Desain Taman Cilaki Atas Kota Bandung Berbasis Ekologi

DESAIN TAMAN CILAKI ATAS KOTA BANDUNG
BERBASIS EKOLOGI

ALVIAN NURCAHYO HAVILUDIN

DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul "Desain Taman Cilaki
Atas Kota Bandung Berbasis Ekologi" adalah benar karya saya dengan arahan
dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada
perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip baik dari
karya yang diterbitkan maupun yang tidak diterbitkan dari penulis lain telah
disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir
skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.
Bogor, Maret 2014
Alvian Nurcahyo Haviludin
NIM A44090077

ABSTRAK
ALVIAN NURCAHYO HAVILUDIN. Desain Taman Cilaki Atas Kota Bandung
Berbasis Ekologi. Dibimbing oleh ANDI GUNAWAN.
Taman kota merupakan ruang terbuka hijau yang mengakomodasi
kebutuhan aktivitas sosial. Fungsi lain dari taman kota adalah sebagai ruang
estetis dan ekologis. Bandung merupakan salah satu kota dengan beragam taman.
Taman tersebut berpotensi memberikan keseimbangan ekologis pada kota. Namun,
taman kota yang tersedia pada umumnya dibuat sekedar untuk keindahan dan
fungsi sosial, padahal taman kota masih dapat dimaksimalkan lagi fungsinya.
Fungsi taman kota yang sering terlupakan yakni sebagai pengontrol keseimbangan
ekologi. Salah satu taman tersebut adalah Taman Cilaki Atas Kota Bandung. Perlu
adanya taman kota dengan memaksimalkan fungsi ekologis yang memahami
karakteristik ekologi lanskap sekitar. Salah satu aspek ekologi yang menjadi titik
berat dalam permasalahan taman adalah hidrologi. Karakteristik topografi taman
yang relatif curam menyebabkan banyak terjadi pengikisan permukaan tanah.

Analisis deskriptif dilakukan untuk menentukan karakteristik fisik dan desain dari
taman. Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi dan menganalisis karakter
pengguna taman kota untuk mengetahui kebutuhan dan harapan pengguna
khususnya untuk keberlanjutan ekologi lingkungan yang selanjutnya akan
dihasilkan desain taman kota yang fungsional, estetis, dan ekologis. Konsep dasar
yang digunakan adalah eco urban park. Pada proses desain perlu diperhatikan
aspek rekreasi dan ekologi. Ekologi yang dimaksud mencakup siklus alami
lingkungan dan pelestarian budaya lokal. Konsep desain mengaplikasikan pola
nervous untuk menciptakan nuansa kota. Pola tersebut menjadi focal point taman
yang memecah kesan alami taman. Sebanyak 7 kolam retensi yang terkoneksi
dengan bioswale dibangun pada taman untuk mendukung fungsi ekologi. Kolam
tersebut akan memaksimalkan infiltrasi air run off yang tertampung serta untuk
keperluan irigasi taman. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi pertimbangan
dan pedoman dalam mendesain taman kota yang berbasis ekologi.
Kata kunci: Desain Taman, Desain Ekologi, Taman Kota

ABSTRACT
ALVIAN NURCAHYO HAVILUDIN. Ecological Based Design of Cilaki Atas
Park in Bandung City. Supervised by ANDI GUNAWAN.
Urban park is a green open space which accomodate social activities needs.

Aesthetic and ecological space are another function of urban park. Bandung is one
of many cities which have many urban parks, with the potency to provide an
ecological balance in the city. However, urban parks of which are available in
most cases created simply for beautification and social function, while the other
function is still can be maximized. The function of urban parks that are often
forgotten is the controller of ecological balance. Upper Cilaki Bandung Urban
Park is one of it. Urban park which maximizing ecological function and
understanding the ecological characteristics of the landscape is needed. One of the

ecological aspects which are becoming main point in park issues is the
hydrological aspect. The characteristics of park topography which is relatively
steep, causing many topsoil removal. A descriptive analysis was carried out to
determine the physical characteristics and the design of the park. The purpose of
this research is to identify and analyze the user's characteristics of urban park to
find out the needs and expectations of users especially for ecological sustainability
of the environment. Then, the functional, aesthetic, and ecologic urban park
design will be produced. The basic concepts used are eco urban park. In the
design process, it is important to note the recreation and ecological aspects.
Ecology which is mentioned here cover a natural environmental cycle and
preservation of local culture. The design concept applying nervous patterns to

create the feel of the city. These patterns become the focal point that breaks down
the natural impression of the park. Seven retention ponds which are connected
with bioswale built to support the ecological function. The pond will maximize
the infiltration of water run off cached as well as irrigation needs. This research is
expected to be a consideration and guidelines in designing the urban parks based
on ecology.
Keywords: Park Design, Ecological Design, Urban Park

DESAIN TAMAN CILAKI ATAS KOTA BANDUNG
BERBASIS EKOLOGI

ALVIAN NURCAHYO HAVILUDIN

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian
pada
Departemen Arsitektur Lanskap

DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP

FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

Judul Skripsi: Desain Taman Cilaki Atas Kota Bandung Berbasis Ekologi
Nama
: Alvian Nurcahyo Haviludin
NIM
: A44090077

- Disetujui oleh

Dr Ir Andi Gunawan, MAgr.Sc
Pembimbing

Tanggal Lulus:

n4 APR 2014


Judul Skripsi : Desain Taman Cilaki Atas Kota Bandung Berbasis Ekologi
Nama
: Alvian Nurcahyo Haviludin
NIM
: A44090077

Disetujui oleh

Dr Ir Andi Gunawan, MAgr.Sc
Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Ir Bambang Sulistiyantara, MAgr
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah Swt atas segala berkat

limpahan rahmat dan pertolongan-Nya sehingga penelitian ini dapat diselesaikan.
Penelitian yang berjudul "Desain Taman Cilaki Atas Kota Bandung Berbasis
Ekologi" merupakan syarat kelulusan studi pada Program Studi Arsitektur
Lanskap Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Ucapan terima kasih penulis
persembahkan kepada
1. kedua orang tua tercinta, Bapak (Suprayitno BSW) dan Ibu (Haryati,
Amd.Keb yang telah memberikan dorongan moral, perhatian, nasihat, doa,
dan kasih sayang, serta pengorbanan lainnya yang tidak terhingga;
2. Dr. Ir. Andi Gunawan, M.Agr.Sc. selaku dosen pembimbing yang telah
memberikan bimbingan, dorongan, nasehat, doa, dan bantuan lainnya
kepada penulis selama penyusunan skripsi, Dr. Ir. Indung Siti Fatimah,
M.Si. yang senantiasa sabar memberikan pengarahan selama masa
perkuliahan, Prof. Dr. Ir. Wahju Qamara Mugnisjah, M.Agr dan Dewi
Rezalini Anwar, SP. MA.Des selaku dosen penguji yang telah
memberikan kritik dan saran;
3. kakak dan adik penulis (Deny Nurcahyo, SE dan Aghista Cynthia), Yana
Respati Dewi, SE atas dukungan dan doa kepada penulis selama
menyelesaikan skripsi ini, teman-teman ARL 46 atas dorongan semangat
dan bantuannya selama masa perkuliahan dan selama penyelesaian skripsi;
4. semua pihak yang tidak disebutkan satu per satu untuk doa dan

