Landscape planning of baning peatland ecotourism area at the city of sintang, West Borneo

PERENCANAAN LANSKAP
KAWASAN EKOWISATA GAMBUT BANING
DI KOTA SINTANG KALIMANTAN BARAT

HERLINA KURNIAWATI

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2012

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Perencanaan Lanskap
Kawasan Ekowisata Gambut Baning di Kota Sintang Kalimantan Barat, adalah
karya saya sendiri dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum pernah
diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip baik dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka pada bagian akhir tesis ini.


Bogor, Juli 2012

Herlina Kurniawati
NRP. A451090021

ABSTRACT
HERLINA KURNIAWATI. Landscape Planning of Baning Peatland Ecotourism
Area at the City of Sintang, West Borneo. Under supervision of SITI NURISYAH
and AFRA DONATHA NIMIA MAKALEW
Peatlands play an important role in maintaining the stability of the global
ecosystem. Indonesia has the largest peatlands in tropical countries with an
estimated 20.6 million ha, which is spread mainly in Sumatra, Kalimantan, and
Papua, made Indonesia the fourth largest country in the world for peat reserves
after Canada, Russia and the United States. The uniqueness of peatland
ecosystems at Sintang City with a distinctive flora and fauna has potency for
ecotourism objects and attractions, therefore this area would be developed as an
ecotourism area. Study objective was to describe and analyze the ecological
character of the area; to analyze the ecotourism potential of the area; to analyze
public support for the city to the ecotourism development plan at the area; to
analyze the support of city development plan to planned area; to plan an

ecotourism landscape area of Baning peatlands in Sintang City based on
ecological character, ecotourism potential, community support and its links with
city development plan. Descriptive qualitative method was used to analyze
ecological condition, ecotourism potency, and city development support, AHP
method for analyze the community support to planned area, and SBE method for
visual quality assessment. About 44,4% of the area is classified as good because
still covered by the natural type of peat, 16% has the highest level of ecotourism
objects and attractions, and has the highest value of visual quality. The city
community and city development plan also support to develop area to be
ecotourism area. Ecotourism landscape plan for area is base on balancing
between ecological and social aspects. There are three ecotourism zone plan
proposed which are limited zone as limited use area, semi-intencsive zone as
semi-intensive use area, and intensive zone as highly use area. Limited zone
may be develop as a preservation or protection area, semi-intensive zone as
conservation and rehabilitation area, and intensive zone as a natural recreation
and buffer area. Activities and facilities on the area were planned to sustain the
ecotourism area.
Keywords: landscape planning, ecotourism, peatlands, Sintang City

RINGKASAN

HERLINA KURNIAWATI. Perencanaan Lanskap Kawasan Ekowisata Gambut
Baning di Kota Sintang Kalimantan Barat. Dibimbing oleh SITI NURISYAH dan
AFRA DONATHA NIMIA MAKALEW
Lahan gambut merupakan ekosistem alami penting dengan nilai tinggi
untuk konservasi keanekaragaman hayati, pengaturan iklim, dan kesejahteraan
manusia. Indonesia merupakan negara terbesar keempat di dunia untuk
cadangan gambut dengan luas diperkirakan sekitar 20,6 juta ha, yang tersebar
terutama di Sumatra, Kalimantan, dan Papua. Kota Sintang yang terletak di
Kalimantan Barat memiliki kawasan lahan gambut dengan luas 213 ha dan
berada di tengah kota. Kawasan tersebut saat ini belum dimanfaatkan dengan
optimal. Kebijakan-kebijakan pemerintah daerah yang dituangkan dalam RTRWK
menjadi penting untuk diperhatikan bila dikaitkan dengan keberlanjutan kawasan
lahan gambut ini di masa datang. Upaya mempertahankan keberlanjutan
kawasan lahan gambut Kota Sintang dan sekaligus pemanfaatannya sebagai
sumber informasi dan edukasi dapat dicapai dengan merencanakan
pengembangan kawasan untuk kegiatan wisata dengan konsep ekowisata.
Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan dan menganalisis karakter
ekologis kawasan; potensi ekowisata kawasan; dukungan masyarakat kota
terhadap rencana pengembangan ekowisata kawasan; keterkaitan RTRW Kota
Sintang dengan rencana pengembangan ekowisata kawasan; merencanakan

lanskap kawasan ekowisata gambut Baning di Kota Sintang berdasarkan
karakter ekologis, potensi ekowisata, dukungan masyarakat kota dan
keterkaitannya dengan rencana pengembangan kota.
Metode yang digunakan adalah analisis deskriptif kualitatif untuk
mendapatkan deskripsi dan karakter ekologis kawasan rawa gambut, potensi
objek dan daya tarik ekowisata berupa flora, fauna, dan habitat, dan untuk
mengetahui dukungan RDTRK dengan rencana pengembangan kawasan,
berupa penilaian terhadap isi RDTRK Sintang yaitu bentuk rencana pemanfaatan
ruang kota. Metode Scenic Beauty Estimation (SBE) digunakan untuk menilai
kualitas pemandangan dalam kawasan. Metode Analytical Hierarchy Process
(AHP) digunakan untuk menilai dukungan masyarakat kota terhadap
perencanaan kawasan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakter ekologis kawasan gambut
Baning di Kota Sintang masih memiliki kualitas yang baik. Area dengan tingkat
kealamian yang tinggi memiliki luasan hampir setengah luas total kawasan, yakni
94,5 ha atau 44,4%. Tingkat potensi objek dan daya tarik ekowisata yang tinggi
dengan luasan area sebesar 34 ha atau 16%. Potensi kualitas visual yang dinilai
memiliki nilai SBE tertinggi (109,8) dengan pemandangan berupa hutan gambut
dan nilai SBE terendah (-52,5) dengan pemandangan berupa semak serta
pemukiman. Zona ekowisata potensial yang memiliki tingkat potensi ekowisata

