Kesesuaian wilayah perairan untuk perikanan tangkap berkelanjutan di kawasan konservasi laut (KKL) Berau

/?J
L. \

k

KESESUAIAN WILAYAH PERAIRAN UNTUK PERIKANAN TANGKAP
BERKELANJUTAN DI KAWASAN KONSERVASI LAUT ( KKL )
BERAU

AND1 RUSANDI

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2009

ABSTRACT
ANDl RUSANDI. Study on the suitability of woter areas within Berau Marine
ConservationArea for sustainable capturefnheries.
Supervised by DANIEL R MONLVTJA ond MULYONO S BASKORO
The objectives of this research are : 1)to reveal the suitability of marine

conservation area in Berau for sustainable capture fisheries, 2) to formulate a
policy on the use of environmentalfrend&fishing gear as a part of sustainable
marine management strategv.
This research used the Geographical Information Systemfor analyzing the
suitability offishing ground and Analytical Hierarchy Process for determining
environmentalfriendlyfishinggear.
Sea surfme temperature, chlorophyll, salinity and analysis on bathymetry
indicated that the suitable fishing ground of pelagic fishes located at the of
estuary of Berau river and around Karang Besar.
The waters between Kakaban and Maratua island and around Karang
Gosongan are suitable for pelagic fishing ground. The suitable for demersal
fishing ground are in the estuary of Berm river, in the south part of coral reef
area between K m g Besar and Manimbora island, and in the waters around
Bilangan-bilangan island. The area around Payang island is also suitable one
for fishing ground targeting grouper (kerapu) and red snapper (koknp merah).
However rhe existence of shark and dugong in rhe waters, indicated thai this area
should not be allocated the fishing ground for such fishes. The research also
revealed the existence of 14 fuhing gears in Berau Marine Conservation Area
(MCA). The most environmental friendly fishing gear for pelagic f i h are the
handline (pancing ladung), trolling (pancing tonda), and Longline (rawai), while

for demersal fish are the handline @ancing ladung),trolling (jmncing rondo),
spearfishing @annh ikmt), gillnet oaring insang), lobster trap (jerot udang), and
trap (bubu).
Key words: suitable area, environmental friendly fishing
conservation area. Berau

gear, marine

AND1 RUSANDL Kesesuaian Wilayah Perairan untuk Perikanau Tangkap
Berkelanjutan di Kawasan Konsewasi Laut @UU)Berau. Dibimbing oleh
DANIEL R MONINTJA dan MULYONO S.BASKORO.
Kawasan Konsemasi laut (KKL) Berau adalah salah satu kawasan
konservasi laut yang terbesar yang telah diinisiasi oleh Pemerintah Daerah
Kabupaten Berau melalui Peraturan Bupati No 31 tahun 2005 tanggal 27
Desember 2005.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) No. 60 tahun 2007 tentang
Konservasi Sumberdaya Ikan (KSDI) bahwa suatu kawasan kdnservasi laut terdiri
dari zona inti, zona perikanan berkelanjutan, zona pemanfaatan, dan zona lainnya
yang masih dianggap perlu. Zona perikanan berkelanjutan yang dimaksud disini
adalah suatu zona yang diharapkan dapat mengakomodir kepentingan perikanan

budidaya dan perikanan tangkap. Perikanan tangkap hiigga saat ini masih
mempunyai peran penting terutama dalam mendukung pemanfaatan sumberdaya
ikan yang berkelanjutan oleh masyarakat pesisir.
Di dalam pengelolaan kawasan konservasi laut Berau diperlukan informasi
wilayah-wilayah tangkapan ikan yang berkelanjutan dan tidak mengganggu
wilayah migrasi biota perairan langka dan dilindungi, oleh kaenanya penelitian
ini bertujuan untuk: 1) mengetahui kesesuaian wilayah perairan di Kawasan
Konse~asiLaut Berau untuk wilayah perikanan tangkap, 2) menyusun kebijakan
penggunaan alat tangkap yang ramah lingkungan sebagai bagian dari shategi
pengelolaan wilayah perikanan tangkap secara berkelanjutan.
Untuk mencapai tujuan tersehut, pada penelitian ini digunakan metoda
Sistem Informasi Geografis (SIG) untuk menganalisis kesesuaian wilayah
penangkapan ikan dan metode Proses Hirarki Analitik (PHA) untuk penentuan
alat tangkap ramah lingkungan.
Dari hasil overlay parameter suhu, khlorofil, salinitas, dan kedalaman
perairan diketahui bahwa daerah yang sesuai untuk penangkapan ikan pelagis
terutama untuk ikan-ikan kernbung, tongkol dan teri berada di luar muara Sungai
Berau dan di sekitar Karang Besar. Perairan di antara P. Kakaban dan P. Maratua,
serta perairan di sekitar Karang Gosongan juga m e ~ p a k a nperairan yang sangat
sesuai untuk ikan-ikan pelagis.

Wilayah perairan yang sangat sesuai untuk penangkapan ikan demersal
temtama ikan-ikan jenis kerapu, kuwe dan kakap adalah di muara Sungai Berau,
perairan karang bagian selatan yaitu di antara Karang Besar dan P. Manimbora,
serta perairan di sekitar P. Bilang-hilangan. Perairan di sekitar P. Panjang juga
m e ~ p a k a nwilayah yang sangat sesuai bagi penangkapan ikan demersal, seperti
kerapu dan ikan merah, namun karena di perairan tersehut juge ada hiu dan
duyung, maka perairan tersebut sebaiknya tidak d i j a d i i zona penangkapan ikan.
Dari 14 jenis alat tangkap yang digunakan di Kawasan Kollse~asiLaut
Berau, dihuat rangking skor alat mulai dari yang paling ramah hiigga yang paling
tidak ramah. Tujuh jenis alat tangkap yang termasuk dalam alat tangkap yang
teridentifikasi di KKL Berau berdasarkan hasil analisis hierarki alat tangkap yang
ramah ligkungan diketahui bahwa alat tangkap yang ramah lingkungan untuk
ikan pelagis adalah jenis pancing ladung, pancing tonda, dan rawaillongline. Alat

tangkap yang ramah lingkungan untuk ikan demersal adalah jenis pancing ladung,
pancing tonda, panah ikan, jaring insang, jerat udang, dan bubu.
Beberapa jenis dari alat tangkap yang digunakan di KKL Berau, temyata bersifat
tidak ramah lingkungan, seperti jaring gondronglrengge, bagan apung, pukat
cinch, hampandsero, alat laidpotas, mini trawl, trawl.
Dari hasil tumpangsusun sebaran alat tangkap dengan peta hasil analisis

kesesuaian untuk wilayah tangkapan ikan demersal maupun wilayah tangkapan
ikan pelagis, banyak ditemukan alat tangkap pelagis yang digunakan di wilayah
yang sangat sesuai untuk ikan demersal. Hal ini mungkin terjadi karena kapalkapal nelayan yang ada di KKL Berau adalah kapal-kapal bertonase kecil, yang
tidak mampu menjangkau daerah yang jauh/pemim yang dalam. Beberapa alat
tangkap yang tidak ramah lingkungan juga masih ditemukan di wilayah yang
seharusnya menjadi zona inti, oleh karenanya untuk mengelola perikanan tangkap
berkelanjutan di kawasan KKL Berau perlu didukung dengan legalitas hukum dari
pemerintah daerah Kabupaten Berau, terutama yang terkait dengan ijin
penggunaan alat tangkap.

