Identifikasi Faktor-Faktor Permintaan Dan Nilai Ekonomi Wisata Pendidikan Pertanian Agroedutourism Ipb

IDENTIFIKASI FAKTOR-FAKTOR PERMINTAAN DAN
NILAI EKONOMI WISATA PENDIDIKAN PERTANIAN
AGROEDUTOURISM IPB

RENI ANGGRAENI

DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

ii

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Identifikasi FaktorFaktor Permintaan dan Nilai Ekonomi Wisata Pendidikan Pertanian
Agroedutourism IPB adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi
mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan

dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.

Bogor, September 2015

Reni Anggraeni
NIM E34090018

ii

ABSTRAK
RENI ANGGRAENI. Identifikasi Faktor-Faktor Permintaan dan Nilai Ekonomi
Wisata Pendidikan Pertanian Agroedutourism IPB. Dibimbing oleh E.K.S. HARINI
MUNTASIB dan METI EKAYANI.
Agroedutourism IPB (AET IPB) mulai dikembangkan sejak tahun 2005 dan
hingga saat ini menerima kunjungan wisata pendidikan pertanian di IPB. Penelitian
ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor permintaan wisata AET IPB dan
menghitung nilai ekonomi wisata AET IPB. Metode yang digunakan adalah studi
literatur dan wawancara dengan dipandu kuisioner kepada 29 responden yang berasal

dari sekolah-sekolah yang berkunjung ke AET IPB pada tahun 2014. Analisis data
yang digunakan adalah analisis deskriptif dan analisis Travel Cost Method (TCM).
Karakteristik pengunjung AET IPB sebagian besar berasal dari tingkat Sekolah
Dasar, sekolah swasta, berasal dari Jabodetabek dengan jarak tempuh sekolah ke AET
IPB sekitar 61-100 km. Faktor pendorong permintaan wisata pendidikan pertanian
meliputi kesiapan dan motivasi sekolah untuk melakukan wisata pendidikan
pertanian, serta kebutuhan pembelajaran pendidikan lingkungan hidup. Faktor penarik
permintaan wisata AET IPB meliputi pemilihan objek AET IPB yang dikunjungi,
karakteristik kunjungan serta pendapat pengunjung mengenai kunjungan yang
dilakukan. Diperoleh nilai surplus konsumen sebesar Rp. 177 683 013, 50 per sekolah
per kunjungan, dan nilai ekonomi wisata pendidikan pertanian AET IPB berdasarkan
kunjungan tahun 2014 sebesar Rp. 5 685 856 432, 13.
Kata kunci: Agroedutourism, permintaan wisata, wisata pendidikan pertanian.
ABSTRACT
RENI ANGGRAENI. Demand Factors and Economic Value Identification of
Agricultural Education Tourism Agroedutourism IPB. Supervised by E.K.S. HARINI
MUNTASIB and METI EKAYANI.
Agroedutourism IPB (AET IPB) was developed since 2005 and until now
receives the agricultural education visits. This study aimed to identify the tourism
demand factors of AET IPB and calculate its economical value. The methods used

were literature review and questionnaire guided interviews to 29 respondents which
are the person in charge from the schools who visited AET IPB in 2014. The data
were analyzed using descriptive analysis and Travel Cost Method (TCM) analysis
The result shows that the AET IPB visitors were characterized by primary school
level, private school, and located around Jabodetabek with an average distance from
school to IPB ranged around 61-100 km. Agicultural education tourism demand push
factor included school readiness and motivation on doing agricultural education
tourism, also the need for environmental education. AET IPB tourism demand pull
factors included selection of objects, characteristics and visitor opinion about tours
that have been done. The consumer surplus value obtained are Rp. 177 683 013, 50
per school per visit and the tourism economic value of AET IPB obtained by visits in
2014 are Rp. 5 685 856 432, 13.
Keywords: Agricultural education tourism, Agroedutourism, tourism demand.

IDENTIFIKASI FAKTOR-FAKTOR PERMINTAAN DAN
NILAI EKONOMI WISATA PENDIDIKAN PERTANIAN
AGROEDUTOURISM IPB

RENI ANGGRAENI


Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kehutanan
pada
Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata

DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

iv

vi

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah yang berjudul Identifikasi FaktorFaktor Permintaan dan Nilai Ekonomi Wisata Pendidikan Pertanian
Agroedutourism IPB ini berhasil diselesaikan. Terima kasih penulis ucapkan

kepada Ibu Prof Dr E.K.S. Harini Muntasib, MS dan Ibu Dr Meti Ekayani, SHut,
MSc selaku dosen pembimbing yang telah banyak memberi saran dan arahan
dalam penyusunan karya ilmiah ini. Penghargaan penulis sampaikan kepada
pengelola Agroedutourism IPB (Bapak Dr Ir Bambang Sulistyantara, MAgr;
Fiona Hanberia Innayah, SHut; Zainul Fuadi Akbar, SHut; Teh Elin; Deni; dan
rekan-rekan pemandu) atas bantuan yang diberikan selama penelitian. Ungkapan
terima kasih juga disampaikan kepada Mamah, Ayah, Aang, Ade, atas segala doa
dan kasih sayangnya. Serta untuk teman-teman @anggrekhitam46 (Intan, Fitri,
Pranoto, Ambar, Puji, Ilham, Handy, dan kawan-kawan), keluarga besar
Himakova, teman-teman di Wisma Kilimanjaro (Mifthami, Desca, Linda, Yuli),
Achmad Manshur Zuhdi, Nizza Nadya, Yuli Hasmaliah dan teman-teman lainnya
atas segala doa, semangat dan kasih sayangnya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, September 2015
Reni Anggraeni

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL


vii

DAFTAR GAMBAR

vii

DAFTAR LAMPIRAN

vii

PENDAHULUAN

1

Latar Belakang

1

Tujuan Penelitian


2

Manfaat Penelitian

2

METODE

2

Lokasi dan Waktu Penelitian

2

Alat dan Bahan

3

Jenis Data dan Metode Pengumpulan Data


3

Analisis Data

4

HASIL DAN PEMBAHASAN

6

Gambaran Umum Agroedutourism IPB

6

Karakteristik Pengunjung Agroedutourism IPB

7

Faktor Pendorong Permintaan Wisata Pendidikan Pertanian


9

Faktor Penarik Permintaan Wisata Agroedutourism IPB

15

Nilai Ekonomi Wisata Agroedutourism IPB

21

SIMPULAN DAN SARAN

24

Simpulan

24

Saran


25

DAFTAR PUSTAKA

25

LAMPIRAN

27

viii
vii

DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6


Jenis data dan metode pengumpulan data
Karakteristik sekolah responden pengunjung AET IPB
Tingkat kepentingan motivasi wisata pendidikan pertanian
Karakteristik kunjungan sekolah responden ke AET IPB
Pendapat pengunjung mengenai kunjungan AET IPB
Perhitungan nilai ekonomi wisata AET IPB

3
8
12
17
20
24

DAFTAR GAMBAR
1 Grafik tujuan sekolah responden mengadakan karya wisata
2 Grafik periode karya wisata sekolah responden
3 Grafik kepanitiaan karya wisata sekolah responden
4 Grafik keadaan lingkungan sekolah responden
5 Grafik ketersediaan pelajaran PLH di sekolah responden
6 Grafik kegiatan bertema lingkungan di sekolah responden
7 Grafik objek AET IPB yang dikunjungi
8 Grafik sumber informasi mengenai AET IPB
9 Grafik alasan ingin berkunjung kembali ke AET IPB
10 Grafik biaya yang dihabiskan sekolah untuk program AET IPB
11 Grafik biaya perjalanan total yang dihabiskan