tinggi seluas 41 ha atau 19,2%, potensi sedang seluas 119 ha atau 55,9%, dan
potensi rendah seluas 53 ha atau 24,9%. Zonasi ekowisata kawasan gambut
Baning terdiri dari zonasi ekowisata terbatas seluas 35,5 ha atau 16,7%, zonasi
ekowisata semi intensif seluas 121 ha atau 56,8%, dan zonasi ekowisata intensif
seluas 56,5 ha atau 26,5%. Dukungan masyarakat Kota Sintang terhadap
rencana lanskap kawasan ekowisata dengan preferensi berupa rencana
pengembangan ekowisata berbasis keseimbangan ekologi dan masyarakat
dengan nilai bobot 0,4730 merupakan prioritas utama dalam mengembangkan
kawasan gambut Baning sebagai kawasan ekowisata. RDTRK Sintang telah

memuat arahan pembangunan ruang kota yang mendukung keberlanjutan
kawasan.
Rencana lanskap ekowisata kawasan adalah lanskap kawasan ekowisata
berbasis keseimbangan ekologis dan masyarakat. Rencana ruang dan sirkulasi
dalam kawasan dibuat untuk mendukung konsep lanskap ekowisata yang telah
dibuat. Kawasan gambut Baning dapat dikembangkan menjadi kawasan
ekowisata berdasarkan tiga zona ekowisata, yaitu zona terbatas, semi-intensif,
dan intensif. Zona terbatas dapat dikembangkan sebagai area preservasi atau
perlindungan. Zona semi-intesif sebagai area konservasi dan rehabilitasi, dan
zona intensif sebagai area rekreasi alam dan penyangga. Fasilitas yang akan

dibangun adalah fasilitas yang mendukung aktivitas ekowisata dalam kawasan.
Kata Kunci: perencanaan lanskap, ekowisata, lahan gambut, Kota Sintang

© Hak Cipta milik Institut Pertanian Bogor tahun 2012
Hak Cipta dilindungi Undang-Undang
1.

2.

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa
mencantumkan atau menyebutkan sumbernya
a. Pengutipan hanya diizinkan untuk kepentingan pendidikan, penelitian,
penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah.
b. Pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB.
Dilarang mengumumkan atau memperbanyak sebagian atau seluruh karya
tulis dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB.

PERENCANAAN LANSKAP
KAWASAN EKOWISATA GAMBUT BANING

DI KOTA SINTANG KALIMANTAN BARAT

HERLINA KURNIAWATI

Tesis
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains pada
Program Studi Arsitektur Lanskap

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2012

Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis :
Prof. Dr. Ir. Wahju Qamara Mugnisjah, M.Agr

Judul
Nama
NRP

Program Studi

: Perencanaan Lanskap Kawasan Ekowisata Gambut
Baning di Kota Sintang Kalimantan Barat
: Herlina Kurniawati
: A451090021
: Arsitektur Lanskap

Disetujui
Komisi Pembimbing

Dr. Ir. Siti Nurisyah, MSLA.
Ketua

Dr. Ir. Afra D. N. Makalew, M.Sc.
Anggota

Diketahui

Ketua Program Studi

Arsitektur Lanskap

Dekan Sekolah Pascasarjana IPB

Dr. Ir. Siti Nurisyah, MSLA.

Dr. Ir. Dahrul Syah, M.Sc.Agr

Tanggal Ujian : 2 Mei 2012

Tanggal Lulus :

PRAKATA
Puji dan syukur dipersembahkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penelitian ini dapat diselesaikan.
Judul tesis ini adalah “Perencanaan Lanskap Ekowisata Kawasan Gambut
Baning di Kota Sintang Kalimantan Barat”. Tesis ini merupakan syarat untuk
menyelesaikan jenjang pendidikan S2 dan memperoleh gelar Magister Sains dari
Program Studi Arsitektur Lanskap, Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian
Bogor.

Penulis menyampaikan rasa hormat disertai penghargaan dan terima
kasih kepada Dr. Ir. Siti Nurisyah, MSLA. dan Dr. Ir. Afra D. N. Makalew, M.Sc.
sebagai Ketua dan Anggota Komisi Pembimbing yang telah memberikan
bimbingan, arahan, saran sekaligus perhatian selama melaksanakan penelitian
dan penyelesaian karya ilmiah ini. Terima kasih kepada Prof. Dr. Ir. Wahju
Qamara Mugnisjah, M.Agr. yang telah bersedia menjadi Penguji Luar Komisi.
Terima kasih kepada bapak Prof. Dr. Arkanudin, M.Si. selaku rektor Universitas
Kapuas Sintang, yang telah memberikan ijin tugas belajar di Sekolah
Pascasarjana IPB. Terima kasih kepada Ditjen DIKTI Kementerian Pendidikan
Nasional, atas kesempatan yang diberikan kepada penulis melalui Beasiswa
Program Pascasarjana di Sekolah Pascasarjana IPB. Terima kasih kepada Balai
Konservasi Sumber Daya Alam Kalimantan Barat di Sintang, atas bantuan dan
informasi yang telah diberikan selama penelitian dan penyusunan karya ilmiah
ini. Terima kasih kepada seluruh staf dosen dan staf akademik Departemen
Arsitektur Lanskap atas ilmu yang bermanfaat dan pelayanan yang baik selama
penulis menempuh pendidikan di Sekolah Pascasarjana IPB. Terima kasih
kepada teman satu Angkatan ibu Sulistiowati, SP, Devy Sandra, SP, Nahda
Kanara, SP, Sabhan, SP dan Joni, SP, untuk kebersamaan selama kuliah di
Program Studi Arsitektur Lanskap, Sekolah Pascasarjana IPB. Terima kasih
kepada Nurhadiah, SP atas kebersamaan dan bantuannya. Terima kasih kepada

teman-teman Program Studi Arsitektur Lanskap, Sekolah Pascasarjana IPB
angkatan 2008, 2010, dan 2011 serta semua teman-teman yang telah membantu
dan memotivasi baik secara langsung maupun tidak langsung. Terima kasih
terutama kepada seluruh keluarga tercinta, ibunda Hj. Mas Sulastri, abang
Ridwan Kurniawan, SE, adik-adik Akhmad Dani Syuhada, ST dan Masita
Syuhadawati, ST atas doa, motivasi dan pengertiannya.
Dalam penulisan dan penyusunan karya ilmiah ini penulis menyadari
bahwa masih banyak kekurangannya, untuk itu saran dan kritik yang
membangun dari berbagai pihak sangat diharapkan untuk perbaikan pada masa
yang akan datang. Akhir kata, semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi
pihak terkait dan semua pihak yang membutuhkan informasi.
Bogor, Juli 2012
Herlina Kurniawati

