DAKWAH DI PEDALAMAN FAKFAK PAPUA BARAT STUDI DI KAMPUNG UGAR PERTUANAN SEKAR KABUPATEN FAKFAK PAPUA BARAT.

(1)

DAKWAH DI PEDALAMAN FAKFAK PAPUA BARAT

Studi di Kampung Ugar Pertuanan Sekar Kabupaten Fakfak Papua Barat

TESIS

Tesis Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Magister Dalam Program Studi Dakwah

Konsentrasi Komunikasi dan Penyiaran Islam

Oleh: BACHARUDDIN

NIM. F07214096

PASCASARJANA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

ABSTRAK

DAKWAH DI PEDALAMAN FAKFAK PAPUA BARAT: STUDI DI KAMPUNG UGAR PERTUANAN SEKAR KABUPATEN FAKFAK PAPUA BARAT.

Penulis : Bacharuddin

Kata Kunci : Dakwah, Tradisi, Ugar

Penelitian ini bertujuan menjelaskan berbagai fenomena dan problematika dakwah di pedalaman Fakfak khususnya di Kampung Ugar Distrik Kokas Kabupaten Fakfak. Ugar berada di tengah-tengah komunitas Islam dengan penduduknya yang 100 % memeluk agama Islam, namun sayangnya tak ada aktivitas dakwah yang terlihat di tengah-tengah komunitas ini sehingga menjadikan masyarakat lebih yakin dan percaya pada animism dan dinamise serta keyakinan mistik lainnya. Minimnya pemahaman agama dan kurangnya perhatian dan kerjasama dari elemen dakwah terkait yakni pemangku kekuasaan, tokoh adat maupun agama menjadikan dakwah Islam berjalan lambat dan masyarakat pedalamanpun semakin tertutup dan tak perduli dengan urusan agamanya. Selain itu berbagai kendala dari para da’I pun menjadi fenomena utama antara lain minimnya pendanaan, kurangnya SDM da’I, serta kondisi geografis yang tidak mendukung dalam proses dakwah di pedalaman Fakfak secara umum. Interaksi secara aktif dan dukungan dari berbagai elemen dakwah sangat memberikan konstribusi terhadap lancarnya kegiatan dakwah, sekaligus sebagai solusi dalam mengatasi atau meminimalisir problematika yang terjadi. Dakwah adalah sebuah proses yang berlanjut dan berkesinambungan, berbagai problem dan rintangan akan selalu menghalangi medan dakwah, oleh karenanya penelitian ini tidak berhenti pada pemaparan dalam tesis ini namun senantiasa berkelanjutan di setiap waktu.

Riset ini menggunakan teori Interaksi Simbolik melalui pendekatan fenomenologi sangat membantu peneliti melakukan studi yang mendalam mengenai suatu persoalan sehingga menghasilkan dan menyajikan gambaran yang terorganisir dengan baik dan lengkap mengenai permasalahan tersebut. penelitian ini diakhiri dengan beberapa kesimpulan, secara umum minimnya pemahaman tentang ajaran agama Islam dan minimnya da’I sehingga mayarakat di pedalaman lebih meyakini kepercayaan yang secara langsung dirasakan manfaatnya selain itu bahwa agama dan tradisi bukanlah suatu tantangan maupun hambatan dalam berdakwah, sebaliknya adanya keterkaitan yang sangat erat antara unsur-unsur dakwah sangat berpeluang dan berpotensi sebagai solusi bagi dakwah itu sendiri ataukah sebaliknya menjadi problem dan hambatan dalam berdakwah.


(7)

DAFTAR ISI

PERNYATAAN KEASLIAN ... iii

PERSETUJUAN ... iv

PENGESAHAN TIM PENGUJI ... v

TRANSLITERASI ... vi

MOTTO ... viii

ABSTRAK ... ix

UCAPAN TERIMA KASIH ... x

BAB I: PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Dan Batasan Masalah ... 4

C. Rumusan Masalah ... 7

D. Tujuan Dan Manfaat Penelitian ... 8

E. Kerangka Teoritik ... 9

F. Penelitian Terdahulu ... 15

G. Metode Penelitian ... 20

H. Sistematika Pembahasan ... 26

BAB II: LANDASAN TEORITIS ... 28

A. Dakwah Di Masyarakat Pedalaman Fakfak ... 28

B. Polemik Antara Tradisi dan Ajaran Agama ... 61

BAB III: PENYAJIAN DATA ... 68

A. Menoropong Masyarakat Pedalaman Fakfak Kampung Ugar ... 68

B. Ajaran Agama dan Tradisi Masyarakat Ugar ... 76

BAB IV: ANALISIS DATA ... 99

A. Menapaki Peta Dakwah di Kampung Ugar dan Perkembangannya ... 99

B. Kekuasaan, Tradisi dan Agama serta Pengaruhnya terhadap Dakwah di Kampung Ugar... 102


(8)

C. Problematika Dakwah Di Kampung Ugar ... 137

D. Strategi dan Solusi Dakwah di Kampung Ugar ... 146

BAB V: PENUTUP ... 150

A. Kesimpulan dan Temuan Penelitian ... 150

B. Saran-saran ... 150 Daftar Kepustakaan


(9)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Fakfak merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Papua Barat yang penduduknya sebagian besar memeluk agama Islam. Dalam sejarah Fakfak banyak mencatat perjalanan masuk dan berkembangnya tiga agama besar, yaitu: Islam, Katolik dan Protestan, ketiga agama ini dianggap sebagai agama keluarga. Tradisi agama keluarga diyakini bahwa meskipun dalam satu keluarga ada perbedaan agama, tetapi mereka merasa harus tetap menjadi satu keluarga yang utuh. Masyarakat tidak ingin perbedaan agama menjadi problem dan isu bagi masyarakat Fakfak yang dengannya dapat memicu terpecah belahnya hubungan kekerabatan dan persaudaraan yang telah lama terbentuk. Kesadaran akan perbedaan keyakinan di masyarakat menyebabkan mereka tetap memegang teguh budaya (tradisi) kekeluargaan dan nilai luhur dalam masyarakat serta tidak terlalu ekstrim dalam menjalankan ibadah.1Masyarakat Fakfak pada umumnya berprinsip bahwa, inti pengajaran semua agama adalah sama yaitu mengajarkan kebaikan agar kehidupan tentram dan damai, sehingga masalah agama jangan dicampur adukkan dengan adat istiadat. Warisan budaya dari para leluhur inilah yang menjadikan sebagian masyarakat daerah perkampungan atau pedalaman Fakfak masih berpegang teguh pada adat dan warisan budaya nenek moyangnya dan sangat fanatik dengan apa yang telah disampaikan oleh nenek moyang ataupun

1Saidin Ernas dkk, “

Agama dan Budaya dalam Integrasi Sosial: Belajar dari Masyarakat Fakfak di

Propinsi Papua Barat”, Harmoni: jurnal Multikultural dan Multireligius, Vol. 13, No. 1 (Januari – April 2014). hlm. 27


(10)

2

tetua adat.2Mereka meyakini bahwa Ibadah atau rutinitas keagamaan hanya sekedar kebiasaan turun temurun bahkan tidak meyakininya sebagai suatu kewajiban seorang hamba kepada Tuhannya, ibadah wajib yang seharusnya merupakan kewajiban untuk ditunaikan, dilakukan menurut keinginan dan kehendak masing-masing individu. Masyarakat meyakini bahwa tanpa harus mempelajari ilmu agama, mereka telah terlahir dalam keadaan Islam dan berasal dari keturunan yang beragama Islam. Maka tak heran bila masyarakat di pedalaman Fakfak ini acuh tak acuh untuk mempelajari atau bahkan enggan melaksanakan ajaran Agama. Di antara tradisi dan kebiasaan yang berakaitan dengan urusan keagamaan antara lain dalam hal kriteria imam Masjid. Imam masjid memiliki posisi dan peran yang sangat penting dalam masyarakat terutama di daerah pedalaman Fakfak. Masyarakat mempercayai, mentaati dan mengikuti apa yang dikatakan dan apa yang disampaikan oleh Imam, seorang Imam masjid lebih berhak dalam segala pengurusan masjid sehingga pelajaran dan pengajaran berupa pengetahuan agama atau ajakan untuk melakukan kewajiban agama yang disampaikan dari selain keturunan kampung tersebut maka akan ditolak dan bahkan diusir dari kampung tersebut3. Imam masjid yang dijadikan panutan dan teladan adalah yang telah ditunjuk dari hasil musyawarah oleh para leluhur di kampung tersebut. Sehingga keluarga Imam-lah yang sampai detik ini dipercayakan sebagai Imam masjid, pemimpin atau tokoh agama yang berhak

2 Suparto Iribaram, “Satu Adat Tiga Agama: Meneropong Aktivi

tas Masyarakat di Teluk Patipi

Fakfak Papua”, Kumpulan Makalah Yang Dipresentasikan Pada The 11th Annual Conference on Islamic Studies. Hlm. 140

3


(11)

3

dalam memimpin seluruh rangkaian kegiatan dan rutinitas keagamaan. Tradisi inilah yang sampai saat ini menjadi salah satu factor terhambatnya proses dakwah bagi pendakwah yang bukan berasal dari garis keturunan suku ini.4Kecenderungan pola pikir masyarakat hanyalah mengutamakan kepentingan dunia dan mengabaikan kepentingan akhirat, yang terpenting adalah mereka muslim dan tanpa harus menunaikan kewajiban agama ataupun mendalaminya. Sehingga keberadaan guru-guru agama di pedalaman Fakfak hanya sebagai symbol dan bahkan tidak di butuhkan oleh masyarakat pedalaman.5Sifat sukuisme yang tinggi dan fanatisme kekerabatan yang sangat menonjol menjadikan perbedaan keyakinan dalam masyarakat Fakfak terhimpun dalam satu adat yang sama sehingga mereka bersatu dalam sebuah semboyan “Satu Tungku Tiga Batu”. Tiga batu diibaratkan sebagai tiga agama besar yang berada di Fakfak yaitu Islam, Katolik dan Protestan. Semboyan ini bukan saja dimaknai dalam konteks kehidupan beragama namun mencakup semua aspek kehidupan masyarakat. melalui semboyan ini pula masyarakat baik di perkotaan maupun di pedalaman memandang bahwa walaupun berbeda agama namun satu nenek moyang yang disatukan dalam satu adat dan satu tradisi. Prinsip kekeluargaan dan persaudaraan inilah yang dipegang teguh oleh masyarakat Fakfak hingga detik ini.6 Keunikan problematika yang menghiasi lika-liku proses dakwah di pedalaman Fakfak, menjadikan tantangan menarik bagi para aktivis dakwah baik perorangan maupun

4

Ibid.

5

Dawir, Wawancara, Jember 7 Maret 2016

6

Suprapto Iribaram. “Satu Tungku Tiga Batu: Kerjasama Tiga Agama Dalam Kehidupan Sosial di

Fakfak”. Yogyakarta: Tesis Magister pada Program Pascasarjana Antropoli Universitas Gadjah Mada, 2011.


(12)

4

kelompok. Sebut saja Hidayatullah, Yayasan Sosial As Salam, Yayasan Muslim Asia (AMCF), Al Fatih Kaffah Nusantara (AFKN) dan Organisasi dakwah lainnya yang sampai saat ini masih tegar dan istiqomah dalam dakwah di tanah pedalaman Fakfak. Setiap jengkal dakwah membutuhkan kesabaran dan pengorbanan, dari titik inilah yang akan melahirkan berbagai strategi yang tepat, guna mengatasi dan meminimilasir berbagai problematika dan fenomena yang dihadapi.

Pijakan peneliti dalam melakukan riset ini bertolak dari Warisan para leluhur masyarakat Fakfak yang telah menanamkan nilai-nilai toleransi hingga kini yang merupakan hasil dari akulturasi antara adat dan agama. Warisan tersebut di atas sangat terjaga, bersifat sensitif dan sangat dikultuskan oleh masyarakat pedalaman Fakfak, terkhusus masalah-masalah yang berkaitan dengan agama atau dakwah. Sebuah proses dakwah yang tidak disertai dengan strategi yang matang maka akan sangat mengusik dan yang terjadi adalah gesekan. Oleh karenanya penelitian ini terfokuskan pada bagaimana proses dan strategi dakwah yang ditempuh oleh juru dakwah di Kampung Ugar. Kampung ini berasal dari pertuanan Sekar Kabupaten Fakfak Papua Barat yang memiliki banyak keunikan dan kekayaan alam dan hisyori.

