Keanekaragaman jenis paku epifit dan pohon inangnya di Kawasan Kampus IPB Darmaga Bogor, Jawa Barat

KEANEKARAGAMAN JENIS PAKU EPIFIT DAN POHON
INANGNYA DI KAWASAN KAMPUS IPB DARMAGA
BOGOR, JAWA BARAT

AGNES FRANSISKA NAINGGOLAN

DEPARTEMEN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK
CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Keanekaragaman
Jenis Paku Epifit dan Pohon Inangnya di Kawasan Kampus IPB Darmaga
Bogor, Jawa Barat adalah benar karya saya dengan arahan dari dosen
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan
tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang
diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam

teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada
Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Oktober 2014
Agnes Fransiska Nainggolan
NIM G34100001

ABSTRAK
AGNES FRANSISKA NAINGGOLAN. Keanekaragaman Jenis Paku Epifit dan
Pohon Inangnya di Kawasan Kampus IPB Darmaga Bogor, Jawa Barat.
Dibimbing oleh SULISTIJORINI dan TATIK CHIKMAWATI.
Paku epifit merupakan kelompok tumbuhan paku yang unik, hidup
menempel di permukaan pohon inang tanpa merusaknya. Paku epifit
memanfaatkan pohon inang sebagai tempat untuk memperoleh kondisi lingkungan
tertentu, sementara nutrisi dan air diperoleh dari deposit yang berada di sekitar
permukaan pohon inang. Kampus IPB Darmaga memiliki jenis pohon yang
beragam dengan kondisi lingkungan yang lembab, sehingga memungkinkan
ditemukannya jenis tumbuhan paku epifit yang beragam. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui keanekaragaman tumbuhan paku epifit dan pohon inangnya
beserta faktor-faktor yang mempengaruhinya di kawasan kampus IPB DarmagaBogor. Penelitian dilakukan di kawasan kampus IPB Darmaga dengan

mengumpulkan spesimen tumbuhan paku epifit dan mencatat karakteristik
permukaan pohon inang. Data yang diperoleh kemudian dikelompokkan
berdasarkan jenis tumbuhan paku dan jenis pohon inang yang ditempati. Faktorfaktor yang mempengaruhi keberadaan tumbuhan paku dianalisis menggunakan
analisis Regresi dan Principal Component Analysis (PCA). Sebanyak 22 jenis
paku epifit dan 25 jenis pohon inang ditemukan. Jenis tumbuhan paku yang
dominan ialah Davalia denticulata (26,59%), Asplenium nidus (25,99%), Vittaria
ensiformis (22,97%), Drymoglossum pilloselloides (20,55%), dan Nephrolepis
falcata (20,55%). Jenis pohon inang yang dominan ditempati oleh paku epifit
ialah pohon kelapa sawit (Elaeis guineensis). Faktor yang mempengaruhi
keanekaragaman jenis paku epifit ialah kekasaran permukaan kulit pohon dan
posisi paku pada batang pohon.
Kata kunci: paku epifit, pohon inang, keanekaragaman, kulit pohon, posisi paku

ABSTRACT
AGNES FRANSISKA NAINGGOLAN. Diversity of Epiphytic ferns and Its Host
in Campus Darmaga of Bogor Agricultural University, West Java. Supervised by
SULISTIJORINI and TATIK CHIKMAWATI.
Epiphytic ferns live attaching on its host without damaging it. Epiphytic
ferns use the host to obtain certain environmental condition while nutrients and
water obtained from deposits around the host surface. Campus Darmaga of Bogor

Agricultural University has various tree species and environmental conditions that
suitable for the growth of epiphytic fern. The aim of this study was to describe the
diversity of epiphytic ferns and its host in Campus Darmaga of Bogor Agricultural
University. The study was conducted in Campus Darmaga of Bogor Agricultural
University by collecting the speciments of epiphytic ferns and recording the
characteristic of tree stem surface. Data was analyzed using Regression Analysis
and Principal Component Analysis (PCA). There are 22 species of epiphytic ferns
and 25 species of tree hosts. The dominant species of ferns are Davalia
denticulata (26,59%), Asplenium nidus (25,99%), Vittaria ensiformis (22,97%),
Drymoglossum pilloselloides (20,55%), and Nephrolepis falcata (20,55%). The
dominant host is Elaeis guineensis. The diversity of ferns in Campus Darmaga

were affected by the roughness of tree surface and the position of ferns on the tree
trunk.
Keyword: epiphytic ferns, host, diversity, tree surface, fern position

KEANEKARAGAMAN JENIS PAKU EPIFIT DAN POHON
INANGNYA DI KAWASAN KAMPUS IPB DARMAGA
BOGOR, JAWA BARAT


AGNES FRANSISKA NAINGGOLAN

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Sains pada
Departemen Biologi

DEPARTEMEN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

Judul Skripsi : Keanekaragaman Jenis Paku Epifit dan Pohon Inangnya
di Kawasan Kampus IPB Darmaga Bogor, Jawa Barat
Nama
: Agnes Fransiska Nainggolan
NIM
: G34100001


Disetujui oleh

Dr Ir Sulistijorini, MSi
Pembimbing I

Dr Ir Tatik Chikmawati, MSi
Pembimbing II

Diketahui oleh

Dr Ir Iman Rusmana, MSi
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas segala
kasih dan anugerahNya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Judul
penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Oktober 2013 ini ialah
“Keanekaragaman Jenis Paku Epifit dan Pohon Inangnya di Kawasan Kampus

IPB Darmaga Bogor, Jawa Barat”.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Dr Ir Sulistijorini, MSi dan Ibu Dr
Ir Tatik Chikmawati, MSi selaku dosen pembimbing atas bimbingan dan arahan
selama penelitian hingga penyelesaian karya ilmiah ini. Terima kasih juga penulis
sampaikan kepada ibu Dr. Gayuh Rahayu selaku penguji atas segala saran untuk
perbaikan karya ilmiah ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada
keluarga terkasih Bapak, Mama, dan adik-adik tersayang Alan, Agstrian,
Anastasio, Andrew dan seluruh keluarga atas doa, dorongan semangat dan kasih
sayang. Terima kasih juga penulis sampaikan kepada Irene partner penelitian
tersayang, teman-teman di laboratorium Taksonomi Tumbuhan, teman-teman di
Wisma Jenius, Adik-adik Kelompok Kecil, teman-teman di KPA, keluarga besar
Biologi 47, PMK 47, IMK-Bogor dan semua pihak yang telah membantu dan
mendukung sehingga karya ilmiah ini dapat terselesaikan.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Oktober 2014
Agnes Fransiska Nainggolan

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR

DAFTAR LAMPIRAN

ix
ix
x

PENDAHULUAN
Tujuan Penelitian

1
2

BAHAN DAN METODE
Waktu dan Tempat
Bahan dan Alat
Eksplorasi Jenis Paku Epifit
Analisis Data

2
2

3
3
4

HASIL
Kondisi Lingkungan Lokasi Pengamatan
Jenis Paku Epifit dan Pohon Inang yang ditemukan di Kawasan Kampus IPB
Darmaga
Kunci Identifikasi Jenis Tumbuhan Paku Epifit di Kampus IPB Darmaga
Deskripsi Jenis Paku yang ditemukan di Kawasan Kampus IPB Darmaga
Faktor yang Mempengaruhi Keanekaragaman Jenis Paku Epifit