Kata kunci :kawasan konsewasi laut, berau, kesesuaian wilayah, alat
penangkapan ikan ramah lingkungan, perikanan tangkap, ikan
pelagis, ikan demersal

O Hak cipta milik Institut Pertaniaa Bogor, tahun 2009

Hak cipta diiindungi Undang-undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa
mencantumkan atau menyebutkan sumbemya. Pengutipan hanya untuk
kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah,

penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah;
Pengutipan tidak me~gikankepentingan yang wajar IF'B
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau selumh
karya tulis dalam bentuk apapun tanpa izin IPB

KESESUAIAN WILAYAH PERAIRAN UNTUK PERIKANAN TANGKAP
BERKELANJUTAN DI KAWASAN KONSERVASI LAUT ( KKL )
BERAU

AND1 RUSANDI

Tesis
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains pa&
Program Studi Teknologi Kelautan

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2009


LEMBAR PENGESAHAN

Judul Tesis

Kesesuaian Wilayah Perairan untuk Perikanan Tangkap
Berkelanjutan di Kawasan Konservasi Laut (KKL) Berau.
Nama Mahasiswa
: AndlRusandi
Nomor M
uk Mahasiswa : C 551040174
Program Studi
: Teknologi Kelautan
:

Disetujui,

7

Prof. Dr. Ir.Danie1 R Monintia

Ketua

Prof. Dr. Ir. Mulyono S Baskoro, M.Sc
AW33Jta

Program Studi Telcnologi Kelautan

Tanggal Ujian : 29 April 2009

Tanggal Lulus : 2 2 JUL 2009

PRAKATA
Puji Syukur disampaikan kehadirat Allah SWT, yang senantiasa melimpahkan rahmat
dan ksuunia-Nya sehigga penulis dapat menyelesaikan tesis ini. Tesis ini merupakan hasil
penelitian di Kawasan Konservasi Laut (KKL)Berau di Kabupaten Berau Kalimantan T i .
Judul Tesis ini adalah "Kesesuaian Wilayah Perairan untuk Perikanan Tangkap Berkelanjutan
di Kawasan Konservasi Laut (KKL) Berau", yang disusun sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Magister %is pada Sub Program Studi Perencanam Pembangunan
Kelautan dan Perikanan, Program Studi Teknologi Kelautan, Sekolah Pascasarjana, Institut
Pertanian Bogor.

Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besamya kepada:
1.

Bapak Prof. Dr. Ir. Daniel R. Monintja selaku Ketua Komisi dan Bapak Prof. Dr. Ir.
Mulyono S. Baskoro, MSc selaku Anggota Komisi.

2.

Bapak Dr. Ir. Budy Wiryawan, M.Sc, yang telah banyak memberikan arahan, masukan
dan partner diskusi yang pada akhimya berkenan pula menjadi dosen penguji luar komisi
pada sidang pasca sarjana penulis.

3.

Bapak Prof. Ir. Widi A. Pratikto, MSc.,PhD., Sekretaris Jenderal Departemen Kelautan
dan Perikanan yang pada tahun 2004 sebagai D i k t u r Jenderal Pesisir dan Pulau-pulau
Kecil (P3K) DKP yang telah berkenan memberikan ijin belajar

4.


Ibu Ir. Ida Kusuma W., Direktur Pesisir dan Lautan Ditjen KP3K yang pada tahun 2004
sebagai Kepala Bagian Program Ditjen KP3K DKP yang telah memberikan dukungan
untuk sekolah pasca sarjana di IPB

5.

Bapak Ir. Agus Dennawan, MSi., Diiktur Konservasi dan Taman Nasional Laut Ditjen
KP3K yang telah memberikan dukungan terns menerus untuk menyelesaikan p e n d i d i
di pasca sajana di JPB

6.

Mohamad Jen, A.Pi., Kepala Seksi Pengawasan dan Pengendalian Sumberdaya Kelautan
dan Perikanan D i Kelautan dan Perikanan Kabupaten B e r n dan Sonny
TasidjawqSIK., Bio-Monitoring Ofiicer Sekretariat Bersama Bemu yang senantiasa
menjadi partner diskusi sejak tahun 2004 hingga penyelesaian tesis ini baik langsung
mapun lewat telepon dan email.

7.


Rekan-rekan di Sekretariat Bersama (Joint Program) Berau dan rekan-rekan Dinas
Kelautan dan Perilcanan Berau yang telah berkenan berbagi data dan informasi mengenai

KKL Berau

8.

Nirmalasari Idha Wijaya, SPi, MSi yang selalu menjadi teman diskusi dalam
penyelesaian tesis hi, juga teman-teman laimya Yessi Gardenia, SPi.,MSi. dan Ika
Wahyuningrum, SPi,.MSi.

9.

Program COREMAP I1 yang telah memberikan bantuan penelitian melalui program
beasiswa

10.

Khususnya istriku Ria Kodariah, yang senantiam setia menemani, memberikan doa,
semangat dan dorongan, serta anak-anakku yang telah memberikan motivasi dalam
penyelesaian studi hi, juga

kakak, adik-adikku yang telah memberikan doa serta

dukungan yang tak pemah surut.
11.

Rekan-rekan Mahasiswa Program TKL Sub Program Studi PPKP angkatan 200412005
dan angkatan 200512006, dan semua pihak yang tak tersebutkan satu persatu.
Penulis menyadari kesempumaan masih belum dapat tempi dalarn tesis h i sehingga

kritik dan saran sangat penulis harapkan demi kesempumaannya. Semoga tesis ini dapat
bermanfaat berbagai pihak khususnya bagi masyarakat pesisu Kabupaten Berau.