B. Identifikasi Dan Batasan Masalah

Identifikasi masalah yang dapat dimunculkan dalam penelitian ini, berdasarkan alur latar belakang di atas antara lain:


(13)

5

Masyarakat Fakfak pada umumnya terdiri dari Sembilan pertuanan dan terdiri dari berbagai jeniss suku, diantara suku-suku yang terkenal antara lain suku Mbaham, Matta dan Irarutu jika dirunut asal usul nenek moyangnya berasal dari satu keluarga. Keanekaragaman suku, bahasa dan kondisi geografis di Fakfak menjadi salah satu faktor sebagian kampung atau masyarakat pedalaman Fakfak masih teguh pada prinsip-prinsip akan warisan leluhur tersebut sekalipun prinsip yang menjadi pedoman dan gaya hidup mereka bersinggungan dengan Agama. Anggapan mereka bahwa semua pengetahuan yang bersinggungan dengan tradisi dan adat leluhur atau yang tidak berasal dari nenek moyangnya adalah salah satu faktor yang mengusik dan mengganggu tradisi.

2. Nilai-nilai kekerabatan Masyarakat Fakfak

Kesembilan pertuanan di Kabupaten Fakfak ini berasal dari satu keluarga dan satu kekerabatan, sehingga melahirkan nilai-nilai toleransi antar sesama dalam segala lini kehidupan baik kehidupan beragama dan bermasyarakat sehingga menciptkan nilai-nilai kearifan yang dijunjung tinggi. Toleransi dan sifat sukuisme tersebut tertuang dalam tiga pilar yang merupakan simbol persatuan

masyarakat Fakfak yang dikenal dengan “Satu Tungku Tiga Batu”. Kondisi inilah

yang sekiranya dipelajari dan dan dikaji akan pemaknaan dari sebuah nilai kekerabatan di Fakfak.

3. Agama masyarakat Fakfak

Serambi Mekkah-nya Papua adalah julukan yang diberikan kepada Fakfak, disebabkan mayoritas penduduk pribuminya memeluk agama Islam. Islam


(14)

6

merupakan agama para raja-raja yang merupakan leluhur masyarakat Fakfak. Tak dapat dipungkiri bahwa agama lainnya yakni Protestan dan Katolik diantara agama leluhur sebagian masyarakat Fakfak. Oleh karenanya ketiga agama ini

disebut pula dengan “Agama Keluarga” yaitu agama turun temurun atau agama

warisan. Sebagaimana halnya tradisi, agama keluarga yang turun temurun tersebut sangat dipegang teguh dan terjaga nilai-nilai warisannya. Hubungan kekeluargaan yang erat dan ajaran agama menjadikan suatu kesatuan yang tak mungkin dapat terpisahkan sehingga akulturasi dari keduanya melahirkan nilai-nilai toleransi yang tinggi di masyarakat Fakfak. Tak heran bila dalam satu keluarga terdapat tiga agama, saling tolong menolong dan bergotong royong dalam kehidupan bermasyarakat yang melibatkan seluruh komponen penganut agama, baik umat Muslim dan Kristiani, Hindu maupun Budha. Sebuah dakwah bila dapat dipadukan dan dikolaborasikan dengan tradisi setempat maka tak menutup kemungkinan masyarakat Fakfak akan menerima dan memahami setiap perbedaan dari luar yang menghiasi kearifan lokal masyarakat di Kabupaten Fakfak.

4. Dakwah dan penyebarannya

Keunikan kabupaten Fakfak akan kearifan lokalnya mengundang banyak

pemerhati aktivis dakwah di “Kota Pala”7

. Berbagai yayasan, organisasi Islam di Fakfak ataupun yang datangnya dari luar kota Fakfak yang telah meluangkan waktu dan menyumbang jasanya dalam kegiatan dakwah. Dari sebagian besar da’i yang telah mengenyam pahit getirnya medan dakwah di pedalaman Fakfak,

7


(15)

7

meninggalkan kesan dan pesan yang baik dan banyak pula yang meninggalkan bekas sebaliknya. Membutuhkan pengorbanan ekstra untuk berdakwah di kota ini, bila tidak memahami akan nilai-nilai, pemaknaan akan semboyan dan simbol-simbol yang tersirat di dalamnya. Fenomena masyarakat di pedalaman Fakfak memperlihatkan toleransi yang melintasi batas-batas agama dan budaya, sehingga menimbulkan keterkaitan dan saling tarik menarik antara kepentingan agama dan budaya. Kondisi dan fenomena ini yang hendaknya dikaji dan dipelajari oleh setiap aktivias dakwah. Pada dasarnya masyarakat Fakfak sangat menerima dakwah (agama Islam) yang merupakan agama leluhurnya bila sang da’i mampu mengkolaborasikannya dengan tradisi setempat dalam sebuah strategi dakwah yang tepat pula. Kampung Ugar di antara sekian banyak kampung yang memerlukan perhatian dan pemahaman mendalam akan ajaran Islam yang benar sudah tentu membutuhkan strategi jitu seorang juru dakwah dalam mengatasi berbagai fenomena dan problematika dakwah.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang pemikiran dan identifikasi masalah diatas, maka penelitian ini dilakukan untuk menjawab rumusan masalah sebagai berikut:

Bagaimana proses dakwah di Kampung Ugar Kabupaten Fakfak Papua Barat?

Adapun sub masalahnya adalah:


(16)

8

b. Bagaimana strategi dakwah yang dilakukan oleh beberapa pendakwah untuk mengatasinya?

D. Tujuan Dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan penelitian

Tujuan penelitian yang hendak dicapai dari hasil penelitian ini adalah: Mengetahui proses dakwah di Kampung Ugar Kabupaten Fakfak Papua Barat yang meliputi:

a. Mendeskripsikan problem yang dihadapi dalam proses dakwah

b. Mengetahui strategi dakwah yang dilakukan oleh beberapa pendakwah untuk mengatasinya

2. Manfaat Penelitian

Pada prinsipnya, penelitian dilakukan untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi peneliti khususnya dan bagi dunia keilmuan pada umumnya. Secara akademis, hasil penelitian ini dapat bermanfaat:

a. Secara Teoritis: Diharapkan penelitian ini memberikan konstribusi yang cukup signifikan dalam pelaksanaan dan pengembangan dakwah di pedalaman Fakfak khususnya dan Papua secara umum. Melalui penelitian ini pula dapat menjadi konstribusi pemikiran terhadap khazanah kepustakaan Islam dengan menempatkannya sebagai bahan bacaan yang berguna bagi masyarakat umum.

b. Secara Praktis: Penelitian ini turut memberikan sumbangan pemikiran yang ilmiah dalam pelaksanaan dakwah di pedalaman Fakfak


(17)

9

khususnya dengan memperhatikan latar dan kehidupan masyarakat setempat sebelum berdakwah. Memberikan motivasi sekaligus wawasan tentang dakwah di pedalaman Papua pada umumnya yang memiliki keanekaragaman suku dan tradisi juga untuk melakukan pengkajian lebih lanjut dalam upaya mengembangkan dan menyempurnakan yang sudah ada.

E. Kerangka Teoritik

Guna memudahkan pengkajian dan penelitian ini diperlukan teori yang membantu dalam penggalian data, pengolahan dan menganalisis serta penyajiannya. Teori yang peneliti gunakan dalam melakukan riset ini adalah Teori Interaksionisme Simbolik oleh George H. Mead yang diperkenalkan tahun 1934 di Universitas Chicago Amerika Serikat. Interaksionisme simbolik pada umumnya berakar pada filsafat pragmatisme (karya John Dewey) dan behaviorisme psikologis (John. B. Watson). Orientasi khusus interaksionisme simbolik mengarah pada kapasitas mental aktor dan hubungannya dengan tindakan dan interaksi. Semuanya dipahami dari sudut proses; ada kecenderungan melihat aktor dipaksa oleh keadaan psikologis internal atau oleh kekuatan struktural berskala luas.

Teori terpenting dalam interaksionisme simbolik adalah teori George H. Mead. Yang paling mendasar meliputi empat tahap yang berhubungan secara dialektis: Impuls, Persepsi, Manipulasi, Konsumasi.


(18)

10

1. Impuls (impulse/dorongan Hati) yaitu: stimulasi atau rangsangan spontan yang berhubungan dengan alat indera dan reaksi aktor terhadap rangsangan dan kebutuhan untuk melakukan sesuatu terhadap rangsangan itu. Contohnya rasa lapar, pada kondisi ini manusia tidak hanya mempertimbangkan situasi kini tetapi juga pengalaman masa lalu dan mengantisipasi akibat di masa depan. Impuls berhubungan secara menyeluruh yang melibatkan aktor dan lingkungan.

2. Persepsi (perception), yaitu: aktor menyelidiki dan beraksi terhadap rangsangan yang berhubungan dengan impuls yakni aktor tidak secara spontan menaggapi stimuli dari luar tetapi memikirkannya dan menilainya melalui bayangan mental. Manusia secara aktif memilih ciri-ciri rangsangan dan memilih di antara sekumpulan rangsangan mana yang perlu diperhatikan dan mana yang harus diabaikan.

3. Manipulasi (manipulation), yaitu: mengambil tindakan berkenaan dengan objek setelah memahami akan dirinya dan objek. Yakni tindakan yang diambil aktor setelah menguji berbagai macam hipotesis tentang apakah yang akan terjadi kemudian.

4. Konsumasi (consumation), yaitu: tahap pelaksanaan atau mengambil dan memutuskan tindakan yang memuaskan dorongan hati yang sebenarnya.


(19)

11

Menurut John Baldwin (1986) keempat tahap ini saling merasuk sehingga membentuk sebuah proses organis dan setiap bagian mempengaruhi bagian lain.8 Tindakan sosial melibatkan dua orang atau lebih dan mekanisme dasar tindakan sosial adalah isyarat9. Binatang dan manusia mampu melakukan percakapan dengan isyarat, namun hanya manusia yang dapat mengomunikasikan arti gerak isyarat mereka secara sadar, manusia mempunyai kemampuan istimewa untuk menciptakan isyarat tersebut dan mengembangkan dan menggunakannya kedalam simbol-simbol dan bahasa yang kemudian berkomunikasi satu sama lain dalam artian sesungguhnya. Simbol signifikan10 juga membuka peluang untuk berpikir maupun berinteraksi dengan simbol-simbol.

Mead memandang untaian proses mental sebagai bagian dari proses sosial lebih luas yang meliputi kesadaran, kesan, mental, arti dan yang paling umum pikiran. Manusia mempunyai kapasitas khusus untuk melakukan percakapan batin dengan diri sendiri, seluruh proses mental itu bukan terletak di dalam otak melainkan di dalam proses sosial. Mekanisme umum diri adalah manusia

8

George Ritzer, Teori Sosiologi Modern, (Jakarta: Kencana, 2014), 257-261.

9

Fungsi isyarat pada umumnya menciptakan peluang di antara individu yang terlibat dalam tindakan social tertentu dengan mengacu pada objek-objek yang menjadi sasaran tindakan itu. Ibid., 263

10

Simbol signifikan adalah sejenis gerak isyarat yang hanya dapat diciptakan manusia. Isyarat menjadi simbol signifikan bila muncul dari individu yang membuat simbol-simbol itu sama dengan sejenis tanggapan yang diperoleh dari orang yang menjadi sasaran isyarat. Kumpulan isyarat suara yang paling mungkin menjadi simbol yang signifikan adalah bahasa: simbol yang menjawab makna yang dialami individu pertama dan yang mencari makna dalam individu kedua. Bahasa menjadi simbol yang signifikan dan memberitahukan makna tertentu. (Mead, 1934/1962). Fungsi bahasa (simbol) yang signifikan pada umumnya adalah memungkinkan orang menjadi stimulator tindakan mereka sendiri yakni: menggerakkan tanggapan yang sama di pihak individu yang berbicara dan juga di pihak lainnya, pengaruh lainnya dari bahasa adalah merangsang orang yang bericara dan orang yang mendengarnya. Simbol signifikan memungkinkan interaksi simbolik yakni orang dapat berinteraksi tidak hanya melalui isyarat tetapi juga melalui simbol signifikan. Yang jelas mampu mempengaruhi kehidupan dan memungkinkan terwujudnya pola interaksi dan bentuk organisasi social yang jauh lebih rumit. Ibid., 263


(20)

12

menempatkan diri sendiri sebagi objek dalam kedudukan sebagai orang lain yakni kemampuan menggeneralisasi orang lain, bertindak dan melihat sebagaimana orang lain bertindak dan melihat diri mereka sendiri. Kemampuan untuk memandang diri sendiri dari sudut pandang komunitas adalah sangat penting untuk kemunculan diri maupun kemunculan aktivitas kelompok yang terorganisasi.