4
4
5
7
9
16

PEMBAHASAN


19

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran

21
21
21

DAFTAR PUSTAKA

21

LAMPIRAN

23

RIWAYAT HIDUP


30

DAFTAR TABEL
1 Perbandingan kondisi lingkungan pada 10 lokasi pengamatan jenis paku
epifit di kawasan Kampus IPB Darmaga, Bogor
5
2 Indeks Shannon-Wiener jenis paku epifit di kawasan Kampus IPB Darmaga 17

DAFTAR GAMBAR
1 Peta lokasi pengamatan jenis tumbuhan paku epifit di kawasan kampus IPB
Darmaga-Bogor, Graha Widya Wisuda (A), Arboretum Lanskap (B),
taman Rektorat (C), sekitar Pool Bis (D), hutan sekitar Fakultas Perikanan
dan Ilmu Kelautan (E), Arboretum Fakultas Kehutanan (F), hutan di
samping asrama Sylva Lestari (G), kebun sawit Cikabayan (H), hutan di
sekitar lapangan Softball (I), dan area tepi jalan kampus IPB Darmaga
2
2 Jumlah jenis paku epifit yang menempati masing-masing jenis pohon inang 6
3 Jumlah jenis pohon inang yang ditempati oleh masing-masing jenis paku
epifit

7
4 Perawakan Amphineuron terminans (a), sori (b), spora (c)
11
5 Perawakan Asplenium nidus (a), sori (b), indusium sejati (c), spora (d)
11
6 Perawakan Asplenium simplicifrons (a), daun (b), spora (c)
11
7 Perawakan Belvisia callifolia (a), pangkal sori (b), sorus (c), spora (d)
11
8 Perawakan Davallia denticulata (a), sori (b), indusium sejati (c), spora (d) 11
9 Perawakan Davallia thricomanoides (a), sori (b), spora (c)
11
10 Perawakan Drymoglossum pilloselloides (a)(b), sorus (c), spora (d)
12
11 Perawakan Goniophlebium verrucosum (a), sori (b), sorus (c), spora (d)
12
12 Perawakan Lycopodium phlegmarioides (a), kumpulan sporokarp (b),
sporokarp (c), spora (d)
12
13 Perawakan Microsorium punctatum (a), sori (b), sorus (c), spora (d)
12
14 Perawakan Nephrolepis bisserata (a), daun fertil (b), sori (c), spora (d)
13
15 Perawakan Nephrolepis falcata (a), daun fertil (b), sori (c), spora (d)
13
16 Perawakan Nephrolepis sp. (a), sorus (b), spora (c)
14
17 Perawakan Phymatosorus nigrescens (a), sorus (b)
14
18 Perawakan Phymatosorus scolopendria (a), daun fertil (b), spora (c)
14
19 Perawakan Platycerium coronarium (a), percabangan dikotom (b), daun sisik
(c)
14
20 Perawakan Psilotum nudum (a), daun steril (b), sori (c), spora (d)
15
21 Perawakan Pyrrosia adnascens (a), daun fertil (b), sori (c), spora (d)
15
22 Perawakan Pyrrosia lanceolata (a), daun fertil (b), sori (c), spora (d)
16
23 Perawakan Pyrrosia longifolia (a), bentuk daun (b), permukaan batang (c) 16
24 Perawakan Vittaria ensiformis (a)(b), sori (c), spora (d)
16
25 Perawakan Vittaria zoosterifolia (a)(b), sori (c), spora (d)
16
26 Dendrogram kesamaan jenis paku antar lokasi pengamatan, Arboretum
Fahutan (F), Graha Widya Wisuda (A), Hutan sekitar Pool Bis (D),
Arboretum Lanskap (B), Tepi Jalan Kampus (J), hutan Taman Rektorat
(C), hutan sekitar FPIK (E), hutan lapangan Softball (I), Sylva Lestari
(G), Cikabayan (H)
17

27 Plot analisis komponen utama faktor lingkungan: (A) sebaran jenis paku
epifit, dan (B) korelasi antara faktor lingkungan terhadap sebaran jenis
paku epifit, A.nidus (●), A.simplicifrons (■), A.terminans (♦), B.callifolia
(▲), D.denticulata (V,+, ♦), D.pilloselloides (◄), D.thricomanoides (▼),
G.verrucosum (+), L.phlegmarioides (x), M.punctatum (x), N.bisserata
(●), N.falcata (■,●,♦), P.adnascens (▲), P.coronarium (►),
P.lanceolata (◄), P.longifolia (▼), P.nigrescens (+), P.nudum (x),
P.scolopendria (x,▼,■), V.ensiformis (x), V.zoosterifolia (x), dan
Nephrolepis sp. (►)

18

DAFTAR LAMPIRAN
1 Indeks Nilai Penting masing-masing jenis paku epifit di lokasi pengamatan
2 Jenis pohon inang yang ditempati oleh paku epifit
3 Perbandingan nilai indeks Sorrensen pada 10 lokasi pengamatan jenis paku
epifit di kawasan Kampus IPB Darmaga Bogor
4 Analisis Regresi dan Analisis Komponen Utama jenis paku epifit terhadap
faktor-faktor yang diamati

23
24
28
29

PENDAHULUAN
Tumbuhan paku (Pteridophyta) memiliki keanekaragaman jenis yang tinggi
di Indonesia, sekitar 1300 jenis dari 10.000 jenis tumbuhan paku yang tumbuh di
permukaan bumi (LBN 1979). Persebaran tumbuhan paku di Indonesia sangat
luas dan dapat ditemukan di pelbagai habitat meliputi permukaan tanah (terestrial),
bebatuan, daerah rawa, bahkan menempel di permukaan pohon (epifit).
Paku epifit merupakan salah satu kelompok tumbuhan paku yang unik,
hidup menempel di permukaan pohon inang tanpa merusaknya. Paku epifit
memanfaatkan pohon inang sebagai tempat untuk memperoleh kondisi lingkungan
tertentu sementara nutrisi dan air diperoleh dari deposit yang berada di sekitar
permukaan pohon inang. Paku epifit memiliki perawakan yang tidak jauh berbeda
dari tumbuhan paku lainnya, memiliki struktur vegetatif berbentuk rumpun daun
yang disebut ental, daun biasanya tebal karena menyimpan cadangan air, dan akar
yang lunak dan terkadang berklorofil. Struktur generatifnya berupa spora yang
tersimpan dalam kumpulan sporangium (Arini dan Kinho 2012). Beberapa jenis
paku epifit tumbuh dengan membentuk perawakan yang dapat menampung
serasah yang jatuh, seperti Asplenium nidus yang membentuk cekungan sehingga
dapat menampung serasah dan juga menjadi habitat beberapa jenis hewan. Paku
epifit bergantung pada karakter permukaan pohon, meliputi kekasaran, kestabilan,
dan kekerasan kulit pohon (Shalihah 2010).
Paku epifit memiliki peran penting dalam ekosistem hutan namun selama
ini kurang mendapat perhatian. Paku epifit secara ekologis memiliki fungsi
sebagai pencampur serasah bagi pembentukan hara tanah, produsen dalam rantai
makanan, dan habitat bagi beberapa hewan (Sujalu 2007; Suraida et al. 2013).
Selain itu paku epifit juga digunakan sebagai media pembelajaran, obat-obatan,
bahan kerajinan maupun makanan (LBN 1979).
Pengamatan jenis paku epifit dan jenis serta karakter permukaan pohon
inang sangat baik bila dilakukan pada kawasan dengan jenis pohon yang beragam
dan kondisi lingkungan yang mendukung pertumbuhan paku epifit. Penelitian
mengenai keanekaragaman jenis paku epifit di kawasan dengan keanekaragaman
jenis tumbuhan yang tinggi (hutan wisata, hutan cagar alam) sudah banyak
dilakukan, diantaranya di Taman Hutan Rakyat Ronggo Soeryo Cangar, Taman
Hutan Kenali kota Jambi, dan kawasan Arboretum Anggori Papua (Suraida et al.
2013; Romaidi et al. 2012; Shalihah 2010; Ayer 2009). Penelitian di kawasan
dengan keanekaragaman jenis tumbuhan cukup beragam namun terbatas seperti
kawasan kampus masih jarang dilakukan. Kampus Institut Pertanian Bogor (IPB)
Darmaga-Bogor memiliki luas area 297 Ha dengan kondisi geografis yang berada
pada ketinggian 145-203 m dpl dan suhu rata-rata per tahun 25-33 oC serta
kelembaban nisbi rata-rata 80-86% (Kemala 2011). Kampus ini memiliki 180
jenis pohon dari berbagai marga. Pohon yang dominan di kawasan kampus ini
adalah karet (Hevea brasiliensis), sengon (Paraserianthes falcataria), pinus
(Pinus merkusii), jati putih (Gmelina arborea), akasia (Acacia spp.), jati putih
(Leucaena glauca), flamboyan (Delonix regia), durian (Durio zibethinus), dan jati
(Tectona grandis) (Kemala 2011). Kondisi demikian memungkinkan
ditemukannya paku epifit yang beragam serta dapat dipelajari korelasi antara paku

