Keanekaragaman Spesies Tumbuhan Langka dan Sebarannya di Kampus IPB Darmaga

KEANEKARAGAMAN SPESIES TUMBUHAN LANGKA
DAN SEBARANNYA DI KAMPUS IPB DARMAGA

BETI SEPTIANA DARSONO

DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Keanekaragaman
Spesies Tumbuhan Langka dan Sebarannya di Kampus IPB Darmaga adalah
benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan
dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang
berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari
penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di
bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.

Bogor, Januari 2015
Beti Septiana Darsono
NIM E34100008

ABSTRAK
BETI SEPTIANA DARSONO. Keanekaragaman Spesies Tumbuhan Langka dan
Sebarannya di Kampus IPB Darmaga. Dibimbing oleh ERVIZAL AM ZUHUD
dan AGUS HIKMAT.
Beragamnya tutupan vegetasi yang ada di Kampus IPB Darmaga
menjadikan kampus ini memiliki tumbuhan yang beragam baik itu tumbuh alami
atau liar. Beberapa tumbuhan tersebut merupakan jenis-jenis tumbuhan langka
yang dapat dijadikan sebagai media pendidikan konservasi. Namun demikian
belum ada penelitian mengenai spesies tumbuhan langka dan sebarannya di
Kampus IPB Darmaga. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi
spesies tumbuhan langka dan sebarannya di Kampus IPB Darmaga serta
mendokumentasikan sejarah asal usulnya. Berdasarkan hasil penelitian,
teridentifikasi 30 spesies tumbuhan langka dari 18 famili, yang didominasi
Dipterocarpaceae. Spesies tumbuhan langka didominasi oleh habitus pohon dan

tersebar di seluruh Kampus IPB Darmaga, namun paling banyak teridentifikasi di
kompleks Fakultas Kehutanan. Tumbuhan tersebut paling banyak ditanam oleh
dosen dan alumni Fakultas Kehutanan IPB dengan tujuan koleksi dan sebagai
media belajar mahasiswa.
Kata kunci: kampus IPB Darmaga, pendidikan konservasi, spesies tumbuhan
langka

ABSTRACT
BETI SEPTIANA DARSONO. The Diversity and Distribution of Rare Plants
Species in IPB Darmaga Campus. Supervised by ERVIZAL AM ZUHUD and
AGUS HIKMAT.
Various vegetation cover in IPB Darmaga Campus makes this place has
plenty kinds of plants including naturally and wildly grown plants. Some of the
plants are included as rare plants species. The rare plants species are potential to
be utilized as media for conservation education. However, there’s no research yet
about those rare plants and its distribution in IPB Darmaga Campus. The purpose
of this research was to identify, determine the distribution, and document the
history of rare plants species in IPB Darmaga Campus. Based on this research,
there were 30 rare plants species from 18 families. Dipterocarpaceae was recorded
as the dominating family. These rare plants species were dominated by tree

habitus and were distributed in the whole area of IPB Darmaga, but mostly found
in Faculty of Forestry area. These species were mostly planted by lecturers and
alumni of Faculty of Forestry, Bogor Agricultural University (IPB). The purpose
is for collection and student learning media.
Keywords: conservation education, IPB Darmaga Campus, rare plants species

KEANEKARAGAMAN SPESIES TUMBUHAN LANGKA
DAN SEBARANNYA DI KAMPUS IPB DARMAGA

BETI SEPTIANA DARSONO

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kehutanan
pada
Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata

DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR
2015

Judul Skripsi : Keanekaragaman Spesies Tumbuhan Langka dan Sebarannya di
Kampus IPB Darmaga
Nama
: Beti Septiana Darsono
NIM
: E34100008

Disetujui oleh

Prof Dr Ir Ervizal AM Zuhud, MS
Pembimbing I

Dr Ir Agus Hikmat, MScF
Pembimbing II

Diketahui oleh


Prof Dr Ir Sambas Basuni, MS
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji dan syukur kepada Allah Subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya
sehingga karya ilmiah yang berjudul Keanekaragaman Spesies Tumbuhan Langka
dan Sebarannya di Kampus IPB Darmaga berhasil dilaksanakan. Terima kasih
penulis ucapkan kepada Prof Dr Ir Ervizal AM Zuhud, MS dan Dr Ir Agus
Hikmat, MScF selaku pembimbing skripsi yang telah memberikan saran dan
arahan selama penelitian.
Ucapan terima kasih kepada Ventie Angelia, Nova Dwi Indriyana, Siti
Nurhalimah, Lyan Lavista, Asep Badru Tamam, Dendi Giovana, Eko Hartanto,
Anxious Yoga, Mulyadi, Yusuf Muhammad, Dimaz Danang Al Reza, Wida
Agustina yang telah membantu penulis selama mengambil data penelitian,
keluarga besar DKSHE, HIMAKOVA, Kelompok Pemerhati Flora (KPF),
Nepenthes rafflesiana 47, dan seluruh sahabat-sahabat atas bantuan serta doanya.
Tak lupa terima kasih penulis ucapkan kepada kedua orang tua yang telah
memberikan doa dan motivasinya selama menempuh pendidikan

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Januari 2015
Beti Septiana Darsono

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

vii

DAFTAR GAMBAR

vii

DAFTAR LAMPIRAN

viii

PENDAHULUAN


1

Latar Belakang

1

Tujuan

1

Manfaat

1

METODE

2

Lokasi dan Waktu Penelitian


2

Alat

2

Objek Penelitian

2

Jenis Data yang Dikumpulkan

2

Analisis Data

4

HASIL DAN PEMBAHASAN


5

Kondisi Umum Lokasi Penelitian

5

Spesies Tumbuhan Langka

6

Sebaran Spesies Tumbuhan Langka

38

Motivasi Penanaman Spesies Tumbuhan Langka

40

Konsep Pengelolaan Spesies Tumbuhan Langka


41

SIMPULAN DAN SARAN

42

Simpulan

42

Saran

42

DAFTAR PUSTAKA

43

LAMPIRAN


48

DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5

Jenis dan metode pengumpulan data
Spesies tumbuhan langka di Kampus IPB Darmaga
Persentase spesies tumbuhan langka berdasarkan famili
Persentase spesies tumbuhan langka berdasarkan habitusnya
Spesies tumbuhan langka yang ditemukan di ≥ 5 lokai pengamatan

2
6
7
7
39

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33

Peta lokasi penelitian
Persentase bagian tumbuhan langka yang dimanfaatkan
Damar (Agathis dammara (Lamb.) Rich.)
Pulai (Alstonia scholaris (L.) R.Br
Gaharu (Aquilaria malaccensis Lam.)
Akar kuning (Arcangelisia flava Merr.)
Saninten (Castanopsis trisperma Scheff.)
Sonokeling (Dalbergia latifolia Roxb.)
Eboni (Diospyros celebica Bakh.)
Palahlar gunung (Dipterocarpus retusus Blume.)
Kapur tanduk (Dryobalanops lanceolata Burck.)
Pasak bumi (Eurycoma longifolia Jack.)
Ulin (Eusideroxylon zwageri Teijsm & Binn.)
Merawan (Hopea odorata Roxb.)
Merbau (Intsia bijuga Kuntze.)
Buah merah (Pandanus conoideus de Vriese.)
Picung (Pangium edule Reinw.)
Kedawung (Parkia timoriana Merr.)
Kayu kuku (Pericopsis mooniana Thwaites.)
Pule pandak (Rauvolfia serpentina Bent ex Kurz.)
Cendana (Santalum album L.)
Kulim (Scorodocarpus borneensis Becc.)
Meranti tembaga (Shorea leprosula Miq.)
Tengkawang layar (Shorea mecistopteyx Ridl.)
Tengkawang telur (Shorea pinanga Scheff.)
Kayu bapa (Shorea selanica Blume.)
Tengkawang air (Shorea seminis Slooten.)
Tengkawang tungkul (Shorea stenoptera Burck.)
Burahol (Stelechocarpus burahol Hook.f. & Thomson.)
Kepuh (Sterculia foetida L.)
Kemenyan (Styrax benzoin Dryand.)
Tetrastigma leuchosthaphyllum Planch.
Persentase sejarah penanaman spesies tumbuhan langka
berdasarkan orang yang menanam