dukungannya kepada penulis selama studi dan selama mengerjakan
penelitian.
Dalam sebuah kehidupan pasti semuanya mengalami berbagai macam
kesulitan. Namun, dibalik itu semua terdapat sebuah keberhasilan yang akan
dipetik jika kita mau bekerja keras dan berdoa kepada-Nya. Semoga hasil skripsi
ini dapat memberikan manfaat yang sebesar-besarnya.

Bogor, Maret 2014
Alvian Nucahyo Haviludin

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

iv

DAFTAR GAMBAR

iv

DAFTAR LAMPIRAN


v

PENDAHULUAN

1

Latar Belakang

1

Tujuan Penelitian

3

Manfaat Penelitian

4

Kerangka Pikir


4

METODOLOGI

5

Lokasi dan Waktu

5

Metode Penelitian

5

Persiapan

6

Pengumpulan Data


6

Analisis Sintesis

8

Konsep Desain

9

Desain Lanskap

9

Pengembangan Desain

9

Batasan Penelitian

9

Alat dan Bahan

10

Jadwal Penelitian

10

HASIL DAN PEMBAHASAN

11

Peraturan Perundangan

11

Kondisi Umum Taman Cilaki Atas

11

Kondisi Fisik dan Biofisik

11

Batas Taman dan Geografi

11

Iklim

13

Geologi dan Tanah

14

Topografi dan Drainase

14

Hidrologi

15

Pemandangan (View)

15

Vegetasi

15

Satwa

16

Sirkulasi dan Aksesibilitas

16

Fasilitas dan Utilitas pada Tapak

17

Kondisi Sosial
Analisis dan Sintesis
Kondisi Fisik dan Biofisik

17
17
17

Batas Taman dan Geografi

18

Iklim

18

Geologi dan Tanah

22

Topografi dan Drainase

23

Hidrologi

26

Pemandangan (View)

28

Vegetasi

31

Satwa

33

Sirkulasi dan Aksesibilitas

34

Fasilitas dan Utilitas pada Tapak

34

Kondisi Sosial
Konsep

37
38

Konsep Dasar

38

Konsep Desain

39

Konsep Pengembangan

41

Konsep Ruang dan Fasilitas

41

Konsep Sirkulasi

43

Konsep Vegetasi

45

Konsep Hidrologi

46

Desain Taman Cilaki Atas Berbasis Ekologi

50

Sirkulasi

50

Fasilitas dan Utilitas

58

SIMPULAN DAN SARAN

62

Simpulan

62

Saran

63

DAFTAR PUSTAKA

64

LAMPIRAN

66

RIWAYAT HIDUP

79

DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5

Jenis data, bentuk data, sumber data, dan cara pengambilan
Jenis data dan penerapan eco-design
Jadwal Kegiatan Penelitian
Jenis tanaman dan populasinya di dalam tapak
Konsep Kebutuhan Ruang

7
8
10
18
43

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36

Kerangka Pikir Penelitian
Peta Orientasi Lokasi Penelitian
Peta Kondisi Umum
Grafik rata-rata curah hujan Kota Bandung tahun 2011
Grafik rata-rata suhu udara Kota Bandung tahun 2011
Grafik rata-rata lembab nisbi Kota Bandung tahun 2011
Grafik rata-rata kecepatan angin Kota Bandung 2011
Kondisi Taman Cilaki Atas
Fasilitas dan utulitas eksisting
Suasana Taman
Peta Analisis Fisik
Ilustrasi reduksi sinar matahari oleh permukaan
Ilustrasi reduksi sinar matahari oleh naungan vegetasi
Stratifikasi tanaman secara vertikal pada lereng
Ilustrasi pemanfaatan dek kayu pada lereng
Ragam metode slope protection
Dampak limpasan aliran permukaan
Ilustrasi intensitas aliran permukaan
Ilustrasi bioswale
Peta Analisis Hidrologi
Peta Analisis Visual
Potongan vegetasi membentuk canopied space
Model Bormann dan Liken (1967) dalam ekosistem DAS
Fasilitas dan utilitas pada Taman Cilaki Atas
Peta Analisis Sirkulasi
Toilet untuk user berkebutuhan khusus
Ilustrasi Boardwalk
Konsep ekologi dalam hardscape
Konsep desain
Peta Konsep Ruang
Peta Konsep Sirkulasi
Konsep Hidrologi Taman
Sistem Fluida Rife River Pump
Peta Konsep Hidrologi
Peta Rencana Blok
Peta Rencana Tapak

4
5
12
13
13
14
14
15
17
18
19
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
34
35
36
37
39
40
42
44
46
47
48
49
51

37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50

Peta Rencana Tapak
Peta Rencana Tapak
Peta Rencana Tapak
Peta Rencana Tapak
Gambar Ilustrasi dan Potongan
Ilustrasi sirkulasi utama
Ilustrasi sirkulasi boardwalk
Ilustrasi jalur refleksi
Ilustrasi toilet dan mushola
Ilustrasi kolam resapan air
Ilustrasi signage sisi utara
Ilustrasi artwork
Ilustrasi signage sisi selatan
Ilustrasi bangku taman, lampu taman, dan tempat sampah

52
53
54
55
56
57
58
58
59
60
60
61
61
62

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11

Kuesioner
Peta Rencana Pencahayaan
Gambar Detil Hardscape
Gambar Detil Hardscape
Gambar Detil Hardscape
Denah Toilet Lantai 1
Denah Toilet Lantai 2
Gambar Potongan Toilet
Gambar Detil Dek dan Boardwalk
Gambar Detil Kolam Retensi dan Detil Penananaman
Peta Rencana Penanaman