2
epifit dan pohon inangnya. Informasi korelasi keragaman paku dan pohon inang
dapat menjadi data pendukung untuk upaya konservasi paku di kawasan kampus.

Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini ialah untuk mengidentifikasi jenis-jenis paku
epifit yang ada di kawasan kampus IPB Darmaga-Bogor dan menganalisis
keanekaragaman jumlah jenis paku epifit yang ditemukan berdasarkan tekstur
permukaan pohon inang.

BAHAN DAN METODE
Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilakukan dari bulan Oktober 2013 hingga bulan Mei 2014
di 10 lokasi berbeda yang merupakan areal hijau di kawasan kampus IPB
Darmaga Bogor meliputi Graha Widya Wisuda (GWW), Arboretum Lanskap,
taman Rektorat, sekitar Pool Bis, hutan sekitar Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan (FPIK), Arboretum Fakultas Kehutanan (Fahutan), hutan di samping
asrama Sylva Lestari, kebun sawit Cikabayan, hutan disekitar lapangan Softball,
dan area tepi jalan kampus IPB Darmaga (Gambar 1). Identifikasi tumbuhan paku
dilakukan di Laboratorium Taksonomi Tumbuhan, Departemen Biologi IPB.

Gambar 1 Peta lokasi pengamatan jenis tumbuhan paku epifit di kawasan
kampus IPB Darmaga-Bogor, Graha Widya Wisuda (A),
Arboretum Lanskap (B), taman Rektorat (C), sekitar Pool Bis
(D), hutan sekitar Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (E),
Arboretum Fakultas Kehutanan (F), hutan disamping asrama
Sylva Lestari (G), kebun sawit Cikabayan (H), hutan disekitar
lapangan Softball (I), dan area tepi jalan kampus IPB Darmaga
(J)

3
Bahan dan Alat
Bahan tumbuhan yang diteliti ialah semua jenis tumbuhan paku epifit yang
tumbuh di sekitar kawasan kampus IPB Darmaga-Bogor, Jawa Barat. Paku epifit
yang diamati merupakan tumbuhan paku yang menempel pada pohon inang dari
bagian bawah batang hingga bagian tajuk pohon inang. Alat yang digunakan
selama penelitian meliputi handheld 4 in 1 environment meter, kamera, galah,
mikrometer sekrup dan peralatan untuk membuat herbarium. Jenis paku epifit
diketahui dengan menggunakan buku identifikasi LBN (1980); Sastrapradja dan
Afriastini (1985); Wee (2005); Holttum (1966); Andrews (1990); dan Piggott
(1988). Jenis pohon diketahui dengan menggunakan buku identifikasi Backer dan
Van Den Brink (1965).

Eksplorasi Jenis Paku Epifit
Eksplorasi jenis paku epifit dilakukan dengan metode purposive random
sampling yaitu melakukan pengamatan di 10 lokasi pada kawasan kampus IPB
Darmaga. Pada tiap lokasi pengamatan dibuat delapan plot (5x5) m2 kemudian
dilakukan pengamatan terhadap jenis pohon inang, tekstur permukaan pohon
inang, dan jenis paku epifit. Pengamatan jenis paku epifit dilakukan pada
ketinggian pohon 0-1 m, 1-2 m, dan diatas 2 m. Pengamatan terhadap kondisi
lingkungan dilakukan menurut ketinggian batang pohon, meliputi intensitas
cahaya (lux), suhu (oC), dan kelembaban (% Rh).
Tekstur permukaan pohon inang yang diamati ialah ketebalan kulit kayu,
tingkat kekasaran (bentuk alur permukaan kulit kayu), dan tingkat kekerasan
(stabilitas) kulit kayu. Ketebalan kulit kayu diketahui dengan mengambil sayatan
kulit kayu dan dilakukan pengukuran ketebalan menggunakan mikrometer sekrup.
Tingkat kekasaran kulit kayu berkaitan dengan rekahan, celah, maupun benjolan
yang timbul pada permukaan batang. Tingkat kekasaran kulit kayu akan
digolongkan menjadi beberapa golongan dan diberi skor, yaitu sangat halus (--)
diberi skor 1, halus (-) diberi skor 2, agak kasar (+) diberi skor 3, kasar (++) diberi
skor 4, hingga sangat kasar (+++) diberi skor 5. Tingkat kekerasan (stabilitas)
kulit kayu ditandai dengan adanya pengelupasan pada permukaan kulit kayu
(Sucipto 2009). Tingkat kekerasan kulit kayu akan digolongkan menjadi beberapa
golongan dan diberi skor, yaitu sangat lunak (---) diberi skor 1, lunak (--) diberi
skor 2, agak lunak (-) diberi skor 3, agak keras (+) diberi skor 4, keras (++) diberi
skor 5, dan sangat keras (+++) diberi skor 6.
Spesimen paku epifit dan pohon inang yang ditemukan di lokasi
pengamatan dikumpulkan untuk dibuat herbarium. Spesimen paku epifit dan
pohon inang dibersihkan dari tanah atau serasah yang menempel kemudian
disemprot alkohol 70%. Spesimen kemudian dirapikan pada kertas koran dan
disusun pada sasak (penepres). Spesimen kemudian dikeringkan pada oven
bersuhu 60o-70oC selama dua hingga tiga hari. Spesimen yang sudah kering
kemudian ditempel pada kertas karton putih dan diberi label. Identifikasi jenis
paku epifit dan pohon inang yang ditemukan pada lokasi pengamatan dilakukan
dengan menggunakan buku identifikasi.