Prinsip dasar Interaksionisme simbolik dapat diringkas sebagai berikut: 1. Manusia dibekali kemampuan untuk berpikir, tidak seperti binatang 2. Kemampuan berpikir dibentuk oleh interaksi sosial

3. Dalam interaksi sosial, manusia mempelajari makna dan simbol yang memungkinkan mereka menggunakan kemampuan berpikir mereka yang khusus itu

4. Makna dan simbol memungkinkan manusia melakukan tindakan khusus dan berinteraksi

5. Manusia mampu mengubah arti dan simbol yang mereka gunakan dalam tindakan dan interaksi berdasarkan penafsiran mereka terhadap situasi.

6. Manusia mampu memodifikasi dan mengubah sebagian karena kemampuan mereka berinteraksi dengan diri mereka sendiri, yang memungkinkan mereka menguji serangkaian peluang tindakan, menilai keuntungan dan kerugian relatifnya dan kemudian memilih satu di antara serangkaian peluang tindakan itu.


(21)

13

7. Pola aksi dan interaksi yang saling berkaitan akan membentuk kelompok dan masyarakat.

Mead sedikit sekali berbicara tentang masyarakat, yang ia pandang secara sangat umum sebagai proses sosial tanpa henti yang mendahului pikiran dan diri. Mead umumnya kurang memerhatikan kehidupan masyarakat secara makro, pranata sosial didefinisikannya tak lebih dari sekadar sebagai kebiasaan-kebiasaan kolektif.11Berpijak pada prinsip dasar teori Interaksionisme simbolik dan asumsi-asumsi yang terangkum di atas, peneliti memandang teori Interaksionisme simbolik sangat relevan menjawab masalah-masalah yang telah dirumuskan peneliti. Tak lepas dari batasan masalah di atas, wilayah yang akan dianalisis peneliti dengan menggunakan teori ini adalah bagaimana proses dakwah di masyarakat pedalaman Fakfak terutama masyarakat di Kampung Ugar Pertuanan Sekar kabupaten Fakfak.

1. Berpijak pada prinsip dasar teori ini bahwa bagi seorang pendakwah dalam memaknai tradisi tersebut dituntut menggeneralisasi orang lain bertindak dan melihat sebagaimana orang lain bertindak dan melihat diri mereka sendiri serta berinteraksi dengan masyarakat setempat, yaitu dengan mempelajari, mengamati dan memahami keseharian masyarakat di

Kampung Ugar, sehingga da’i dituntut untuk mampu menempatkan dirinya bagian dari masyarakat tersebut. Prinsip Teori ini menjelaskan bahwa dengan menggeneralisasi fenomena-fenomena yang ada, seorang

11


(22)

14

aktor atau pendakwah mampu memodifikasi dan mengubah serta dapat mengukur sejauh mana ia berinteraksi dengan dirinya sendiri dan mampu

menggenaralisasi orang lain. Dalam artian bahwa da’I akan sukses di

medan dakwahnya bila ia mengetahui mulai dari manakah ia akan melangkah dan resep atau pesan dakwah manakah yang sepantasnya diberikan kepada masyarakat (objek dakwah).

2. Sejalan dengan orientasi interaksionisme simbolik yang mengarah pada kapasitas mental aktor dan hubungannya dengan tindakan dan interaksi yang semuanya dipahami dari sudut proses; kecenderungan aktor atau pendakwah dipaksa oleh keadaan psikologis internal atau oleh kekuatan struktural dalam berdakwah di pedalaman Fakfak. Sebagaimana yang dipandang oleh Mead bahwa: “Untaian proses mental sebagai bagian dari proses sosial lebih luas yang meliputi kesadaran, kesan, mental, arti dan yang paling umum pikiran. Manusia mempunyai kapasitas khusus untuk melakukan percakapan batin dengan diri sendiri, seluruh proses mental itu bukan terletak di dalam otak melainkan di dalam proses sosial. Melalui teori ini peneliti mengamati dan menganalisis tindakan apa yang dilakukan pendakwah setelah melakukan proses yang panjang baik itu aksi dan interaksi yang dilakukan pendakwah terhadap rutinitas masyarakat di Kampung Ugar, serta peluang apasaja yang telah ditempuh dalam mengatasi berbagai fenomena-fenomena yang ada pada masyarakat.


(23)

15

F. Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu atau tinjauan pustaka merupakan rujukan dan informasi dasar penulis yang digunakan dalam penelitian ini yang berguna untuk menghindari plagiat, kesamaan dan pengulangan penelitian. Beberapa penelitian yang mempunyai relevansi dengan penelitian ini antara lain:

1. Agama dan Budaya dalam Integrasi Sosial (Belajar dari Masyarakat Fakfak di Propinsi Papua Barat)12.

Artikel ini menjelaskan bahwa dinamika sosial kemasyarakatan di Papua tidak selalu menghadirkan cerita tentang konflik dan disintegrasi, tetapi juga tentang harmoni dan perdamaian sebagaimana yang terjadi pada masyarakat Fakfak.

Temuan penting dalam riset ini antara lain:

Pertama: agama dan budaya berperan penting dalam melahirkan norma-norma sosial yang harmonis yang mempengaruhi praktik-praktik sosial individu hingga pada arena sosial yang lebih luas seperti politik dan ekonomi.

Kedua: proses pelembagaan nilai dan norma didukung oleh pemerintah dan kekuatan civil society yang memiliki misi yang sama untuk mempromosikan harmoni dan perdamaian.

12Saidin Ernas dkk, “

Agama dan Budaya dalam Integrasi Sosial: Belajar dari Masyarakat Fakfak di Propinsi Papua Barat”, Harmoni: jurnal Multikultural dan Multireligius, Vol. 13, No. 1 (Januari – April 2014)


(24)

16

Tulisan ini juga mengingatkan bahwa isu-isu konflik, seperti separatismme dan radikalisme agama, bila tidak ditangani dengan hati-hati bisa merusak integrasi sosial di Fakfak.

Fokus penelitian ini adalah nilai-nilai integrasi yang tercipta dalam kehidupan masyarakat Fakfak baik sosial agama, budaya, sosial dan ekonomi. Sementara riset yang peneliti lakukan tidak hanya terfokus sekedar melihat nilai-nilai sosial namun terfokus pada problematika dakwah yang mencakup pemaknaan akan nilai-nilai yang tersirat baik dalam kancah tradisi maupun dakwah dan bagaimana strategi dan solusi yang ditempuh untuk mengatasinya.

2. Nilai-Nilai Kerukunan dalam Tradisi Lokal (Studi Interaksi Kelompok Umat Beragama di Ambarawa, Jawa Tengah)13

Makalah ini mengemukakan tentang faktor-faktor pendukung kerukunan beragama di Ambarawa, Semarang. Jawa Tengah:

a. Kerukunan dapat berjalan dengan baik, karena didukung oleh adat dan budaya masyarakat.

b. Kerukunan didukung oleh rasa saling menghormati dan toleransi yang tinggi, sehingga mampu menciptakan kebersamaan yang harmonis.

c. Nilai-nilai harmoni yang terlihat dalam berbagai tradisi keagamaan dan tradisi budaya yang diikuti oleh seluruh lapisan masyarakat Cina

13 Sulaiman, “Nilai

-Nilai Kerukunan dalam Tradisi Lokal: Studi Interaksi Kelompok Umat Beragama di Ambarawa, Jawa Tengah”, Harmoni, jurnalMultikultural dan Multireligius. Vol. 13, No. 1 (Januari – April), 2014.


(25)

17

Konghucu juga melibatkan masyarakat Cina lainnya yaitu Kristen/Katolik, Buddha dan Muslim.

Fokus penelitian ini adalah nilai-nilai kerukunan yang terkandung dalam tradisi-tradisi yang berkembang di masyarakat dan nilai-nilai tersebut terefleksikan dalam berbagai proses sosial di masyarakat Ambarawa.

Adapun fokus penelitian yang peneliti tempuh dalam riset ini antara lain mengkaji proses dakwah lebih khususnya kajian terhadap strategi pendakwah dalam menghadapi berbagai fenomena dakwah di masyarakat pedalam Fakfak, juga termasuk di dalamnya memaknai dakwah dan nilai-nilai yang terkandung dalam simbol atau semboyan dalam tradisi Fakfak yang terimplementasi dalam kehidupan masyarakat Fakfak,

3. Satu Adat Tiga Agama: Meneropong Aktivitas Masyarakat di Teluk Patipi Fakfak Papua14.

Makalah ini memfokuskan risetnya pada pembahasan berikut:

a. Simbol-simbol (neret/magan) mampu menyatukan berbagai perbedaan di wilayah Patipi Kabupaten Fakfak sekalipun perbedaan keyakinan b. Adat dipandang sebagai alat kontrol untuk mempertahankan dan

memelihara keberlangsungan kehidupan beragama yang harmonis di dalam kehidupan masyarakat.

c. Integrasi sosial hanya dapat terwujud jika ada kesatuan fungsional antara sub-sub-sistem yang ada dalam kehidupan masyarakat Fakfak.

14Suparto Iribaram, “Satu Adat Tiga Agama: Meneropong Aktivitas Masyarakat di Teluk Patipi

Fakfak Papua”, KumpulanMakalah Yang Dipresentasikan Pada The 11th Annual Conference on Islamic Studies.


(26)

18

Riset ini membatasi ruang pembatasannya pada simbol-simbol sosial, tradisi dan integrasi sosial yang terwujud jika ada kesatuan antara fungsional antara sub-subnya yang ada dalam dalam kehidupan masyarakat Patipi, Kabupaten Fakfak.

Sementara riset yang peneliti lakukan selain memfokuskan pada tradisi juga memaknai tradisi dan simbol-simbol tersebut dan hubungannya dengan proses dakwah baik mengkaji fenomena-fenomena dakwah yang tercermin pada simbol-simbol tersebut dan bagaimana strategi pendakwah dalam mengatasi problematika di medan dakwahnya.

4. Islam Di Papua Barat: Tradisi Dan Keberagaman15

Fokus pembahasan pada penelitian ini antara lain “bagaimana perilaku

sosial yang menghubungkan Islam dengan kondisi setempat di Papua Barat”. Penelitian ini pada umumnya mengungkapkan pembahasan tentang keberadaan Islam sebagai pandangan hidup di Papua Barat. Kemudian peniliti riset ini mengemukakan hasil temuannya antara lain:

a. Kepemimpinan dan adat,

b. Keberagamaan dan keberagaman, dan c. Semangat belajar.

Dari tiga temuan utama tersebut menunjukkan bahwa muslim di wilayah Papua Barat bukan sekedar berusaha mempertahankan tradisi mereka melainkan senantiasa mempertahankan harmoni beragama dengan umat lain.

15

Ismail Suardi Wekke. Islam Di Papua Barat: Tradisi Dan Keberagaman. Skripsi Jurusan Dakwah Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Sorong, Papua Barat


(27)

19

Walaupun tempat penelitian yang menjadi sasaran peneliti pada tesis ini yaitu Kabupaten Fakfak, namun peneliti lebih mengkhususkan riset pada masyarakat di Kampung Ugar Pertuanan Sekar. Adapun penelitian yang akan ditinjau pada Tesis ini antara lain tentang proses dakwah.

