Inventarisasi Tumbuhan Sarang Semut Di Kabupaten Fakfak, Papua Barat

INVENTARISASI TUMBUHAN SARANG SEMUT DI
KABUPATEN FAKFAK PAPUA BARAT

ELISABETH SUSANTI

DEPARTEMEN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Inventarisasi
Tumbuhan Sarang Semut Di Kabupaten Fakfak, Papua Barat adalah benar karya
saya dengan arahan dari dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa
pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau
dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah
disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir
skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.
Bogor, Januari 2016
Elisabeth Susanti
NIM G34100127

ABSTRAK
ELISABETH SUSANTI. Inventarisasi Tumbuhan Sarang Semut di
Kabupaten Fakfak, Papua Barat. Dibimbing oleh NUNIK SRI ARIYANTI dan
SULISTIJORINI.
Tumbuhan sarang semut tersebar luas dari pantai sampai pegunungan.
Individu tumbuhan sarang semut melimpah di daerah pantai dan hutan bakau,
tetapi keanekaragaman tertinggi diperkirakan ada di hutan hujan pegunungan.
Pemanfaatan tumbuhan sarang semut di Kabupaten Fakfak, Papua Barat pernah
dilaporkan dalam suatu penelitian etnobotani setempat. Namun, keanekaragaman
spesies tumbuhan sarang semut di Kabupaten Fakfak belum pernah dicatat.
Penelitian ini bertujuan menginventarisasi tumbuhan sarang semut di Kabupaten
Fakfak, Papua Barat. Pengambilan sampel dilakukan di hutan pala dan hutan
bakau menggunakan metode jelajah yaitu mengambil sampel secara langsung di
lapangan dengan mengikuti jalan yang ada. Setiap sampel tumbuhan sarang semut
yang ditemukan dibuat spesimen herbariumnya, lalu diidentifikasi. Sampel yang

dikoleksi sebanyak 19 spesimen dan telah teridentifikasi kedalam 9 spesies dari 2
genus, yaitu Hydnophytum dan Myrmecodia. Dua spesies termasuk dalam genus
Myrmecodia yaitu M. jobiensis dan M. platytyrea. Tujuh spesies lainnya termasuk
dalam genus Hydnophytum tetapi belum diketahui nama spesiesnya. Sebaran
spesies di tipe hutan yang diteliti meliputi tiga spesies ditemukan di hutan pala,
tiga spesies di hutan bakau dan tiga spesies lainnya di kedua tipe hutan tersebut.
Kata kunci : Hydnophytum, Myrmecodia, myrmecophytes, tumbuhan epifit,
Rubiaceae

ABSTRACT
ELISABETH SUSANTI. The Inventory of Ant-plant in Fakfak, Papua
Barat. Supervised by NUNIK SRI ARIYANTI and SULISTIJORINI.
Ant-plants are widespread from coastal to mountain habitat. The
individual of ant-plants are abundant in coastal and mangroves, but the highest
diversity of species is estimated in mountain rain forests. The uses of ant-plant by
people of Fakfak, have been reported in the ethnobotanical study of Fakfak, West
Papua. However, the diversity of ant-plant species in Fakfak has not been
recorded. This study aims to collect data of the ant-plant diversity in Fakfak, West
Papua. An inventory work was conducted using exploration methodsin two
different location (nutmeg forest and mangrove), the specimen of ant-plants were

directly collected in the field along pathways, were prepared for the herbarium
and were identified in laboratory. Nineteen specimenswere identified into nine
species of two genera (Hydnophytum and Myrmecodia). Two species includedin
the genus of Myrmecodia are M. jobiensis and M. platytyrea. Seven others species
are included in Hydnophytum, however the botanical name have not been
identified. Three species distributed in the nutmeg forest, three species are found
in the mangrove, and three other species occur in both habitats, thenutmeg forest
and the mangrove.
Keyword:Epiphyticplant, Hydnophytum, Myrmecodia, Myrmecophytes, Rubiaceae

INVENTARISASI TUMBUHAN SARANG SEMUT DI
KABUPATEN FAKFAK PAPUA BARAT

ELISABETH SUSANTI

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Sains pada
Departemen Biologi


DEPARTEMEN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016

PRAKATA
Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas segala berkat
perlindungan selama kuliah, penelitian dan penyelesaian karya ilmiah.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Dr Nunik Sri Ariyanti, MSi
sebagai dosen pembimbing akademik dan pembimbing skripsi yang telah banyak
memberikan motivasi, mendukung, dan sabar membimbing selama kuliah hingga
saat penyusunan karya ilmiah. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Dr
Ir Sulistijorini, MSi sebagai dosen pembimbing yang telah memotivasi dan
memberikan saran dalam penyusunan karya ilmiah. Terima kasih juga kepada Dra
Taruni Sri Prawasti, MSi sebagai dosen penguji skripsi yang telah menguji dan
member saran sehingga skripsi ini dapat selesai dengan baik.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Irene Rosalin dan Agnes
Fransiska Nainggolan atas kritik-saran, motivasi dan dukungan sebagai sahabat.
Terima kasih juga kepada teman-teman Biologi 47, mahasiswa/i BUD Kabupaten

Fakfak, dan semua pihak yang telah mendukung dan menyemangati, atau
membantu selesainya penelitian dan penulisan karya ilmiah ini kak Marlina selaku
laboran, kakak-kakak di Laboratorium Taksonomi, dan teman-teman. Penulis juga
mengucapkan terima kasih kepada Dinas Pendidikan dan PEMDA Kabupaten
Fakfak selaku penyandang dana mahasiswa BUD Kabupaten Fakfak.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada kedua orang tua dan adikadikku yang telah memberikan dukungan moral dan material sejak memulai
kuliah hingga penulisan karya ilmiah ini, serta seluruh sanak saudara yang
membantu selama pengambilan sampel.
Semoga hasil penelitian dan skripsi ini menambah pengetahuan pembaca
dan dapat dimanfaatkan dengan baik. Penulis juga bersedia menerima kritik dan
saran mengenai skripsi ini.