66
69
70
71
72
73
74
75
76
77
78

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kota Bandung merupakan ibu kota Provinsi Jawa Barat. Kota dengan luas
wialayah mencapai 16.729.65 hektar ini memiliki peran yang cukup vital dalam
kaitan pembangunan provinsi Jawa Barat secara umum. Posisi penting Kota
Bandung bagi Provinsi Jawa Barat mencakup banyak hal, yaitu dalam lingkup
perekonomian, politik, sosial, dan administrasi. Menurut Simonds dan Starke
(2006), hal tersebut yang membuat kota menjadi pusat dari kehidupan masyarakat.
Tersedianya berbagai fasilitas dan prasarana di kota menjadi daya tarik tersendiri
bagi masyarakat daerah untuk bermigrasi ke kota atau biasa dikenal dengan istilah
urbanisasi. Pada lain sisi, kota turut memfasilitasi aktivitas manusia, budaya, dan
kreativitas yang mencerminkan vitalitas dan peluang di dalam masyarakat serta
melambangkan kemajuan sosial dan ekonomi. Selain itu, kota juga merupakan
mesin bagi pertumbuhan pembangunan dan perekonomian daerah tertentu
(Inoguchi et al 1999). Fakta inilah yang menjadi salah satu faktor pesatnya
perkembangan di kota.
Perkembangan yang terjadi pada Kota Bandung dalam beberapa dekade
terlihat cukup pesat, terbukti dengan semakin meluasnya area pemukiman,
perkantoran, dan kawasan bisnis. Berdasarkan data yang diperoleh dari BPS, pada
tahun 2008 Kota Bandung memiliki jumlah penduduk sebanyak 2.335.406 jiwa.
Selang 4 tahun kemudian, yakni pada tahun 2012 jumlah penduduk Kota Bandung
mengalami peningkatan menjadi 2.455.517 jiwa atau mengalami peningkatan
pertumbuhan penduduk sebesar 5 % dalam kurun waktu tersebut. Perubahan
jumlah penduduk tersebut berkorelasi positif dengan peningkatan jumlah ruang
yang mengalami transformasi bentuk khususnya lahan yang tidak terbangun
menjadi terbangun, baik untuk kebutuhan perniagaan maupun permukiman.
Peningkatan lahan yang terbangun tersebut nantinya akan berkorelasi dengan
keadaan lingkungan setempat. Jika peningkatan lahan terbangun tidak diimbangi
dengan penambahan ruang terbuka hijau atau memaksimalkan fungsi ekologi dari
suatu ruang terbuka sebagai penyangga kawasan kota, maka daya dukung Kota
Bandung terhadap aktivitas di atasnya akan semakin menurun . Hal ini sesuai
dengan pernyataan Moughtin dan Shirley (2005) bahwa faktor penting yang
mempengaruhi kemerosotan lingkungan adalah pertumbuhan penduduk.
Hingga tahun 2012 tercatat kepadatan penduduk di kota Bandung sebesar
147 jiwa/ha. Berdasarkan SNI 03-1733-2004 oleh Kementrian Pekerjaan Umum
kepadatan kota Bandung tersebut masih termasuk dalam kategori rendah, akan
tetapi oleh Dinas Kependudukan Kota Bandung diperkirakan pada tahun 2031
jumlah penduduk mencapai 4,1 juta jiwa, sedangkan daya dukung dan tampung
maksimal dari Kota Bandung hanya sebesar 3.018.038 jiwa dengan kepadatan 200
jiwa/ha. Tingkat kepadatan yang semakin tinggi pada suatu kota akan berkolerasi
positif terhadap kebutuhan public space dan pada umumnya di negara
berkembang akan berkolerasi negatif tehadap ketersediaan ruang tersebut.
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2007 Pasal 29
Ayat 2, “Proporsi ruang terbuka hijau pada wilayah kota paling sedikit 30 persen
dari luas wilayah kota”, minimal 30% ruang terbuka dalam satu kawasan kota

2
harus terpenuhi untuk menciptakan keharmonisan ekologi di dalamnya karena,
jika melihat definisinya, kota merupakan kesatuan lingkungan fisik dengan warga
kota itu sendiri. Kesatuan dari kedua aspek ini dapat terwujud jika di dalam kota
dapat dipenuhi kebutuhan ruang terbuka hijau dan fasilitas yang mampu
mendukung kegiatan manusia.
Keberadaan public space khususnya urban park atau taman kota bagi
masyarakat di perkotaan sangat penting karena mampu mengakomodasi
kebutuhan rekreasi di sela kesibukan lingkungan perkotaan. Menurut Arifin dkk
(2008), taman kota adalah taman umum pada skala kota yang peruntukannya
sebagai fasilitas rekreasi, olahraga, dan sosialisasi masyarakat kota yang
bersangkutan. Fasilitas yang disediakan dengan fungsinya dan fasilitas pendukung
lainnya meliputi
a. fasilitas rekreasi (fasilitas bermain anak, tempat bersantai, panggung, dan lainlain);
b. fasilitas olahraga (jalur lari, kolam renang, lapangan bola, lapangan tenis,
lapangan bola basket, lapangan bola voli, lapangan bulu tangkis, dan fasilitas
refleksi);
c. fasilitas sosialisasi (ruang piknik, ruang/fasilitas yang memungkinkan untuk
bersosialisasi baik untuk kelompok kecil maupun besar);
d. fasilitas jalan, entrance, tempat parkir, musala, tempat berjualan, drainase, air,
listrik, penerangan, penampungan sampah, dan toilet.
Taman kota yang tersedia di berbagai sudut perkotaan pada umumnya
dibuat sekedar untuk keindahan dan pemenuhan fugsi sosial, padahal taman kota
masih dapat dimaksimalkan lagi fungsinya. Salah satu fungsi taman kota yang
sering terlupakan yakni sebagai pengontrol keseimbangan ekosistem setempat
dengan metode pendekatan desain taman kota berbasis ekologi. Menurut Dahlan
(2004), yang dimaksud dengan taman kota adalah taman yang memiliki konsep
dasar untuk memaksimalkan keberadaan taman itu sendiri serta berbagai bentuk
penghijauan kota lainnya untuk mengatasi permasalahan lingkungan yang ada
atau diperkirakan akan ada di masa yang akan datang.
Menurut Beck dan Franklin (2013), ekosistem merupakan hubungan
timbal balik dari hewan, tumbuhan, dan lingkungan fisiknya dimana dalam
hubungan tersebut terdapat aliran energi dan material yang saling dibutuhkan satu
sama lain untuk keberlangsungan masing-masing. Ketika pendekatan ekosistem
diberlakukan dalam desain lanskap nantinya akan tercipta keseimbangan ekologi
dalam lingkup lanskap tersebut, dimana beragam komponen baik biotik maupun
abiotik akan saling mendukung satu sama lain dan memperkecil limbah yang
dihasilkan dalam sistem tersebut. Namun, sebelumnya perlu adanya pengetahuan
tersendiri mengenai ekologi dan bagaimana ekologi tersebut dapat diaplikasikan
dalam desain lanskap.
Ekologi lanskap pada prinsipnya lebih menitikberatkan pada interaksi pola
spasial dengan proses ekologi yakni hubungan sebab akibat dari keberagaman
komponen secara spasial dalam berbagai skala (Turner et al 2001), sedangkan
menurut Forman dan Godron (1986) diterangkan bahwa disiplin ilmu ekologi
lanskap fokus pada tiga karakteristk yakni struktur, fungsi, dan dinamika. Dalam
hal ini yang dimaksud dengan struktur adalah hubungan khusus yang terjadi di
dalam ekosistem seperti distribusi energi, material, dan spesies, kemudian yang
dimaksud dengan fungsi adalah interaksi atau hubungan timbal balik antar elemen

