Pengelolaan Lanskap Wisata Di Pantai Pasir Putih Satu Kabupaten Fakfak, Papua Barat

2

PENGELOLAAN LANSKAP WISATA
DI PANTAI PASIR PUTIH SATU, KABUPATEN FAKFAK,
PAPUA BARAT

HERAWATY PARE

DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

2

5

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengelolaan Lanskap

Wisata di Pantai Pasir Putih Satu Kabupaten Fakfak, Papua Barat adalah benar
karya saya dengan arahan dari pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa
pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip
dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah
disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir
skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.

Bogor, Februari 2015

Herawaty Pare
NIM A44090193

2

5

ABSTRAK
HERAWATY PARE. Pengelolaan Lanskap Wisata di Pantai Pasir Putih Satu

Kabupaten Fakfak, Papua Barat. Dibimbing oleh HADI SUSILO ARIFIN.
Pantai Papua memiliki pemandangan yang indah, udara yang sejuk, dan
tempat yang menarik untuk kegiatan rekreasi. Lanskap ini berpotensi di sektor
pariwisata. Sayangnya, pembangunan yang tidak terkendali dan masalah sosial
budaya yang terjadi berpotensi mengancaman kelestariannya. Oleh karena itu,
diperlukan pengelolaan yang tepat untuk mengatasinya. Pantai Pasir Putih Satu
merupakan salah satu tempat tujuan wisata di Kabupaten Fakfak, Papua Barat yang
perlu dilestarikan. Tujuan dari penelitian ini adalah mengidentifikasi dan
menganalisis masalah serta potensi tapak yang berkaitan dengan pengelolaan, dan
membuat rencana pengelolaan. Penelitian ini dilakukan selama delapan bulan,
sambil melakukan magang di Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Fakfak.
Berdasarkan hasil penelitian, pengelolaan di kawasan ini adalah tidak efektif.
Penyebab utamanya adalah mengenai masalah kepemilikan lahan, sehingga
berpengaruh pada pengelolaannya. Tidak ada lembaga yang mengelola kawasan ini.
Pemeliharaan hanya dilakukan oleh masyarakat setempat. Berdasarkan hasil
identifikasi dan analisis, kemudian akan terbentuk rencana pengelolaan berupa
rekomendasi manajemen yang berisi struktur organisasi, pekerjaan, jadwal, alat dan
bahan, rencana anggaran, serta kebijakan pengelolaan yang dapat membuat lanskap
menjadi berkualitas, fungsional, dan berkelanjutan.
Kata kunci: kapasitas kerja, keberlanjutan, sistem pengelolaan lanskap, wisata,


ABSTRACT
HERAWATY PARE. Tourism Landscape Management in “Pasir Putih Satu”
Beach, Fakfak Regency, West Papua. Supervised by HADI SUSILO ARIFIN.
Papua Beach has a beautiful coast, mild weather, and attractive place for
recreation activities. This potential landscape for the tourism sector. However,
uncontrolled development and social cultural issues potential threat to its
sustainability. Therefore, right management is needed to overcome. “Pantai Pasir
Putih Satu” is one of the tourist destination in Fakfak Regency, West Papua that
need to be preserved. The purpose of this study is do identify and analyze the
problems and potential of the site related to the management, and do establish
management plans. The study was conducted eight months, while doing an
internship at the Department of Culture and Tourism Fakfak Regency. Based on the
results of research, management of this area is not effective. The main cause is a
land tenure issues, so the effect on its management. There is no institution that do
responsible do manage this area. Maintenance has been done by local people. Based
on identification and analysis, then get management plan form of management
recommendations contains the organizational structure, employment, schedules,
tools and materials, budget plans, and management policy which can make the
landscape qualified, functional, and sustainable.

Key words:. Landscape management system, sustainability, tourism, work
effectiveness

2

2

PENGELOLAAN LANSKAP WISATA
DI PANTAI PASIR PUTIH SATU, KABUPATEN FAKFAK,
PAPUA BARAT

HERAWATY PARE

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian pada
Departemen Arsitektur Lanskap

DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP
FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

2

2

5

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus atas segala karuniaNya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan dengan baik. Tema yang dipilih
dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Maret hingga September 2014 ini
ialah Pengelolaan Lanskap, dengan judul “Pengelolaan Lanskap Wisata di Pantai
Pasir Putih Satu Kabupaten Fakfak, Papua Barat” di bawah bimbingan Prof. Dr. Ir.
Hadi Susilo Arifin, M.S.
Dalam penyusunan karya ilmiah ini penulis banyak mendapat bimbingan,
motivasi, dan bantuan dari berbagai pihak. Sebagai ungkapan rasa syukur penulis
mengucapkan terima kasih kepada Prof. Dr. Ir. Hadi Susilo Arifin, M.S. selaku

dosen pembimbing skripsi dan Dewi Rezalini Anwar, SP, M. A. Des selaku dosen
pembimbing akademik atas bimbingan, dukungan, dan berbagai masuk yang
diberikan. Terima kasih juga penulis ucapkan kepada dosen-dosen penguji Dr. Ir.
Nurhayati H S Arifin, MSc dan Dr. Kaswanto, SP. MSi atas bimbingan, dukungan,
dan masukannya. Disamping itu, terima kasih juga kepada Bapak Kaliktus
Tanggahma, S. Pd selaku Kepala Dinas dan seluruh pegawai Dinas Kebudayaan
dan Pariwisata Kabupaten Fakfak atas bimbingan serta bantuan selama kegiatan
penelitian berlangsung. Selain itu, terima kasih juga kepada sahabat-sahabat dan
teman-teman ARL 46 atas bantuan, dukungan dan doanya. Ungkapan terima kasih
ini juga penulis ucapkan kepada Bapak, Ibu, Kak Wirda, dan Deny serta keluarga
besar atas doa dan dukungan baik moril maupun materil yang tidak tergantikan.

Bogor, Februari 2015
Herawaty Pare

2

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL


iv

DAFTAR GAMBAR

iv

PENDAHULUAN
Latar Belakang

1

Tujuan Penelitian

1

Manfaat Penelitian

1

Kerangka Pikir


2

TINJAUAN PUSTAKA
Lanskap Pesisir

3

Wisata

3

Pengertian Wisata

3

Penawaran Wisata

4


Permintaan Wisata

4

Pengelolaan Wisata Pesisir

5

Pengelolaan Lanskap

5

Pengelolaan Lanskap Pesisir

6

Pengelolaan Wisata

6


Pariwisata Berkelanjutan

6

METODE
Lokasi

7

Waktu

8

Alat dan Data Penelitian

8

Metode

9


Pengumpulan Data

9

Analisis dan Sintesis

9

1.

Analisis Deskriptif

9

2.

Analisis Daya Dukung Kawasan

9

3.

Analisis Efektivitas Kerja

10

4.

Analisis Penawaran dan Permintaan Wisata

11

Penyusunan Rencana Pengelolaan

11

Batasan

12

HASIL DAN PEMBAHASAN
Analisis Situasional Kabupaten Fakfak

12

Geografi

12

Iklim

12

Topografi dan Kemiringan

13

Demografi dan Sosial Ekonomi

13

Vegetasi

14

Geologi dan Tanah

14

Hidrologi

14

Analisis Situasional Pantai Pasir Putih Satu

15

Aspek Fisik

15

Aspek Biofisik

15

Aspek Sosial Budaya

15

1. Karakteristik Pengunjung

15

2. Persepsi Pengunjung

15

Kondisi Lanskap Pantai Pasir Putih Satu
Pola Pembagian Ruang

15
16

1.

Area Parkir

17

2.

Area Transisi

18

3.

Area Penyangga

18

4.

Area Rekreasi

18

5.

Area Terbangun

19

Sirkulasi

19

1.