4
Analisis Data
Analisis data dilakukan dengan mengelompokkan data berdasarkan
keterkaitan antara jenis paku epifit yang ditemukan dengan kondisi iklim mikro
dan tekstur permukaan pohon inangnya. Tingkat keanekaragaman jenis paku epifit
dihitung menggunakan Indeks diversitas Shannon-Wiener (H’) dengan rumus:
H’ = -  Pi ln Pi, dengan Pi=
Keterangan:
H’ = indeks diversitas Shannon- Wiener
Pi = proporsi jenis ke-i
ni = jumlah individu jenis ke-i
N = jumlah individu total seluruh jenis
Keragaman jenis paku epifit tergolong rendah apabila nilai indeks ShannonWiener kurang dari satu (H’3). Jenis tumbuhan paku epifit yang dominan diketahui dengan menghitung
Indeks Nilai Penting (INP) yang merupakan jumlah nilai Kerapatan Relatif (KR)
dan Frekuensi Relatif (FR) :
Indeks Nilai Penting (INP) jenis i =
+

Komposisi jenis paku epifit antar lokasi pengamatan juga dibandingkan
menggunakan Indeks Similaritas Sorensen dan disajikan dalam bentuk
dendrogram menggunakan program PRIMER 5. Kaitan antara faktor lingkungan
terhadap struktur komunitas jenis paku epifit dianalisis menggunakan Analisis
Regresi dan Principal Component Analysis (PCA) program Minitab 16 statistical
software.

HASIL
Kondisi Lingkungan Lokasi Pengamatan
Kondisi lingkungan yang diamati pada lokasi pengamatan meliputi suhu,
kelembaban, dan intensitas cahaya. Suhu lingkungan pada tiap lokasi dan pada
ketiga ketinggian batang pohon tidak terlalu berbeda. Lokasi Sylva Lestari
memiliki kelembaban dan intensitas cahaya yang lebih rendah dibandingkan
lokasi lainnya (70,83-73,23%; 860,78-1271,34 lux). Lokasi pengamatan dengan
kelembaban lebih tinggi yaitu di hutan FPIK (80,74-81,69 %) sementara lokasi

5
dengan intensitas cahaya paling tinggi ialah area tepi jalan kampus (3911,304939,93 lux) (Tabel 1).
Tabel 1 Perbandingan kondisi lingkungan pada 10 lokasi pengamatan jenis paku
epifit di kawasan Kampus IPB Darmaga Bogor
rata-rata kondisi iklim mikro
no

lokasi

A
Suhu
o

1

Rh

B
IC

( C)

(%)

(lux)

30,24

73,88

2056,41

30,76

73,23

29,46

Suhu
o

( C)

Rh

C
IC

Suhu
o

Rh

IC

(%)

(lux)

( C)

(%)

(lux)

30,35

73,25

2075,13

30,41

72,76

2030,90

860,78

30,85

71,84

1124,46

30,89

70,83

1271,34

74,13

1742,86

29,58

73,08

1921,13

29,65

72,99

1714,03

28,64

81,69

1112,45

28,73

81,30

1360,40

28,73

80,74

1451,01

4

Lapangan
Softball
Sylva Lestari
Arboretum
Fahutan
Hutan FPIK

5

GWW

30,19

73,48

2102,48

30,40

72,71

2092,93

30,53

72,58

2367,40

6

Tepi jalan

30,94

76,14

3911,30

31,04

75,65

4939,93

31,09

75,30

3984,95

29,75

77,74

2461,77

29,79

77,31

2401,18

29,59

76,04

1831,60

29,62

75,60

1784,98

30,88

74,08

3927,44

30,93

73,34

3894,19

30,91

70,99

2512,55

30,96

70,14

2167,37

2
3

7
8

Cikabayan
29,70 78,29 1988,69
Arboretum
29,52 76,38 1526,15
Lanskap
9
Pool Bis
30,77 74,81 3460,19
10 Taman
30,86 71,07 3144,97
Rektorat
Keterangan:
A
: ketinggian batang pohon 0-1 m
B
: ketinggian batang pohon 1-2 m
C
: ketinggian batang pohon diatas 2 m
Rh
: kelembaban (%)
IC
: intensitas cahaya (lux)

Jenis Paku Epifit dan Pohon Inang yang ditemukan di Kawasan Kampus
IPB Darmaga
Pengamatan jenis paku epifit dan pohon inangnya dilakukan pada 10
lokasi di area hijau kampus IPB Darmaga. Sebanyak 22 jenis paku epifit
ditemukan di lokasi pengamatan dan termasuk ke dalam 8 famili yaitu
Aspleniaceae (3 jenis), Davaliaceae (2 jenis), Lycopodiaceae (1 jenis),
Nephrolepidaceae (2 jenis), Polypodiaceae (10 jenis), Psilotaceae (1 jenis),
Thelypteridaceae (1 jenis), dan Vittariaceae (2 jenis). Empat jenis paku epifit yang
ditemukan di semua lokasi pengamatan yaitu Asplenium nidus, Vittaria ensiformis,
Davalia denticulata, dan Nephrolepis bisserata. Berdasarkan perhitungan Indeks
Nilai Penting (INP) jenis Davalia denticulata merupakan jenis yang paling
dominan dengan nilai INP 26,59%. Jenis dominan lainnya yaitu Asplenium nidus
(25,99%), Vittaria ensiformis (22,97%), Drymoglossum pilloselloides (20,55%),
dan Nephrolepis falcata (20,55%) (Lampiran 1).
Inang paku epifit yang diamati pada pengamatan ini sebanyak 90 pohon.
Pohon inang yang diamati termasuk kedalam 25 jenis dan 13 famili yaitu
Anacardiaceae (1 jenis), Arecaceae (4 jenis), Bignoniaceae (1 jenis),

6

20
16
12
8
4
0

E.guineensis
H.brasiliensis
P. dulce
D.regia
F.moluccana
M.kauki
D. dao
P.indicus
T.grandis
P3
Arecaceae
S.companulata
C.indicum
C.inophyllum
A.auriculiformis
Arenga pinnata
C.cainito
B.stipularis
p2
S.mahagoni
P.macrocarpa
Cuprescus sp.
C.nucifera
p1
C.pentandra

jumlah jenis paku

Bombacaceae (1 jenis), Burseraceae (1 jenis), Clusiaceae (1 jenis), Cupresaceae (1
jenis), Euphorbiaceae (2 jenis), Fabaceae (5 jenis), Meliaceae (1 jenis),
Sapotaceae (2 jenis), Thymelaceae (1 jenis), Verbenaceae (1 jenis), dan belum
teridentifikasi (3 jenis). Jenis terbanyak yang diamati yaitu Elaeis guineensis
(kelapa sawit), Hevea brasiliensis (karet), dan Pithecellobium dulce (asam
keranji).
Pohon kelapa sawit (Elaeis guineensis) yang diamati sebanyak 30 pohon
dan merupakan jenis pohon yang paling banyak ditempeli oleh paku epifit.
Sebanyak 16 jenis paku epifit ditemukan berada pada pohon kelapa sawit. Selain
itu 10 jenis paku epifit ditemukan pada pohon karet (Hevea brasiliensis) dan 9
jenis paku epifit ditemukan pada asam keranji (Pithecellobium dulce) dan
flamboyan (Delonix regia) (Gambar 2).

Gambar 2 Jumlah jenis paku epifit yang menempati masing-masing jenis
pohon inang
Jenis tumbuhan paku Asplenium nidus dan Drymoglossum pilloselloides
merupakan jenis dominan yang ditemukan pada 19 jenis pohon inang. Selain itu
sebanyak 17 jenis pohon inang ditempati oleh Belvisia callifolia. Sebagian jenis
tumbuhan paku hanya ditemukan pada satu jenis pohon inang saja (Gambar 3).
Jenis paku A.terminans, G.verrucosum, P.nigrescens, dan Nephrolepis sp.
ditemukan pada pohon kelapa sawit; jenis Lycopodium phlegmarioides dan
P.adnascens ditemukan pada pohon karet (Hevea brasiliensis); V.zoosterifolia
ditemukan pada pohon aren (Arenga pinnata); P.coronarium dan P.nudum
ditemukan pada pohon Canarium indicum (Lampiran 2).