Bogor, April 2009

Andi Rusandi

RIWAYAT EIIDI.JP
Penulis dilahirkan di Bogor, Jawa Barat pada tanggal 13 Juli 1962 sebagai anak kedua
dari empat bersaudara dari pasangan Bapak H. Rubardi Martasasmita (Alm) dan Ibu Hj.
Domirah (Alm). P e n d i d i i S-1 diselesaikan tahun 1987 di Institut Pertanian Bogor Fakuitas
Perikanan, Jurusan Sosial Ekonomi Perikanan.
Penulis mulai bekerja di Sub Balai Konsewasi Sumberdaya Alam Pangandaran
Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Pelestarian Alam pada tahun 1990. Selanjutnya
berturut-turut bekerja di Sub Balai Konservasi Sumberdaya Alam DKI Jakarta, Balai Taman
Nasional Kepulauan Seribu Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam
(Ditjen PHKA) Departemen Kehutanan. Pada tahun 2003, penulis mendapat kesempatan
bekerja di Diktorat Jenderal Pesisir dan Pulau-pulau Kecil (Ditjen P3K) Departemen
Kelautan dan Perikanan (DKP) sebagai Kepala Sub bagian Program Ditjen P3K dan
selanjutnya sebagai Kepala Seksi Konsewasi Kawasan pada Direktorat Konservasi dan
Taman Nasional Laut (Dit. KTNL) D i k t o r a t Jenderal Kelautan Pesisir dan Pulau-pulau
Kecil (Ditjen KP3K) dan sejak awal Januari 2009 penulis mendapat tugas menjadi Kepala
Balai Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Laut Pontianak yang wilayah kerjanya meliputi
seluruh provinsi dan kabupatenlkota Kalimantan.
Pada tahun 2004 penulis berkesempatan untuk melanjutkan pendidikan pada Program
Pascasarjana di Institut Pertanian Bogor. Penulis memilih Program Studi Teknologi Kelautan.

...

DAFTAR IS1

Halaman
DAFTAR TABEL............................................................................................................. xiv
DAFTAR GAMBAR............................................................................................................ xv
DAFTAR LAMPIRAN........................................................................................................

xvi

1 PENDAHULUAN..............................................................................................................1
1.1 Latar Belakang..................................................................................................1
1.2 Perurnusan Masalah ................................................................................................. 6
..
1.3 Tujuan Penel~tlan.....................................................................................................
.. ................................................................................................... 77
1.4 Manfaat Penel~t~an
1.5 Kerangka Pemikiran ................................................................................................ 7
2 TINJAUAN PUSTAKA..................................................................................................... 9
2.1 Kawasan Konservasi Laut (KKL) .......................................................................... 9
2.2 Kawasan Konsewasi Laut Berau .......................................................................... 13
2.3 Usaha Perikanan Tangkap ..................................................................................... 16
2.4 Perikanan Tangkap Berkelanjutan........................................................................ 17
2.5 Pemanfaatan Teknologi Pengindraan Jauh dan Sistem Informasi Geografis........24
2.5.1 Peneindraan
. .iauh (INDRAJA) satelit ........................................................ 24
2.5.2 Sistem informasi geogratis (SIG) .............................................................. 25
2.6 Proses H i i AnalitikIPHA (Analytical Hiermchy Process/AHP) ..................... 27
3. METODOLOGI...............................................................................................................
. . ................................................................................. 30
3.1 Lokasi dan Waktu Penel~t~an
30
3.2 Bahan dan Alat ......................................................................................................31
3.3 Metode Pengumpulan Data ...................................................................................
32
...........................................................................
34
Pengumpulan
citra
satelit
3.3.1
3.3.2 Pengumpulan data posisi dan hasil tangkapan .......................................... 34
3.4 Metode Pengolahan Data .......................................................................................34
3.4.1 Pengolahan citra satelit .............................................................................. 34
3.4.2 Pengolahan spasial................................................................................. 34
3.5 Analisis Data.......................................................................................................... 35
3.5.1 Analisis spasial .......................................................................................... 35
3.5.2 Analisis kesesuaian lahan daerah penangkapan ikan ................................38
3.5.3 Stnttegi pengelolaan wilayah perikanan tangkap ...................................... 43
3.5.4 Hierarki penentuan kebijakan penggunaan alat tangkap ........................... 44

4 HASIL PENELITIAN...................................................................................................... 51
4.1 Keadaan Umum ..................................................................................................... 51
4.1.1 Kondisi gwgrafis dan administratif .......................................................... 51
4.1.2 Parameter oseanografi ............................................................................... 54

Suhu air laut ................................................................................... 55
Salinitas air laut ............................................................................. 55
Khlorofil- a ....................................................................................56
Kondisi arus laut ............................................................................ 56
. .Kedalaman perairan ....................................................................... 58
4.1.3 Kondis~ekosistem...................................................................................... 61
4.1.3.1 Ekosistem mangrove...................................................................... 61
4.1.3.2 Ekosistem tenunbu karang ............................................................62
4.1.3.3 Ekosistem padang lamun ............................................................... 63
4.1.4 Kondisi sosial budaya masyarakat............................................................. 66
Kegiatan P e r i i a n Tangkap................................................................................. 68
4.2.1 Jenis alat penangkapan ikan ...................................................................... 69
4.2.2 Nelayan ...................................................................................................... 76
42.3 Metode penangkapan ikan .........................................................................
81
4.2.4 Hasil tangkapan ikan ................................................................................. 81
4.2.5 Sebaran spasial daerah penangkapan ikan ................................................. 84
4.1.2.1
4.122
4.1.2.3
4.1.2.4
4.1.2.5

4.2

5 PEMBAHASAN......................................................................................................... 88
5.1 Zonasi Kesesuaian Wilayah Perairan untuk Perikanan Tangkap ..........................88
5.1.1 Kesesuaian wilayah penangkapan ikan pelagis ......................................... 89
5.1.2 Kesesuaian wilayah penangkapan ikan demersal ...................................... 89
5.2 Hierarki Pemilihan ~ l a i ~ & g k&ah
a ~ Lingkungan ......................................... 92
5.2.1 Selektivitas alat tangkap ............................................................................
95
5.2.2 Pemanfaatan berkelanjutan ........................................................................ 96
5.2.3 Tidak berdampak pada ekosistem......................................................... 96
5.2.4 Kemudahan pengoperasian ........................................................................96
5.2.5
Aman bagi nelayan .................................................................................... 97
5.2.6 Tidak menimbulkan pencemaran............................................................... 97
5.2.7 Produksi yang berkualitas tinggi ............................................................... 98
5.2.8 Aman bagi konsumen ................................................................................ 98
5.2.9 Menguntungkan bagi nelayan.................................................................... 98
5.2.10 Penenmaan masyarakat nelayan................................................................ 98
5.2.1 1 Legalitas kegiatan penangkapan ................................................................ 99
5.3 Penggunaan Alat Tangkap untuk Mendukung Pengelolaan Wilayah
Perikanan Berkelanjutan .......................................................................................
99
5.4 Rekomendasi Pengelolaaan Wilayah Penangkapan Berkelanjutan.....................100
6 KESIMPULAN ..............................................................................................................103
6.1 Kesimpulan..........................................................................................................
103
104
6.2 Saran ....................................................................................................................