Bogor, Januari 2016

Elisabeth Susanti

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

ix


DAFTAR GAMBAR

ix

DAFTAR LAMPIRAN

x

PENDAHULUAN

1

Latar Belakang

1

Tujuan Penelitian

2


METODE

2

Waktu dan Tempat

2

Pengambilan sampel

2

Identifikasi Tumbuhan

2

HASIL DAN PEMBAHASAN

3


Sebaran Spesies di Hutan Pala dan Hutan Bakau

3

Hewan yang Ditemukan dalam Umbi

5

Kunci Identifikasi Tumbuhan Sarang Semut (Hydnophytinae) di Fakfak, Papua
Barat
5
Genus Myrmecodia

6

Genus Hydnophytum

9


SIMPULAN DAN SARAN

15

Simpulan

15

Saran

16

DAFTAR PUSTAKA

16

LAMPIRAN

17


RIWAYAT HIDUP

19

DAFTAR TABEL
1

2
3

Jumlah individu tumbuhan sarang semut per pohon inang dan
nama spesies pohon inang pada setiap lokasi pengambilan sampel
di hutan pala dan hutan bakau
Hasil identifikasi koleksi tumbuhan sarang semut dari hutan pala
dan hutan bakau
Perbandingan morfologi umbi, batang, daun, dan infloresen spesies
Myrmecodiajobiensis dan Myrmecodia platytyrea

4
5

6

DAFTAR GAMBAR
1

2

3

4

5

6

7
8

9

Spesies M. jobiensis, (A) habitus menunjukkan bentuk umbi dan
batang tunggal, (B) batang dengan alveoli dikelilingi duri-duri, (C)
lembaran daun berbentuk bundar telur terbalik, (D) irisan umbi
menunjukkan bentuk rongga-rongga
Spesies M. platytyrea: (A) habitus menunjukkan umbi dengan batang
tunggal, (B) batang dengan duri-duri, (C) lembaran daun berbentuk
lonjong, (D) clypeoli dan saluran atau baris clypeoli, (E) bunga, (F)
bentuk rongga
Spesies Hydnophytum sp. 1: (A) habitus menunjukkan umbi dengan
batang bercabang, (B) lembaran daun berbentuk bundar telur, (C)
bunga dan buah, (D) polen, (E) potongan melintang buah
menunjukkan 2 pyrene
Spesies Hydnophytum sp. 2: (A) habitus menunjukkan umbi dengan
batang bercabang, (B) lembaran daun berbentuk lonjong-bundar, (C)
bunga, (D) buah, (E) polen, (F) potongan melintang buah
menunjukkan 2 pyrene
Spesies Hydnophytum sp. 3: (A) habitus menunjukkan umbi dengan
batang bercabang, (B) lembaran daun berbentuk lonjong melebar, (C)
bunga, (D) buah, (E) polen, (F) potongan melintang buah
menunjukkan2pyrene
Spesies Hydnophytum sp. 4: (A) habitus menunjukkan umbi dengan
batang bercabang, (B) lembaran daun berbentuk ovate, (C) infloresen
dan buah, (D) bunga, (E) polen, (F) potongan melintang buah
menunjukkan 2 pyrene
Spesies Hydnophytum sp. 5: (A) bentuk umbi (B) bentuk rongga
Spesies Hydnophytum sp. 6: (A) habitus menunjukkan umbi dengan
batang bercabang, (B) letak umbi yang menggantung kebawah,
(C)lembaran daun berbentuk lonjong
Spesies Hydnophytum sp. 7: (A) habitus menunjukkan umbi dengan
batang bercabang, (B) umbi berwarna merah setelah dipotong, (C)
lembaran daun berbentuk lonjong melebar, (D) bunga dan bractea,
(E) cincin rambut, (F) polen

7

8

10

11

12

13
13

14

15

DAFTAR LAMPIRAN
1
2

Titik pengambilan tumbuhan sarang semut
Jenis hewan dan jumlah individu yang ditemukan dalam umbi
tumbuhan sarang semut

16
17

PENDAHULUAN
LatarBelakang
Tumbuhan sarang semut dikelompokkan sebagai tribeHydnophytinae, famili
Rubiaceae. Ada total 87 spesies tumbuhan sarang semut yang diidentifikasi dan
diklasifikasikan kedalam genus Anthorrhiza (8 spesies), Hydnophytum (46
spesies), Myrmecodia (25 spesies), Myrmephytum (5 spesies), dan Squamellaria
(3 spesies) (Jebb 1985). Menurut Huxley (1978), tumbuhan sarang semut
diperkirakan banyak hidup pada pohon-pohon di daerah pesisir, hutan bakau,
savana dataran rendah dan savana perbukitan; tetapi di hutan hujan tropik dataran
rendah (0-900 mdpl) dan pegunungan bawah (1000-1900 mdpl) tumbuhan sarang
semut dijumpai dalam jumlah sedikit. Tumbuhan sarang semut merupakan
tumbuhan yang memiliki umbi (tuber) berongga-rongga dan hidup epifit pada
pohon-pohon besar(Subroto dan Saputro 2008). Umbi berasal dari hipokotil yang
membengkak dan felogen (jaringan gabus) yang berkembang diantara sel-sel
parenkim membentuk jaringan mati diantara rongga-rongga umbi (Huxley dan
Jebb 1991).
Tumbuhan sarang semut dikelompokkan juga sebagai myrmecophytes, yaitu
tumbuhan yang bersimbiosis dengan semut. Setiap tumbuhan sarang semut dapat
dihuni oleh lebih dari satu koloni semut. Semut yang secara terus menerus
meninggalkan telur dan pupa pada rongga membentuk kutil, sebagai tempat semut
mengambil nutrisi dari tumbuhan. Genus Hydnophytum dan Myrmecodia
bersimbiosis dengan semut yang berasal dari genus Iridomyrmex. Namun, semut
dari genus lain seperti Anaplolepis, Camponotus, Crematogaster, Pedomyrma,
Pheidole, Polyrachis, Monomorium, Technomyrex, Turneria, Vollenhovia dan
Ochetellusjuga dilaporkan hidup di dalam umbi tumbuhan tersebut (Huxley 1978).
Tumbuhan sarang semut, oleh masyarakat Indonesia, dipercaya dapat
mengobati berbagai jenis penyakit seperti tumor, kanker, asam urat, dan jantung
koroner (Subroto dan Saputro 2008). Spesies yang dapat dimanfaatkan sebagai
obat yaitu, Myrmecodia pendens, Myrmecodia tuberosa, Hydnophytum
formicarum dan Hydnophytum moseleyanum (Subroto dan Saputro 2008).
Tumbuhan sarang semut dikonsumsi dengan cara meminum air hasil seduhan
umbi. Umbinya memiliki kandungan senyawa flavonoid seperti: kuersetin,
luteolin, rutin, apigenin, dan kaempferol (Engida et al. 2013); serta anti-kanker
untuk sel kanker serviks dan kanker payudara (Soeksmanto et al. 2010).
Tumbuhan sarang semut tersebar dari kepulauan Andaman, Thailand,
Kamboja, Filipina, Malaysia, Indonesia, Papua New Guinea, Queensland bagian
selatan, dan kepulauan Fiji (Huxley 1978). Di Papua, tumbuhan sarang semut
dapat ditemukan di daerah Pegunungan Tengah Papua, yaitu di hutan belantara
Kabupaten Jayawijaya, Tolikara, Puncak Jaya, Pegunungan Bintang, dan Paniai
(Subroto & Saputro 2008). Pegunungan tengah (central ranges) papua merupakan
jalur pegunungan dengan ketinggian diatas 3000 m yang ada di Papua, meliputi
Pegunungan Jayawijaya, danPegunungan Bintang (Marshall dan Beehler 2012).
Woretma (2013) melaporkan adanya tumbuhan sarang semut dan pemanfaatannya
di Kampung Werabuan Kabupaten Fakfak, Papua Barat. Namun, penelitian

2
tersebut tidak melaporkan keanekaragaman spesies tumbuhan sarang semut yang
ada.
TujuanPenelitian
Penelitian ini dilakukan untuk menginventarisasi tumbuhan sarang semut di
Kabupaten Fakfak, Papua Barat.