P.nudum

V.zoosterifolia

P.nigrescens

L.phlegmarioides

G.verrucosum

A.terminans

P.coronarium

Nephrolepis sp.

P.adnascens

P.scolopendria

A.simplicifrons

D.thricomanoi…

N.bisserata

N.falcata

M.punctatum

V.ensiformis

P.longifolia

D.denticulata

P.lanceolata

D.pilloselloides

A.nidus

jumlah jenis pohon

20
16
12
8
4
0

B.callifolia

7

Gambar 3 Jumlah jenis pohon inang yang ditempati oleh masing-masing jenis
paku epifit
Kunci Identifikasi Jenis Tumbuhan Paku Epifit di Kampus IPB
Darmaga
Jenis paku epifit di kawasan kampus IPB Darmaga dapat diketahui
berdasarkan kunci identifikasi berikut:
1

a
b

Daun berukuran kecil....................................................................................2
Daun berukuran besar...................................................................................3

2

a

Daun berbentuk sisik, batang segiempat, sporangium tersusun atas tiga
ruangan membentuk sinangium berada pada ketiak sporofil...........Psilotum
nudum
Daun berbentuk bulat telur, sporangium pada ujung percabangan dikotom
membentuk strobilus, sporofil berukuran lebih kecil daripada daun
steril.................................................................. Lycopodium phlegmarioides

b

3

a
b

Frond tunggal, tepi frond rata........................................................................4
Frond majemuk, tepi frond beringgit atau bergerigi...................................16

4

a
b

Habitus berbentuk rumpun, batang pendek...................................................5
Habitus menjalar, batang berbentuk rhizome..............................................11

5

a
b

Bentuk frond fertil dan steril sama (isomorfis).............................................6
Bentuk frond fertil dan steril berbeda (dimorfis)........................................10

6

a

Frond memanjang berukuran besar, panjang lebih besar dari 50 cm, spora
pada bagian abaksial, dilindungi atau tidak dilindungi indusium................7
Frond lanset atau pita, panjang frond mencapai 50 cm, spora pada bagian
tepi antara abaksial dan adaksial, dilindungi indusium palsu berbentuk
garis...............................................................................................................9

b

7

a

Spora tersebar pada bagian abaksial frond, tidak dilindungi
indusium.................................................................. Microsorium punctatum

8

8

b

Spora pada bagian tengah hingga ujung frond, dilindungi indusium
berbentuk linear............................................................................................8

a

Lebar frond mencapai 1-2 cm, pangkal frond runcing....Asplenium
simplicifrons
Lebar frond mencapai 12 cm, pangkal frond rata.....................Asplenium
nidus

b

a
b

Lebar frond maksimal 1 cm, frond berbentuk garis..........Vittaria ensiformis
Lebar frond lebih dari 1 cm, frond berbentuk lanset.....Vittaria zoosterifolia

10 a

Frond fertil berbentuk lanset, sori pada ujung frond berbentuk silinder,
tertutupi indusium palsu berupa gulungan lamina..............Belvisia callifolia
Frond fertil memanjang, sori tidak dilindungi indusium.............Platycerium
coronarium

9

b

11 a
b

Frond rata....................................................................................................12
Frond berlobus............................................................................................15

12 a

Sorus bergerombol pada sekeliling tepi abaksial....................Drymoglossum
pilloselloides
B Sorus berbentuk bulat pada pertengahan hingga ujung abaksial................13

13 a
b

14 a
b

15 a
b

16 a
b

Ukuran frond steril dan fertil sama, sorus terdapat pada ujung abaksial,
panjang frond lebih dari 30 cm.........................................Pyrrosia longifolia
Ukuran frond steril dan fertil berbeda, sorus terdapat pada tengah hingga
ujung abaksial, panjang frond fertil maksimal 30 cm.................................14
Panjang frond fertil mencapai 8 cm, steril 2,5 cm, ujung frond
meruncing....................................................................... Pyrrosia lanceolata
Panjang frond fertil mencapai 30 cm, steril 9-14 cm, ujung frond
runcing.............................................................................Pyrrosia adnascens
Ujung frond runcing, pangkal meruncing, sorus pada tersusun satu baris
dekat tulang daun primer.........................................Pymatosorus nigrescens
Ujung frond meruncing, pangkal asimetris, sorus tersebar pada bagian
abaksial daun......................................................Phymatosorus scolopendria
Frond majemuk pinnate, bentuk pinnula memanjang, permukaan frond
gundul hingga berbulu halus.......................................................................17
Frond majemuk trpinnate hingga tetrapinnate, bentuk frond segitiga,
permukaan frond licin.................................................................................21

17 a
b

Frond majemuk pinnate ganjil...................................................................18
Frond majemuk pinnate genap...................................................................19

18 a

Ujung anak daun membulat, sori bulat dekat tulang daun, sori tidak
dilindungi indusium...........................................Goniophlebium verrucosum

9
b

Ujung anak daun runcing, sori pada bagian tepi daun, dilindungi indusium
sejati.........................................................................Amphineuron terminans

19 a

Panjang frond mencapai 1-2 m, pangkal anak daun dapat mencapai 16 cm,
ujung anak daun runcing hingga meruncing, tepi daun rata hingga
beringgit......................................................................................................20
Panjang frond mencapai 40 cm, pangkal anak daun dapat mencapai 2,5-5
cm, ujung anak daun membulat, tepi daun hingga ujung daun
bergerigi.................................................................................Nephrolepis sp.

b

20 a
b

21 a
b

Ujung anak daun meruncing, sori pada bagian marginal anak daun,
dilindungi indusium sejati berbentuk bulat.....................Nephrolepis falcata
Ujung anak daun runcing, sori pada bagian sub marginal anak daun, sori
dilindungi indusium sejati berbentuk ginjal................Nephrolepis bisserata
Panjang pinnula basal sekitar 20 cm, jarak antara stipe pinnula kanan dan
kiri > 1 cm, lebar indusium 0,02 cm...............................Davalia denticulata
Panjang pinnula basal sekitar 22,5 cm, jarak antara stipe pinnula kanan dan
kiri < 1 cm, lebar indusium 0,04 cm........................Davalia thricomanoides

Deskripsi Jenis Paku yang ditemukan di Kawasan Kampus IPB
Darmaga
Deskripsi jenis tumbuhan paku yang ditemukan di kawasan kampus IPB
Darmaga-Bogor sebagai berikut:
1. Amphineuron terminans (J.Sm.) Hollt (Holltum 1966) (Gambar 4)
Daun majemuk pinnate; anak daun lanset, tepi bergerigi, pangkal dan
ujung daun runcing, pertulangan menyirip; daun fertil dan steril sama; sorus
pada tepi daun bergerigi berbentuk bulat, dilindungi indusium sejati
berbentuk bulat.
2. Asplenium nidus L. H:p.419 (Piggott 1988) (Gambar 5)
Daun tunggal, memanjang, lebar mencapai 12 cm; tepi rata; pangkal
rata, ujung runcing, permukaan abaksial dan adaksial gundul, pertulangan
daun menyirip; bentuk daun fertil dan steril sama; sorus terletak pada
pertulangan daun sekunder, dilindungi indusium sejati berbentuk linear; spora
berbentuk monolet dilindungi perispor.
3. Asplenium simplicifrons (Holltum 1966) (Gambar 6)
Daun tunggal, lanset, lebar 1-2 cm; tepi rata; pangkal dan ujung
runcing; permukaan abaksial dan adaksial daun gundul, pertulangan daun
menyirip; daun fertil dan steril sama.
4. Belvisia callifolia (Chr.) Copel (Piggott 1988) (Gambar 7)
Daun tunggal, bentuk lanset; tepi rata, pangkal dan ujung meruncing;
permukaan abaksial dan adaksial gundul, pertulangan daun tidak jelas; bentuk