Jalur Sirkulasi Kendaraan Pengunjung

19

2.

Jalur Sirkulasi Pengunjung (Manusia)

20

Tanaman

20

Fasilitas di Pantai Pasir Putih Satu

22

Kegiatan Pemeliharaan Pantai Pasir Putih Satu

24

Pembersihan Areal Kawasan dan Tanaman

24

Pembuangan sampah

24

Pemotongan Rumput

25

Pemangkasan Semak
Pengelolaan Pantai Pasir Putih Satu

25
25

Struktur Organisasi

26

Ketenagakerjaan

28

Jadwal Pemeliharaan

28

Alat dan Bahan Pemeliharaan

28

Anggaran Biaya Pemeliharaan

29

Efektivitas Kerja

29

Rencana Pengelolaan Lanskap

29

Struktur Organisasi

30

Ketenagakerjaan

31

Jadwal Pemeliharaan

31

Alat dan Bahan Pemeliharaan

33

Anggaran Biaya Pemeliharaan

37

Aspek Wisata

38

1.

Penawaran Wisata

38

2.

Permintaan Wisata

38

3.

Daya Dukung Kawasan

39

4.

Fasilitas Rekreasi

40

Kebijakan

40

1. Sosial Budaya

40

2. Tata Ruang

41

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan

41

Saran

42

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP

DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17

Jenis Data yang Diperlukan
Kriteria Daya Dukung Wisata Alam
Standar Kapasitas Kerja Operator Pemeliharaan Taman
Kondisi Iklim Kabupaten Fakfak
Tanaman Eksisting Pantai Pasir Putih Satu
Fasilitas yang Tersedia
Kegiatan-kegiatan Pemeliharaan di Pantai Pasir Putih Satu
Jadwal Pemeliharaan Lanskap Pantai Pasir Putih Satu
Inventarisasi alat Pemeliharaan di Pantai Pasir Putih Satu
Kapasitas Tenaga Kerja
Rekomendasi Jadwal pemeliharaan
Rekomendasi Alat dan Bahan Pemeliharaan
Rencana Biaya Pengadaan Barang Pertahun
Rencana Biaya Pemeliharaan Pertahun
Produk dan Jasa Wisata yang Ditawarkan di Pantai Pasir Putih Satu
Faktor-faktor Permintaan Wisata yang Berlangsung
Di Pantai Pasir putih Satu
Daya Dukung Aktivitas Rekreasi Kawasan

8
10
10
13
20
23
24
28
29
29
33
33
35
37
35
39
39

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16

Kerangka Pikir Penelitian
Lokasi Penelitian
Peta Eksisting Pantai Pasir Putih Satu
Titik-titik Obyek yang Ada
Peta Pembagian Ruang Pantai Pasir Putih Satu
Area Parkir
Area Transisi
Area Penyangga
Area Rekreasi
Area Terbangun
Peta Sirkulasi Pantai Pasir Putih Satu
Sampah Kering yang Siap Dibakar
Struktur Organisasi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Fakfak
Rencana Model Kemitraan
Rekomendasi Struktur Organisasi Dinas Kebudayaan dan
Pariwisata Kabupaten Fakfak
Jenis Fasilitas yang Perlu Ditambahkan

2
7
16
16
17
17
18
18
18
19
19
25
27
30
32
40

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Lanskap pesisir merupakan sebuah lanskap peralihan antara lanskap daratan
dan lanskap perairan (Dahuri et al. 1996). Pesisir menyediakan pemandangan
pantai dan laut yang indah, udara yang sejuk, serta tempat yang atraktif untuk
berbagai aktivitas rekreasi dan pariwisata. Pariwisata kini telah menjadi bagian
penting kebutuhan dasar masyarakat dan semakin berkembang. Hal ini sangat
berpotensi meningkatkan perekonomian suatu daerah melalui sektor pariwisata.
Papua merupakan salah satu pulau terbesar di Indonesia yang kaya akan
sumber daya alamnya. Pesona alam dan kondisi alam yang ditawarkan sangat
indah dan menarik. Pesona alam pesisirnya pun mampu berhasil memikat mata
dunia. Pesisirnya menyediakan potensi sumberdaya alam dan tata lingkungan
yang menarik, sehingga menjadi potensi daya tarik wisata. Hal ini menyebabkan
pesisir banyak dimanfaatkan sebagai kawasan wisata. Namun, maraknya
pembangunan di daerah pesisir yang tidak terkontrol berpotensi mengancam
kelestariannya.
Salah satu lanskap pesisir di Papua Barat yang dimanfaatkan untuk kegiatan
pariwisata adalah Pantai Pasir Putih Satu, Kabupaten Fakfak. Namun, akibat dari
aktivitas pembangunan yang semakin meningkat dan berbagai permasalahan
sosial budaya yang timbul berpotensi mengancaman kelestarian lanskapnya. Oleh
karena itu, untuk mengatasinya dibutuhkan suatu usaha pengelolaan yang tepat.
Permasalahan utama yang menjadi penghambat pengelolaan kawasan ini adalah
hak kepemilikan lahan. Hal ini menyebabkan belum ada lembaga yang mengelola
kawasan ini. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Budpar) Kabupaten Fakfak telah
melakukan berbagai upaya untuk dapat bertindak sebagai pengelola kawasan ini,
seperti menyusun Rencana Induk Pengembangan Obyek Wisata (RIPOW) Pantai
Pasir Putih, namun hingga saat ini belum diaplikasikan. Secara umum, RIPOW
yang direncanakan hanya sebatas manajemen dari aspek wisata. Oleh karena itu,
perlu dibuat rencana pengelolaan yang tepat untuk memaksimalkannya, baik dari
aspek manajemen dan aspek wisatanya.
Tujuan Penelitian
1.
2.

Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
mengidentifikasi dan menganalisis berbagai permasalahan dan potensi Pantai
Pasir Putih Satu terkait pengelolaannya;
mencari alternatif untuk menyusun rencana pengelolaan Pantai Pasir Putih
Satu sehingga menjadikan lanskap tersebut tersebut menjadi berkualitas,
fungsional, dan berkelanjutan terutama fungsinya sebagai kawasan wisata.
Manfaat Penelitian

Manfaat yang dari penelitian ini adalah menghasilkan karya lanskap yang
berguna berupa rencana pengelolaan lanskap. Karya ini dapat menjadi panduan

2

bagi pihak-pihak yang mengelola Pantai Pasir Putih Satu dalam rangka
melestarikan dan menunjang fungsi kawasan sebagai kawasan wisata.
Kerangka Pikir
Pemanfaatan suatu kawasan yang tidak diiringi pengelolaan yang tidak tepat
berpotensi mengancam kelestariannya. Oleh karena itu, dibutuhkan suatu usaha
pengelolaan yang tepat untuk melestarikannya.
Pantai Pasir Putih Satu, Kabupaten Fakfak merupakan salah satu lanskap
pesisir yang dimanfaatkan sebagai kawasan wisata. Namun, berbagai
permasalahan yang muncul berpotensi mengancam kelestariannya. Oleh karena
itu, kawasan ini membutuhkan sistem pengelolaan yang tepat agar lestari.
Berbagai isu pengelolaan yang timbul harus dianalisis dan dievaluasi agar
diketahui penyebab dan potensi yang dapat mempengaruhi kelestarian kawasan
ini. Hasil dari analisis dan evaluasi tersebut perlu disintesis sehingga
menghasilkan produk lanskap berupa rencana pengelolaan lanskap. Penelitian ini
fokus pada sistem pengelolaan. Produk lanskap yang dihasilkan adalah rencana
pengelolaan lanskap pesisir yang dapat menjadikan lanskap ini menjadi
berkualitas, fungsional, dan berkelanjutan (Gambar 1).
Lanskap Pesisir Pantai Pasir Putih Satu,
Kabupaten Fakfak
Isu Pengelolaan
Manajemen Teknis
Research (Pengumpulan Data)
Analisis Tapak

