawasan Air Terjun Timbulun, Nagari Sungai Nanam,
Kabupaten Solok, Sumatera Barat adalah benar karya saya dengan arahan dari
komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan
tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang
diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks
dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir tesis ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.
Bogor, April 2013

Riri Enggraini
NIM C251110

RINGKASAN
RIRI ENGGRAINI. Kondisi Ekologi dan Potensi Ekowisata di Kawasan Air
Terjun Timbulun, Nagari Sungai Nanam, Kecamatan Lembah Gumanti,
Kabupaten Solok, Sumatera Barat. Dibimbing oleh FREDINAN YULIANDA
dan MAJARIANA KRISANTI.
Kawasan Air Terjun Timbulun adalah kawasan yang indah dengan aliran
sungainya merupakan sebagai salah satu sumberdaya perairan di Nagari Sungai
Nanam. Sumberdaya ini memiliki nilai yang sangat penting bagi masyarakat di
sekitar kawasan, seperti untuk air minum dan kawasan wisata air. Adanya
aktivitas manusia di sekitar kawasan, seperti aktivitas pertanian, dan kegiatan
wisata yang tidak terkendali dikhawatirkan dapat mengakibatkan degradasi
terhadap lingkungan kawasan Air Terjun Timbulun. Wisata sebagai salah satu
aktivitas perekonomian yang berkembang dengan cepat, menyebabkan adanya
perkembangan sektor lain sebagai pendukung kegiatan, yang kemudian dapat

berdampak negatif terhadap kawasan, seperti transportasi dan penginapan,
sehingga perlu adanya pengelolaan. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji
kondisi ekologi sumberdaya perairan berdasarkan parameter fisik, kimia, dan
biologi perairan serta menentukan potensi ekowisata kawasan Air Terjun
Timbulun. Pengamatan dan pengukuran parameter lingkungan dilakukan di 3
stasiun dari Februari 2013 hingga Maret 2013. Analisis utama yang dilakukan
adalah analisis ekologi kawasan Air Terjun Timbulun dan pembuatan matriks
potensi ekowisata kawasan Air Terjun Timbulun.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kawasan Air Terjun Timbulun
memiliki kondisi ekologi lingkungan perairan yang masih sangat alami dan belum
mendapat gangguan dan pencemaran dari aktivitas manusia. Berdasarkan hasil
kajian ekologi yang dilakukan maka diperoleh 11 komponen lingkungan yang
berpotensi untuk dikembangkan sebagai objek dalam aktivitas ekowisata di
kawasan Air Terjun Timbulun yaitu ketinggian air terjun, luas kolam air terjun,
pemandangan alam, keberadaan burung dan ikan, luas hamparan daratan, tutupan
vegetasi, arus dan warna air. Nilai potensi ekowisata kawasan Air Terjun
Timbulun adalah 77,77% atau berpotensi untuk pengembangan kawasan
ekowisata. Dalam pengembangan potensi ekowisata di dalam kawasan harus
memperhatikan kondisi ekologis terutama beberapa parameter kunci dalam
ekosistem seperti suhu, DO dan BOD sehingga pengelolaan dan pemanfaatan

potensi kawasan, khususnya untuk aktivitas ekowisata dapat lestari dan
berkelanjutan.
Kata kunci: Air Terjun, Ekologi, Ekowisata, Potensi, Timbulun

SUMMARY
RIRI ENGGRAINI. Ecological Condition and Ecotourism Potency at Timbulun
Waterfall area, Sungai Nanam Village, Solok District, West Sumatera. Supervised
by FREDINAN YULIANDA and MAJARIANA KRISANTI.
Timbulun Waterfall area is a beautiful place with the stream current as one
aquatic resource at Sungai Nanam Village. These resources have an important
value for community in area, such as drinking water and tourism. However,
human activities around the area, such as agriculture and tourism activities are not
control will effect for degradation in Timbulun Waterfall area. Tourism is one the
economic activities that increase fast. This condition causes development of other
sector that gives negative effect at area, such as transportation development and
home stay. Therefore, management is a must. This study was carried out to asses
the resources quality condition based on variable of physic, chemical, and
biochemical aquatic. Observation of environmental variable came from 3 stations
during February 2013 to March 2013. The Analysis was done mainly ecological
analysis in Timbulun Waterfall area and potential matrix of ecotourism area in

Timbulun Waterfall.
This result of study shows that Timbulun Waterfall area has ecological
aquatic environmental condition is very natural and not yet disturbance and
pollution from human activities. Based on ecological analysis shows that there are
11 potential of environmental component to development as object in ecotourism
activities in Timbulun Waterfall area, such as waterfall height, waterfall pool,
natural scenery, bird and fish existance, topography, vegetation coverage, current
and water color. Potential value of ecotourism in Timbulun Waterfall area is
77.77% or has potential for ecotourism development. Development potential of
ecotourism area must be based ecological condition, especially to key parameter
in ecosystem, such as temperature, oxygen demand, and biochemical oxygen
demand. Therefore, management and utilization potential area, especially for
ecotourism activities can be continuing.
Keywords: Ecology, Ecotourism, Potency, Timbulun, Waterfall,

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2013
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau

tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB

KONDISI EKOLOGI DAN POTENSI EKOWISATA DI
KAWASAN AIR TERJUN TIMBULUN, NAGARI SUNGAI
NANAM, KABUPATEN SOLOK, SUMATERA BARAT

RIRI ENGGRAINI

Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains
pada
Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Perairan

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR

2013

Penguji Luar Komisi: Dr. Ir. Sigid Hariyadi, M.Sc

Judul : Kondisi Ekologi dan Potensi Ekowisata di Kawasan Air Terjun Timbulun,
Nagari Sungai Nanam, Kabupaten Solok, Sumatera Barat
Nama: Riri Enggraini
NIM : C25111 0261

Disetujui oleh
Komisi Pembimbing

\

Dr.'Ir. Fredinan Yulianda, M.Sc
Ketua

Dr. Majariana Krisanti, S.Pi, M.Si
Anggota


Diketahui oleh

Ketua Program Studi
Pengelolaan
Sumberdaya
Petaitan
yjZヲ」ャh

セiゥ

klGャ。ョ@

Pascasarjana

.-/'

Dr. Ir. Enan M. Adiwilaga

Tanggal Ujian: 26 Juli 2013


Tanggal Lulus:

0 4 SEP 2013

Judul : Kondisi Ekologi dan Potensi Ekowisata di Kawasan Air Terjun Timbulun,
Nagari Sungai Nanam, Kabupaten Solok, Sumatera Barat
Nama : Riri Enggraini
NIM : C251110261

