Aktivitas Antioksidan, Antibakteri, dan Degradasi Biofilm Streptococcus mutans Ekstrak Biji Lada Hitam (Piper nigrum).

AKTIVITAS ANTIOKSIDAN, ANTIBAKTERI, DAN
DEGRADASI BIOFILM Streptococcus mutans EKSTRAK BIJI
LADA HITAM (Piper nigrum)

MEIDISYAH LADY YOLANDA

DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Aktivitas Antioksidan,
Antibakteri, dan Degradasi Biofilm Streptococcus mutans Ekstrak Biji Lada
Hitam (Piper nigrum) adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi
mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Februari 2015
Meidisyah Lady Yolanda
NIM G44124009

ABSTRAK
MEIDISYAH LADY YOLANDA. Aktivitas Antioksidan, Antibakteri, dan
Degradasi Biofilm Streptococcus mutans Ekstrak Biji Lada Hitam (Piper nigrum).
Dibimbing oleh MOHAMAD RAFI dan IRMANIDA BATUBARA.
Lada hitam diketahui memiliki banyak aktivitas hayati bermanfaat.
Kandungan senyawa fenolik, alkaloid, dan minyak atsiri lada hitam berpotensi
sebagai antioksidan, antibakteri, dan diduga mampu mendegradasi biofilm
Streptococcus mutans. Tujuan penelitian ini adalah menentukan aktivitas
antioksidan, antibakteri, degradasi biofilm Streptococcus mutans ekstrak pada
pelarut yang berbeda, dan minyak atsiri biji lada hitam. Semua ekstrak dan minyak
atsiri aktif sebagai antioksidan, dengan aktivitas terbaik pada minyak atsiri sebesar
139.05 mmol α-tokoferol ekuivalen/g sampel dan lebih baik dibanding butylated
hydroxytoluene (BHT) 30.62 mmol α-tokoferol ekuivalen/g sampel. Identifikasi
kualitatif senyawa aktif antioksidan dari ekstrak lada hitam dilakukan dengan

kromatografi lapis tipis-bioautografi menggunakan pereaksi fosfomolibdat. Ekstrak
etil asetat, kloroform, dan etanol memberikan 4-5 pita aktif sebagai antioksidan.
Ekstrak dan minyak atsiri lada hitam memiliki aktivitas antibakteri Streptococcus
mutans yang rendah. Sebagai degradator biofilm minyak atsiri memiliki persen
degradasi tertinggi, yaitu 41% pada konsentrasi bahan uji 2000 g/mL.
Kata kunci: alkaloid, fenolik, lada hitam, Streptococcus mutans

ABSTRACT
MEIDISYAH LADY YOLANDA. Antioxidant, Antibacterial Activities, and
Degradation Streptococcus mutans Biofilms of Seed Extract of Black Pepper (Piper
nigrum). Supervised by MOHAMAD RAFI and IRMANIDA BATUBARA.
Black pepper is known to have many beneficial biological activities. The
phenolic compounds, alkaloids, and essential oil from black pepper are potential as
an antioxidant, antibacterial, and expected to be capable to degrade Streptococcus
mutans biofilms. The purpose of this study was to determine antioxidant activity,
antibacterial, Streptococcus mutans biofilm degradation from different solvents and
essential oils of black pepper seeds. All extracts and essential oils were active as
antioxidants, being the essential oils having the highest activity of 139.05 mmol αtocopherol equivalents/g sample; the essential oils was also more active than that of
BHT, i.e. 30.62 mmol α-tocopherol equivalents/g sample. Qualitative identification
of the active antioxidant compounds was performed by thin layer chromatographybioautography using fosfomolibdenum reagent. Ethyl acetate extract, chloroform,

and ethanol gave 4-5 active bands as the antioxidant. The extracts and essential oils
of black pepper has low antibacterial activity toward Streptococcus mutans. As
biofilms degradator, the essential oils showed the highest degradading capability of
41% at the concentration of 2000 g/mL test material.
Keywords: alkaloids, black pepper, phenolic, Streptococcus mutans

AKTIVITAS ANTIOKSIDAN, ANTIBAKTERI, DAN
DEGRADASI BIOFILM Streptococcus mutans EKSTRAK BIJI
LADA HITAM (Piper nigrum)

MEIDISYAH LADY YOLANDA

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Sains
pada
Departemen Kimia

DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PRAKATA

Puji dan syukur Penulis panjatkan atas segala karunia kesehatan dan
kemudahan yang dilimpahkan oleh Allah SWT selama proses penyusunan karya
ilmiah dengan judul “Aktivitas Antioksidan, Antibakteri, Dan Degradasi Biofilm
Streptococcus mutans Ekstrak Biji Lada Hitam (Piper nigrum)“. Karya ilmiah ini
disusun berdasarkan penelitian yang dilaksanakan pada bulan Februari 2014 hingga
November 2014 di Laboratorium Kimia Analitik, Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor (IPB), dan Pusat Studi Biofarmaka
IPB, Bogor.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Dr Mohamad Rafi MSi dan Dr
Irmanida Batubara MSi selaku pembimbing, serta Ibu Nunuk yang telah
memberikan arahan, bimbingan, motivasi, dan doa selama penelitian. Ungkapan
terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, serta seluruh keluarga, atas
segala doa dan kasih sayangnya. Semoga Allah SWT memberikan balasan atas
segala amal yang diperbuat dan senantiasa menyertai hamba-Nya dengan kasih

dan sayang-Nya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Februari 2015
Meidisyah Lady Yolanda

DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR

viii

DAFTAR LAMPIRAN

viii

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tujuan Penelitian
Ruang Lingkup Penelitian
METODE

Alat dan Bahan
Prosedur Percobaan
Penentuan Kadar Air (AOAC 2006)
Preparasi Larutan Saliva Buatan (Tanuwiria et al. 2010)
Preparasi Ekstrak Kasar Biji Lada Hitam (Zarai et al. 2013)
Isolasi Minyak Atsiri (Sasidharan dan Menon 2010)
Uji Aktivitas Antioksidan Metode Fosfomolibdat (Zarai et al. 2013)
KLT-Bioautografi Antioksidan (Modifikasi Prieto et al. 1999)
Uji Aktivitas Antibakteri (Batubara et al. 2009)
Uji Kemampuan Degradasi Biofilm (O’Toole dan Kolter 1998)
HASIL DAN PEMBAHASAN
Isolasi Minyak Atsiri dan Ekstraksi Senyawa Bioaktif
Aktivitas Antioksidan dan KLT-Bioautografi Antioksidan
Aktivitas Antibakteri
Aktivitas Antibiofilm
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran

1

1
3
3
3
3
3
3
4
4
4
4
4
5
5
6
6
7
9
9
11

11
11

DAFTAR PUSTAKA

11

LAMPIRAN

14

RIWAYAT HIDUP

20

DAFTAR GAMBAR
1 Kromatogram bioautografi antioksidan; deteksi menggunakan pereaksi
fosfomolibdat (a) sebelum dicelup; (b) sesudah dicelup
2 Kromatogram bioautografi antioksidan di bawah sinar tampak 366 nm
3 Struktur α-pinena, β-pinena, sabinena, limonena, dan β-karyopilena

(Harborne 1987)

8
9
10

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
5
6
7

Diagram alir penelitian
Hasil determinasi tanaman lada hitam
Hasil identifikasi bakteri Streptococcus mutans
Penentuan kadar air lada hitam
Rendemen minyak atsiri lada hitam

Rendemen ekstrak lada hitam
Aktivitas antioksidan piperin, ekstrak, dan minyak atsiri lada hitam

14
15
16
17
17
18
19

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Antioksidan merupakan salah satu senyawa yang dapat menghalangi proses
oksidasi pada molekul yang berasal dari dalam tubuh maupun dari luar tubuh.
Antioksidan berperan penting dalam tubuh manusia karena dapat menetralisasi
radikal bebas dengan berbagai mekanisme, seperti penangkapan radikal bebas
turunan oksigen dan nitrogen, baik dengan donor atom hidrogen atau transfer
elektron (Ali et al. 2012). Radikal bebas adalah senyawa yang mengandung satu
atau lebih elektron tidak berpasangan menyebabkan radikal bebas menjadi sangat

reaktif. Keseimbangan antara kandungan antioksidan dan radikal bebas di dalam
tubuh merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kesehatan tubuh. Dampak
reaktivitas senyawa radikal bebas menyebabkan kerusakan sel atau jaringan,
penyakit kanker, penyakit kardiovaskuler, dan diabetes melitus (Rohmatussolihat
2009).
Serangan bakteri pada mulut dapat menstimulasi pelepasan radikal bebas
dalam proses penghancuran bakteri tersebut. Radikal bebas yang berlebih
berpotensi menyebabkan gangguan rongga mulut dan lidah yang berakibat
kerusakan pada jaringan periodontal gigi, sehingga diperlukan antioksidan rongga
mulut. Selain itu, antioksidan seperti butylated hydroxytoluene (BHT) dan propil
galat juga berperan mencegah pertumbuhan bakteri patogen di rongga mulut (Inna
et al. 2010). Oleh sebab itu, pentingnya senyawa antioksidan dalam mengontrol
kerusakan akibat serangan bakteri sangat diperlukan (Shafie 2011). Pemeriksaan
aktivitas antioksidan total ekstrak dan minyak atsiri lada hitam juga dilakukan.
Zarai et al. (2013) mendapatkan aktivitas antioksidan total ekstrak etanol lada
hitam setara 48.2 ppm α-tokoferol pada konsentrasi ekstrak 25 ppm. Aktivitas
antioksidan ekstrak lada hitam diketahui merupakan respon dari senyawa piperin,
minyak atsiri, dan fenolik amida (Kapoor et al. 2009).
Pemeliharaan kebersihan gigi dan mulut merupakan salah satu faktor yang
berpengaruh terhadap kesehatan gigi dan mulut. Kebersihan gigi dan mulut yang
buruk dapat berlanjut menjadi salah satu faktor resiko timbulnya berbagai
penyakit di rongga mulut seperti karies dan radang gusi. Penyakit di rongga mulut
diakibatkan oleh peningkatan plak yang merupakan faktor penyebab timbulnya
gigi berlubang dan peradangan gusi bahkan menimbulkan resiko penyakit
sistemik seperti penyakit kardiovaskular, reumatoid artritis, dan osteoporosis
(Palombo 2011). Plak gigi disebabkan adanya pembentukkan biofilm oleh mikrob
mulut (Marsh 2006), penumpukkan plak yang berlangsung dapat mengurangi
estetika dan menyebabkan berbagai penyakit. Biofilm merupakan kumpulan
mikroorganisme yang berikatan satu sama lain pada permukaan solid dan
diselimuti oleh matriks lipopolisakarida (Inna et al. 2010).
Bakteri dominan yang berperan dalam pembentukkan plak dan
perkembangan karies adalah Streptococcus mutans (Ardani et al. 2010).
Penggunaan pasta gigi dan larutan obat kumur yang terdapat di pasaran hingga
saat ini terbukti dapat mendegradasi biofilm dan membunuh bakteri yang terdapat
pada gigi secara cepat dan mudah. Kandungan umum larutan obat kumur yang

2
berfungsi sebagai antibakteri adalah senyawa fenolik seperti timol, eukaliptol,
metil salisilat, dan mentol. Selain itu tidak jarang juga digunakan antibakteri
kationik kuarterner seperti setilpiridinium klorida (CPC), klorheksidin, dan
domifen bromida (Sibagariang 2008). Senyawa klorida, florida, dan bromida,
serta senyawa lain hasil sintesis yang terkandung dalam pasta gigi dan larutan
obat kumur memiliki efek samping seperti noda hitam di gigi dan mengganggu
ekologi flora normal rongga mulut. Efek samping ditimbulkan akibat pemakaian
yang tidak mengikuti aturan pakai dan seringkali beberapa pengguna mengganti
fungsi menyikat gigi dengan penggunaan obat kumur. American Dental
Association tidak merekomendasikan penggunaan obat kumur tanpa saran dari
dokter gigi, bergantung pada keperluan kebersihan oral tiap orang, dokter gigi
dapat menyarankan penggunaan obat kumur dengan jenis yang tepat sebagai
bagian dari rutinitas harian untuk menjaga kebersihan rongga mulut (DePaola dan
Spolarich 2007).
Tanaman menghasilkan beragam molekul bioaktif menjadikannya sebagai
sumber yang kaya untuk berbagai jenis obat-obatan. Di bidang farmasi, tanaman
obat digunakan secara luas untuk mengobati berbagai penyakit yang disebabkan
oleh bakteri, jamur atau pun virus. Salah satu tanaman obat yang diketahui
memiliki banyak khasiat adalah tanaman lada. Lada hitam merupakan salah satu
komoditas subsektor perkebunan dan dikenal sebagai the king of spices atau
rajanya rempah-rempah. Meskipun komoditas lada telah dikembangkan sejak
lama, tetapi belum ada kemajuan dalam pemanfaatan teknologi khususnya di off
farm (Risfaheri 2012). Lada hitam mengandung 1.0-2.5% minyak atsiri dan 5.09.0% alkaloid golongan piperamida yang terakumulasi pada kulit buah dan biji
lada, dengan kandungan utama adalah piperin, kavisin, piperidin, piperetin, resin,
dan minyak atsiri (Deshwal 2013; Karsha dan Lakhsmi 2010; Pundir dan Jain
2010). Adanya kandungan senyawa tersebut menyebabkan lada hitam berpotensi
sebagai antibakteri dan diduga mampu mendegradasi biofilm S. mutans.
Lada hitam mengandung zat aktif minyak atsiri dengan banyak khasiat,
yaitu mengobati vertigo, asma, obesitas, sinusitis, artritis, demam (Karsha dan
Lakshmi 2010), dan memiliki sifat antimikrob (Hemalatha et al. 2013),
antimutagenik (El-Hamms et al. 2003), antipiretik, antioksidan, antiinflamasi,
antikanker, anti quorum-sensing, antidiare, antitumor, antiplatelet, antihipertensi,
antitiroid, hepatoprotektif (Ahmad et al. 2012). Peningkatan penyakit gigi dan
mulut secara tak langsung menyebabkan peningkatan resistensi bakteri terhadap
antibiotik, sehingga menimbulkan masalah kesehatan baru yang sulit diatasi.
Pilihan pencegahan dan pengobatan alternatif yang aman, efektif, dan ekonomis
sangat dibutuhkan, sementara beberapa agen antibakteri yang tersedia secara
komersial berupa antibiotik sintetis mengandung bahan kimia yang dapat
mengubah mikrobiota alami mulut dan memiliki efek samping seperti muntah,
diare, dan perubahan warna gigi (Palombo 2011; Rukayadi dan Hwang 2006).
Oleh karena itu, penemuan produk alternatif dari bahan alam sangat diperlukan.
Penelitian terkait aktivitas antibiofilm dari ekstrak biji lada hitam belum
dilaporkan, tetapi penelitian serupa oleh Silva et al. (2007) telah melakukan
terkait aktivitas antibakteri ekstrak kasar etanol biji kemukus (Piper cubeba)
terhadap bakteri patogen kariogenik Streptococcus salivarius dengan nilai
konsentrasi hambat minimum (KHM) 80 g/mL. Hasil penelitian lain oleh Karsha
dan Lakshmi (2010) menunjukkan ekstrak aseton dan diklorometana buah lada