5. Peran Tokoh Agama Bagi Perkembangan Komunitas Muslim Di Fakfak Papua Barat16

Penelitian ini terfokus pada kajian peran tokoh agama, serta kondisi kehidupan komunitas Muslim di Fakfak Papua Barat. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa komunitas Muslim di Fakfak mengalami perkembangan yang terlihat dari beberapa aspek:

a. Sosial, hubungan sosial masyarakat semakin baik. b. Budaya, pelestarian budaya yang sesuai dengan Islam. c. Agama, meningkatnya pemahaman Islam.

d. Pendidikan, semakin banyak orang yang sadar akan pentingnya pendidikan, terutama bagi generasi muda dan sudah banyak sarjana dari berbagai disiplin ilmu.

e. Ekonomi, masyarakat semakin mapan berkat upaya pemberdayaan ekonomi masyarakat.

Hasil lain dari penelitian ini menunjukkan bahwa peran tokoh agama sangat penting bagi perkembangan komunitas Muslim di Fakfak, antara lain:

16

Zaeni Ulumudin. Peran Tokoh Agama Bagi Perkembangan Komunitas Muslim Di Fakfak Papua Barat. Skripsi, Fakultas Dakwah Dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang, 2015


(28)

20

a. Tokoh agama mampu membangkitkan semangat masyarakat dalam beragama,

b. Meningkatkan etos kerja masyarakat, serta

c. Memberi nuansa baru dalam,kehidupan masyarakat yang selama ini belum mereka alami.

Adapaun tesis yang sedang peneliti lakukan bukan hanya pada peran tokoh agama namun mengarah pada peran da’i atau peran seluruh komponen dakwah yang berkiprah dalam proses dakwah dan bagaimana melahirkan strategi dakwah dalam mengatasi problematika di masyarakat pedalaman Fakfak. Yakni berorientasi pada proses dakwah di Kampung Ugar Pertuanan Sekar.

G. Metode Penelitian

1. Jenis Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian lapangan (field Reseacrh).17 Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif, yang diharapkan dapat menghasilakn data-data deskriptif lebih jelas dan terperinci18. Penelitian ini digunakan untuk meneliti kondisi alamiah (Naturalistic Inquiry) di mana peneliti terlibat di dalamnya (partisipatoris) sebagai instrument pokok (key instrument).19

17

Penelitian ini bertujuan melakukan studi yang mendalam mengenai suatu unit persoalan sedemikian rupa sehingga menghasilakn gambaran yang terorganisir dengan baik dan lengkap mengenai persoalan tersebut. Sugeng Pujileksono, Metode Penelitian Komunikasi Kualitatif,

(Malang:Instrans Publishing, 2015),18.

18

Yaitu penelitian yang mempelajari masalah-masalah dalam masyarakat serta data yang berlaku dalam masyarakat serta situasi-situasi tertentu termasuk tentang hubungan, kegiatan, sikap, pamdangan serta proses yang sedang berlangsung dan pengaruh dari fenomena. Ibid., 20

19

Djunaidi Ghony dan Fauzan Al Mnashur, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Jogjakarta: Ar Ruzz Media, 2002), 25-29 dan. 84-85


(29)

21

Jenis pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan pendekatan fenomenologi. Tujuan dan alasan penggunaan fenomenologi sebagai pendekatan dalam riset ini antara lain:

a. Melalui pendekatan ini membantu peneliti dalam mencari atau menemukan dan mengungkapkan serta memahami makna dari hal-hal mendasar yang esensial dari suatu fenomena atau masalah di kancah dakwah beserta konteksnya yang khas dan unik yang dialami pada aktivitas dakwah di pedalaman Fakfak

b. Melalui pendekatan ini, peneliti mampu mengidentifikasi hakikat pengalaman20 da’I tentang fenomena dakwah dan hal-hal terkait dengan dakwah dan tradisi pada kehidupan masyarakat di pedalaman Fakfak.

2. Sumber Data

Sumber data yang dimaksud adalah subjek dari mana data tersebut diperoleh. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa sumber data primer dan sumber data sekunder21.

20Pengalaman yang berkaitan dengan struktur dan tingkat kesadaran individu (baik da’i ataupum

masyarakat/mad’u) secara langsung maupun tidak langsung, yakni memfokuskan pada subjek penelitian pada orang yang mengalami langsung kejadian atau fenomena yang terjadi. Ibid., 59

21

Sumber data primer: sumber data yang diperoleh secara langsung dari objek penelitian sebagai sumber informasi yang dicari; Sumber sekunder sebagai bahan penunjang data atau informasi yang diperoleh melalui pihak lain, tidak diperoleh secara langsung oleh peneliti dari objek penelitian, biasanya sumber sekunder ini berupa dokumen yang menguraikan dan membicarakan sumber primer.


(30)

22

a. Sumber data primer (Primary sources). Sumber informasi yang dicari dalam riset ini adalah informasi yang didapatkan langsung dari informan antara lain:

1) Para da’i yang sedang atau pernah berdakwah di kampung Ugar diantaranya adalah:

(a) da’i yang ditugaskan dari Yayasan Muslim Asia (AMCF), (b) da’i yang ditugaskan dari MUI Kabupaten Fakfak

(c) da’i yang ditugaskan dari yayasan Al Fatih Kaffah Nusantara (AFKN) dan

2) Para da’i lokal yang berasal dari kampung setempat yaitu kampung Ugar:

3) Tokoh adat dan tokoh masyarakat yaitu Kepala suku Ugar 4) Tokoh agama yaitu Imam Masjid atau guru ngaji.

b. Sumber data sekunder atau pendukung (Secondary sources). Informasi-informasi data sekunder yang diperoleh dalam riset ini antara lain:

1) Informasi yang diperoleh dari Lembaga Adat Mbaham Matta Kabupaten Fakfak atau dari MUI di kampung setempat

2) Buku-buku atau tulisan-tulisan makalah, hasil seminar atau Journal, dokumen-dokumen, responden dari hasil wawancara dan dokumen lainnya yang terkait dan ada relevansinya dengan penelitian yang dikaji peneliti.


(31)

23

3. Tekhnik Pengumpulan Data

Penggalian data yang dilakukan dalam penelitian ini, menggunakan beberapa metode antara lain:

a. Wawancara Mendalam (in-depth interview)

Wawancara dilakukan peneliti untuk memperoleh semua keterangan-keterangan dan menggali data-data yang dibutuhkan peneliti agar lebih akurat dan memperoleh informasi tentang pemaknaan dibalik setiap peristiwa dan fenomena yang belum dan tidak diketahui peneliti. Wawancara dilakukan peneliti guna mendapatkan informasi-informasi berkenaan dengan dakwah beserta prosesnya, makna-makna dari setiap tradisi dan fenomena serta peristiwa yang terjadi di lokasi penelitian dan hal-hal lainnya yang belum tercover. Adapun sasaran yang akan diwawancarai ialah informan-informan22yang telah disebutkan pada

sumber data, antara lain: para da’I, kepala suku, tokoh masyarakat dan tokoh agama, Imam atau guru ngaji di Kampung Ugar, Pimpinan cabang yayasan Al Fatih Kaffah Nusantara (AFKN) dan Ketua Lembaga Adat Mbaham Matta di kabupaten Fakfak Papua Barat.

b. Observasi (Pengamatan)

22

Dalam menentukan informan pada riset ini, peneliti menempuh teknik atau prosedur pemilihan informan baik prosedur purposife dan Kuota (dengan mengidentifikasi peserta informan berdasarkan kriteria yang relevan dengan penelitian) maupun Snowball teknik ini ditempuh bila informan yang telah ditentukan tidak ditemukan di lapangan. Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan Ilmu Sosial lainnya, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2012), 107-110.


(32)

24

Secara umum pengamatan yang dilakukan peneliti berdasarkan tujuan riset pada masalah yang telah dirumuskan dan mengamati semua kejadian, peristiwa, tempat maupun kegiatan yang ditemukan peneliti di lokasi penelitian. Teknik ini digunakan peneliti untuk mencatat dan mengamati secara langsung proses dakwah dan aktivitas keseharian masyarakat, tradisi, kegiatan-kegiatan atau peristiwa-peristiwa di kampung Ugar. Dalam kaitannya dengan penelitian ini peneliti juga mendatangi langsung ke lokasi penelitian untuk pengamatan dan penelitian guna mendapatkan data yang diperlukan.

c. Dokumentasi

Metode ini digunakan peneliti untuk menelusuri dan mendapatkan data-data historis di Kampung Ugar yang berkaitan dengan masalah dan tujuan peneliti dalam riset ini. Data yang dimaksud baik berupa literatur maupun sumber atau bahan dokumen23dalam arti luas termasuk otobiografi24, fotografi25, video, film, surat-surat pribadi, buku-buku atau catatan harian, memorial, kliping, dokumen pemerintah atau swasta, cerita rakyat, data di server atau yang tersimpan di website, monumen, artefak,

23

Literature adalah bahan-bahan yang diterbitkan baik secara rutin maupun berkala; sedangkan documenter adalah informasi yang disimpan atau didokumentasikan sebagai bahan dokumenter. Ibid., 125.

24

Otobiografi yang telah diterbitkan maka sifatnya berubah menjadi literature atau sebagai buku bacaan. Namun otobiografi yang tidak diterbitkan sifatnya masih tetap sebagai bahan dokumenter. Demikian halnya surat-surat pribadi, kliping, cerita rakyat. Dokumen terbagi menjadi dua: dokumen pribadi (berupa buku harian, surat pribadi, dan otobiografi; dan dokumen resmi (berupa dokumen intern seperti: memo, pengumuman, instruksi, laporan rapat dan lainnya. Dan dokumen ekstern seperti: majalah, buletin, berita yang disiarkan di media massa, pemberitahuan dan lainnya. Ibid., 125.

25


(33)

25

foto dan lain sebagainya. Dokumentasi digunakan sebagai bahan informasi penunjang dan sebagai bagian berasal dari kajian kasus yang merupakan sumber data pokok berasal dari hasil observasi dan wawancara mendalam26.

4. Analisa Data

Proses analisis data dilakukan agar riset ini mampu memberikan pengertian serta pemahaman yang menyeluruh dengan dipadukan yang terjadi di lapangan dengan melihat dan memadukan sumber data lainnya yang terkait dengan penelitian ini. Analisa data dalam penelitian ini ditempuh dengan cara sistem pengkombinasian. Tahapan analisis tersebut antara lain:

a. Kategorisasi data: Setelah melakukan pengamatan terhadap fenomena kemudian memaparkan data yang telah terkumpul dari sumber data primer, melakukan identifikasi, revisi-revisi dan pengecekan ulang terhadap data yang ada

b. Validasi data: Dengan membandingkan dan menganalisis secara selektif terhadap data atau informasi yang diperoleh

c. Verifikasi data: Menelusuri dan menjelaskan hubungan-hubungan ketegorisasi (sintesisasi).

d. Kesimpulan data: Menarik kesimpulan-kesimpulan umum

e. Penyajian data: Penyajian data dengan membangun atau menjelaskan teori

26


(34)

26

5. Pengecekan Keabsahan Data

Teknik ini digunakan untuk memeriksa dan mengecek keabsahan data dari hasil penelitian ini yaitu dengan menggunakan teknik pemeriksaan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau pembanding terhadap data itu27. Dalam penelitian ini menggunakan metode Triangulasi Data (pendekatan multi metode)28.Triangulasi yang digunakan dalam penelitian ini antara lain meliputi pemeriksaan melalui penggunaan: Sumber dan Metode. 29

H. Sistematika Pembahasan

Untuk mempermudah pembahasan terhadap permasalahan yang menjadi topik penelitian ini, maka peneliti menggunakan sistematika pembahasan. Tesis ini terdiri dari empat bab yang secara garis besar adalah:

Bab I : Merupakan pendahuluan yang meliputi: latar belakang masalah, identifikasi dan batasan masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, kerangka teoritik, penelitian terdahulu, metode penelitian, dan analisa data

Bab II: Berupa pemaparan landasan teoritis berisi tentang kajian-kajian terkait dengan dakwah dan urgensinya bagi juru dakwah, dalam bab ini juga membahas secara umum polemik antara tradisi dan ajaran agama di pedalaman Fakfak.