Disetujui oleh
Komisi Pembimbing

Dr. Ir. Fredinan Yulianda, M.Sc
Ketua

Dr. Majariana Krisanti, S.Pi, M.Si
Anggota

Diketahui oleh


Ketua Program Studi
Pengelolaan
Sumberdaya
Perairan

Dekan Sekolah Pascasarjana

Dr. Ir. Enan M. Adiwilaga

Dr. Ir. Dahrul Syah, M.Sc, Agr

Tanggal Ujian: 26 Juli 2013

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Februari 2013 ini ialah
Kondisi Ekologi dan Potensi Ekowisata di Kawasan Air Terjun Timbulun, Nagari

Sungai Nanam, Sumatera Barat.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr. Ir. Fredinan Yulianda,
M.Sc dan Ibu Dr. Majariana Krisanti, S.Pi, M.Si selaku pembimbing dan Bapak
Dr. Ir. Sigid Hariyadi, M.Sc selaku penguji tamu. Disamping itu, penghargaan
penulis sampaikan kepada seluruh teman-teman yang telah membantu
terlaksananya penelitian ini selama di lapang dan teman-teman SDP 2011 yang
telah memberikan semangat dan dukungannya hingga penelitian ini dapat
terlaksana. Serta Ibu Siti, Ibu Anna, dan Ibu Wulan yang telah membantu selama
analisis laboratorium. Terima kasih banyak juga penulis sampaikan kepada tim
yang membantu aktifitas pengambilan data di lapangan penelitian (Suriya, Rici,
Ayin, Angga, Hendro dan Buya). Ungkapan terima kasih juga disampaikan
kepada ayah, ibu, dan adik-adikku tercinta, serta seluruh keluarga atas doa dan
kasih sayangnya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, April 2013
Riri Enggraini

DAFTAR ISI


DAFTAR TABEL ...............................................................................
DAFTAR GAMBAR ..........................................................................
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................
1
PENDAHULUAN ......................................................................
Latar Belakang ............................................................................
Perumusan Masalah ....................................................................
Tujuan Penelitian ........................................................................
Manfaat Penelitian ......................................................................
2 TINJAUAN PUSTAKA .............................................................
Ekosistem Sungai dan Air Terjun...............................................
Parameter Fisik Perairan ............................................................
Parameter Kimia Perairan ..........................................................
Parameter Biologi Perairan ........................................................
Ekowisata Perairan .....................................................................
Pengelolaan Berkelanjutan .........................................................
3
METODE PENELITIAN .........................................................
Waktu dan Lokasi Penelitian .....................................................
Rancangan Penelitian .................................................................
Prosedur Pengamatan .................................................................
Pengambilan sampel parameter lingkungan perairan .........
Analisis Data ...............................................................................
Analisis kondisi ekologis kawasan Air Terjun Timbulun ....
Analisis potensi kawasan untuk ekowisata ..........................
4
HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................
Kondisi Umum Kawasan Penelitian ..........................................
Analisis Ekologi Kawasan Air Terjun Timbulun ......................
Parameter fisika .....................................................................
Parameter kimia .....................................................................
Parameter biologi ..................................................................
Analisis Ekowisata Kawasan Air Terjun Timbulun ..................
Strategi Pengelolaan Kawasan Air Terjun Timbulun ..............
5
KESIMPULAN DAN SARAN ................................................
Kesimpulan ..................................................................................
Saran ............................................................................................
DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................
LAMPIRAN ........................................................................................

vi
vi
v
1
1
1
3
2
3
3
4
5
6
8
9
9
9
10
11
11
14
14
15
16
16
18
18
22
23
29
34
39
39
39
40
46

DAFTAR TABEL
1

Parameter fisik perairan ..................................................................

11

2

Parameter kimia perairan ...............................................................

12

3

Parameter biologi perairan .............................................................

14

4

Posisi georafis stasiun penelitian ...................................................

17

5

Nilai rata-rata parameter fisika kawasan Air
Terjun Timbulun .............................................................................

18

Nilai rata-rata parameter kimia kawasan Air
Terjun Timbulun .............................................................................

22

7

Kelimpahan perifiton di kawasan Air Terjun Timbulun ..............

24

8

Indeks Keanekaragaman (H) dan Keseragaman (E) perifiton .....

25

9

Kepadatan serangga air di kawasan Air Terjun Timbulun ...........

26

10 Potensi kawasan yang dapat dikembangkan untuk aktivitas
wisata di kawasan Air Terjun Timbulun .......................................

29

11 Matriks potensi ekowisata Air Terjun Timbulun ..........................

30

6

DAFTAR GAMBAR
1

Skema perumusan masalah parameter dan potensi
kawasan sumberdaya Air Terjun Timbulun
untuk pengembangan ekowisata .....................................................

2

2

Peta lokasi penelitian .......................................................................

9

3

Kondisi stasiun penelitian kawasan Air Terjun Timbulun ..........

17

4

Perbedaan kondisi Air Terjun Timbulun pada kondisi
hujan dan kondisi setelah 2 minggu tidak hujan ............................

20

5

Persen (%) Kepadatan serangga air ................................................

27

6

Jenis-jenis ikan yang ditemukan di kawasan
Air Terjun Timbulun ........................................................................

28

7

Kondisi vegetasi di sepanjang aliran sungai ..................................

32

8

Substrat batuan besar dan kerikil di perairan
sungai dan air terjun .........................................................................

33

Pemandangan di sekitar kawasan Air Terjun Timbulun ...............

33

9

10 Usulan Rencana tapak kawasan wisata Air Terjun Timbulun ......

35

11 Perencanaan desain pengembangan ekowisata di stasiun
2 dan 3 ................................................................................................

38

DAFTAR LAMPIRAN
1

Pertanyaan-pertanyaan kuisioner ...................................................

46

2

Foto hamparan daratan di kawasan Air Terjun Timbulun ............