9
10
11
13
14
15
16
19
21
22
22

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4

Kuisioner pengambilan data responden
Program kegiatan yang ditawarkan objek-objek Agroedutourism IPB
Hasil analisis regresi linier berganda fungsi permintaan wisata
Data rekapitulasi biaya perjalanan sekolah responden dalam
mengunjungi AET IPB pada tahun 2014

27
31
33
34

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Institut Pertanian Bogor (IPB) merupakan perguruan tinggi di bidang
pertanian yang memiliki berbagai potensi sumberdaya alam dan bangunan fasilitas
pendidikan. Kawasan Kampus IPB Dramaga memiliki potensi berupa bentang
alam yang indah dan keanekaragaman satwa dan tumbuhan yang tinggi hingga
dicanangkan sebagai Kampus Biodiversitas, serta laboratorium ruang dan lapang
untuk mendukung kegiatan praktikum mahasiswa yang dapat dikembangkan
sebagai sarana wisata pendidikan pertanian. Potensi ini kemudian mulai
dikembangkan pada tahun 2004 saat beberapa dosen di IPB memprakarsai
pembentukan Wisata Pendidikan Pertanian (WPP) atau juga dikenal dengan
Agroedutourism IPB (AET IPB). AET IPB pada awalnya merupakan bentuk
promosi dan pelayanan IPB dengan menyediakan layanan wisata pendidikan
pertanian yang ditujukan terutama bagi masyarakat dan tamu-tamu IPB.
Wisata pendidikan atau edu-tourism adalah suatu program dimana peserta
kegiatan wisata melakukan perjalanan wisata pada suatu tempat tertentu dalam
suatu kelompok dengan tujuan utama mendapatkan pengalaman belajar secara
langsung terkait dengan lokasi yang dikunjungi (Rodger 1998). AET IPB sebagai
sarana wisata pendidikan pertanian menyediakan kegiatan-kegiatan wisata dengan
tujuan pendidikan yang dapat memberikan pengetahuan dan pengalaman tentang
ilmu pertanian secara luas.
AET IPB juga menerima kunjungan dari rombongan sekolah-sekolah yang
mengadakan kunjungan karya wisata atau study tour. Pengenalan pendidikan
pertanian yang diberikan AET IPB jika dikaitkan dengan kurikulum yang berlaku
di sekolah-sekolah dapat mendukung pemahaman mata pelajaran yang terkait
seperti Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dan Pendidikan Lingkungan Hidup (PLH).
Pemahaman melalui pengalaman langsung yang dirasakan oleh para siswa di
objek-objek AET IPB merupakan manfaat yang penting dalam rangka
menumbuhkan pengetahuan, pemahaman, dan sikap untuk menghargai
lingkungan.
Layanan wisata pendidikan pertanian AET IPB juga memberikan manfaat
bagi IPB yaitu dengan memberikan manfaat ekonomi dan dengan menjadi sarana
promosi IPB untuk meningkatkan pengetahuan dan minat tentang pertanian secara
umum serta tentang IPB itu sendiri. AET IPB saat ini telah menjadi salah satu unit
Satuan Usaha Penunjang (SUP) yang ditetapkan pada tahun 2014 di bawah
Direktorat Pengembangan Bisnis IPB. Sebagai suatu unit usaha, AET IPB lebih
diperhitungkan sebagai unit bisnis yang memberikan dapat keuntungan secara
ekonomi bagi IPB.
Tren permintaan kunjungan wisata pendidikan pertanian AET IPB
menunjukkan adanya peningkatan (AET IPB 2011). Pemilihan AET IPB sebagai
tujuan kunjungan wisata oleh pengunjung tentunya dipengaruhi oleh faktor-faktor
tertentu. Hingga saat ini belum dilakukan pengkajian mengenai faktor-faktor yang
mempengaruhi permintaan kunjungan wisata AET IPB tersebut. Pengkajian dari
sisi permintaan kunjungan wisata AET IPB penting untuk dilakukan, untuk
mengidentifikasi pasar wisata sehingga pengelolaan wisata di masa yang akan

2

datang akan menjadi lebih baik dengan menyediakan produk yang dapat
memenuhi kebutuhan atau permintaan pengunjung (Cooper 1999 dalam Ritchie &
Coughlan 2004).
Keberadaan AET IPB sebagai suatu unit usaha dapat memiliki potensi nilai
ekonomi yang mengalami peningkatan seiring dengan adanya peningkatan jumlah
pengunjung dari tahun ke tahun. Berkaitan dengan hal tersebut penafsiran potensi
AET IPB secara ekonomi belum pernah dikaji sebelumnya. Pengkajian nilai
ekonomi dari kegiatan kunjungan wisata pendidikan pertanian AET IPB perlu
dilakukan dalam rangka mengukur nilai manfaat yang dirasakan oleh pengunjung
AET IPB baik manfaat berupa rekreasi maupun manfaat pendidikan, dan nilai
kepentingan dari keberadaan dan keberlanjutan AET IPB itu sendiri.
Penelitian ini dilakukan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang
mempengaruhi permintaan pengunjung terhadap kegiatan wisata pendidikan
pertanian AET IPB. Selain itu melalui penelitian ini ditelaah berapa nilai ekonomi
dari kegiatan kunjungan wisata pendidikan pertanian AET IPB. Hasil penelitian
ini diharapkan dapat menjadi bahan acuan yang bermanfaat bagi pengembangan
pengelolaan kegiatan wisata pendidikan pertanian AET IPB yang lebih baik.

Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang tersebut, penelitian ini bertujuan untuk:
1) Mengidentifikasi faktor-faktor permintaan wisata pendidikan pertanian AET
IPB
2) Menghitung nilai ekonomi dari kegiatan kunjungan wisata pendidikan
pertanian AET IPB

Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi
pengembangan pengelolaan AET IPB, dengan menambahkan rekomendasi
berdasarkan informasi mengenai permintaan wisata dan nilai ekonomi wisata AET
IPB. Selain itu diharapkan dapat bermanfaat bagi ilmu pengetahuan di bidang
wisata pendidikan dan ekonomi sumberdaya alam.

METODE
Lokasi dan Waktu Penelitian
Pengambilan data untuk penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari Maret 2015. Studi literatur mengenai data pengunjung dilakukan di
Agroedutourism IPB Kampus IPB Dramaga. Pengambilan data responden melalui

3

wawancara berdasarkan kuisioner dilakukan di instansi-instansi pendidikan di
wilayah Jabodetabek.

Alat dan Bahan
Beberapa alat yang digunakan dalam penelitian ini diantaranya alat tulis,
kamera, alat perekam, laptop dan perangkat pengolahan data. Sementara bahan
yang digunakan dalam penelitian ini diantaranya panduan wawancara berupa
kuisioner pengunjung dan dokumen milik pengelola AET IPB (data statistik
pengunjung, laporan pengelolaan, dan berbagai dokumen lain yang berkaitan
dengan penelitian ini).

Jenis Data dan Metode Pengumpulan Data
Data yang diambil dalam penelitian ini meliputi karakteristik sekolah, faktor
pendorong dan penarik permintaan wisata, dan nilai ekonomi wisata. Secara rinci
jenis data, atribut data dan metode pengumpulan data disajikan dalam Tabel 1.
Tabel 1 Jenis data dan metode pengumpulan data
No.

Jenis Data

Atribut Data

1.

Karakteristik
sekolah

2.

Faktor
pendorong
permintaan
wisata

3.