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Kota Sintang, Kalimantan Barat, pada tanggal 27 Mei
1976 sebagai anak kedua dari empat bersaudara dari pasangan H. Ade Mustafa,
B.Sc (Almarhum) dan Hj. Mas Sulastri.
Penulis menyelesaikan pendidikan tingkat SD, SMP, dan SMA di Kota
Sintang. Tahun 1995 penulis lulus dari SMA Negeri 3 Sintang dan pada tahun
yang sama diterima di Universitas Tanjungpura Pontianak pada Program Studi
Ilmu Tanah, Jurusan Budi Daya Pertanian, Fakultas Pertanian. Penulis
menyelesaikan jenjang pendidikan Strata-1 pada tahun 2000. Pada tahun 2004
penulis diterima bekerja di Fakultas Pertanian, Universitas Kapuas Sintang.
Tahun 2009 penulis mendapat kesempatan tugas belajar dari Ditjen DIKTI
Kementerian Pendidikan Nasional melalui Beasiswa Program Pascasarjana pada
Program Studi Arsitektur Lanskap, Sekolah Pascasarjana IPB.

DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL………………………………………………………………..….…… xiii
DAFTAR GAMBAR………………………………………………………..………..….. xiv
DAFTAR LAMPIRAN………………………………………………………........……..

xv

1 PENDAHULUAN
Latar Belakang……………………………………………………..….…….…..…...
Perumusan Masalah………………………………………………..…….….………
Tujuan Penelitian…………………………………………………..…….…………..
Manfaat Penelitian………………………………………………………..…...…….
Kerangka Pemikiran……………………………………………………..….……….
Batasan Istilah………………………………………………………………….……..

1
4
5
5
6
7

2 TINJAUAN PUSTAKA
Lahan Gambut sebagai Lahan Basah…………………………………….………..
Ekowisata……………………………………………………………………….……..
Perencanaan Lanskap………….……………………………………………………
Sistem Informasi Geografis (SIG)………………………………………...………..
Scenic Beauty Estimation (SBE)……………………………………..…….………
Analytical Hierarchy Process (AHP)…………………………………..…….……..

11
13
15
18
19
21

3

KEADAAN UMUM WILAYAH PENELITIAN
Kondisi Biofisik Kota Sintang………………………………….…………….………
Geografis dan Administrasi………………………………………………………
Topografi dan Kemiringan Lahan…………………………………..….……….
Hidroklimatologi……………………………………………………….………….
Jenis Tanah……………………………………………………………….………
Potensi Lanskap………………………………………………………..…..….…
Pola Penggunaan Lahan…………………………………………………………
Kependudukan…………………………………………………………..……..…….
Kondisi Ekonomi………………………………………………………………………
Kondisi Umum Kawasan Gambut Baning Kota Sintang……………..………..…
Kondisi Fisik Kawasan……………………………………………………………
Kondisi dan Potensi Ekowisata Kawasan………………………………………

25
25
27
27
28
29
29
30
31
32
32
38

4 METODOLOGI PENELITIAN
Lokasi dan Waktu Penelitian…………………………………………..………….…
Alat dan Bahan Penelitian……………………………………………………………
Tahapan Penelitian…………………………………………………..……..……….
Tahap I: Pengumpulan dan Pengklasifikasian Data…………..……………...
Tahap II: Riset……………………………………………………………..………
Tahap III: Perencanaan Lanskap Kawasan…………………………..…..……

41
41
43
43
45
53

5 HASIL DAN PEMBAHASAN
Karakter Ekologis Kawasan Gambut………………………………………………
Potensi Ekowisata Kawasan Gambut……………………………..………………
Potensi Objek dan Daya Tarik Ekowisata Kawasan Gambut……….………
Potensi Kualitas Visual Kawasan Gambut………………………....…………

55
58
58
60

Zona Ekowisata Potensial Kawasan Gambut….……..………………….…..
Aksesibilitas dan Potensi Wisata Kota Sintang………………….……………
Zonasi Ekowisata Kawasan (Peta Komposit)..…………………..……………….
Dukungan Masyarakat Kota Sintang terhadap Rencana Pengembangan
Kawasan Ekowisata Gambut……….…..……………………….…………….
Penilaian Kriteria untuk Mencapai Tujuan………….……………..….….……
Penilaian Alternatif Berdasarkan Kriteria untuk Mencapai Tujuan….………
Sintesis Alternatif Menurut Kriteria………………………………...…………
Dukungan RDTR Kota Sintang Terhadap Keberlanjutan Kawasan…..………..
Konsep Pengembangan Lanskap…………………………………….………...…
Lanskap..………………………………………………………………...………
Ruang Ekowisata…………………………………………..………..…….……
Sirkulasi Ekowisata………………………………………………….………….
Aktivitas Ekowisata……………………………………………………………..
Fasilitas Ekowisata……………….……………………………..…….……......
Rencana Lanskap……………………………………….………..…………………
Rencana Ruang Integratif……………………….……………….….…………
Rencana Lanskap……………………………………………….…..………….
6 SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan…………………………………………………………..…………………
Saran………………………………………………………………...……………….