27

Ghony dan alManshur. Op.cit. 318-319

28

maksudnya adalah kombinasi berbagai metode yang dipakai untuk mengkaji fenomena yang saling terkait dari sudut pandang dan perspektif yang berbeda. Sugeng pujileksono. Op.cit. 144.

29

Triangulasi sumber: pemeriksaan melalui sumber yaitu dengan membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam penelitian. Seperti: membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara atau membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen. Adapaun triangulasi metode: melakukan strategi pengecekan derajat kepercayaan penemuan hasil penelitian beberapa teknik pengumpulan data dan pengecekan derajat kepercayaan beberapa sumber data dengan metode yang sama. Lihat: Ghony dan alManshur. Op.cit.322-323


(35)

27

Bab III: Merupakan Penyajian data, membahas tentang keadaan masyarakat Ugar yaitu meliputi keadaan geografisnya, kehidupan sosial, perekonomian, taraf pendidikan juga membahas secara umum sejarah masuknya Islam dan perkembangannya di Fakfak dan di akhir bab ini menjelaskan akan tradisi masyarakat Ugar.

BAB IV: adalah analisis data yang membahas tentang perkembangan dakwah di Ugar dan temuan penelitian diantaranya menyebutkan tiga elemen dakwah yang saling mempengaruhi terhadap perkembangan dakwah di kampung Ugar serta diakhir bab ini menyebutkan aneka problematika dakwah dan solusi atau strategi dakwah.


(36)

1

BAB II

LANDASAN TEORITIS

A. Dakwah Di Masyarakat Pedalaman Fakfak

1. Definisi dan Makna dakwah

a) Definisi Dakwah secara Etimologi

Secara etimologi kata “dakwah” merupakan istilah yang berasal dari bahasa

Arab, dakwah merupakan bentuk ma dar ( ع ا) terdiri dari tiga huruf dasar ( ) dal, „ain dan waw berwazan“ ” yang berarti:

( ا ء ش ا )

“Sesuatu yang condong atau berpaling kepadamu dengan melalui perantara sauara atau ucapan yang bersal darimu (dari yang mengucapkan)”1

Dakwah memiliki ragam arti dan makna, Ahmad Warson Munawwir memaknai dakwah sebagai: Memanggil, mengundang, mengajak, meminta tolong, meminta, menyuruh, menyeru, mendorong dan memohon.2 Kata “dakwah” yang

disebutkan dalam Al Qur‟an memiliki beberapa makna, antara lain: 1) Meminta atau mengharapkan ( ا)

ا ا ث ْا ع ا ح ا ث ْا ع اَ “(Akan dikatakan kepada mereka): "Jangan kamu sekalian mengharapkan satu kebinasaan, melainkan harapkanlah kebinasaan yang banyak".3

2) Bermakna Panggilan atau Seruan (ءا ا)

1 Ahmad bin Faris bin Zakariya Ar Rāzy, Mu‟jam Maqāyīs al Lughah, (Dārul Fikri: t.p, 1979),

279.

2

Warson Munawwir, Kamus Al Munawwir, (Surabaya: Pustaka Progressif, 1994), 439. Lihat juga: Samsul Munir Amin, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Amzah, 2013), 1.


(37)

2

ا ج ْا ج ع ع ا ءٓ ش ْا

“Dan (ingatlah) akan hari (yang ketika itu) Dia berfirman: "Serulah olehmu sekalian sekutu-sekutu-Ku yang kamu katakan itu". Mereka lalu memanggilnya tetapi sekutu-sekutu itu tidak membalas seruan mereka dan Kami adakan untuk mereka tempat kebinasaan (neraka)”.4

3) Bermakna Memohon ( ا ا)

ظا ا ع ءٓا ص ا ا ۚ ا ا ْا “Mereka berkata: "Mohonkanlah kepada Tuhanmu untuk kami agar Dia menerangkan kepada kami apa warnanya". Musa menjawab: "Sesungguhnya Allah berfirman bahwa sapi betina itu adalah sapi betina yang kuning, yang kuning tua warnanya, lagi menyenangkan orang-orang yang memandangnya".5

4) Seruan bermakna motivasi atau ajakan atau sebuah hasutan untuk melakukan sesuatu ( ح ا ثح ا)

ا ٓ ع جا ع أ ٓ “Hai kaumku, ۖagaimanakah kamu, aku menyeru kamu kepada keselamatan, tetapi kamu menyeru aku ke neraka”.6

5) Bermakna Istighathah atau seruan berupa permintaan dan permohonan ( ث غ َا)

ص ع اَ غأ ع ا أ أ اَ ا ع ى أ ء أ

4

Ibid., 18:52.

5

Ibid., 2:69.

6


(38)

3

“Katakanlah: "Terangkanlah kepadaku jika datang siksaan Allah kepadamu, atau datang kepadamu hari kiamat, apakah kamu menyeru (tuhan) selain Allah; jika kamu orang-orang yang ۖenar!”.7

6) Seruan yang Bermakna Perintah ( أا)

خأ ْا ع ا اَٱ َ “Dan mengapa kamu tidak beriman kepada Allah padahal Rasul menyeru kamu supaya kamu beriman kepada Tuhanmu. Dan sesungguhnya Dia telah mengambil perjanjianmu jika kamu adalah orang-orang yang beriman”.8

7) Seruan Bermakna Do’a atau ۖerdoa (ء ع ا)

ح َ ا ۚ خ ع ا ْا ع “Berdoalah kepada Tuhanmu dengan berendah diri dan suara yang lembut. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui ۖatas”.9

Beberapa Makna kata dakwah ( ع ا) yang terdapat pada ayat-ayat diatas bila diperhatikan maka akan ditemukan bahwa kata tersebut menunjukkan kepada satu makna yaitu: at ṭolab meminta atau mengharapkan ( ا).

Kata Yang Semakna dengan Dakwah Makna Kata

Panggilan atau Seruan (ءا ا)

An Nida‟ adalah permintaan untuk hadir dan datang baik perintah berupa perkara yang zahir atau maknawi

Memohon, Meminta atau bertanya ( ا ا)

As Sual yaitu permintaan untuk mengetahui tentang suatu perkara yang sebelumnya belum mengetahui apapun

7

Ibid., 6:40.

8

Ibid., 57: 8.

9


(39)

4

tentangnya Motivasi atau ajakan atau sebuah

Hasutan untuk melakukan sesuatu ( ح ا)

At Tahri yaitu permintaan untuk melakukan suatu perbuatan yang tidak diinginkan oleh orang lain

Istighasah atau seruan berupa permintaan atau Permohonan ( ث غ َا)

Al Istighathah yaitu meminta untuk menghilangkan atau mengangkat musibah, bahaya yang menimpa si pemohon Seruan yang Bermakna Perintah

( أا)

Al Amr yaitu permintaan untuk melakukan suatu pekerjaan yang harus dikerjakan

Do’a atau ۖerdoa (ء ع ا) Ad Dua‟ yaitu permintaan atau permohonan kepada Allah Ta‟ala

Bila didefinisakn kata Dakwah (ه ع ا) mengajak kepada Allah Ta‟ala dapat diartikan seۖagai ۖerikut: “Meminta kepada manusia (orang-orang) untuk mentaati Allah Ta‟ala dan Rasul-Nya allallahu „Alaihi Wa Sallam senantiasa berpegang teguh terhadap Syariatnya (Hukum-hukum Agama yang telah diatur oleh Allah dalam Al Qur’an dan Rasul-Nya) yakni beragama dengan agama Islam yang lurus dan murni yaitu agama yang telah dipilih oleh Allah Ta‟ala bagi makhluknya serta beramal dengan pengajaran dan panduan dari Allah Ta‟ala.

ا ا ا خ ا ا ْا ع ا ٓ “Hai manusia, sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakanmu dan orang-orang yang sebelummu, agar kamu bertakwa”.10

Berpijak pada penjelasan diatas dapat dipahami bahwa hubungan antara apa yang ditujukkan pada kata kerja (ع ) menurut bahasa dan apa yang dimaksudkan pada istilah yang ditujukkan dalam Al Qur’an ( ا) menunjukkan

10


(40)

5

makna berpaling ( إا) dan berupa ajakan ( غ ا) yakni berpaling dari kejahatan dan mengajak manusia kepada jalan Allah Pencipta alam semesta. Asmuni Syukir menambahkan bahwa terdapat beberapa kata atau kalimat dalam bahasa Arab yang memiliki makna yang sama atau hampir sama dengan dakwah11, kata-kata tersebut diantaranya:

a) Tabligh artinya menyampaikan ajaran Allah dan Rasul kepada orang lain yang penyajiannya bersifat objektif dan sangat mendasar tanpa adanya unsur paksaan untuk diterima atau diikuti

b) Al Amr bi Al Ma‟ruf artinya: memerintahkan kepada kebaikan yang diperintahkan dalam ajaran Islam

c) An Nahyu An Al Munkar artinya melarang kepada perbuatan yang munkar atau perbuatan-perbuatan yang dilarang oleh Islam.

d) An Na ihah yaitu penyampaian dengan tutur kata yang baik dalam penyampaian pesan-pesan dakwah bertujuan dan berusaha memperbaiki tingkah laku seseorang maupun sekelompok masyarakat

e) Khiṭabah yaitu memberi khutbah atau menyampaikan nasehat-nasehat kebajikan kepada orang lain sesuai dengan perintah ajaran Islam

f) Mau‟iẓah artinya memberikan nasehat dan pelajaran yang baik kepada orang lain

g) Al Irsyad adalah upaya untuk mendorong manusia agar mau mengikuti petunjuk dengan meyampaikan kebenaran Islam, sekaligus

11


(41)

6

larangannya sehingga menimbulkan perbuatan manusia untuk mengikuti Islam.

h) Ad Di‟āyah adalah usaha untuk memprogandakan agama Islam sehingga manusia mengikuti ajaran Islam juga dapat diartikan sebagai usaha untuk menarik perhatian dan simpati seseorang terhadap suatu sikap, tindakan atau pemikiran dengan menggunakan bujukan, pujian dan lainnya

i) Wa iyyah berarti pesan atau perintah tentang sesuatu tentang kebenaran agama Islam

j) Tabsyir artinya memberi kabar berita tentang rahmat dan karunia Allah yang akan diperoleh orang-orang yang beriman

k) Tadhkirah atau Indhar artinya memberi peringatan berupa ancaman atau mengingatkan manusia agar selalu menjauh dari perbuatan yang menyesatkan dan agar selalu mengingat Allah dan mengikuti petunjuk-Nya.

l) Al Jihad artinya berjuang membela agama Allah Ta‟ala. Jihad bukan hanya berperang melawan musuh namun segala perbuatan yang bersifat mengadakan pembelaan dan melestarikan ajaran Allah Ta‟ala.

m) Al Wa‟īd adalah upaya menyampaikan kebenaran Islam yang mencakup janji dan ancaman sehingga dengannya manusia menganut ajaran tersebut atau bahkan memperjuangkannya.