3
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
40

DAFTAR LAMPIRAN
1 Sebaran spesies tumbuhan langka di Kampus IPB Darmaga
2 Peta sebaran spesies tumbuhan langka di Kampus IPB Darmaga
3 Sejarah spesies tumbuhan langka di Kampus IPB Darmaga

48
49
50

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kampus IPB Darmaga memiliki beragam tumbuhan, baik itu tumbuh secara
alami maupun hasil penanaman. Tercatat sebanyak 232 spesies tumbuhan dari 75
famili yang ada di kampus IPB Darmaga (Suryadi 2007). Vegetasi yang ada saat
ini tidak hanya terdiri dari spesies asli kampus IPB Darmaga saja, tetapi beberapa
diantaranya merupakan hasil introduksi. Adanya spesies-spesies introduksi
tersebut tidak lepas dari pembangunan taman-taman dan arboretum-arboretum
yang berfungsi sebagai kebun percobaan untuk kegiatan belajar mengajar di
Kampus IPB Darmaga. Arboretum merupakan suatu upaya nyata kegiatan
konservasi eksitu.
Melihat keanekaragaman hayati yang ada, Kampus IPB Darmaga telah
mendeklarasikan sebagai kampus biodiversitas pada tanggal 22 Mei 2011.
Kampus IPB Darmaga sebagai kampus biodiversitas merupakan sarana untuk
melakukan pendidikan konservasi, salah satunya pendidikan konservasi tumbuhan
langka Indonesia. Namun demikian belum ada penelitian spesifik dan menyeluruh
tentang spesies tumbuhan langka dan sebarannya di kampus IPB Darmaga. Selain
itu, sejarah asal usul spesies tumbuhan langka tidak terdokumentasi dengan baik.
Pengetahuan mengenai sejarah asal usul akan meningkatkan makna dan
nilai spesies tumbuhan langka. Spesies tumbuhan langka yang ada di Kampus IPB
Darmaga tidak hanya ditanam begitu saja, namun ada suatu tujuan tertentu. Orang
yang menanam juga pasti mempunyai tujuan tersendiri. Adanya dokumentasi
mengenai sejarah spesies tumbuhan langka menjadikan civitas akademika
Kampus IPB Darmaga menjaga keberadaannya, karena setiap spesies tumbuhan
langka mempunyai cerita atau sejarah asal usul masing-masing. Oleh karena itu
perlu dilakukan penelitian mengenai spesies tumbuhan langka tersebut.
Tujuan
1.
2.
3.

Penelitian bertujuan untuk:
Mengidentifikasi spesies tumbuhan langka di Kampus IPB Darmaga
Memetakan sebaran spesies tumbuhan langka di Kampus IPB Darmaga
Mendokumentasikan sejarah asal usul spesies tumbuhan langka di Kampus
IPB Darmaga
Manfaat

Hasil penelitian sebagai data dasar dalam pengelolaan keanekaragaman
flora dalam upaya penyelenggaraan kampus biodiversitas. Dokumentasi mengenai
sejarah asal usul tumbuhan langka akan meningkatkan makna dan nilai spesies
tumbuhan langka tersebut, sehingga civitas akademika akan menjaga
kelangsungan hidup spesies tumbuhan langka yang ada di Kampus IPB Darmaga.

2

METODE
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Kampus IPB Darmaga Bogor, yaitu di Hutan
Cikabayan, kompleks perumahan dosen, tegakan sekitar Asrama Silvalestari,
tegakan sekitar Asrama Putra TPB IPB, Hutan Al Hurriyah, tegakan belakang
Asrama Putri TPB IPB, kompleks Fakultas Kehutanan, tegakan sekitar Situ LSI,
Taman Rektorat, Arboretum Lanskap, Arboretum Hutan Tropika, dan Arboretum
Bambu. Penelitian dilaksanakan selama satu bulan, yaitu bulan Juni sampai Juli
2014. Peta lokasi penelitian dapat dilihat pada Gambar 1.
Alat
1.

2.
3.

Alat yang digunakan dalam penelitian adalah sebagai berikut:
Perlengkapan observasi lapang: GPS untuk penandaan lokasi tumbuhan
langka, kamera untuk mendokumentasikan tumbuhan langka yang
ditemukan, field guide untuk identifikasi spesies tumbuhan, dan alat tulis.
Perlengkapan wawancara: panduan wawancara, alat tulis, perekam, dan
kamera untuk mendokumentasikan kegiatan wawancara.
Perlengkapan kajian literatur: komputer, jaringan internet, dan text book.
Obyek Penelitian

Obyek yang digunakan dalam penelitian ini adalah tumbuhan langka yang
terdapat di seluruh kawasan Kampus IPB Darmaga.
Jenis Data yang Dikumpulkan
Jenis data yang dikumpulkan meliputi spesies tumbuhan langka dan kondisi
umum lokasi penelitian. Jenis dan metode pengumpulan data disajikan pada Tabel
1.

No.
1.

2.

Tabel 1 Jenis dan metode pengumpulan data
Sumber
Jenis Data
Uraian
Data
Spesies
1. Jumlah individu
Kampus
tumbuhan
2. Nama ilmiah
IPB
langka
Darmaga
3. Habitus
4. Status kelangkaan
5. Manfaat
6. Sebaran
7. Sejarah asal usul
tanaman
Kondisi
1. Letak dan luas
Pustaka
umum lokasi
2. Kondisi fisik dan
penelitian
biotik

Metode
Observasi
lapang,
wawancara dan
studi pustaka

Studi pustaka

3

3

Gambar 1 Peta lokasi penelitian

4
Wawancara
Wawancara dilakukan kepada pihak-pihak yang mengetahui sejarah
penanaman spesies tumbuhan langka di Kampus IPB Darmaga. Wawancara
dilakukan secara snowball. Penentuan narasumber dimulai dari informan kunci
yang dianggap mengetahui sejarah tumbuhan langka yang ada di Kampus IPB
Darmaga. Informan kunci tersebut nantinya dapat memberikan petunjuk lebih
lanjut tentang adanya individu lain yang juga mengetahui sejarah spesies
tumbuhan langka yang ada di kampus IPB Darmaga.
Studi pustaka
Data mengenai kondisi umum lokasi penelitian (letak, luas, kondisi fisik dan
biotik) didapatkan dengan cara studi pustaka dari instansi dan hasil penelitian
orang lain. Selain itu data penunjang seperti bioekologi, kegunaan, dan status
kelangkaan spesies tumbuhan langka juga didapatkan dengan studi pustaka.
Analisis Data
Spesies tumbuhan langka
Analisis data dalam penelitian ini dilakukan secara deskriptif. Persentase
famili dan habitus dihitung menggunakan persamaan berikut (Metananda 2012):

Persentase famili tertentu=

Persentase habitus tertentu=

∑ spesies famili tertentu
x100%
∑ spesies semua famili

∑ spesies habitus tertentu
x100%
∑ seluruh spesies

Status kelangkaan
Status kelangkaan dan atau perlindungan spesies tumbuhan diperoleh dari
Website IUCN (www.iucnredlist.org), CITES (www.cites.org), seri panduan
lapang tumbuhan langka Indonesia (LIPI 2001), dokumen peraturan perundangundangan pemerintah Indonesia (Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1999)
tentang pengawetan spesies tumbuhan dan satwa serta jurnal penelitian.
Manfaat
Manfaat spesies tumbuhan langka dianalisis secara deskriptif setelah
melakukan studi literatur. Bagian tumbuhan yang dimanfaatkan dikelompokkan
menjadi batang, daun, akar, buah, biji, kulit kayu, bunga, dan umbi. Persentase
bagian yang dimanfaatkan dapat dihitung dengan menggunakan persamaan
berikut (Fakhrozi 2009):