65
68
69
73
73
75
76
77
81
82
82
83
85
86
89
89
92
99
99

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………….……………… 101
LAMPIRAN……………………………………………………………………………… 105

DAFTAR TABEL
Nomor

Halaman

1. Skala banding secara berpasangan (Saaty, 1993)......................................... 23
2. Luas tiap bagian wilayah kota (BWK) dalam Kota Sintang ............................ 26
3. Kemiringan lereng dan luas lahan pada masing-masing kelurahan dan
desa (Ha)......................................................................................................... 27
4. Data iklim Kabupaten Sintang tahun 1995-2009............................................. 28
5. Luas penggunaan lahan kawasan Kota Sintang............................................. 29
6. Jumlah penduduk Kota Sintang tahun 2009....................................................30
7. Jumlah penduduk Kota Sintang menurut jenis kelamin tahun 2009............... 30
8. Data kepadatan penduduk Kota Sintang tahun 2009......................................31
9. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga berlaku.............. 32
10. Jenis tutupan lahan di kawasan gambut Baning tahun 2010.......................... 32
11. Sebaran ketebalan gambut dalam kawasan gambut Baning berdasarkan
jenis tutupan lahan.......................................................................................... 35
12. Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian.......................................... 41
13. Jenis/informasi, kegunaan, dan sumber data penelitian................................. 43
14. Penilaian karakter ekologis kawasan gambut................................................. 46
15. Kriteria penilaian potensi objek dan daya tarik ekowisata kawasan
gambut............................................................................................................ 48
16. Formulasi matriks pendapat individu.............................................................. 51
17. Penilaian kesesuaian dan dukungan rencana pemanfaatan ruang dalam
RDTRK Sintang terhadap keberlanjutan kawasan.......................................... 53
18. Hasil penilaian karakter ekologis kawasan gambut Baning............................ 55
19. Tingkat kealamian dan luasan area dalam kawasan gambut Baning............. 56
20. Hasil penilaian potensi objek dan daya tarik ekowisata kawasan gambut
Baning..............................................................................................................59
21. Luasan area dalam kawasan gambut Baning berdasarkan potensi objek
dan daya tarik ekowisata................................................................................. 60
22. Potensi kualitas visual kawasan gambut Baning dan luasannya
berdasarkan nilai SBE..................................................................................... 65
23. Tingkat potensi ekowisata kawasan gambut Baning dan luasannya.............. 65
24. Zonasi ekowisata kawasan gambut Baning dan luasannya............................ 70
25. Penilaian bobot dan prioritas pada tingkat kriteria...........................................74
26. Penilaian bobot dan prioritas pada tingkat alternatif........................................76
27. Penilaian alternatif dan prioritas untuk mencapai tujuan................................. 77
28. Hasil penilaian dukungan kebijakan dalam RDTRK Sintang terhadap

keberlanjutan kawasan gambut Baning...........................................................78
29. Keterkaitan penilaian dukungan rencana pemanfaatan ruang dalam
RDTRK Sintang dengan kawasan gambut Baning......................................... 81
30. Rencana pengembangan aktivitas ekowisata kawasan gambut Baning........ 87
31. Program pengembangan ekowisata di kawasan gambut Baning................... 89

DAFTAR GAMBAR
Nomor

Halaman

1.

Alur dan kerangka pikir penelitian................................................................. 7

2.

Batas administrasi Kota Sintang tingkat kelurahan dan desa....................... 25

3.

Peta jenis penutupan lahan kawasan gambut Baning.................................. 33

4.

Kondisi penggunaan lahan eksisting di sekitar kawasan gambut Baning…. 34

5.

Sebaran ketebalan gambut kawasan gambut Baning...................................36

6.

Orientasi kota Sintang dan lokasi penelitian................................................. 42

7.

Lokasi penelitian dan kondisi eksisting kawasan gambut Baning................. 42

8.

Alur tahapan penelitian..................................................................................44

9.

Struktur hierarki hubungan perbandingan berpasangan perencanaan
pengembangan ekowisata kawasan gambut Baning.................................... 50

10. Peta tingkat kealamian kawasan berdasarkan karakter ekologis..................57
11. Peta potensi objek dan daya tarik ekowisata kawasan gambut Baning….... 61
12. Grafik nilai SBE kawasan gambut Baning.....................................................62
13. View dengan nilai kualitas visual tertinggi..................................................... 63
14. View dengan nilai kualitas visual terendah....................................................64
15. Potensi visual kawasan gambut Baning berdasarkan nilai SBE................... 66
16. Peta zona ekowisata potensial kawasan gambut Baning............................. 67
17. Jalur akses menuju kawasan gambut Baning............................................... 68
18. Zonasi ekowisata kawasan gambut Baning.................................................. 72
19. Dukungan kebijakan dalam RDTRK Sintang untuk BWK B terhadap
keberlanjutan kawasan gambut Baning........................................................ 80
20. Konsep ruang ekowisata kawasan gambut Baning.......................................83
21. Konsep sirkulasi di kawasan ekowisata gambut Baning...............................85
22. Rencana blok ekowisata kawasan gambut Baning....................................... 90
23. Konsep tata ruang dan tata letak fasilitas ekowisata kawasan gambut
Baning……………………………………………………………………………. 91
24. Rencana lanskap ekowisata kawasan gambut Baning................................. 93
25. Contoh papan interpretasi dalam kawasan…………………………………… 94
26. Contoh papan petunjuk (signage) dalam kawasan……………………………95
27. Contoh boardwalk dan papan trek dalam kawasan………………………….. 96
28. Contoh bangunan pusat informasi, pusat pendidikan alam, dan pusat
interpretasi gambut dalam kawasan…………………………………………… 97