3
hitam memiliki aktivitas sebagai antibakteri dengan nilai KHM berkisar dari 50500 ppm, penelitian lain terkait antibakteri yang dilakukan oleh Reddy et al.
(2004) konstituen aktif golongan piperamida dari ekstrak petroleum eter biji lada
hitam memiliki nilai KHM berkisar dari 17-72 M yang diujikan pada beberapa
bakteri patogen gram negatif dan gram positif.
Tujuan Penelitian
Penelitian bertujuan menentukan aktivitas antioksidan, antibakteri, dan
degradasi biofilm Streptococcus mutans ekstrak pada pelarut yang berbeda, dan
minyak atsiri biji lada hitam.
Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian meliputi penetapan kadar air, ekstraksi, isolasi
minyak atsiri, penetapan aktivitas antioksidan, kromatografi lapis tipisbioautografi antioksidan, penetapan aktivitas antibakteri, dan degradasi biofilm
S. mutans.

METODE
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan pada percobaan ini adalah neraca analitik, cawan
porselen, eksikator, chamber, perangkat refluks, perangkat distilasi, penguap
putar, autoklaf, oven, pelat kromatografi lapis tipis (KLT) silika gel 60 F254, pelat
96-sumur, microplate reader, pelat pemanas, termometer, dan alat gelas lainnya.
Bahan yang digunakan adalah serbuk biji lada hitam, akuades, kloroform,
etanol, etil asetat, toluena, aseton, diklorometana, dietil eter, metanol, n-heksana,
n-butanol, NaHCO3, Na2HPO4.7H2O, Na3PO4, Na2SO4, (NH4)6Mo7O24, H2SO4
96%, KCl, NaCl, MgSO4.7H2O, CaCl2, gas CO2, reagen kristal violet 0.01%,
indikator universal, typtic soy broth (TSB), butylated hydroxytoluene (BHT),
suspensi bakteri S. mutans, klorheksidin, tetrasiklin, obat kumur komersial,
glukosa 3%, dan DMSO 20%.

Prosedur Percobaan
Penentuan Kadar Air (AOAC 2006)
Sebanyak 3 g serbuk biji lada hitam ditimbang menggunakan neraca analitik
kemudian dimasukkan ke dalam cawan porselen yang telah diketahui bobotnya,
setelah itu dipanaskan dalam oven pada suhu 105 oC sampai bobot tetap. Cawan
kemudian didinginkan dalam eksikator selama 30 menit dan ditimbang bobotnya.
Pemanasan dan penimbangan diulang setiap satu jam sampai diperoleh bobot
tetap. Penentuan kadar air dilakukan 3 kali ulangan. Kadar air ditentukan dengan
menggunakan rumus sebagai berikut:

4

Keterangan:
a = bobot sampel basah (g)
b = bobot sampel kering (g)
Preparasi Larutan Saliva Buatan (Tanuwiria et al. 2010)
Pembuatan 100 mL larutan saliva buatan pH 6.8 dilakukan dengan
menimbang beberapa bahan berikut, 0.9800 g NaHCO3, 0.7000 g Na2HPO4.7H2O,
0.0570 g KCl, 0.0470 g NaCl, 0.0120 g MgSO4.7H2O, dan 0.0040 g CaCl2.
Semua bahan dicampur dan dilarutkan dalam 100 mL akuades. CaCl2
ditambahkan terakhir, lalu dihomogenkan dan dilakukan pengecekan pH.
Pengaturan pH agar mencapai 6.8 dapat dilakukan dengan mengalirkan gas CO2
ke dalam larutan. Larutan saliva buatan dihangatkan sebanyak yang diperlukan
pada suhu 37 ºC sebelum digunakan.
Preparasi Ekstrak Kasar Biji Lada Hitam (Zarai et al. 2013)
Sebanyak 5 g serbuk biji lada hitam ditambahkan 100 mL pelarut dengan
kepolaran yang berbeda, yaitu, kloroform, etil asetat, etanol, dan air. Campuran
kemudian direfluks selama 4 jam. Setelah ekstraksi, suspensi larutan didinginkan
dan disaring menggunakan kertas saring. Ekstrak dari beberapa pelarut kemudian
dipekatkan menggunakan penguap putar pada suhu 50 ºC. Rendemen ekstrak
dihitung berdasarkan bobot kering serbuk biji lada hitam.
Isolasi Minyak Atsiri (Sasidharan dan Menon 2010)
Sebanyak 200 g serbuk biji lada hitam didistilasi uap-air selama 5 jam
menggunakan perangkat distilasi. Volume air yang ditambahkan sebanyak 4 kali
bobot bahan. Minyak atsiri yang diperoleh ditambahkan natrium sulfat anhidrat.
Minyak atsiri yang diperoleh disimpan pada suhu 0 ºC sampai kemudian
digunakan.
Uji Aktivitas Antioksidan Metode Fosfomolibdat (Zarai et al. 2013)
Metode fosfomolibdat digunakan untuk mengetahui total antioksidan dari
ekstrak lada hitam pada berbagai pelarut, minyak atsiri, dan piperin. Pereaksi
fosfomolibdat mengandung 0.60 M asam sulfat pekat, 28 mM natrium fosfat, dan
4 mM amonium molibdat. Sebanyak 0.50 mL larutan sampel dicampurkan dengan
5.00 mL pereaksi fosfomolibdat. Tabung ditutup dan diinkubasi pada suhu 95 ºC
selama 90 menit. Setelah itu, campuran didinginkan pada suhu ruang dan
absobans dibaca pada panjang gelombang 695 nm. BHT digunakan sebagai
kontrol positif. Pengerjaan dilakukan triplo. Aktivitas antioksidan dari setiap
sampel dinyatakan sebagai ekuivalen α-tokoferol menggunakan persamaan linier
berikut :