3
dalam ekosistem, sedangkan yang dimaksud dengan dinamika adalah perubahan
dari struktur dan fungsi elemen di dalam ekosistem suatu lanskap seiring dengan
berjalannya waktu.
Menciptakan gubahan public space yang mampu memaksimalkan fungsi
ekologis perlu adanya desain yang didasarkan pada pemahaman karakteristik dari
ekologi lanskap yang ada. Desain berbasis ekologi atau yang sering dikenal
dengan sebutan eco-design merupakan segala sesuatu bentuk dari sebuah desain
yang meminimalkan dampak merusak lingkungan dengan mengintegrasikan
desain dan proses alam yang terjadi atau secara sederhana dapat dijelaskan dengan
efektivitas adaptasi terhadap proses alami dalam lingkungan (Van der Ryn dan
Cowan 1996). Selain itu, desain berbasis ekologi juga menerapkan kerangka kerja
yang koheren terhadap desain ulang lanskap, bangunan, kota, dan sistem dari
energi, limbah, pangan, manufaktur, dan air. Integrasi eco-design tersebut
nantinya akan diaplikasikan dalam desain yang mempertimbangkan keragaman
spesies, meminimalkan pengikisan sumber daya, mempertahankan siklus air dan
nutrisi, mempertahankan kualitas habitat, dan mengakomodir semua persayaratan
dan kebutuhan bagi kesehatan manusia beserta lingkungan.
Pada pendekatan desain bebasis ekologi secara menyeluruh, terdapat
beberapa aspek yang perlu dipenuhi untuk mewujudkan keseimbangan ekologi.
Faktor-faktor ekologi yang perlu dipenuhi diantaranya adalah penggunaan
material ramah lingkungan, hemat energi, efisiensi sirkulasi, sirkulasi udara taman
yang baik, pencahayaan taman yang maksimum namun tetap hemat energi, siklus
pengelolaan limbah, efisiensi dan pemaksimalan peresapan air, fungsionalitas
taman sebagai ruang sosial, melestarikan unsur budaya setempat, penggunaan
material hardscape dan softscape setempat, serta masih banyak aspek ekologi lain
yang harus dipenuhi. Salah satu unsur fundamental ekologi yang nantinya akan
diterapkan dalam taman adalah pemaksimalan sistem hidrologi di dalam tapak.
Menurut Dunnet dan Clayden (2008), hidrologi dapat menjadi elemen
fundamental dalam desain suatu lanskap tidak hanya untuk keperluan estetika
melainkan dapat memberikan kontribusi yang signifikan terhadap lingkungan.
Oleh karena itu, perlu dilakukannya pendekatan pada sisi ekologi dalam suatu
taman kota untuk menjaga keberlanjutan ekosistem setempat terutama terkait
pemaksimalan siklus hidrologi taman tersebut.

Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dilakukannya penelitian ini adalah:
1. mengidentifikasi dan menganalisis karakter pengguna taman kota untuk
mengetahui kebutuhan dan harapan pengguna khususnya untuk keberlanjutan
ekologi lingkungan,
2. menyusun konsep desain taman kota yang fungsional, estetis, dan ekologis,
3. mendesain taman kota yang indah, berdaya guna, dan lestari.

4
Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dilakukannya penelitian ini adalah:
1. menjadi bahan rekomendasi bagi instansi terkait dalam mendesain taman kota,
2. menjadi wawasan bagi arsitek lanskap dalam medesain taman kota yang
fungsional dan estetis tanpa mengesampingkan kepentingan ekologi,
3. menjadi bahan referensi taman kota pada tempat lain.

Kerangka Pikir
Kota Bandung merupakan ibukota provinsi dari Jawa Barat. Sepertihalnya
pusat pemerintahan provinsi yang lain, kota ini mengalami perkembangan yang
cukup pesat, terlebih laju urbanisiasi yang terjadi. Laju urbanisasi senantiasa
berkorelasi positif dengan laju pertumbuhan penduduk dan pertumbuhan lahan
terbangun berikut kebutuhan pemukiman. Hal demikian menyebabkan kota
mengalamai degradasi lingkungan, dilain sisi dengan laju pertumbuhan penduduk
yang terjadi maka kebutuhan kota akan ruang terbuka semakin tinggi. Oleh
karenanya perlu dilakukan desain taman kota berbasis ekologi.

Pertumbuhan
Kota Bandung

Pertambahan
Jumlah Penduduk

Kondisi Lingkungan

Konsep Eco-design
Kebutuhan Taman Kota
Efisiensi energi
Efisiensi air
Konservasi air
Preservasi kearifan
lokal
Reduce, Reuse,
Recycle

Fungsi
Rekreasi
Sosialisasi
Olahraga

Proses
Desain

Desain Taman
Kota Bebasis Ekologi
Gambar 1. Kerangka Pikir Penelitian

5

METODOLOGI
Lokasi dan Waktu
Penelitian mengenai desain taman kota berbasis ekologi ini akan dilakukan
pada Taman Cilaki Atas yang terletak di Jalan Cilaki, Kecamatan Bandung Wetan,
Wilayah Pengembangan Cibeunying, Kota Bandung, Jawa Barat (Gambar 2).
Kegiatan Penelitian ini dimulai dari bulan Februari 2013 sampai dengan Juni 2013
dan penyususnan skripsi hingga bulan Desember 2013.