METODE
Waktu dan Tempat
Pengambilan sampel tumbuhan sarang semut dilakukan pada bulan
November-Desember 2014. Sampel tumbuhan sarang semut diambil dari dua
lokasi yaitu hutan pala di Kampung Dulan Pokpok dan hutan bakau di Kampung
Sakartemin, Kabupaten Fakfak. Hutan pala merupakan bagian dari hutan produksi
konversi, sedangkan hutan bakau merupakan bagian dari hutan cagar alam yang
berada di Kabupaten Fakfak. Spesimen herbarium tumbuhan sarang semut
diidentifikasi dan disimpan di Laboratorium Taksonomi Divisi Ekologi dan
Sistematika Tumbuhan, Departemen Biologi FMIPA, Institut Pertanian Bogor.
Pengambilan sampel
Pengambilan sampel tumbuhan sarang semut dilakukan menggunakan
metode jelajah yaitu mengambil sampel secara langsung di lapangan dengan
mengikuti jalan yang ada. Posisi geografi lokasi tempat ditemukan inang
tumbuhan sarang semut dilacak menggunakan GPS dan dicatat. Pencatatan lokasi
dilakukan sebagai berikut, lokasi pertama ditemukan pohon inang disebut H1,
kemudian penjelajahan dilanjutkan, lokasi kedua ditemukan pohon inang disebut
H2 dan seterusnya. Peta lokasi tempat ditemukan spesimen dibuat berdasarkan
data GPS dengan program arcMap (Lampiran 1). Setiap spesies tumbuhan sarang
semut yang ditemukan di lokasi tersebut dikoleksi untuk dibuat spesimen
herbarium, nama spesies pohon inang dicatat, jumlah individu setiap spesies per
pohon inang dihitung. Sampel tumbuhan yang diambil sebagai spesimen
herbarium untuk keperluan identifikasi hanya satu individu dari tiap spesies yang
ditemukan. Setiap spesies tumbuhan sarang semut yang ditemukan difoto terlebih
dahulu kemudian dikoleksi sebagai spesimen herbarium dan diberi nomor koleksi.
Selain itu, dilakukan pencatatan hewan yang ditemukan dalam umbi. Ciri-ciri dari
tumbuhan sarang semutyang dapat berubah atau tidak terbawa dalam spesimen
herbarium, seperti bentuk dan warna umbi, warna daun, warna bunga, dan warna
buah juga dicatat. Spesimen herbarium dibuat mengikuti metode dalam buku
Manual of Herbarium Taxonomy Theory and Practice (de Vogel 1987).
Identifikasi Tumbuhan
Identifikasi tumbuhan dilakukan berdasarkan karakteristik morfologi
spesimen dengan kunci identifikasi, deskripsi, gambar atau foto tumbuhan sarang

3
semut yang telah diidentifikasi dan dipublikasi dalam beberapa jurnal dan buku,
seperti The Tuberous Epiphytes of The Rubiaceae 1 dan 5 (Huxley dan Jebb 1991;
1993), Plantae Papuanae Archboldianae, XV (Merrill dan Perry 1945), Malesia
volume II (Beccari 1884), dan Taxonomy and Tuber Morphology of The
Rubiaceous Ant-Plants volume 1-2 (Jebb 1985). Identifikasi juga dilakukan
dengan menanyakan kepada peneliti ahli, melalui komunikasi dengan peneliti dan
pemerhati tumbuhan sarang semut dalam forum diskusi di website: www.
myrmecodia.org-the ant plant forum.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Sebaran Spesies di Hutan Pala dan Hutan Bakau
Inventarisasi tumbuhan sarang semut dilakukan di 2 tipe hutan, yaitu hutan
pala dan hutan bakau. Total 36 individu tumbuhan sarang semut yang tercatat
dijumpai di 7 titik pengambilan sampel dan 19 individu digunakan sebagai koleksi
herbarium (Tabel 1, Lampiran 1). Hutan pala memiliki kisaran suhu siang hari
antara 27,5-31,9 °C, itensitas cahaya 1010-1764 lux, dan berada pada ketinggian
13-197 mdpl. Tumbuhan sarang semut di hutan pala dijumpai pada enam spesies
pohon inang (pala, mangga, cengkeh, jambu air, duku, dan durian) dan di setiap
titik dijumpai 1-3spesies pohon inang. Sebanyak 1 hingga 7 individu tumbuhan
sarang semut dijumpai pada masing-masing pohon inang. Titik H1 dijumpai 5
spesies pada satu pohon inang. Jumlah individu tumbuhan sarang semut paling
banyak (7 individu) ditemukan pada pohon mangga di titik H3. Tumbuhan sarang
semut di titik H5 ditemukan 1 individu di pohon jambu air dan 3 individu pada
pohon mangga. Sedangkan di titik H6, tumbuhan sarang semut ditemukan pada
empat spesies pohon inang, yaitu 3 individu pada pohon cengkeh, dan masingmasing satu individu pada pohon pala, durian, dan duku.
Eksplorasi selanjutnya dilakukan di hutan bakau dengan kondisi
lingkungan: suhu siang hari 31,2 °C, intensitas cahaya 1323 lux, dan berada 2
mdpl. Pengambilan sampel tumbuhan sarang semut di hutan bakau hanya
dilakukan di satu titik (H7), terdapat 8 individu pohon inang dari satu spesies
tumbuhan bakau (Rhizophora stylosa), dari masing-masing pohon inang hanya
diambil 1 individu tumbuhan sarang semut, dikarenakan adanya kemiripan
morfologi dengan individu sebelumnya (Tabel 1). Ditemukannya tumbuhan
sarang semut yang cukup melimpah di hutan pala dan hutan bakau, sesuai dengan
laporan Huxley (1978), bahwa tumbuhan sarang semut banyak dijumpai di hutan
kering dataran rendah seperti di daerah pesisir dan hutan bakau.