Evaluasi Aspek Pengelolaan
Sintesis
Solusi Pengelolaan
Pengelolaan Lanskap

Organisasi Tenaga Kerja Jadwal

Alat &
Bahan

Biaya

Aspek
Wisata

Rencana Pengelolaan Pantai Pasir Putih Satu,
Kabupaten Fakfak
Gambar 1 Kerangka Pikir Penelitian

Kebijakan

3

TINJAUAN PUSTAKA
Lanskap Pesisir
Wilayah pesisir adalah suatu wilayah peralihan antara daratan dan lautan.
Batas wilayah pesisir di tiap negara berbeda-beda. Hal ini dikarenakan setiap
negara memiliki karakteristik lingkungan, sumberdaya dan sistem pemerintahan
sendiri.
Salah satu penentuan batas wilayah pesisir untuk kepentingan pengelolaan
adalah batas ke arah darat dari suatu wilayah pesisir yang ditetapkan menjadi dua
macam, yaitu batas untuk wilayah perencanaan (planning zone) dan batas untuk
wilayah pengaturan (regulation zone) atau pengelolaan keseharian (day-to-day
management). Wilayah perencanaan sebaiknya meliputi seluruh daerah daratan
(hulu) apabila terdapat manusia (pembangunan) yang memberikan dampak secara
nyata terhadap lingkungan dan sumber daya pesisir, maka wilayah pesisir ke arah
darat untuk kepentingan perencanaan dapat sangat jauh ke arah hulu. Dalam
pengelolaan sehari-hari, pemerintah (pihak pengelola) memiliki kewenangan
penuh untuk menolak izin pembangunan (Dahuri et al. 1996).
Definisi wilayah pesisir yang digunakan di Indonesia adalah daerah
pertemuan antara darat dan laut, ke arah darat wilayah pesisir meliputi bagian
daratan, baik kering maupun terendam air, yang masih dipengaruhi sifat-sifat laut
seperti pasang surut, angin laut, dan perembasan air asin, sedangkan ke arah laut
wilayah pesisir mencakup bagian laut yang masih dipengaruhi oleh proses-proses
alami yang terjadi di darat seperti sedimentasi dan aliran air tawar, maupun
disebabkan oleh kegiatan manusia di darat seperti penggundulan hutan dan
pencemaran (Soegiarto 1976 disitasi oleh Dahuri et al. 1996).
Wisata
Pengertian Wisata
Dalam Undang-Undang RI No 10 Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan,
wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan seseorang atau sekelompok
orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi, pengembangan
pribadi, atau mempelajari keunikan daya tarik wisata yang dikunjungi dalam
jangka waktu sementara. Setiap orang akan berwisata dan pariwisata bisa lakukan
di dalam dan di luar tempat tinggalnya. Dasar konsep pariwisata adalah
manusia,wilayah geografis baik daerah asal maupun destinasi tujuan wisata serta
industri yang menyediakan fasilitas dan pelyanan wisata (Ismayanti 2010).
Menurut Janianton dan Helmut 2005, dari sisi ekonomi, pariwisata muncul dari
empat unsur pokok, yaitu:
1. permintaan atau kebutuhan;
2. penawaran dan pemenuhan kebutuhan berwisata itu sendiri;
3. pasar dan kelembagaan yang berperan untuk memfasilitasi keduanya; dan
4. pelaku dan aktor yang menggerakkan ketiga elemen tadi.
Dalam penelitian ini, dibahas permintaan serta penawaran dan pemenuhan
kebutuhan wisata. Hal ini dikarenakan kedua unsur ini merupakan bagian dari
pendukung wisata yang berkaitan erat dengan pengelolaan kawasan objek wisata.

4

Penawaran Wisata
Penawaran wisata terkait dengan produk dan jasa yang ditawarkan atau
diberikan kepada wisatawan. Produk wisata adalah semua produk yang
diperuntukkan bagi seseorang selama melakukan kegiatan wisata (Freyer 1993
disitasi oleh Janianton dan Helmut 2005). Sedangkan jasa adalah layanan yang
diterima wisatawan ketika mereka memanfaatkan produk tersebut. Produk dan
jasa tersebut harus sudah siap dikonsumsi oleh wisatawan.
Elemen penawaran wisata terdiri dari:
1. luas lahan, yaitu luas lahan yang disediakan kawasan wisata untuk kegiatan
rekreasi;
2. fasilitas, mencakup keseluruhan fasilitas penunjang rekreasi yang ditawarkan
oleh tempat wisata kepada wisatawan;
3. infrastruktur, mencakup semua konstruksi di bawah dan di atas tanah di
kawasan wisata.;
4. atraksi, yaitu objek wisata yang memberikan kenikmatan bagi wisatawan.
Atraksi terbagi menjadi atraksi alam, atraksi budaya, dan atraksi buatan.
Atraksi alam meliputi pemandangan alam, kekayaan flora dan fauna. Atraksi
budaya meliputi peninggalan sejarah dan adat istiadat. Sedangkan atraksi
buatan yaitu meliputi wisata buatan;
5. aksesibilitas, mencakup keseluruhan infrastruktur transportasi yang dapat
menjangkau wisatawan dengan tujuan wisata;
6. manajemen, yaitu mencakup manajemen kawasan terkait pemeliharaan
kawasan maupun pengelolaan wisatanya termasuk didalamnya pegawai, alat,
pos informasi dan tempat sampah yang disediakan; dan
7. amenitas, yaitu infrastruktur yang tidak langsung terkait dengan pariwisata
tetapi sering menjadi bagian dari kebutuhan wisatawan. Contohnya adalah
bank, penukaran uang, telekomunikasi, usaha persewaan, penerbit dan
penjual buku panduan wisata, dan seni pertunjukan.
Semakin lengkap dan terintegrasinya unsur-unsur tersebut di dalam produk
wisata maka semakin kuat posisi penawaran dalam sistem kepariwisataan. Untuk
memperkuat posisi tersebut maka kualitas produk yang ditawarkan perlu
diperhatikan dengan baik. Kualitas produk yang baik terkait dengan empat hal,
yaitu:
1. keunikan yaitu kombinasi kelangkaan daya tarik yang khas melekat pada
suatu objek wisata;
2. originalitas mencerminkan keaslian, yaitu seberapa jauh suatu produk tidak
terkontaminasi oleh model atau nilai yang berbeda dengan nilai aslinya;
3. otentitas mengacu pada keaslian, hanya saja lebih terkait pada kecantikan atau
nepotisme daya sebagai atraksi wisata (Kontogeorgopulos 2003 disitasi oleh
Janianton dan Helmut 2005); dan
4. keragaman, produk dan jasa yang ditawarkan, yang dimana wisatawan harus
diberikan banyak pilihan produk dan jasa yang secara kualitas.
Permintaan Wisata
Permintaan wisata dipengaruhi oleh keinginan wisatawan untuk melakukan
wisata. Permintaan wisata terkait dengan jumlah pengunjung, perilaku
pengunjung di tempat wisata, latar belakang pengunjung, dan atraksi wisata yang