47

1

1 PENDAHULUAN

Latar Belakang
Kawasan Air Terjun Timbulun merupakan salah satu sumberdaya perairan
di Nagari Sungai Nanam, Kecamatan Lembah Gumanti, Kabupaten Solok,
Sumatera Barat, yang memiliki potensi sebagai kawasan ekowisata baik dari segi
sumberdaya alam maupun sumberdaya manusianya. Kawasan ini memiliki
karakteristik yang sangat potensial untuk dikembangkan sebagai kawasan
ekowisata, karena kondisi perairan dan lingkungan sekitar masih sangat alami.
Selain itu panorama pedesaan dan jalan lingkar bukit menuju kawasan air terjun
yang cocok untuk pejalan kaki menambah keeksotisan kawasan ini. Secara
ekologi, kawasan Air Terjun Timbulun merupakan habitat bagi berbagai flora dan
fauna, dan berperan dalam menjaga keseimbangan ekosistem.
Akan tetapi, berkembangnya kegiatan masyarakat di sekitar kawasan Air
Terjun Timbulun berupa kegiatan pertanian dan aktivitas wisata mengakibatkan
adanya degradasi lingkungan di sekitar kawasan air terjun. Kegiatan tersebut
seperti adanya penggundulan hutan untuk dijadikan sebagai lahan pertanian dan
aktivitas para pengunjung yang berpengaruh negatif terhadap kealamiahan
kawasan air terjun dan lingkungannya. Apabila tidak dilakukan pengelolaan
terhadap perkembangan kegiatan-kegiatan tersebut maka akan terjadi
permasalahan yang serius terhadap kawasan Air Terjun Timbulun dan
lingkungannya, yaitu hilangnya potensi sumberdaya perairan yang seharusnya
dapat memberikan manfaat bagi masyarakat sekitar, salah satunya yaitu potensi
ekowisata. Ekowisata merupakan suatu kegiatan yang biasanya digunakan untuk
mempelajari tentang biodiversitas, konservasi, dan ekologi (Zambrano et al.
2010). Ekowisata adalah salah satu strategi yang ideal untuk mencapai
keseimbangan pengelolaan antara ekologi dan ekonomi di suatu kawasan
(Bookbinder et al. 1998).
Informasi terkait kondisi ekologi kawasan serta potensi ekowisata dari
kawasan Air Terjun Timbulun masih sangat minim. Hal ini menyebabkan
kurangnya pemahaman masyarakat dan para pemangku kepentingan dalam
pengelolaan dan pengembangan kawasan secara bijaksana berdasarkan prinsipprinsip ekologi, sehingga pemanfaatan potensi kawasan dapat lestari dan
berkelanjutan. Berdasarkan kenyataan tersebut, maka diperlukan adanya suatu
kegiatan penelitian tentang kondisi ekologi lingkungan perairan kawasan Air
Terjun Timbulun, yang kemudian digunakan untuk mengkaji potensi ekowisata
kawasan, sehingga pengelolaan aktivitas wisata yang dilakukan tetap
memperhatikan keseimbangan kondisi ekologi kawasannya.
Perumusan Masalah
Pengembangan kawasan ekowisata di suatu perairan sangat dipengaruhi
oleh faktor lingkungan dan aktivitas antropogenik di sekitar perairan tersebut.
Faktor lingkungan berupa parameter fisika, kimia, dan biologi perairan sangat
berpengaruh terhadap keberadaan biota, vegetasi, serta kondisi lingkungan yang
menjadi daya tarik kegiatan ekowisata. Kondisi kualitas perairan juga sangat

2

berpengaruh terhadap kemampuan pulih diri suatu lingkungan akibat adanya
pengaruh dari luar, seperti adanya pencemaran karena adanya aktivitas
antropogenik, sehingga akan berpengaruh kepada daya dukung ekowisata
kawasan tersebut dalam menerima jumlah pengunjung dan menjadi pembatas bagi
kegiatan pengunjung di sekitar kawasan wisata.
Faktor biofisik yang mempengaruhi daya dukung lingkungan bukan hanya
faktor alamiah, melainkan juga faktor yang berasal dari kegiatan manusia atau
aktivitas antropogenik.
Suatu kawasan ekowisata sangat rentan terhadap
penurunan kualitas lingkungan karena adanya campur tangan manusia, baik
sebagai pengunjung maupun sebagai pengelola.
Untuk itu, dibutuhkan
kelengkapan data-data parameter lingkungan sehingga dapat dianalisis potensi
kawasan Air Terjun Timbulun sebagai kawasan ekowisata. Selanjutnya dapat
disusun strategi pengelolaan kawasan Air Terjun Timbulun (Gambar 1).

Gambar 1 Skema perumusan masalah parameter dan potensi kawsan sumberdaya
Air Terjun Timbulun untuk pengembangan ekowisata

Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis kondisi ekologi dan potensi
ekowisata di kawasan Air Terjun Timbulun, Nagari Sungai Nanam, Kecamatan
Lembah Gumanti, Kabupaten Solok, Sumatera Barat, untuk pembuatan rancangan
pengelolaan dan pengembangan kawasan.

3

Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang potensi
sumberdaya perairan Air Terjun Timbulun, serta dapat dijadikan sebagai bahan
pertimbangan dalam penyusunan strategi pengembangan dan pengelolaan
sumberdaya perairan Air Terjun Timbulun untuk kegiatan ekowisata di Nagari
Sungai Nanam, Kecamatan Lembah Gumanti, Kabupaten Solok, Sumatera Barat.
.

2 TINJAUAN PUSTAKA

Ekosistem Sungai dan Air Terjun
Sungai merupakan perairan sistem terbuka, dengan tipologi perairan yang
mengikuti mekanisme aliran berdasarkan prinsip gravitasi yaitu alian satu arah
(unidirectional). Massa air mengalir ke satu arah tertentu (Pratiwi et al. 2009).
Ekosistem sungai merupakan interaksi secara alami berupa proses-proses ekologis
antara materi sungai (air, ikan, dan kehidupan liar lainnya) dan jasa (transportasi,
kekuatan air, kesuburan perairan) yang diperlukan oleh manusia. Air terjun
adalah bagian yang curam dari batuan sungai dengan kemiringan antara 4 hingga
25%. Umumnya terdapat kolam dan aliran air yang jatuh, serta bebatuan di
sekitarnya (Hauer dan Lamberti 2007).
Air terjun dapat dibagi menjadi dua yaitu air terjun alami dan buatan. Air
terjun alami biasanya terbentuk di daerah pegunungan karena memiliki tingkat
erosi yang cepat. Proses terbentuknya membutuhkan waktu yang sangat lama.
Setelah bertahun-tahun tebing lereng pegunungan berangsur-angsur terkikis dan
akan membentuk jurang. Tebing lereng yang terkikis akan ikut terjatuh bersama
aliran air, sehingga di bawah air terjun banyak ditemukan bebatuan kecil maupun
besar.
Jatuhnya bebatuan bersama aliran air ini juga yang mengakibatkan
terbentuknya kolam di bawah air terjun karena adanya tubrukan antara batu-batu
yang jatuh. Lingkungan air tawar yang mengalir dinamakan lotik, dengan tipe
aliran unidirectional (satu arah), dimana perpindahan air terjadi karena adanya
perbedaan ketinggian (kemiringan) dan adanya gravitasi. Erosi memindahkan
sejumlah besar bahan terlarut dan tersuspensi dari daratan ke lautan. Sungaisungai kecil beberapa mengalir ke danau, dan terkadang masuk melalui sungai
yang lebih besar. Kondisi hidrologi, kimia, dan karakteristik biologi sungai
dipengaruhi oleh iklim, geologi, dan tutupan vegetasi di sepanjang perairan.
Panas perairan/suhu perairan juga dipengaruhi oleh input, badan air, dan output.
Input panas berasal dari radiasi cahaya matahari, presipitasi, dan dari air tanah.
Selain itu volume air juga akan berpengaruh terhadap suhu perairan (Wetzel
2001).
Aktivitas manusia yang semakin meningkat dan tuntutan akan kebutuhan
hidup yang semakin tinggi akan berpengaruh terhadap keseimbangan dinamik
ekosistem sungai. Peningkatan aktivitas ini termasuk pemanfaat ekosistem sungai
untuk berbagai keperluan, seperti kegiatan pariwisata, domestik, kebutuhan air
untuk industri, irigasi pertanian, dan transportasi (Karim 2004). Ekosistem sungai