10
daun fertil dan steril berbeda; sorus terkumpul pada bagian ujung daun fertil
yang memanjang, dilindungi indusium palsu berupa lipatan daun; spora
berbentuk monolet, tidak dilindungi perispor.
5. Davallia denticulata (Burm.) Mett. H:p.359 (Piggott 1988) (Gambar 8)
Daun majemuk tripinnate, bangun daun segitiga, tepi beringgit, pangkal
asimetris, ujung runcing, permukaan abaksial dan adaksial licin; daun fertil
dan steril sama; pertulangan menyirip; panjang pinnula basal 20 cm; jarak
antara stipe pinnula kanan dan kiri lebih dari 1 cm; sorus terletak pada tepi
daun beringgit, terkumpul pada indusium sejati berbentuk kantong; lebar
indusium 0,02 cm; bentuk spora monolet tidak dilindungi perispor.
6. Davallia thricomanoides Blume var. Thricomanoides (Piggott 1988)
(Gambar 9)
Daun majemuk tripinnate, bangun segitiga, tepi beringgit, pangkal
asimetris, ujung runcing, permukaan abaksial dan adaksial licin; pertulangan
menyirip; bentuk daun fertil dan steril sama; panjang pinnula basal sekitar
22,5 cm; jarak antara stipe pinnula kanan dan kiri kurang dari 1 cm; sorus
terletak pada tepi daun beringgit, terkumpul pada indusium sejati berbentuk
kantong, lebar indusium 0,04 cm; spora monolet tidak dilindungi perispor.
7. Drymoglossum pilloselloides (L.) Presl. (Piggott 1988) (Gambar 10)
Batang berbentuk rimpang; daun tunggal; daun steril bulat hingga bulat
telur; daun fertil memanjang, tepi rata; pangkal meruncing, ujung tumpul,
permukaan abaksial dan adaksial licin hingga suram, pertulangan tidak jelas;
sorus menggerombol pada sekeliling tepi daun, tidak dilindungi indusium;
bentuk spora monolet, dilindungi perispor.
8. Goniophlebium verrucosum Wall. (Piggott 1988) (Gambar 11)
Daun majemuk pinnate ganjil; anak daun memanjang, tepi bergerigi,
pangkal runcing, ujung membulat, permukaan abaksial dan adaksial berbulu
halus, pertulangan menyirip; daun fertil dan steril sama; sorus berada dekat
tulang daun, bulat, timbul ke bagian adaksial daun; sorus tidak dilindungi
indusium; spora berbentuk monolet tidak dilapisi perispor.
9. Lycopodium phlegmarioides (Holltum 1966) (Gambar 12)
Daun tunggal, mikrofil; bentuk bulat, tepi rata, pangkal membulat,
ujung runcing, permukaan abaksial dan adaksial daun gundul, pertulangan
daun tidak jelas, daun fertil berukuran lebih kecil dari daun steril; sorus
terletak pada ujung percabangan; spora terkumpul pada sporokarp, bentuk
trilete, tidak dilindungi perispor.
10. Microsorium punctatum (L.) Copel. H: p.179 (Piggott 1988) (Gambar 13)
Daun tunggal, memanjang, ukuran tepi rata hingga berlobus, pangkal
meruncing, ujung runcing asimetris, permukaan abaksial dan adaksial daun
licin, pertulangan daun retikulat atau menjala; bentuk daun fertil dan steril
sama; sorus tersebar pada seluruh permukaan abaksial, bulat tidak dilindungi
indusium; spora berbentuk monolet dilindungi perispor.

11

Gambar 4 Perawakan Amphineuron Gambar 5 Perawakan
Asplenium
terminans (a), sori (b),
nidus (a), sori (b), indusium
spora (c)
sejati (c), spora (d)

Gambar 6 Perawakan
Asplenium Gambar 7 Perawakan
Belvisia
simplicifrons (a), daun (b),
callifolia (a), pangkal sori
spora (c)
(b), sorus (c), spora (d)

Gambar 8

Perawakan
Davallia Gambar 9 Perawakan
Davallia
denticulata (a), sori (b),
thricomanoides (a), sori
indusium sejati (c), spora (d)
(b), spora (c)

12

Gambar 10

perawakan
Drymoglossum
pilloselloides (a) (b), sorus
(c), spora (d)

Gambar 11

Perawakan Goniophlebium
verrucosum (a), sori (b),
sorus (c), spora (d)

Gambar 12

Perawakan
Lycopodium
phlegmarioides
(a),
kumpulan sporokarp (b),
sporokarp (c), spora (d)

Gambar 13 Perawakan Microsorium
punctatum (a), sori (b),
sorus (c), spora (d)

11. Nephrolepis bisserata (Sw.) Schott (Piggott 1988) (Gambar 14)
Daun majemuk pinnate genap; anak daun memanjang, tepi beringgit,
pangkal rata asimetris, ujung runcing, permukaan abaksial dan adaksial daun
gundul, pertulangan menyirip, bentuk fertil dan steril sama; sorus pada bagian
sub marginal daun, bulat dilindungi indusium sejati berbentuk ginjal; spora
berbentuk monolet, tidak dilindungi perispor.
12. Nephrolepis falcata (Cav.) C.Chr (Piggott 1988) (Gambar 15)
Daun majemuk pinnate genap; anak daun memanjang, tepi beringgit,
pangkal rata asimetris, ujung meruncing, permukaan abaksial dan adaksial
daun gundul, pertulangan daun menyirip; daun fertil lebih sempit daripada
daun steril; sorus pada bagian marginal daun, dilindungi indusium sejati,
bentuk lingkaran; spora berbentuk monolet, tidak dilapisi perispor.

13
13. Nephrolepis sp. (Gambar 16)
Daun majemuk pinnate; bentuk anak daun memanjang, tepi bergerigi,
pangkal runcing, ujung membulat, permukaan abaksial dan adaksial berbulu
halus, pertulangan daun menyirip. Jenis ini memerlukan identifikasi lebih
lanjut karena struktur reproduksi belum ditemukan di lokasi pengamatan.
14. Phymatosorus nigrescens (Holltum 1966) (Gambar 17)
Daun tunggal berbagi menyirip, tepi rata, pangkal meruncing, ujung
runcing, permukaan abaksial dan adaksial gundul, pertulangan menyirip;
daun fertil lebih lebar daripada daun steril; sorus dekat pertulangan daun
primer, tersusun satu baris, timbul hingga ke abaksial daun; sorus bulat
hingga elips, tidak dilindungi indusium.
15. Phymatosorus scolopendria (Burm.) Pic. Scr. (Holltum 1966) (Gambar 18)
Daun tunggal, berbagi menyirip, tepi rata, pangkal asimetris, ujung
meruncing, permukaan abaksial dan adaksial daun licin, pertulangan daun
menyirip; tulang daun timbul hingga adaksial daun; sorus tersebar pada
bagian abaksial, lingkaran hingga elips, tidak dilindungi indusium; spora
monolet.
16. Platycerium coronarium (Koen.) Desv. (Andrews 1990) (Gambar 19)
Daun tunggal, dimorfis; daun steril berlobus, cokelat menempel pada
permukaan batang pohon, daun fertil memanjang dikotom berwarna hijau;
ujung runcing; permukaan abaksial bergaris; permukaan adaksial gundul;
pertulangan sejajar; sorus tersebar pada bagian abaksial daun, tidak dilindungi
indusium.
17. Psilotum nudum (L.) P.Beauv (Holltum 1966) (Gambar 20)
Daun mikrofil segiempat, tereduksi, menyerupai sisik; percabangan
stipe dikotom; sporangium membentuk sinangium pada bagian ketiak sporofil.