Tanpa Skala

Gambar 2. Peta Orientasi Lokasi Penelitian
(Sumber: earth.google.com)

Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif melalui survei lapang dan
wawancara yang akan dilakukan dalam empat tahapan, yakni tahap persiapan,
pengumpulan data, pengolahan data (konsep, analisis, dan sintesis), dan kegiatan
desain. Pada tahap persiapan dan pengumpulan data akan dilakukan dengan cara
turun langsung ke lokasi penelitian yang selanjutnya pengolahan dan desain akan
dilakukan di studio (Bogor). Proses penelitian yang akan dilakukan mengacu pada
proses desain Booth (1983) dengan tahapan-tahapan sebagai berikut:
1. Peninjauan Lokasi Penelitian
2. Riset dan Analisis (termasuk kunjungan tapak)
a. Persiapan rencana dasar
b. Inventarisasi tapak (pengumpulan data) dan analisis (evaluasi)

6
c. Wawancara klien
d. Pengembangan program
3. Desain
a. Diagram fungsi ideal
b. Diagram keterkaitan fungsi tapak
c. Rencana konsep
d. Studi komposisi bentuk
e. Desain skematik
f. Master plan
g. Pengembangan desain
4. Gambar Konstruksi
a. Layout plan (rencana tata ruang)
b. Grading plan (rencana pembentukan elevasi ruang)
c. Rencana penanaman
d. Detil konstruksi

Persiapan
Pada tahap persiapan dilakukan perumusan masalah dan tujuan
dilakukannya penelitian sebagai usulan untuk melakukan desain Taman Cilaki
Atas di Kota Bandung. Selanjutnya dilakukan pengumpulan informasi awal terkait
lokasi penelitian dan menyusun rencana kegiatan. Selain itu, pengurusan perijinan
juga dilakukan dalam tahap ini.

Pengumpulan Data
Pada tahap ini dilakukan pengumpulan data primer dan data sekunder. Data
primer diperoleh melalui pengukuran dan pengamatan secara langsung,
wawancara dengan narasumber, dan penyebaran kuisioner kepada responden.
Data sekunder diperoleh melalui badan-badan atau instansi terkait dan studi
pustaka.
1. Data fisik meliputi lokasi, batas dan luas tapak, maupun data terkini di
tapak seperti data teknik kostruksi baik berupa hard material atau soft
material. Pengumpulan data sendiri diperoleh dari survei/data primer dan
studi pustaka dari berbagai sumber/data sekunder.
2. Data biofisik meliputi data hidrologi, iklim, tanah, serta topografi. Data ini
diperoleh dari data sekunder dan juga melalui survei langsung di tapak
untuk melihat kesesuaian data sekunder dengan keadaan eksisting di
lapang.
3. Data sosial, meliputi data demografi Kota Bandung yang diperoleh dari
sumber terkait, kemudian mengidentifikasi pola tingkah laku dan
keinginan dari masyarakat kota mengenai kawasan lokasi penelitian
dengan melakukan wawancara langsung menggunakan kuesioner

7
Tabel 1. Jenis data, bentuk data, sumber data, dan cara pengambilan
Kelompok
Cara
Jenis Data
Bentuk
Sumber
Data
Pengambilan
Luas Tapak
Primer,
Dinas Pertamanan Survei, Studi
Sekunder
Pustaka
Batas Wilayah
Primer,
Dinas Pertamanan Survei, Studi
Sekunder
Pustaka
Bangunan
Primer,
Dinas Pertamanan Survei, Studi
Taman
Sekunder
Pustaka
Aksesibilitas dan Primer
Tapak
Survei
Sirkulasi
Fisik
Visibilitas dan
Primer
Tapak
Survei
Akustik
Kemiringan
Primer,
Dinas Pertamanan Survei, Studi
Sekunder
Pustaka
Detil konstruksi Sekunder Dinas Pertamanan Studi Pustaka
elemen hard
materials dan
soft materials
Tanah
Sekunder Dinas Pertamanan Studi Pustaka
Vegetasi-Satwa Primer
Tapak
Survei
Biofisik

Hidrologi

Sekunder

Dinas Sungai

Studi Pustaka

Angin

Sekunder

Studi Pustaka

Suhu

Sekunder
Primer
Primer

St. Klimatologi
Bandung
St. Klimatologi
Bandung
Kuesioner
Kuesioner

Primer

Kuesioner

Survei

Primer

Kuesioner,
Survei
Bappeda Bandung

Aktivitas
Preferensi
masyarakat
Sosial dan
Kebiasaan
Budaya
masyarakat
Sejarah kawasan

Studi Pustaka
Survei
Survei

Kelompok dan jenis data yang tertera pada tabel di atas nantinya akan
menjadi bahan analisis pewujudan eco-design dalam produk akhir. Adapun
aplikasi eco-design dalam tapak akan berfokus pada berbagai aspek yakni
efisiensi energi, efisiensi air, konservasi tanah dan air, preservasi budaya dan
vegetasi lokal, serta mengurangi limbah melalui pendekatan 3R (reduce, reuse,
recycle).

8












































































































Sejarah Kawasan





Kebiasaan Masyaarakat



Preferensi Masyarakat





Aktivitas





Angin



HIdrologi





Vegesai dan Satwa



Tanah



Elemen hard/softscapes



Topografi

Aksesibilitas

Aeration
Water
retention
Stormwater
treatment
Konservasi
tanah
Reduce,Reuse
Recycle
Penggunaan
tanaman/
material lokal
Restorasi/
konservasi
habitat
Illuminati
design
Preservasi
kearifan lokal
Daya dukung

Masterplan
Bangunan

Penerapan
Eco-Design

Visibilitas dan Akustik

Tabel 2. Jenis data dan penerapan eco-design
Jenis Data

































Analisis Sintesis
Data yang diperoleh selanjutnya akan dianalisis melalui beberapa tahapan
analisa, yaitu analisis fisik,analisis biofisik, dan analisis sosial. Analisis fisik dan
biofisik tapak yang dilakukan meliputi sumberdaya tapak, yaitu potensi beserta
kendala yang ada pada tapak, sedangkan untuk analisis sosial meliputi analisis
identitas dan preferensi masyarakat mengenai desain tapak untuk menjadi bahan
pertimbangan dalam proses analisis berikut tahapan-tahapan selanjutnya. Analisis
ini dilakukan secara deskriptif dan tabular. Pada tahapan analisis dan sintesis ini
akan mengacu pada pemenuhan kriteria eco-design. Menurut Van der Ryn dan
Cowan (1996) terdapat karakteristik tertentu yang menjadi faktor pembeda antara
desain konvesional dengan desain berbasis ekologi, adapun faktor-faktor yang
perlu diperhatikan dalam tahap analisis sintesis adalah sumber energi, jenis
material, pencemaran, zat beracun, akuntansi ekologi, ekologi dan ekonomi,

9
kriteria desain, kepekaan terhadap konteks ekologi, kepekaan terhadap konteks
budaya, keragaman biologis, budaya dan ekonomi, multidisiplin ilmu, skala
perencanaan, sistem keseluruhan, peranan alam, metafora yang mendasari, tingkat
partisipasi, jenis pembelajaran, serta respon terhadap krisis keberlanjutan.