4
Tabel1 Jumlah individu tumbuhan sarang semut per pohon inang dan nama
spesies pohon inang pada setiap titik pengambilan sampel di hutan pala
dan hutan bakau
Tipe Habitat
dan Kondisi
Lingkungan
Hutan Pala:
Suhu 27.531.9 °C,
intensitas
cahaya 10101764 lux, 13197 mdpl

Titik Pengambilan
Sampel
H1
H2
H3
H4
H5
H6

Hutan Bakau:
Suhu 31.2 °C,
intensitas
cahaya 1323
lux, 2 mdpl

H7

02°55”00.0” LS,
132°16’02.2” BT
02°55”00.7” LS,
132°16’02.8” BT
02°55”34.6” LS,
132°16’08.8” BT
02°54”57.5” LS,
132°15’59.2” BT
02°54”57.5” LS,
132°15’59.7” BT
02°55”5.0” LS,
132°16’5.4” BT
02°56”44.3” LS,
132°21’21.5” BT

Spesies Pohon Inang

Pala (Myristica fragrans)

Jumlah
Indiv.
Spesies
Tumb.
Tumb.
Sarang
Sarang
Semut
Semut
5
5

Pala (Myristica fragrans)

2

1

Mangga (Mangifera indica)

7

1

Cengkeh (Syzygium aromaticum)
Mangga (Mangifera indica)
Jambu air (Sysigium aqueum)
Cengkeh (Syzygium aromaticum)
Duku (Lansium domesticum)
Durian (Durio zibethinus)
Pala (Myristica fragrans)
Bakau (Rhizophora stylosa)
Bakau (Rhizophora stylosa)
Bakau (Rhizophora stylosa)
Bakau (Rhizophora stylosa)
Bakau (Rhizophora stylosa)
Bakau (Rhizophora stylosa)
Bakau (Rhizophora stylosa)
Bakau (Rhizophora stylosa)

2
3
1
3
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1

1
1*
1
1
1
1*
1*
1
1
1
1
1
1
1
1

Keterangan: * tidak dikoleksi

Spesimen yang dikoleksi sebanyak 19 nomor koleksi, tediri atas 11
spesimen (ES1 sampai ES11) berasal dari hutan pala dan 8 spesimen (ES12
sampai ES19) berasal dari hutan bakau (Tabel 2). Hasil identifikasi menunjukkan
19 nomorkoleksitersebutterdiridari 9 spesies yang termasukdalam 2 genus yaitu
Hydnophytum dan Myrmecodia. Dua genus ini memiliki spesies-spesies yang
tersebar pada hutan-hutan terbuka dan kering, seperti hutan bakau, sabana dataran
rendah, dan sabana dataran tinggi (Huxley 1978). Tujuh spesies yang termasuk
dalam genus Hydnophytum belum diketahui nama spesiesnya. Dua spesies dari
genus Myrmecodia yaitu M. jobiensis ditemukan di hutan pala dan M. platytyrea
di hutan bakau (Tabel 2). Terdapat tiga spesies tumbuhan sarang semut yang
ditemukan baik dihutan pala maupun di hutan bakau, yaitu Hydnophytum sp. 1,
Hydnophytum sp. 3, dan Hydnophytum sp. 4. Spesies yang hanya ditemukan di
hutan pala, yaitu Hydnophytum sp. 2 danHydnophytum sp. 5. Sedangkan,
Hydnophytum sp. 6, dan Hydnophytum sp. 7 di temukan hutan bakau.

5
Tabel 2 Hasil identifikasi koleksi tumbuhan sarang semut dari hutan pala dan
hutan bakau
Nama Spesies
Hydnophytum sp. 1
Hydnophytum sp. 2
Hydnophytum sp. 3
Hydnophytum sp. 4
Hydnophytum sp. 5
Hydnophytum sp. 6
Hydnophytum sp. 7
M. jobiensis
M. platytyrea

Tipe habitat
Hutan Pala
Hutan Bakau
ES01, ES02, ES08, ES09
ES13, ES18
ES03
ES04, ES06, ES10
ES14, ES16
ES05
ES15
ES11
ES17
ES12
ES07
ES19

Keterangan: -tidak ditemukan spesies ES01-ES19=nomor koleksi

Hewan yang Ditemukan dalam Umbi
Semut merupakan hewan yang umum ditemukan didalam umbi tumbuhan
sarang semut. Terdapat 17 nomor koleksi yang setiap umbinya ditemukan 1 jenis
semut (lampiran 2). Umbi dari 4 nomor koleksi (ES02, ES03, ES06, dan ES08)
dihuni 2 jenis semut yang berbeda, dan 2 nomor koleksi lainnya (M. jobiensis dan
Hydnophytum sp. 5) tidak ditemukan semut. Hewan lain ditemukan juga didalam
umbi dengan nomor koleksi ES06, seperti lebah, kaki seribu, belalang dan cicak
(lampiran 2). Hal ini, sesuai dengan tulisan Huxley (1978) mengatakan bahwa
terdapat organisme lain yang dapat ditemukan pada umbi Hydophytum dan
Myrmecodia,
mulai
dari
katak
hingga
fungi.
Didalam
umbi
Hydnophytumformicarum ditemukan platyhelmintes, anelida, cacing beludru,
myriopoda, thrips, tungau, laba-laba, kalajengking, orthoptera, larva diptera, larva
dan kumbang dewasa, kecoa, rayap, kadal, gekcos dan katak (Jebb 1985).
Kunci Identifikasi Tumbuhan Sarang Semut (Hydnophytinae) di Fakfak,
Papua Barat
1.a. Umbi berduri; lubang masuk semut berada di permukaan umbi bagian bawah.
Batang berduri; berdiameter lebih dari 1,5 cm, panjang kurang dari 15 cm,
sukulen dan tunggal. Infloresen tenggelam dalam alveoli ...... 2. (Myrmecodia)
1.b. Umbi dapat berduri atau tidak; banyak lubang masuk semut dipermukaan
umbi. Batang tidak berduri; berdiameter kurang dari 1,5 cm, panjang lebih
dari 20 cm, berkayu dan bercabang. Infloresen di permukaan batang
…………………………...………………………………….3. (Hydnophytum)
2.a. Permukaan umbi terdapat kumpulan lubang-lubang seperti sarang tawon;
clypeoli tidak berkembang dengan baik, alveoli dikelilingi duri-duri simpel
........................................................................................................ M. Jobiensis
2.b. Tanpa lubang-lubang seperti sarang tawon pada permukaan umbi; clypeoli
berwarna cokelat, terlihat jelas dan tepinya berdurisehingga batang tampak
bersegi 4 dengan saluran di keempat sudutnya, alveoli tidak
jelas…....………….……………………………………………...M. platytyrea
3.a. Umbi dan batang tanpa duri ............................................................................ 4
3.b. Umbi berduri seperti akar adventif dan batang tanpa duri ............................... 8