5

diinginkan oleh wisatawan. Berbagai hal tersebutlah yang mempengaruhi
keputusan wisatawan untuk berwisata ke suatu tempat wisata. Beberapa
pertimbangan penting yang dilakukan wisatawan dalam memutuskan perjalanan
wisata adalah:
1. Biaya
Biaya merupakan hal yang paling dipertimbangkan dalam pengambilan
keputusan berwisata. Biaya akan menentukan bentuk, tujuan, bentuk dan
waktu berwisata, tipe penginapan, moda angkutan serta jasa lain yang
digunakan. Ketersediaan informasi tentang perkembangan ekonomi dan
finansial di daerah destinasi wisata akan memudahkan wisatawan
menentukan biaya wisatanya.
2. Daerah Tujuan Wisata
Pilihan daerah destinasi wisata terkait faktor daya tarik wisata dan
pengalaman wisata seseorang. Oleh karena itu, ketersediaan informasi yang
mutakhir tentang produk wisata di suatu daerah akan memudahkan
melakukan pilihan.
3. Bentuk Perjalanan
Ada tiga jenis bentuk perjalanan yang biasa dilakukan oleh wisatawan, yaitu:
1. berkelompok dalam jumlah besar dan diorganisasi oleh biro perjalanan
(exclusive tourism);
2. individual atau kelompok kecil yang diatur oleh wisatawan yang
bersangkutan; dan
3. gabungan keduanya.
4. Waktu dan Lama Berwisata
Banyak wisatawan membutuhkan waktu yang cukup lama dalam
pengambilan keputusan untuk berwisata. Lama berwisata juga menjadi
pertimbangan tersendiri. Waktu luang atau musim liburan menjadi salah satu
faktor penentu arus wisatawan.
5. Penginapan yang digunakan
Seleksi fasilitas ini perlu dilakukan secara matang karena selain menyangkut
biaya juga terkait dengan kenyamanan dan kepraktisan saat berwisata.
6. Moda transportasi
Moda transportasi terkait moda angkutan wisata yang tersedia dan digunakan.
Hal ini merujuk pada ketersediaan dan faktor kenyamanan selama wisata.
7. Jasa-jasa lainnya
Layanan lain yang dibutuhkan dalam kegiatan wisata, seperti
pemandu,suvenir, fotografi, perawatan kesehatan, hiburan, dan sebagainya.
Pengelolaan Wisata Pesisir
Pengelolaan Lanskap
Pengelolaan Lanskap merupakan sebuah proses yang terdiri dari penetapan
tujuan pengelolaan, penyusunan rencana operasional pengelolaan atau
pemeliharaan, pelaksanaan program pengelolaan, pemantauan pekerjaan
pengelolaan, evaluasi, dan penyusunan ulang perencanaan pengelolaan jika
diperlukan. Dalam mempersiapkan suatu rencana pengelolaan diperlukan proses
survey dan perekaman data mengenai kondisi lanskap saat ini kemudian

6

merumuskan kebutuhan lanskap (Parker dan Bryan 1989 disitasi oleh Sebastian
2009).
Pengelolaan Lanskap Pesisir
Setiap pengelolaan, termasuk pengelolaan lanskap pesisir, memerlukan
indikator kinerja. Indikator kinerja digunakan sebagai tolok ukur, apakah segenap
kebijakan program pengelolaan sesuai dengan tujuan atau tidak. Tujuan
pengelolaan lanskap pesisir pantai sendiri adalah untuk mencapai kondisi
pemanfaatan sumber daya hayati secara berkelanjutan (sustainable) (Dahuri 2003
disitasi oleh Sebastian 2009).
Pengelolaan Wisata
Pengembangan pariwisata haruslah memperhatikan terjaganya mutu
lingkungan. Pengembangan pariwisata di suatu wilayah ditentukan oleh tiga
faktor, yaitu tersedianya objek dan atraksi pariwisata, aksesibilitas, dan fasilitas
amenitas. Dalam menunjang pengelolaan berbagai kegiatan kepariwisataan,
teknologi manajemen perlu diterapkan agar sumberdaya wisata yang murni alami
dapat direkayasa secara berhasil, sehingga dapat meningkatkan kualitas dan
kuantitasnya termasuk lingkungan alaminya (http://file.upi.edu).
Pantai Pasir Putih merupakan jenis objek dan daya tarik wisata alam. Oleh
karena itu, pengelolaan kawasan wisata ini termasuk dalam pengelolaan objek dan
daya tarik wisata alam. Usaha-usaha dalam pengelolaan objek dan daya tarik
wisata alam meliputi empat hal, yaitu:
1. pembangunan sarana dan prasana pelengkap beserta fasilitas pelayanan lain
bagi wisatawan;
2. pengelolaan objek dan daya tarik wisata alam termasuk sarana dan prasarana
yang ada;
3. penyediaan sarana dan fasilitas bagi masyarakat sekitar untuk berperan serta
dalam pengusahaan objek dan daya tarik wisata alam bersangkutan; dan
4. penyelenggaraan pertunjukan seni budaya yang dapat memberi nilai tambah
terhadap objek wisata dan daya tarik wisata alam yang bersangkutan.
Pariwisata Berkelanjutan
Pariwisata berkelanjutan adalah pembangunan sumberdaya pariwisata yang
bertujuan memberikan keuntungan optimal bagi pemangku kepentingan dan
kepuasan optimal bagi wisatawan dalam jangka panjang dengan
mempertimbangkan daya dukung fisik dan budaya setempat (Damanik dan Weber
2006). Menurut Holden (2000) dalam Sebastian (2009), prinsip-prinsip pariwisata
berkelanjutan, yaitu:
1. Lingkungan memiliki nilai intrinsik sebagai aset wisata;
2. Wisata sebagai faktor positif yang memberikan keuntungan kepada
komunitas lokal, pengelola, dan wisatawan;
3. Hubungan antara wisata dan lingkungan harus dikelola sehingga tercapai
lingkungan yang berkelanjutan dalam jangka panjang;
4. Aktivitas wisata dan pembangunan harus merespon skala, alam, dan karakter
tapak;

7

5.
6.

Keharmonisan antara kebutuhan pengunjung, tempat, dan masyarakat
setempat; dan
Dalam industri wisata, kebijakan lokal dan lembaga lingkungan bekerja sama
dalam mewujudkan wisata berkelanjutan.

METODE
Lokasi
Penelitian dilaksanakan di Pantai Pasir Putih Satu yang merupakan salah
satu objek wisata alam Kabupaten Fakfak, Papua Barat. Pantai ini berlokasi di
Kampung Pasir Putih, Distrik Fakfak Tengah, Kabupaten Fakfak, Papua Barat
(Gambar 2).

(a)

(b)
Gambar 2 Lokasi Penelitian, Peta Administrasi Kabupaten Fakfak (a),
Lokasi Pantai Pasir Putih Satu (b)
{Sumber: petatematikindo.wordpress.com (a), wikimapia.com (b)}

8

Waktu
Penelitian ini berlangsung selama enam bulan, yaitu dari bulan Maret
hingga Agustus 2013 dan sisanya adalah penyusunan hasil penelitian. Penelitian
ini fokus pada menganalisis dan mengidentifikasi berbagai permasalahan dan
potensi yang ada di tapak terutama mengenai sistem pengelolaan sehingga dapat
menghasilkan sebuah rekomendasi pengelolaan.
Alat dan Data Penelitian
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah meteran, kamera,
stopwatch, serta komputer dengan program AutoCAD 2010, dan Adobe
photoshop CS6. Sementara itu, data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi
data aspek fisik, aspek biofisik, aspek sosial, aspek legal, dan aspek pengelolaan
lanskap yang dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1 Jenis Data yang Diperlukan
Jenis Data
Aspek Fisik

Unit

Analisis daya dukung

Unit
°Celcius
%
mm/tahun

Studi Pustaka
Lapang
Lapang
Studi Pustaka
Studi Pustaka

Analisis deskriptif

Orang

Pengelola

Tahun

Wawancara dan kuisioner

Koordinat

Luas



Batasan



Peraturan dan
perundangan terkait
pengelolaan tapak
Aspek Pengelolaan
Program pengelolaan
Organisasi pengelola
Tenaga Kerja
Jadwal dan alokasi
waktu
Bahan dan alat
Biaya