Persentase bagian tertentu yang digunakan=

∑ bagian tertentu
x100%
∑ seluruh bagian

5
Sejarah asal usul spesies tumbuhan langka di Kampus IPB Darmaga
Sejarah asal usul spesies tumbuhan langka yang ada di Kampus IPB
Darmaga dianalisis secara deskriptif

HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Umum Lokasi Penelitian
Letak dan luas
Secara administrasi Kampus IPB Darmaga masuk dalam wilayah Desa
Babakan Kecamatan Darmaga Kabupaten Bogor Provinsi Jawa Barat. Secara
geografis Kampus IPB Darmaga terletak antara 6̊ 30’ sampai 6̊ 45’ LS dan 106̊
30’sampai 106̊ 45’ BT (Balen et al. 1986 diacu dalam Kurnia 2003). Sebelah
utara berbatasan dengan Sungai Ciapus dan Sungai Cisadane. Sebelah Selatan
berbatasan dengan Jalan Raya Bogor–Jasinga, sedangkan untuk sebelah timur dan
barat masing-masing dibatasi oleh Desa Babakan dan Sungai Cihideung. Kampus
IPB Darmaga memiliki luasan sekitar 256.97 ha (Balen et al. 1986 diacu dalam
Kurnia 2003).
Topografi, iklim dan jenis tanah
Kampus IPB Darmaga memiliki topografi yang bervariasi mulai dari datar
hingga bergelombang. Topografi datar berada di sebelah timur dan selatan,
sedangkan topografi bergelombang dengan kemiringan tanah sekitar 0–5% berada
di seblah utara (Songko 2002). Kampus ini berada pada ketinggian 142-200 m
dpl. Hari hujan sebanyak 187 per tahun dengan kelembapan nisbi per tahun
sekitar 88%. Menurut klasifikasi iklim Schmid Ferguson, Kampus IPB Darmaga
masuk dalam tipe iklim A dengan curah hujan rata-rata tahunan 3500 mm per
tahun. Jenis tanah yang ada di Kampus IPB Darmaga adalah latosol dengan
tekstur sedang dengan pH tanah agak asam 5.6-6.5 (Suciasti 2004).
Kondisi flora dan fauna
Flora dan fauna yang terdapat di Kampus IPB Darmaga cukup beragam. Hal
ini dipengaruhi beragamnya tipe vegetasi mulai vegetasi semak berumput, tegakan
karet, pinus, hutan campuran, arboretum bambu dan taman. Beberapa spesies
tumbuhan dari habitus pohon yang dominan, yaitu sengon, karet, dan gmelina.
Tumbuhan bawah dan rerumputan juga tersebar di seluruh kawasan Kampus IPB
Darmaga. Berdasarkan penelitian Suryadi (2012) teridentifikasi sedikitnya 232
spesies tumbuhan dari 73 famili. Hernowo et al. (1991) mencatat 12 spesies
mamalia, 68 spesies burung, 37 spesies reptil, dan 4 spesies ikan. Spesies fauna
yang biasanya mudah ditemukan di sekitar areal kampus diantaranya: kutilang,
koak malam kelabu, betet biasa, bajing kelapa, dan monyet ekor panjang.

6
Spesies Tumbuhan Langka
Spesies tumbuhan langka yang ditemukan di Kampus IPB Darmaga
berjumlah 30 spesies. Daftar spesies tumbuhan langka di Kampus IPB Darmaga
disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2 Spesies tumbuhan langka di Kampus IPB Darmaga
No.
Nama Spesies
Famili
Habitus
1
Agathis dammara (Lamb) Rich.1
Araucariaceae
Pohon
4
2
Alstonia scholaris (L.) R.Br.
Apocynaceae
Pohon
1, 2, 4
3
Aquilaria malaccensis Lam.
Thymelaeaceae
Pohon
4
Arcangelisia flava Merr.4
Menispermaceae
Liana
5
5
Castanopsis trisperma Scheff.
Fagaceae
Pohon
6
Dalbergia latifolia Roxb.1
Fabaceae
Pohon
1, 2, 4
7
Diospyros celebica Bakh.
Ebenaceae
Pohon
1
8
Dipterocarpus retusus Blume.
Dipterocarpaceae
Pohon
9
Dryobalanops lanceolata Burck.1
Dipterocarpaceae
Pohon
6
10 Eurycoma longifolia Jack.
Simaroubaceae
Pohon
11 Eusideroxylon zwageri Teijsm & Lauraceae
Pohon
1, 4
Binn.
12 Hopea odorata Roxb.1
Dipterocarpaceae
Pohon
1,4
13 Intsia bijuga Kuntze.
Fabaceae
Pohon
4
14 Pandanus conoideus de Vriese.
Pandanaceae
Perdu
7
15 Pangium edule Reinw.
Flacourtiaceae
Pohon
4
16 Parkia timoriana Merr.
Fabaceae
Pohon
1,4
17 Pericopsis mooniana Thwaites.
Fabaceae
Pohon
18 Rauvolfia serpentina
Apocynaceae
Perdu
Benth. Ex Kurz.2, 4
19 Santalum album L.1
Santalaceae
Pohon
4
20 Scorodocarpus borneensis Becc.
Olacaceae
Pohon
21 Shorea leprosula Miq.1
Dipterocarpaceae
Pohon
3
22 Shorea mecistopteryx Ridl.
Dipterocarpaceae
Pohon
3
23 Shorea pinanga Scheff.
Dipterocarpaceae
Pohon
1
24 Shorea selanica Blume.
Dipterocarpaceae
Pohon
1, 3
25 Shorea seminis Slooten.
Dipterocarpaceae
Pohon
1, 3
26 Shorea stenoptera Burck.
Dipterocarpaceae
Pohon
27 Stelechocarpus burahol
Annonaceae
Pohon
Hook.f.&Thomson.4
28 Sterculia foetida L.8
Sterculiaceae
Pohon
4
29 Styrax benzoin Dryand.
Styracaceae
Pohon
30
Tetrastigma leucosthaphyllum Planch. Vitaceae
Liana
Keterangan: 1). IUCN (2014), 2). CITES (2014), 3). PP 07/1999, 4).LIPI (2001), 5).ITTO (2000),
6).Tjahyana dan Wowon (2010), 7). Partomihardjo dan Rugayah (1989); Heriyanto dan
Subiandono (2008), 8). Yuniastuti et al. (2009)

7
Spesies tumbuhan langka yang ditemukan terdiri dari 18 famili (Tabel 3).
Dipterocarpaceae merupakan famili yang mempunyai jumlah spesies paling tinggi
dibandingkan dengan spesies yang lainnya. Diptercocarpaceae merupakan pohonpohon penghasil kayu utama dari hutan tropis Indonesia bagian barat, Malaysia,
Brunei dan Filipina. Spesies ini bahkan menyebar hingga Irian Jaya dan Papua
Nugini (Newman et al. 1999). Budiharta et al. (2011) menyatakan bahwa populasi
Dipterocarpaceae terancam karena beberapa spesiesnya termasuk endemik,
misalnya Upuna borneensis. Selain itu spesies ini juga mempunyai nilai ekonomi
yang tinggi sehingga terjadi overexploited (penebangan berlebih).

