Desain Taman Kota Cilegon Berbasis Konsep Eco-Design

DESAIN TAMAN KOTA CILEGON BERBASIS KONSEP
ECO-DESIGN

AMANDA RISKY PURNAMA

DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Desain Taman Kota
Cilegon Berbasis Konsep Eco-Design adalah benar karya saya dengan arahan dari
komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan
tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang
diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks
dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.

Bogor, April 2015

Amanda Risky Purnama
NIM A44100055

ABSTRAK
AMANDA RISKY PURNAMA. Desain Taman Kota Cilegon Berbasis Konsep

Eco-Design. Dibimbing oleh ANDI GUNAWAN.
Cilegon ialah kota pada Provinsi Banten yang terletak diujung barat Pulau
Jawa. Pembangunan kota yang berkembang sangat cepat mengakibatkan
kerusakan lingkungan seperti meningkatnya polusi udara dan urban heat island.
Salah satu upaya untuk meminimalisir efek tersebut adalah dengan
mengoptimalkan fungsi ekologis dari Ruang Terbuka Hijau melalui desain taman
kota, yang faktanya belum dimiliki Kota Cilegon. Taman tersebut merupakan
lahan eks Pasar Baru yang sudah direlokasi dengan total luas 2,3 Ha. Tujuan dari
penelitian ini untuk membuat suatu inovasi dalam desain yang eklogis dari taman
kota yang akan menjadi identitas Kota Cilegon dengan mengakomodasi aktivitas
rekreasi untuk warganya. Menggunakan metode deskriptif melalui survei,
kuisioner serta interview. Konsep dasar yang diterapkan ialah eco-urbanscape

restoration dengan penekanan restorasi habitat wetland yang dahulu banyak
terdapat di Kota Cilegon. Implementasi desain ekologis berdasarkan indikator
seperti: restorasi habitat satwa liar, efisinesi energi, penggunaan material ramah
lingkungan, desain akomodatif, pengelolaan air limbah dan pengontrol banjir.
Konsep desain yang diaplikasikan ialah pola percabangan ranting pada delta
wetland yang ditransformasikan berupa pola geometris dan organik yang
harmonis untuk mendapatkan kesan yang berbeda-beda pada tapak. Hasil akhir
penelitian ini berupa pembagian ruang menjadi 4 bagian yaitu: ruang reservasi satwa
liar (20%), ruang penyangga atau ruang eco-experience (30%), ruang rekreasi (40%)
dan ruang penerimaan (10%). Desain yang dibuat diharapkan sebagai rekomendasi
untuk desain Taman Kota Cilegon sebagai area rekreasi ruang luar berbasis ekologi.
Kata kunci: desain ekologis, desain lanskap, lanskap rekreasi, taman kota

ABSTRACT
AMANDA RISKY PURNAMA. Design of Cilegon City Park Based on EcoDesign Concept. Supervised by ANDI GUNAWAN.

Cilegon is a city in Banten Province which is located in west tip of Java
Island. Developement of the city that happens very rapidly caused environmental
damage such as increasing the air pollution, and urban heat island. One of the
effort to minimaize the effect iss by optimising the ecological function of Green

Open Space through designing a city park, In fact that there is no city park in
Cilegon. Cilegon City Park will be designed in ex traditonal wet market (Pasar
baru that already relocated) with total area 2,3 hectares. The purpose of this study
is to create innovation in the ecological design of City Park that will be one of
Cilegon City’s identity that accomodates recreational activities of Cilegon society.
Using the descriptive methods such as survey, questionnaire and in-depth
interviews. The main concept that applied is eco-urbanscape restoration with
emphasize in wetland habitat restoration that used to be exist in Cilegon.
Implementation of ecological design based on indicator such as : Wildlife habitat
restoration, energy efficiency, eco-material, accommodative design, wastewater

management and flood control. Design concept that applied in this site is inspired
by the form of nature that is the interception of branches in wetland delta that
transformed to be geometric and organic patterns. Those patterns is giving the
sense of uniqueness to users in every side of park. Result of this research is 4
areas such as: wildlife reservation area (30%), buffer area or eco-experience area
(20%), recreation area (40%), and welcome area (10%). Design that created can
be used as recomentation for design of Cilegon City Park as outdoor recreation
area that based on ecology.
Keywords: city park, ecological design, landscape design, recreational landscape,

wetland ladscape

© Hak cipta milik IPB, tahun 2015
Hak cipta dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa
mencantumkan atau menyebut sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan
pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan
kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tidak merugikan kepentingan
yang wajar IPB.
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya
tulis dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB.

DESAIN TAMAN KOTA CILEGON BERBASIS KONSEP
ECO-DESIGN

AMANDA RISKY PURNAMA

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Pertanian
pada
Departemen Arsitektur Lanskap

DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Swt yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penelitian yang berjudul “Desain
Taman Kota Cilegon Berbasis Konsep Eco-Design” ini dapat diselesaikan.
Penelitian ini disusun dalam rangka memenuhi syarat untuk melakukan penelitian
yang menghasilkan karya tulis ilmiah berupa skripsi dan merupakan tugas akhir
untuk mendapatkan gelar sarjana.
Pada kesempatan ini sebagai bentuk rasa syukur penulis kepada Allah Swt,
penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga dan penghargaan kepada
1.

orang tua tercinta, Bapak Dodi Purnomo dan Ibu Dra Titin Aisyah P, atas
semua kasih sayang, doa terbaik, dan motivasi yang tidak akan pernah bisa
terbalas; Adikku tercinta Risti dan Azura atas do’a dan motivasi; Keluarga
besar Pak’de Ir. Harmani dan Bu’de Tince atas dukungan materil, motivasi
dan do’a selama studi di IPB;
2.
Dr. Ir. Andi Gunawan, M.Agr.Sc selaku pembimbing yang memberi
bantuan, dukungan, motivasi, bimbingan serta arahan kepada penulis
selama penyeleseaian karya ini;
3.
seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu yang telah berjasa
dalam membantu penulis menyelesaikan skripsi ini.
Penulis menyadari skripsi ini masih memiliki banyak kekurangan dan
kelemahan, untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat
membangun dari para pembaca. Skripsi ini diharapkan dapat bermanfaat bagi
penulis dalam memperdalam keahlian profesi Arsitektur Lanskap terutama dalam
bidang desain lanskap dan dapat menjadi masukan bagi Dinas Tata Kota Cilegon
dalam pengembangan ruang terbuka hijau di Kota Cilegon.
Bogor, April 2015


Amanda Risky Purnama

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

xi

DAFTAR GAMBAR

xii

DAFTAR LAMPIRAN

xii

PENDAHULUAN

1

Latar Belakang


1

Tujuan Penelitian

1

Manfaat Penelitian

2

Kerangka Pikir Penelitian

2

TINJAUAN PUSTAKA

3

Desain Lanskap


3

Taman Kota

3

Eco-Design

4

METODOLOGI

8

Tempat dan Waktu Penelitian

8

Metode Studi


9

Tahapan Penelitian

9

Persiapan

9

Pengumpulan Data

9

Analisis dan Sintesis

10

Desain


11

Batasan Penelitian
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi umum
Aspek Fisik dan Biofisik