DAFTm PUSTAKA...........................................................................................................

105

LAMPIRAN....................................................................................................................

1 1

1

Jenis dan sumber data yang dibutuhkan &lam analisis kesesuaian wilayah perairan
untuk perikanan tangkap di Kawasan Konservasi Laut (KKL) Berau Kalimantan
Timur.............................................................................................................................32
.

.

2 Kriteria kesesuaian wilayah perairan yang mengindikasikan keberadaan ikan pelagis
terutama jenis ikan kembung, tongkol dan teri............................................................. 41
3 Kriteria kesesuaian wilayah perairan yang m e n g i n d i i i keberadaan ikan
demersal terutama jenis ikan kerapu, kuwe dan kakap..................................................43
4 Matrik berbanding berpasangan.....................................................................................
48
5 Skor penetapan prioritas &lam PHA ........................................................ 49
6 Nama dan luas pulau-pulau kecil dalam KKL Berau.....................................................

53

7 Komposisi penutupan karang di perairan utara KKL Berau .......................................... 63
8 Komposisi penutupan karang di perairan selatan KKL Berau ....................................... 63

9 Nama kecamatan. kampung dan jumlah penduduk di KKL Berau................................ 66
10 Jenis dan jumlah alat tangkap bulan Februari .
Juni 2005 ............................................. 69

11 Jenis dan jumlah alat tangkap bulan Juli 2005 .Februari 2006..................................... 70
12 Hasil tangkapan ikan pelagis di peraim KKL Berau.................................................... 82
13 Hasil tangkapan ikan demersal di perairan KKL Berau................................................. 83

14 Matriks prioritas kriteria dalam mencapai tujuan penentuan jenis alat tangkap
yang ramah ligkungan..................................................................................................

93

15 Matriks ranking jenis alat tangkap yang ramah lingkungan........................................... 94

DAFrAR GAMBAR
Halaman
1

Kerangka pemikiran .................................................................................. 8

2

Peta lokasi penelitian

4

Hasil dari analisis diagram Voronoi

..................................................................................................31

6

........................................................................... 36
Tampilan hasil analisis jalur pada sekumpulan titik .................................................... 36
..
Hasil buffer pada unsur ttt~kdan garis ......................................................................... 37

7

Tampilan analisis tumpang susun (overloy)................................................................ 38

8

Diagram h i i i analisis penentuan jenis alat tangkap yang ramah lingkungan
dan sesuai untuk digunakan di zona perikanan belkelanjutan perairan KKL
Berau...........................................................................................................................

5

50

Rata-rata sebaran suhu permukaan laut KKL Berau .................................................... 55

9

10 Rata-rata sebaran khlorofil- a KKL Berau ................................................................... 57
11 Kedalaman laut di perairan KKL Berau..................................................... 58

12 Citra NOAA-AVHRR penyebaran suhu bulan Januari-Desember 2006......................59

13 Citra TERRA-MODIS penyebaran klorofil bulan Januari-Desember 2006.........
14 Sebaran pancing.........................................................
15

60

................................. 77
. .
Sebaran pukat dan pukat clncln ....................................................................................78
-.--

..

16 Sebaran trawl dan mlnl trawl ........................................................................................

79

17 Sebaran rengge dan jerat udang .................................................................................... 80
18 Grafik hasil tangkapan ikan pelagis di perairan KKL Berau......................................... 83
19 Grafik hasii tangkapan ikan demersal di perairan KKL Berau .....................................84
20 Sebaran keberadaan ikan lumba-lumba dan hiu ............................................................ 85
-~
~