No.
1
2
3
4

Tabel 3 Persentase spesies tumbuhan langka berdasarkan famili
Jumlah
Persentase
Famili
(spesies)
(%)
Dipterocarpaceae
9
30.00
Fabaceae
4
13.33
Apocynaceae
2
6.67
Famili lain (Annonaceae, Ebenaceae,Lauraceae,
Menispermaceae, Olacaceae, Pandanaceae,
Styracaceae, Thymelaeaceae, Araucariaceae,
15
50.00
Flacourticaceae, Fagaceae, Simaroubaceae,
Vitaceae, Santalaceae, Sterculiaceae)
Jumlah
30
100.00

Beberapa spesies dari famili Dipterocarpaceae merupakan kayu perdagangan
utama, terutama spesies meranti, mersawa, keruing dan kapur (Newman et al.
1999). Bagian yang dimanfaatkan tidak hanya kayu, namun damar atau oleo-resin
yang dikeluarkan oleh batang spesies ini juga bernilai ekonomi. Hal ini
mengakibatkan pohon dari suku Dipterocarpaceae banyak dieksploitasi oleh
masyarakat.
Berdasarkan habitusnya, tumbuhan langka yang ada di Kampus IPB
Darmaga terdiri dari tiga habitus, yakni pohon, perdu dan liana. Pohon merupakan
habitus yang mendominasi. Persentase tumbuhan langka berdasarkan habitusnya
dapat dilihat pada Tabel 4. Pohon merupakan habitus tumbuhan langka yang
paling banyak ditemukan di Kampus IPB Darmaga. Hal ini dikarenakan banyak
orang memanfaatkan kayu yang berasal dari batang pohon. Penebangan pohon
terutama spesies komersil untuk diambil kayunya menjadikan tumbuhan tersebut
langka.
Tabel 4 Persentase spesies tumbuhan langka berdasarkan habitusnya
No.
Habitus Tumbuhan
Jumlah (spesies)
Persentase (%)
1
Liana
2
6.67
2
Perdu
2
6.67
3
Pohon
26
86.66
Jumlah
30
100.00
Masyarakat Indonesia umumnya menggunakan bagian tumbuhan langka
yang terdiri atas enam bagian bagian yakni akar, batang, buah, daun, kulit buah,
dan kulit kayu. Selain itu resin yang dikeluarkan oleh beberapa spesies tumbuhan

8
langka juga dimanfaatkan oleh masyarakat. Karena spesies tumbuhan langka yang
ditemukan merupakan spesies komersil, maka bagian paling banyak dimanfaatkan
yaitu batang (40%). Tumbuhan yang dimanfaatkan batangnya berasal dari habitus
pohon. Umumnya kayunya dimanfaatkan untuk bahan konstruksi. Contoh spesies
tumbuhan langka yang dimanfaatkan batangnya yaitu Shorea spp. Agathis
dammara (Lamb.) Rich., Eusideroxylon zwageri Teijsm & Binn., dan Diospyros
celebica Bakh. Bagian yang paling banyak dimanfaatkan selanjutnya oleh
masyarakat Indonesia, yaitu biji dengan persentase 14%. Spesies yang
dimanfaatkan bijinya misalnya kedawung (Parkia timoriana Merr.) dan spesiesspesies Shorea spp. Buah kedawung diambil bijinya sebagai obat. Biji dari spesies
Shorea spp. diambil dan dikeringkan untuk kemudian diolah lebih lanjut hingga
menjadi minyak tengkawang yang bernilai ekonomi tinggi. Biji tengkawang
kering juga dapat langsung dipasarkan. Persentase bagian tumbuhan yang
dimanfaatkan dapat dilihat pada Gambar 2.

Kulit buah
2%

Resin
5%

Getah
3%
Akar
8%

Biji
14%

Batang
40%

Kulit kayu
12%
Daun
9%

Buah
7%

Gambar 2 Persentase bagian tumbuhan langka yang dimanfaatkan
Berikut adalah penjelasan dari masing-masing spesies tumbuhan langka
yang ada di Kampus IPB Darmaga:
1.

Agathis dammara (Lamb) Rich.

Deskripsi singkat
Agathis atau damar merupakan salah satu spesies pohon yang termasuk
dalam famili Araucariaceae. Tumbuhan ini tersebar alami di Papua New Guinea,
New Britain, Indonesia, Filipina dan Malaya. Spesies ini umumnya tumbuh pada
dataran tinggi (300-1200 m dpl dengan curah hujan 3000-4000 mm/tahun
(Nurhasybi dan Sudrajat 2001). Curah hujan di Kampus IPB Darmaga berada
pada rentang 3000-4000 mm/tahun sehingga pohon ini dapat tumbuh dengan baik
di lingkungan kampus. Kayu agathis termasuk kedalam kayu dengan spesies agak
kuat namun tidak awet dan tidak tahan terhadap pembusukan. Resin yang
dihasilkan dari bagian dalam kulit kayu merupakan bagian penting dalam
pembuatan pelitur (Nurhasybi dan Sudrajat 2001).

9
Status kelangkaan
Agathis dammara (Lamb.) Rich masuk dalam kategori vulnerable (IUCN
2014).
Sejarah penanaman
Pohon damar yang ada di Taman Rektorat bibitnya diketahui berasal dari
Hutan Pendidikan Gunung Walat (HPGW). Selain di Taman Rektorat, pohon
damar juga ditemukan di Arboretum Lanskap. Pohon damar yang ada di
Arboretum Lanskap ditanam oleh alumni Fakultas Kehutanan IPB pada tahun
1991.
Lokasi dan koordinat tempat tumbuh
Damar ditemukan hampir ditemukan di seluruh lokasi pengamatan, namun
paling banyak ditemukan di Taman Rektorat. Salah satu contoh koordinat di
Taman Rektorat, yaitu 06.56012̊ LS dan 106.7302̊ BT.

Gambar 3 Damar (Agathis dammara (Lamb) Rich.)
2.

Alstonia scholaris (L.) R.Br. (L.) R.Br.

Deskripsi singkat
Pulai masuk dalam suku kamboja-kambojaan (Apocynaceae). Pulai juga
dikenal sebuatan kayu lame. Tumbuhan ini biasa ditemui di hutan jati, hutan
campuran, dan hutan kecil di pedesaan hingga ketinggian 900 m dpl. Pulai mudah
dikenali karena memiliki daun yang tersusun melingkar dan bawah daunnya
berwarna putih (Dalimartha 2005). Tumbuhan ini menyebar luas di kawasan Asia
pasifik mulai India dan Sri Lanka sampai daratan Asia Tenggara dan China
Selatan, seluruh Malaysia hingga Autralia Utara dan Kepulauan Solomon, bahkan
spesies ini diintroduksi sebagai tanaman hias di Amerika Utara. Salah satu sifat
pulai ialah dapat tumbuh di atas tanah dangkal. Apabila suhu di lingkungan
tersebut kurang dari 8̊ C, pulai tidak dapat tumbuh walaupun daerah terbut
merupakan sebaran alaminya (Joker 2001). Pulai mempunyai manfaat sebagai
tanaman obat dan bahan perkakas rumah tangga. Kulit batang pulai dikenal
masyarakat sebagai obat untuk penyakit malaria. Manfaat ini sudah diketahui oleh

10
masyarakat, sehingga lama kelamaan populasi tumbuhan ini turun. Hal seperti ini
terjadi di TamanNasional Ujung Kulon (Hidayat 2006).
Status kelangkaan
Pulai tergolong sebagai tumbuhan langka menurut buku panduan lapang
tumbuhan langka Indonesia (LIPI 2001).
Sejarah penanaman
Sejarah penanaman yang meliputi tahun ditanam, orang yang menanam, dan
asal bibit tidak diketahui. Pulai yang ada di Kampus IPB Darmaga tumbuh secara
alami, karena biji yang dihasilkan pohon pulai berukuran kecil dan mudah sekali
diterbangkan angin. Selain itu, pulai mempunyai sifat yang dapat tumbuh di atas
tanah yang dangkal, sehingga tumbuhan ini dapat tumbuh di mana saja (Joker
2001).
Lokasi dan koordinat tempat tumbuh
Pulai ditemukan hampir ditemukan di seluruh lokasi pengamatan, namun
paling banyak ditemukan di tegakan sekitar situ LSI. Salah satu contoh koordinat
pulai di tegakan sekitar situ LSI, yaitu 06.55949̊ LS dan 106.72579̊ BT.

Gambar 4 Pulai (Alstonia scholaris (L.) R.Br.)
3.

Aquilaria malaccensis Lam.