12
13
13
12

Batas Tapak dan Geografi

13

Sirkulasi dan Aksesibilitas

13

Geologi dan Tanah

13

Topografi

13

Drainase dan Hidrologi

14

Iklim

15

Kualitas Udara

16

View

16

Vegetasi

17

Satwa

17

Fasilitas dan Utilitas

17

Aspek Sosial dan Budaya

18

Analisis dan Sintesis
Analisis dan Sintesis Fisik serta Biofisik

20
20

Aksesibilitas dan Sirkulasi

20

Pemandangan (View)

20

Kenyamanan Iklim

22

Vegetasi & Satwa

25

Kualitas Udara

26

Topografi dan Hidrologi

27

Tanah

29

Analisis dan Sintesis Kondisi Sosial

31

Pengguna Eksisting Tapak

31

Presepsi dan Preferensi Pengguna

31

Konsep

34

Konsep Dasar

34

Konsep Desain

35

Konsep Pengembangan

36

Konsep Ruang & Fasilitas

36

Konsep Sirkulasi

39

Konsep Vegetasi

42

Konsep Hidrologi

43

Konsep Penerapan Desain Ekologis

47

Blok Plan
Desain Taman Kota Berbasis Konsep Eco-Design

48
51

Sirkulasi

51

Fasilitas & Utilitas

57

SIMPULAN DAN SARAN

71

Simpulan

71

Saran

71

DAFTAR PUSTAKA

72

LAMPIRAN

74

RIWAYAT HIDUP

84

DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
7
8
9

Kebutuhan, Jenis, Bentuk dan Sumber Data Penelitian
Persebaran asal lokasi dan besar ukuran sampel responden
Jenis, Kegiatan dan Produk Analisis
Data Iklim Rata–Rata Tahun 2013
Data Konsentrasi Polutan
Jenis tanaman dan populasinya di dalam tapak
Fasilitas di Taman Kota Eks Pasar Baru
Tabel Kebutuhan Ruang
Rincian Pembagian Vegetasi

8
9
10
15
15
16
17
37
42

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34

Diagram kerangka pikir penelitian
Orientasi Lokasi Penelitian
Sirkulasi dan Akses Menuju Tapak dan Didalam Tapak
Kondisi Topografi Pada Tapak
Keadaan Drainase Tapak
View Pada Bagian Tapak yang Belum Terbangun dan Terbangun
Aktivitas yang Ada Pada Tapak
Kondisi Umum
Analisis Aksesibilitas dan Sirkulasi
Analisis View
Fungsi Tanaman Sebagai Peneduh & Pengontrol Angin
Pengaruh Air Sebagai Pengontrol Iklim
Satwa Endemik dan Jalur Migrasi Burung Kawasan Kota Cilegon
Pengaruh Topografi Terhadap View dan Ruang
Siklus Hidrologi
Ilustrasi Sistem Stromwater Management Secara Keseluruhan

Bioswale
Analisis Hidrologi
Grafik aktivitas yang diinginkan responden
Grafik fasilitas yang diinginkan responden
Grafik pemanfaatan ruang yang diinginkan responden
Grafik bentukan pola taman yang diinginkan responden
Konsep Dasar Desain Taman Kota Cilegon
Diagram Design Strategies Desain Taman Kota Cilegon
Konsep Desain Taman Kota Cilegon
Konsep Ruang
Ilustrasi Pembagian Jalur Sirkulasi
Potongan Tampak Sirkulasi Luar Tapak
Ilustrasi Lapisan Tanaman Wetland
Ilustrasi Bioswale
Bentuk Bioremediation Terrace
Bentuk Pengaplikasian Floating Island
Rantai Makanan Habitat Wetland
Habitat Logs dan Perch Tree

2
6
14
14
15
16
18
19
19
23
24
24
26
27
28
28
29
30
32
32
33
33
34
35
36
40
41
41
43
44
44
45
45
43

35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56
57
58
59
60
61
62
63
64
65
66
67
68
69
70

Konsep Hidrologi
Proses Suksesi Hutan Hujan Sekunder
Integrasi Konsep Eco-Design
Proses Desain

Block Plan
Site Plan
Perbesaran Site Plan dan Potongan Tampak 1
Perbesaran Site Plan dan Potongan Tampak 2
Tipe – tipe jalur sirkulasi pada taman
Ilustrasi Canopy Tree Walk
Tampak Keseluruhan
Ilustrasi Signage Bagian Utara Taman
Ilustrasi Signage Bagian Timur Taman
Ilustrasi Signage Bagian Selatan Taman
Ilustrasi arah masuk Open City Gallery
Ilustrasi Amphitheater
Ilustrasi Masjid
Ilustrasi Interior Masjid
Ilustrasi Toilet
Ilustrasi Lapangan Bulutangkis
Ilustrasi Bangunan Kafetaria dan Kedai
Ilustrasi Bangunan Kantor Pengelola
Ilustrasi Sitting Area tepian air
Ilustrasi Broadwalk Deck
Ilustrasi Promenade
Ilustrasi Amphitheater
Ilustrasi Lampu Taman
Ilustrasi Bioswale
Rencana Lighting
Ilustrasi Bioremediation Terraces
Ilustrasi Kolam Retensi
Ilustrasi Childern Playground
Ilustrasi Tempat Parkir Kendaraan
Ilustrasi Halte Bus
Ilustrasi Multifunctional Lawn
Ilustrasi Sclupture Garden

46
47
48
49
50
52
53
54
55
56
57
58
58
59
59
60
60
61
61
62
62
63
63
64
64
65
65
66
67
67
68
69
69
69
70
70

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
5
6
7

Detil Elemen Keras 1
Detil Elemen Keras 2
Detil Elemen Keras 3
Detil Elemen Keras 4
Detil Penanaman
Lembar Kuisioner
Tabel Analisis dan Sintesis