DAFTAR LAMPIRAN
Nomor

Halaman

1. Kondisi gambut dalam kawasan gambut Baning.......................................... 107
2. Kondisi hidrologi dalam kawasan gambut Baning........................................ 108
3. Daftar nama flora di kawasan gambut Baning.............................................. 109
4. Daftar nama fauna di kawasan gambut Baning............................................ 115
5. Perhitungan nilai skor untuk tingkat kealamian kawasan gambut
Baning.......................................................................................................... 116
6. Penentuan nilai skor tingkat potensi objek dan daya tarik ekowisata
kawasan gambut Baning……………………………………………………….. 117
7. Penentuan skor tingkat dukungan kebijakan RDTRK Sintang terhadap
keberlanjutan kawasan gambut Baning………………………………………. 118
8. Nilai SBE masing-masing view lanskap pada kawasan gambut Baning….. 119

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Lahan basah merupakan sumber daya alam hayati penting dalam menjaga
keseimbangan ekosistem global. Salah satu tipe lahan basah adalah lahan
gambut. Lahan gambut merupakan ekosistem lahan basah dengan ciri utama
adanya penumpukan bahan organik yang berasal dari bahan tanaman mati dan
membusuk di bawah kondisi jenuh air permanen (Barchia 2006) dan dicirikan
dengan siklus materi yang tidak lengkap (Parish et al. 2008). Lahan gambut
memiliki peranan penting dalam menjaga keseimbangan ekosistem global,
merupakan ekosistem alami penting dengan nilai tinggi untuk konservasi
keanekaragaman hayati, pengaturan iklim dan kesejahteraan manusia (Erwin
2009). Peranan gambut dalam menyimpan air dan menyimpan karbon dalam
jumlah yang besar telah banyak diketahui. Selain itu, gambut memiliki karakter
ekologis yang unik dengan vegetasi dan satwa yang khas dan bersifat setempat.
Kekhasan vegetasi dan fauna ini dikarenakan keragaman tipe gambut sebagai
akibat perbedaan iklim dan biogeografi (Barchia 2006).
Indonesia yang terletak di daerah tropis merupakan negara terbesar ke
empat di dunia untuk cadangan gambut setelah Kanada, Rusia, dan Amerika
Serikat. Indonesia memiliki lahan gambut terluas di antara negara tropis,
diperkirakan sekitar 20,6 juta ha, yang tersebar terutama di Sumatra, Kalimantan,
dan Papua (Barchia 2006). Luasan lahan gambut di Pulau Kalimantan sebesar
5,76 juta ha. Kalimantan Barat sebagai salah satu provinsi di Pulau Kalimantan
memiliki luas lahan gambut sebesar 1,72 juta ha atau 29,9 % dari luas total lahan
gambut Kalimantan (Wahyunto e. al. 2005).
Kota Sintang yang terletak di Kalimantan Barat memiliki kawasan lahan
gambut yang cukup luas dan berada di tengah kota. Kawasan seluas 213 ha ini
memiliki ekosistem yang unik dan jenis vegetasi serta satwa yang khas. Dengan
keunikan ekosistemnya, kawasan ini dapat menjadi salah satu warisan dunia
untuk sumber daya alam lahan gambut yang masih ada, mengingat semakin
berkurangnya luas gambut di dunia. Di banyak negara dengan hutan gambut
yang luas, terdapat kecenderungan yang menganggap lahan ini sebagai lahan
yang tidak berharga sehingga harus dikonversi menjadi lahan yang lebih
produktif (Rijksen dan Pearson 1991 diacu dalam Posa et al. 2011). Oleh karena
itu, lahan gambut kurang dipelajari dan arti penting lahan ini kurang diperhatikan.

2

Hal ini juga menjadi penyebab hilang atau berkurangnya lahan gambut secara
luas sampai saat ini.
Kawasan lahan gambut di Kota Sintang saat ini belum dimanfaatkan
dengan optimal. Kawasan ini hanya berfungsi sebagai ruang hijau kota saja
meskipun sebenarnya memiliki potensi lain yang dapat dimanfaatkan. Sangat
disayangkan bahwa pada kenyataannya kawasan yang memiliki potensi sebagai
ruang publik masyarakat kota ini dibiarkan terbengkalai dan tidak dimanfaatkan
dengan baik. Kondisi ini dapat mengancam keberlanjutan kawasan di masa
datang. Masyarakat yang berada di sekitar kawasan juga terlihat kurang
menyadari arti penting kawasan bagi lanskap kota dan ekosistem kota.
Pemanfaatan kawasan oleh masyarakat yang kurang memahami hal ini dapat
mengancam kawasan yang kondisinya memang rentan.
Karena letak kawasan berada di tengah kota, kegiatan pembangunan dan
pengembangan di Kota Sintang akan terus menekan keberadaan kawasan lahan
gambut ini. Meningkatnya jumlah penduduk kota menyebabkan meningkatnya
kebutuhan ruang untuk pemukiman, industri, dan perkantoran. Hal ini
menyebabkan semakin berkurangnya tutupan vegetasi di wilayah perkotaan.
Konversi lahan dan tata ruang yang tidak sesuai peruntukan merupakan awal
dari kerusakan lingkungan yang perlu ditanggulangi sehingga daerah kota akan
tetap menjadi daerah yang nyaman dan sehat.
Kegiatan pembangunan dan pengembangan dalam kota selalu mengacu
pada suatu pedoman berupa Rencana Tata Ruang Wilayah Kota (RTRWK).
Kebijakan-kebijakan pemerintah daerah yang dituangkan dalam RTRWK menjadi
penting untuk diperhatikan bila dikaitkan dengan keberlanjutan kawasan lahan
gambut ini di masa datang.
Kepentingan dan manfaat gambut yang penting juga perlu diketahui oleh
masyarakat. Salah satu bentuk pengenalan dan pembelajaran tentang gambut
antara lain, adalah dengan menyediakan lahan gambut sebagai sumber
informasi dan edukasi. Upaya mempertahankan keberlanjutan kawasan lahan
gambut Kota Sintang dan sekaligus pemanfaatannya sebagai sumber informasi
dan edukasi dapat dicapai dengan merencanakan pengembangan kawasan
untuk kegiatan wisata dengan konsep ekowisata. Ekowisata adalah suatu bentuk
perjalanan wisata ke area alami yang dilakukan dengan tujuan mengkonservasi
lingkungan dan melestarikan kehidupan dan kesejahteraan penduduk setempat
(Fennel 2003). Kegiatan wisata di dalam kawasan bertujuan menjaga kondisi