KLT-Bioautografi Antioksidan (Modifikasi Prieto et al. 1999)
Masing-masing 8 L ekstrak kasar lada hitam pada berbagai pelarut dan 2
L standar piperin diaplikasikan pada pelat KLT. Fase diam dalam sistem
kromatografi yang digunakan pada uji, yaitu silika gel 60 F254, sedangkan fase

5
gerak
yang
digunakan
merupakan
fase
gerak
terbaik,
yaitu
kloroform:diklorometana (9.25:0.75). Selanjutnya, pelat KLT diangin-anginkan
agar sisa pelarut hilang. Setelah kering, pelat KLT diamati di bawah sinar UVVis, kemudian dicelupkan ke dalam pereaksi fosfomolibdat dan diinkubasi pada
suhu 95 ºC selama 30 menit. Pita berwarna hijau biru menunjukkan senyawa yang
berperan sebagai antioksidan.
Uji Aktivitas Antibakteri (Batubara et al. 2009)
Uji antibakteri pada percobaan ini menggunakan metode mikrodilusi pada
pelat 96-sumur dengan medianya ialah TSB. Sebanyak 100 L sampel (15.632000 g/mL) dimasukkan ke dalam setiap sumur. Masing-masing sumur
ditambahkan 100 L medium TSB dan 6.0x108 CFU/mL inokulan bakteri.
Kemudian diinkubasi pada suhu 37 ºC selama 24 jam. Sumur yang jernih setelah
inkubasi pada konsentrasi terendah dipilih sebagai KHM. Sumur yang masih
jernih dipipet sebanyak 100 L ke pelat 96-sumur yang baru dan ditambahkan 100
L TSB. Kemudian inkubasi selama 24 jam pada suhu 37 ºC. Sumur yang jernih
dengan konsentrasi terendah ditentukan sebagai konsentrasi bunuh minimum
(KBM). DMSO 20% sebagai kontrol negatif dan kontrol positif digunakan
tetrasiklin dan obat kumur komersial.
Uji Kemampuan Degradasi Biofilm (O’Toole dan Kolter 1998)
Metode yang digunakan adalah metode mikrodilusi. Biofilm dibentuk
dengan cara 100 L saliva dimasukkan ke dalam pelat 96-sumur dan ditambahkan
larutan (TSB 100 l + 3% glukosa) serta 6.0x108 CFU/mL inokulan bakteri.
Selanjutnya diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37 ºC. Setelah biofilm terbentuk,
sisa medium dibuang. Setelah itu ditambahkan 100 L sampel (15.63-2000
g/mL). Klorheksidin sebagai kontrol positif dan DMSO 20% sebagai kontrol
negatif. Kemudian diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37 ºC.
Biofilm yang terdegradasi oleh ekstrak atau minyak atsiri selanjutnya
dibuang dengan pencucian menggunakan bufer fosfat dan air steril. Setelah itu,
dilakukan pewarnaan terhadap biofilm yang tersisa pada pelat 96-sumur.
Sebanyak 100 L kristal violet 0.01% ditambahkan ke dalam sumur dan
didiamkan selama 30 menit. Setelah itu dibilas dengan air steril dan kemudian
ditambahkan 200 L etanol λ5%. Kemudian diinkubasi pada suhu ruang selama
45 menit. Sebanyak 100 L larutan dipindahkan ke pelat 96-sumur yang baru dan
steril. Absorbans larutan pada sumur diukur menggunakan microplate reader
( =5λ5 nm) dan ditentukan persen degradasinya.

Keterangan:
Asampel = Absorbans (ekstrak/minyak atsiri/kontrol positif + suspensi bakteri)
Ablanko = Absorbans (DMSO 20% + suspensi bakteri)

6

HASIL DAN PEMBAHASAN
Lada hitam pada penelitian ini dideterminasi di Pusat Penelitian Biologi, LIPI
Cibinong-Bogor (Lampiran 2). Bakteri yang digunakan dalam penelitian
teridentifikasi >99.00% sebagai Streptococcus mutans (Lampiran 3). Kadar air
simplisia merupakan kunci dari penyimpanan simplisia yang aman. Aktivitas
hayati mikrob dimungkinkan jika terdapat air. Penetapan kadar air lada hitam
bertujuan menentukan ketahanan, masa simpan, dan mutu yang menunjukkan
tingkat pengolahan yang baik. Rerata kadar air serbuk lada hitam kering sebesar
8.37% (Lampiran 4). Syarat kadar air untuk simplisia tanaman obat menurut
Depkes RI (1995) tidak boleh lebih dari 10%. Dalam SNI Lada Hitam 01-00051995 persyaratan kadar air maksimum lada hitam 13.5%. Kadar air yang
terkandung lebih kecil dari 10% menunjukkan kestabilan optimum bahan akan
tercapai dan pertumbuhan mikrob minimum sehingga dapat memperpanjang masa
simpan simplisia, diikuti dengan penyimpanan dalam wadah kering tertutup rapat
(Depkes RI 1995; Winarno 2002). Penetapan kadar air yang terkandung dalam
serbuk lada hitam dilakukan dengan pemanasan pada suhu 105 oC. Pemanasan
pada suhu 100-105 oC akan menghilangkan air yang terikat secara fisik di dalam
suatu bahan (Harjadi 1993). Rendemen, aktivitas antioksidan, antibakteri, persen
degradasi biofilm S. mutans ekstrak pada pelarut yang berbeda dan minyak atsiri
biji lada hitam dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1 Rendemen, aktivitas antioksidan, antibakteri, dan persen degradasi
biofilm ekstrak, dan minyak atsiri biji lada hitam
Aktivitas antibakteri
Degradasi
( g/mL)
biofilm (%)
KHM
KBM