Faktor
penarik
permintaan
wisata
Nilai
ekonomi
wisata

Tingkat sekolah
Jenis sekolah
Lokasi sekolah
Jarak tempuh ke IPB
Kesiapan sekolah dalam melakukan wisata
pendidikan pertanian (tujuan melakukan karya
wisata, periode dan kepanitiaan karya wisata)
Motivasi berkunjung ke AET IPB
Kebutuhan pembelajaran pendidikan lingkungan
hidup
Pemilihan objek dalam kunjungan AET IPB
Karakteristik kunjungan AET IPB
Pendapat mengenai pelaksanaan kunjungan
Keinginan untuk berkunjung kembali
Jumlah kunjungan ke AET IPB
Biaya-biaya yang dikeluarkan sekolah dalam
kunjungan ke AET IPB
Statistik kunjungan AET IPB

4.

Metode
Pengumpulan
Data
Wawancara
dipandu
kuisioner
Wawancara
dipandu
kuisioner

Wawancara
dipandu
kuisioner
Wawancara
dipandu
kuisioner
Studi pustaka

Pengumpulan data dilakukan dengan metode wawancara terstruktur dengan
dipandu oleh kuisioner kepada responden yang terdapat di instansi-instansi
pendidikan (sekolah) yang pernah melakukan kegiatan kunjungan ke AET IPB..
Responden yang diwawancarai adalah guru atau pegawai sekolah yang menjadi
perencana dan penanggung jawab kegiatan kunjungan. Penanggung jawab inilah

4

yang berperan sebagai perencana kunjungan dan banyak melakukan komunikasi
dengan pengelola dari mulai pencarian informasi mengenai kegiatan kunjungan,
pemilihan objek, survey lokasi hingga pada saat pelaksanaan kunjungan. Dengan
demikian penggunaan istilah responden dalam penelitian ini adalah responden
mewakili sekolah yang bersangkutan, bukan sebagai pengunjung individual.
Pemilihan responden ditentukan dengan metode sensus atau peneliti
mewawancarai seluruh responden yang terdapat di dalam populasi. Berdasarkan
pernyataan Margono (2010) bahwa pengertian populasi adalah seluruh data yang
menjadi perhatian peneliti dalam suatu ruang lingkup dan waktu yang ditentukan.
Populasi dalam penelitian ini dibatasi berdasarkan waktu tertentu, yaitu
merupakan seluruh sekolah yang telah melakukan kunjungan ke AET IPB
sepanjang tahun 2014 sehingga terdapat 29 responden yang diwawancarai dalam
penelitian ini. Tahun tersebut dipilih karena memiliki jumlah pengunjung lebih
banyak dibandingkan dengan tahun lainnya. Selain itu pertimbangan pemilihan
tahun tersebut juga untuk menghindari bias data yang diperoleh, karena ingatan
responden yang masih segar sehingga pemberian jawaban pada wawancara lebih
mudah dan lebih efektif.

Analisis Data
Analisis data yang dilakukan terdiri atas analisis faktor-faktor yang
berpengaruh dalam permintaan wisata dan analisis nilai ekonomi wisata.
1. Analisis faktor pengaruh permintaan
Data yang diperoleh berdasarkan hasil wawancara diolah terlebih dahulu
dengan proses tabulasi data. Proses tabulasi data adalah proses penyusunan
data ke dalam bentuk tabel berdasarkan kategori-kategori tertentu (Winarno
dalam Koentjaraningrat 1977). Tabulasi data dilakukan berdasarkan atribut
data yang ingin disajikan dalam penelitian. Tahap selanjutnya yaitu melakukan
analisis deskriptif untuk untuk meringkas, menyajikan dan mendeskripsikan
data sehingga informasi yang disampaikan akan lebih mudah dipahami. Data
yang diperoleh juga dibandingkan dengan pustaka dan literatur dari teori
maupun penelitian sebelumnya untuk mendukung argumen dalam
penyampaian data. Karakteristik sekolah dan faktor-faktor permintaan wisata
dianalisis untuk melihat faktor apa saja yang berpengaruh dalam menentukan
permintaan kunjungan wisata pendidikan pertanian AET IPB.
2. Analisis nilai ekonomi wisata
Analisis nilai ekonomi wisata pendidikan pertanian AET IPB dilakukan
dengan menggunakan pendekatan Travel Cost Method (TCM). TCM
merupakan salah satu metode yang banyak digunakan untuk menentukan nilai
bagi sumberdaya alam yang tidak memiliki harga pasar, khususnya rekreasi
dan wisata. Secara umum metode TCM melibatkan penggunaan biaya
perjalanan yang dikeluarkan oleh wisatawan untuk mengunjungi suatu kawasan
ditambah harga tiket masuk yang dibayar sebagai proxy dalam harga efektif
mereka untuk mengunjungi kawasan tersebut (Tisdell 2003).
Konsep dasar TCM adalah waktu dan pengeluaran biaya perjalanan (travel
cost expences) yang harus dibayarkan oleh para pengunjung untuk

5

mengunjungi suatu tempat wisata (Garrod & Willis 1999 dalam Salma &
Susilowati 2004). Metode ini memiliki beberapa tahap, diantaranya (Fauzi
2006):
a. Membuat fungsi permintaan wisata
b. Melakukan analisis regresi linier berganda untuk menentukan nilai
koefisien biaya perjalanan
c. Menghitung nilai surplus konsumen yang diperoleh
Fungsi permintaan wisata yang dibuat untuk diterapkan pada analisis data
adalah sebagai berikut:
Y = b0 + b1 X1 + b2 X2 + b3 X3 + b4 X4 + b5 X5 + b6 X6 + b7 X7 +
b8 X8 + b9 X9 + b10 X10 + e
Keterangan:
Y
= Jumlah kunjungan ke AET IPB (kali)
X1
= Biaya perjalanan sekolah ke AET IPB (Rp)
X2
= Tingkat sekolah (SD/SMP/SMA/PT)
X3
= Jenis sekolah (negeri/swasta)
X4
= Waktu tempuh dari sekolah ke AET IPB (jam)
X5
= Jarak sekolah ke AET IPB (km)
X6
= Kondisi lingkungan sekolah (pusat kota/pemukiman)
X7
= Ketersediaan mata pelajaran PLH di sekolah
X8
= Lama sekolah mengetahui AET IPB (tahun)
X9
= Jumlah peserta dalam kunjungan AET IPB
X10
= Waktu yg dihabiskan di AET IPB (jam)
b0
= Konstanta
b1 - b10 = Koefisien regresi
e
= error term
Fungsi permintaan wisata terdiri atas faktor-faktor yang mempengaruhi
permintaan wisata sebagai variabel bebas (X1-10) dan jumlah kunjungan
sekolah responden ke AET IPB sebagai variabel terikat (Y). Setelah diperoleh
fungsi permintaan yang paling baik melalui analisis regresi linier berganda
maka akan diperoleh nilai koefisien biaya perjalanan yang akan digunakan
dalam perhitungan. Fungsi permintaan hanya dibuat untuk memperoleh nilai
koefisien biaya perjalanan yang sesuai, sementara faktor-faktor yang
mempengaruhi permintaan wisata AET IPB dianalisis secara deskriptif.
Tahap selanjutnya adalah menghitung nilai surplus konsumen pengunjung.
Surplus konsumen merupakan selisih nilai antara nilai total yang bersedia
dibayarkan dengan pembayaran aktual atau yang sebenarnya dibayarkan. Nilai
surplus konsumen dapat dihitung dengan menggunakan koefisien biaya
perjalanan, dengan rumus sebagai berikut (Fauzi 2006):