Deskripsi singkat
Aquilaria malaccensis Lam. merupakan pohon dengan tinggi mencapai 40
m dan diameter 60 cm. Penyebaran tumbuhan ini meliputi hutan di India, Burma,
Semenanjung Malaysia, Philipina dan Indonesia. Habitat tumbuhan ini yaitu di
hutan primer tropis di dataran rendah Kalimantan dan Sumatera. Penyebarannya
meliputi India, Indocina, Malaysia, Sumatera (Sibolangit, Riau, Bangka,
Palembang), Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Sarawak dan Filipina (LIPI
2001). Spesies ini tumbuh di hutan primer dan hutan sekunder, terutama di
dataran rendah, lereng-lereng bukit dengan ketinggian 200-750 m dpl, serta
tumbuh baik pada tanah liat dan berpasir. Gaharu sebenarnya merupakan sebutan

11
untuk kayu dari genus Aquilaria yang terkena infeksi parasit yang berupa jamur,
namun menghasilkan resin yang berbau harum apabila dibakar. Gubal,
kemedangan dan dan abu gaharu sangat mahal karena dapat diolah untuk bahan
pewangi. Melihat potensi pada gaharu, maka permintaan komersil dunia akan
gaharu meningkat. Akibatnya spesies ini banyak dicari. Populasi alaminya
menurun drastis.
Status kelangkaan
Aquilaria malaccensis Lam. masuk dalam kategori vulnerable (IUCN 2014),
App. II CITES (2014), dan tumbuhan langka Indonesia (LIPI 2001).
Sejarah penanaman
Aquilaria malaccensis Lam. ditanam pada tahun 2002 oleh mahasiswa
Fakultas Kehutanan yang pada tahun itu melaksanakan wisuda. Bibitnya berasal
dari Riau. Awalnya pohon ini ditanam di samping Balairung Fakultas Kehutanan,
kemudian dipindahkan ke tempat yang sekarang. Tujuan penanaman spesies ini
adalah untuk koleksi.
Lokasi dan koordinat tempat tumbuh
Aquilaria malaccensis Lam. hanya berjumlah satu individu di Kampus IPB
Darmaga. Spesies ini ditemukan di samping bagian Pemanfaatan Sumberdaya
Hutan. Aquilaria malaccensis Lam. ditemukan pada koordinat 06.55712̊ LS dan
106.72987̊ BT.

Gambar 5 Gaharu (Aquilaria malaccensis Lam.)
4.

Arcangelisia flava Merr.

Deskripsi singkat
Akar kuning atau Arcangelisia flava Merr. merupakan spesies tumbuhan
merambat yang sering ditemukan di kawasan hutan Indonesia, baik hutan
sekunder maupun hutan primer yang lebat (Hidayat 2006). Spesies balam
(Palaquium hexandrum Engl.), jelutung (Dyera costulata Hook.f), keruing
(Dipterocarpus costulatus V.sl.), dan terentang (Campnosperma auriculata

12
Hook.f.) berasosiasi dengan akar kuning pada habitat aslinya (Subiandono dan
Heriyanto 2009). Daun tumbuhan ini membundar telur dengan perbungaan di
keyiak daun atau pada batang yang sudah tua. Penyebaran akar kuning meliputi
Indochina, Malaysia, dan Indonesia (Hidayat 2006).
Bagian yang dimanfaatkan dari akar kuning yaitu kayunya yang berwarna
kuning. Kegunaannya yaitu rebusan batang untuk mengobati penyakit kuning,
pencernaan, cacingan, obat kuat atau tonikum, demam, peluruh haid, dan
sariawan. Biji dari tumbuhan ini dapat digunakan untuk membius ikan (Heyne
1987). Selain sebagai penghasil racun, tumbuhan ini juga dimanfaatkan sebagai
pewarna (Hidayat 2006). Menurut penelitian Budiharta et al. (2011) populasi akar
kuning menurun akibat habitatnya yang terganggu akibat kegiatan pertanian dan
pembangunan. Penebangan liar juga dinilai menyebabkan turunnya populasi
tumbuhan ini. Penebangan liar mengakibatkan tumbuhan obat yang berhabitus
liana tidak mempunyai tumbuhan yang akan dirambati (Hidayat 2006).
Status kelangkaan
Akar kuning digolongkan sebagai tumbuhan langka menurut buku panduan
lapang tumbuhan langka Indonesia (LIPI 2001).
Sejarah penanaman
Bibit akar kuning dibawa oleh tim peneliti tumbuhan obat dari Laboratorium
Konservasi Tumbuhan DKSHE dari Sintang, Kalimantan Barat dan ditanam pada
tahun 2004. Tujuan penanaman adalah sebagai sarana belajar bagi mahasiswa
IPB.
Lokasi dan koordinat tempat tumbuh
Akar kuning ditemukan pada dua lokasi pengamatan, yakni di Pusat Studi
Biofarmaka IPB dengan koordinat 06.54678̊ LS dan 106.71648̊ BT serta di
kompleks Fakultas Kehutanan, tepatnya di Laboratorium Konservasi Eksitu
Tumbuhan Obat Hutan Tropika, DKSHE dengan koordinat 06.55681̊ LS dan
106.72889̊ BT serta 06.55686̊ LS dan 106.71648̊ BT.

Gambar 6 Akar kuning (Arcangelisia flava Merr.)

13
5.

Castanopsis trisperma Scheff.

Deskripsi singkat
Castanopsis trisperma Scheff. atau saninten memiliki sinonim nama
Castanopsis costata Bl. Castanopsis costata Bl. juga ditemukan di Cagar Alam
Lanjak Entimau (ITTO 2000) dan Taman Nasional Batang Ai (Wasli et al. 2011),
Sarawak, Malaysia, namun lebih dikenal dengan nama berangan. Masyarakat
sekitar Hutan Tangkahan, Taman Nasional Leuser, Kabupaten Langkat, Sumatera
Utara, menyebut tanaman ini dengan nama cep-cepen. Suku Karo memanfaatkan
sebagai obat sakit perut bagian dalam atau maag. Kelana (2007) melakukan
penelitian mengenai uji sitotoksik ektrak methanol dari kulit kayu cep-cepen,
yang nantinya dapat dikembangkan sebagai obat anti kanker.
Status kelangkaan
Saninten atau berangan masuk dalam kategori langka menurut ITTO (2000).
Sejarah penanaman
Saninten ditemukan pada tiga lokasi penelitian, yaitu di perumahan dosen,
kompleks Fakultas Kehutanan, dan Arboretum Hutan Tropika. Pohon saninten
yang ada di kompleks Fakultas Kehutanan ditanam pada tahun 1995. Bibit pohon
saninten berasal dari biji yang diperoleh dari pohon saninten yang ada di
Arboretum PT Badak Bontang Kaltim. Tumbuhan ini dikenal dengan nama mata
klandok oleh masyarakat Kaltim. Biji saninten dibawa oleh tim peneliti dari
Laboratorium Konservasi Tumbuhan DKSHE. Bapak Ervizal AM Zuhud
merupakan ketua tim tersebut. Saninten yang ada di ketiga lokasi pengamatan
berasal dari bibit yang sama. Pohon saninten juga ditemukan di samping kandang
penangkaran rusa IPB di Jalan Lengkeng. Awalnya bibit yang ditanam berjumlah
enam individu, namun yang tumbuh hanya lima individu saja. Pohon saninten
yang ada di kompleks Fakultas Kehutanan dan Arboretum Hutan Tropika masingmasing berjumlah empat dan lima individu.
Lokasi dan koordinat tempat tumbuh
Saninten ditemukan di tiga lokasi pengamatan, yakni di Cikabayan,
kompleks Fakultas Kehutanan, dan Arboretum Hutan Tropika. Pohon saninten
yang ditemukan di Arboretum Hutan Tropika memiliki koordinat 06.56228̊ LS
dan 106.72529̊ BT.

Gambar 7 Saninten (Castanopsis trisperma Scheff.)

14
6.

Dalbergia latifolia Roxb.