4

sangat rentan terhadap pengaruh perubahan fisik, kimia dan bakteri. Perubahanperubahan ini penting dalam perencanaan kawasan yang berpengaruh kepada
kesehatan manusia yang bertempat tinggal di sekitar atau sepanjang sungai
(Niewolak 1999).
Fragmentasi habitat, perubahan kondisi ekologis, dan
hilangnya biodiversitas atau keanekaragaman hayati merupakan permasalahan
lingkungan yang umum terjadi saat ini (Dale dan Bayeler 2001). Monitoring
kualitas air sungai penting dalam perencanaan kawasan untuk suatu pemanfaatan
atau perbaikan lingkungan perairan. Permasalahan di sekitar sungai di antaranya
erosi yang disebabkan oleh adanya kegiatan pertanian, pengambilan kayu,
kebakaran hutan, dan sebagainya (Abdul et al. 2009). Kesehatan suatu perairan
adalah gambaran dari integritas parameter fisika, kimia, dan biologi perairan
tersebut (Butcher et al. 2003).

Parameter Fisik Perairan
Parameter fisika yang biasa digunakan untuk menentukan kualitas air pada
perairan mengalir adalah suhu, arus, debit, kedalaman, substrat, lebar sungai, dan
lebar badan sungai. Kawasan sungai sangat rentan adanya erosi lahan, yang
diakibatkan oleh: jumlah dan pola air terjun, kemiringan lahan, tingkat
pengurangan vegetasi, tipe tanah, dan pengaruh perubahan iklim (Bartram dan
Ballance 1996).
Suhu merupakan variabel lingkungan yang sangat penting, tidak hanya
musiman, tetapi juga fluktuasi harian, karena pada perairan tipikal dangkal suhu
mudah dipengaruhi oleh radiasi sinar matahari dan pendinginan pada malam hari,
serta karena pengaruh angin (Williams 2006). Suhu badan perairan dipengaruhi
oleh musim, lintang, ketinggian dari permukaan laut, sirkulasi udara, penutupan
awan, dan aliran serta kedalaman air. Perubahan suhu berpengaruh terhadap
proses fisika, kimia, dan biologi badan air (Effendi 2003). Selain itu suhu juga
mempengaruhi perpindahan molekul, dinamika air, saturasi oksigen terlarut, laju
metabolisme organisme, dan beberapa faktor lain yang secara langsung maupun
tidak langsung mempengaruhi kehidupan di perairan (Hauer dan Lamberti 2007).
Kecepatan aliran sungai tidak tetap, kecepatan aliran bergantung pada
kemiringan lahan dan pasokan airnya. Pada musim hujan aliran air lebih cepat
daripada musim kemarau. Kecepatan aliran bervariasi antara 0-800 cm/detik,
pada umumnya kecepatan aliran adalah kurang dari 300 cm/detik). Karena
tingkat kecepatan aliran air sungai tidak tetap, substrat dasar sungai akan
bervariasi, mulai dari berbatu hingga berlumpur (Pratiwi et al. 2009). Secara
umum keberadaan vertikal mixing di dalam sungai mengakibatkan terjadinya arus
dan percampuran air (Chapman 1996). Kecepatan arus suatu badan air sangat
berpengaruh terhadap kemampuan badan air tersebut untuk mengasimilasi atau
mengangkut bahan pencemar.
Salah satu yang paling penting dari suatu proses geologi adalah kemampuan
air untuk mengangkut material. Kemampuan air ini dinamakan debit air, debit air
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap distribusi flora dan fauna di perairan
mengalir. Kemampuan aliran air suatu perairan juga bergantung pada kemiringan
lahan (Gor 1996 in Hauer dan Lamberti 2007). Debit air dinyatakan sebagai
volume yang mengalir pada selang waktu tertentu, dengan meningkatnya debit

5

maka kadar bahan-bahan alam yang terlarut ke suatu badan air akibat erosi
meningkat secara eksponensial (Effendi 2003). Pada perairan mengalir ukuran
dan tipe dari partikel substrat dasar, menjadi tempat perlindungan bagi biota-biota
pada saat musim basah dan musim panas (Boulton 1989 in Williams 2006 ).

Parameter Kimia Perairan
Parameter kimia yang dianalisis untuk menilai kondisi perairan di hulu
sungai adalah oksigen terlarut (DO), BOD, dan pH. Keberadaan oksigen (DO)
terlarut di perairan berkaitan dengan variabel lingkungan lain seperti intensitas
cahaya matahari, suhu air, angin, dan arus (Lee dan Joseph 1995). Kadar oksigen
terlarut di perairan mungkin berfluktuasi karena adanya aktivitas fotosintesis dan
respirasi (Williams 2006). Whitney (1942) in Williams (2006) menemukan
bahwa kadar oksigen terlarut mencapai maksimum menjelang atau sebelum gelap,
dan ketika aktivitas fotosintesis berhenti kemudian digantikan oleh respirasi.
Menurut Eriksen (1966), kekeruhan (turbidity) bisa menyebabkan stratifikasi
beberapa parameter perairan, material yang tersuspensi akan membatasi
kedalaman penetrasi cahaya matahari, ini akan membatasi aktivitas fotosintesis.
Kebutuhan Oksigen Biokimiawi (Biochemical Oxygen Demand/BOD)
merupakan gambaran secara tidak langsung kadar bahan organik menjadi
karbondioksida dan air, dan diukur pada suhu 20 0C selama 5 hari dalam keadaan
tanpa cahaya. Kualitas suatu perairan secara kimia dipengaruhi oleh kondisi
ekologi setempat, iklim, dan jarak dari laut (Chapman 1996).
pH merupakan parameter yang penting di perairan, pada saat aktivitas
fitoplankton di perairan meningkat, maka pH akan meningkat dan jumlah ion H+
berkurang (Ueda et al. 2000). Sebagian besar biota akuatik sensitif terhadap
perubahan pH dan menyukai nilai pH sekitar 7-8,5. Nilai pH sangat
mempengaruhi proses biokimiawi perairan. Perairan tawar alami memiliki nilai
pH sekitar 7-8 (Effendi 2003). Nilai pH untuk air minum yang tidak akan
memberikan pengaruh adalah 6-9 (WRC 2003 in Abdul 2009). Nilai pH tidak
berpengaruh pada estetika atau nilai keindahan, tapi apabila untuk air minum akan
berpengaruh kepada kesehatan manusia (Abdul 2009).
Produktivitas perairan tawar secara umum dibatasi oleh keberadaan unsur P
(fosfor), peningkatan unsur P di perairan berasal dari sumber internal hasil
dekomposisi bahan organik oleh mikroorganisme, dan sumber eksternal berasal
dari luar perairan, sedangkan penurunan kadar P karena dimanfaatkan oleh
fitoplankton dan organisme autotrof lainnya untuk tumbuh (Kopacek et al. 2000).
Keberhasilan pertumbuhan fitoplankton dipengaruhi oleh ketersediaan cahaya,
suhu yang mendukung, serta nutrien, salah satunya adalah keberadaan unsur P.
Nitrogen dan senyawanya tersebar secara luas di biosfer. Nitrogen merupakan
elemen utama yang membentuk kira-kira 10% dari berat panas cyanobacteria.
Dibawah kondisi standar cyanobacteria menggunakan amonium, nitrat, amonia,
dan asam amino untuk memenuhi kebutuhan nitrogen mereka (Pessarakli 2005).
Amonia dan garam-garamnya bersifat mudah larut dalam air. Ion amonium adalah
bentuk transisi dari amonia. Sumber amonia di perairan adalah pemecahan
nitrogen organik (protein dan urea) dan nitrogen anorganik yang terdapat di dalam
tanah dan air, yang berasal dari dekomposisi bahan organik oleh mikroba jamur.