Konsep Desain
Pada tahap berikut dilakukan pembuatan konsep dasar dan konsep desain
lanskap perumahan dengan basis utama yakni ekologi yang kemudian akan
dikembangkan berdasarkan hasil analisis dan sintesis potensi kendala yang telah
dikakukan pada tahapan sebelumnya. Pengembangan konsep meliputi konsep
ruang, sirkulasi, vegetasi atau tata hijau, hidrologi, serta aktivitas dan fasilitas.

Desain Lanskap
Pada tahapan ini akan dilakukan proses desain yang diawali dengan
pembuatan block plan, yaitu penerjemahan keseluruhan konsep yang telah dibuat
dan diintegrasikan dengan kebutuhan ruang sehingga menghasilkan ruang-ruang
yang fungsional dalam bentuk gambar atau grafis. Hasil block plan ini selanjutnya
akan diterjemahkan ke dalam bentuk gambar desain akhir.

Pengembangan Desain
Tahap ini merupakan bagian akhir dari suatu proses desain. Pada
pengembangan desain akan lebih difokuskan pada pekerjaan desain yang lebih
detil hingga penentuan jenis material terutama terkait dengan ilustrasi bagaimana
nantinya desain tersebut terealisasi di lapang. Desain yang dikembangkan
bertujuan untuk memberikan kesepahaman klien dengan desainer, sehingga
bagian paling penting dalam pengembangan desain adalah ilustrasi desain
tersebut. Diharapkan ide dari desainer dapat ditangkap oleh klien secara jelas.

Batasan Penelitian
Batasan penelitian ini adalah untuk menghasilkan produk berupa gambar
teknis. Adapun gambar teknis tersebut meliputi rencana tapak, desain detil tapak,
detil potongan, detil penanaman, detil perkerasan, detil fasilitas, gambar ilustrasi
seperti gambar tampak dan gambar perspektif.

10
Alat dan Bahan
Alat-alat yang dibutuhkan dalam proses penelitian ini adalah
1. Global Positioning System (GPS) yang digunakan untuk menetapkan titik
koordinat dari lokasi penelitian berikut objeknya,
2. meteran yang digunakan untuk mengukur dimensi tapak,
3. kamera yang digunakan untuk melakukan inventarisasi tapak, dan
4. seperangkat komputer dengan program CAD, Trimble Sketchup 8, Adobe
Photoshop CS3, Adobe Illustrator CS5 dan Lumion 2.5 yang digunakan untuk
membuat gambar ilustrasi, serta Microsoft Word 2007 dan Microsoft Excel
2007 yang digunakan untuk mengolah data hasil penelitian.

Jadwal Penelitian
Penelitian ini dilakukan selama 10 bulan yang dimulai dari bulan Maret
minggu terakhir sampai dengan bulan Desember minggu terakhir dengan kegiatan
lapang (persiapan – pengumpulan data) pada bulan Maret hingga Mei, dan
kegiatan studio (analisis – pekerjaan akhir) pada bulan Juni hingga Desember.
Seminar dan sidang skripsi direncanakan akan dilaksanakan pada bulan Januari
2014.
Table 3. Jadwal Kegiatan Penelitian
No
1
2

3
4

5
6
7
8

Kegiatan
Penelitian
Tahap Persiapan
Tahap
Pengumpulan
Data
Tahap Analisis
Tahap
Penyusunan dan
Pengembangan
Konsep
Tahap Pekerjaan
Studio
Tahap Pekerjaan
Akhir
Seminar
Sidang Skripsi

Waktu Pelaksanaan
Maret
April
Mei
Desember Februari
2013
2013
2013
2013
2014
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

11

HASIL DAN PEMBAHASAN
Peraturan Perundangan
Berdasarkan peraturan daerah Kota Bandung No.18 Tahun 2011 tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Bandung, pada Bab Asas dan Tujuan Pasal 3
yang di dalamnya termuat pernyataan bahwa salah satu tujuan dalam penataan
ruang kota yakni mewujudkan tata ruang yang nyaman, berkelanjutan, dan
berwawasan lingkungan. Selanjutnya, pada bagian Kebijakan dan Strategi
Struktur Ruang Pasal 12 dijelaskan bahwa strategi untuk peningkatan kualitas,
kuantitas, keefektifan, dan efisiensi pelayanan prasarana kota yang terpadu dengan
sistem regional diantaranya dilakukan dengan mempertahankan kualitas air
permukaan dan air tanah dangkal, mewajibkan penyediaan sumur resapan dalam
setiap kegiatan pembangunan, dan meningkatkan pelayanan prasarana drainase
dalam rangka mengatasi permasalahan banjir dan genangan, sedangkan dalam
Pasal 14 dijelaskan mengenai strategi untuk perwujudan keseimbangan proporsi
kawasan lindung yang dilakukan dengan beberapa cara yang diantaranya dengan
mempertahankan dan merevitalisasi kawasan-kawasan resapan air atau kawasan
yang berfungsi hidrologis untuk menjamin ketersediaan sumber daya air dan
kesuburan tanah serta melindungi kawasan dari bahaya longsor dan erosi serta
mempertahankan fungsi dan menata RTH yang ada dan tidak memberi izin alih
fungsi ke fungsi lain di dalam mencapai penyediaan ruang terbuka hijau
(BAPPEDA 2011).

Kondisi Umum Taman Cilaki Atas
Kondisi Fisik dan Biofisik
Penelitian ini akan memberikan gambaran umum bagaimana kondisi
eksisting dari Taman Cilaki Atas. Kemudian akan dibahas beberapa kondisi fisik
dan biofisik yang terdapat di Taman Cilaki Atas, antara lain: batas tapak dan
geografi, iklim, geologi dan tanah, topografi dan drainase, hidrologi,
pemandangan (view), vegetasi, satwa, sirkulasi dan aksesibilitas, serta fasilitas
dan utilitas taman.
Batas Taman dan Geografi
Taman Cilaki Atas berlokasi di Jl. Cilaki, Kecamatan Bandung Wetan,
Wilayah Pengembangan Cibeunying, Kota Bandung, Jawa Barat. Taman ini
secara umum berada pada ketinggian 791 meter di atas permukaan laut
(BAPPEDA 2011) dengan luas area 1.58 ha dan panjang keliling taman 612 m
(Dinas Pertamanan 2012). Tapak penelitian ini secara geografis terletak pada
koordinat 6054’4.34”LS dan 107037’15.71” BT dengan batas wilayah sebagai
berikut:
a. Jalan Diponegoro di sebelah utara
b. Jalan Cimanuk di sebelah selatan
c. Jalan Cilaki di sebelah barat
d. Jalan Cisangkuy di sebelah timur