74
75
76
77
78
79
81

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Cilegon merupakan kota di Provinsi Banten yang terletak diujung barat
Pulau Jawa yang dahulu memiliki lingkungan alami berupa rawa lahan basah
(wetland) yang merupakan kawasan resapan air kota yang berfungsi untuk
menahan banjir dan habitat satwa liar yang kaya biodiversitas. Perkembangan
Kota Cilegon yang sangat cepat sejalan dengan adanya pembangunan Kawasan
Industri. Komoditas Industri yang terbanyak ialah baja, sehingga Kota Cilegon
dikenal sebagai Kota Baja. Hal ini diperkuat karena Kota Cilegon merupakan
penghasil baja terbesar di Asia Tenggara. Sekitar 6 juta ton baja dihasilkan tiap
tahunnya di Kawasan Industri Krakatau Steel ini. Telah terjadinya degradasi
lingkungan akibat perkembangan Kawasan Industri ini seperti meningkatnya
polusi udara dan menurunya kualitas air akibat pencemaran limbah.
Perkembangan Kota Cilegon yang pesat ini terlihat dalam kurun waktu 15
tahun terakhir (1998-2013). Berdasarkan data yang diperoleh dari BPS jumlah
penduduk Kota Cilegon bertumbuh sebesar 35,9% (dari 255.262 jiwa tahun 1998
menjadi 398.304 jiwa tahun 2013). Jumlah penduduk yang tinggi tersebut
membuat Kota Cilegon menjadi kota terbesar ke-4 di Provinsi Banten.
Pertambahan jumlah penduduk berkorelasi positif terhadap peningkatan jumlah
ruang untuk tempat tinggal, area komersial sehingga mengkonversi bentuk lahan
yang tidak terbangun menjadi terbangun. Berkembangnya kota ini berkonsekuensi
pula dengan penurunan RTH. Berdasarkan UU No. 26 tahun 2007 tentang tata
ruang dinyatakan bahwa proporsi RTH suatu kota paling sedikit 30 % dari luas
wilayah kota tersebut. Menurut data Dinas Tata Kota Cilegon tahun 2013,
proporsi RTH Publik Kota Cilegon hanya 7 % dari luas wilayahnya. Jumlah
tersebut sangatlah jauh dari persentase minimal RTH. Perlu adanya upaya
peningkatan RTH khususnya RTH publik yang bersinergi dengan peningkatan
kualitas ekologi kota. Bentuk dari RTH publik ialah taman kota yang faktanya
belum ada di Kota Cilegon ini. Oleh karena itu perlunya mendesain Taman Kota
Cilegon dengan baik sehingga fungsi ekologis dan estetika saling mendukung.
Pendekatan desain yang ekologis digunakan dalam mendesain taman kota
dengan bertujuan untuk meminimalisir kerusakan lingkungan perkotaan. Desain
ekologis dapat didefinisikan sebagai suatu desain yang meminimalisir dampak
kerusakan lingkungan dan mengintegrasikannya dengan proses-proses kehidupan
(Van der Ryn dan Cowan, 1996). Menurut Yeang dan Yeang (2008), ecological
design merupakan penggunaan prinsip-prinsip desain yang ekologis dan strategis
untuk mendesain lingkungan dan cara hidup kita sehingga terintegrasi secara
ramah lingkungan dan berkelanjutan dengan lingkungan alam termasuk kehidupan
di dalamnya (biosfer), yang memiliki semua bentukan kehidupan yang terjadi di
bumi. Integrasi tersebut menyatakan bahwa desain yang dibuat akan
meminimalisir pengurangan sumber daya yang tidak terperbarui, memberikan
perlindungan, serta memperbaiki kualitas ekosistem.
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mendesain Taman Kota Cilegon
berbasis ekologi sehingga memenuhi aspek-aspek fungsional, estetis, serta

2
meningkatkan kualitas lingkungan kawasan tersebut. Secara khusus penelitian ini
bertujuan untuk:
1. mengidentifikasi karakter tapak dan pengguna tapak untuk mengetahui
kebutuhan dan keinginan masyarakat akan taman kota;
2. menganalisis potensi serta kendala tapak ditinjau dari fisik, bio-fisik dan sosial
tapak yang akan dijadikan taman kota;
3. mendesain taman kota Cilegon berbasiskan konsep eco-design.
Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini dalam perancangan Taman Kota Cilegon, adalah:
1. menjadi bahan masukan alternatif desain taman kota bagi Dinas Pertamanan
dan Pemakaman serta Dinas Tata Kota Cilegon dalam pembangunan RTH
kota;
2. menjadi model pengembangan desain taman kota bagi taman–taman kota
lainnya di Indonesia dengan konsep eco-design;
3. memberikan informasi dan pemahaman masyarakat mengenai taman kota yang
ramah lingkungan.
Kerangka Pikir Penelitian
Kerangka pikir penelitian desain taman kota Cilegon berbasis konsep ecodesign disusun berdasarkan respon terhadap hilangnya lanskap alami kota yakni
wetland akibat adanya pembangunan kawasan industri. Salah satu solusi untuk
meminimalisir masalah lingkungan tersebrt adalah dengan desain taman kota yang
menerapkan konsep eco-design yang tidak hanya memenuhi kebutuhan ruang
rekreatif masyarakat setempat tetapi juga berkontribusi bagi peningkatan kualitas
ekologi kota. Penjelasan kerangka pikir terlihat pada Gambar 1.
Kondisi Alamiah
Kota Cilegon

Kota Cilegon

Hilangnya Lanskap Alami Kota

Langsung
Tidak Langsung

Lanskap Kota Industri
Konsep EcoDesign

Permasalahan Lanskap Kota

Penerapa Eco-

Taman Kota

Design

Pemenuhan
Kebutuhan
Masyarakat

Desain Taman Kota Cilegon Berbasis Eco Design
Gambar 1 Diagram Kerangka Pikir Penelitian

3
TINJAUAN PUSTAKA
Desain Lanskap
Desain adalah ilmu dan seni pengorganisasian ruang dan masa dengan
mengkomposisikan elemen lanskap alami dan non alami, serta seluruh kegiatan
yang terdapat didalamnya agar tercipta suatu karya tata ruang yang secara fungsi
berdaya guna dan secara estetis bernilai indah, sehingga tercapai kepuasan
jasmaniah dan rohaniah manusia, serta makhluk hidup lain di dalamnya
(Rachman, 1984). Menurut Simonds dan Starke (2006), memukakan bahwa desain
ialah proses kreatif yang mengintegrasikan aspek teknologi, sosial, ekonomi dan
biologi serta aspek psikologis dan fisik yang dinyatakan pada bentuk, bahan, warna
dan ruang, tekstur dan kualitas lainnya yang merupakan hasil pemikiran yang saling
berhubungan. Perancangan ini ditujukan pada penggunaan volume ruang.
Pada lanskap terdapat dua jenis elemen lanskap, yakni elemen lanskap
mayor dan elemen lanskap minor. Elemen lanskap mayor terdiri dari bentuk alam
seperti topografi, pegunungan, lembah sungai dan kekuatan alam seperti angin,
suhu, dan curah hujan yang sulit diubah oleh manusia. Elemen minor adalah
elemen yang dapat dimodifikasi oleh manusia, seperti bukit, anak sungai dan
hutan-hutan kecil. Perubahan yang diberikan secara garis besar dapat
mengakibatkan beberapa efek, diantaranya melestarikan, merusak, mengubah
serta memberi penekanan. Secara umum elemen lanskap dibagi menjadi soft
materials dan hard materials. Karakter tapak yang menarik harus dipertahankan
atau diciptakan, sehingga semua elemen yang banyak bervariasi dapat menjadi
satu kesatuan yang harmonis. Elemen desain lanskap berdasarkan desain yang
ditimbulkan yakni: Elemen lunak (soft material) seperti tanaman, air dan satwa.
Serta Elemen keras (hard material) seperti paving, pagar, patung, pergola, bangku
taman, kolam, lampu taman, dan sebagainya Simonds dan Starke. (2006).
Proses desain lanskap menurut Gold (1980) terdiri dari: persiapan,
inventarisasi, analisis -sintesis, dan desain, berikut ini penjabarannya:
1. Persiapan merupakan tahap perumusan tujuan dan program serta informasi
lain tentang berbagai keinginan yang akan dilanjutkan dengan membuat
persetujuan kerja sama antara perencana dan pemberi tugas.
2. Inventarisasi merupakan tahap pengumpulan data kondisi awal tapak yang
diperoleh dari survei ke lapangan, wawancara, pengamatan, dan sebagainya.
3. Analisis merupakan tahap untuk mengetahui permasalahan, kendala, potensi
dan kemungkinan pengembangan lain dari tapak. Pada tahap ini dibuat
program pengembangan yang menyeluruh dengan menyusun tujuan, metode,
daftar kebutuhan, deskripsi proyek, dan hubungan antar komponen tersebut.
Sintesis merupakan tahap pemecahan masalah dan pemanfaatan potensi suatu
tapak yang disesuaikan dengan tujuan perencanaan. Setelah dilakukan
pemecahan masalah dan pemanfaatan potensi, akan diperoleh beberapa
alternatif perencanaan
4. desain lanskap merupakan pengembangan konsep perencanaan yang terinci,
yang menyajikan rincian rencana spesifik terhadap elemen-elemen lanskap
pada tapak tersebut.