6

Amonia bebas (NH3 ) yang tidak terionisasi bersifat toksik terhadap organisme
akuatik. Toksisitas amonia terhadap organisme akuatik akan meningkat jika
terjadi penurunan kadar oksigen terlarut (Effendi 2003).
Nitrit (NO2 ) biasanya ditemukan dalam jumlah yang sangat sedikit, lebih
sedikit daripada nitrat, karena bersifat tidak stabil dengan keberadaan oksigen.
Nitrit merupakan bentuk peralihan antara amonia dan nitrat, dan antara nitrat
dengan gas nitrogen. Sumber nitrit dapat berupa limbah industri dan domestik.
Kadar nitrit di perairan relatif kecil karena segera dioksidasi menjadi nitrat. Nitrat
(NO3) merupakan bentuk utama nitrogen di perairan alami dan merupakan nutrien
utama bagi pertumbuhan tanaman dan algae. Nitrat nitrogen sangat mudah larut
dalam air dan bersifat stabil. Senyawa ini dihasilkan dari proses oksidasi
sempurna senyawa nitrogen di perairan (Effendi 2003).
Parameter Biologi Perairan
Kondisi dinamika fisik perairan sungai mempengaruhi kondisi komunitas
biologis biota sungai (Vannote et al. 1980 in Kohler et al. 2002). Komunitas
biotik di gradien yang berbeda digunakan untuk melihat variabel lingkungan
perairan terutama kimia air, komunitas biologi juga digunakan untuk melihat
perbedaan tipe air. Monitoring secara biologi sangat berguna karena terdapat
intergrasi langsung dengan alam (Soininen 2002). Alga hijau (green algae)
biasanya banyak terdapat di daerah sungai yang dangkal, sedangkan di sungai
yang lebih dalam didominasi oleh diatom (Kohler et al. 2002). Perifiton secara
umum terdapat di semua permukaan sungai baik di hulu maupun di hilir,
keberadaan perifiton sangat penting dalam proses produktivitas sistem perairan
mengalir (Allan 1995 in Pizarro dan Vinocur 2000). Kedalaman sungai dan
intensitas cahaya matahari yang masuk ke kolom air akan mempengaruhi laju
pertumbuhan fitoplankton selain keberadaan nutrien perairan (Reynolds et al.
1991 in Kohler et al. 2002). Perkembangan biomassa fitoplankton di sungai
rendah karena adanya faktor pembatas yaitu arus air (Bellinger 2010).
Selain fitoplankton, indikator biologis yang banyak digunakan di perairan
sungai adalah makroavertebrata, ikan, alga, dan makrofita (Growns et al. 1995 in
Burns dan Ryder 2001). Makrofita memiliki peran penting dalam stuktur dan
fungsi ekosistem air tawar (Baattrup-Pedersen dan Riis 1999). Sebagai produsen
primer makrofita berperan dalam siklus dan transfor mineral, menunjukkan
hubungan antara sedimen, air, dan juga atmosfer (Cronin et al. 2006 in Vymazal
2008). Alga memiliki respon terhadap bahan pencemar dan beberapa digunakan
sebagai sistem peringatan awal, karena alga memiliki kemampuan monitoring
biologi berdasarkan informasi struktural dan fungsional (Burns dan Ryder 2001).
Beberapa jenis vegetasi di tepian perairan juga mempengaruhi struktur komunitas
avertebrata di sungai intermitten (Williams 2006).
Serangga air merupakan salah satu biota yang dijadikan indikator bagi
perairan mengalir (berarus). Beberapa jenis serangga air dijadikan sebagai
indikator bagi perairan bersih, seperti keberadaan larva ulat kantung air, nimfa
lalat sehari penggali, kepik pinggan, nimfa lalat sehari insang bercabang, nimfa
lalat sehari pipih, dan nimfa lalat batu. Umunnya biota-biota ini banyak dijumpai
di perairan hulu yang berarus deras dengan kandungan oksigen yang tinggi
(Pratiwi et al. 2009). Suhu air berpengaruh terhadap banyaknya jumlah serangga