6

Keterangan:
SK = Surplus konsumen pengunjung (Rp)
N = Jumlah kunjungan yang dilakukan sekolah i pada tahun 2014
b1 = Koefisien biaya perjalanan
Selanjutnya untuk mengestimasi nilai ekonomi dari kegiatan kunjungan
wisata pendidikan pertanian AET IPB, nilai tersebut diperoleh dari total
surplus konsumen pengunjung dalam suatu periode waktu. Rumus yang
digunakan adalah sebagai berikut (Fauzi 2006):

Keterangan:
NE = Nilai ekonomi wisata AET IPB dalam satu tahun
SK = Surplus konsumen pengunjung (Rp)
TP = Total jumlah pengunjung dalam satu tahun (sekolah)
Penghitungan nilai ekonomi wisata AET IPB dilakukan dengan
menggunakan unit sekolah sebagai subjek pengunjung AET IPB dan bukan
individu. Hal ini dilakukan karena karakteristik kunjungan AET IPB yang
merupakan kunjungan berkelompok atau rombongan dari sekolah, sehingga
biaya perjalanan yang digunakan dalam analisis merupakan biaya perjalanan
total yang dihabiskan oleh suatu sekolah dalam mengunjungi AET IPB.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambaran Umum Agroedutourism IPB
Agroedutourism IPB (AET IPB) dibentuk pada tahun 2004 atas prakarsa
beberapa dosen di IPB yang ingin mengembangkan potensi sumberdaya alam dan
fisik kampus sebagai sarana wisata pendidikan pertanian. AET IPB pada awalnya
merupakan bentuk promosi dan pelayanan IPB dengan menyediakan layanan
wisata pendidikan pertanian yang ditujukan terutama bagi masyarakat dan tamutamu IPB. Pengembangan pada tahun selanjutnya AET IPB mulai menerima
kunjungan dari rombongan siswa-siswi sekolah yang sedang mengadakan karya
wisata. Konsep agroedutourism atau wisata pendidikan pertanian, yaitu kegiatan
wisata untuk tujuan studi yang dapat memperluas pengalaman, rekreasi, dan
pengetahuan tentang alam dan teknologi pertanian melalui ilmu-ilmu pertanian
dalam cakupan luas antara lain pertanian bercocok tanam, peternakan, perikanan,
dan kehutanan. (AET IPB 2011).
Produk wisata AET IPB berupa atraksi dan program-program wisata yang
terdapat di objek-objek wisata AET IPB yang bertema pendidikan. Objek-objek
wisata AET IPB berada di berbagai unit yang tersebar di Fakultas dan
Departemen di IPB. Secara umum objek AET IPB terdiri atas objek indoor yang
ketersediaannya berada di dalam ruang seperti laboratorium misalnya, dan objek
outdoor yang berada di laboratorium lapang dan area terbuka. Sebagian besar

7

objek AET IPB berada di dalam Kampus IPB Dramaga dan ada pula objek yang
terdapat di Kampus IPB Taman Kencana. Objek-objek yang terdapat di AET IPB
dan deskripsi kegiatan yang ditawarkan secara rinci dapat dilihat pada Lampiran 2.
Kegiatan-kegiatan yang dilakukan di masing-masing objek tersebut
memiliki durasi atau lama waktu pelaksanaan yang berbeda-beda, berkisar antara
satu setengah hingga tiga jam untuk satu objek. Sehingga dalam satu hari
pengunjung dapat mengunjungi satu atau lebih objek AET IPB. Pemilihan objek
yang akan dikunjungi dilakukan oleh pihak sekolah dengan pertimbangan
ketertarikan akan objek tersebut dan keterkaitan dengan ilmu yang ingin dipelajari
oleh siswa atau peserta didiknya.
Proses pelayanan kunjungan wisata AET IPB dimulai sejak reservasi atau
pemesanan yang dilakukan oleh penanggung jawab kegiatan kunjungan dari pihak
sekolah, perencanaan program dan pemilihan objek yang sesuai dengan keinginan
sekolah hingga pelaksanaan kegiatan kunjungan. Dalam melakukan kunjungan
AET IPB, biaya program kunjungan dapat dipengaruhi oleh banyaknya peserta
kunjungan atau jumlah siswa dan guru dalam rombongan, kemudian jumlah objek
AET IPB yang dipilih untuk dikunjungi. Pemilihan jenis objek juga
mempengaruhi besarnya biaya program yang perlu dibayar, karena biaya masingmasing objek AET IPB yang beragam. Keberagaman biaya objek-objek AET IPB
disebabkan oleh adanya perbedaan jenis kegiatan, bahan baku, serta fasilitas atau
sarana dan prasarana yang digunakan dalam kegiatan kunjungan.

Karakteristik Pengunjung Agroedutourism IPB
Pengunjung AET IPB umumnya merupakan rombongan siswa-siswi yang
berasal dari sekolah yang sedang melakukan kegiatan karya wisata atau study tour.
Pada tahun 2014 terdapat sebanyak 29 sekolah yang menunjungi AET IPB.
Karakteristik sekolah responden secara rinci disajikan dalam Tabel 2.
Berdasarkan Tabel 2, diketahui pengunjung AET IPB pada tahun 2014
paling banyak berasal dari tingkat SD (44.83%). Hal ini juga sejalan dengan
tingkat sekolah pengunjung terbanyak dalam kunjungan AET IPB pada umumnya.
Berdasarkan data statistik kunjungan AET IPB pada tahun 2007-2014,
pengunjung AET IPB terdiri atas tingkat sekolah TK (5.61%), SD (53.57%), SMP
(20.41%), SMA (11.23%), Perguruan Tinggi (4.59%) dan sisanya umum (4.59%).
Tingkat sekolah SD merupakan tingkat sekolah pengunjung AET IPB terbanyak
dibanding tingkat sekolah lainnya.
Berdasarkan jenis sekolah pada Tabel 2, sebanyak 27 sekolah responden
merupakan sekolah swasta (93.10%) dan 2 sekolah sisanya merupakan sekolah
negeri (6.90%). Data tersebut memiliki kemiripan dengan data statistik kunjungan
AET IPB, pengunjung AET IPB pada tahun 2007-2014 terdiri atas 15.79%
sekolah negeri dan 84.21% sekolah swasta. Tingkat permintaan sekolah swasta
untuk mengunjungi AET IPB cenderung lebih tinggi dibanding sekoleh negeri
dapat disebabkan oleh adanya sistem kurikulum alternatif atau kelonggaran pada
sekolah swasta untuk menambahkan program pembelajaran tambahan termasuk
mengadakan karya wisata.