(42)

7

Dengan demikian secara etimologi dakwah merupakan proses penyampaian atas pesan-pesan tertentu berupa ajakan, seruan, dengan tujuan agar orang lain memenuhi ajakan tersebut.12

b) Definisi Dakwah secara Terminologi

Dakwah meiliki definisi yang relatif banyak dan berbeda-beda diantara para ahli yang sejalan dengan dimensi dan variannya. Namun perbedaan tersebut memiliki kandungan makna yang sama dan saling melengkapi. Berikut beberapa definisi yang dikemukakan oleh para ahli diantaranya:

a. Makna dakwah yang terlontar dari perkataan seorang sahabat Rasulullah, Riۖ’iy ۖin ‘Amir Ath Thaqofy Ra iyallahu „Anhu kepada Rustum seorang panglima pasukan Majusi Persia sebelum terjadinya perang Qadisiyyah, tatkala ia menjawab atas pertanyaan yang diajukan Rustum kepadanya: apa yang memۖuat kalian datang kesini? Riۖ’iy

Ra iyallahu„anhu menjawaۖ: “Allah telah mengutus kami untuk

mengeluarkan siapa saja yang Dia kehendaki dari peribadatan (penghambaan) terhadap sesama makhluk (hamba) kepada Ibadah (penghambaan) kepada Tuhan yang menciptakan makhluk, dari kesempitan dunia kepada keluasannya dunia dan akhirat dan dari kezaliman agama-agama kepada keadilan Islam.13

12

Ibid., 2

13

Peperangan Al-Qadisiyah terjadi pada masa kekhalifahan ‘Umar ۖin Al-Khattab radhiyallahu „anhupada tahun 14 H dari wafatnya Rasulullah. Lih. ‘Aۖdurrahman ‘Ali Al Hajjy, As Sirah An Nabawiyyah Manhajiyyah Dirasatuha Wa Isti‟radu Ahadithuha, (Damsakus: Dārul Iۖn Kathir, 1420), 36; Aۖu Ja’far At abari, Tarikh At abari: Tarikh Ar Rasul Wa Al Muluk wa ilah Tarikh


(43)

8

b. Menurut Ibnu Taimiyyah: “Dakwah kepada Allah adalah proses untuk mengajak orang beriman kepada Allah dan mempercayai dan meyakini apa yang diberitakan dan apa yang dibawa oleh Rasul-Nya serta mentaati apa yang diperintahkan oleh Rasul-Nya”.14 Ibnu Taimiyah juga berkata: termasuk dakwah kepada Allah adalah: “ajakan atau perintah kepada Allah atas setiap apa yang dicintai dan disukai Allah dan Rasul-Nya adalah kewajiban dan keharusan baik yang tampak ( ) maupun tersembunyi ( ). Demikian juga menjauhi larangan dari setiap apa yang dibenci dan dimurkai Allah dan Rasul-Nya baik yang tampak ( ) maupun tersembunyi ( ). Tidaklah sempurna dakwah melainkan dengan melakukan apa yang dicintai atau disukai Allah serta meninggalkan apa yang dibenci-Nya baik hal itu berupa ucapan maupun perbuatan yang tampak atau tersembunyi”.

c. Menurut Abdul Karim Zaidan: dakwah adalah panggilan kepada Allah ataupun seruan kepada agama islam.15

d. Menurut Toha Yahya Omar: dakwah islam adalah mengajak manusia dengan cara bijaksana kepada jalan yang benar sesuai dengan perintah Tuhan untuk kemaslahatan dan kebahagiaan mereka di dunia dan akhirat.16

At aۖary, (Beirut: Dār At Turath, 1387), 520; Aۖu Al Fida’ Iۖn Kathir, Al Bidayah Wa Nihayah,

(t.t: Dār Hajar, 1997), 622

14

Ibnu Taimiyah, Majmu‟ Fatawa, (Riyaḍ: Marhabi Ar Riyaḍ, 1985), 157.

15

Abdul Karim Zaidan, U ul Dakwah, (t.t: t.p., t.th), 4.

16


(44)

9

e. Menurut Sudirman dalam ۖukunya “Proۖlematika Dakwah Islam di Indonesia”, yang dikutip oleh Siti Muriah dalam ۖuku “Metodologi Dakwah Kontemporer”, mendefinisikan dakwah seۖagai usaha-usaha untuk merealisasikan ajaran Islam di dalam kenyataan hidup sehari-hari, baik bagi kehidupan masyarakat sebagai keseluruhan tata hidup bersama dalam rangka pembangunan bangsa dan ummat manusia untuk memperoleh keridhaan Allah Ta‟ala.17

f. Menurut M. Arifin.: Dakwah mengandung pengertian sebagai suatu kegiatan ajakan baik dalam bentuk lisan, tulisan, tingkah laku dan sebagainya yang dilakukan secara sadar dan berencana dalam usaha mempengaruhi orang lain baik secara individual maupun secara kelompok agar timbul dalam dirinya suatu pengertian, kesadaran, sikap, penghayatan, serta pengamalan terhadap ajaran agama sebagai pesan yang disampaikan kepadanya dengan tanpa adanya unsur-unsur pemaksaan.18

g. Samsul Munir Amin dalam bukunya Ilmu Dakwah berpendapat: Dakwah diartikan sebagai proses penyampaian ajaran agama Islam dan usaha untuk mengubah way of thinking, way of feeling, dan way of life

manusia sebagai objek dakwah ke arah kualitas kehidupan yang lebih baik19

17

Siri Muriah, Metodologi Dakwah Kontemporer , (Yogyakarta: Mitra Pustaka, 2000), 4.

18

Amin, Ilmu Dakwah, 4.

19


(45)

10

Para ahli telah menyampaikan makna dakwah yang relatif banyak, dari beberapa definisi diatas nampaknya terdapat perbedaan redaksi, namun pada hakikatnya tidak menunjukkan adanya perbedaan substansi yang prinsip bila dicermati, sama-sama memaknai dakwah dengan “mengajak, menyeru, menyampaikan, memanggil”, selain itu dari masing-masing definisi tetap memiliki sisi dan titik perbedaan diantaranya beberapa ahli memaknai dakwah dengan penekanan yang berbeda terutama dalam hal materi atau pesan dakwah. Adnan bin Muhammad menyebutkan bahwa dakwah memiliki dua makna, yang pertama bahwa dakwah yang dimaksudkan adalah agama Islam itu sendiri. Kedua dakwah yang dimaksudkan adalah proses penyampaian Islam dan ajakan kepada Allah. Yaitu penyampaian dan ajakan kepada ajaran Islam berupa lisan, tulisan seperti belajar mengajar, khutbah, nasehat, seminar-seminar dan muktamar-muktamar tentang Islam dan lain sebagainya20. Samsul Munir menyimpulkan makna dakwah dalam beberapa poin berikut:

1. Dakwah adalah suatu usaha atau aktivitas yang dilakukan oleh segolongan manusia dengan sengaja dan sadar21

2. Usaha dan aktivitas dakwah yang dilakukan untuk meraih dan menuju kebahagiaan dunia dan akhirat22

3. Upaya dan ajakan kepada manusia untuk melakukan perbuatan yang

ma‟ruf dan mencegah manusia dari kemungkaran

20

Adnan bin Muhammad, Manhaj Ad Dakwah Al Mu‟ā iroh Fī ou‟ Al Kitab Wa Sunnah,(t.t: t.p., t.th), 60.

21

Amin, Ilmu Dakwah, 4.

22


(46)

11

4. Dakwah berupa ajakan kepada Allah Ta‟ala yaitu pemahaman terhadap Agama, sebagai bentuk. pengamalan terhadap firman Allah Ta‟ala yang terۗantum dalam Al Qur’an Surat Al A r ayat 1-3 dan Surat Yusuf ayat 108.

“Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian. kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran”

Dan Firman-Nya:

“Katakanlah: "Inilah jalan (agama)ku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah dengan hujjah yang nyata, Maha Suci Allah, dan aku tiada termasuk orang-orang yang musyrik"

Pemaparan makna dan definisi dakwah di atas terdapat pelajaran penting dan hikmah dibaliknya antaralain: bagi seorang pelaku dakwah terbentang dihadapannya sejumlah strategi atau jalan ( ا) dakwah demikian pula banyaknya sarana dan media ( ئ ا) dakwah yang digunakan seorang da’I dalam melakukan dakwahnya. Metode dan media dakwah mana yang sesuai dengan keadaan atau kondisi objek dakwah ( ع ا) yang dihadapinya.

2. Urgensi Dakwah di Pedalaman Papua


(47)

12

Dakwah dalam Islam menempati posisi yang sangat urgen serta merupakan asas atau pondasi utama (rukun). Allah Ta‟ala menegaskannya dalam Firman-Nya:

“Katakanlah: "Inilah jalan (agama) ku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah dengan hujjah yang nyata, Maha Suci Allah, dan aku tiada termasuk orang-orang yang musyrik"23

Ayat ini menjelaskan betapa pentingnya dakwah sekaligus tujuan dari dakwah itu sendiri, dalam ayat ini Allah Ta‟ala memerintahkan Nabi-Nya Muhammad allallahu „Alaihi Wa Sallam menyeru dan mengajak ummatnya untuk mengikuti jalan atau agama yang diridḥai Allah Ta‟ala yaitu Islam yang dengannya akan mengantarkan manusia kepada kebahagiaan di dunia dan di akhirat (berupa Surga).

ۚ إ ع أ أ

“Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku -cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu.”24

Berpijak dari apa yang telah dipaparkan diawal bab ini, dakwah diartikan sebagai suatu usaha atau upaya untuk mengajak, menyeru, dan mempengaruhi manusia senantiasa berpegang pada ajaran Allah Ta‟ala guna memperoleh kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat. Usaha mengajak dan mempengaruhi manusia agar pindah dari situasi yang jauh dari ajaran Allah Ta‟ala menuju situasi

23Al Qur’an, 12:108. 24


(48)

13

yang sesuai dengan petunjuk Allah Ta‟ala25. Banyak ayat dalam Al Qur’an menjelaskan urgensi dan keutamaan dakwah kepada Allah Ta‟ala antara lain:

a) Dakwah sebagai sebab Kekohan dan Pengembangan Islam

َ اَ ا ا اَ ۚ غا ا ا أ ٓ غ ا ٓ

“Hai Rasul, sampaikanlah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu. Dan jika tidak kamu kerjakan (apa yang diperintahkan itu, berarti) kamu tidak menyampaikan amanat-Nya. Allah memelihara kamu dari (gangguan) manusia. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir”.26

b) Dakwah memberikan pemahaman dan membentuk keimanan yakni karena dakwah seorang hamba akan mendapatkan petunjuk sehingga mampu memurnikan keimanannya dan segala bentuk ibadah yang dilakukannya hanya kepada Allah Ta‟ala semata dan memahami hukum-hukum ajaran Islam mana yang halal dan haram serta mengetahui akan batasan-batasannya.

c) Dakwah bersifat universal yang dapat mempererat solidaritas terhadap sesama maksudnya bahwa muamalah di antara manusia menjadi lebih baik, seperti dalam hal jual beli, perjanjian, pernikahan, maupun perkara-perkara lainnya yang berkaitan dengan kemasyarakatan dan kekeluargaan

25

Amin, Ilmu Dakwah, 50.


(49)

14

d) Dakwah mampu memperbaiki akhlak manusia menjadi lebih baik, meminimalisir perbedaan pendapat dan pemahaman serta dapat menyebabkan hilangnya kedengkian dan kebencian di antara manusia e) Dengan dakwah seorang hamba akan meraih kebahagiaan dunia dan

akhirat

Allah Ta‟ala berfirman:

ص ءٓ ش ا ا ْآ ع اَ “Dan Allah menyeru (manusia) ke Darussalam (surga), dan menunjuki orang yang dikehendaki-Nya kepada jalan yang lurus (Islam)”.27

Dan Firman-Nya:

ا ٓ ع جا ع أ ٓ “Hai kaumku, bagaimanakah kamu, aku menyeru kamu kepada keselamatan, tetapi kamu menyeru aku ke neraka”.28

f) Dengan dakwah manusia akan mendapatkan kasih sayangnya Allah ح اَ أ ٓ “Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam”.29

g) Dengan dakwah senantiasa terciptanya keamanan, keselamatan dan keadilan diantara manusia

أ ٓ ْ أ ظ ْآ ْا اء ا

27

Ibid., 10: 25.

28

Ibid., 40:41.

29


(50)

15

“Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan kezaliman (syirik), mereka itulah yang mendapat keamanan dan mereka itu adalah orang-orang yang mendapat petunjuk”.30

h) Dengan dakwah manusia akan mendapatkan rasa aman baik keamana terhadap jiwanya, harta dan kehormatannya bila manusia senantiasa beramal sesuai dengan ajaran Islam

ا ا ف أ ا ح ا ْا ع ْا اء ا اَ ع ٓ ْ ۚ ش ش َ ۚ أ خ ا ا

“Dan Allah telah ۖerjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di muka bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka dalam ketakutan menjadi aman sentausa. Mereka tetap menyembah-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan Aku. Dan barangsiapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik”.31

Kenikmatan dan pahala yang besar serta apa yang diinginkan manusia baik di kehidupan dunia dan di akhirat tak akan dapat diraih melainkan dengan jalan berdakwah. Betapa pentingnya dakwah kepada Allah Ta‟ala bahkan dakwah

30

Ibid., 6: 102.