4
Taman Kota
Simonds dan Starke (2006) menyatakan bahwa taman kota adalah tamantaman yang luas di dalam kota yang menyediakan kebutuhan rekreasi bagi
penghuni kota (citizen). Termasuk di dalamnya fasilitas-fasilitas yang melengkapi
kebutuhan para pengguna misalnya plaza, pusat perbelanjaan, kebun binatang,
tempat bersejarah (museum). Menurut PERMENPU No. 05/Prt/M/ 2008, Taman
kota adalah taman yang ditujukan untuk melayani penduduk satu kota atau bagian
wilayah kota. Taman kota dapat dimanfaatkan penduduk untuk melakukan
berbagai kegiatan sosial pada satu kota atau bagian wilayah kota. Taman ini dapat
berbentuk sebagai RTH (lapangan hijau), yang dilengkapi dengan fasilitas
rekreasi, taman bermain (anak/balita), taman bunga, taman khusus (untuk lansia),
fasilitas olah raga terbatas, dan kompleks olah raga dengan minimal RTH 30%.
Semua fasilitas tersebut terbuka untuk umum. Jenis vegetasi yang dipilih berupa
pohon tahunan, perdu, dan semak ditanam secara berkelompok atau menyebar
berfungsi sebagai pohon pencipta iklim mikro atau sebagai pembatas antar
kegiatan.
Menurut PERMENPU No. 05/Prt/M/ 2008, RTH Taman Kota memiliki
fungsi adalah:
1. Fungsi ekologis seperti: Memberi jaminan pengadaan RTH menjadi bagian
dari sistem sirkulasi udara (paru-paru kota); Pengatur iklim mikro agar sistem
sirkulasi udara dan air secara alami dapat berlangsung lancar; Sebagai
peneduh; Produsen oksigen; penyerap air hujan; Penyedia habitat satwa;
Penyerap polutan; Media udara, air dan tanah, serta; Penahan angin.
2. Fungsi sosial dan budaya : Menggambarkan ekspresi budaya lokal;
Merupakan media komunikasi warga kota; Tempat rekreasi; Wadah dan objek
pendidikan, penelitian, dan pelatihan dalam mempelajari alam.
3. Fungsi ekonomi: Sumber produk yang bisa dijual, seperti tanaman bunga,
buah, daun, sayur mayur; Bisa menjadi bagian dari usaha pertanian,
perkebunan, kehutanan dan lain-lain.
4. Fungsi estetika: Meningkatkan kenyamanan, memperindah lingkungan kota
baik dari skala mikro: halaman rumah, lingkungan permukimam, maupun
makr: lanskap kota secara keseluruhan; Menstimulasi kreativitas dan
produktivitas warga kota; Pembentuk faktor keindahan arsitektural;
Menciptakan suasana serasi dan seimbang antara area terbangun dan tidak
terbangun.
Ruang terbuka hijau salah satunya taman kota memiliki kekuatan untuk
membentuk karakter kota dan menjaga kelangsungan hidupnya. Tanpa keberadaan
ruang terbuka hijau di kota akan mengakibatkan ketegangan mental bagi manusia
yang tinggal di dalamnya. Oleh karena itu, perencanaan ruang terbuka hijau harus
dapat memenuhi keselarasan harmoni antara struktural kota dan alamnya,
bentuknya bukan sekedar taman, lahan kosong untuk rekreasi atau lahan penuh
tumbuhan yang tidak dapat dimanfaatkan penduduk kota (Simond dan Starke,
2006).
Nilai utama yang harus dimiliki taman publik agar menjadi taman publik
yang baik menurut Scarlet (2008) adalah: taman yang responsif, taman ini diatur
dan didesain untuk melayani kebutuhan pemakainya. Taman yang demokratis,
taman bersifat melindungi hak-hak pemakainya dalam artian taman ini dapat
dipakai oleh semua kelompok dan memberikan kebebasan kepada penggunanya

5
untuk melakukan semua keinginannya dengan tetap memperhatikan norma yang
berlaku sehingga tidak mengganggu kebebasan orang lain.
Taman kota merupakan ruang rekreasi bagi masyarakatnya. Jenis rekreasi
menurut Gold (1980) dikelompokan menjadi empat kategori:
1. Rekreasi fisik, yaitu rekreasi yang membutuhkan usaha fisik dalam melakukan
aktivitas rekreasi.
2. Rekreasi sosial, yaitu rekreasi yang mencakup interaksi sosial dan
aktivitasnya.
3. Rekreasi kognitif, yaitu rekreasi yang mencakup kebudayaan, pendidikan, dan
estetika.
4. Rekreasi yang berhubungan dengan lingkungan, yaitu rekreasi yang
memanfaatkan sumber daya alam.
Eco-Design
Desain ekologis dapat didefinisikan sebagai suatu desain yang
meminimalisir dampak kerusakan lingkungan dan mengintegrasikannya dengan
proses-proses kehidupan (Van der Ryn dan Cowan 1996). Integrasi tersebut
menyatakan bahwa perancangan yang dibuat meninjau keragaman spesies
(menjaga keragaman hayati), meminimalisir pengurangan sumber daya,
melindungi nutrient dan water cycles, perbaikan kualitas habitat, serta mengurusi
hal-hal yang berhubungan dengan kesehatan ekosistem dan manusia. Dalam hal
tersebut bisa diartikan bahwa desain ekologis bersifat melindungi komponen
biotik (Manusia, hewan dan tumbuhan) dan abiotik (Tanah, air dan udara) suatu
lingkungan. Selain itu. Desain ekologis diartikan sebagai adaptasi yang efektif dan
proses alam yang terintegrasi. Untuk mencapai hal tersebut. Menurut Yeang dan
Yeang (2008), ecological design atau ecodesign merupakan penggunaan prinsipprinsip desain yang ekologis dan strategis untuk mendesain lingkungan dan cara
hidup kita sehingga terintegrasi secara ramah lingkungan dan berkelanjutan
dengan lingkungan alam termasuk kehidupan di dalamnya (biosfer), yang
memiliki semua bentukan kehidupan yang terjadi di bumi. Integrasi tersebut
menyatakan bahwa rancangan yang dibuat akan meminimalisir pengurangan
sumber daya yang tidak terperbarui, perlindungan serta perbaikan kualitas
ekosistem.
Supaya terpenuhinya konsep eco-design dalam desain yang akan
dilaksanakan maka perlu adanya indikator yang menunjukan suatu desain tersebut
menerapkan prinsip konsep eco-design. Terdapat 5 prinsip eco-design menurut
Van der Ryn dan Cowan (1996) dalam mendesain yang ekologis yakni:
1. Solution Grows From Place, Pemecahan masalah harus berpijak dari tempat
dimana perancang mendesain. Pemahaman karakteristik tapak, kondisi
lingkungan sekitar, dan pengguna tapak menjadi kunci informasi untuk desain,
2. Ecological Accounting Informs Design, atau Desain dengan Perhitungan
Ekologis. Desain perlu perhitunagan yang matang, yakni bahwa karya desain
yang dibuat tidak merusak lingkungan,
3. Design With Nature, Desain harus selalu mempertimbangkan keberlanjutan
secara bersama antara lanskap sebagai karya desain dengan alam yang terkait,
4. Everyone is a Designer, Desain harus bersifat parstisipatif terhadap pemangku
kepentingan terkait (stakeholders) terhadap karya desain. Dalam hal ini arsitek