8

Tabel 2 Karakteristik sekolah responden pengunjung AET IPB
No.
Karakteristik
Jumlah (sekolah)
Proporsi (%)
1 Tingkat sekolah:
SD
13
44.83
SMP
9
31.03
SMA
5
17.24
Perguruan Tinggi
2
6.90
Jumlah
29
100.00
2 Jenis sekolah:
Negeri
2
6.90
Swasta
27
93.10
Jumlah
29
100.00
3 Lokasi sekolah:
Bogor
4
13.79
Jakarta
10
34.48
Bekasi
4
13.79
Tangerang
8
27.59
Luar Jabodetabek
3
10.35
Jumlah
29
100.00
4 Jarak tempuh sekolah ke IPB:
< 10 km
3
10.35
11 - 30 km
1
3.45
31 - 60 km
7
24.14
61 - 100 km
14
48.27
> 100 km
4
13.79
Jumlah
29
100.00
Karakteristik selanjutnya yaitu berdasarkan lokasi sekolah pada Tabel 2,
sebanyak 24 sekolah responden berada di wilayah Jabodetabek (89.65%) dan 3
sekolah berada di luar wilayah Jabodetabek. Selain lokasi sekolah, diperoleh data
mengenai jarak tempuh sekolah ke IPB. Sebanyak 14 sekolah responden (48.27%)
memiliki jarak tempuh antara 61 – 100 km untuk mencapai AET IPB (Tabel 2).
Jarak tempuh berkaitan dengan lama waktu perjalanan yang dihabiskan oleh suatu
sekolah untuk mencapai IPB. Jarak tempuh dan lama waktu perjalanan yang harus
ditempuh dalam melakukan karya wisata dapat menjadi salah satu faktor
penghambat suatu sekolah (Ritchie & Coughlan 2004). Hal ini disebabkan oleh
jarak tempuh perjalanan dapat mempengaruhi kondisi siswa, sehingga sebagian
besar sekolah akan memilih lokasi kegiatan wisata dengan jarak yang masih
berada dalam jangkauan sekolah. Selain itu terdapat pembatasan dari pihak
sekolah berupa waktu pelaksanaan karya wisata yang biasanya hanya dapat
dilaksanakan selama satu hari saja sehingga sekolah-sekolah akan memilih lokasi
yang dapat ditempuh dengan waktu satu hari perjalanan pulang pergi. Meski
demikian terdapat beberapa sekolah responden dengan jarak tempuh cukup jauh
yang mengunjungi AET IPB. Hal ini menunjukkan adanya permintaan wisata
tidak hanya dari sekolah-sekolah berjarak dekat dengan IPB tetapi juga dari
sekolah yang berada jauh dari IPB.

9

Faktor Pendorong Permintaan Wisata Pendidikan Pertanian
Permintaan wisata dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yang saling
berkaitan, yaitu berupa faktor pendorong (push factor) maupun faktor penarik
(pull factor) (Muntasib & Rachmawati 2009). Faktor pendorong merupakan
faktor-faktor yang memotivasi wisatawan untuk melakukan wisata. Dalam wisata
pendidikan, terdapat beberapa faktor yang dapat mendorong suatu sekolah untuk
melakukan wisata pendidikan pertanian. Pada penelitian ini dilihat beberapa
faktor meliputi kesiapan sekolah untuk melakukan wiata pendidikan pertanian,
motivasi untuk melakukan wisata pendidikan pertanian, dan kebutuhan
pembelajaran pendidikan lingkunga hidup.
Kesiapan sekolah untuk melakukan wisata pendidikan pertanian
Faktor pendorong suatu sekolah untuk melakukan wisata pendidikan
pertanian salah satunya dilihat berdasarkan kesiapan sekolah tersebut dalam
melakukan kegiatan karya wisata. Faktor ini merupakan faktor internal dari pihak
sekolah yang dapat menunjukkan motif, kebutuhan, dan keinginan suatu sekolah
dalam melakukan kegiatan karya wisata yang dapat dikaitkan dengan permintaan
untuk melakukan kegiatan wisata pendidikan pertanian. Faktor pendorong suatu
sekolah dalam melakukan kegiatan karya wisata meliputi tujuan karya wisata,
periode karya wisata, dan bentuk kepanitiaan karya wisata.
Terdapat beberapa jenis tujuan yang berbeda yang ingin dicapai sekolah
responden dalam melakukan karya wisata (Gambar 1). Sebanyak 14 sekolah
responden mengadakan kegiatan karya wisata dengan tujuan sebagai aplikasi dari
teori yang dipelajari di dalam kelas, kemudian sebanyak 11 sekolah memiliki
tujuan sebagai sarana kegiatan pembelajaran di luar kelas.
Memberikan gambaran tentang jurusan dan
perkuliahan
Memperkenalkan lingkungan dan suasana
baru kepada siswa
Sarana rekreasi dan refreshing siswa
Sarana sosialisasi antara siswa, guru, dan
lingkungan
Menambah pengalaman bagi siswa untuk
aktif
Memperluas wawasan dan pengetahuan
siswa terhadap suatu materi
Aplikasi teori yang dipelajari di dalam kelas
Kegiatan pembelajaran di luar kelas

0

5
10
Jumlah sekolah

Gambar 1 Grafik tujuan sekolah responden mengadakan karya wisata

15

10

Jumlah sekolah

Tujuan karya wisata ini sejalan dengan pernyataan Michie (1998) yang
menyebutkan bahwa tujuan utama para guru mengadakan kegiatan karya wisata
adalah untuk memberikan pengalaman kehidupan nyata secara langsung yang
tidak dapat mereka dapatkan di kelas maupun laboratorium. Kekurangan bahan
materi yang diperlukan dalam kurikulum melalui pembelajaran di dalam kelas,
juga menjadi salah satu faktor utama guru mengadakan karya wisata (Mirka 1970,
Hickman 1976, Mason 1976; dalam Orion & Hofstein 1991). Sehingga sebagian
besar tujuan karya wisata yang ingin dicapai berkaitan dengan pembelajaran yang
telah dilakukan sebelumnya di dalam kelas.
Kegiatan wisata pendidikan pertanian yang dimiliki oleh AET IPB dapat
menjawab kebutuhan atas tujuan-tujuan yang ingin dicapai oleh sekolah tersebut.
Dengan konsep utama pendidikan pertanian atau agroedutourism, kegiatan wisata
AET IPB dapat menjadi sarana pembelajaran di luar kelas yang baik dengan
didukung oleh sumberdaya yang terdapat di dalam kampus melalui programprogram yang melibatkan praktek langsung sehingga para siswa dapat
memperoleh pengalaman baru. Objek-objek dan program yang tersedia di AET
IPB dapat disesuaikan dengan kebutuhan pembelajaran sesuai kurikulum sehingga
mampu menjadi sarana aplikasi teori yang telah dipelajari sebelumnya di dalam
kelas.
Kegiatan karya wisata telah menjadi agenda atau program rutin di 26
sekolah responden (Gambar 2). Sebanyak 17 sekolah responden melakukan karya
wisata dengan periode satu tahun sekali dan 9 sekolah responden lainnya
melakukan karya wisata dengan periode dua kali dalam setahun. Sedangkan 3
sekolah responden lainnya tidak memiliki periode khusus dalam melaksanakan
karya wisata karena belum menjadi agenda rutin sekolah.
18
16
14
12
10
8
6
4
2
0
1 kali

2 kali

Tidak ada periode khusus

Gambar 2 Grafik periode karya wisata sekolah responden
Sekolah yang sudah menjadikan karya wisata sebagai program rutin mereka
akan lebih siap dan termotivasi dalam mempersiapkan kegiatan karya wisata.
Sekolah tersebut juga telah terbiasa melakukan kegiatan karya wisata sehingga
kegiatan tersebut telah menjadi kebutuhan tetap dalam agenda sekolah. Hal ini
dapat mendorong permintaan untuk mengunjungi lokasi wisata pendidikan
pertanian sebagai alternatif tujuan karya wisata karena sekolah tersebut telah
memiliki kebutuhan untuk melakukan karya wisata yang sudah rutin.