~

~-

~

~~

~

~

~~

21 Sebaran daerah penangkapan biota yang dilindungi
22

~~~~

~

~

~

....................................................86

Sebaran daerah penangkapan ikan ekonomis penting .................................................87

~~-

23

Kesesuaian wilayah penangkapan ikan pelagis di KKL Berau ................................... 90

24

Kesesuaian wilayah penangkapan ikan demersal di KKL Berau ................................ 91

25

Tampilan kriteria dan sub-kriteria dalam penentuanjenis alat tangkap nunah
Lingkungan pada sofiware expert choice 2000 ..................................................

26

........ 95

:

Rencana zonasi wilayah perikanan tangkap berkelanjutan di KKL Berau ............... 102

Halaman
1

Data hasil tangkapan ikan 5 tahun

.......................................................................

..........................................
Grafik sensitivitas penentuan alat tangkap ramah lingkungan.....................................

112

2 Data tokoh kunci sebagai responden expert judgement

114

3

115

4 Kuesioner proses hierarki analisis (F'H.4)

.............................................................. 116

5 Alatalat penangkapan ikan ..................................................................................

121

1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Indonesia adalah negara kepulauan yang memiliki luas laut lebih besar
dibanding luas daratan. Jumlah pulau di negam ini sebanyak 17.504 pulau dengan
panjang garis pantai 95.181 km. Total luas wilayah perairan laut 5,8 juta km2
yang terdiri dari 3,l juta km2 perairan teritorial dan 2,7 juta km2 Zona Ekonomi
Eksklusif. Luas perairan laut ini mencapai 75 % dari luas teritori Negara Kesatuan
Republik Indonesia (DKP 2005).
Wilayah laut Indonesia yang terletak pada garis khatulistiwa terkenal
memiliki kekayaan dan keanekaragaman sumberdaya alam. Hasil beberapa pakar
menunjukan bahwa keanekaragaman hayati Indonesia antara lain 15 spesies
lamun (Hoeksema 2007), 550 spesies reef building corals (Roberts et al. 2002),
45 spesies mangrove (Burke et al. 2002), lebih dari 40 spesies Mwrrom coral
(Hoeksema 2007), 30 spesies marine mammals (Jefferson 1993) dan 2.122 spesies

reef$shes (Allen 2007).
Sumberdaya kelautan merupakan salah satu kekayaan alam yang banyak
dimanfaatkan oleh masyarakat, namun pemanfaatan sumberdaya tersebut sampai
saat ini kurang memperhatikan kelestariannya. Akibatnya terjadi penumnan
fungsi, kualitas serta keanekaragaman hayati yang ada. Dalam menjaga
kelestarian sumberdaya kelautan di Indonesia, diperlukan suatu desain
pengelolaan yang komprehensif. Desain pengeloiaan ini diharapkan dapat
menyatukan beberapa kebijakan yang ada sehingga dapat mengakomodasikan
kebutuhan masyarakat. Desain pengelolaan tersebut adalah menyisihkan lokasilokasi yang memiliki potensi keanekaragaman jenis tumbuhan dan biota laut,
gejala alam dan keunikan, serta ekosistemnya menjadi kawasan konservasi laut

(KKL). Melalui KKL diharapkan upaya perlindungan terhadap sistem penyangga
kehidupan, pengawetan sumber plasma nutfah dan ekosistemnya, serta
pemanfaatan sumberdaya alam kelautan secara lestari dapat tenvujud, karena di
dalam kawasan konsewasi juga menyediakan daerah penangkapan ikan yang
hams dikelola pemanfaatannya sehingga dapat tejamin kelestariannya.

Daerah penangkapan ikan Cfishing ground) adalah suatu wilayah dimana
ikan-ikan biasa berkumpul dan merupakan target para nelayan untuk menangkap
ikan karena selain lokasi sumberdaya ikan, wilayah tersebut dianggap aman untuk
pengoperasian suatu alat tangkap dan tidak membahayakan bagi nelayan.
Kondisifishing ground sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya
faktor lingkungan yang mencakup, suhu, sariitas, upwelling dan adanya
pertemuan arus panas dengan arus dingin. Selain itu jenis substrat dari dasar
perairan akan mempengaruhi keberadaan sumberdaya ikan. Faktor biologi antara
lain berkorelasi dengan kelimpahan plankton pada suatu wilayah tertentu. Ikanikan target yang akan ditangkap jumlahnya masih menguntungkan usaha
penangkapan ikan.
Sumberdaya ikan bersifat dapat pulihldiperbaharui (renewable resources),
karena sumberdaya tersebut memiliki kemampuan regenerasi secara biologis.
Apabila tidak dikelola secara hati-hati dan menyeluruh, kegiatan penangkapan
ikan akan mengarah kepada eksploitasi yang tidak terkontrol dan akan
mengancam keberlanjutan sumberdaya ikan. Salah satu upaya yang hams
dilakukan adalah pemanfaatan potensi sumberdaya ikan yang berkelanjutan secara
seimbang dengan usaha konsewasi sehingga kelestarian dapat terus terjaga

(sustainable). Hal ini sejalan dengan yang telah dicanangkan oleh F A 0 (1995)
dalam Code of Conduct for Responsible Fisheries yang menyatakan bahwa

'States and users of aquatic ecosystems should minimize waste, catch of nontarget spesies, both fsh and non-fsh spesies, and impacts on associated or
dependent spesies

"

Pengelolaan daerah penangkapan ikan yang berkelanjutan mengacu kepada

Code of Conduct for responsible Fisheries dimana pengelolaan hams melalui
kebijakan, hukum, dan kerangka kelembagaan yang tepat dengan mengadopsi
langkah-langkah untuk pemanfaatan yang berkelanjutan, langkah-langkah
dimaksud, adalah :
(1) Menghindari penangkapan ikan melebihi potensi lestarinya

(2) Mendukung industri perikanan yang bertanggungjawab

(3) Memperhatikan kepentingan nelayan kecil
(4) Melindungi dan mengkonsewasi keanekaragaman hayati yang terancam

punah

(5) Memfasilitasi pemulihan stok ikan yang sudah mulai kurang
(6) Mengkaji dan memperbaiki dampak negatif akibat aktivitas manusia

(7) Meminimalkan dampak negatif seperti pencemaran limbah, besamya hasil
tangkapan sampingan (by catch) dengan menggunakan alat tangkap yang
selektif, efisien dan ramah lingkungan.
Menurut Sembiring dan Husbani (1999) kawasan konservasi laut memiliki

peran clan arti penting dalam kehidupan, karena memiliki nilai-nilai nyata dan
instrinsik yang tidak terhingga, seperti nilai ekologi, ekonomi, sosial, dan
sebagainya. Kawasan konservasi laut sebagai perwakilan tipe ekosistem dan
keanekaragaman jenis biota laut, keutuhan sumber plasma nutfah, keseimbangan
ekosistem telah memberikan kontribusi yang jelas bagi kehidupan manusia dalam