7

air untuk setiap spesies, karena setiap spesies memiliki toleransi atau rentang suhu
tertentu untuk dapat hidup. Hal ini juga dikarenakan perbedaan fisiologis biota
baik pernafasan maupun metabolisme (Thani dan Phalaraksh 2008).
Ikan merupakan sumberdaya perairan yang sangat penting baik secara
ekologi, maupun secara ekonomi. Perubahan lingkungan perairan dikarenakan
adanya pengaruh dari luar akan mempengaruhi kondisi dan kelimpahan ikan.
Sehingga proses dan mekanisme hubungan antara komponen biotik dan abiotik
sangat penting untuk diketahui (Val 2006). Eksploitasi yang dilakukan secara
intensif oleh manusia, seperti aktivitas pertanian, urbanisasi, pengalihan sungai,
pembendungan dan penangkapan ikan, akan mempengaruhi morfologi sungai,
pencemaran dan perubahan aliran air, perubahan habitat, fragmentasi hidrologi,
hubungan biotik, dan erosi (Melcher et al. 2012).
Bakteri bisa digunakan sebagai indikator suatu kondisi ekologi perairan
(Kefalas et al. 2003). Jumlah bakteri coliform menjadi indikator untuk kriteria
kualitas air kegiatan wisata, seperti untuk kegiatan berenang (Hakanson dan
Bryhn 2008). Menurut data dari the European Commission untuk kualitas air
pemanfaatan rekreasi, jumlah total coliform dan jumlah fecal coliform di dalam
air yang berada di luar ruangan tidak boleh melebihi 500 dan 100 MPN/100 ml.
Keberadaan jumlah total coliform dan jumlah fecal coliform di perairan alami
dipengaruhi oleh perbedaan karakteristik fisika-kimia (radiasi UV, sinar matahari,
keberadaan alga toxic) dan biologi (konsumsi oleh protozoa dan zooplankton,
aktivitas bakteriopage) (Niewolak 1999).
Ekowisata Perairan
Ekowisata merupakan suatu bagian dari pariwisata yang berkaitan dengan
perjalanan mengunjungi suatu kawasan yang secara relatif masih belum
terganggu, dengan tujuan untuk mengagumi, meneliti, dan menikmati
pemandangan alam yang indah, tumbuh-tumbuhan serta binatang liar maupun
kebudayaan yang terdapat di wilayah tersebut (Ceballos dan Lascurian 1991 in
Yulianda 2007). Menurut Hetzer (1965) in Bjork (2000) ekowisata merupakan
wisata yang berdasarkan prinsip perlindungan alam dan sumberdaya archeologi
seperti burung, dan beberapa hewan liar, dan lahan basah. Ekowisata pertama kali
dikenalkan pada tahun 1990 oleh organisasi The Ecotourism Society, sebagai
perjalanan ke daerah-daerah yang masih alami yang dapat mengkonversi
lingkungan dan memelihara kesejahteraan masyarakat setempat (Blangi 1993 in
Linberg 1993). Ekowisata merupakan suatu kegiatan yang biasanya digunakan
untuk mempelajari tentang biodiversity, konservasi, dan ekologi (Zambrano et al.
2010).
Secara umum pariwisata telah menjadi industri sipil terpenting di dunia.
Menurut dewan perjalanan dan pariwisata dunia (World Travel and Tourism
Council-WWTC) saat ini pariwisata merupakan industri terbesar di dunia dengan
menghasilkan pendapatan dunia lebih dari $3,5 triliun pada tahun 1993 atau 6%
dari pendapatan kotor dunia. Pariwisata merupakan industri yang lebih besar
daripada industri kendaraan, baja, elektronik maupun pertanian. Industri
pariwisata mempekerjakan 127 juta pekerja (satu dalam 15 pekerja di dunia).
Secara keseluruhan industri pariwisata diharapkan meningkat dua kali pada tahun
2005 (WWTC 1992 in Linberg 1995)

8

Ekowisata merupakan salah satu strategi yang ideal untuk mencapai
keseimbangan pengelolaan antara ekologi dan ekonomi di suatu kawasan
(Bookbinder et al. 1998). Wallace dan Pierce (1996) in Fennell (2001)
memberikan beberapa pandangan tentang struktur penting ekowisata, yang
menyatakan bahwa ekowisata: meminimalkan pengaruh, meningkatkan
kesadaran, memberikan kontribusi terhadap konservasi, keuntungan langsung
untuk masyarakat lokal, dan memberikan kesempatan kepada masyarakat lokal
untuk menikmati kawasan alami. Masyarakat lokal bisa mendapatkan penghasilan
dari apresiasi pengunjung terhadap sumberdaya alam, selain itu juga sebagai
pemasukan bagi pengelolaan kawasan (Goodwin dan Roe 2001). Fungsi utama
dari ekowisata adalah perlindungan kawasan alami, pengalaman wisata yang
berkualitas, meransang pertumbuhan ekonomi lokal, pendidikan lingkungan, dan
partisipasi masyarakat (Ross dan Wall 1999).
Pada hakekatnya ekowisata yang melestarikan dan memanfaatkan alam dan
budaya masyarakat, jauh lebih ketat dibanding dengan hanya keberlanjutan.
Pembangunan ekowisata berwawasan lingkungan jauh lebih terjamin hasilnya
dalam melestarikan alam dibanding dengan keberlanjutan pembangunan, karena
ekowisata tidak melakukan eksploitasi alam, tetapi hanya menggunakan jasa alam
dan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan pengetahuan, fisik dan psikologis
wisatawan (Fandeli 2000).

Pengelolaan Berkelanjutan
Badan perairan memiliki batas daya dukung terhadap masukan beban
pencemar, yang berasal dari aktivitas antropogenik, dan penurunan kualitas air
akan berakibat kepada kelangkaan air (UN-Water 2006), sehingga perlu adanya
strategi pengelolaan perairan yang berkelanjutan. Pengelolaan sumberdaya air
perairan darat merupakan upaya untuk merencanakan, melaksanakan, memantau,
dan mengevaluasi yang meliputi: konservasi, pendayagunaan, dan mitigasi
bencana. Jadi, pengelolaan tidak hanya aspek pemanfaatan dalam jangka pendek
tapi pemanfaatan tersebut sampai tidak terbatas (berkelanjutan). Kebijakan dan
pelaksanaan pengelolaan yang tepat sasaran memerlukan data dan informasi yang
akurat dan lengkap (Fakhrudin et al. 2004).
Pemanfaatan sumberdaya air dan perairan dilaksanakan dengan tetap
memperhatikan fungsi sosial dan kelestarian lingkungan hidup, yaitu menetapkan
prinsip keselarasan antara fungsi sosial, fungsi lingkungan hidup, dan fungsi
ekonomi (Soenarno 2004).
Pengelolaan kualitas air dimaksudkan untuk
melestarikan fungsi air, dengan melestarikan (conserve) atau mengendalikan
(control), yaitu memelihara kondisi kualitas air sebagaimana kondisi alamiahnya.
Kondisi alamiah air pada sumber air (mata air dan air tanah) secara umum sangat
baik, namun apabila terjadi pencemaran, maka perlu waktu bertahun-tahun untuk
pemulihannya (Suzanna 2004). Konservasi suatu ekosistem perairan berupa
pembangunan berkelanjutan dan pemeliharaan kualitas air.
Perbedaan
pemanfaatan akan membutuhkan kriteria kualitas air pula dan target manajemen
yang berbeda pula, sebagai contoh kegiatan wisata yang fokus kepada
keberlanjutan kegiatan memancing dan berenang akan membutuhkan kriteria
indikator berupa kecerahan, kedalaman perairan, biomassa fitoplankton dan

9

konsentrasi bakteri (Hakanson dan Bryhn 2008). Untuk mendapatkan suatu
gambaran kondisi lingkungan serta pengelolaan yang benar, maka perlu adanya
gabungan dari ilmu lingkungan dengan ilmu sosial, gabungan dari dua
pengelolaan ini akan menghasilkan pengelolaan sumberdaya yang lebih baik
(Dale dan Bayeler 2001).