Rendemen
(%)

Aktivitas antioksidan
(mmol α-tokoferol
ekuivalen/g sampel)

akuades

21.74

20.68

1000

2000

19.73

etanol

9.20

119.59

>2000

>2000

15.97

kloroform

5.55

113.59

>2000

>2000

37.94

etil asetat

7.10

124.08

>2000

>2000

26.99

minyak atsiri

0.22

139.05

>2000

>2000

41.11

piperin

-

91.59

2000

>2000

48.53

BHT

-

30.62

-

-

-

tetrasiklin

-

-

15.63

15.63

-

klorheksidin

-

-

-

-

98.26

obat kumur komersial

-

-

2000

>2000

75.34

Ekstrak

Isolasi Minyak Atsiri dan Ekstraksi Senyawa Bioaktif
Minyak atsiri lada hitam diperoleh dengan cara distilasi uap-air selama 6 jam
dan dipartisi menggunakan etil asetat. Kadar air lada hitam digunakan sebagai
koreksi perhitungan rendemen minyak atsiri. Rendemen minyak atsiri yang
diperoleh sebesar 0.22% (Lampiran 5). Rendemen minyak atsiri lada hitam menurut
Deshwal et al. (2013) berkisar antara 1.00-2.50%. Rendemen minyak atsiri lada

7
hitam yang diperoleh cukup rendah, dapat disebabkan oleh sebagian minyak atsiri
lada hitam telah menguap selama proses pengolahan pasca panen lada hitam.
Ekstraksi komponen menggunakan pelarut akuades, etanol, kloroform, dan etil
asetat selama 4 jam, ekstrak yang diperoleh dipekatkan menggunakan penguap
putar. Rendemen yang diperoleh berturut-turut 21.74%, 9.20%, 5.55%, dan 7.10%
(Lampiran 6). Ekstraksi merupakan penarikan atau pemisahan suatu senyawa dari
campurannya menggunakan bantuan pelarut (Harborne 1987). Metode ekstraksi
yang digunakan adalah refluks. Ekstraksi secara refluks menguntungkan untuk
senyawa bertekstur kasar seperti lada hitam dan tahan panas. Proses penyarian oleh
pelarut organik akan berlangsung secara berkesinambungan, sehingga senyawa
metabolit sekunder akan terlarut pada pelarut organik.

Aktivitas Antioksidan dan KLT-Bioautografi Antioksidan
Aktivitas antioksidan lada hitam ditentukan menggunakan metode
fosfomolibdat. Metode fosfomolibdat mengukur kapasitas antioksidan dari sampel
dan berkaitan dengan kandungan fenolik sampel. Prinsipnya berdasarkan reduksi
Mo(VI) menjadi Mo(V) oleh analit sampel dan pembentukkan kompleks hijaubiru fosfat-Mo(V) pada pH asam dan suhu tinggi yang terukur pada panjang
gelombang 695 nm. Selama reaksi berlangsung, gugus hidroksil pada senyawa
fenolik akan bereaksi dengan pereaksi fosfomolibdat (Prieto et al. 1999). Ekstrak
lada hitam pada berbagai pelarut, minyak atsiri, dan piperin memiliki perbedaan
aktivitas antioksidan pada konsentrasi 500 ppm (Lampiran 7). Minyak atsiri
memiliki aktivitas terbesar sebagai antioksidan 13λ.05 mmol α-tokoferol
ekuivalen/g sampel, diikuti ekstrak etil asetat 124.08 mmol α-tokoferol
ekuivalen/g sampel yang memiliki aktivitas terbaik sebagai antioksidan di antara
ekstrak lainnya namun tidak lebih baik dari minyak atsiri. Nilai ini keduanya lebih
besar dibanding kontrol positif BHT dan piperin yang diduga sebagai senyawa
aktif antioksidan, berturut-turut 30.62 mmol α-tokoferol ekuivalen/g sampel dan
λ1.5λ mmol α-tokoferol ekuivalen/g sampel, hal ini dapat disebabkan BHT
merupakan monofenol, sehingga hanya satu gugus hidroksil yang terlibat dalam
proses redoks antioksidan, selain itu struktur ditersier butil pada kedua sisi gugus
fenol BHT tidak memungkinkan BHT untuk membentuk ion fenolat yang stabil
(Shahidi et al. 2009), sehingga diduga menyebabkan aktivitas antioksidan yang
rendah dari BHT.
Senyawa fenolik amida, polifenol, flavonoid yang terkandung dalam lada
hitam diduga berperan penting sebagai antioksidan. Etil asetat yang bersifat semi
polar diduga memiliki kandungan senyawa aktif antioksidan lebih banyak dan
berkontribusi terhadap aktivitas antioksidan dibanding ekstrak lainnya. Pelarut
akuades yang bersifat polar mampu melarutkan senyawa makromolekul, flavonoid
glikosida yang aktivitas senyawa antioksidan senyawa flavonoid terglikosilasi
lebih rendah dibanding flavonoid bebas sehingga diduga menyebabkan aktivitas
antioksidan yang sangat rendah pada ekstrak akuades (Shahidi et al. 2009). Selain
itu, berdasarkan kajian kromatografi gas-spektrometer massa oleh Kapoor et al.
(200λ) ekstrak dan minyak atsiri lada hitam mengandung β-karyopilena,
limonena, β-pinena, piperin, dan piperolein dalam persentase tertentu dan
berkontribusi terhadap aktivitas antioksidan. Aktivitas antioksidan terbesar dari

8
minyak atsiri diduga merupakan efek sinergi atas kandungan senyawa limonena,
β-karyopilena, β-pinena, piperin, dan piperolein.
Uji kualitatif terhadap ekstrak etanol, etil asetat, dan kloroform dilakukan
untuk mengetahui senyawa kandungan ekstrak yang memiliki aktivitas
antioksidan. Uji kualitatif dilakukan dengan kromatografi lapis tipis dan pereaksi
fosfomolibdat untuk mendeteksi senyawa yang memiliki kemampuan mereduksi
Mo(VI) menjadi Mo(V) oleh analit sampel dan memberikan warna hijau-biru
pada pita yang aktif sebagai antioksidan. Hasil uji KLT-biaoutografi menunjukkan
terdapat 5 pita aktif untuk ekstrak kloroform dan etil asetat, sementara ekstrak
etanol terdapat 4 pita aktif sebagai antioksidan (Gambar 1). Nilai Rf piperin dalam
esktrak berkisar antara 0.60 sampai 0.62 dan secara kualitatif tampak tidak aktif
sebagai antioksidan (Gambar 2). Pita aktif diduga adalah kelompok senyawa
fenolik amida. Shahidi et al. (2009) menyebutkan bahwa senyawa fenolik amida
yang terkandung dalam lada hitam diduga berperan penting sebagai antioksidan.
Jumlah pita yang dihasilkan dari masing-masing ekstrak tidak terdapat perbedaan
yang signifikan untuk piperin. Ekstrak akuades yang memiliki aktivitas
antioksidan terbesar pada pengujian secara kuantitatif tidak diuji pada KLTbioautografi, karena fase diam yang digunakan pada penelitian ini adalah silika
gel 60 F254, dan fase gerak kloroform-diklorometana (9.25-0.75). Silika gel
bersifat polar, sedangkan fase gerak bersifat semi polar, sehingga ekstrak akuades
sangat tertahan pada fase gerak dan tidak terpisah selama elusi berlangsung.