11

Perencanaan dan pelaksanaan kegiatan karya wisata dilakukan oleh sekolah
dengan membentuk kepanitiaan tertentu (Gambar 3). Sebanyak 24 sekolah
responden menggunakan sistem kepanitiaan yang tersusun atas guru-guru yang
menangani kelas yang akan melakukan karya wisata, sehingga terjadi pergantian
kepanitiaan setiap kali kegiatan karya wisata diadakan. Sebanyak 4 sekolah
responden lainnya menggunakan susunan kepanitiaan yang tetap setiap periode
karya wisata dan 1 sekolah responden lainnya tidak memiliki kepanitiaan khusus.
30
Jumlah sekolah

25
20
15
10
5
0
Ada kepanitiaan tetap

Sesuai guru yang
menangani kelas yang
bersangkutan

Tidak ada kepanitiaan
khusus

Gambar 3 Grafik kepanitiaan karya wisata sekolah responden
Keterlibatan guru sebagai panitia dapat meningkatkan pemahaman guru
terhadap kegiatan karya wisata yang akan dilakukan. Guru pendamping yang telah
mengetahui baik rancangan kegiatan maupun materi yang akan disampaikan akan
lebih baik dalam memfasilitasi karya wisata (Bitgood 1989). Ritchie & Coughlan
(2004) juga menemukan bahwa 46% dari sekolah-sekolah yang melakukan
ekskursi di Australia memiliki staf atau guru yang selalu mengambil peran sebagai
perencana ekskursi sekolah mereka.
Motivasi sekolah melakukan kegiatan wisata pendidikan pertanian
Motivasi berkunjung merupakan faktor utama yang perlu diketahui untuk
menjelaskan perilaku pengunjung (Mansfield 1992 dalam Kassean & Gassita
2013). Pengidentifikasian motivasi pengunjung dapat dianggap sebagai hal yang
penting dalam rangka memahami perbedaan keinginan pengunjung dan untuk
mengsegmentasikan pasar (Lee 2000 dalam Kassean & Gassita 2013).
Terdapat beberapa kriteria motivasi dengan tingkat kepentingan yang
bervariasi dalam mendorong suatu sekolah untuk melakukan kegiatan wisata
pendidikan pertanian yang terdapat di AET IPB, seperti disajikan pada Tabel 3
yang diadaptasi dari penelitian Ritchie & Coughlan (2004). Berdasarkan Tabel 3
dapat dilihat bahwa kriteria motivasi yang memiliki tingkat kepentingan paling
tinggi adalah “mem erikan pengalaman aru agi siswa” (4.69 poin), kemudian
“ke utuhan kegiatan pem elajaran di luar kelas” (4.66 poin), “aktivitas yang
dilakukan selama kunjungan” (4.6 poin) dan “pelayanan yang diberikan” (4.62
poin).
Hal ini sejalan dengan tujuan yang umumnya ingin dicapai oleh sekolah
responden dalam melakukan karya wisata yaitu sebagai kegiatan pembelajaran di
luar kelas dan kebutuhan pengalaman baru bagi siswa. Pembelajaran di luar kelas

12

memang berperan penting dalam proses belajar mengajar karena dapat
menghubungkan teori yang para siswa peroleh di dalam kelas dengan kondisi di
kehidupan nyata, serta memberikan pengalaman langsung yang dapat
meningkatkan kesadaran lingkungan (Santi & Purboningrum 2004). Kondisi
lingkungan Kampus IPB Dramaga yang berbeda dengan kondisi lingkungan di
sebagian besar sekolah responden juga mendukung siswa untuk memperoleh
pengalaman baru.
Tabel 3 Tingkat kepentingan motivasi wisata pendidikan pertanian
No.

Motivasi berkunjung

1.

Memberikan
pengalaman baru
kepada siswa
Kebutuhan kegiatan
pembelajaran di luar
kelas
Aktivitas atau
kegiatan yang
dilakukan selama
kunjungan
Pelayanan yang
diberikan
Program yang
ditawarkan
Daya tarik atraksi
AET IPB
Memperkenalkan
lingkungan atau
suasana baru pada
siswa
Kemudahan akses dan
transportasi
Ketersediaan guru
pendamping
Keseuaian dengan
kurikulum
Menambah wawasan
siswa di bidang
pertanian
Keseuaian dengan
pembelajaran tertentu
Biaya yang
dihabiskan dalam
kunjungan efisien
Jarak dan waktu
perjalanan yang harus
ditempuh
Berada di Kampus
IPB sebagai pusat
pendidikan pertanian

2.

3.

4.
5.
6.
7.

8.
9.
10.
11.

12.
13.

14.

15.

4.69

Sangat
tidak
penting
(%)
0

4.66

0

0

3.45

27.59

68.96

4.62

0

0

3.45

31.03

65.52

4.62

0

0

6.90

24.14

68.96

4.52

0

0

3.45

41.38

55.17

4.38

0

0

6.90

48.27

44.83

4.35

0

0

17.24

31.04

51.72

4.35

0

0

10.35

44.83

44.83

4.31

0

3.45

6.90

44.83

44.83

4.28

0

0

17.24

37.93

44.83

4.28

0

0

17.24

37.93

44.83

4.24

0

0

17.24

41.38

41.38

4.24

0

0

17.24

41.38

41.38

4.10

0

3.45

20.69

37.93

37.93

3.96

0

0

27.59

48.47

24.14

Nilai tingkat
kepentingan
rata-rata

Tidak
penting
(%)

Cukup
penting
(%)

Penting
(%)

Sangat
penting
(%)

0

6.90

17.24

75.86

13

Jika dilihat berdasarkan kriteria motivasi yang sangat penting bagi sekolah
pada Tabel 3, maka “mem erikan pengalaman aru agi siswa” dinilai sangat
penting bagi sebagian besar sekolah (75.86%). Pengalaman baru yang secara
langsung dapat dialami oleh siswa dapat diperoleh melalui kegiatan karya wisata
(Michie 1998). Kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam kunjungan AET IPB
memang bersifat praktek langsung dimana para pengunjung dapat merasakan
langsung pengalaman pembelajaran yang baru sehingga dapat meningkatkan
pemahaman atas materi yang disampaikan dalam kegiatan kunjungan. Hal ini juga
menjawab ke utuhan atas krieria “ke utuhan kegiatan pem elajaran di luar kelas”
(68.98%), dan “aktivitas atau kegiatan yang dilakukan selama kunjungan”
(65.52%).
riteria motivasi “jarak dan waktu perjalanan yang harus ditempuh” dan
“ erada di ampus I B se agai pusat pendidikan pertanian” memiliki nilai ratarata tingkat kepentingan yang paling rendah dibandingkan kriteria motivasi
lainnya. Hal ini berarti faktor jarak dan waktu tempuh tidak terlalu mempengaruhi
motivasi sekolah responden dalam mengunjungi AET IPB, yang dibuktikan
dengan adanya beberapa sekolah yang memiliki jarak tempuh cukup jauh dari IPB
namun tetap melakukan kunjungan ke AET IPB. Kemudian faktor keberadaan
Kampus IPB sebagai pusat pendidikan pertanian juga tidak terlalu mempengaruhi
karena fokus sekolah yang ingin memberikan pengalaman baru dan pembelajaran
kepada siswa sesuai dengan tema dan objek yang dipilih. Meski demikian Tabel 3
menunjukkan bahwa kriteria-kriteria motivasi tersebut memiliki nilai kepentingan
rata-rata di atas 3.9 sehingga penting dalam meningkatkan motivasi sekolah
responden untuk mengunjungi AET IPB.