Kegunaan

Pengelola dan studi
pustaka
Pengelola dan studi
pustaka
Pengelola, studi pustaka,
dan lapang

Letak

Aspek Biofisik
Geologi dan Tanah
Vegetasi
Suhu
Kelembaban
Curah Hujan
Aspek Sosial Budaya
Jumlah Pengguna
Karakteristik
pengguna (usia)
Aspek Legal

Sumber

Dokumen

Studi Pustaka

Program
Orang

Pengelola
Pengelola
Pengelola

-

Pengelola

Unit
Rupiah

Pengelola
Pengelola

Analisis deskriptif

Zonasi

Analisis daya dukung
Analisis daya dukung
dan analisis deskriptif
Analisis deskriptif
sebagai acuan dalam
membuat rencana
pengelolaan

Analisis deskriptif untuk
mengetahui kondisi dan
tujuan pengelolaan saat
ini

9

Metode
Metode yang digunakan adalah berbagai kegiatan pengamatan lapang
mengenai sistem pengelolaan yang berlangsung di objek penelitian. Kegiatankegiatan tersebut terdiri atas pengumpulan data, analisis dan sintesis, dan
penyusunan rencana pengelolaan.
Pengumpulan Data
Pengumpulan data merupakan kegiatan mengumpulkan data yang
diperlukan untuk analisis lebih lanjut. Kegiatan ini dilakukan dengan cara:
1. inventarisasi tapak, yaitu kegiatan pengambilan data berupa survai tapak,
observasi lapang, maupun pengamatan. Data yang diambil dapat diperoleh
langsung dari tapak maupun koleksi data di instansi terkait aspek fisik,
biofisik, sosial budaya, legal, dan pengelolaan lanskap;
2. wawancara kepada pihak pengelola terkait kondisi dan pengelolaan lanskap;
3. penyebaran kuisioner kepada pengguna, yang berisi persepsi pengunjung
mengenai kondisi tapak; dan
4. studi pustaka, berfungsi sebagai referensi. Studi pustaka ini dapat diperoleh
dari buku-buku dan internet.
Analisis dan Sintesis
Kegiatan ini merupakan kegiatan menyusun dan mengolah data yang telah
dikumpulkan untuk memperoleh informasi kondisi tapak, karakteristik pengguna,
dan sistem pengelolaan lanskap. Data yang telah dikumpulkan kemudian
dianalisis untuk mengetahui permasalahan dan potensi terkait pengelolaan
kawasan wisata Pantai Pasir Putih Satu, Kabupaten Fakfak. Analisis yang
dilakukan adalah analisis deskriptif, daya dukung kawasan, efektivitas kerja, dan
permintaan dan penawaran wisata.
Setelah dianalisis, dilanjutkan dengan tahap sintesis. Sintesis berupa
pemberian solusi mengenai cara mengatasi permasalahan, mempertahankan,
bahkan meningkatkan potensi kawasan terkait pengelolaan berdasarkan hasil
analisis yang telah dibuat. Hasil dari sintesis adalah rencana solusi pengelolaan
yang berisi rencana pemeliharaan lanskap, berupa organisasi pengelola, tenaga
kerja, jadwal, alat dan bahan pemeliharaan, biaya pemeliharaan, dan beberapa
kebijakan dalam dalam mengatasi isu-isu pengelolaan di kawasan ini.
1. Analisis Deskriptif
Analisis ini merupakan analisis yang dilakukan secara deskriptif
mengenai kondisi fisik, biofisik, sosial budaya pengguna, legal, dan
pengelolaan. Analisis ini berfungsi membantu mahasiswa menggambarkan
kondisi yang diamati.
2. Analisis Daya Dukung Kawasan
Daya dukung adalah konsep dasar dalam pengelolaan lanskap dan
sumberdaya alam yang merupakan batas penggunaan satu area yang
dipengaruhi oleh beberapa faktor alami untuk daya tahan terhadap
lingkungan. Daya dukung kawasan wisata sebagai areal rekreasi dapat
dihitung dengan menggunakan formula kebutuhan areal rekreasi dengan
menggunakan kriteria daya dukung wisata alam (Tabel 2). Perhitungan ini

10

berfungsi menentukan batas penggunaan satu area dalam menampung jumlah
pengunjung dalam memanfaatkan potensi sumberdaya alam dan tata
lingkungannya tanpa merubah kualitas rekreasi dan lingkungannya dalam
satuan tertentu yang dibatasi waktu.
Formula Kebutuhan Areal Rekreasi:

Keterangan:
y
:
Luas area yang dibutuhkan dalam acre
D
:
Demand aktivitas (jumlah pengunjung)
A
:
Area/orang (dalam feet kuadrat)
CD
:
Capacity days (jumlah hari rekreasi/tahun)
TF
:
Turnover factor, dimana piknik (1.5)
43.560
:
Konstanta
Tabel 2 Kriteria Daya Dukung Wisata Alam
Jenis Penggunaan
Rekreasi santai menikmati alam terbuka
Rekreasi pantai/mandi berenang
Bersampan
Pendidikan dan penelitian

3.

Satuan Pengunjung
1
1
1-4
jenis

Area
10 m2
25 m2
1 sampan
Tergantung

(Douglass 1982).
Analisis Efektivitas Kerja
Efektivitas kerja ditentukan dengan menggunakan perhitungan
kapasitas kerja. Kapasitas kerja adalah besarnya kemampuan tenaga kerja
untuk melakukan satu pekerjaan dalam waktu satu jam. Kapasitas kerja
dipengaruhi oleh luas lahan, desain, jenis pekerjaan, kelengkapan alat, dan
pengawasan. Kapasitas kerja pemeliharaan taman dihitung berdasarkan
luasan lahan per satuan Hari Orang Kerja (HOK), yang merupakan
kemampuan orang mengerjakan satu jenis pekerjaan dalam satu hari kerja,
yaitu selama delapan jam kerja dengan luasan tertentu. Hasil perhitungan dari
kapasitas kerja ini kemudian dibandingkan standar kapasitas kerja yang ada
(Tabel 3). Dengan demikian, dapat diketahui keefektifan dari kegiatan
pemeliharaan di lapang.

Tabel 3 Standar Kapasitas Kerja Operator Pemeliharaan Taman
No
1
2
3
4
5
6
7

Jenis Pemeliharaan Taman
Pembersihan/penyapuan rumput
Pembersihan/penyapuan perkerasan
Penyiraman rumput dengan sprinkler
Penyiraman rumput dan tanaman penutup tanah
dengan selang plastik ¾ inci
Penyiraman rumput dan tanaman penutup tanah
dengan mobil tangki air
Penyiraman pohon dengan selang plastik ¾ inci
Penyiraman pohon dengan mobil tangki

Kapasitas Kerja/Jam
400 m2
800 m2
500 m2
150 m2
700 m2
15 pohon
150 pohon

11

Lanjutan Tabel 3
8
Pemangkasan rumput dengan mesin dorong rover
9
Pemangkasan rumput dengan mesin gendong
10 Pemangkasan tanaman semak dan penutup tanah
dengan gunting pangkas
11 Pemangkasan bentuk tanaman perdu dan pohon kecil
dengan gunting pangkas
12 Penyiangan dan penggemburan pohon dengan
cangkul dan kored
13 Penyiangan dan penggemburan tanaman semak dan
penutup tanah dengan kored
14 Pemupukan pupuk organik pada tanaman penutup
tanah
15 Pemupukan pupuk anorganik pada rumput dan
tanaman penutup tanah
16 Pemupukan pupuk organik pada pohon
17 Pemupukan pupuk anorganik pada pohon
18 Penyemprotan pestisida pada tanaman penutup tanah
dan semak dengan sprayer gendong
19 Penyemprotan pestisida pada pohon dengan sprayer
gendong
20 Penyulaman tanaman rumput (tandur)
21 Penyulaman tanaman rumput (lempengan)
22 Penyulaman tanaman penutup tanah dan semak
23 Penyulaman tanaman pohon
24 Penyikatan perkerasan/keramik

4.