3

ekologis dan meminimalkan kerusakan ekosistemnya. Kegiatan ekowisata
diharapkan mampu mempertahankan kondisi ekologis dan keunikan ekosistem
kawasan sehingga kawasan dapat dikembangkan menjadi pusat pendidikan
mengenai gambut dan percontohan konservasi kawasan gambut. Memberikan
pendidikan kepada masyarakat dengan meningkatkan kesadaran masyarakat
dan mengubah perilaku masyarakat tentang perlunya upaya konservasi sumber
daya alam hayati gambut dan ekosistemnya.
Perlindungan terhadap gambut utuh dan alami sangat penting untuk
konservasi keanekaragaman hayati serta akan mempertahankan kapasitas
penyimpanan dan penyerapan karbon, juga fungsi ekosistem terkait lainnya.
Pelestarian kawasan gambut akan menyumbang pada pengurangan emisi gas
rumah kaca di atmosfer. Upaya perlindungan gambut telah didukung oleh
beberapa gerakan internasional, di antaranya, Ramsar Convention on Wetlands,
UNFCCC (United Nations Framework Convention on Climate Change), dan CBD
(Convention on Biological Diversity).
Pengembangan kawasan untuk ekowisata diharapkan dapat menarik
ekowisatawan dari dalam dan luar negeri karena keunikannya tersebut. Keunikan
dan kekhasan ekosistem yang dimiliki lahan gambut merupakan daya tarik untuk
pengembangan ekowisata. Beberapa jenis flora dan fauna unik yang hanya
terdapat di ekosistem gambut dapat menjadi daya tarik ekowisata yang menarik
perhatian pengunjung. Keberadaan kawasan yang berada di tengah kota
memberikan

keuntungan

dalam

aksesibilitas

yang

mudah

dicapai

dan

terjangkau. Bagi masyarakat kota, kawasan ini dapat menjadi tempat untuk
berekreasi tanpa harus meninggalkan kota dan mengeluarkan biaya tambahan.
Peran serta masyarakat yang aktif dalam upaya pelestarian kawasan gambut
akan mempermudah dilakukannya tindakan pelestarian kawasan.
Perencanaan lanskap ekowisata diharapkan dapat mengoptimalkan
pemanfaatan ruang dalam kawasan. Pemanfaatan ruang yang baik diharapkan
dapat mempertahankan atau bahkan memperbaiki kondisi ekologis dalam
kawasan sehingga dapat terus menunjang kehidupan alamiah flora dan
faunanya, demikian juga masyarakat kota dapat mendapatkan manfaat yang
beragam dari kawasan ini. Pengembangan kawasan menjadi taman di tengah
kota memungkinkan terjadinya pengembangan lahan di sekitar kawasan
sehingga nilai lahan akan meningkat, dan juga dapat mempengaruhi bentuk
penggunaan lahan di sekitar kawasan menjadi area yang lebih ekologis.

4

Tindakan pelestarian kawasan gambut di Kota Sintang dapat memberikan
keuntungan terhadap lanskap Kota Sintang. Selain dapat berfungsi sebagai
ruang terbuka hijau kota dan ruang publik masyarakat kota untuk kegiatan
wisata, kawasan ini dapat menjadi penciri yang khas pada lanskap kota sehingga
Kota Sintang menjadi lebih mudah dikenali. Menurut Konijnendijk (2007), ruang
terbuka hijau kota dan hutan kota memegang peranan penting dalam
menentukan budaya khas dan citra sebuah kota. Citra yang lebih baik dari
sebuah kota membuat kota tersebut memiliki nilai yang lebih kompetitif sehingga
akan memperluas pengaruh politik dan ekonominya.
Perumusan Masalah
Permasalahan utama dalam pemanfaatan kawasan gambut di Kota
Sintang adalah belum optimalnya pemanfaatan terhadap kawasan tersebut, hal
ini menyebabkan kondisi kawasan saat ini menjadi terbengkalai dan lebih rentan
terhadap kerusakan serta penggunaan lahan non alami. Pemanfaatan suatu
kawasan yang tidak optimal dapat menyebabkan terjadinya kerusakan pada
kawasan tersebut, terutama kawasan yang secara ekologis bersifat rentan dan
mudah terganggu.
Kerusakan pada kawasan dapat menyebabkan hilangnya identitas Kota
Sintang yang merupakan kota dengan hutan gambut di tengah kota.
Pemanfaataan kawasan gambut sebagai kawasan ekowisata merupakan salah
satu upaya untuk mengurangi kerusakan ekosistem kawasan. Menurut Gilbert
(2003), ekowisata merupakan salah satu bentuk pendidikan lingkungan untuk
mencapai keberlanjutan.
Beberapa permasalahan yang perlu diperhatikan, adalah sebagai berikut.
1) Hutan gambut merupakan hutan khas pulau Kalimantan, usaha untuk
memelihara keberadaan hutan ini diharapkan dapat mempertahankan hutan
yang menjadi ciri khas dan identitas lokal, khususnya untuk Kota Sintang.
2) Kawasan gambut Kota Sintang memiliki tingkat kepekaan ekologis tinggi,
sehingga perlu diketahui karakter ekologis kawasan agar kelestariannya
tetap terjaga.
3) Pengembangan kawasan gambut untuk kegiatan ekowisata perlu didukung
oleh ketersediaan objek dan daya tarik ekowisata.
4) Keberadaan dan keberlanjutan kawasan gambut dipengaruhi oleh dukungan
masyarakat Kota Sintang.