bentuk kepentingan ekonomi, ekologis, estetika, pendidikan, penelitian, biologi
dan mainan masa depan permawan 2007).
Kabupaten Berau merupakan salah satu daerah yang memiliki potensi
sumberdaya pesisir dan laut yang tinggi dan beragam di Indonesia, sehingga
masuk dalam Sulrr Sulawesi Marine Ecoregion (SSME) yang dikelola 3 negara
yakni Indonesia, Malaysia dan Philipine. Bahkan saat ini, Kabupaten Berau
menjadi salah satu lokasi Coral Triangle lnisiafive (CTI) yang akan
dikerjasamakan oleh 6 negara yakni, Indonesia, Malaysia, Philipina, Papua New
Guinea, Solomon Islands dan Timor Leste.
Keanekaragaman hayati laut Berau adalah tertinggi kedua di Indonesia
setelah Raja Ampat dan ketiga di dunia. Hutan mangrove ditemukan di sepanjang
daerah pesisir di KKL Berau sebanyak 26 jenis. Sejumlah pulau-pulau kecil dan
ekosistem padang lamun juga terdapat di daerah ini. Beberapa spesies yang
dilindungi dapat ditemukan seperti penyu, paus, lumba-lumba, duyung dan
beberapa spesies lainnya. Perairan Berau dikenal sebagai wilayah yang memiliki
habitat penyu hijau terbesar di Indonesia. Selain itu, potensi perikanan dan
pariwisatanya masih baik. Namun demikian, di kawasan pesisir dan laut Berau
juga terdapat berbagai permasalahan seperti p e ~ s a k a nterumbu karang, perbuman
telur penyu, penangkapan ikan yang tidak ramah ligkungan, dan lain sebagainya.

Dengan potensi sumberdaya pesisir dan laut yang besar beserta
permasalahannya, wilayah pesisir dan laut Kabupaten Berau perlu dikelola dengan
baik clan tepat. Hal ini guna menjaga kelestarian dan bejalannya fungsi
pengelolaan sumberdaya yang berkelanjutan agar mendukung kesejahteraan
masyarakat dan pembangunan berkelanjutan.
Sesuai dengan program pemerintah (Departemen Kelautan dan Perikanan)
yang tengah menggalakkan pembentukan KKL di berbagai daerah dengan target
10 juta ha pada tahun 2010, termasuk pembentukan kawasan konservasi laut
Kabupaten Berau (KKL Berau).

KKL Berau ditetapkan melalui Peratumn Bupati Berau No 31 tahun 2005
tanggal 27 Desember 2005. Batas KKL di wilayah laut ditetapkan sejauh 4 mil
yang diukur dari garis pangkal yang menghubungkan pulau-pulau terluar &lam
wilayah Kabupaten Berau, ditambah kawasan lindung mangrove yang telah
tertuang di Peraturan Daerah No. 3 tahun 2004 tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah (RTRW) Kabupaten Berau, sehingga luas KKL Berau hingga ke
kawasan mangrove sebesar 1.222.988 ha.
Secara umum tujuan pembentukan KKL Berau adalah melindungi
keanekaragaman pesisir dan laut, serta menjamin pemanfaatan sumberdaya pesisir
dan laut baik untuk kepentingan perikanan maupun pariwisata bahari dapat
berkelanjutan di Kabupaten Berau. Dalam rangka optimalisasi pengelolaan
kawasan konservasi laut Berau, penerapan zonasi merupakan solusi yang tepat,
namun perlu direncanakan secara matang.
Salah satu teknologi dalam mengkaji zonasi di KKL Berau adalah dengan
penginderaan jauh yang memanfaatkan sensor kelautan pada wahana satelit yang
melintasi wilayah perairan. Menurut Kartasasmita (1999) dan Widodo (1999),
penginderaan jauh satelit (remote sensing satellite) telah menjadi salah satu teknik
yang sering dipakai dalam upaya menggali informasi-informasi dari parameter
osenaografi di perairan, ha1 ini dikarenakan sensor satelit dapat menyapu wilayah
dengan luas (sinoptik) dan memiliki frekuensi lintasan yang sering 2-4 kali sehari
pada satu wilayah, sehingga perolehan data menjadi lebih cepat, runtun waktu
(real time) dan murah. Pemanfaatan data dari citra satelit dengan berbasiskan

tehnik pengolahan citra dapat memberikan kontribusi sangat besar dalam kegiatan
pendugaan zona penangkapan ikan di perairan lapisan atas.
Satelit NOAA menyediakan informasi pembahan suhu permukaan laut
(SPL) dan citra MODIS-AQUA untuk informasi perubahan konsentrasi klorofil-a
pada permukaan yang kemudiaan dapat di analisis dalam bentuk informasi atau
peta dugaan posisi dan zona yang menjadi potensial bagi penangkapan
sumberdaya ikan (Kushardono 2003).
Menurut Hendriarti er al. (1985), Purba (1991) dan Hasyim (1996), SPL
dapat memberikan informasi mengenai fenomena upwelling, POW,peergerakan
massa air dan kesesuaian suhu permukaan yang merupakan indikator penting
keberadaan ikan-ikan tertentu. Sementara nilai konsentarasi klomfil-a diatas 0,2
mg& menunjukkan kehadiran dari kehidupan plankton yang memadai untuk
menopang atau mempertahankan kelangsungan perkembangan perikanan
komersial (Bond 1979).
Pemanfaatan teknologi sistem informasi geografis (SIG) dalam bidang
pesisir dan lautan sampai saat ini sudah banyak membantu para analis &lam
mengkaji dan mengembangkan informasi bagi kegiatan sektor pesisir dan lautan.
Sebagai contoh, analisis kesesuaian dalam penentuan lokasi yang tepat untuk
budidaya udang, daerah penangkapan ikan, pelabuhan perikanan, kegiatan
monitoring berbagai sumberdaya hayati pesisir (mangrove, lamun, rumput laut,

temmbu karang dan stok ikan karang) dan penataan kawasan pesisir yang
berkelanjutan.
Teknologi SIG yang berbasis sistem komputer dapat membantu analis
mengkombinasikan berbagai data masukan dari citra satelit, pesawat terbang,
instrument akustik maupun hasil survey lapang untuk diolah dalam bentuk model
spasial. Oleh karena itu penelitian ini dilakukan agar dapat memberikan informasi
yang tepat mengenai zona penangkapan ikan berkelanjutan yang tepat
berdasarkan data biofisik di KKL Berau sehingga dapat disusun strateginya demi
kesesuaian wilayah perairan untuk perikanan tangkap.

1.2 Perurnusan Masalah

Pada satu sisi, kawasan konsewasi laut Berau memiliki potensi sumberdaya
pesisir dan laut yang tinggi, pada sisi lain di kawasan pesisir dan laut ini juga
mempunyai berbagai permasalahan seperti degradasi lingkungan akibat beberapa
aktivitas manusia seperti perusakan terumbu karang, penangkapan ikan yang tidak
ramah lingkungan (iflegal jishing), eksploitasi ikan berlebihan (melebihi daya
dukung), deplesi beberapa biota laut dilindungi seperti penyu, dan lain
sebagainya. Kenyataan ini berdampak pada penurunan populasi ikan dan biota
laut lainnya.

Salah satu program terobosan &lam meminimalkan penurunan

sumberdaya ini adalah pengelolaan Kawasan konsewasi laut Berau dengan sistem