Deskripsi singkat
Sonokeling memiliki penyebaran alami mulai dari Himalaya, bagian India
selatan, dan Indonesia, khususnya di Pulau Jawa. Sonokeling tumbuh pada tanah
yang berdrainase baik dan lembap. Ketinggian tempat tumbuh sekitar 1500 m dpl
dengan curah hujan tahunan 750-5000 mm (Joker 2006). Kayu sonokeling masuk
dalam spesies komersil yang banyak dimanfaatkan untuk industri furniture. Selain
itu, kulit batang sonokeling dapat dimanfaatkan sebagai obat dyspepsia, leprosy,
obesitas, dan cacingan (Gwalwanshi et al. 2014). Karena kayunya termasuk
spesies komersil maka spesies ini mengalami ekploitasi yang berlebihan.
Status kelangkaan
Sonokeling masuk dalam kategori vulnerable (IUCN 2014).
Sejarah penanaman
Sejarah penanaman sonokeling yang diketahui ialah pohon sonokeling yang
ada di depan Wisma Amarilis dan Arboretum Lanskap. Sonokeling yang ada di
depan Wisma Amarilis ditanam pada tahun 1970an oleh mahasiswa Fakultas
Kehutanan yang tinggal di Asrama Silva Lestari. Bibitnya dibawa oleh mahasiswa
yang melakukan praktik lapang di Jawa Timur. Tujuan penanaman sonokeling
ialah sebagai pohon peneduh ketika mahasiswa yang tinggal di Asrama Silvasari
sedang berkumpul. Sonokeling yang ada di arboretum Lanskap ditanam oleh
alumni Fakultas Kehutanan ketika HAPKA tahun 1991.
Lokasi dan koordinat tempat tumbuh
Sonokeling ditemukan di beberapa lokasi pengamatan, namun paling banyak
ditemukan di Arboretum Lanskap. Salah satu koordinatnya yaitu 06.56186̊ LS
dan 106.72855̊ BT.

(a)
(b)
Gambar 8 Sonokeling (Dalbergia latifolia Roxb.): (a) Batang, (b) Daun

15
7.

Diospyros celebica Bakh.

Deskripsi singkat
Diospyros celebica Bakh. atau yang lebih dikenal dengan nama eboni
merupakan pohon yang tingginya dapat mencapai 40 m dan diameter batang
mencapai satu meter, kulit luarnya beralur agak mengelupas dan kehitaman, oleh
sebab itu eboni juga disebut dengan nama kayu hitam. Pohon ini biasanya tumbuh
secara mengelompok atau kadang terpencar, terutama di hutan-hutan yang
tanahnya berbatu-batu, tanah liat dan berpasir. Pohon ini endemik Sulawesi.
Hampir di setiap hutan di Sulawesi ditemukan tumbuhan ini, terutama pada
ketinggian di bawah 500 m dpl. Penyebarannya meliputi Poso, Parigi, Donggala,
Palu, Toli-toli, Kolonedale, Luwuk, Maros, Malili, Mamuju, dan Kotamubago
(LIPI 2001).
Populasi eboni di alam mengalami penurunan yang sangat berat. Hal ini
dikarenakan eksploitasi dan pengambilan yang berlebihan, padahal eboni hanya
tumbuh di hutan-hutan Sulawesi (LIPI 2001). Pengambilan dan eksploitasi
berlebihan terjadi karena kayu eboni berkualitas tinggi baik untuk peralatan rumah
tangga dan kerajinan tangan (Yuzammi 2002).
Status kelangkaan
Eboni masuk kategori vulnerable (IUCN 2014), App.II CITES, dan
tumbuhan langka Indonesia (LIPI 2001).
Sejarah penanaman
Eboni yang ada di Arboretum Lanskap ditanam oleh alumni Fakultas
Kehutanan IPB ketika HAPKA tahun 1991.
Lokasi dan koordinat tempat tumbuh
Eboni ditemukan hampir di seluruh lokasi penelitian. Salah satu koordinat
ditemukannya eboni di kompleks Fakultas Kehutanan yaitu 06.55671̊ LS dan
106.72932̊ BT.

Gambar 9 Eboni (Diospyros celebica Bakh.)

16
8.

Dipterocarpus retusus Blume.

Deskripsi singkat
Dipterocarpus retusus Blume. atau yang lebih dikenal dengan nama palahlar
gunung merupakan salah satu spesies kayu perdagangan dari suku
Dipterocarpaceae. Penyebaran tumbuhan meliputi Assam (India), Birma,
Muangthai, Semenanjung Malaya, Tonkin (Vietnam), dan Indonesia. Spesies ini
hanya terdapat di Aceh, Jawa Barat dan Tengah, Lombok, dan Sumbawa (LIPI
1983). Palahlar dapat tumbuh di ketinggian lebih dari 1000 m dpl (Kundu et al.
2012). Berdasarkan informasi spesies Dipterocarpus retusus Blume., dilaporkan
terdapat di kawasan Hutan Lindung Gunung Cakrabuana (Istomo dan Pradiastoro
2010). Kayu dari spesies Dipterocarpus retusus Blume. baik untuk bahan
bangunan. Akibat tekanan penduduk di Pulau Jawa, penebangan liar dan
perubahan mempercepat kepunahan spesies pohon lokal yang bernilai tinggi di
Pulau Jawa, termasuk palahlar (Istomo dan Pradiastoro 2010).
Status konservasi
Palahlar masuk dalam kategori vulnerable (IUCN 2014).
Sejarah penanaman
Sejarah penanaman yang meliputi tahun ditanam, orang yang menanam, dan
asal bibit tidak diketahui.
Lokasi dan koordinat tempat tumbuh
Palahlar gunung ditemukan di kompleks Fakultas Kehutanan tepatnya di
depan kantor Tata Usaha DMNH. Koordinatnya yaitu, 06.55724̊ LS dan
106.72818̊ BT, 06.55735̊ LS dan 106.72823̊ BT, 06.55738̊ LS dan 106.72825̊ BT,
serta 06.55736̊ LS dan 106.72825̊ BT.

(a)
(b)
Gambar 10 Palahlar gunung (Dipterocarpus retusus Blume.): (a) tajuk (b) buah

17
9.

Dryobalanops lanceolata Burck.

Deskripsi singkat
Dryobalanops lanceolata Burck. merupakan salah satu jenis dari suku
Dipterocarpaceae. Spesies ini mempunyai sebutan Kapur Paji di daerah Sabah,
Kapur Daram, Sarawak. Selain di daerah Sarawak, spesies ini juga diketahui
tumbuh di Brunei dan Kalimantan Timur. Namun dikedua daerah ini,
Dryobalanops lanceolata Burck. dikenal dengan nama kapur atau kapur tanduk.
Dryobalanops lanceolata Burck. mempunyai pertumbuhan yang bagus baik tinggi
maupun diameter rata-rata setinggi dada, dibandingkan jenis Parashorea
tomentella, Vatica acrocarpa, dan beberapa jenis Shorea spp. (Guanih et al.
2004).
Status kelangkaan
Kapur tanduk masuk dalam kategori endangered (IUCN 2014).
Sejarah penanaman
Sejarah penanaman yang meliputi tahun ditanam, orang yang menanam, dan
asal bibit tidak diketahui.
Lokasi dan koordinat tempat tumbuh
Kapur tanduk ditemukan di dua lokasi pengamatan, yakni di Taman
Rektorat dan Arboretum Lanskap. Kapur tanduk di Taman Rektorat berjumlah
tiga individu dengan koordinat masing-masing: 06.56142̊ LS dan 106.72890̊ BT,
06.56080̊ LS dan 106.72807̊ BT, serta 06.56078̊ LS dan 106.72797̊ BT. Jumlah
kapur tanduk di Arboretum Lanskap hanya satu individu dengan koordinat
06.56077̊ LS dan 106.72781̊ BT.

Gambar 11 Kapur tanduk (Dryobalanops lanceolata Burck.)