6
harus mempertimbangkan pihak lain yang terkait, bahkan keputusan desain
dapat diputuskan secara bersama dengan mereka,
5. Make Nature Visible, proses – proses alamiah merupakan proses yang siklis.
Arsitek atau desainer sebaiknya juga mampu untuk melakukan proses tersebut
sehingga limbah yang dihasilkan seminimal mungkin.
Prinsip desain ekologis menurut Beck dan Franklin (2013):
1. Right Plant Right Place, yakni pemilihan tanaman untuk desain ekologis
haruslah sesuai dengan lingkungan setempat baik iklim mikro ataupun
ketersediaan air.
2. Working with plant populations and communities, Dimana alam pada
lingkungan terbangun tanaman jarang terdapat sendiri mereka tuumbuh
bersama tanaman lain dengan karakter yang berbeda-beda. Contoh kawasan
hutan hota dengan badan air terdapat lapisan tanaman berbeda baik tanaman
akuatik, willow shrub, sampai mixed riparian forest hal ini berkesesuaian
dengan karakter struktur dari tanaman itu seperti genetic, ruang, ukuran dan
umur.
3. Competition and assembling thight communities, Pada desain yang ekologis
populasi tanaman yang ada berkompetisi karena sumber yang ada terbatas
sehingga tercipta keberagaman. Struktur tanaman-tanaman yang beragam ini
memiliki fungsi untuk menangkal invasi dan menciptakan estetika baik dari
segi warna, bentuk dan teksturnya.
4. Designing and managing ecosystem. Pada desain ekologis tidak hanya fisik
saja yang diperhaikan teteapi keterhubungan antar makhluk hidup dalam suatu
ekosistem dinilai penting.
5. Biodiversity for high functional landscape, tingkat biodiversitas yang tinggi
mengakibatkan banyak fungsi pada tapak baik unsur abiotik dan biotik
memiliki peranannya.
6. Promoting living soil and health water, desainer harus mampu memperbaiki
kualitas air dan tanah pada tapak
7. Integrating other organism, Mengintegrasikan keterhubungan antar organisme
pada tapak, sehingga tidak mengganggu rantai makanan yang ada.
8. Counting on disturbance and planning for succession, Memperhitungkan
gangguan yang terjadi pada pembangunan dengan proses suksesi yang terjadi
9. Landscape ecology applied, pengaplikasian ilmu ekologi lanskap yakni ilmu
yang mempelajari hubungan antar organisme pada suatu ekosistem.
10. Creating landscape for an era global change, mendesain lanksap yang dinamis
serta berpandangan kedepan dengan adanya perubahan global.
Pada desain yang ekologis menurut Rottle dan Yocom (2010) perlu
memperhatikan sistem habitat yang ditujukan kepada preservasi dan konservasi
ekologi. Memfungsikan habitat untuk mendukung satwa liar perkotaan (urban
wildlife) dan memberikan kontak manusia dengan alam. Elemen–elemen tersebut
seperti: hutan kota, wetland, streams (Aliran Sungai), hutan mangroove garis
pantai, bahkan kebun liar belakang rumah. Kehadiran variasi kondisi lanskap
dapat mendukung tipe yang beragam dari vegetasi, insekta, burung, mamalia, dan
spesies air. Kota-kota yang ada sering terletak pada area dengan habitat yang kritis
seperti muara sungai, dan merupakan bagian besar dari sistem lingkungan seperti
koridor sungai, jalur migrasi burung-burung. Sehingga sistem habitat dapat
meningkatkan biodiversitas perkotaan setempat dan juga mendukung populasi
satwa liar regional dan global.

7
Terdapat 3 strategi pada desain yang ekologis menurut Rottle dan Yocom
(2010) yaitu: restoration, regeneration, dan stewardship (pengelolaan). Sebagian
lanskap dan tapak telah terkena dampak dari ulah manusia yang mengakibakan
rusaknya lingkungan yang ada. Oleh karena itu desain perlu merestorasi fungsi
ekologi tapak khususnya kondisi tanah, aliran air, struktur tanaman haruslah
sesuai dengan sejarah tapak tersebut. Menrestorasi tapak yang sudah berubah
kondisi alaminya maka dapat dilakukan dengan mereplika bentuk patch
ekologinya menurut sejarahnya.
Tingkatan restorasi kondisi alami tapak bervariasi dari restorasi secara
keseluruhan ataupun parsial. Berikut ini ialah tipe tingkatan restorasi:
1. Rehabilitasi. Bertujuan untuk memperbaiki proses pada suatu ekosistem
(contoh: mengubah aliran stormwater untuk meningkatkan laju inflitrasi atau
menanam kembali tanaman yang menarik satwa liar pada suatu habitat
tertentu)
2. Reklamasi. Merupakan restorasi pada area tambang atau bekas area industi
yang sudah sangat rusak. Tujuannya untuk menstabilkan lahan, menanam
kembali dan memberikan keamanan publik serta nilai estetika sehingga tapak
tersebut kembali berguna.
3. Ecological Engineering. Merupakan restorasi sebagian dimana pada tapak
diberikan material alami, organisme hidup dan aspek dari proses fisik-kimiawi
untuk mengatasi masalah teknis seperti restorasi tepian sungai dengan
penanaman tanaman wetland.
4. Superficial mimicry. Membuat desain yang hanya untuk digunakan untuk
mengedukasi masyarakat dengan membuat tiruan dari suatu habitat.
Contohnya seperti desain penanaman spesies lokal dari suatu ekosistem tanpa
memperhatikan sistem hidrologi, tanah yang sesuai, atau proses suksesi
sehingga hanya untuk penampilan estetika saja.
Berdasarkan teori dasar tentang desain yang ekologis diatas terdapat
berbagai cara untuk menerjemahkan prinsip–prinsip desain yang ekologis
contohnya dengan pendekatan mengembalikan habitat satwa liar, penghematan
energi, penggunaan material ramah lingkungan, kenyamanan iklim mikro,
pengolahan air limbah dan pengontrol banjir serta desain yang akomodatif.

8
METODOLOGI
Tempat dan Waktu Penelitian
Desain Taman Kota Cilegon berbasis konsep eco-design, dilakukan pada
area Eks Pasar Baru, Jalan Akses Gedung, Kelurahan Jombang Wetan, Kecamatan
Jombang, Kota Cilegon dengan luas tapak 2,3 hektar. Kegiatan penelitian
berlangsung selama sembilan bulan, yaitu dimulai dari minggu pertama bulan
Maret 2014 hingga minggu keempat bulan Desember 2014. Gambar 1
memperlihatkan lokasi penelitian.