zonasi yang ditaati seluruh stakeholders termasuk masyarakat.
Penunjukan kawasan konservasi laut Berau yang berdasarkan Peraturan
Bupati Berau No 31 tahun 2005, perlu ditindaklanjuti dengan penyusunan
management plan yang didalamnya terdapat arahan zonasi sesuai dengan
peruntukannya. Berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) No. 60 tahun 2007
tentang Konsewasi Sumberdaya Ikan (KSDI) bahwa suatu kawasan konsewasi
laut terdiri dari Zona Inti, Zona Perikanan Berkelanjutan, Zona Pemanfaatan, dan
Zona lainnya yang masih dianggap perlu. Zona perikanan berkelanjutan yang
dimaksud disini adalah suatu zona yang diharapkan dapat mengakomodir
kepentingan perikanan budidaya dan perikanan tangkap.
Penentuan daerah penangkapan ikantzona perikanan tangkap tidak mudah,
oleh karenanya pada penelitian ini perlu kajian kesesuaian wilayah perairan
tersebut untuk perikanan tangkap dengan beberapa pendekatan imagelcitra, dan
data lain yang mendukung analisa kesesuaian daerah penangkapan ikan. Untuk
lebih bermanfaatnya penentuan wilayah perikanan menjadi daerah penangkapan
ikan berkelanjutan, perlu disusun strategi pengelolaan, antara lain mengkaji jenis
alat tangkap yang ramah lingkungan. Hasil penelitian ini diharapkan dapat
menjadi sebagian mjukan dalam penyusunan management plan KKL Berau
secara lengkap.

1.3 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan:
(1) Mengetahui kesesuaian wilayah perairan di kawasan konsewasi laut Berau
untuk daemh penangkapan ikan
(2) Menyusun rekomendasi pengaturan penggunaan alat tangkap yang ramah
lingkungan sebagai bagian dari strategi pengelolaan daerah penangkapan ikan
secara berkelanjutan.

1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini adalah salah satu bahan untuk penyusunan rencana zonasi di
kawasan konsewasi taut Berau yang diwajibkan Peraturan Pemerintah tahun 2007
tentang Konservasi Sumberdaya Ikan maupun Undang-undang No 27 tahun 2007
tentang Pengelolaan Pesisir dan Pulau-pulau Kecil, sehingga pemanfaatan
sumberdaya ikan di kawasan konsewasi tersebut dapat lebih tejamin
kelestarianya.
15 Kerangka Pemikiran

Pembangunan

berkelanjutan merupakan

pembangunan

yang

dapat

memenuhi kebutuhan generasi sekarang dengan tanpa mengurangi kemampuan
generasi yang akan datang (WCED 1987), sehingga pembangunan berkelanjutan
adalah pembangunan yang hams mernperhitungkan permasalahan ekologi,
ekonomi dan sosial (Munasinghe 2002).
Dalam

perencanaan

wilayah

perikanan

berkelanjutan sebagaimana

disebutkan di atas, bahwa kondisi ekologi, sosial budaya dan ekonomi harus dapat
berjalan secara seimbang.

Aspek ekologi yang perlu diperhitungkan dalam

perencanaan adalah daya dukung lingkungan terhadap seluruh aktivitas perikanan
yang hams mempertimbangkan areal Zona Inti (No Take Zone) dan Zona
Pemanfaatan Perikanan Berkelanjutan, Zona Pemanfaatan dan Zona lainnya.
Perikanan tangkap berkelanjutan adalah salah satu aktivitas perikanan
berkelanjutan yang dalam perencanaan strategi implementasinya sangat
dipengaruhi kondisi sosial budaya dan ekomomi masyarakat.

Dengan diketahuinya komponen-komponen tersebut di atas, diharapkan
daerah penangkapan ikan dapat terpetakan dengan baik dan dapat menjadi bahan
rujukan penentuan zonasi secara lengkap dalam rangka Perencanaan Pengelolaan
KKL Berau.

I. N

a

i

h

~

p

~

~

a

l

Gambar 1 Kerangka pemikiin

i

~

i

i

d

a

k

~

2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kawasan Konservasi Laut (KKL)

Komitmen

Pemerintah

Indonesia

terhadap

lingkungan

khususnya

lingkungan perairan laut, diindikasikan dengan terbitnya berbagai aturan dan
kebijakan, seperti Peraturan Pemerintah No 60 Tahun 2007 tentang Konservasi
Sumberdaya tkan khususnya mandate pasat 1 ayat 1 bahwa konservasi
sumberdaya ikan mempakan upaya perlindungan, pelestarian, dan pemanfaatan
sumberdaya ikan, termasuk ekosistem, jenis dan genetik untuk menjamin
keberadaan, ketersediaan, dan kesinambungannya dengan tetap memeliara dan
meningkatkan kualitas nilai dan keanekaragaman sumberdaya ikan. Sehingga
pernerintah sudah mewajibkan bagi seluruh stakeholders untuk melakukan upayaupaya pemanfaatan yang berkelanjutan baik untuk pemanfaatan ekosistem seperti
pengelolaan kawasan konservasi maupun pemanfaatan jenislgenetik seperti
penangkaran dan lain sebagainya.
Dalam PP No 60 Tahun 2007 juga dinyatakan bahwa sumberdaya ikan
adalah potensi semua jenis ikan, sedangkan potensi jenis ikan yang dimaksud PP
tersebut adalah segala jenis organisme yang seluruh atau sebagian hidupnya
berada di dalam lingkungan perairan.
Menurut Sembiring dan Husbani (1999) kawasan konservasi laut memiliki
peran sangat penting dalam kehidupan, karena memiliki nilai-nilai nyata dan
instrinsik yang tidak terhingga seperti nilai ekologi, ekonomi, sosial, yang sangat
bermanfaat bagi kehidupan manusia saat kini maupun saat mendatang. Sementara
Dermawan (2007) menyatakan bahwa kawasan konservasi laut m e ~ p a k a n
wilayah yang terpilih sebagai penvakilan berbagai tipe ekosistem dan
keanekaragaman jenis biota laut, sebagai sumber plasma nutfah, serta sebagai
penyeimbang ekosistem dengan kata lain terjaminnya proses-proses ekologis
sehingga dapat memberikan kontribusi yang optimal bagi kehidupan manusia.
Kontribusi dan manfaat keberadaan kawasan k o n s e ~ a s ilaut antara lain
dapat menunjang kepentingan ekonomi, ekologis, estetika, pendidikan dan
penelitian, biologi dan jaminan masa depan (Dermawan 2007).

Defrnisi kawasan konsewasi laut (Marine Pmtected Area-MF'A) yang
dihasilkan kongres dunia tentang kawasan lindung ke-4 (World Wilderness

Congress) dan diadopsi oleh IUCN pada tahun 1988, adalah : daerah intertidal
atau subtidal termasuk flora dan fauna, sejarah dan keragaman budaya yang
dilindungi sebagian atau seluruhnya melalui peraturan perundangan (Gubbay
1995 yang diacu dalam PT Norma Widya Karsa 2003). Definisi MPA menurut

fiecutive Order 13158 dalam laporan-PT Norma Widya Karsa tahun 2003, bahwa
MPA adalah "any area of the marine environment that has been reserved by
federal, state, territorial, tribal or local laws or regulations to provide lasting
protection for part or all of the natural and cultural resources therein"
Berbagai bentuk, ukuran dan kamkteristik serta pengelolaan sebuah kawasan