(a)

(b)

Gambar 1 Kromatogram bioautografi antioksidan; deteksi menggunakan pereaksi
fosfomolibdat (a) sebelum dicelup; (b) sesudah dicelup
eluen: kloroform-diklorometana (9.25-0.75)
kiri-kanan: piperin-ekstrak etil asetat-ekstrak kloroform-ekstrak etanol

9

Gambar 2 Kromatogram bioautografi antioksidan di bawah sinar tampak 366 nm
eluen: kloroform-diklorometana (9.25-0.75)
kiri-kanan: piperin-ekstrak etil asetat-ekstrak kloroform-ekstrak etanol

Aktivitas Antibakteri
KHM dan KBM untuk ekstrak akuades adalah 1000 dan 2000 g/mL, untuk
ekstrak lainnya dan minyak atsiri, nilai KHM dan KBM tidak dapat ditentukan.
Senyawa yang berperan dalam aktivitas antibakteri dari ekstrak akuades diduga
adalah golongan fenolik dan polifenol (Al-shahwany 2014). Nilai KHM dan KBM
yang diperoleh untuk ekstrak akuades lebih besar dibandingkan tetrasiklin (15.63
g/mL) sebagai kontrol positif yang terbukti secara klinis sebagai antimikrob.
Selain tetrasiklin digunakan pula piperin dan obat kumur komersial sebagai
kontrol positif. KHM dari piperin dan obat kumur komersial adalah 2000 g/mL,
sedangkan nilai KBM tidak dapat ditentukan. Hal ini menunjukkan ekstrak
akuades belum cukup efektif sebagai antibakteri S. mutans. Aktivitas antibakteri
yang lebih rendah dari piperin dibandingkan ekstrak dapat disebabkan oleh
sinergisme antar senyawa pada ekstrak akan meningkatkan aktivitas antibakteri.
Obat kumur komersial memiliki aktivitas antibakteri yang lebih rendah dibanding
ekstrak akuades, hal ini dapat disebabkan oleh rendahnya konsentrasi senyawa
aktif antibakteri minyak atsiri pada obat kumur komersial yang telah disesuaikan
untuk penggunaan secara oral. Selain itu, dalam pengujian dilakukan pengenceran
yang menyebabkan konsentrasi yang semakin berkurang dari obat kumur
komersial.

Aktivitas Antibiofilm
Kemampuan degradasi biofilm S. mutans dari ekstrak dan minyak atsiri lada
hitam ditunjukkan dalam Tabel 1. Persen degradasi yang ditampilkan pada

10
konsentrasi bahan uji 2000 g/mL. Minyak atsiri lada hitam memiliki kemampuan
degradasi paling baik dibanding ekstrak lada hitam pada berbagai pelarut dengan
persen degradasi sebesar 41.11%. Minyak atsiri lada hitam sebagian besar
mengandung monoterpena dan seskuiterpena hidrokarbon seperti α-pinena, βpinena, sabinena, limonena, dan β-karyopilena (Gambar 4) yang dapat
terakumulasi dalam jaringan lipid membran sel bakteri, dan menyebabkan
terganggunya struktur dan fungsi membran sel serta perubahan permeabilitas
membran sel bakteri (Inna et al. 2010).

α-pinena

β-pinena

limonena

sabinena

β-karyopilena

Gambar 3 Struktur α-pinena, β-pinena, sabinena, limonena, dan β-karyopilena
(Harborne 1987)
Kandungan senyawa lain dalam jumlah yang lebih rendah seperti
monoterpena dan seskuiterpena oksida, alkaloid, fenol, fenil ester, dll diduga juga
memberikan efek terhadap degradasi biofilm S. mutans (Sidarta et al. 2013).
Klorheksidin sebagai kontrol positif memiliki persen degradasi sebesar 98.26%.
Obat kumur komersial yang digunakan sebagai pembanding memiliki persen
degradasi sebesar 75.34% dan piperin sebesar 48.53%. Kemampuan degradasi
piperin lebih baik dibanding ekstrak karena piperin yang digunakan adalah
senyawa murni, sedangkan piperin yang terdapat dalam ekstrak tidak murni.
Ekstrak kloroform memiliki persen degradasi terbaik diantara keempat ekstrak
lada hitam, diduga ekstrak kloroform lebih baik dalam mengekstraksi senyawa
yang berperan pada proses degradasi biofilm S. mutans termasuk senyawa piperin
yang kepolarannya mirip dengan kloroform.
Klorheksidin adalah bakteriosida antiseptik bisbiguanid yang menunjukkan
khasiat melawan berbagai bakteri gram positif dan negatif, aerob dan anaerob
yang berkaitan dengan plak dan gingivitis. Penggunaan klorheksidin
menyebabkan pecahnya membran sel bakteri dan keluarnya kandungan sitoplasma
yang menyebabkan kematian sel bakteri. Klorheksidin terikat pada protein saliva,
mengurangi pembentukan glikoprotein di permukaan gigi, dan menghambat
kolonisasi bakteri pembentuk plak. Selain itu, juga terikat pada bakteri yang
menghambat adsorbsi nya di permukaan gigi (DePaola dan Spolarich 2007).
Kemampuan degradasi biofilm dari bahan senyawa terkait adalah mampu
berpenetrasi ke dalam biofilm yang terbentuk pada lapisan ekstraseluler

11
polisakarida (EPS) atau lapisan lendir yang menyelubungi bakteri serta mampu
menghilangkan EPS pada biofilm yang terbentuk (Ardani et al. 2010).