5

5) Kawasan gambut berada di tengah kota, sehingga perlu diketahui arah
kebijakan pemerintah daerah yang berkaitan dengan penggunaan lahan
pada kawasan di sekitarnya untuk mendukung pengembangan dan
keberlanjutan kawasan.
6) Kegiatan ekowisata dapat

membantu

menjaga lingkungannya tetap

berkelanjutan dan mengurangi dampak merugikan dari kegiatan wisata yang
dilakukan.
Tujuan Penelitian
Tujuan umum dari penelitian adalah merencanakan lanskap untuk
pengoptimalan pemanfaatan kawasan gambut di Kota Sintang dengan konsep
ekowisata.
Tujuan khusus dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1) mendeskripsikan dan menganalisis karakter ekologis kawasan,
2) menganalisis potensi ekowisata kawasan,
3) menganalisis dukungan masyarakat kota terhadap rencana pengembangan
ekowisata kawasan,
4) menganalisis dukungan RTRW Kota Sintang dengan rencana pengembangan
ekowisata kawasan,
5) merencanakan lanskap kawasan ekowisata di kawasan gambut Baning di
Kota Sintang.
Manfaat Penelitian
Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat berikut:
1) bagi pemerintah daerah, sumbangan pemikiran berupa
a) sumber informasi dan acuan dalam penentuan kebijakan dalam
perencanaan, pengelolaan, dan pemanfaatan kawasan lahan basah
lainnya di Kota Sintang;
b) bahan pertimbangan bagi pemerintah daerah Kota Sintang dalam
pengembangan pariwisata untuk meningkatkan pendapatan asli daerah;
2) bagi masyarakat lokal, berupa
a) tersedianya ruang terbuka publik yang dapat menjadi sumber informasi
dan pendidikan mengenai gambut;
b) adanya keterlibatan masyarakat secara sosial dan ekonomi dalam
kegiatan yang menunjang ekowisata kawasan gambut;

6

3) bagi masyarakat peneliti, berupa
a) pengembangan penelitian dalam bidang pengelolaan sumber daya
ekowisata kawasan gambut;
b) memberikan sumbangan dalam pengembangan ilmu arsitektur lanskap;
c) dapat digunakan sebagai bahan perbandingan dan referensi untuk
penelitian selanjutnya;
4) keberlanjutan lanskap, berupa
a) menjaga identitas dan ciri khas lanskap hutan pulau Kalimantan,
khususnya Kota Sintang;
b) dapat menjadi model pelestarian untuk kawasan yang rentan.
Kerangka Pemikiran
Ekowisata adalah kegiatan wisata yang sangat memperhatikan kelestarian
dan pendidikan mengenai sumber daya yang dikembangkan. Perencanaan
ekowisata haruslah memperhatikan keberlanjutan lingkungan secara ekologi,
sosial, dan ekonomi yang merupakan aset dalam kegiatan wisata. Gambar 1
memperlihatkan kerangka dan alur pikir penelitian.
Ekosistem gambut lebih mudah mengalami penurunan kualitas jika
dibandingkan dengan jenis ekosistem lainnya. Pemanfaatan dan pengelolaan
yang tidak tepat dan kurang optimal akan menyebabkan keberlanjutan kawasan
gambut terancam. Kawasan gambut Kota Sintang saat ini telah mengalami
penurunan beberapa kualitas ekologis karena kondisinya yang terbengkalai,
tidak

terpelihara

dan

dimanfaatkan

dengan

cara

yang

kurang

tepat.

Pengembangan kawasan harus memperhatikan kondisi ekologisnya sehingga
keunikan ekosistem kawasan dapat dipertahankan dan mungkin dapat diperbaiki.
Ekosistem gambut yang berada di Kota Sintang merupakan ekosistem
yang unik. Kawasan ini memiliki karakteristik yang berbeda dengan ekosistem
lain baik secara fisik maupun kimianya sehingga memungkinkan ekosistem ini
dihuni oleh spesies-spesies endemik, baik flora maupun fauna. Keunikan
ekosistem kawasan gambut merupakan potensi objek dan daya tarik ekowisata.
Dalam beberapa kasus, ancaman yang lebih serius untuk lahan basah
secara umum ditimbulkan oleh pengembangan pariwisata terkait dan perubahan
penggunaan lahan di lahan yang berdekatan dengan kawasan. Ini termasuk
ancaman terhadap hidrologi lahan dan kualitas air akibat drainase atau aktivitas
penimbunan tanah di areal yang berdekatan untuk pembangunan jalan,

7

bangunan, dan tempat parkir. Oleh karena itu, diperlukan analisis terhadap
RTRW Kota dalam kaitannya dengan pengembangan kawasan. Dengan dmikian,
dapat diketahui arah kebijakan pemerintah daerah mengenai penggunaan lahan
di sekitar kawasan yang dapat mempengaruhi keberlanjutan kawasan. Demikian
juga halnya dengan kondisi masyarakat kota yang berada di sekitar kawasan.

Kawasan Gambut Baning di Kota Sintang

Kondisi Ekologis Kawasan
Gambut

Potensi Objek dan
Daya Tarik Ekowisata

Potensi Visual
Kawasan

Pengendali
perencanaan

Zona Kealamian Kawasan
Gambut

Zona Optimalisasi Potensi Kawasan
Ekowisata

Kebijakan Penataan Ruang
Kota (RTRW) untuk
Penyesuaian Perencanaan

Dukungan Masyarakat

Zonasi Ekowisata

Konsep Pengembangan Ekowisata

Rencana Lanskap Kawasan Ekowisata Gambut Baning di Kota Sintang
Gambar 1 Alur dan kerangka pikir penelitian.
Batasan Istilah
Ekowisata adalah suatu bentuk perjalanan wisata ke area alami yang
dilakukan

dengan

tujuan

mengkonservasi

lingkungan

dan

melestarikan

kehidupan dan kesejahteraan penduduk setempat (The International Ecotourism
Society 2000).