18
10. Eurycoma longifolia Jack.
Deskripsi singkat
Pasak bumi atau Eurycoma longifolia Jack. termasuk tumbuhan obat
afrodisiak. Pasak bumi berasal dari Asia Tenggara dengan penyebaran meliputi
Indonesia, Semenanjung Malaysia, Laos, Kamboja, dan Vietnam.Sumatra dan
Kalimantan adalah daerah penyebaran alami tumbuhan ini. Tumbuhan ini
diketahui belum pernah ditemukan di Pulau Jawa (Heyne 1950). Habitat tumbuh
pasak bumi ialah lahan yang berpasir dan asam dengan ketinggian hingga 700
mdpl (Susanto dan Astuti 2009).
Selain sebagai afrodisiak, pasak bumi juga dikenal sebagai tumbuhan obat.
Heriyanto et al. (2006) menyatakan bahwa keseluruhan bagian pasak bumi dapat
digunakan sebagai obat demam, radang gusi, obat cacing, dan sebagai tonikum
setelah melahirkan. Akar pasak bumi merupakan bagian yang paling banyak
digunakan. Karena akarnya yang paling banyak digunakan, maka hal terjadi
sebelumnya adalah pasak bumi harus dicabut terlebih dahulu. Hal ini tentunya
akan mengakibatkan populasi pasak bumi turun apabila langkah budidaya tidak
dilakukan.
Status kelangkaan
Tjahyana dan Wowon (2010) menyatakan bahwa pasak bumi masuk dalam
tumbuhan obat yang populasinya genting (endangered).
Sejarah penanaman
Pasak bumi yang ditemukan di Kampus IPB Darmaga ditanam oleh Bapak
Yahya Fakuara. Bibit yang ditanam berupa cabutan, namun tidak diketahui asal
bibitnya. Sama seperti asal bibit, tahun pasak bumi ditanam juga tidak diketahui.
Lokasi dan koordinat tempat tumbuh
Pasak bumi di Kampus IPB Darmaga hanya berjumlah satu individu.
Spesies ini ditemukan di halaman samping rumah Bapak Yahya Fakuara di
kompleks perumahan dosen, tepatnya pada koordinat 06.55477̊ LS dan 106.72107̊
BT.

Gambar 12 Pasak Bumi (Eurycoma longifolia Jack.)

19
11.

Eusideroxylon zwageri Teijsm & Binn.

Deskripsi singkat
Eusideroxylon zwageri Teijsm & Binn. atau ulin merupakan pohon yang
tingginya mencapai 60 m, diameter 1.0-15 m. Ulin tersebar di kawasan hutan
Sumatera bagian selatan dan timur, Bangka-Belitung, Kalimantan, dan pulaupulau kecil di sekitarnya serta Kepulauan Sulu dan Palawan, Filipina (Hidayat
2003). Pohon ini hidup memencar di kawasan hutan Dipterocarpaceae pada
ketinggian 20-600 m dpl. Spesies ini juga tumbuh baik pada tanah podzolik merah
kuning dengan sistem drainase yang baik (LIPI 2001).
Kayu ulin termasuk salah satu kayu perdagangan dunia dan banyak diminati
oleh masyarakat. Kayu ulin masuk dalam golongan kelas kuat I dan kelas awet I
dengan berat spesies 0.88-1.20. Biasanya kayu ini digunakan untuk kontruksi
berat seperti konstruksi jembatan. Rumah panjang suku Dayak di Kalimantan
umumnya terbuat dari kayu ulin. Karena kekuatan dan keawetannya kayu ini
banyak dicari oleh masyarakat. Akibatnya terjadi penebangan secara berlebihan.
Penebangan yang berlebihan ini tidak diimbangi oleh usaha peremajaan atau
penanaman kembali sehingga populasi alaminya turun. Habitat alaminya juga
terganggu akibat penebangan liar dan pertanian (Budiharta et al. 2011).
Status kelangkaan
Ulin masuk dalam kategori vulnerable (IUCN 2014) dan tumbuhan langka
Indonesia (LIPI 2001).
Sejarah penanaman
Sejarah penanaman yang meliputi tahun ditanam, orang yang menanam, dan
asal bibit tidak diketahui.
Lokasi dan koordinat tempat tumbuh
Ulin ditemukan pada tiga lokasi pengamatan, yakni kompleks perumahan
dosen, kompleks Fakultas Kehutanan, dan tegakan sekitar Asrama Putri TPB.
Salah satu contoh koordinat di kompleks Fakultas Kehutanan tepatnya di
Arboretum Fakultas Kehutanan yaitu 06.55730̊ LS dan 106.72969̊ BT.

Gambar 13 Ulin (Eusideroxylon zwageri Teijsm&Binn.)

20
12. Hopea odorata Roxb.
Deskripsi singkat
Hopea odorata Roxb. atau yang lebih dikenal dengan nama perdagangan
merawan, merupakan salah satu spesies tumbuhan dari suku Dipterocarpaceae.
Merawan ialah tumbuhan asli Asia Tenggara, dengan penyebaran mulai India
(Pulau Andaman), Myanmar, Thailand, dan Indocina ke selatan sampai
semenanjung Malaysia utara. Spesies ini tumbuh di hutan tropis dataran rendah
dengan tanah subur sampai ketinggian 300 m dpl, lokasi tumbuhnya tidak jauh
dari sungai. Pertumbuhan paling baik yaitu pada daerah dengan curah hujan
tahunan lebih dari 1200 mm dan suhu rata-rata 25-27̊C. Walaupun demikian,
tumbuhan ini dapat tumbuh pada habitat yang beragam serta mudah
dibudidayakan (Joker 2002).
Bagian yang dimanfaatkan dari merawan yaitu batang, kulit kayu, dan
getahnya. Pohon ini juga cocok ditanam sebagai tanaman agroforestri dan tanah
yang terdegradasi (Islam et al. 2009). Kulitnya yang mengandung tannin tinggi
dapat digunakan untuk penyamak kulit, juga menghasilkan getah bermutu rendah
(Joker 2002).
Status kelangkaan
Merawan masuk dalam kategori vulnerable (IUCN 2014).
Sejarah penanaman
Merawan yang ada di Arboretum Lanskap ditanam oleh alumni Fakultas
Kehutanan ketika HAPKA tahun 1991.
Lokasi dan koordinat tempat tumbuh
Merawan ditemukan di kompleks Fakultas Kehutanan, Taman Rektorat, dan
Arboretum Lanskap. Salah satu koordinatnya yaitu 06.55712̊ LS dan 106.73029̊
BT.

(a)
(b)
Gambar 14 Merawan (Hopea odorata Roxb.): (a) Batang, (b) Pohon.

21
13.

Intsia bijuga Kuntze. Kuntze.

Deskripsi singkat
Merbau merupakan salah satu spesies pohon yang masuk dalam suku
Fabaceae. Secara geografi, penyebaran tumbuhan ini meliputi Madagaskar,
Malaysia, Indonesia, Australia, dan Polinesia.Penyebaran utama merbau di
Indonesia meliputi Sumatera, Borneo, Sulawesi, Jawa, Maluku, Nusa Tenggara
Timur, dan Papua (Nugroho et al. 2010). Simangungsong dan Kainama (2005)
menyebutkan bahwa pertumbuhan merbau yang paling baik adalah di Maluku.
Merbau hidup pada tipe hutan hujan bawah dengan drainase yang baik, pada tanah
berpasir atau berbatu dengan curah hujan lebih dari 2000 mm pertahun. Umumnya
tumbuh di dekat pantai atau tepi sungai dengan ketinggian 50 m dpl
(Simangunsong dan Kainama 2005).
Bagian yang dimanfaatkan dari pohon merbau yaitu batangnya. Kayu
merbau masuk dalam kategori kayu berharga di kawasan Asia Tenggara. Kayu
merbau merupakan spesies utama untuk produksi kayu gergajian (Nugroho et al.
2010). Penebangan liar merbau terutama di Papua, Indonesia menyebabkan
populasi alami merbau menurun drastis (Chen 2006).
Status kelangkaan
Merbau masuk dalam kategori vulnerable (IUCN 2014) dan tumbuhan
langka Indonesia (LIPI 2001).
Sejarah penanaman
Sejarah penanaman yang meliputi tahun ditanam, orang yang menanam, dan
asal bibit tidak diketahui.
Lokasi dan koordinat tempat tumbuh
Merbau ditemukan di beberapa lokasi penelitian, namun paling banyak
dijumpai di kompleks Fakultas Kehutanan. Salah satu koordinat merbau yaitu
06.55646̊ LS dan 106.72871̊ BT.