Gambar 3. Peta Kondisi Umum

12

13
Iklim
Berdasarkan data dari BPS dalam buku Jawa Barat Dalam Angka Tahun
2012, suhu udara rata-rata pada kawasan Kota Bandung adalah 23,40C dengan
suhu maksimum terjadi pada bulan Oktober, yakni sebesar 24,10C, sedangkan
suhu udara minimum terjadi pada bulan Januari dan Agustus, yakni sebesar
23,00C. Tingkat kelembaban nisbi udara pada tapak ini rata-rata sebesar 76,5%
dengan kelembaban nisbi maksimum terjadi pada bulan November, yakni sebesar
83%, sedangkan kelembaban nisbi minimum terjadi pada bulan Agustus dan
September, yakni sebesar 69%. Kawasan ini dilalui angin dengan kecepatan ratarata sebesar 3 knot dengan kecepatan maksimum terjadi pada bulan Februari,
yakni sebesar 5 knot, sedangkan kecepatan angin minimum terjadi pada interval
bulan Maret hingga Desember, yakni sebesar 3 knot, dan curah hujan rata-rata
sebesar 149,06 mm/bulan dengan curah hujan maksimum terjadi pada bulan April,
yakni sebesar 381,5 mm, sedangkan curah hujan minimum terjadi pada bulan
Agustus yakni sebesar 3,1 mm. Grafik curah hujan, suhu udara, kelembaban udara,
dan kecepatan angin pada tahun 2011 masing-masing disajikan pada gambar
berikut.

450
400
350
300
250
200
150
100
50
0
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sept Okt Nov Des
Curah Hujan (mm) 2011

Gambar 4. Grafik rata-rata curah hujan Kota Bandung tahun 2011
(Sumber: Badan Meteorologi dan Geofisika 2012)
24.5
24
23.5
23
22.5
22
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sept Okt Nov Des
Suhu Udara (C) 2011

Gambar 5. Grafik rata-rata suhu udara Kota Bandung tahun 2011
(Sumber: Badan Meteorologi dan Geofisika 2012)

14
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sept Okt Nov Des
Lembab Nisbi (%) 2011

Gambar 6. Grafik rata-rata lembab nisbi Kota Bandung tahun 2011
(Sumber: Badan Meteorologi dan Geofisika 2012)

6
5
4
3
2
1
0
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sept Okt Nov Des
Kecepatan Angin (knot) 2011

Gambar 7. Grafik rata-rata kecepatan angin Kota Bandung tahun 2011
(Sumber: Badan Meteorologi dan Geofisika 2012)

Geologi dan Tanah
Berdasarkan laman berkala pemerintah Kota Bandung (2013), kawasan
Bandung wilayah timur secara geologis tersusun atas endapan alluvium vulkanik
hasil letusan dari Gunung Tangkuban Perahu. Jenis tanah pada kawasan ini pada
umumnya di dominasi oleh sebaran tanah jenis alluvial kelabu dengan bahan
endapan liat.
Topografi dan Drainase
Berdasarkan hasil survey tapak, Taman Cilaki Atas memiliki tipe topografi
yang beragam dengan kecuraman yang variatif. Pada bagian welcome area
cenderung bertopografi landai, sedangakan pada bagian yang berbatasan langsung
dengan sungai cenderung memiliki kecuraman tinggi. Secara umum, taman ini
terletak pada ketinggian 790 meter di atas permukaan laut. Saluran drainase pada
tapak ini terdapat dua jenis, yakni terbuka dan tertutup, dimana limpasan akhir
dari drainase tersebut bermuara pada sungai kecil yang membelah taman. Keadaan
topografi dan drainase di sekitar tapak dapat dilihat pada analisis hidrologi.

15
Hidrologi
Taman Cilaki Atas dibelah oleh sungai kecil tepat di tengah taman. Sungai
tersebut berfungsi sebagai area limpasan terakhir aliran air yang ada di sekeliling
area taman. Aliran limpasan air dari jalan yang mengelilingi lokasi penelitian
disalurkan melalui drainase tertutup menuju ke sungai, sedangkan pada bagian
taman itu sendiri tidak terdapat drainase yang menampung limpasan air. Aliran
limpasan air terutama pada saat hujan langsung menuju ke arah sungai kecil yang
terletak pada bagian tengah tapak. Keadaan hidrologi tapak beserta foto dapat
dilihat pada sub bab analisis hidrologi.
Pemandangan (View)
Tapak penelitian ini merupakan area yang didominasi dengan tegakan
pohon tinggi dan rapat. Nuansa alami tegakan pohon dengan topografi yang
beragam membuat tapak memiliki potensi pemandangan yang dapat diekspos dan
dimaksimalkan keindahannya. Berikut pemandangan eksisting yang berada di
dalam tapak penelitian.

Gamabar 8. Kondisi Taman Cilaki Atas
(Sumber: Dokumentasi pribadi)
Vegetasi
Berdasarkan pengamatan dan menurut Hidayah (2010), jenis vegetasi yang
terdapat dalam tapak penelitian ini anatara lain adalah Sukun (Artocarpus
commanis), Nangka (Artocarpus heterophylla), Rumput gajah (Axonopus
compressus), Kupu-kupu (Bauhinia blacheana), Galinggem (Bixa arborea),
Bougenvile (Bougenviellea spechtabilis), Kenanga (Cananga odorata), Mangga
(Cerbera mangans), Kayu manis (Cinnamomun burmanii), Hanjuang (Cordyline
terminalis), Flamboyan (Delonix regia), Lengkeng (Dinocarpus longan), Ganitri
(Elaeocarpus ganitrus), Salam (Eugenia aperculata), Kerai payung (Felicium
decipiens), Melinjo (Gnetum gnemon), Bungur (Langrestomia indica), Sawo
Kecik (Manilkara kauki), Nagasari (Mesua nagasarium), Tanjung (Mimusoph
elengi), Kismis (Muehlenbeckia platyclada), Alpukat (Persea americana mill),
Jambu (Psidium guajava), Angsana (Pterocarpus indicus), Takokak (Solanum
tarvum), Kecrutan (Spatodhea campanulata), Kepel (Stelechocarpus burahol),
Mahoni (Swietenia mahogany), dan Ketapang (Terminalia catappa). Populasi
tanaman pada tapak ditunjukkan pada Tabel 4.