8

Gambut adalah lahan basah yang ekosistemnya ditandai dengan
akumulasi bahan organik (gambut) yang berasal dari bahan tanaman mati dan
membusuk pada kondisi jenuh air (tergenang air) yang penggenangannya dapat
bersifat musiman ataupun permanen dan ditumbuhi oleh tumbuhan (vegetasi)
(Barchia 2006).
Lahan basah (wetlands) adalah wilayah-wilayah di mana tanahnya jenuh
dengan air, baik bersifat permanen (menetap) atau musiman. Wilayah-wilayah itu
sebagian atau seluruhnya terkadang tergenangi oleh lapisan air yang dangkal.
Lanskap adalah bentang alam yang memiliki karakteristik tertentu, dapat
dinikmati oleh indera manusia, karakter tersebut menyatu dengan harmonis dan
alami antara komponen-komponennya (Simonds dan Starke 2006).
Objek dan daya tarik wisata adalah potensi yang menjadi pendorong
kehadiran wisatawan ke suatu daerah tujuan wisata.
Perencanaan adalah menetapkan suatu tujuan setelah memperhatikan
pembatas internal dan pengaruh eksternal, memilih, serta menetapkan langkahlangkah untuk mencapai tujuan tersebut.
Perencanaan lanskap adalah penyesuaian antara lanskap dan program
yang

akan

dikembangkan

untuk

menjaga

kelestarian

ekosistem

dan

pemandangan lanskap sehingga mencapai penggunaan terbaik. Proses
perencanaan yang baik harus merupakan suatu proses yang dinamis, saling
terkait dan saling menunjang (Gold 1980).
Tools (alat) adalah seperangkat instrumen untuk mempermudah suatu
pekerjaan. Tools dalam penelitian ini berupa Sistem Informasi Geografis (SIG)
dengan software ArcView GIS 3.2, Analytical Hierarchy Process (AHP), dan
Scenic Beauty Estimation (SBE).
Wisata adalah suatu pergerakan temporal manusia menuju tempat selain
dari tempat biasa mereka tinggal dan bekerja, yang selama mereka tinggal di
tujuan tersebut mereka melakukan kegiatan, dan diciptakan fasilitas untuk
mengakomodasi kebutuhan mereka (Gunn 1994).
Zonasi adalah pembagian atau pemecahan suatu areal menjadi beberapa
bagian, sesuai dengan fungsi dan tujuan pengelolaan.
Preservasi lanskap adalah usaha untuk melindungi lanskap yang
mempunyai nilai penting baik yang bersifat ekologis maupun kultural tetap tanpa
pembaharuan dan dampak negatif yang membahayakan ekosistemnya.

9

Konservasi lanskap adalah usaha untuk melestarikan lanskap secara
alami

yang

dapat

mengalami

perkembangan

dengan

adanya

aspirasi

masyarakat.
Rehabilitasi lanskap adalah usaha untuk mengembalikan ekosistem suatu
lanskap ke bentuk aslinya.

TINJAUAN PUSTAKA

Lahan Gambut sebagai Lahan Basah
Lahan basah (wetlands) adalah wilayah-wilayah yang tanahnya jenuh
dengan air, baik bersifat permanen (menetap) atau musiman. Wilayah-wilayah itu
sebagian atau seluruhnya terkadang tergenangi oleh lapisan air yang dangkal.
Digolongkan ke dalam lahan basah ini, di antaranya, adalah rawa-rawa
(termasuk rawa bakau), paya, dan gambut. Air yang menggenangi lahan basah
dapat tergolong ke dalam air tawar, payau, atau asin.
Gambut terbentuk oleh lingkungan yang khas, yaitu rawa atau suasana
genangan yang terjadi hampir sepanjang tahun. Kondisi langka udara (anaerob)
akibat keadaan hidro-topografi berupa genangan, ayunan pasang surut, atau
keadaan yang selalu basah telah mencegah aktivitas mikro-organisme yang
diperlukan dalam perombakan. Dengan kata lain, pada kondisi ini laju
penimbunan bahan organik lebih besar daripada mineralisasinya (Noor 2001).
Gambut merupakan ekosistem alami penting dengan nilai tinggi untuk
konservasi keanekaragaman hayati, regulasi iklim, dan kesejahteraan manusia.
Dinamika gambut sangat sensitif terhadap perubahan siklus hidrologi. Jika
dilakukan drainase atau reklamasi, gambut berangsur-angsur akan menyusut
dan mengalami subsiden/amblas, yaitu penurunan permukaan tanah. Kondisi ini
disebabkan oleh proses pematangan gambut dan berkurangnya kandungan air.
Menurut Barchia (2006) laju subsiden juga sangat dipengaruhi oleh ketebalan
gambut, pada gambut dalam laju subsiden akan lebih besar dari pada gambut
sedang dan gambut dangkal.
Gambut dikategorikan sebagai freshwater wetlands yang terbentuk pada
kondisi palustrin. Widjaya-Adhi (1988) diacu dalam Barchia (2006) menjelaskan
karakteristik gambut, yaitu
1) mempunyai kandungan bahan organik tinggi (>85 persen);
2) mengandung C-organik 12-18 persen bergantung pada fraksi liat;
3) ketebalan gambut >40 cm jika kerapatan isinya >0.1 g/cm3 atau >60 cm jika
kerapatan isinya 0,1 g/cm3;
4) berdasarkan ketebalan gambut dapat dibagi 4, yaitu a) gambut dangkal (50100 cm), b) gambut sedang (100-200 cm), c) gambut dalam (200-300 cm),
dan d) gambut sangat dalam (>300 cm);

12

5) berdasarkan kandungan serat, gambut dibedakan atas a) fibrik, kadar serat
2/3 volume dikategorikan sebagai bahan gambut yang dekomposisinya belum
sempurna,

b)

saprik,

tingkat

dekomposisinya

paling

sempurna

dan

mengandung serat