Peta Kota Cilegon

Peta perbesaran pusat kota

Peta lokasi penelitian (eks Pasar baru).
Sumber: www.maps.google.com/cilegon

Foto panorama bagian Barat
Gambar 2 Lokasi penelitian

7

9
Metode Studi
Metode Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode deskriptif,
melalui survey lapang dan penyebaran kuisioner yang akan dilakukan dalam
empat tahapan, yakni tahap persiapan, pengumpulan data, pengolahan data
(konsep, analisis, dan sintesis), dan desain (Gold 1980).
1. Persiapan
Pada tahap persiapan, dilakukan penentuan tujuan perancangan, rencana
kerja dan anggaran biaya, mencari sumber-sumber informasi sekunder yang
terkait dengan kegiatan perancangan untuk mendukung pengembangan kegiatan
penelitian ini.
2. Pengumpulan Data
Pada tahap ini data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan data
sekunder. Data primer diperoleh dengan survei, wawancara dan penyebaran
kuisioner. Kegiatan survei terdiri dari: pengukuran langsung dengan
menggunakan alat-alat survei seperti Global Positioning System (GPS) yang
digunakan untuk menentukan luasan, bentuk, serta posisi titik koordinat dari
lokasi penelitian; Meteran, yang digunakan untuk mengukur dimensi panjang dan
lebar tapak di lokasi penelitian dan Kamera Digital. Data sekunder diperoleh
dengan studi pustaka serta data dari dinas terkait. Data tersebut dapat dilihat pada
Tabel 1.
Tabel 1 Kebutuhan, Jenis, Bentuk dan Sumber Data Penelitian
Kelompok Data

Fisik

Jenis Data
Batas Tapak dan
Geografi
Sistem Transportsai,
Sirkulasi dan
Aksesibilitas
Topografi dan
Kemiringan

Bentuk Data

Sumber Data

Peta dan Satuan Angka

Dinas Tata Kota

Peta dan
Deskriptif

Lapang dan
Dinhub

Peta dan
Deskriptif
Peta dan Deskriptif
Satuan Angka dan
Deskriptif
Peta dan Deskriptif
Satuan Angka dan
Deskriptif
Satuan Angka

Bapeda dan
DPU
Lapang
Lapang dan Stasiun
Klimatologi
Lapang dan DPU
Stasiun Klimatologi

Lapang dan DKP

Geologi dan Tanah

Peta dan Deskriptif
Satuan Angka dan
Deskriptif
Peta & Deskriptif

Preferensi Pengunjung

Deskriptif

Sosial Budaya

Deskriptif

View
Kenyamanan Iklim
Mikro
SalinitasTanah
Kualitas Udara

Bio-Fisik

Iklim
Vegetasi dan Satwa
Hidrologi dan Drainase

Sosial

Stasiun Klimatologi

Lapang dan DPU
Bappeda dan DPU
Survei dan
Interview
Disbudpar

Survei atau pengamatan secara langsung dilakukan pada waktu pagi pukul
06:00 – 09:00 Siang pada pukul 12:00-15:00 dan malam pukul 19:00 - 21:00.
Survei dari berbagai variasi waktu ini untuk mengetahui ragam kondisi tapak

10
seperti bentukan-bentukan elemen lanskap, kenyamanan iklim mikro, keadaan
hidrologi dan drainase tapak, keadaan fasilitas dan utilitas pada bagian tertentu di
dalam tapak serta keadaan sosial seperti aktivitas pengunjung pada waktu yang
berbeda - beda.
Kuesioner dengan pertanyaan tertutup sebanyak 100 kuisioner dengan
pembagian 50 untuk pengunjung riil tapak dan 50 pengunjung potensial dengan
teknik sampling berstrata (stratified sampling) yang dipilih secara acak dari
tingkat Kecamatan dan Kelurahan yang ada di sekitar tapak. Kuisioner dan
interview ini ditujukan kepada para pengunjung dan masyarakat kota untuk
mendata pandangan dan pendapat mengenai desain taman kota dari sudut pandang
pengguna. Pesebaran asal lokasi pengunjung responden dan besar ukuran sampel
responden kusioner dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2 Persebaran Asal Lokasi dan Besar Ukuran Sampel Responden
Kecamatan

Kelurahan

Cilegon

Ciwaduk

Jombang
Citangkil

Ukuran Contoh
7

Ketileng

5

Jombang Wetan

10

Masigit

8

Taman Baru

6

Citangkil

14

Jumlah Total Responden

50

3. Analisis dan Sintesis
Data yang sudah terkumpul kemudian dianalisis ke dalam dua sub bagian
yang meliputi analisis fisik dan biofisik tapak, serta analisis pengguna. Analisis
fisik yang dilakukan adalah mengenai fisik tapak atau sumber daya tapak untuk
menilai potensi dan kendala pada yang ada. Analisis fisik dan biofisik meliputi
analisis topografi, analisis aksesibilitas, analisis kontekstualitas, analisis
kenyamanan iklim, analisis kualitas udara, analisis vegetasi, analisis drainase dan
hidrologi, serta analisis geologi dan tanah. analisis topografi. Analisis
aksesibilitas, dan analisis kontekstualitas untuk penerapan atau aplikasi konsep
eco-design yakni Konservasi Tanah dan Penghematan Energi. Analisis
kenyamanan iklim mikro melalui perhitungan Temperature Humanity Index (THI)
yang menghasilkan indeks kenyamanan dengan kriteria menurut Laurie (1984),
analisis kualitas udara, analisis vegetasi dan untuk penerapan atau aplikasi konsep
eco-design yakni kenyamanan iklim mikro dan restorasi habitat. Analisis drainase
dan hidrologi serta analisis geologi dan tanah untuk penerapan atau aplikasi
konsep eco-design ialah konservasi air.
Analisis pengguna meliputi aktivitas eksisting pada tapak serta preferensi
dari pengunjung tapak termasuk didalamnya persepsi akan sesuatu yang disukai
dan tak disukai pengguna dalam suatu fisik rancangan tapak untuk menjadi bahan
pertimbangan utama dalam proses analisis dan tahapan-tahapan selanjutnya untuk
penerapan konsep eco-design, yakni Desain yang Akomodatif. Berikut ini Tabel 3
yang merupakan penjabaran yang lebih singkat dari proses analisis.

11
Tabel 3 Jenis, Kegiatan, dan Produk Analisis
Jenis Analisis
Analisis Fisik dan Biofisik
Analisis Aksesibilitas dan
Sirkulasi
Analisis View
Analisis
Iklim
Analisis
Satwa

Kenyamanan
Vegetasi

dan

Analisis Kualitas Udara
Analisis Hidrologi
Topografi

dan

Kegiatan yang dilakukan
Menganalisis kemudahan akses pejalan
kaki dan kendaraan, sistem transportasi
Menganalisis potensi good view dan
kendala bad view pada tapak
Mengukur tingkat kenyamanan dengan
perhitungan THI
Menganalisis jumlah, jenis dan fungsi
vegetasi serta satwa pada tapak

Mencari indikator kualitas udara kota
Menganalisis inlet dan outlet pada tapak,
Menganalisis kondisi hidrologi pada
tapak serta sistem drainase yang
dipergunakan, dan Bentuk kontur tapak,

Analisis Tanah

Menganalisis sifat fisik tanah

Analisis Kondisi Sosial
Analisis
Pengguna
eksisting tapak
Analisis
Presepsi dan
Preferensi Pengguna

Survei lapang
Kusioner

Produk
Peta Aksesibilitas dan
Sirkulasi
Peta sebaran good view
dan bad view serta
Nilai THI
Deskripsi fungsi
arsitektural dan
ekologis vegetasi
Deskripsi Persebaran
Satwa pada tapak
Nilai kualitas udara
Peta drainase dan
Kemiringan Lahan
Deskripsi kondisi
hidrologi pada tapak
Deskripsi sifat fisik
tanah dan kesesuaian
pada tapak
Deskripsi aktivitas
pengguna
Presentase dan
deskripsi

Kelompok hasil analisis fisik dan biofisik serta analisis kondisi sosial
berdasarkan potensi yang ada akan dikembangkan, sedangkan kendala yang ada
dicari solusi atau pemecahannya sehingga menghasilkan sintesis tapak yang
digunakan sebagai dasar untuk mendesain Taman Kota Cilegon ini sebagai ruang
terbuka hijau yang rekreatif dan berbasis alam.
4.