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Minyak atsiri lada hitam berpotensi sebagai antioksidan, dengan aktivitas
sebesar 139.05 mmol α-tokoferol ekuivalen/g sampel. KLT bioautografi celup
yang dilakukan terhadap ekstrak etil asetat, kloroform, dan etanol memberikan 4-5
pita aktif sebagai antioksidan. Ekstrak akuades lada hitam memiliki aktivitas
sebagai antibakteri yang cukup rendah dengan KHM dan KBM berturut-turut
1000 dan 2000 g/mL. Minyak atsiri lada hitam paling baik sebagai degradator
biofilm S. mutans dibanding ekstrak lada hitam pada berbagai pelarut dengan
persen degradasi sebesar 41%. Piperin sebagai senyawa dominan dalam lada
hitam memiliki kemampuan degradasi yang lebih baik dibanding minyak atsiri
tetapi tidak lebih baik dibanding klorheksidin dan obat kumur komersial. Minyak
atsiri, ekstrak, dan piperin yang terkandung dalam lada hitam belum dapat
diaplikasikan baik dalam obat kumur, pasta gigi, atau permen karet pembersih
rongga mulut.

Saran
Penentuan aktivitas antioksidan, antibakteri, dan degradator biofilm S.
mutans dari ekstrak dan minyak atsiri lada hitam agar dapat memberikan hasil
yang lebih baik dapat dilakukan dengan sedikit perubahan metode atau bakteri
yang digunakan sehingga pemanfaatan lada hitam di off farm lebih berkembang.

DAFTAR PUSTAKA
[AOAC] The Association of Official Analytical Chemist. 2006. Official Methods
of Analysis. Ed ke-18.Washington DC(US): Association of Official
Analytical Chemist.
[Depkes RI] Departemen Kesehatan Republik Indonesia.1995. Materia Medika
Indonesia. Jilid VI. Jakarta(ID): Direktorat Jendral, Pengawasan Obat dan
Makanan.
Ahmad N, Fazal H, Haider-Abbasi B, Farooq S, Ali M, Khan MA. 2012.
Biological role of Piper nigrum L. (Black pepper): a review. Asian Pac J
Trop Biomed. 2(3):1945-1953.
Ali KR, Khan RM, Sahreen S, Ahmed M. 2012. Assesment of flavonoids contents
and in vitro antioxidant activity of Launaea procumbens. Chem Cent J.
4(43):1-11.

12
Al-shahwany AW. 2014. Alkaloid and phenolic compound activity of Piper
nigrum againts some human pathogenic bacteria. Biomed and Biotechol.
2(1):20-28. doi:10.12691/bb-2-1-4.
Ardani M, Pratiwi SUT, Hertiani T. 2010. Efek campuran minyak atsiri daun
cengkeh dan kulit batang kayu manis sebagai antiplak gigi. Majalah
Farmasi Indonesia. 21(3):191-201.
Batubara I, Mitsunaga T, Ohasi H. 2009. Screening antiacne potency of
Indonesian medicinal plants; antibacterial, lipase inhibition, and antioxidant
activities. J Wood Sci. 55: 230-235.
DePaola LG dan Spolarich AE. 2007. Safeti and efficacy of antimicrobial
moouthrinses in clinical practice. J of Dent Hyg. 81(5):1-16.
Deshwal VK. 2013. Antimicrobial investigation of piper nigrum L. against
Salmonella typhi. J Drug Deliv Ther. 3(3):100-103.
El-hamss R, Idaomar M, Alonso-Moraga A, Munoz-Serra A. 2003.
Antimutagenic properties of bell and black peppers. Food Chem Toxicol.
41(1):41-47.
Harborne JB. 1987. Metode Fitokimia: Penuntun Cara Modern Menganalisis
Tumbuhan, Cetakan Kedua. Padmawita K & Soediro I, penerjemah.
Bandung (ID): ITB Pr. Terjemahan dari: Phytochemical Methods.
Harjadi W. 1993. Ilmu Kimia Analitik Dasar. Jakarta (ID): Gramedia Pustaka
Utama.
Hemalatha M, Thirumalai T, Saranya R, Elumalai EK, David E. 2013. A review
on antimicrobial efficacy of some traditional medicinal plants in Tamilnadu.
J Acute Dis. 2(2):99-105.
Inna M, Atmania N, Prismasari S. 2010. Potential use of Cinnamommum
burmanii essential oil-based chewing gum as oral antibiofilm agent. J of
Dent. 17(3):80-86.
Karsha PK, Lakhsmi OB. 2010. Antibacterial activity of black pepper (Piper
nigrum Linn.) with special refference to its mode of action on bacteria.
Indian J Nat Prod Resour. 1(2):213-215.
Kapoor IPS, Singh B, Singh G, De Heluani CS, De Lampasona MP, Catalan
CAN. 2009. Chemistry and in vitro antioxidant activity of volatile oil and
oleoresins of black pepper (Piper nigrum). J Agric Food Chem.
57(12):5358-5364. doi:10.1021/jf900642x.
Marsh P. 2006. Dental plaque as a biofilm and a microbial communityimplications for health and disease. BMC Oral Health. 6(1):514.
O’Toole G, Kolter R. 1λλ8. Initiation of biofilm formation in Pseudomonas
fluorescens WCS365 proceeds via multiple, convergent signaling pathways:
a genetic analysis. Mol Microbiol. 28(3):449-461.
Palombo EA. 2011. Traditional medicinal plant extracts and natural products with
activity against oral bacteria: potential application in the prevention and
treatment of oral diseases. Evid Based Complement Alternat Med. 2011:115.doi:10.1093/ecam/nep067.
Prieto P, Pineda M, Aguilar M. 1999. Spectrophotometric quantitation of
antioxidant capacity through the formation of a phosphomolybdenum
complex: spesific application to the determination of vitamin E. Anal
Biochem. 269(2):337-341.