Jumlah sekolah

Kebutuhan pembelajaran pendidikan lingkungan hidup
Faktor pendorong lainnya dilihat dari keadaan lingkungan sekolah dan latar
belakang Pendidikan Lingkungan Hidup (PLH) sekolah responden. Sebanyak 16
sekolah responden berada di lingkungan pemukiman, yang tidak terlalu dekat
dengan pusat kota (Gambar 4). Sementara itu terdapat 7 sekolah yang berada di
lingkungan pemukiman di tengah pusat kota, 5 sekolah yang berada tepat di pusat
kota, dan 1 sekolah yang terletak di wilayah pedesaan.
18
16
14
12
10
8
6
4
2
0
Pusat kota

Pusat kota sekaligus Wilayah pemukiman Wilayah pedesaan
wilayah pemukiman

Gambar 4 Grafik keadaan lingkungan sekolah responden

14

Jumlah sekolah

Kampus IPB Dramaga merupakan kawasan kampus seluas 267 hektar yang
terdiri atas bangunan fasilitas pendidikan dan laboratorium lapang meliputi kebun,
hutan, kandang, dan kolam percobaan serta kawasan hijau lainnya yang selain
digunakan untuk keperluan pendidikan perguruan tinggi tetapi juga dapat
mendukung kegiatan pengenalan pendidikan pertanian melalui kunjungan AET
IPB. Terdapat perbedaan antara kondisi lingkungan IPB dengan lingkungan di
sekolah-sekolah responden. Perbedaan keadaan lingkungan antara sekolah dengan
lokasi karya wisata dapat meningkatkan antusiasme siswa untuk mengeksplorasi
dan beradaptasi dengan lingkungan yang baru. Perbedaan kondisi lingkungan juga
menjadi salah satu pertimbangan guru dalam menentukan destinasi karya wisata
(Howard 2000 diacu dalam Dale 2013).
Ketersediaan mata pelajaran PLH di sekolah berkaitan dengan permintaan
kunjungan AET IPB untuk memenuhi kebutuhan PLH bagi siswa. Mata pelajaran
PLH telah diterapkan pada 23 sekolah responden dengan terintegrasi dalam
berbagai mata pelajaran lainnya meliputi Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), Ilmu
Pengetahuan Sosial (IPS), muatan lokal dan mata pelajaran Pendidikan
Lingkungan Kehidupan Jakarta (PLKJ) untuk sekolah yang berada di wilayah
Jakarta (Gambar 5). Berdasarkan SK bersama Menteri Lingkungan Hidup dan
Menteri Pendidikan Nasional
nomor:
Kep.
No.07/MenLH/06/2005
No.05/VI/KB/2005 untuk Pembinaan dan Pengembangan PLH, mata pelajaran
PLH diadakan sebagai salah satu proses pembelajaran untuk meningkatkan
kesadaran dan kepedulian siswa terhadap lingkungan serta membentuk
pengetahuan, keterampilan, sikap, perilaku, motivasi dan komitmen untuk
menjaga lingkungan. Dalam SK bersama ini terdapat penekanan bahwa PLH
dilakukan secara integrasi dengan mata ajaran yang telah ada.
20
18
16
14
12
10
8
6
4
2
0
mata
pelajaran
tersendiri

terintegrasi
IPA

terintegrasi
IPS

terintegrasi terintegrasi tidak tersedia
PLKJ
muatan lokal

Gambar 5 Grafik ketersediaan pelajaran PLH di sekolah responden
Selain melalui pembelajaran di kelas, pengenalan terhadap lingkungan juga
dilakukan beberapa sekolah melalui kegiatan-kegiatan di luar kelas yang bertema
lingkungan (Gambar 6). Sebanyak 11 sekolah memiliki dan mengelola sendiri
kebun atau taman yang terdapat di sekolahnya, sementara itu 7 sekolah pernah
melakukan kegiatan penanaman di sekolah meski pengelolaan taman nantinya
bukan oleh siswa. Terdapat 4 sekolah responden yang tidak pernah melakukan
kegiatan bertema lingkungan di sekolahnya.

15

Tidak ada
Pengolahan sampah
Kegiatan ekstrakurikuler
Workshop/seminar
Kegiatan penanaman di sekolah
Pengelolaan kebun/taman sekolah
0

5
10
Jumlah sekolah

15

Gambar 6 Grafik kegiatan bertema lingkungan di sekolah responden
Latar belakang lingkungan sekolah dan pendidikan lingkungan yang
diadakan di sekolah responden dapat menjadi faktor pendorong sekolah tersebut
untuk melakukan kegiatan karya wisata, yaitu sebagai pengembangan dari materi
yang diajarkan dalam mata pelajaran PLH di sekolah. Melalui kegiatan karya
wisata, siswa dapat mengaplikasikan apa yang telah dipelajari di sekolah
sebelumnya maupun mengambil pelajaran mengenai pendidikan lingkungan di
lokasi wisata yang nantinya dapat diaplikasikan kembali di sekolah. Dengan
demikian kegiatan karya wisata dapat mendukung pembelajaran PLH dimana
pemahaman dan sikap pelestarian lingkungan dapat ditumbuhkan sejak dini
melalui kegiatan-kegiatan yang dilakukan dan materi yang diperoleh dari karya
wisata (Khomsatun 2006).

Faktor Penarik Permintaan Wisata Agroedutourism IPB
Permintaan wisata juga dapat dipengaruhi oleh faktor penarik (pull factor).
Faktor penarik permintaan wisata lebih banyak tertuju kepada citra atau bentuk
dari suatu destinasi yang ditawarkan dan mampu menarik seseorang untuk
melakukan wisata ke destinasi tersebut (Richardson & Fluker 2004 diacu dalam
Pitana & Gayatri 2005). Faktor penarik permintaan wisata AET IPB dapat dilihat
dari pemilihan objek dalam kunjungan AET IPB , karaktersitik kunjungan AET
IPB, dan pendapat mengenai pelaksanaan kunjungan AET IPB.
Pemilihan objek dalam kunjungan Agroedutourism IPB
Objek-objek AET IPB tersebar di berbagai Fakultas dan unit-unit di IPB dan
memiliki tema yang beragam yang dapat disesuaikan dengan tema kegiatan karya
wisata yang dilakukan. Pemilihan objek yang dilakukan oleh sekolah responden
dapat dipengaruhi oleh beberapa pertimbangan seperti keterkaitan dengan
pembelajaran di sekolah, kesesuaian dengan tema kegiatan karya wisata yang
dilakukan, kesesuaian dengan pemahaman siswa peserta kunjungan, serta biaya
objek yang ingin dikunjungi.
Objek AET IPB yang paling banyak dikunjungi pada tahun 2014 adalah
Fakultas Peternakan (Gambar 8). Pemilihan objek yang dikunjungi oleh sekolah
pengunjung AET IPB dilakukan berdasarkan tema karya wisata yang ingin
sekolah berikan kepada para siswa.

16

Biopharmaca Research Center
Teaching Farm
Penangkaran Kupu-kupu Fakultas Kehutanan
Unit Produksi Ikan
Kolam Percobaan FPIK
Desain Taman Lanskap
Teaching Industry Fakultas Peternakan
F-Technopark
Kultur Jaringan
Forest Outbond
Recycle Paper
Fakultas Peternakan
Hydrogell
Kebun Tumbuhan Obat Biofarmaka
Museum Serangga
Kebun Percobaan Cikabayan
0