Desain
Pada tahap desain, diawali dengan perumusan konsep dasar dan konsep
desain yakni pengumpulan ide baik pemikiran umum, penemuan atau ciptaan
bentukan. Konsep ini diwujudkan dengan memperhatikan konsep - konsep ecodesign. Kemudian konsep desain yang dibuat akan dikembangkan menjadi
rencana yang meliputi rencana ruang dan rencana aktivitas dengan menggunakan
perhitungan daya dukung untuk menentukan kekuatan dan titik maksimal dimana
lahan tersebut secara efisien dan efektif menahan aktifitas didalamnya, rencana
penanaman dan rencana sirkulasi. Hasil dari pengembangan desain kemudian
dilakukan kegiatan desain secara keseluruhan dan elemen taman secara lebih
mendetail dalam bentuk gambar rancangan yang terdiri dari gambar teknis dan
gambar ilustrasi. Produk dari Gambar teknis yang menggunakan perangkat lunak
AutoCAD 2010 dan Adobe Photoshop CS6 ialah: rencana tapak, rancangan detail
beberapa bagian tapak, detail potongan tapak, detail penanaman, detail
perkerasan, detail fasilitas dan utilitas. Produk dari gambar ilustrasi ialah gambar
perspektif dengan menggunakan software Google SketchUp 2013 untuk membuat

12
model 3D, Adobe Photoshop CS6, V-ray dan LUMION untuk rendering serta
pembuatan animasi.
Batasan Penelitian
Batasan pada penelitian ini adalah pengaplikasian konsep eco-design
dalam mendesain Taman Kota di Kota Cilegon, Banten sesuai dengan sumber
daya yang ada pada tapak sehingga menjadi karya desain yang fungsional, estetis
dan berkelanjutan. Desain taman kota terdiri dari gambar kerja dan gambar
ilustrasi seperti: rencana tapak, detil desain beberapa bagian tapak, gambar
potongan tampak, detil penanaman, detil perkerasan tanpa adanya analisis struktur
lebih lanjut, detil fasilitas dan utilitas, ilustrasi serta animasi.

13
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Umum
Aspek Fisik dan Biofisik
Aspek fisik dan biofisik yang diinventaris pada area penelitian meliputi
aspek–aspek yang terkait dalam desain desain taman diantaranya: batas tapak dan
geografi, sirkulasi dan akesibilitas, geologi dan tanah, topografi, drainase dan
hidrologi, iklim, vegetasi, fasilitas dan utilitas serta view.
Lokasi dari tapak penelitian ini berada di lahan yang merupakan eks Pasar
Baru Cilegon. Secara administratif letak tapak berada di Kelurahan Jombang
Wetan, Kecamatan Jombang, Kota Cilegon. Tapak ini terletak di kawasan
pertokoan dan kantor Dinas Sosial Kota Cilegon. Secara Geografis tapak terletak
pada koordinat 6º0’47,5” LS - 106 º3’31,7” BT, dengan batas wilayah:
1. Utara
: Jl. Kubang Laban
2. Selatan
: Permukiman penduduk dan pertokoan
3. Barat
: Pertokoan dan Jl. Kapt. P. Tendean
4. Timur
: Jl. Pasar baru
Lokasi taman kota eks Pasar Baru Cilegon ini tidak jauh dari jalan
protokol atau jalan arteri Kota Cilegon (Jalan S. Agung Tirtayasa) yakni berjarak
sekitar 500 m yang dihubungkan dengan jalan kolektor (Jalan Kapt. P Tendean
dan Jalan Kubang Laban). Lokasi ini dapat diakses dengan kendaraan bermotor
seperti mobil dan sepeda motor terdapat pula angkutan umum (angkot) yang
melalui bagian barat tapak yakni pada Jalan Kapt. P. Tendean. Sirkulasi jaringan
jalan pada sekitar tapak terbagi atas dua jalur kendaraan bermotor tetapi tidak
terdapat jalur pejalan kaki (pedestrian). Kondisi Jalan pun dalam keadaan yang
rusak berat dengan lubang–lubang yang besar. Sirkulasi dalam tapak hanya
terdapat pada bagian taman yang terbangun berupa jalur pejalan kaki dengan lebar
2 m dan material berupa paving block. Akses ke dalam tapak dapat dilalui oleh
pejalan kaki pada bagian utara, selatan dan timur tapak dari jalan yang
mengelilingi tapak dan kendaraan sepeda motor pada bagian utara tapak. Kondisi
eksisting seperti yang dapat dilihat pada gambar 3.
Letak tapak secara geologis yang merupakan dataran rendah yang landai.
Memiliki perbedaan level pada bagian utara dan selatan tapak hanya kurang dari 1
meter. Kemiringan pada tapak antara 0 – 3 % dimana termasuk dalam katagori
datar seperti yang terlihat pada gambar 4. Berada diketinggian sekitar 11 mdpl dan
tersusun atas batuan vulkanik dan alluvium dengan jenis batuan breksi dan tupa
dari Gunung Gede yang merupakan gunung yang terletak pada bagian utara Kota
Cilegon dengan ketinggian maksimum 551 meter diatas permukaan laut
(Bappeda, 2013).
Jenis tanah pada bagian dan barat Kota Cilegon menurut data skunder dari
Bappeda Cilegon merupakan tanah regosol dengan kedalaman efektif kurang dari
90 cm dengan tekstur halus dan tanah aluvial dengan kedalaman efektif tanah
lebih dari 90 cm dengan tekstur kasar. Campuran tanah regosol dan aluvial ini
berasal dari material gunung api (abu vulkanik) dengan endapan lumpur sungai
belum adanya diferensiasi horison, pH 6-7, memiliki zat organik yang rendah,
porositas dan permeabilitas sedang–cepat (7,8 cm/jam), KTK rendah sampai
sedang (0,583 – 2,748 me/100 gr), peka terhadap erosi dan cukup mengandung

14
P & K tetapi kurang unsur N. Secara umum kesuburan tanah pada tapak penelitian
memiliki tingkat kesuburan yang cukup.

Gambar 3 Sirkulasi dan akses menuju tapak dan di dalam tapak

Gambar 4 Kondisi topografi pada tapak
Jenis drainase yang ada yaitu drainase terbuka dan drainase tertutup.
Drainase terbuka terdapat pada dalam tapak yang berada pada kanan dan kiri jalan
setapak yang mengalir ke drainase jalan serta bagian yang tidak terbangun yang
masih merupakan padang rumput tidak terdapat saluran pembuangan, air yang ada
langsung diserap (inflitrasi) ke tanah. Drainase tertutup tertutup terdapat di jalan
disekitar tapak dengan kondisi yang buruk dimana terdapat sedimentasi dan
tumpukan sampah sehingga terdapat genangan air jika terjadi hujan dengan
intensitas dan curah hujan yang tinggi yang turut merusak struktur jalan seperti
yang terlihat pada gambar 5.
Tata air yang ada di Cilegon terdapat DAS Teluklada, meliputi bagian
Barat Kota Cilegon; Satuan sub-cekungan Air Bawah Tanah (CABT) Serang–
Cilegon yang kemudian disalurkan melalui saluran air kota. Sumber air pada

15
tapak berasal dari Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM Cilegon Mandiri) dan
hujan untuk kebutuhan toilet maupun untuk menyiram tanaman.