3

METODE PENELITIAN

Waktu dan Lokasi Penelitian
Penelitian dilaksanakan di kawasan Air Terjun Timbulun, Nagari Sungai
Nanam, Kecamatan Lembah Gumanti, Kabupaten Solok Wilayah penelitian
mencakup kawasan Air Terjun Timbulun dan lingkungan sekitar yang masih
memberikan pengaruh kepada kawasan Air Terjun Timbulun baik secara ekologi
maupun antropologi. Kawasan Air Terjun Timbulun secara geografis berada pada
koordinat 100’50” - 100’58” Lintang Selatan dan 100047’19” - 100048’49” Bujur
Timur (Gambar 2).
Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Februari-Maret 2013.
Pelaksanaan penelitian terdiri atas: penelitian pendahuluan, pengambilan data dan
analisis data. Penelitian pendahuluan dilaksanakan pada bulan Februari hingga
Agustus 2012 untuk mengetahui kondisi awal daerah penelitian dan
mempersiapkan perlengkapan untuk pengambilan data.

Gambar 2 Peta lokasi penelitian

10

Berdasarkan hasil penelitian pendahuluan untuk mengetahui kondisi umum
kawasan penelitian, maka ditetapkan tiga stasiun utama pengamatan paramater
lingkungan Air Terjun Timbulun yang diharapkan dapat mewakili keseluruhan
kawasan Air Terjun Timbulun. Adapun karakteristik dari masing-masing stasiun
yang diamati adalah sebagai berikut (Gambar3):
Stasiun 1 adalah mencakup perairan sungai di atas air terjun atau bagian
sungai sebelum air terjun. Pada kawasan ini terlihat kondisi arus yang lebih
tenang, lahan yang lebih landai, substrat lebih halus dibanding lokasi lainnya,
serta tutupan kanopi yang lebih padat. Stasiun 2 Mencakup sekitar Air Terjun
Timbulun, mulai dari batas air turun (terjun) hingga kolam air. Pada kawasan ini
menjadi daya tarik utama karena kondisi kecuraman lahan, arus yang lebih deras,
serta substrat berupa batuan besar. Selain itu tutupan kanopi pada lokasi air terjun
lebih sedikit terbuka dibanding stasiun 1. Stasiun 3 Mencakup bagian hilir air
terjun, mulai dari sungai sesudah kolam air terjun hingga batas perbukitan terluar
yang menjadi batas kawasan Air Terjun Timbulun. Pada kawasan ini yang
menjadi daya tarik utama adalah kondisi medan yang cukup menantang yang
harus dilalui untuk mencapai kawasan air terjun. Terdapat beberapa air terjun
berukuran kecil, serta kondisi substrat batuan yang sedikit lebih kecil dibanding
stasiun 2. Sedangkan kondisi tutupan kanopi mulai terbuka.

Rancangan Penelitian
Penelitian yang dilakukan berupa penentuan potensi sumberdaya Air Terjun
Timbulun untuk kegiatan wisata berdasarkan data-data parameter lingkungan
(fisika, kimia, dan biologi). Data-data parameter lingkungan di analisis secara
mendalam untuk memperoleh parameter-parameter utama yang berperan dalam
ekosistem air terjun secara ekologis, sehingga dapat digambarkan kondisi
ekosistem Air Terjun Timbulun secara utuh. Selain itu, dilakukan pula kajian
literatur dan pendapat pada ahli (responden) untuk menilai parameter utama dan
parameter pendukung kegiatan ekowisata air terjun, sehingga hasil kajian
parameter baik secara primer maupun sekunder dapat dikombinasikan untuk
mendapatkan kesimpulan yang valid. Responden yang digunakan adalah orangorang yang terlibat dengan kegiatan wisata baik secara langsung maupun tidak
langsung, seperti tim ahli, teknisi, akademisi, pembuat kebijakan, wisatawan, dan
masyarakat sekitar.
Parameter lingkungan dibagi berdasarkan peranannya, baik sebagai objek
atau fungsi. Parameter sebagai objek berarti parameter lingkungan tersebut
berpengaruh langsung atau menjadi daya tarik utama dalam kawasan wisata
tersebut. Sedangkan parameter sebagai fungsi berarti parameter tersebut hanya
menjadi parameter pendukung bagi kegiatan wisata, yang secara tidak langsung
mempengaruhi kenyamanan aktivitas wisata. Hasil dari penilaian parameter
lingkungan tersebut kemudian akan disusun menjadi matriks parameter
lingkungan untuk kegiatan wisata, yang kemudian digunakan untuk menilai
potensi kawasan Air Terjun Timbulun untuk ekowisata. Responden dimintai
pendapat tentang kondisi kawasan wisata yang nyaman, kemudian dilakukan
penilaian terhadap seberapa besar kenyamanan yang diinginkan wisatawan akan
mempengaruhi kondisi ekologis kawasan, atau besarnya pengaruh kegiatan wisata
terhadap kondisi ekologis kawasan.

11

Data yang digunakan adalah data primer dan data sekuder. Data primer
adalah data parameter lingkungan perairan yang diambil langsung di lokasi
penelitian. Sedangkan data sekunder adalah data-data yang didapatkan dari
literatur. Setiap nilai parameter yang didapatkan akan dikaji secara mendalam
sehingga diketahui peran tiap paramater lingkungan yang diamati dalam aktivitas
wisata maupun dalam ekosistem, kemudian dilakukan pembuatan matriks potensi
ekowisata untuk menilai potensi ekowisata kawasan Air Terjun Timbulun
berdasarkan komponen lingkungan perairan yang telah diamati dan dianalisis.

Prosedur Pengamatan
Pengambilan sampel parameter lingkungan Perairan
Parameter fisik
Parameter fisik perairan yang diukur adalah suhu air, warna air, bau air,
debit sungai dan air terjun, lebar sungai, lebar badan sungai, luas kolam air terjun,
ketinggian air terjun, kemiringan lahan, substrat, hamparan daratan, kedalaman,
arus sungai, dan kekeruhan (Tabel 1). Suhu merupakan parameter fisik yang
sangat mempengaruhi aktivitas wisata, pengukuran suhu dilakukan pada air dan
udara menggunakan thermometer. Debit aliran adalah laju air (dalam bentuk
volume air ) yang melewati suatu penampang melintang sungai per satuan waktu.
Warna perairan yang diukur adalah warna tampak (apparent color) yaitu warna
yang ditentukan langsung pada air yang tidak mengalami perlakuan, sehingga
warna air tersebut disebabkan oleh semua bahan yang terlarut dan tersuspensi.
Untuk pengukuran bau adalah kontak langsung dengan air sampel (receptor cell).
Prinsip analisis sampel berdasarkan APHA 2012.
Tabel 1 Parameter fisik perairan
Parameter
FISIK
Suhu
Warna air
Bau air
Debit air terjun
Debit sungai
Tinggi air terjun
Lebar sungai
Kemiringan lahan
Hamparan daratan
Kedalaman
Arus
Kekeruhan
Luas kolam air terjun
Kedalaman kolam

Satuan

Alat

Analisis

C
m3/detik
m3/detik
m
m

Thermometer
Visual
Receptor cell
Tali, pemberat, stopwacth
Tali, pemberat, stopwacth
Meteran
Meteran

In situ
In situ
In situ
In situ
In situ
In situ
In situ

%
m2
cm
cm/detik
ntu
m2
m

Busur derajat
Meteran
Tongkat berskala
Tali, pemberat, stopwacth
Turbidity meter
Meteran
Tongkat berskala

In situ
In situ
In situ
In situ
Eks Situ
In situ
In situ

0

12

Pengukuran nilai kekeruhan menggunakan alat turbidity meter yang
dilakukan di Laboratorium Produktivitas Lingkungan Perairan, Departemen
Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut
Pertanian Bogor. Kemiringan lahan dinyatakan dalam derajat atau persen. Selain
dari memperbesar jumlah aliran permukaan, makin curamnya lereng juga
memperbesar kecepatan aliran permukaan yang dengan demikian memperbesar
energi angkut air.