Gambar 15 Merbau (Intsia bijuga Kuntze.)

22
14. Pandanus conoideus de Vriese.
Deskripsi singkat
Buah merah atau Pandanus conoideus de Vriese. masuk dalam tanaman
pandan-pandanan. Tanaman ini asli Papua, dengan penyebaran paling dominan di
sekitar Pegunungan Jayawijaya, Jayapura, Manokwari, Nabire, Timika, dan
Ayamaru-Sorong. Buah merah juga ditemukan tumbuh liar di Papua New Guinea
(Budi dan Paimin 2005). Menurut Wiriadinata (1995) dalam Murtiningrum et al.
(2011), tumbuhan ini tumbuh baik sampai ketinggian 1700 m dpl. Umumnya buah
merah dapat tumbuh pada tanah kurang subur, banyak mengandung pasir, dan
bersifat agak masam (Limbongan dan Malik 2009). Penelitian Murtiningrum et al.
(2011) menyatakan bahwa kondisi ekogeografi mempengaruhi karakter fisik dari
buah merah antara satu lokasi dengan lokasi lainnya.
Masyarakat Papua memanfaatkan buah merah sebagai bahan pangan, namun
selain itu masih banyak manfaat lainnya. Buah merah dapat dijadikan sumber
pewarna alami dan bahan obat. Kandungan utama dari buah merah yaitu
karotenoid. Karotenoid dapat mencegah beberapa penyakit degeneratif dan kronis
(Roreng et al. 2014). Daun, kulit batang, dan akar buah dapat dijadikan sebagai
alat pengikat, alas tempat duduk, bahkan sebagai alas untuk tidur.
Status kelangkaan
Buah merah masuk dalam 200 spesies tumbuhan langka Indonesia (LIPI
2001).
Sejarah penanaman
Sejarah penanaman yang meliputi tahun ditanam, orang yang menanam, dan
asal bibit tidak diketahui. Tujuan penanaman adalah sebagai sarana belajar bagi
mahasiswa IPB.
Lokasi dan koordinat tempat tumbuh
Buah merah ditemukan pada dua lokasi pengamatan, yakni di Pusat Studi
Biofarmaka dengan koordinat 06.54696̊ LS dan 106.71635̊ BT serta di kompleks
Fakultas Kehutanan, tepatnya di Laboratorium Konservasi Eksitu Tumbuhan Obat
Hutan Tropika DKSHE dengan koordinat 06.5568̊ LS dan 106.72901̊ BT.

Gambar 16 Buah merah (Pandanus conoideusde Vriese.)

23
15.

Pangium edule Reinw.

Deskripsi singkat
Picung merupakan salah satu spesies tumbuhan dari famili Flacourtiaceae.
Biji picung merupakan bahan makanan, rempah yang bernilai ekonomis tinggi.
Ekstrak biji dan daging buah pangi mengandung sianida yang dapat digunakan
sebagai pestisida nabati (Wulandari 2011). Pohon picung tumbuhn baik pada
daerah dengan ketinggian antara 10-1000 m dpl, pada tanah alluvial, podsolik,
tanah berbatu atau tanah liat yang miskin unsur hara (Heyne 1987). Tumbuhan ini
umumnya tumbuh di tepi sungai, daerah yang berair, hutan primer, hutan
sekunder, dan kebun masyarakat (Heyne 1987). Jenis ini tersebar di seluruh
wilayah Nusantara berdasarkan koleksi herbarium yang ada di Herbarium
Bogoriense (Partomihardjo et al. 1989). Wilayah penyebaran pohon kluwak atau
pakem meliputi Indonesia, Malaysia, Filipina, Papua Nugini, Mikronesia, dan
Melanesia.
Status kelangkaan
Picung dinyatakan langka berdasarkan penelitian Partomihardjo dan
Rugayah (1989) serta Heriyanto dan Subiandono (2008).
Sejarah penanaman
Spesies ini ditanam oleh Bapak Mingan yang merupakan laboran Bagian
Konservasi Keanekaragaman Tumbuhan DKHE pada tahun 1996. Biji picung
berasal dari Taman Nasional Meru Betiri. Biji picung dibawa oleh tim peneliti
tumbuhan obat dari Laboratorium Konservasi Tumbuhan DKSHE ketika
melakukan survey di Taman Nasional Meru Betiri. Sebelum ditanam, biji picung
disemaikan terlebih dahulu selama sebulan.
Lokasi dan koordinat tempat tumbuh
Picung di Kampus IPB ditemukan di kompleks Fakultas Kehutanan, tegakan
sekitar Asrama Putra TPB, dan Arboretum Hutan Tropika. Spesies ini ditemukan
di depan bagian Pemanfaatan Hasil Hutan, kompleks Fakultas Kehutanan dengan
koordinat 06.55685̊ LS dan 106.72887̊ BT.

(a)
(b)
Gambar 17 Picung (Pangium edule Reinw.): (a) Buah, (b) Batang.

24
16. Parkia timoriana Merr.
Deskripsi singkat
Kedawung tersebar di seluruh Indonesia baik di Pulau Jawa, Kalimantan,
dan Sumatera. Taman Nasional Meru Betiri merupakan habitat alami bagi
kedawung (Kosasih et al. 2012). Kedawung yang ada di Taman Nasional Meru
Betiri paling banyak ditemukan pada ketinggian 0-500 m dpl dan kelas
kemiringan 41-60% (Zuhud 2007). Kulit dan biji kedawung merupakan bagian
pohon kedawung yang dimanfaatkan. Kulit kedawung dimanfaatkan untuk
mengobati penyakit kulit (kudis), sedangkan bijinya digunakan untuk mengobati
penyakit perut (anti diare) dan karminatif (Heyne 1987). Biji muda kedawung
oleh masyarakat Jawa Barat dikonsumsi sebagai pengganti petai, namun rasanya
pahit dan bau. Masyarakat yang ada di sekitar KPH Bayuwangi Utara diketahui
memanfaatkan biji kedawung (Birgantoro dan Nurrochmat 2007). Hal ini
menunjukkan bahwa masyarakat masih mengambil biji kedawung dari alam.
Apabila hal ini berlangsung terus tanpa adanya langkah budidaya, maka lama
kelamaan kedawung akan langka dan terancam punah (Siswoyo et al. 1993).
Status kelangkaan
Kedawung masuk dalam 200 tumbuhan langka Indonesia (LIPI 2001).
Sejarah penanaman
Spesies ini awalnya ditanam oleh Menteri Kehutanan, Bapak Djamaluddin S
pada tahun 1994. Penanaman dilakukan ketika HAPKA. Bibit kedawung berasal
dari Taman Nasional Meru Betiri. Awalnya, kedawung ditanam di depan
Arboretum Fahutan, depan Gedung Utama (GU), namun dipindahkan ke samping
sekretariat Hutan Pendidikan Gunung Walat atau di belakang Ruang Sidang
Sylva.
Lokasi dan koordinat tempat tumbuh
Kedawung dapat dijumpai di Kampus IPB Darmaga, tepatnya di kompleks
Fakultas Kehutanan, di sebelah sekretariat Hutan Pendidikan Gunung Walat
(HPGW) dengan koordinat 06.55736̊ LS dan 106.72886̊ BT.

(a)
(b)
Gambar 18 Kedawung (Parkia timoriana Merr.): (a) batang, (b) daun

25
17.

Pericopsis mooniana Thwaites.

Deskripsi singkat
Pohon ini penyebarannya cukup luas, meliputi Sri Lanka, Semenanjung
Malaysia, Filipina, New Guinea, dan Indonesia. Sumatera Selatan, Kalimantan
Timur, Sulawesi, dan Maluku merupakan daerah peneyebaran kayu kuku di
Indonesia. Habitat tumbuh kayu kuku yaitu di sepanjang s