6
4.a. Umbi berbentuk segitiga/ piramida ....................................................... H. sp. 5
4.b. Umbi berbentuk tidak beraturan ...................................................................... 5
5.a. Umbi berdiameter lebih dari 30cm, buah terdapat lingkaran merah ....... H. sp.2
5.b. Umbi berdiameter kurang dari 30 cm ............................................................... 6
6.a. Memiliki bractea berbentuk rambut-rambut, terdapat cincin rambut menutupi
tabung corolla. Polen 3-porate .............................................................. H. sp. 7
6.b. Tanpa bractea dan tanpa cincin rambut menutupi tabung corolla .................. 7
7.a. Bentuk daun bulat telur. Infloresen berpasangan, terletak berhadapan di ketiak
daun ....................................................................................................... H. sp. 1
7.b. Bentuk daun lonjong/bulat telur. Infloresen tunggal, terletak ditepi ketiak
daun ....................................................................................................... H. sp. 3
8.a. Umbi tegak tidak menggantung kebawah .............................................. H. sp. 4
8.b. Umbi menggantung kebawah ................................................................ H. sp. 6
Genus Myrmecodia
Genus dan spesies tumbuhan sarang semut dibedakan berdasarkan
karakteristik morfologi seperti warna dan keadaan permukaan umbi, bentuk dan
jumlah batang, bentuk dan ukuran daun, kemudian beberapa karakter pada
infloresen, bunga, bentuk polen dan jumlah poret pada polen, buah, dan pyrenes.
Genus Myrmecodia, umumnya mempunyai satu batang yang besar dan pendek,
kadang bercabang. Batang dan umbi genus Myrmecodia hampir selalu berduri.
Genus Myrmecodia memiliki infloresen yang berkembang secara sunken
(tenggelam) pada alveoli atau di saluran yang berada diantara baris clypeoli.
Bunganya memiliki 4 capit (hook) yang berada di ujung tabung corolla. Alveoli
adalah rongga dipermukaan batang, tempat munculnya kuncup bunga, sedangkan
clypeoli adalah struktur berbentuk seperti perisai yang terdapat di pangkal tangkai
daun (petiole). Dua spesies dari genus ini dapat dibedakan berdasarkan
karakteristik batang, daun, dan jelas-tidaknya clypeoli (Tabel 3).
Tabel 3Perbandingan morfologi umbi, batang, daun, dan infloresen spesies
Myrmecodiajobiensis dan Myrmecodia platytyrea
Nama Spesies

Umbi

M. jobiensis

Berwarna
cokelat,
silindris,
berduri

M. platytyrea

Berwarna
kemerahan,
silindrismembulat,
berduri

Batang
Tunggal, diameter
2 cm, panjang: 10
cm, tepian aveoli
dikelilingi duriduri simpel,
clypeoli tidak
jelas
Tunggal, diameter
2,5 cm, panjang
15 cm, tepian
aveoli tanpa duri duri, tepian
clypeoli
dikelilingi duriduri simpel
tersusun padat

Bentuk
Bundar telur
terbalik

Lonjong

Daun
Ukuran
Panjang:
12,30-18,20
cm, lebar:
3,90-8,50 cm,
petiole: 5,0-7,0
cm
Panjang: 16,017,0 cm, lebar
4,50 -5,40 cm,
petiole: 7,07,50 cm

Infloresen
-

Sunken,
corolla
berwarna
putih

7
M. jobiensis (Gambar 1). Umbi berwarna cokelat (diameter 15 cm),
berbentuk hampir silindris dengan kumpulan lubang-lubang seperti sarang tawon
dan permukaannya berduri; batang tidak bercabang, ukuran batang besar
(diameter 2 cm), panjang 10 cm, alveoli dikelilingi duri-duri simpel, clypeoli tidak
berkembang dengan baik. Tangkai daun (petiole) hijau, panjang 5-7 cm; lembaran
daun (lamina) berbentuk bundar telur terbalik, panjang 12,0-18,2 cm, lebar 3,9-8,5
cm, pangkal tumpul, ujung meruncing, tepi rata. Spesimen yang ditemukan belum
berbunga dan berbuah, dapat dikarenakan umur tumbuhan yang masih muda.
Spesies M. jobiensis merupakan spesimen koleksi ES07 dengan total 7
individu, yang ditemukan pada pohon mangga. Tipe habitat ditemukannya spesies
tersebut yaitu hutan pala. Spesies M. jobiensis dapat ditemukan pada hutan
dataran tinggi (200 m) dengan kanopi tertutup. Spesies ini juga ditemukan di
daerah lain di Papua, yaitu di Yapen dan Sorong (Huxley dan Jebb 1993).

Alveoli

A

B

C

D

Gambar 1 Spesies M. jobiensis, (A) habitus menunjukkan bentuk umbi dan batang
tunggal, (B) batang dengan alveoli dikelilingi duri-duri, (C) lembaran
daun berbentuk bundar telur terbalik, (D) irisan umbi menunjukkan
bentuk rongga-rongga
M. platytyrea (Gambar 2). Umbi berwarna cokelat kemerahan (diameter
20 cm), berbentuk silindris-membulat dan berduri, tanpa lubang seperti sarang
tawon dipermukaan umbi. Batang berdiameter (2,5 cm), panjang 15 cm, tertutupi
oleh clypeoli berwarna cokelat, terlihat jelas dan berduri, tersusun atas 4 baris, dan
terdapat saluran atau baris clypeoli. Tangkai(petiole), panjang 7,0-7,50 cm;
berbentuk lonjong, lembar daun (lamina) berwarna hijau dengan panjang 16,017,0 cm, lebar 4,50-5,40 cm, pangkal tumpul, ujung tumpul, tepi rata. Infloresen

8
sunken(tenggelam)dan corolla berwarna putih. Polen berdiameter 81,2-112,4 µm,
ukuran polen yang besar dikelilingi lingkaran transparan.
Spesies M. platytyrea merupakan spesimen koleksi nomer ES19, dengan
total 1 individu yang ditemukan di pohon bakau. Habitat ditemukannya spesies M.
platytyrea di hutan bakau. Umumnya spesies ini, ditemukan di hutan hujan
dataran rendah seperti hutan cemara, dan hutan terbuka seperti di daerah pesisir
dan sabana dataran tinggi (600 m) (Huxley dan Jebb 1993). Spesies ini dapat
dijumpai di daerah pesisir sampai pegunungan, pada habitat terbuka seperti savana,
hutan cemara, dan di habitat yang lebih tertutup seperti hutan hujan tropik dataran
rendah. Apabila dibandingkan ekologi tempat ditemukan spesimen yang
merupakan daerah pesisir, serta dilihat bentuk dan susunan clypeoli yang
konsisten, maka spesimen ini berbeda dengan subspesies M. platytyreaplatytyrea
(Frank 22 April 2015, komunikasi pribadi), sub-spesies umumnya dijumpai di
hutan hujan dataran rendah. Subspesies M. platytyreaplatytyrea ditemukan di
daerah Papua, yaitu di Sorong, Yapen dan Merauke (Huxley dan Jebb 1993).
Spesimen yang ditemukan di hutan bakau ini termasuk subspesies M.
platytyreaantonii.Subspesies M. platytyreaantonii dijumpai di daerah pesisir
hingga hutan hujan dataran tinggi (Huxley dan Jebb 1993).
Duri