Gambar 14

Perawakan
Nephrolepis
bisserata (a), daun fertil (b),
sori (c), spora (d)

Gambar 15 Perawakan Nephrolepis
falcata (a), daun fertil (b),
sori (c), spora (d)

14

Perawakan
Nephrolepis Gambar 17
sp. (a), bentuk daun (b),
permukaan batang (c)

Perawakan Phymatosorus
nigrescens (a), sorus (b),
spora (c)

Gambar 18 Perawakan Phymatosorus Gambar 19
scolopendria (a), sorus (b)

Perawakan
Platycerium
coronarium (a), daun fertil
(b), spora (c)

Gambar 16

18. Pyrrosia adnascens Desv. (Andrews 1990) (Gambar 21)
Batang berbentuk rimpang menjalar; daun tunggal, dimorfis; daun fertil
berukuran lebih panjang mencapai 30 cm; daun steril memanjang berukuran
9-14 cm, pangkal runcing; ujung steril runcing, fertil meruncing, permukaan
abaksial dan adaksial berbulu halus, pertulangan tidak jelas; sorus pada
bagian tengah hingga ujung permukaan abaksial, lingkaran, tidak dilindungi
indusium; spora monolet dilindungi perispor.
19. Pyrrosia lanceolata (L.) Farwell. (Piggott 1988) (Gambar 22)
Batang berbentuk rimpang menjalar; daun tunggal, dimorfis; daun fertil
memanjang hingga 8 cm; daun steril elips sekitar 2,5 cm, pangkal meruncing,
ujung tumpul hingga runcing, permukaan abaksial dan adaksial licin hingga
suram, pertulangan tidak jelas; sorus pada sekeliling tepi daun abaksial, bulat,
tidak dilindungi indusium; spora monolet dilapisi perispor.

15
20. Pyrrosia longifolia (Burm.) Morton (Piggott 1988) (Gambar 23)
Batang berbentuk rimpang menjalar; daun tunggal, lanset; tepi rata,
pangkal meruncing, ujung runcing, permukaan abaksial dan adaksial suram,
pertulangan daun tidak jelas; bentuk daun fertil dan steril sama panjang lebih
dari 30 cm; sorus pada bagian ujung abaksial daun, lingkaran, tidak
dilindungi indusium; spora monolet tidak dilapisi perispor.
21. Vittaria ensiformis Sw. H: p.613 (Piggott 1988) (Gambar 24)
Daun tunggal, garis, lebar maksimal 1 cm, tepi rata, pangkal runcing;
ujung runcing; permukaan abaksial dan adaksial licin, pertulangan tidak jelas,
bentuk daun fertil dan steril sama; sorus pada tepi abaksial dan adaksial daun
yang terbelah; sorus berbentuk linear dilindungi indusium palsu; spora
monolet tidak dilapisi perispor.
22. Vittaria zoosterifolia Willd. (Gambar 25)
Daun tunggal, lanset hingga memanjang, lebar daun lebih dari 1 cm,
tepi rata; pangkal meruncing, ujung runcing, permukaan abaksial dan adaksial
licin, pertulangan tidak jelas; bentuk daun fertil dan steril sama, sorus pada
tepi abaksial dan adaksial daun yang terbelah; sorus tersusun linear,
dilindungi indusium palsu; spora monolet, tidak dilapisi perispor.

Gambar 20

Perawakan
Psilotum Gambar 21
nudum (a), percabangan
dikotom (b), daun sisik
(c)

Perawakan
Pyrrosia
adnascens daun fertil (a),
daun steril (b), sori (c),
spora (d)

16

Gambar 22

Perawakan
Pyrrosia Gambar 23
lanceolata (a), daun fertil
(b), sori (c), spora (d)

Perawakan
Pyrrosia
longifolia (a), daun fertil
(b), sori (c), spora (d)

Gambar 24

Perawakan
Vittaria Gambar 25
ensiformis (a)(b), sori (c),
spora (d)

Perawakan
Vittaria
zoosterifolia (a)(b), sori
(c), spora (d)

Faktor yang Mempengaruhi Keanekaragaman Jenis Paku Epifit
Hasil penghitungan nilai Indeks Shannon-Wiener menunjukkan
keanekaragaman jenis paku epifit di kawasan kampus IPB Darmaga Bogor
tergolong keanekaragaman sedang (H’= 2,70) (Tabel 2). Lokasi Sylva Lestari
merupakan lokasi dengan keanekaragaman jenis yang lebih rendah dengan nilai
Indeks Shannon-Wiener (H’) yaitu 1,95. Lokasi dengan nilai Indeks ShannonWiener lebih tinggi yaitu lokasi Tepi Jalan Kampus dan kawasan Taman Rektorat
(H’= 2,65).

17
Tabel 2 Indeks diversitas Shannon-Wiener jenis paku epifit di kawasan kampus IPB
Darmaga
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

Lokasi
GWW (A)
Lapangan Softball (I)
Sylva Lestari (G)
Arboretum Fahutan (F)
Arboretum Lanskap (B)
Hutan FPIK (E)
Kebun Cikabayan (H)
Hutan Pool bis (D)
Taman Rektorat (C)
Tepi Jalan Kampus (J)
Keseluruhan lokasi

H’
2,22
2,08
1,95
2,17
2,28
2,19
2,26
2,29
2,65
2,65
2,70

Analisis menggunakan cluster variables menunjukkan adanya kesamaan
jenis paku epifit antar lokasi pengamatan. Kesamaan jenis tumbuhan paku yang
tinggi mencapai 80% yaitu lokasi hutan sekitar Pool Bis dan Arboretum Lanskap.
Kesamaan jenis paku epifit antar lokasi juga terdapat pada antara lokasi
Arboretum Fahutan dan GWW (78,68%), area Tepi Jalan Kampus dan Taman
Rektorat (72,65%), serta hutan FPIK dan hutan sekitar Lapangan Softball
(74,45%). Lokasi dengan kesamaan jenis tumbuhan paku yang rendah yaitu hutan
sekitar Sylva Lestari dan Cikabayan dengan nilai similaritas sekitar 50%
(Lampiran 3).

Gambar 26 Dendrogram kesamaan jenis paku antar lokasi pengamatan,
Arboretum Fahutan (F), Graha Widya Wisuda (A), Hutan sekitar
Pool Bis (D), Arboretum Lanskap (B), Tepi Jalan Kampus (J),
hutan Taman Rektorat (C), hutan sekitar FPIK (E), hutan lapangan
Softball (I), Sylva Lestari (G), Cikabayan (H)
Faktor-faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap keanekaragaman
jenis paku epifit dianalisis menggunakan Analisis Regresi dan Analisis
Komponen Utama (PCA). Berdasarkan analisis regresi diperoleh faktor
permukaan kulit pohon dan posisi paku pada batang pohon mempengaruhi
kanekaragaman jenis paku dengan p-value dibawah 0,05 (Lampiran 2).