500 m2
250 m2
10 m2
5 pohon
7 pohon
40 m2
100 m2
200 m2
7 pohon
7 pohon
500 m2
15 pohon
2 m2
10 m2
3 m2
3 pohon
9 m2

Sumber: Arifin dan Arifin 2005
Analisis Penawaran dan Permintaan Wisata
Analisis permintaan dan penawaran wisata diperlukan untuk
mengetahui atau mengevaluasi kekurangan maupun kelebihan dari suatu
kawasan wisata dari aspek pariwisata. Analisis ini dilakukan dengan cara
survei lapang, pengamatan, wawancara, dan kuesioner.
Analisis penawaran wisata terkait dengan luas lahan, fasilitas,
infrastruktur, atraksi, aksesibilitas, manajemen, dan amenitas. Selain itu,
Semakin lengkap dan saling berintegrasi unsur-unsur tersebut di dalam
produk wisata maka semakin kuat posisi penawaran dalam sistem
kepariwisataan. Sedangkan, unsur penting dalam permintaan wisata adalah
wisatawan dan penduduk lokal yang menggunakan sumberdaya wisata.
Analisis permintaan wisata terkait dengan jumlah pengunjung, perilaku atau
kebiasaan pengunjung di tempat wisata, latar belakang pengunjung, dan
atraksi wisata yang diinginkan oleh wisatawan. Beberapa pertimbangan
penting yang dilakukan wisatawan dalam memutuskan perjalanan wisata
adalah terkait biaya, daerah tujuan wisata, bentuk perjalanan, waktu dan lama
berwisata, penginapan yang digunakan, moda transportasi, serta jasa-jasa
lainnya (Freyer 1993 disitasi oleh Janianton dan Helmut 2005).

Penyusunan Rencana Pengelolaan
Penyusunan rencana pengelolaan dibuat berdasarkan hasil analisis dan
sintesis. Pada rencana pengelolaan ini, diperlukan pula perhitungan kebutuhan
tenaga kerja sebagai standar rekomendasi tenaga kerja. Selain itu, diperlukan pula
perhitungan rekomendasi upah tenaga kerja berdasarkan HOK.

12

KTK = Jam Kerja Standar Perminggu x
Jam Kerja Produktif Perminggu
(30 jam/minggu)
Gaji minimum
Pegawai Perbulan

=

Performa Optimal (100%)
Performa Umum (70%)

biaya tenaga kerja pertahun
jumlah bulan (12) x kebutuhan pekerja

Batasan
Kegiatan ini dibatasi pada proses pengelolaan kawasan wisata Pantai Pasir
Putih Satu, Kabupaten Fakfak. Kondisi tapak serta perilaku pengguna dan
masyarakat lokal turut menjadi perhatian, karena dapat menjadi pertimbangan
penyusunan rencana pengelolaan.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Analisis Situasional Kabupaten Fakfak
Setiap wilayah memiliki ragam kondisi umum. Berbagai ragam kondisi
umum ini terdiri dari keadaan geografi, iklim, demografi, topografi, vegetasi,
geologi dan tanah, hidrologi, dan lain sebagainya. Adapun kondisi umum
Kabupaten Fakfak, Papua Barat, dijelaskan sebagai berikut.
Geografi
Berdasarkan data Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten
Fakfak, secara geografis Kabupaten Fakfak terletak di antara 131˚
- 138˚
BT dan 2˚
- 4˚
LS dengan luas 14 320 km². Batas wilayah sebelah utara
Kabupaten Fakfak adalah Kabupaten Teluk Bintuni, sebelah selatan adalah Laut
Arafura dan Kabupaten Kaimana, sebelah barat adalah Laut Seram dan Teluk
Berau, dan sebelah timur adalah Kabupaten Kaimana.
Kabupaten Fakfak terdiri dari sembilan distrik, yaitu Distrik Fakfak Barat,
Distrik Fakfak Timur, Distrik Fakfak, Distrik Kokas, Distrik Karas, Distrik
Fakfak Tengah, Distrik Kramomongga, Distrik Teluk Patipi, Distrik Bomberay.
Kabupaten Fakfak memiliki 123 kampung atau kelurahan, sebagian besar terdiri
dari wilayah pesisir yaitu sebanyak 67 kampung, 33 kampung berupa daerah
lereng, dan sebagian kecil berupa lembah DAS yaitu sebanyak 5 kampung.
Sebagian besar daerah di Kabupaten Fakfak memiliki ketinggian 0-100 mdpl.
Iklim
Berdasarkan data BMKG Kabupaten Fakfak pada tahun 2011 (Tabel 4),
suhu udara dan tekanan udara lebih rendah dibanding tahun sebelumnya.
Sedangkan kelembaban udara dan curah hujan lebih tinggi dibanding tahun
sebelumnya. Curah hujan tertinggi terjadi di bulan Mei, yaitu sebesar 531.4 mm,
sedangkan curah hujan terendah terjadi di bulan November, yaitu sebesar 182.1
mm. Berdasarkan data dari Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten
Fakfak yang melakukan wawancara dengan BMKG Kabupaten Fakfak, curah

13

hujan tertinggi, yaitu sebesar 3 500 mm/tahun terdapat di Distrik Fakfak, Fakfak
Timur, dan Fakfak Barat, sedangkan curah hujan dengan kriteria sedang terdapat
di Distrik Kokas, Teluk Patipi, Kramomongga, dan Bomberay, dan daerah dengan
curah hujan terendah terdapat di dataran Otoweri sebelah utara Distrik Kokas.
Tabel 4 Kondisi Iklim Kabupaten Fakfak
Iklim
Suhu Udara
Tekanan Udara
Kelembaban Udara
Curah Hujan

Tahun
2010
2011
2010
2011
2010
2011
2010
2011

Rata-rata
23.2 – 30.0 C
22
– 29.3
993.35 mbs
993.03 mbs
85.6%
85.8%
3 530.3 mm/tahun
3 811.3 mm/tahun

Topografi dan Kemiringan
Kabupaten Fakfak memiliki kondisi topografi yang bervariasi. Dilihat dari
aspek topografisnya, Kabupaten Fakfak didominasi oleh wilayah dengan kondisi
kemiringan lebih dari 40%, yaitu seluas 2 297.964 ha, kemudian diikuti oleh
wilayah dengan kemiringan 0-15% seluas 1 434.636 ha, sedangkan yang lainnya
adalah wilayah dengan kemiringan 15-14% seluas 3 790 100 ha. Ketinggian
Kabupaten Fakfak yang bervariasi, dikelompokan menjadi tiga kategori, yaitu
datar, berbukit, dan pegunungan. Datar terletak pada ketinggian 0-50 mdpl di
wilayah barat pada sebagian besar Distrik Fakfak, Fakfak Barat, Fakfak Tengah,
Fakfak Timur, dan Kokas. Berbukit terletak pada ketinggian antara 100-1 000
mdpl di antara Distrik Fakfak dan Kokas. Pegunungan terletak pada ketinggian
diatas 1 000 mdpl, terletak di bagian utara Fakfak.
Demografi dan Sosial Ekonomi
Kabupaten Fakfak pada dasarnya kaya akan sumber daya alam. Potensi
sumber daya alam ini menyebar dari kawasan pegunungan, daratan sampai pesisir.
Pada kawasan pegunungan terdapat sebaran potensi ekonomi pertambangan,
daratan terdapat sebaran potensi pengembangan pertanian, perkebunan dan
kehutanan, dan pesisir terdapat potensi ekonomi perikanan dan pariwisata.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Kabupaten Fakfak tahun 2010,
jumlah penduduk Kabupaten Fakfak adalah 66 828 jiwa, dengan kepadatan
penduduk 4.67/km². Masyarakat Kabupaten Fakfak terdiri dari beberapa suku
asal, yaitu Suku Mbaham, Suku Ma’ta, Suku Mor, Suku Onim, Suku Irarrutu,
Suku Kimbaran, dan Suku Arguni serta memiliki bahasa masing-masing.
Penduduk asli sebagian besar berdiam di daerah pedalaman dan di pesisir yang
telah membaur dengan suku-suku pendatang antara lain Maluku, Sulawesi, Cina
dan Arab. Dari segi budaya, mereka masih memegang adat nenek moyangnya,
tetapi mereka tidak menutup terhadap adat kebiasaan suku-suku yang lain.
Perekonomian Kabupaten Fakfak selama tahun 2010 menunjukkan
pertumbuhan yang positif. Hal ini dapat dilihat dari sebagian besar sektor rill yang
mengalami pertumbuhan. Berdasarkan data Produk Domestik Regional Bruto
(PDRB) tahun 2010, pertumbuhannya adalah sebesar 7.84%, lebih cepat
dibanding tahun sebelumnya yang hanya 6.91%. Sektor pertanian memberikan