A

B

C

D

E

F

Gambar 2 Spesies M. platytyrea: (A) habitus menunjukkan umbi dengan batang
tunggal, (B) batang dengan duri-duri, (C) lembaran daun berbentuk
lonjong, (D) clypeoli dan saluran atau baris clypeoli, (E) bunga, (F)
bentuk rongga

9
Genus Hydnophytum
Genus Hydnophytum memiliki umbi tidak berduri, jika berduri terkadang
berbentuk seperti akar adventif, dan terdapat banyak lubang masuk semut tersebar
diseluruh permukaan. Batang berkayu, berukuran panjang, bercabang dan tanpa
duri-duri. Biasanya daun berukuran kecil. Infloresen pada spesies yang ditemukan
dalam penelitian ini berpasangan (paired) ataupun tunggal (soliter).Namun,
infloresenHydnophytum dapat berukuran panjang dan bercabang banyak, seperti
spesies H. guppyanum dan H.kajewskii atau memiliki rambut pelindung (bractea)
yang sangat jelas seperti spesies H. auridemens dan H. toruosum (Jebb 1985).
Karakteristik lain yang dimiliki yaitu terdapat rambut-rambut ataupun cincin
rambut di dinding tabung corolla. Bunga dari genus Hydnophytum, tidak memiliki
capit (hook) dikeempat bagian ujung tabung corolla(Huxley dan Jebb
1993).Pyrenes adalah lapiasan dari buah (endocarp) yang keras menutupi biji,
daging yang melekat pada kulit melindungi biji tetap utuh.
Hydnophytumsp. 1 (Gambar 3). Umbi berwarna hijau hingga abu-abu
(diameter 15-20 cm), tanpa duri. Batang berukuran panjang 20,0-68,0 cm,
diameter 0,25-0,70 cm. Tangkai daun (petiole) panjang 0,10-1,20 cm; lembar
daun (lamina) berbentuk bulat telur berwarna hijau dengan panjang 2,30-9,10 cm,
lebar 1,10-5,50 cm, pangkal tumpul, ujung tumpul, tepi rata. Infloresen paired,
terletak berhadapan di ketiak daun. Polen 3-porate, berukuran 20,9-46,2 µm. Buah
beri, berwarna kuning ketika matang. Pyrene 2.
Hydnophytum sp. 1, terdiri dari 6 nomer koleksi yang ditemukan di
pohon pala, cengkeh, jambu air dan bakau; dengan tipe habitat hutan pala dan
hutan bakau. Spesies ini, berada pada ketinggian 167 mdpl. Hewan yang
ditemukan di dalam umbi yaitu semut.

10

Buah

A

B

D

C

E

Gambar 3 Spesies Hydnophytum sp. 1: (A) habitus menunjukkan umbi dengan
batang bercabang, (B) lembaran daun berbentuk bundar telur, (C)
bunga dan buah, (D) polen, (E) potongan melintang buah
menunjukkan 2 pyrene
Hydnophytum sp. 2 (Gambar 4). Umbi berwarna cokelat-kehitaman
(diameter 40 cm), banyak lubang dipermukaan, berbentuk tidak beraturan. Batang
berukuran panjang 33,0-76,0 cm, lebar 0,30-1,0 cm. Tangkai daun (petiole)
panjang 0,25-0,80 cm; lembar daun (lamina) berbentuk bulat telur hingga lanset
berwarna hijau dengan panjang 2,15-5,50 cm, lebar 1,10-3,60 cm, pangkal
membulat hingga tumpul, ujung tumpul, tepi rata. Infloresen berpasangan,
terletak berhadapan pada ketiak daun. Bunga berwarna putih. Buah beri, terdapat
lingkaran merah dipermukaan buah. Polen 3-porate, berukuran 28,7-41,3 µm.
Pyrene 2.
Hydnophytum sp. 2 terdiri dari dua spesimen dengan nomer koleksi ES03.
Ditemukan pada pohon pala, di habitat hutan pala berada pad ketinggian 155 mdpl.
Hewan yang ditemukan di dalam umbi yaitu semut.

11

A

B

C

D

E

F

Gambar 4 Spesies Hydnophytum sp. 2: (A) habitus menunjukkan umbi dengan
batang bercabang, (B) lembaran daun berbentuk lonjong-bundar, (C)
bunga, (D) buah, (E) polen, (F) potongan melintang buah
menunjukkan 2pyrene
Hydnophytumsp. 3 (Gambar 5). Umbi berwarna abu-abu hingga cokelat
(diameter 20-35 cm) dan tidak berduri. Batang banyak dan bercabang; panjang
37,0-90,5 cm, lebar 0,30-1,0 cm. Tangkai daun (petiole) panjang 0,30-1,15 cm;
lembar daun (lamina) berbentuk lonjong hingga bundar telur, berwarna hijau
dengan panjang 3,0-7,50 cm, lebar 1,65-4,50 cm, pangkal tumpul hingga
membulat, ujung tumpul, tepi rata. Infloresen tunggal, terletak di tepi ketiak daun.
Polen berbentuk 3-porate, berukuran 19,5-57,4 µm. Buah beri berwarna hijau
ketika muda. Pyrene 2-3.
Hydnophytum sp. 3 terdiri dari lima nomer koleksi spesimen. Ditemukan
pada pohon pala, cengkeh, dan bakau, yang berada di habitat hutan pala (167
mdpl) dan hutan bakau (2 mdpl). Hewan-hewan, seperti tawon, kaki seribu,
belalang, cicak, dan semut ditemukan di dalam umbi.

12

Bunga

A

B

C

D

E

F

Buah

Gambar 5 Spesies Hydnophytum sp. 3: (A) habitus menunjukkan umbi dengan
batang bercabang, (B) lembaran daun berbentuk lonjong melebar, (C)
bunga, (D) buah, (E) polen, (F) potongan melintang buah
menunjukkan2pyrene
Hydnophytumsp. 4 (Gambar 6). Umbi berwarna hijau-kemerahan hingga merah
(diameter 25 cm), berduri dipermukaan. Batang banyak dan bercabang; panjang
30,0-76,0 cm, berdiameter 0,45-0,80 cm. Tangkai daun (petiole) panjang 0,250,55 cm; lembar daun (lamina) berbentuk bulat telur, berwarna hijau dengan
panjang3,20-6,35 cm, lebar 1,50- 3,30 cm, pangkal tumpul, ujung tumpul, tepi
rata. Infloresen berpasangan, terletak berhadapan pada ketiak daun. Bunga
berwarna putih. Polen berbentuk 3-porate, berukuran 22,8-46,5 µm. Buah
berbentuk beri. Pyreneyang dimiliki 2.
Hydnophytum sp. 4 terdiri dari dua nomer koleksi spesimen. Ditemukan
pada pohon pala dan pohon bakau. Berada pada habitat hutan pala (167 mdpl) dan
hutan bakau(2 mdpl). Hewan yang ditemukan di dalam umbi yaitu semut.