13
Pundir RK, Jain P. 2010. Comparative studies on the antimicrobial activity of
black pepper (Piper nigrum) and turmeric (Curcuma longa) extracts. Int J
Appl Biol Pharm Technol. 1(2):492-501.
Reddy SV, Srinivas PV, Praveen B, Kishore KH, Raju BC, Murthy US, Rao JM.
2004. Antibacterial constituents from the berries of Piper nigrum.
Phytomedicine. 11(7-8):697-700.
Risfaheri. 2012. Diversifikasi produk lada (Piper nigrum) untuk peningkatan nilai
tambah. Buletin Teknologi Pascananen Pertanian. 8(1):15-26.
Rohmatussolihat. 2009. Antioksidan, penyelamat sel-sel tubuh manusia. Bio
Trend. 4(1):5-9.
Rukayadi Y, Hwang JK. 2006. In vitro activity of xanthorrhizol against
Streptococcusmutans biofilms. J Compilation Soc Appl Microbiol Lett Appl
Microbiol. 42(4):400–404. doi:10.1111/j.1472-765X.2006.01876.x
Sasidharan I, Menon AN. 2010. Comparative chemical composition and
antimicrobial activity of berry and leaf essential oils of Piper nigrum L. Int
J Biol Med Res. 1(4):215-218.
Shafie FM. 2011. Hubungan radikal bebas dan antioksidan terhadap penyakit
periodontal. [skripsi]. Medan (ID): Universitas Sumatera Utara.
Sibagariang N. 2008. Efek samping penggunaan khlorheksidin 0,2% pada
penderita gingivitis. [skripsi]. Medan (ID): Universitas Sumatera Utara.
Sidarta YO, Prasetyaningrum N, Fitriani D, Prawiro SR. 2013. White pepper
extract (Piper nigrum L.) as antibacterial agent for Streptococcus mutans in
vitro. J of Dent and Med Sci. 4(6):25-29.
Silva MLDA, Co’imbra HS, Pereira AC. 2007. Evaluation of Piper cubeba
extract, (-)-cubebin and its semisynthetic derivatives against oral pathogens.
Phytother Res. 21(5):420-422.
Tanuwiria UH, Budinuryanto DC, Darodjah S, Putranto WS. 2010. Karakteristik
kimiawi Zn-organik dan Cu-organik hasil bioproses Saccharomyces
cerevisiae dan Monolia sitophila. JIT. 10(2):73-78.
Winarno FG. 2002. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta (ID): Gramedia Pustaka
Utama.
Zarai Z, Boujelbene E, Salem NB, Gargouri Y, Sayari A. 2012. Antioxidant and
antimicrobial activities of various solvent extracts, piperinae and piperic
acid from Piper nigrum. LWT - Food Sci Technol. 50(2):634-641.
doi:10.1016/j.lwt.2012.07.036.

14
Lampiran 1 Diagram alir penelitian

15
Lampiran 2 Hasil determinasi tanaman lada hitam

16
Lampiran 3 Hasil identifikasi bakteri Streptococcus mutans

17
Lampiran 4 Penentuan kadar air lada hitam
Ulangan
1
2
3
Rerata

Bobot
cawan
kosong (g)
24.4858
17.2731
22.7005

Bobot cawan
+ sampel (g)
Awal
akhir
27.4860
27.2351
20.2735
20.0225
25.7008
25.4492

Contoh perhitungan:

Lampiran 5 Rendemen minyak atsiri lada hitam
Bobot sampel
Bobot wadah
Bobot wadah + minyak atsiri
Bobot minyak atsiri
Rendemen
Contoh perhitungan

: 3400 g
: 26.3536 g
: 33.3264 g
: 6.9728 g
: 0.22%
:

Bobot sampel (g)
awal
3.0002
3.0004
3.0003

akhir
2.7493
2.7497
2.7487

Kadar air
(%)
8.36
8.37
8.39
8.37

18

Lampiran 6 Rendemen ekstrak lada hitam
Ulangan
1
2
3
Rerata

Bobot
sampel (g)
5.0035
5.0020
5.0066

Bobot
Bobot wadah
wadah (g)
+ ekstrak (g)
Kloroform
37.3189
37.5745
39.4535
39.7113
38.5862
36.8366

Bobot
ekstrak (g)

Rendemen
(%)

0.2556
0.2578
0.2504

5.58
5.62
5.46
5.55

5.0015
5.0027
5.0028

Akuades
37.3036
38.3233
37.3071
38.2720
37.5973
38.6028

1
2
3
Rerata

5.0016
5.0029
5.0022

Etanol
36.9293
37.3478
37.7055
38.1311
38.3793
38.7945

0.4185
0.4256
0.4212

9.13
9.28
9.19
9.20

1
2
3
Rerata

5.0187
5.0198
5.0200

38.3405
36.7655
37.3624

Etil asetat
38.6686
37.0923
37.6880

0.3281
0.3268
0.3256

7.13
7.10
7.08
7.10

1
2
3
Rerata

Contoh perhitungan:

1.0197
0.9649
1.0055

22.25
21.05
21.93
21.74

19
Lampiran 7 Aktivitas antioksidan piperin, ekstrak, dan minyak atsiri lada hitam
No

Ulangan Asampel Aekstrak Absorbans

Aktivitas antioksidan
(mmol α-tokoferol
ekuivalen/g sampel)

BHT
1

1
2
3

0.175
0.171
0.174

0.000
0.000
0.000

0.175
0.171
0.174

1
2
3

0.751
0.757
0.753

Kloroform
0.124
0.627
0.124
0.633
0.124
0.629

1
2
3

0.157
0.160
0.159

Akuades
0.040
0.117
0.040
0.120
0.040
0.119

1
2
3

0.742
0.745
0.747

Etanol
0.082
0.660
0.082
0.663
0.082
0.665

1
2
3

0.724
0.721
0.722

Etil asetat
0.035
0.689
0.035
0.686
0.035
0.687

1
2
3

0.770
0.768
0.771

Minyak atsiri
0.000
0.770
0.000
0.768
0.000
0.771

1
2
3

0.509
0.508
0.509

Piperin
0.000
0.509
0.000
0.508
0.000
0.509

Rerata
2

Rerata
3

Rerata
4

Rerata
5

Rerata
6

Rerata
7

Rerata
Contoh perhitungan:

30.9273
30.2000
30.7455
30.6242
113.1091
114.2000
113.4727
113.5939
20.3818
20.9273
20.7455
20.6848
119.1091
119.6545
120.0182
119.5939
124.3818
123.8364
124.0182
124.0788
139.1091
138.7455
139.2909
139.0485
91.6545
91.4727
91.6545
91.5939

20

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Sulit Air pada tanggal 28 Februari 1992 sebagai putri
kedua dari Bapak Yulefdi dan Ibu Hj Irzawati. Penulis lulus dari SMA Negeri 1
Rengat pada tahun 2009 dan pada tahun yang sama diterima di Program Diploma III
(D3) Analisis Kimia Institut Pertanian Bogor (IPB). Penulis lulus dari D3 IPB
dengan predikat Cumlaude pada tahun 2012 dan melanjutkan pendidikan S1 melalui
Program Alih Jenis Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
IPB pada tahun 2012.
Penulis pernah menjadi pengajar pada bimbingan belajar Salemba Group
dan melaksanakan PKL di PT Merck Tbk pada tahun 2012 selama 3 bulan, menjadi
asisten praktikum Kromatografi II Analisis Kimia (D3 IPB), menjadi peserta pada
Training ISO 9001:2008 Sistem Manajemen Mutu, ISO 17025:2005 Sistem
Manajemen Laboratorium oleh Greenmind Training pada tahun 2012, Waters HPLC
Alliance Empower 2 System Operational Training Theory and Troubleshooting oleh
PT Kromtekindo Utama pada tahun 2012, Chemical Product Design Competition
dalam rangka PetroGas Days 2013, dan Pelatihan Pengenalan HACCP SNI
CAC/RCP 1:2011 pada tahun 2014.