5
10
Jumlah sekolah

15

Gambar 7 Grafik objek AET IPB yang dikunjungi
Pada tahun 2014 sebagian sekolah responden menerapkan kurikulum 2013
dimana terdapat salah satu kompetensi yang harus dipenuhi oleh siswa adalah
berkaitan dengan alam dan lingkungan, terutama pengenalan hewan. Hal ini
menjadi salah satu alasan mengapa pada tahun 2014 objek yang paling banyak
dikunjungi adalah Fakultas Peternakan yang memang melibatkan pengenalan
peserta terhadap hewan ternak di dalam kegiatannya. Selain Fakultas Peternakan,
terdapat objek lainnya yang dapat mendukung kebutuhan untuk pembelajaran
kompetensi tersebut seperti Penangkaran Kupu-kupu Fakultas Kehutanan, Kolam
Percobaan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, dan Museum Serangga.
Selain itu objek lainnya yang dikunjungi pada tahun 2014 adalah objekobjek dengan tema tumbuhan dan budidaya tanaman, seperti Kebun Percobaan
Cikabayan, Kebun Tumbuhan Obat Biofarmaka, Teaching Farm, Hydrgogell dan
Kultur Jaringan. Objek bertema kehutanan yang dikunjungi pada tahun 2014
meliputi Forest Outbond dan Recycle Paper. Berdasarkan hasil wawancara
diketahui bahwa pemilihan objek yang akan dikunjungi dalam kunjungan AET
IPB sebagian besar atas pertimbangan tema kegiatan karya wisata yang diusung
serta kebutuhan pembelajaran yang terkait di sekolah.
Karakteristik kunjungan Agroedutourism IPB
Terdapat beberapa variabel yang diamati dalam karakteristik kunjungan
sekolah responden ke AET IPB (Tabel 4). Sebanyak 8 sekolah baru mengetahui
tentang AET IPB dalam waktu kurang dari setahun, kemudian 8 sekolah lainnya
baru mengetahui tentang AET IPB dalam waktu 1-2 tahun. Sebagian besar
sekolah yang baru mengunjungi AET IPB untuk pertama kalinya baru mengetahui
AET IPB dalam periode waktu tersebut. Sekolah responden lainnya yang telah
mengetahui AET IPB dalam periode waktu yang cukup lama, biasanya pernah
mengunjungi AET IPB pada tahun sebelumnya. Sekolah yang pernah berkunjung
ke suatu lokasi sebelumnya akan memiliki pengetahuan yang lebih baik mengenai
lokasi tersebut dan dapat merencanakan dengan baik program karya wisatanya.

17

Tabel 4 Karakteristik kunjungan sekolah responden ke AET IPB
No.
Variabel
Jumlah
Proporsi (%)
(sekolah)
1.
Lama mengetahui AET IPB:
< 1 tahun
8
27.59
1 – 2 tahun
8
27.59
2 – 3 tahun
1
3.45
3 – 4 tahun
3
10.34
4 – 5 tahun
3
10.34
> 5 tahun
6
20.69
Jumlah
29
100.00
2.
Jumlah kunjungan ke AET IPB:
1 kali
14
48.28
2 kali
9
31.03
3 kali
2
6.90
> 3 kali
4
13.79
Jumlah
29
100.00
3.
Jumlah objek dikunjungi:
1 objek
16
55.17
2 objek
10
34.48
3 objek
3
10.35
Jumlah
29
100.00
4.
Lama waktu kunjungan:
< 3 jam
10
34.48
3 – 6 jam
16
55.17
6 – 12 jam
3
10.35
Jumlah
29
100.00
5.
Kegiatan yang dilakukan selama
kunjungan:
Kegiatan di objek AET IPB saja
22
75.86
Pengenalan IPB dari Humas IPB
2
6.90
Kunjungan ke objek lainnya di luar IPB
5
17.24
Jumlah
29
100.00
6.
Jumlah siswa dalam kunjungan:
< 30 orang
1
3.45
30 – 50 orang
3
10.35
51 – 100 orang
7
24.13
100 – 200 orang
15
51.72
> 200 orang
3
10.35
Jumlah
29
100.00
Berdasarkan jumlah kunjungan pada Tabel 4, sebanyak 14 sekolah
responden merupakan first timer atau baru pertama kali mengunjungi AET IPB
pada tahun 2014. Sebanyak 9 sekolah lainnya mengunjungi AET IPB untuk kedua
kalinya dan sisanya melakukan lebih dari tiga kali kunjungan. Hal ini
menunjukkan adanya permintaan dari sekolah yang sudah pernah berkunjung
sebelumnya yang dapat ditimbulkan oleh adanya keinginan untuk berkunjung
kembali setelah puas dengan pengalaman kunjungan sebelumnya.

18

Kegiatan kunjungan ke AET IPB yang dilakukan dalam rangka karya wisata
berkaitan dengan periode karya wisata yang biasanya dimiliki oleh sekolahsekolah dimana kegiatan kunjungan hanya dilakukan sebanyak 1 kali atau 2 kali
dalam satu tahun. Sehingga sekolah responden yang telah melakukan kunjungan
lebih dari satu kali kemungkinan besar melakukan kunjungan ke AET pada tahuntahun sebelumnya, sehingga sesuai dengan lama sekolah tersebut mengetahui
AET IPB yang semakin lama.
AET IPB memiliki beberapa objek kunjungan dengan program dan aktivitas
yang ditawarkan yang berbeda-beda. Kunjungan ke AET IPB dapat dilakukan
dengan mengunjungi 1 hingga 3 objek dalam sehari, karena durasi masing-masing
objek berkisar antara 1-3 jam. Sebanyak 16 sekolah responden memilih untuk
mengunjungi 1 objek ketika berkunjung ke AET IPB (Tabel 4). Selain karena
pertimbangan waktu, biasanya sekolah juga menyesuaikan jumlah objek yang
dikunjungi dengan anggaran yang direncanakan. Selain itu, keinginan sekolah
untuk fokus pada satu tema juga menjadi pertimbangan karena kunjungan karya
wisata dengan hanya satu tema atau satu fokus utama dapat lebih meningkatkan
dampak terhadap kognitif, keahlian, pengetahuan, minat dan karir siswa di masa
mendatang (Hutson et al. 2011 diacu dalam Behrendt & Franklin 2014).
Kegiatan kunjungan karya wisata yang dilakukan di AET IPB biasanya
berlangsung dalam waktu satu hari. Berdasarkan lama kunjungan, 16 sekolah
responden menghabiskan waktu selama 3-6 jam di AET IPB (Tabel 4). Sekolahsekolah tersebut biasanya mengunjungi lebih dari satu objek sehingga
membutuhkan waktu yang cukup lama. Sebanyak 10 sekolah lainnya
menghabiskan waktu kunjungan kurang dari 3 jam. Kelompok ini hanya
mengunjungi satu objek AET IPB.
Durasi waktu kunjungan selama 3-6 jam tersebut merupakan durasi yang
efektif karena berdasarkan hasil wawancara, sekolah responden yang
menghabiskan waktu kunjungan kurang dari 3 jam menyatakan merasa terburuburu dan masih penasaran karena kurang lama siswa beraktivitas. Berdasarkan
salah satu penelitian Bitgood (1989), baik siswa maupun guru yang melakukan
karya wisata merasa terburu-buru dengan kunjungan selama 2 jam saja, dan lebih
menyukai kegiatan karya wisata yang lebih lama bahkan hingga sehari penuh.
Berdasarkan ukuran rombongan atau jumlah peserta, sebanyak 17 sekolah
responden membawa sekitar 100 hingga 200 siswa dalam rombongan ketika
mengunjungi AET IPB (Tabel 4). Ukuran rombongan peserta kunjungan berkaitan
dengan daya tampung atau kapasitas AET IPB dalam menerima kunjungan. Hal
ini dapat menjadi pertimbangan sekolah dalam menentukan AET IPB sebagai
tujuan karya wisata.
Selama kegiatan kunjungan AET IPB, sebagian besar waktu kunjungan
dihabiskan di objek yang dipilih (Tabel 4). Meski demikian, terdapat beberapa
sekolah yang tidak hanya mengunjungi AET IPB pada hari tersebut dan memiliki
kegiatan atau objek lain yang dikunjungi. Sebanyak 22 sekolah responden hanya
mengunjungi objek AET IPB pada saat itu sehingga kegiatan yang dilakukan
merupakan kegiatan yang ditawarkan di objek masing-masing. Sebanyak 2
sekolah lainnya, selain melakukan kegiatan di objek juga mengikuti kegiata