13

A

B

C

D

E

F

Gambar 6 Spesies Hydnophytum sp. 4: (A) habitus menunjukkan umbi dengan
batang bercabang, (B) lembaran daun berbentuk ovate, (C) infloresen
dan buah, (D) bunga, (E) polen, (F) potongan melintang buah
menunjukkan 2 pyrene
Hydnophytumsp. 5 (Gambar 7). Umbi terletak dibagian bawah dahan pohon,
sehingga terlihat menggantung kebawah. Umbi berbentuk piramida dan
permukaan umbi berwarna merah (diameter 13 cm), sedangkan rongga yang
dimiliki lebih sedikit. Batang berukuran panjang 20,0-35,0 cm, berdiameter 0,350,50 cm. Pengukuran daun tidak dilakukan, karena daun yang dimiliki masih
berupa pucuk. Spesies ini ditemukan di pohon duku, berhabitat di hutan pala.
Berada pada ketinggian 197 mdpl. Didalam umbi tidak ditemukan hewan simbion.

5 cm

A

B

Gambar 7 Spesies Hydnophytum sp. 5: (A) bentuk umbi (B) bentuk rongga

14
Hydnophytumsp. 6 (Gambar 8). Umbi berwarna cokelat (diameter 18 cm),
berbentuk membulat. Permukaan umbi berduri dan memiliki akar yang saling
menjalin, berfungsi sebagai alat menggantung ke pohon inang. Batang berukuran
panjang 34,0-40 cm, berdiameter 0,45-0,50 cm. Tangkai daun (petiole) panjang
0,90-0,95 cm; lembar daun (lamina) berbentuk bulat telur, berwarna hijau dengan
panjang 5,65-5,90 cm, lebar 2,80-3,50 cm, pangkal tumpul, ujung tumpul, tepi
rata.
Hydnophytum sp. 6 terdiri dari satu nomer koleksi spesimen. Ditemukan
pada pohon bakau yang berada di hutan bakau (2 mdpl). Hewan yang ditemukan
di dalam umbi yaitu semut.
Akar
r

A

B

C
Gambar 8 Spesies Hydnophytum sp. 6: (A) habitus menunjukkan umbi dengan
batang bercabang, (B) letak umbi yang menggantung kebawah,
(C)lembaran daun berbentuk lonjong
Hydnophytum sp 7 (Gambar 9). Spesies ini ditemukan di hutan bakau,
umbiberwarna merah (diameter 20 cm) dan tidak terdapat banyak lubang masuk
pada permukaannya; bagian dalam umbi yang telah dipotong berwarna merah.
Batang banyak dan bercabang; panjang 60,0-84,0 cm, berdiameter 0,50-0,80 cm.
Tangkai daun (petiole) panjang 0,30-0,50 cm; berbentuk lonjong melebar, lembar
daun (lamina) berwarna hijau dengan panjang 8,50-13,50 cm, lebar 3,10-6,40 cm,
pangkal runcing, ujung tumpul, tepi rata. Infloresen tunggal dilindungi rambut
pelindung (bractea) berwarna oranye. Bunga berwarna putih, terdapat cincin
rambut menutupi permukaan tabung corolla. Polen 3-porate, berdiameter 21,332,3 µm. Buah berbentuk beri dengan warna oranye, dan terlindungi rambut
pelindung.
Hydnophytum sp. 7 merupakan spesimen dengan nomer koleksi ES12,
ditemukan di pohon bakau. Berhabitat di hutan bakau (2 mdpl). Karakteristik

15
spesimen dilihat dari bentuk umbi yang tidak beraturan dan memiliki rambut
pelindung (bractea) berwarna oranye-cokelat, menunjukkan bahwa spesimen ini
mirip dengan spesies H. auridemens tetapi spesies ini biasanya tidak ditemukan
di hutan bakau yang memiliki ketinggian di bawah 400 m (Jeff 30 Mei 2015,
komunikasi pribadi). H. auridemens dijumpai di hutan pegunungan (400 mdpl)
dengan kanopi terbuka; spesies ini ditemukan di lereng pegunungan Sissa,
Kepulauan Missima, Papua New Guinea (Jebb, 1985).Hydnophytum sp. 7
mungkin merupakan spesies baru.

A

B

C

D

E

F

Gambar 9 Spesies Hydnophytum sp. 7: (A) habitus menunjukkan umbi dengan
batang bercabang, (B) umbi berwarna merah setelah dipotong, (C)
lembaran daun berbentuk lonjong melebar, (D) bunga dan bractea, (E)
cincin rambut, (F) polen

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Tercatat 36 individu tumbuhan sarang semut yang ditemukan di tujuh titik
pengambilan sampel,tetapi spesimen yang dikoleksi sebanyak 19 nomor koleksi.
Sebelas spesimen berasal dari hutan pala yang dijumpai pada enam spesies pohon
inang (pala, mangga, cengkeh, jambu air, duku, dan durian). Delapan spesimen
lainnya ditemukan dihutan bakau di 8 individu pohon inang. Identifikasi spesimen
menghasilkan dua genus, yaitu Myrmecodia dan Hydnophytum. Genus
Myrmecodiameliputi M. jobiensis dan M. platytyrea. Genus Hydnophytumterdiri

16
dari 7 spesies yang belum diketahui nama spesiesnya. Spesies yang ditemukan
hanya di hutan pala yaituHydnophytum sp. 2, Hydnophytum sp. 5 danM. jobiensis.
Spesies yang ditemukan hanya di hutan bakau yaituHydnophytum sp. 6,
Hydnophytum sp. 7 danM. platytyrea. Sedangkan spesies yang tersebar di hutan
bakau dan hutan pala yaituHydnophytum sp. 1, Hydnophytum sp. 3,
danHydnophytum sp. 4.Hewan-hewan simbion selain semut ditemukan juga
didalam umbi tumbuhan sarang semut, yaitu tawon, kaki seribu, belalang dan
cicak.
Saran
Penelitian mengenai tumbuhan sarang semut di Indonesia masih sangat
sedikit baik tentang taksonomi tumbuhan maupun hubungan tumbuhan sarang
semut dengan simbionnya, jenis semut dan cara persebaran dari tumbuhan sarang
semut. Oleh karena itu, diperlukan penelitian lebih lanjut.