Parameter kimia
Parameter kimia perairan yang dianalisis yaitu oksigen terlarut (DO), BOD,
pH, total nitrogen, dan total fosfat (Tabel 2). Pengukuran parameter kimia
dilakukan secara in situ, yaitu pengukuran nilai parameter langsung dilakukan di
lokasi pengamatan. Oksigen terlarut (DO) merupakan jumlah mg/l gas yang
terlarut di dalam air, berasal dari proses fotensintesa oleh fitoplankton atau
tanaman air, dan difusi dari udara. Pengukuran kadar oksigen terlarut dalam air
dilakukan menggunakan metode titrasi winkler. BOD (Biochemical Oxygen
Demand) dapat menggambarkan suatu proses oksidasi bahan organik oleh
mikroorganisme yang terjadi di perairan. Penentuan BOD ini dilakukan dengan
cara menghitung kadar oksigen yang dibutuhkan oleh mikroorganisme untuk
mendekomposisi bahan organik yang terlarut di perairan dalam waktu 5 hari yang
merupakan selisih kadar oksigen pada hari pertama dan hari kelima. Metoda ini
menggunakan botol gelap dan botol terang. Botol terang langsung ditentukan
kadar oksigen terlarutnya, sedangkan botol gelap disimpan dalam BOD inkubator
pada suhu 20 oC selama 5 hari. Temperatur 20 oC dan waktu 5 hari merupakan
temperatur dan waktu yang standar dalam penentuan BOD karena dianggap pada
temperatur tersebut proses dekomposisi berjalan optimum dan sekitar 75% bahan
organik telah terdekomposisi.
Pengukuran nilai pH dilakukan menggunakan pH indikator. Pengukuran pH
penting untuk dilakukan karena penurunan atau kenaikan pH karena adanya
masukan zat dari luar perairan akan mengakibatkan tekanan (stress) pada
organisme perairan (Glen dan Suter 2001). Pengukuran total fosfat dan total
nitrogen dilakukan untuk mengetahui kandungan nutrien utama di perairan
sebagai sumber hara bagi produsen primer. Prinsip analisis sampel berdasarkan
APHA 2012.
Tabel 2 Parameter kimia perairan

Parameter
KIMIA

Satuan

Alat

DO

mg/l

BOD
pH

mg/l
-

Botol BOD, bahan titrasi
winkler
Botol terang/gelap
pH indikator

Total fosfat

mg/l

spektrofometer

Total
nitrogen

mg/l

spektrofometer

Analisis
Winkler /In situ
In situ
In situ
Ascorbic acid /Eks
situ
Phenate /Eks situ

13

Parameter biologi
Parameter biologi berguna sebagai data pendukung dalam penilaian kondisi
kawasan secara ekologi. Selain itu dapat juga dijadikan sebagai indikator untuk
menilai keindahan dan kelayakan kawasan untuk kegiatan wisata. Parameter
biologi utama yang diamati sebagai indikator perairan dan objek wisata adalah
perifiton sebagai produsen utama di perairan sungai, tumbuhan air, serangga air
yang menjadi indikator kualitas air di perairan hulu, serta fecal coliform sebagai
indikator perairan tercemar untuk kegiatan ekowisata (Tabel 3).
Perifiton diambil dengan metode kerikan menggunakan sikat dan penggaris.
Batu atau substrat diambil dari dalam air, kemudian dikerik dan ditambahkan
aquades hingga 100 ml, kemudian dilakukan pengawetan dengan lugol sebelum
diamati kelimpahannya. Kelimpahan perifiton dihitung dengan rumus:

Keterangan: K= Kelimpahan perifiton (ind/cm2 ), N
=
Jumlah
2
perifiton yang diamati, As = Luas substrat yang dikerik (a cm ) untuk
penghitungan perifiton, At = Luas penampang permukaan cover glass (mm2), Acg
= Luas amatan (mm2), Vt=Volume konsentrasi pada botol contoh (10 ml) untuk
penghitungan perifiton , Vs=Volume konsentrasi dalam cover glass (ml).
Serangga air diambil menggunakan surber. Surber ditaruh di perairan
dengan posisi menentang arus air, kemudian substrat di dalam bingkai diganggu
sekitar 15 menit, hingga diperoleh serangga air di dalam surber. Perhitungan nilai
kepadatan serangga dihitung menggunakan rumus (Brower dan Zar 1992) :

Keterangan: K= Kepadatan serangga (individu/m2 ), a = Jumlah serangga
yang ditemukan (individu), b = Luas bukaan surber (30 cm x 30 cm), 10000 =
Konversi dari cm2 ke m2.
Analisis data yang digunakan yaitu dengan melakukan analisis
keanekaragaman dan keseragaman untuk perifiton dan serangga. Indeks Shannon
yang biasa digunakan untuk menghitung keanekaragaman, dan keseragaman
spesies yaitu (Shannon 1949; Shannon dan Weaver 1963 in Hossain et al. 2012):

Dan

Keterangan: H’= Indeks keanekaragaman, Pi = ni/N, E = Indeks
keseragaman, s = jumlah taksa.

14

Pengumpulan data tumbuhan air dilakukan secara visual, kemudian
dilakukan identifikasi untuk setiap jenis vegetasi yang ditemukan. Pengukuran
kandungan fecal coliform dilakukan dengan menggunakan metode MPN (Most
Probable Number) atau jumlah perkiraan terdekat menggunakan 5 seri tabung
(APHA 2012). Pengambilan ikan dilakukan menggunakan peralatan bubu
(perangkap), ikan yang didapat kemudian akan diidentifikasi secara meristik dan
morfometrik.

Tabel 3 Parameter biologi perairan
Parameter
BIOLOGI
Perifiton

Satuan

Alat

Analisis

ind/cm2

Sikat, penggaris, mikroskop

Eks situ

Ikan
Tanaman air
Vegetasi darat
Fecal coliform
Serangga air

Ind
ind/100 ml
Ind/m2

Kamera
Kamera
Kamera
Botol steril
Surber

In situ
In situ
In situ
MPN/Eks situ
Eks situ

Analisis Data
Analisis kondisi ekologi kawasan Air Terjun Timbulun
Param