31


(51)

16

merupakan pekerjaan penting yang diamanahkan Allah Ta‟ala kepada para Nabi dan Rasul.

ا ا ش ا ش أ ٓ ا ا ٓ .

ا جا اَ عا

“Hai Naۖi, sesungguhnya Kami mengutusmu untuk jadi saksi, dan pembawa kabar gembira dan pemberi peringatan. dan untuk jadi penyeru kepada Agama Allah dengan izin-Nya dan untuk jadi ۗahaya yang menerangi”.32

b. Urgensi Kewajiban Dakwah

Berpijak pada pembahasan sebelumnya bila ditinjau dari berbagai na baik dari Al Qur’an maupun Al-Hadith menunjukkan akan wajibnya berdakwah secara umum baik muslim dan muslimah, laki-laki ataupun perempuan. Kewajiban dalam hal berdakwah para ulama memiliki dua pendapat. Pendapat pertama: menyatakan ۖahwa dakwah hukumnya wajiۖ atau farḍu ‘Ain. Setiap muslim yang sudah dewasa baik laki-laki maupun perempuan, tanpa terkecuali. Apapun jabatan dan kedudukannya wajib melaksanakan dakwah. Kewajiban ini berlandaskan pada firman Allah Ta‟ala berikut:

ا أ ٓ غ ا ٓ “Hai Rasul, sampaikanlah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu”.33 Dan Firman-Nya:

“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu”.34

Dan Sabda Rasulullah allallahu „Alaihu „Alaihi Wa Sallam:

32

Ibid., 33: 45-46.

33

Ibid., 5: 67.

34


(52)

17

آ ع ا غ “Sampaikanlah walau hanya satu ayat”.35

Redaksi kata yang terdapat dalam ayat dan hadits diatas antara lain: (غ ), ( ا), (ا غ ), menunjukkan perintah, dan setiap perintah secara umum hukum asalnya adalah wajiۖ. Kaedah Ilmu u ul Fiqh mengatakan bahwa: Hukum asal dari perintah terhadap suatu perۖuatan yang terdapat di dalam Al Qur’an dan As Sunnah adalah menunjukkan wajibnya perbuatan tersebut.36 Kemudian Ibnu Taimiyyah menjelaskan: “Perintah Allah dan Rasul-Nya jika bersifat mutlak maka konsekuensinya ۖahwa perintah terseۖut adalah wajiۖ”.37

Secara umum kewajiban dakwah pada bab ini hukumnya adalah wajib atas setiap muslim dan muslimah dimana pun ia berada baik di perkotaaan maupun pedesaan bahkan di pedalaman sekalipun yang memiliki kemampuan dan kesanggupan. Pendapat kedua: menyatakan bahwa berdakwah itu hukumnya adalah fardhu kifayah maksudnya apabila dakwah sudah disampaikan oleh sekelompok atau sebagian orang maka gugurlah kewajiban dakwah itu bagi sebagian lainnya. Hal ini berlandaskan firman Allah Ta‟ala:

ا ْا ْا ا ئٓ َ ۚ ا ٓ ْا ح ا ْآ ج

35

HR. Al Bukhari, bab Ahadith Al Anbiyā, no. 3461;lih. Al Bukhari, ahih Al Bukhari, (t.t: Dār

At uq An Najah, 1422 H).; HR. At Tirmidhi, Baۖ Al Ilmu, no. 2669, lih. Muhammad ۖin ‘Isa At Tirmdhi, Sunan At Tirmidhi, (Mesir: Syarikah Maktabah, 1975); HR. Ahmad, 2/159, 2/202, 2/214, lih. Abu Abdillah Ahmad bin Hanbal, Musnad Al Imam Ahmad bin Hanbal (t.t: Muassasah ar Risalah, 2001) ; HR. Ad Darimy dalam Muqaddimah. No. 542, lih. Ad Darimy, Sunan Ad Darimy,

(KSA: Dār Al Mughni, 2000).

36

Muhammad Al Amin Asy Syinqity, Mudhakirah Fī U ul Al Fiqh, (Al Madinah Al

Munawwarah: Maktaۖah Al ‘Ulūm Wa Al Hikam, 2001), 224

37

Muhammad bin Hasan Al Jizani, Ma‟ālim U ūl Al Fiqh „Inda Ahli As Sunnah Wa Al Jama‟ah,


(53)

18

“Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya”.38

Dan Firman-Nya:

ح ٓ ْ أ ۚ ع ف ٱ ع ا أ “Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma´ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang ۖeruntung”.39

Namun terkadang dakwah menjadi wajib hukumnya terhadap seseorang yang sebelumnya hukumnya wajib kifayah baginya dikarenakan tak ada seseorang pun yang ۖerdakwah sehingga dakwah itu akan menjadi wajiۖ ‘Ain sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya. Hadits dari Aۖu Sa’īd Al Khudry Ra iyallahu „Anhu ia berkata, bersabda Rasulullah:

إا ف أ ع ، ع ، غ ا أ “Barang siapa di antara kamu melihat kemungkaran maka hendaklah ia merubah dengan tangannya, jika ia tidak kuasa maka dengan lisannya, jika tidak kuasa dengan lisannya maka dengan hatinya yang demikian itu adalah selemah-lemahnya iman”.40

38Al Qur’an, 5:122.

39

Ibid., 3:104.

40

HR. Muslim, Kitab Al Iman 69/1, lih. Muslim Bin Al Hajjaj, ahih Muslim, (Beirut: Dār Ihya’


(54)

19

Hadits ini menunjukkan wajibnya dakwah bagi segenap umat Islam sesuai dengan kemampuan dan kesanggupan yang dimilikinya dan sesuai dengan bidangnya masing-masing, bahkan kewajiban berdakwah merupakan tanggung jawab dan tugas setiap muslim, laki-laki maupun wanita Islam yang baligh dan berakal, di manapun dan kapanpun ia berada.41

c. Urgensi Tujuan Dakwah

Dakwah yang ideal dan terorganisir hendaknya memiliki tujuan sehingga menjadi batu loncatan bagi seorang pendakwah dalam proses dakwah. Tujuan dakwah adalah salah satu unsur terpenting dalam rangkaian dakwah yang saling mempengaruhi. Tujuan dakwah sangat menentukan dan mempengaruhi terhadap strategi, media atau sarana apa yang akan digunakan dalam menghadapi objek dakwahnya. Pada umumnya dakwah bertujuan mewujudkan kebahagiaan hidup manusia di dunia dan akhirat dengan rahmat dan riḍa Allah Ta‟ala, membimbing manusia kepada jalan Allah Ta‟ala yang lurus dan agamanya yang mulia, mengeluarkan manusia dari kegelapan (kejahilan) kepada cahaya (keimanan), dari kesyirikan kepada tauhid, dari kezoliman dan kelaliman kepada keadilan dan kasih sayang. Tujuan dakwah ini telah Allah Ta‟ala jelaskan dalam ayat-ayat Al Qur’an, diantaranya:

1) Surat Ali Imran ayat 110 2) Surat Al Mukminun ayat 17

(Beirut: Al Maktaۖah ‘Al A ariyyah, t.th) ; At Tirmidzi Kitaۖ Al Fitan 4 dan 11/ 469; An Nasā’I

Kitab Al Iman 8/111, lih: Abu Abdurrahman An Nasā’I, As Sunan As Sughra Lin Nasāi, (t.t: Maktab Al Maۖu’ah Al Islami, 1986) ; Iۖn Majah, Kitaۖ Al Fitan 2 dan 20/1330, lih. ; Imam Ahmad dalam Musnadnya 3/10. 20.92.

41


(55)

20

3) Surat As Syura ayat 52-53 4) Surat Ar Ra’d ayat 36 5) Surat Ibrahim ayat 1-4

Para ahli telah banyak mengemukakn pembagian tujuan dakwah, sebagaimana yang terangkum dalam Ilmu Dakwah oleh Samsul Munir, antara lain:

1) Menurut Samsul Munir Amin Tujuan dakwah dapat dibagi menjadi dua yaitu42:

a) Tujuan Umum Dakwah (Mayor Objective) dan b) Tujuan Khusus Dakwah (Minor Objective)

2) Menurut A. Rosyad Shaleh dalam Manajemen Dakwah tujuan dakwah dibagi menjadi43:

a) Tujuan Utama Dakwah

b) Tujuan Departemental Dakwah

3) Menurut Endang Saifuddin Anshari dalam wawasan Islam, bahwa tujuan dakwah dibedakan dalam44 :

a) Tujuan Vertikal b) Tujuan Horizontal

4) Menurut Jamaluddin Kafie dalam Psikologi Dakwah, tujuan dakwah dapat dikelompokkan menjadi45:

42

Ibid. 60.

43

Ibid, 65.

44

Ibid 66.

45


(56)

21

a) Tujuan Utama b) Tujuan Hakiki c) Tujuan Umum d) Tujuan Khusus

Tujuan atau sasaran dakwah akan tercapai secara teratur bila setiap tindakan dan tahapan dakwah berjalan berdasarkan program kerja dakwah yang disusun secara bertahap dan terorganisir.

d. Kriteria dan Karakteristik Pendakwah

Pendakwah atauDa‟i ( عا ا / عا ا) adalah pelaku, komunikator atau dalam bahasa arab dikenal dengan ( ع ا) yaitu orang yang menyeru, orang yang memanggil. Kata da‟i ( عا ا أ عا ا) berasal dari kata kerja ( ع ع ) adapun bentuk jamaknya adalah ( ع atau عا atau عا ).

Pendakwah adalah unsur terpenting dalam proses dakwah, ibarat pemandu atau penunjuk yang membimbing, mengarahkan orang-orang kepada satu tujuan dan kebahagiaan serta keselamatan hidup di dunia dan akhirat. Sebaik-baik pemandu, pembimbing adalah baginda Rasulullah allallahu „Alaihi Wa Sallam.

ا اَ خٓأ اَ ْا ج ح أ اَ ا “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang ۖaik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia ۖanyak menyeۖut Allah”.46

46Al Qur’an


(1)

1

Daftar Pustaka

Aۖdil Muhsin (ۖin), Aۖdullah. Huqūqul Insān Fil Islām. Riyaḍ: Wizārah Ash Shu’unil Islam wal Auqōf wad Da’wah wa Irshad, 1419 H

Abdillah (bin), olih. Mafhūm al Hikmah Fī ad da’wah. Riyaḍ: Wizārah Ash

Shu’uni Al Islam wal Auqōf wad Da’wah wa Irshad, 1422 H.

Aۖdul ‘Aẓim. Samāhatul Islām Fī Ad da’wah Ilallah wal ‘Alaqāt al Insāniyyah Minhāj wasīroh. Maktaۖah wahiۖah, 1993

Abdul Fatah, aha. Al I’lām wad Da’wah. Madinah Munawwaroh: Al Jāmiah al

Islāmiyyah, 1975

Abdul Karim (bin), Na ir. Atharul ‘Ulama’ Fī Tahqīq Risālah Al Masjid. Riyaḍ:

Wizārah Ash Shu’unil Islam wal Auqōf wad Da’wah wa Irshad, 1418 H Aۖdul Latif, Ali. Al Iۖādāt Fil Islām Wa Atharuha Fī Taḍommun al Muslimīn.

Madinah Munawwaroh: Al Jāmiah al Islāmiyyah, 1404 H

Abdullah (ۖin), Aۖdul Malik. Al Burhān Fī U ul Fiqh. Beirut : Dār Al Kutuۖ Al ‘Ilmiyyah, 1997.

Abdulsyani. Sosiologi Skematika, Teori dan Terapan. Jakarta: Bumi Aksara, 2012.

Abdurrahim, Ahmad. Al Haḍoroh Al Islamiyyah. Al Madinah Al Munawwaroh:

Al Jāmiah al Islāmiyyah, 1997

Abu Daud. Sunan Abi Daud. Beirut: Al Maktaۖah ‘Al A ariyyah, t.th.