14

sumbangsih paling besar terhadap kontribusi perekonomian daerah dibandingkan
sektor lainnya, yaitu sebesar 23.17%. Hal ini dikarenakan Kabupaten Fakfak
didominasi oleh sub sektor peternakan, kehutanan, dan sub sektor perikanan yang
sangat potensial disamping sektor-sektor lainnya.
Vegetasi
Kabupaten Fakfak memiliki beragam vegetasi. Vegetasi-vegetasi tersebut
berupa tanaman hutan, perkebunan, dan pertanian yang banyak dimanfaatkan oleh
berbagai sektor rill yang ada di Kabupaten Fakfak. Sektor kehutanan memiliki
potensi yang sangat dominan, karena sekitar 81.5% dari luas wilayah Fakfak
didominasi oleh hutan, yaitu. Berbagai jenis tanaman kayu tersebar hampir di
seluruh wilayah. Tanaman kayu yang secara signifikan baru adalah terbatas pada
potensi kayu (timber). Potensi-potensi lain dari hutan berupa produk non kayu
seperti tanaman hias dan anggrek, serta tanaman obat belum diupayakan secara
optimal. Pada sektor perkebunan, tanaman yang dimanfaatkan adalah berupa
tanaman pala, kelapa, cengkeh, dan coklat. Sedangkan sektor pertanian, tanaman
yang dimanfaatkan adalah berupa tanaman pangan (padi dan palawija), tanaman
hortikultura (sayur-sayuran dan buah-buahan), dan tanaman umbi-umbian (ketela
pohon, ketela rambat, dan talas atau keladi).
Geologi dan Tanah
Berdasarkan data Badan Perencana dan Pembangunan Daerah Kabupaten
Fakfak, secara geologi Kabupaten Fakfak termasuk daerah yang stabil
dibandingkan daerah lainnya di Propinsi Papua Barat. Satuan morfologi
Kabupaten Fakfak terdiri dari Satuan Morfologi Batuan Kasar, Satuan Morfologi
Perbukitan Karst, dan Satuan Morfologi Dataran Rendah.
Satuan Morfologi Batuan Kasar menempati ketinggian 500-1 428 mdpl,
yang umumnya terdiri dari Batu Gamping Tersier yang berselingan dengan Batu
Lempung, kondisi seperti ini terdapat di pegunungan Fakfak yang memanjang
antara barat laut sampai tenggara. Satuan Morfologi Perbukitan Karst memiliki
ketinggian antara antara 100-5 000 mdpl, yang umumnya terdiri dari Batu
Gamping Terumbu yang menempati sepanjang pantai utara Distrik Kokas, yaitu
Pulau Ugar, Pulau Arguni, Pulau Koyier, Pulau Sopar, Pulau West, Pulau Basak,
Pulau Ogasmumi, dan Kepulauan Sariga. Satuan Morfologi Dataran Rendah
menempati kawasan kaki gunung dengan ketinggian 5-50 mdpl, satuan morfologi
ini ditempati oleh endapan Aluvial, Pasir Kuarsa dan Lempung yang berada di
sepanjang sungai dataran Bomberay. Secara garis besar, jenis tanah di Kabupaten
Fakfak meliputi Latosol dan Aluvial, Pedsolik Merah Kuning, Pedsolik Coklat
Kelabu, Organosol (Tanah Gambut), serta Mediteren Merah Kuning.
Hidrologi
Kondisi hidrologi Kabupaten Fakfak ditandai dengan terdapatnya beberapa
sungai yang melintasi wilayahnya. Umumnya, sungai-sungai ini berbentuk
dendritik. Sungai yang ada di Kabupaten Fakfak berfungsi sebagai prasarana
perhubungan bagi penduduk yang bermukim di pesisir pantai dan yang tinggal di
daerah pedalaman, sebagai tempat dan mata pencaharian penduduk setempat, dan
sebagai sumber kehidupan sehari-hari.

15

Analisis Situasional Pantai Pasir Putih Satu
Aspek Fisik
Pantai Pasir Putih Satu terletak di Kampung Pasir Putih, Distrik Fakfak
Tengah. Luasnya adalah 7.57 ha. Batas wilayahnya adalah sebelah utara Distrik
Kramongmongga, selatan adalah Laut Arafuru, barat adalah Distrik Fak-fak, dan
timur adalah Distrik Fakfak Timur. Letak pantai ini cukup strategis, hanya 30 km
dari pusat Kota Fakfak.
Aspek Biofisik
Berdasarkan hasil pencatatan BMKG Kabupaten Fakfak, pada tahun 2011
suhu udara rata-rata Kabupaten Fakfak berkisar antara 22.70 c – 2 3 c. Ratarata kelembaban udara adalah 85.8%. Rata-rata curah hujan adalah 3 811.3
mm/tahun. Rata-rata tekanan udara adalah 993.03 mbs. Pantai Pasir Putih Satu
yang termasuk ke dalam Distrik Fakfak Tengah termasuk dalam Satuan Morfologi
Dataran Rendah, ditempati oleh endapan Aluvial, Pasir Kuarsa, dan Lempung.
Pantai Pasir Putih Satu memiliki hamparan pasir putih yang halus. Pantai ini
merupakan lahan datar dengan kemiringan 0–15% dan ketinggian 0-50 mdpl.
Umumnya, jenis vegetasinya adalah vegetasi pantai.
Aspek Sosial Budaya
Aspek sosial budaya diperoleh dari hasil kuisioner yang disebarkan kepada 30
pengunjung kawasan ini. Kuisioner disebarkan secara acak kepada pengunjung
yang sedang bersantai. Kuisioner ini berisi tentang karakteristik pengunjung dan
persepsi pengunjung mengenai kawasan ini.
1. Karakteristik Pengunjung
Rata-rata pengunjung adalah 150 orang/hari. Pengunjung didominasi
oleh Perempuan (66.67%). Dominan berasal dari Fakfak yang merupakan
penduduk lokal (60%). Dominan adalah pelajar (40%). Persebaran usia
pengunjung adalah usia 15-24 tahun (46.67%). Tingkat pendidikan
pengunjung adalah SMA/SMK (46.67%).
2. Persepsi Pengunjung
Berdasarkan hasil kuisioner, pengunjung merasa bahwa kondisi
perkerasan jalan kawasan ini tergolong buruk (46.67%), tanaman tergolong
baik (53.33%), dan fasilitas tergolong buruk (46.67%). Pemeliharaan lanskap
tergolong bagus (56.67%). Pengunjung puas dengan kondisi pantai saat ini
(56.67%), karena pemandangan pantai dinilai bagus (63.33%), meskipun
kebersihan pantai masih kotor (50%).
Kondisi Lanskap Pantai Pasir Putih Satu
Pantai Pasir Putih Satu merupakan salah satu kawasan objek wisata di
Kabupaten Fakfak, Papua Barat. Pantai ini memiliki hamparan pasir yang putih
dan halus, pemandangan yang indah, serta udara yang sejuk sehingga menjadi
daya tarik bagi wisatawan (Gambar 3).