18

Score Plot of posisi paku; ...; alur
4

Second Component

3
2
1
0
-1
-2
-3

A

-3

-2

-1

0
1
First Component

2

3

4

Biplot of posisi paku; ...; alur
4

Second Component

3
2
Suhu

1

Lux
posisi pak u

0

alur
k etebalan
k ek erasan

permuk aan
Rh

-1
-2
-3

B

-3

-2

-1

0
1
First Component

2

3

4

Gambar 27 Plot analisis komponen utama faktor lingkungan: (A) sebaran jenis
paku epifit, dan (B) korelasi antara faktor lingkungan terhadap
sebaran jenis paku epifit, A.nidus (●), A.simplicifrons (■),
A.terminans (♦), B.callifolia (▲), D.denticulata (V,+, ♦),
D.pilloselloides (◄), D.thricomanoides (▼), G.verrucosum (+),
L.phlegmarioides (x), M.punctatum (x), N.bisserata (●), N.falcata
(■,●,♦), P.adnascens (▲), P.coronarium (►), P.lanceolata (◄),
P.longifolia (▼), P.nigrescens (+), P.nudum (x), P.scolopendria
(x,▼,■), V.ensiformis (x), V.zoosterifolia (x), dan Nephrolepis sp.
(►)

19

PEMBAHASAN
Jenis paku epifit di kawasan kampus IPB Darmaga ditemukan sebanyak 22
jenis paku. Jenis paku epifit ditemukan banyak hidup pada pohon kelapa sawit
(Elaeis guineensis). Banyaknya jenis paku ditemukan pada pohon ini lebih
dipengaruhi oleh karakteristik pohon kelapa sawit yang memiliki celah-celah
pelepah yang memungkinkan bagi spora tumbuhan paku untuk menetap. Selain
pohon kelapa sawit jenis pohon asam keranji juga banyak ditempati oleh paku
epifit. Asam keranji memiliki karakteristik kulit pohon yang tebal, keras, dan
stabil. Karakter ini juga memungkinkan banyak jenis paku epifit mampu hidup
dan bertahan pada pohon asam keranji.
Hasil penghitungan INP (Indeks Nilai Penting) menunjukkan jenis paku
epifit yang dominan di kawasan kampus IPB Darmaga ialah Asplenium nidus
(25,99%), Vittaria ensiformis (22,97%), Davalia denticulata (26,59%),
Drymoglossum pilloselloides (20,55%), dan Nephrolepis falcata (20,55%).
Kelima jenis paku epifit ini ditemukan hampir di seluruh lokasi pengamatan.
Hasil ini didukung dengan hasil Analisis Komponen Utama, empat komponen
utama (PC1-PC4) dipakai untuk menganalisis keragaman data karena nilai varians
(eigenvalue) PC4 sebesar 0,9272 dan dapat mewakili 76,5% data (Lampiran 4).
Hasil PCA menunjukkan persebaran keanekaragaman jenis paku terhadap faktorfaktor yang diamati. Sebagian besar jenis paku epifit dipengaruhi oleh faktorfaktor lingkungan yang diamati. Namun beberapa jenis paku epifit tidak
dipengaruhi oleh faktor lingkungan tersebut, diantaranya V.ensiformis, A.nidus,
D.pilloselloides, D.denticulata, dan N.falcata (Gambar 3). Jenis paku epifit
tersebut umumnya ditemukan pada seluruh lokasi dan tersebar pada seluruh
permukaan batang pohon inang. Asplenium nidus dapat ditemukan hingga di
seluruh batang pohon. Jenis ini merupakan paku epifit yang umum ditemukan di
dataran rendah hingga daerah pegunungan (Piggott 1988) sehingga dapat
ditemukan pada kawasan kampus IPB Darmaga yang tergolong dataran rendah.
Vittaria ensiformis merupakan jenis paku epifit yang terdapat di daerah dataran
rendah ternaungi, sehingga kebanyakan jenis ini ditemui pada bagian bawah
batang pohon hingga ketinggian 2 meter. Jenis Davalia denticulata merupakan
paku yang hidup pada dataran rendah dan dapat hidup pada daerah terlindung
maupun tempat-tempat yang terbuka (LBN 1980). Kondisi habitat demikian
memungkinkan ditemukannya jenis Davalia denticulata pada seluruh lokasi
pengamatan. Jenis ini ditemukan cukup merata tersebar di seluruh batang pohon
inang. Jenis paku Drymoglossum pilloselloides juga memiliki penyebaran yang
luas baik di dataran rendah dan dataran tinggi hingga ketinggan 1000 mdpl (LBN
1979). Kondisi geografis IPB Darmaga yang berada pada ketinggian 145-400
mdpl merupakan daerah yang sesuai bagi kehidupan paku Drymoglossum
pilloselloides. Jenis paku ini memiliki rimpang menjalar dan panjang sehingga
mendukung penyebaran yang cukup luas hingga ke seluruh permukaan batang
pohon inang. Nephrolepis falcata merupakan jenis paku epifit yang dapat
ditemukan dari daerah dataran rendah hingga ketinggian sedang. Persebarannya
melalui batang/rimpang yang kokoh sehingga pada lokasi tertentu dapat
ditemukan melimpah (Piggott 1988).

20
Nilai indeks diversitas Shannon-Wiener di kawasan kampus IPB Darmaga
tergolong sedang (H’=2,70) (Tabel 2). Jenis paku epifit yang ditemukan
kebanyakan merupakan jenis paku epifit yang menyukai intensitas cahaya tinggi.
Jumlah jenis paku epifit yang cukup banyak ditemukan menunjukkan bahwa
kawasan kampus IPB Darmaga memiliki vegetasi yang cukup terbuka sehingga
intensitas cahaya yang diterima cukup tinggi. Pada lokasi hutan Sylva Lestari
keanekaragaman jenis paku lebih rendah daripada lokasi lainnya (H’=1,95).
Keanekaragaman jenis paku epifit yang lebih rendah ini lebih disebabkan karena
kondisi lingkungan yang cenderung lebih lembab dan intensitas cahaya yang lebih
rendah daripada lokasi pengamatan lainnya.
Berdasarkan dendrogram kesamaan jenis paku epifit antar lokasi
pengamatan diperoleh lokasi Arboretum Lanskap dan hutan sekitar Pool Bis
memiliki kesamaan komposisi jenis paku epifit yang tinggi mencapai 80,65%.
Kedua lokasi ini memiliki komposisi jenis paku epifit yang hampir sama
meskipun pada lokasi Arboretum Lanskap frekuensi ditemukan tiap jenis paku
epifit lebih tinggi. Similaritas yang tinggi juga ditunjukkan antara lokasi
Arboretum Fahutan dan GWW sebesar 78,68%, Tepi Jalan Kampus dan Taman
Rektorat sebesar 72,64%, dan Hutan FPIK dan hutan sekitar Lapangan Softball
sebesar 74,45%. Kondisi suhu dan kelembaban yang hampir sama diduga
merupakan faktor yang mendukung kesamaan jenis paku epifit yang tinggi antar
kedua lokasi Dari keseluruhan lokasi pengamatan jenis paku epifit di lokasi
Cikabayan dan hutan sekitar Sylva Lestari merupakan lokasi dengan jenis paku
epifit yang lebih berbeda. Lokasi Cikabayan memiliki beberapa jenis paku epifit
yang tidak ditemukan di lokasi lain seperti A.terminans, dan Nephrolepis sp.
Perbedaan komposisi jenis paku epifit ini juga mungkin didukung oleh jenis
pohon inang yang diamati homogen yaitu pohon kelapa sawit. Perbedaan jenis
paku epifit pada lokasi Sylva Lestari diduga disebabkan oleh kondisi kelembaban
dan intensitas cahaya yang paling rendah dibandingkan semua lokasi (Tabel 1).
Analisis Regresi dan Analisis Komponen Utama menunjukkan faktor