DAFTAR PUSTAKA
Beccari, O. 1885. Malesia Vol. 2 (Piante Ospitatrici). Genoa: Istituto Sordo-Muti.
de Vogel EF.1987. Manual of Herbarium Taxonomy Theory and Practice. Jakarta
(ID): UNESCO.
Engida AM, Kasim NS, Tsigie YA, Ismadji S, Yi-Hsu J. 2013. Extraction,
Identification and Quantitative HPLC Analysis of Flavonoids from
Sarang Semut (Myrmecodia pendens). Industrial Crops and Products 41:
392-396.
Huxley CR. 1978. The Ant-Plant Myrmecodia and Hydnophytum (Rubiaceae), and
The Relationships between their Morphology, Ant Occupants,
Physiology and Ecology. New Phytol 80: 231-268.
Huxley CR, Jebb MHP. 1991. The Tuberous Epiphytes of The Rubiaceae 1: A
New Subtribe-the Hydnophytinae. Blumea 36:1-20.
Huxley CR, Jebb MHP. 1993. The Tuberous Epiphytes of The Rubiaceae 5: A
Revision of Myrmecodia. Blumea 37: 271-334.
Jebb MHP. 1985. Taxonomy and Tuber Morphology of The Rubiaceous AntPlants [Tesis]. Oxford (UK): University of Oxford.
Marshall JA, Beehler MB. 2012. The Ecology of Papua: Part One. Clarendon
(US): Tuttle Publishing.
Merrill ED, Perry LM. 1945. Plantae Papuanae Archboldiane, XV. J. Of Arnold
Arboretum 26 (1): 14-33.
Soeksmanto A, Subroto MA, Wijaya H, Simanjuntak P. 2010. Anticancer Activity
Test for Extracts of Sarang Semut (Myrmecodia pendens) to HeLa and
MCM-B2 Cells. Pakistan J. Of Biological Sciences 13 (3): 148-151.
Subroto MA, Saputro H. 2006. Gempur Penyakit dengan Sarang Semut. Jakarta
(ID): Penebar Swadaya.
Woretma M. 2013. Keanekaragaman Tumbuhan Pangan dan Obat pada
Masyarakat Suku Mbaham Mata Di Kampung Werabuan, Kabupaten
Fakfak [Skripsi]. Bogor (ID): Departemen Konservasi Sumberdaya
Hutan dan Ekowisata, Institut Pertanian Bogor.

17
Lampiran 1 Titik pengambilan tumbuhan sarang semut

Prov. Papua Barat

Kab.Fakfak

Keterangan :

Titikpengambilansampel

Titik H1
Titik H2
Titik H3
Titik H4
Titik H5
Titik H6
Titik H7

18
Lampiran 2 Jenis hewan dan individu yang ditemukan dalam umbi tumbuhan
sarang semut

Tipe
Habitat

Nomor
Koleksi

Nama Spesies
Tumb. Sarang
Semut

Hutan pala

ES01
ES02
ES03
ES04
ES05
ES06

Hydnophytum sp. 1
Hydnophytum sp. 1
Hydnophytum sp. 2
Hydnophytum sp. 3
Hydnophytum sp. 4
Hydnophytum sp. 3

Myristica fragrans
Myristica fragrans
Mangifera indica
Myristica fragrans
Myristica fragrans
Myristica fragrans

ES07
ES08
ES09
ES10
ES11
ES12
ES13
ES14
ES15
ES16
ES17
ES18
ES19

M. jobiensis
Hydnophytum sp. 1
Hydnophytum sp. 1
Hydnophytum sp. 3
Hydnophytum sp. 5
Hydnophytum sp. 7
Hydnophytum sp. 1
Hydnophytum sp. 3
Hydnophytum sp. 4
Hydnophytum sp. 3
Hydnophytum sp. 6
Hydnophytum sp. 1
M. platytyrea

Mangifera indica
Syzygium aromaticum
Sysigium aqueum
Syzygium aromaticum
Lansium domesticum
Rhizophora stylosa
Rhizophora stylosa
Rhizophora stylosa
Rhizophora stylosa
Rhizophora stylosa
Rhizophora stylosa
Rhizophora stylosa
Rhizophora stylosa

Hutan
bakau

Keterangan: - : tidak ditemukan hewan

Spesies Pohon Inang

Hewan
yang
Ditemukan
Semut
Semut
Semut
Semut
Semut
Semut
Tawon
Kaki seribu
Belalang
Cicak
Semut
Semut
Semut
Semut
Semut
Semut
Semut
Semut
Semut
Semut
Semut

Jumlah
Spes.
Hewan
per
Umbi
1
2
2
1
1
2
1
1
1
1
2
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1

19

RIWAYAT HIDUP
Elisabeth Susanti. Lahir di Fakfak, 25 April 1991. Putri dari Valentinus
Vitalis dan Maria Yuliana Ginuni dan anak pertama dari lima bersaudara. Penulis
lulus dari SD Inpres III Kampung Dulan Pokpok pada tahun 2004, SMP YPPK St.
Don Bosco Fakfak tahun 2007, dan SMA YPPK St. Don Bosco Fakfak tahun
2010, kemudian diterima di Departemen Biologi-Institut Pertanian Bogor melalui
jalur beasiswa utusan daerah (BUD) Kabupaten Fakfak pada tahun yang sama.
Selama menjadi mahasiswa IPB, penulis menjadi anggota UKM Keluarga
Mahasiswa Katolik (KeMaKI IPB), anggota TATIB dan MOD untuk MPD dan
MPF tahun 2012, serta sebagai ketua divisi TATIB kepanitiaan MPD Biologi
tahun 2013. Penulis juga aktif sebagai atlet yang mewakili angkatan di ajang
grand biodiversitas dari tahun 2011-2013 dan mewakili departemen pada SPIRIT
FMIPA tahun 2011-2012, dicabang volleyball dan badminton.
Penulis melakukan studi lapangan pada tahun 2012 dengan judul
“Identifikasi Makrofungi yang Tumbuh di Taman Nasional Gunung GedePangrango, Cipanas-Jawa Barat”. Penulis melakukan praktik lapangan pada tahun
2013 di UPTD RPH terpadu dinas pertanian Kota Bogor dengan judul “Proses
Pemotongan Sapi di UPTD Rumah Potong Hewan Terpadu Dinas Pertanian Kota
Bogor”. Akhirnya, penulis menyelesaikan tugas akhir pada tahun 2015 melalui
penelitian eksploratif dengan judul karya ilmiah “Inventarisasi Tumbuhan Sarang
Semut di Kabupaten Fakfak, Papua Barat”.