16

a
b

c
d

Gambar 3 Peta Eksisting Pantai Pasir Putih Satu

(a)

(b)

(b)
(d)
Gambar 4 Titik-titik Obyek yang Ada, View ke Barat (a), View ke Luar (b), View
ke Dalam (c), View ke Selatan (d)
Pola Pembagian Ruang
Berdasarkan kondisi Pantai Pasir Putih Satu saat ini, belum terdapat
pembagian ruang yang dilakukan di tempat ini. Hal ini dikarenakan tempat ini
belum terkelola dengan maksimal. Meskipun demikian, muncul beberapa ruang

17

atau area yang terbentuk sendiri karena aktivitas yang dilakukan oleh pengunjung.
Area-area tersebut adalah area parkir, area transisi, area penyangga, area rekreasi,
dan area terbangun (Gambar 5).

Gambar 5 Peta Pembagian Ruang Pantai Pasir Putih Satu
1.

Area Parkir
Hanya terdapat satu area parkir di kawasan ini (Gambar 6), yaitu berada
di sebelah barat pantai, luasnya adalah 885.69 m². Luas ini dirasakan cukup
sempit untuk menampung seluruh kendaraan pengunjung. Ini menyebabkan
banyak muncul parkiran liar di kawasan ini. Parkiran ini hanya berupa
hamparan pasir.

Gambar 6 Area Parkir

18

2.

Area Transisi
Area ini merupakan penghubung antara kawasan yang berada di luar
dan dalam kawasan. Luas area ini adalah 1 000.5 m². Terdapat tiga area
transisi di kawasan ini, yaitu satu jalan utama di sebelah barat pantai dengan
lebar 3.24 m dan dua jalan tambahan di sebelah timur dan selatan pantai
dengan lebar 1.71 m. Ketiga jalan ini berbentuk simetris mengikuti topografi.

(a)

(b)

(c)

Gambar 7 Area Transisi, Jalan Utama (a), Jalan Tambahan Sebelah Timur
(b), Jalan Tambahan Sebelah Selatan (c)
3.

Area Penyangga
Area ini merupakan area yang dipenuhi berbagai tanaman yang tumbuh
alami, yang secara tidak langsung berfungsi sebagai ruang penyangga yang
melindungi dan menyangga kawasan ini. Luas area ini adalah 27 449.13 m².

Gambar 8 Beberapa Titik Area Penyangga
4.

Area Rekreasi
Area ini merupakan tempat pengunjung melakukan berbagai aktivitas
rekreasi, seperti piknik menikmati keindahan panorama alam, olahraga pantai,
dan renang. Namun sayangnya, belum ada penataan maupun pembagian
ruang yang khusus untuk berbagai aktivitas rekreasi ini. Luas area ini adalah
20 623.37 m².

(c)
(b)
(a)
Gambar 9 Area Terbangun, Area Pemukiman (a), Area Sekolah (b), Area
Pemakaman (c)

19

3.

Area Terbangun
Area ini terdiri atas bangunan-bangunan umum yang berada di dalam
kawasan. Bangunan-bangunan tersebut adalah bangunan permukiman,
sekolah, dan pemakaman. Luas area ini adalah 25 750.7 m².

(a)

(b)

(c)

Gambar 10 Area Terbangun, Area Pemukiman (a), Area Sekolah (b), Area
Pemakaman (c)
Sirkulasi
Sirkulasi merupakan sistem perhubungan yang amat penting, berguna
sebagai penghubung antar tempat. Kawasan ini memiliki jalur sirkulasi yang
kurang baik, terutama perkerasan jalan utama. Ini mempersulit aksesibilitas dari
dalam maupun luar kawasan. Berdasarkan penggunanya, jalur sirkulasi kawasan
ini terdiri dari dua jenis, yaitu jalur sirkulasi kendaraan pengunjung dan jalur
sirkulasi pengunjung (manusia), pembagiannya dapat terlihat pada gambar 11.

Gambar 11 Peta Sirkulasi Pantai Pasir Putih Satu
1.

Jalur Sirkulasi Kendaraan Pengunjung
Jalur sirkulasi ini mengakomodasi pergerakan kendaraan pengunjung.
Jalur ini merupakan penghubung antara kawasan yang berada di luar dan di

20

dalam kawasan. Jalur ini berupa aspal dan merupakan jalan masuk utama di
kawasan ini. Jalur ini membatasi pergerakan kendaraan yang dibawa
pengunjung, dengan mengarahkan pengunjung ke tempat parkir. Namun, saat
ini kondisi jalan ini kurang baik karena tidak adanya pengelolaan. Hal ini
menyebabkan aksesibilitas di jalur ini menjadi kurang nyaman.
Jalur Sirkulasi Pengunjung (Manusia)
Jalur sirkulasi ini hanya mengakomodasi pergerakan pengunjung
(manusia). Jalur ini merupakan penghubung kawasan yang berada di luar dan
di dalam kawasan dan sebagai jalur pengunjung untuk menjelajahi kawasan
ini.

2.

Tanaman
Pantai Pasir Putih Satu memiliki beberapa tanaman eksisting pantai yang
tumbuh alami dengan subur (Tabel 5). Kehadirannya menambah kenyamanan
pengunjung, terutama pohon yang fungsinya sebagai peneduh. Selain itu,
tanaman-tanaman ini tidak tertata dan terawat dengan baik sehingga menurunkan
nilai estetikanya.
Tabel 5 Tanaman Eksisting Pantai Pasir Putih Satu
No
Jenis Tanaman
Pohon

Foto

Deskripsi

1

Cassuarina
(Cassuarina
junghuhniana)

Kondisi fisiknya baik dan tersebar di
pinggir pantai. Jumlahnya sedikit.
Selain itu, tidak ada pemeliharaan yang
dilakukan terhadap tanaman ini. Hal ini
menyebabkan pertumbuhan tanaman
tidak terkontrol sehingga kondisi
fisiknya yang besar dan rantingrantingnya
yang
kering
dapat
membahayakan pengunjung.

2

Jambu biji
(Psidium guajava)

Kondisi fisiknya baik. Jumlahnya
sedikit. Selain itu, tidak ada
pemeliharaan yang dilakukan terhadap
tanaman ini.
www.google.com

3

Kelapa (Cocos
nucifera)

Kondisi fisiknya baik dan banyak
tersebar di pinggir pantai. Jumlahnya
sangat banyak. Selain itu, tidak ada
pemeliharaan yang dilakukan terhadap
tanaman ini. Hal ini menyebabkan
pertumbuhan tanaman tidak terkontrol
sehingga kondisi fisiknya yang besar
dan ranting-rantingnya yang kering
dapat membahayakan pengunjung.

21

Lanjutan Tabel 5

5

Ketapang
(Terminalia
catappa L.)

Kondisi fisiknya baik. Jumlahnya
banyak dan banyak tersebar di pinggir
pantai.
Selain
itu,
tidak
ada
pemeliharaan yang dilakukan terhadap
tanaman ini. Hal ini menyebabkan
pertumbuhan tanaman tidak terkontrol
sehingga kondisi fisiknya yang besar
dan ranting-rantingnya yang kering
dapat membahayakan pengunjung.

Mangga
(Mangifera
indica)

Kondisi fisiknya baik. Jumlahnya
sangat banyak. Ban