k o n s e ~ a s laut
i (MPA), ha1 ini sangat tergantung dari tujuannya, seperti halnya di
Amerika telah dikembangkan berbagai jenis MPA, seperti : national marine

sanctuaries, fishery management zones, national seashores, national park
national moments, critical habitats, national wildlge refuges, national estuarine
research reserves, state conservation areas, state reserves, ha1 ini untuk
kepentingan tujuan konsewasi seperti konsewasi kawasan (Marine Managed

Area-MMA), konsewasi jenis antara lain konsewasi migratory species.
MPA seluas 18.850 ha wilayah laut dan 35 ha wilayah pesisir pertama kali
diperkenalkan pa& tahun 1935 ketika didirikannya The Fort Jefferson National

Monument di Florida, dan menjadi perhatian khusus pada The World Congress on
National Park tahun 1962 karena konsep konsewasi yang memadukan wilayah
laut, pesisir dan perairan tawar didaratan.
Dukungan Internasional semakin berkembang dalam mempromosikan MF'A,
ha1 ini munculnya dukungan berbagai LSM seperti WWF Internasional
menyatakan bahwa pengelolaan konsewasi laut menjadi sarana penting karena
mampu menjamin pemulihan kesehatan ekosistem laut yang berimplikasi terhadap
kesuburan wilayah perikanan.
Konsep pengembangan MPA menjadi popular karena di lokasi MPA
dilakukan konsewasi dan pemanfaatan sumberdaya hayati

laut secara

berkelanjutan yang dapat membantu mengurangi dampak perubahan iklim global

(global climate change), terutama sebagai kontrol pemanfaatan sumberdaya

perikanan.
Empat program pengembangan MPA (Dermawan 2007), yaitu :
(1) Conservution of biodiversify

-

MPAs dapat melindungi dan memperbaiki

keanekaragaman hayati lalut melalui implementasi perencanaan pengelolaan
berbasis ekologi, yakni melalui prioritas daerah untuk konservasi laut, k o n s e ~ a s i
habitat dan konsewasi jenis serta penyusunan kebijakan yang mendukung
pembangunan berkelanjutan
(2) Sustainable Fisheries - MPAs menunjukan cara yang efektif &lam upaya

perlindungan terhadap collaps-nya perikanan, salah satunya dengan
peningkatan rekruihnenl restocking ikan di wilayah kritis. Penerapan ini
sangat sesuai di Asia Tenggara k a n a kondisi perikanannya yang multispecies dan multi-gem

( 3 ) Sustainable Tourism - MPAs dapat memajukan tourism melalui pelibatan

seluruh stakeholders dalam pengelolaan MPA untuk melindungi, memelihara
dm memperbaiki ekosistem laut karena fenomenanya menjadi asset andalan

pariwisata bahari.
(4) Integrated Coastal Management

- MPAs dapat

memberikan percontohan

pengelolaan pesisir terpadu yang melibatkan berbagai stakeholders secara
partisiptic sehingga terhindar dari "buildingblocks"
Keseriusan Pemerintah Indonesia &lam penanganan konsewasi perairan,
terutama perairan laut, diindikasikan dengan keluamya aturan-aturan diantaranya
Undang-undang No 3 1 tahun 2004 tentang Perikanan, yang memandatkan bahwa
konservasi sumberdaya ikan perlu diterapkan sebagai upaya perlindungan,
pelestaria, dun pemanfmtan sumberdaya ikan, termasuk ekosistem, jenis dun
genetic untuk menjamin keberadaan, ketersediaan, t,n kesinambungan dengan
tetap memeliharadan meningkatkan kunlitas nilai dun keanekaragaman
sumberwa ikan ( p a d 1 angka 8 UU No 31 Tahun 2004), dan petunjuk

operasional yang lebih detail dengan telah diterbitkannya Peraturan Pemerintah
No 60 Tahun 2007 tentang Konservasi Sumberdaya Ikan yang didalamnya
memandatkan (pasal I angka 8) bahwa Kawasan Konsewasi Perairan yang
termasuk Kawasan konservasi laut merupakan kawasan perairan yang dilindungi,

diielola dengan sitem zonasi, untuk mewujudkan pengelolaan sumberdaya ikan
dan lingkungannya secara berkelanjutan
Pendelegasian kewenangan pengelolaan kawasan konservasi laut ke daerah
juga diperbesar peluangnya, yang diatur dalam UU No. 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintah Daerah, temtama pada pasal 18 dijelaskan salah satu kewenangan
~i
daerah di wilayah laut Bdalah eksplorasi, eksploitasi dan k o n s e ~ a sumberdaya
alam di wilayahnya, sehingga sekarang dikenal dengan Kawasan k o n s e ~ a s laut
i
Daerah yang mencirikan bahwa inisiasi pengelolaan diawali dari daerah, namun
pengaturan pengelolaan tetap mengacu kepada peraturan perundangan yang ada.
Pengelolaan kawasan konservasi juga diatur di Undang-undang No 27
Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil, dimana
regim pengelolaannya meliputi pesisir pantai sampai kearah laut dan pulau-pulau
kecil, sementara pengaturan detail perencanaan pengelolaannya telah diatur di
PERMEN KP No PER. 16/MEN/2008.
Zona di kawasan konsewasi laut sebagaimana pasal 17 ayat 4 PP No 60
Tahun 2007, terdiri dari Zona Inti, Zona Perikanan Berkelanjutan, Zona
Pemanfaatan serta Zona Lainnya
Zona di Kawasan konservasi laut mempakan suatu bentuk rekayasa teknik
pemanfaatan ruang melalui pendekatan fungsional sesuai dengan potensi sumber
daya dan daya dukung serta proses-proses ekologis yang berlangsung sebagai satu
kesatuan ekosistem.
Zona inti diperuntukkan bagi:
(1) Perlindungan mutlak habitat dan populasi ikan;

(2) Penelitian; dan
(3) Pendidikan.

Zona perikanan berkelanjutan dipemntukkan bagi :
(1) Perlindungan habitat dan populasi ikan;

(2) Penangkapan ikan dengan alat dan cam yang ramah lingkungan;
(3) Budidaya ramah lingkungan;
(4) Pariwisata dan rekreasi;
(5) Penelitian dan pengembangan; dan

(6) Pendidikan.

Zona Pemanfaatan dipemtukkan bagi:

(1) Perlindungan habitat dan populasi ikm,
(2) Pariwisata dan rekreasi;
(3) Penelitian dan pengembangan; dan
(4) Pendidikan.

Zona lainnya merupakan zona diluar zona inti, zona perikanan berkelanjutan, dan
zona pemanfaatan yang karena fungsi dan kondisinya ditetapkan sebagai zona
tertentu seperti zona perlindungan, zona pemanfaatan tradisional, dan zona
rehabilitasi.
Di zona perikanan berkelanjutan diutamakan peruntukannya untuk kegiatan
perikanan tangkap maupun perikanan budidaya. Penentuan wilayah perikanan
budidaya maupun daerah penangkapan ikan dapat dilakukan dengan pendekatan
analisa citra dan survey secara terpadu.
2 3 Kawasan Konservasi Laut Berau

Kabupaten Berau yang terletak di Provinsi Kalimantan Timur m e ~ p a k a n
salah satu daerah yang memiliki potensi sumberdaya pesisir dan laut yang cukup
tinggi dan beragam di Indonesia. Di wilayah pesisir dan laut Kabupaten ini
terdapat