Gambar 5 Keadaan drainase tapak
Berdasarkan letak ketinggian Kota Cilegon yang berada di daerah pesisir
sehingga memiliki iklim yang panas dengan suhu rata–rata 27 C dimana suhu
tertinggi tercatat pada bulan Juni dengan suhu 27,9 C dan terendah bulan Agustus
dengan suhu 26,8C. Tingkat kelembaban udara rata–rata 80,5 %. Arah angin pada
sekitar tapak rata–rata bergerak dari arah barat daya ke arah utara dengan rata–
rata kecepatan angin rata-rata 2,3 knots. Lama penyinaran matahari sebesar 3392% dengan lama penyinaran terbesar pada bulan September. Sedangkan curah
hujan rata–rata yakni 100 mm perbulan ditahun 2013 dengan curah hujan tertinggi
pada bulan janurai yakni 302 mm dan terrendah pada bulan agustus yakni 0 mm
dengan rata - rata hari hujan 14 hari. Berikut ini tabel 4 tabulasi data iklim pada
tapak.
Tabel 4 Data Iklim Rata–rata Tahun 2013
Bulan
Jenis Data

Jan

Feb Mar

Apr

Mei

Jun

Jul

Rata
Rata

Agt

Sep

Okt Nov Des

Suhu Rata - 27 26,9 27,4 26,9 27.1 27,2 26,6 26,8
Rata
Bulanan
(C)
Kelembab82
85
80
86
82
81
78
75
an Udara
Bulanan
(%)
Kecepatan
4
2
4
2
2
2
2
2
Angin Rata
- Rata
(knot)
Arah Angin
W
W
Wt
N
N
NE
N
N
Bulanan
Hari Hujan
26
20
17
17
14
18
2
3
(Hari)
Curah
302 191 91 184 98
36
16
0
Hujan
(mm)
Sumber : BMKG Serang, 2014

27

27,8 27,2 27,3 27,1

74

77

83

83

80,5

2

2

2

2

2,33
3333

N

N

N

N

-

3

10

18

23

14

3

126

51

95

99,4
1667

16
Kota Cilegon yang merupakan kota industri memiliki aktivitas industri
yang tinggi dan berpengaruh terhadap kualitas lingkungan, untuk mengetahui
dampak negatifnya dapat ditinjau dari data sekunder terhadap parameter yang
diukur seperti gas HC, CO, NO2, SO2, Pb dan debu yang merupakan gas–gas atau
partikel yang mencemari udara yang dapat diserap oleh tanaman. Berikut ini tabel
5 yang merupakan data konsentrasi polutan.
Tabel 5 Data Konsentrasi Polutan
Lokasi

Jl. Ahmad Yani
(Bag. Kecamatan
Jombang)

Parameter

Hasil

Baku mutu

Debu (µg/m3)*
HC (µg/m3)*
CO (µg/m3)

687
687
5700

230
160
10000

NO2 (µg/m3)

38,7

150

SO2 (µg/m3)

17,8

365

Pb (µg/m3)
0,42
Keterangan : * Melebihi baku mutu menurut PP RI No: 41 Tahun 1999.
Sumber : Dinas BLH Kota Cilegon

2

Pada tapak view yang sebagian besar dapat dijumpai ialah padang rumput
dan sedikit pepohonan yang masih muda. Pada pandangan sebalah barat dan timur
dihalangi oleh tampak belakang rumah dan pertokoan sekitar tapak. Sedikitnya
variasi visual yang ada pada tapak dikarenakan sebagian besar masih belum
terbangun seperti yang ditunjukan gambar 6. Sedikit bagian yang sudah terbangun
ialah pada bagian utara dapat dijumpai perkerasan conblock sebagai jalur
pedestrian, plaza, bekas masjid yang kondisinya sangat buruk dengan kusen dan
plafon bangunannya hancur dan beberapa pilar sebagai gerbang masuk taman.

Gambar 6 View Pada Bagian Tapak yang Belum Terbangun dan Terbangun
Vegetasi yang ada di tapak beragam jenisnya dan umumnya merupakan
pepohonan pada bagian yang terbangun dan rumput saja pada bagian yang belum

17
terbangun. Jenis dan jumlah populasi tanaman yang ada terlihat pada tabel 6.
Menurut pengamatan lapang tidak ditemukannya satwa endemik yang merupakan
penciri pada Taman Kota Cilegon ini. Satwa yang terdapat pada tapak hanya
burung gereja, dan belalang.
Tabel 6 Jenis Tanaman dan Populasi
No

Nama Lokal

1

Angsana

2

Kecrutan

3

Ekor Tupai

4

Kihujan

5

Ketapang

6

Kerai Payung

7

Kersen

8

Kelapa

9

Rumput Gajah

Nama Ilmiah

Pterocarpus indicus
Spathodea campanulata
Wodyetia bifurcata
Samanea saman
Terminalia catappa
Felicium decipiens
Muntingia calabura
Cocos nucifera
Axonopus compressus

Jumlah

Klasifikasi

6

Pohon

9

Pohon

7

Palem

33

Pohon

4

Pohon

3

Pohon

10

Pohon

1

Palem

1

Penutup tanah

Fasilitas pendukung yang ada pada tapak yaitu toilet, gazebo, tempat
duduk, dan tempat ibadah yakni masjid yang sudah tidak digunakan kembali.
Spesifikasi masing–masing fasilitas terdapat dapat tabel 7 merupakan lokasi
fasilitas tersebut dalam tapak dan kondisinya.
Utilitas yang ada pada tapak ialah adanya jaringan transmisi listrik
overhead yang melintang di selatan dan timur tapak yang merupakan jaringan
listrik untuk memenuhi kebutuhan listrik masyarakat sekitar tapak. Selain
transmisi listrik terdapat juga lampu taman sebanyak 12 titik setinggi 1,5 meter
dengan kondisi lampu taman yang kurang menerangi tapak karena ukuran lampu
taman yang kecil dan kurang tinggi serta dari sisi desain sangat tidak menarik.
Tabel 7 Fasilitas di Taman Kota Bekas Pasar Baru
Nama Fasilitas

Jumlah

Keterangan

Masjid

1

Masjid ini memiliki luas 116 m2 den dengan kondisinya
buruk karena tidak dipergunakan lagi, seluruh kaca dan
beberapa tembok hancur dan ditinggali tunawisma

Toilet

1

Kondisi cukup baik hanya kurang mampu menampung
kebutuhan user akan toilet karena terlalu kecil

Gazebo

3

Gazebo berbentuk segi 4 seluas 10,6 m2 ini kondisinya
cukup baik tapi segi tampilan kurang menarik serta kurang
luas untuk menampung user

Tempat duduk

15

Desain tidak menarik, kurang adanya penaung sehingga
user jarang menggunakanya

18
Aspek Sosial dan Budaya
Pengguna tapak ini umumnya ialah penduduk yang bermukim disekitar
tapak, anak sekolah, penjual makanan dan barang karena tapak ini dikelilingi
kawasan perdagangan, pemukiman dan sekolah. Pengguna tapak umumnya
menggunakan tapak pada sore hari jika hari kerja dan pada pagi hari jika akhir
pekan, dimana kegiatan yang ada terpusat di bagian utara atau pada bagian taman
yang sudah terbangun. Kegiatan yang dapat ditemui ialah anak–anak bermain,
sedangkan kegiatan yang dil