Ahmad, Al Qoḍy Muhammad. Azamāt As shabāb Asbāb wa Hulul. Beirut: 1990 Al Hajjaj (bin), Muslim. ahih Muslim.Beirut: Dār Ihya’ At Turath, t.th.

Amin, Samsul Munir. Ilmu Dakwah. Jakarta: Amzah, 2013.

Aripudin, Acep. Dakwah Antar Budaya. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2012. Badan Pusat Statistik Kabupaten Fakfak. Kabupaten Fakfak Dalam Angka 2014.

Fakfak: BPS, 2014.


(2)

2

Gereja Kristen Injili diIrian Jaya. Skripsi, Malang: Sekolah Tinggi Teologia, Batu Malang, 1997.

Baz (iۖn), ‘Aۖdul ‘Aziz. Ad Da’wah Ilallah Wal hāq Ad Du’ât. Riyadh: Risālah Idārah al Buhūth al Ilmiyyah wal Ifta’, 2002

Bungin, Burhan. Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik dan Ilmu Sosial lainnya. Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2007. Bungin, Burhan. Sosiologi Komunikasi. Jakarta:Kencana Prenada Media Group,

2013.

Darimy (ad). Sunan Ad Darimy. KSA: Dār Al Mughni, 2000.

Direktorat Jenderal Kebudayaan. Kerajaan Fatagar Dalam Sejarah Kerajaan Kerajaan Di Fakfak Papua Barat. Jayapura: BPNB Jayapura, 2014.

Elpera Papua dan Badan Pemberdayaan Masyarakat Kabupaten Fakfak 2006. Buku Induk Penduduk Kampung Ugar Distrik Kokas-Kabupaten Fakfak, 2006.

Ernas, Saidin dkk. Agama dan Budaya dalam Integrasi Sosial: Belajar dari

Masyarakat Fakfak di Propinsi Papua Barat. Harmoni: jurnal Multikultural dan Multireligius, 2014.

Farhan (ۖin), ‘Aziz. Al Bashīroh Fid Dak’ah Ilallah. Dārul Imam Mālik, 2005 Ghifary, Muhammad Hasan Aۖdul. Taysir Ushul Fiqh Lil muۖtadhi’in. t.t: t.p.t.th.

Ghony & Fauzan. Metodologi Penelitian Kualitatif. Arruz Media: Jogjakarta, 2012.

Hajjy (al), ‘Aۖdurrahman ‘Ali. As Sirah An Nabawiyyah Manhajiyyah

Dirasatuha Wa Isti’radu Ahadithuha. Damsakus: Dārul Iۖn Kair, 1420 Hanbal (bin), Abu Abdillah Ahmad. Musnad Al Imam Ahmad bin Hanbal.t.t:

Muassasah ar Risalah, 2001.

Hasan, Aۖdul Basith Muhammad. Usūl Bahthi al Ijtimā’iy. Kairo: Dārut

Taḍommun, 1982

Hilāli (al), Muhammad Taqiyuddin. Al Thaqofah al Lāty Tahtāju Ilaiha. Madinah Munawwarah: Al Jāmi’ah al Islāmiyyah, 1969.


(3)

3

Hutagaol, Luksan, dkk. Peta Sejarah Di Tanah Papua, Jayapura: Dinas Kebudayaan Pemerintah Provinsi Papua, 2007.

Iribaram, Suprapto. Satu Tungku Tiga Batu (Kerjasama Tiga Agama dalam

Kehidupan Sosial di Fakfak). Yogyakarta: Tesis Magister pada Program Pascasarjana Antropoli Universitas Gadjah Mada, 2011.

Jizani (al), Muhammad bin Hasan. Ma’ālim U ūl Al Fiqh ‘Inda Ahli As Sunnah

Wa Al Jama’ah. t.t: Dār Iۖn Al Jauzi, 1427.

Juwani (al), Muhammad ohir. Al Mujtama’ wa Al Usrah Fī Al Islam.t.t: Dār ‘Ᾱlim Al Kutub: 2000.

Kahmad, Dadang, Sosiologi Agama.Bandung: Remaja Rosdakarya, 2009. Kathir (iۖn), Aۖu Al Fida’, Al Bidayah Wa Nihayah. t.t: Dār Hajar, 1997. Kathir (ibn). Tafsir Ibn Kathir. t.t: Daar ayyibah, 1999.

Mansoben, Johszua Robert. Sistem Pemerintahan Tradisional di Salawati

selatan,Raja Ampa, dalam Majalah Ilmu-Ilmu Sastra Indonesia, Jilid VIII No.2, Jakarta: Bhratara, November 1978/1979.

Maurenbrecher. Memorie van Overgave van de Afdeeling West Nieuw Guinea. Fakfak, 1953.

Moleong, Lexy. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Rosda Karya, 1993. Muhammad (bin), Adnan. Manhaj Ad Dakwah Al Mu’ā iroh Fī ou’ Al Kitaۖ

Wa Sunnah. t.t: t.p., t.th.

Mulyana, Deddy .Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2007.

Munawwir, Warson. Kamus Al Munawwir. Surabaya: Pustaka Progressif, 1994. Muriah, Siti. Metodologi Dakwah Kontemporer. Yogyakarta: Mitra Pustaka,

2000.

Musa’ad (iۖn), ٱa’ۗuۖ. Menelusuri Jejak Historis Masuknya Islam di Tanah

Papua, Makalah: disampaikan dalam Sejarah Masuknya Islam di Fakfak dan MTQ II Papua Barat. 2008.


(4)

4

Ternate: yayasan Kie Raha, 2004.

Namlah (an), ‘Aۖdul Karim ۖin ‘Ali ۖin Muhammad. Al Muhazzaۖ Fii ‘Ilmi

Ushul Al Fiqh Al Muqaran. Riyad: Maktabah Ar Rusyd, 1999.

Nasā’I (an), Aۖu Aۖdurrahman. As Sunan As Sughra Lin Nasāi. t.t: Maktaۖ Al

Maۖu’ah Al Islami.

Nawawy (an). Al Minhaj Syarhu Shohih Muslim ۖin Al Hajjaj. Beirut: Daar Ihya’ at Turats Al ‘Araۖy. 1392.

Nawwaۖ (ۖin), Aۖdur Roۖ. Asālīۖ Dakwah Al ‘U oh. Madinah Munawwaroh: Al

Jāmiah al Islāmiyyah, 1424 H

Nawwaۖ (ۖin), Aۖdur Roۖ. Tadrīۖ Ad Du’āt ‘Alal Asۖāۖ al Bayāniyyah. Madinah Munawwaroh: Al Jāmiah al Islāmiyyah, 1425 H

Onim, J.F. Islam dan Kristen di Tanah Papua. Bandung: Jurnal Info Media, 2006. Pujileksono, Sugeng. Metode Penelitian Komunikasi Kualitatif. Malang: Instrans

Publishing, Malang. 2015.

Putuhena, Shaleh. Studi Sejarah Masuknya Islam di Fakfak. Pemerintah Kabupaten Fakfak, 2006.

Qayyim (iۖn). Madārijus Sālikin ۖayna Manāzil Iyyāka Na’ۖud Wa Iyyāka Nasta’īn. Beirut: Dārul Kutuۖ Al ‘Araۖi, 1996.

Qohtony (al), Sa’id ۖin ‘Ali. Ad Dā’iyyah An Nājih Fī ouil Kitāۖ was Sunnah Mafhūm wan Nazor wa Ta ۖīq. Riyaḍ: 2008

Qohony (al), Said ۖin ‘Ali. Al Hikmah Fī ad Da’wah Ilallah Ta’ala. Riyaḍ:

Wizārah Ash Shu’uni Al Islām wal Auqōf wad Da’wah wa Irshad, 1423

Qohony (al), Said ۖin ‘Ali. Fiqh Ad Da’wah fī ohīh Al Imām Al Bukhari. Riyaḍ: Ar Risālah al ‘āmah li idārāt al Buhuth al Ilmiyyah wal Iftā’, 1421 Rahanwarat,Lukman. Islam di Kabupaten Fakfak: Suatu Tinjauan Historis.

Makalah disampaikan Dalam Sarasehan Sejarah Islam di Irian Jaya, Merauke: 2000.

Rāzy (ar), Ahmad ۖin Faris ۖin Zakariya. Mu’jam Maqāyīs al Lughah. Dārul


(5)

5

Ritzer, George. Teori Sosiologi Modern. Jakarta: Prenadamedia Group, 2015. Ruhaili (ar), Humud bin Ahmad. Al Manhaj A ohih Wa atharuhu Fī ad Da’wah

Ilallah Ta’ala. Al Madinah Al Munawwaroh: Al Jāmiah al Islāmiyyah,

2003

Sa’dy (as) Khutoۖ ۖin ‘Ali. Al Asālīۖ at Tarۖawiyyah. Oman: Ad Dār Al

Athariyyah: 2008

Sayyid (ash), Muhammad. Madrasah ad Da’wah. Madinah Munawwaroh: Al

Jāmiah al Islāmiyyah, 1400 H

Sinaga, Rosmaida. Masa Kuasa Belanda di Papua 1898-1962. Jakarta: Komunitas Bambu, 2013.

Soekanto, Soerjono. Sosiologi, Suatu Pengantar. Jakarta: P.T. Raja Grafindo Persada Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, Bandung: Alfabeta, 2015.

Sulaiman. Nilai-Nilai Kerukunan dalam Tradisi Lokal: Studi Interaksi Kelompok Umat Beragama di Ambarawa, Jawa Tengah. Harmoni , jurnal Multikultural dan Multireligius. Vol. 13, No. 1. 2014.

Suwailim (ۖin), Muhammad ۖin Muhammad. As Sīrah An Naۖawiyyah ‘Ala ou

Al Qur’an Wa As Sunnah. Damaskus: Dār Al Qolam, 1427. Syarifuddin, Amir. U ul Fiqh.Ciputat: Logos Wacana Ilmu, 1997.

Syinqity (asy), Muhammad Al Amin. Mudhakirah Fī U ul Al Fiqh. Al Madinah

Al Munawwarah: Maktaۖah Al ‘Ulūm Wa Al Hikam, 2001.

aۖari (at), Aۖu Ja’far, Tarikh At abari: Tarikh Ar Rasul Wa Al Muluk wa ilah Tarikh At aۖary. Beirut: Dār At Turath, 1387.

Tanja. Pluralisme Agama dan Problem Sosial. Jakarta: Penerbit Pustaka Citasindo. 1998

Thomas F. O’dea. Sosiologi Agama, Suatu Pengenalan Awal, terj. Jakarta:

Rajawali Press, 1985.

Tirmdhi (at), Muhammad ۖin ‘Isa. Sunan At Tirmidhi. Mesir: Syarikah Maktabah, 1975.


(6)

6

Ulumuddin, Zaeni. Peran Tokoh Agama Bagi Perkembangan Komunitas Muslim Di Fakfak Papua Barat. Skripsi—Universitas Islam Negeri Walisongo, Semarang, 2015.

Ummatin, Khoiro.Tiga Model Interaksi Dakwah Rasulullah Terhadap Budaya Lokal. (Jurnal Dakwah, Vol l. XV, No. 1 Tahun 2014), 179

Uthaimin (al), Muhammad bin olih. Zād Ad Dā’iyyah Ilallah. Makkah

Mukarromah: Dār Al Thiqoh, 1992

Wanggai, Toni Victor. Rekonstruksi Sejarah Umat Islam di Tanah Papua. Jakarta: Badan Litbang dan Diklat Departemen Agama RI, 2009. Wasid, dkk. Menafsirkan Tradisi & Modernitas: Ide-ide Pembaharuan Islam.

Surabaya: Pustaka

Wekke, Ismail Suardi. Islam Di Papua Barat: Tradisi Dan Keberagaman. Skripsi Jurusan Dakwah Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Sorong, Papua Barat.

Wirawan, Sarwono Sarlito, Psikologi Remaja. Jakarta: Raja Ghrafindo Persada, 2001

Yayasan Pendidikan Islam. Sejarah Pendidikan Islam Yapis Irian Jaya. Jayapura: Yapis Irian Jaya, 1999.

Zarqo (az), Ahmad. Syarh Al Qowāid Al Fiqhiyyah. Damaskus: Dār Al Qolam, 1989.