16
Tabel 4. Jenis tanaman dan populasinya di dalam tapak
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29

Nama Lokal
Sukun
Nangka
Rumput Gajah
Bunga Kupu-kupu
Galinggem
Bougenvile
Kenanga
Mangga
Kayu manis
Hanjuang
Flamboyan
Lengkeng
Ganitri
Salam
Kerai Payung
Melinjo
Bungur
Sawo Kecik
Nagasari
Tanjung
Kismis
Alpukat
Jambu
Angsana
Takokak
Kecrutan
Kepel
Mahoni
Ketapang

Nama Ilmiah
Artocarpus commanis
Artocarpus heterophylla
Axonopus compressus
Bauhinia blacheana
Bixa arborea
Bougenviellea spechtabilis
Cananga odorata
Cerbera mangans
Cinnamomun burmanii
Cordyline terminalis
Delonix regia
Dinocarpus longan
Elaeocarpus ganitrus
Eugenia aperculata
Felicium decipiens
Gnetum gnemon
Langrestomia indica
Manilkara kauki
Mesua nagasarium
Mimusoph elengi
Muehlenbeckia platyclada
Persea americana mill
Psidium guajava
Pterocarpus indicus
Solanum tarvum
Spatodhea campanulata
Stelechocarpus burahol
Swietenia mahogany
Terminalia catappa
Jumlah

Jumlah
11
5
1
5
19
24
6
4
11
70
38
1
7
34
5
10
8
2
11
8
6
6
15
37
3
3
2
74
3
429

Klasifikasi
Pohon
Pohon
Penutup Tanah
Pohon
Pohon
Semak
Pohon
Pohon
Pohon
Semak
Pohon
Pohon
Pohon
Pohon
Pohon
Pohon
Pohon
Pohon
Pohon
Pohon
Pohon
Pohon
Pohon
Pohon
Pohon
Pohon
Pohon
Pohon
Pohon

Sumber: Dinas Pertamanan Kota Bandung (2009) dalam Hidayah (2010)
Satwa
Berdasarkan pengamatan di tapak, tidak terdapat satwa endemik yang
mampu menjadi ciri khas dalam tapak penelitian ini. Satwa yang ada dalam tapak
diantaraya adalah satwa liar seperti burung kutilang, burung perkutut, tupai, dan
hewan melata lainnya.
Sirkulasi dan Aksesibilitas
Taman Cilaki Atas berbatasan dengan jalan protokol sehingga taman ini
dapat dikategorikan sebagai taman prioritas utama Kota Bandung yang juga
mencerminkan wajah Kota Bandung itu sendiri. Aksesibilitas menuju tapak ini
dapat dicapai melalui beberapa jaringan jalan yang mengelilingi taman. Jaringan
jalan tersebut dapat dilalui baik dengan menggunakan kendaraan pribadi maupun
transportasi umum seperti angkutan kota dengan jurusan Dago-Riung Bandung,
Cicaheum-Ledeng, Sadang Serang-Stasiun Hall Bandung, dan Dago-Ciwastra.

17
Fasilitas dan Utilitas pada Tapak
Taman Cilaki Atas merupakan salah satu taman kota yang sering dikunjungi
oleh masyarakat setempat khususnya untuk kegiatan rekreasi keluarga maupun
untuk berolahraga. Taman ini pada dasarnya diperuntukkan bagi pemenuhan
kebutuhan rekreasi masyarakat setempat khususnya kegiatan rekreasi dalam
bentuk olahraga. Fasilitas yang nyaman dan aman merupakan poin penting yang
disajikan dalam taman, fasilitas dalam taman tersebut diantaranya yaitu: jalur
pejalan kaki atau jogging track, jalur refleksi, toilet, bangku taman, tempat
sampah, dan lampu taman.

Gambar 9. Fasilitas dan utilitas eksisting
(Sumber: Dokumentasi pribadi)

Kondisi Sosial
Pengunjung tapak penelitian ini pada umumnya adalah masyarakat sekitar
dan pegawai pemerintahan. Pengunjung pada lokasi ini didominasi oleh remaja
dan keluarga yang ingin bersantai menikmati suasana taman. Meskipun nama
taman saat ini berupa "Taman Lansia Cilaki Atas" namun pada kenyataannya
pengunjung taman ini justru sedikit didominasi oleh pengunjung lanjut usia.
Pengunjung lanjut usia pada taman bahkan tidak mencapai 20% dari total
pengunjung taman baik pada hari kerja maupun pada akhir pekan. Intensitas
pengunjung pada taman ini tergolong cukup tinggi pada saat pagi dan siang hari
dengan aktivitas jogging pada pagi hari dan aktivitas relaksasi seperti dudukduduk atau sekedar berjalan pada siang hari. Pada sore hari, pengunjung
didominasi oleh remaja yang melakukan kegiatan berdiskusi dan bermain.

Analisis Sintesis
Kondisi Fisik dan Biofisik
Pada dasarnya, awal mula dibuatnya Taman Cilaki Atas tersebut bertujuan
untuk menunjang kebutuhan aktivitas ruang sosial bagi masyarakat Kota Bandung.
Oleh Dinas Pertamanan Kota Bandung, konsep yang coba dihadirkan pada taman
tersebut adalah taman yang difungsikan sebagai taman aktif untuk melakukan
kegiatan rekreasi terutama rekreasi dalam bentuk olahraga. Secara garis besar
taman ini ditujukan untuk masyarakat secara umum, namun pada

18
perkembangannya nama taman yang sebelumnya hanya berupa "Taman Cilaki
Atas" kemudian disisipkan kata "Lansia" di dalamnya menjadi "Taman Lansia
Cilaki Atas".
Pengunjung mayoritas dari taman ini didominasi oleh kalangan remaja dan
hanya sedikit dari kalangan lanjut usia yang memanfaatkan taman tersebut.
Terkait dari gubahan topografi eksisting pada taman dapat dikatakan kurang
sesuai jika dikembangkan sebagai taman yang khusus diperuntukkan bagi
pengguna lanjut usia. Oleh karena itu alangkah lebih baik apabila kata "Lansia"
pada nama taman ini dihilangkan dan dikembalikan namanya seperti sebelumnya
yakni "Taman Cilaki Atas". Selanjutnya akan dibahas analisis dan sintesis terkait
kondisi fisik dan biofisik beserta alasan yang melatar belakangi mengapa
dikembalikannya nama taman ini menjadi "Taman Cilaki Atas" antara lain, batas
tapak dan geografi, iklim, geologi dan tanah, topografi dan drainase, hidrologi,
pemandangan (view), vegetasi, satwa, sirkulasi dan aksesibilitas, serta fasilitas dan
utilitas pada tapak.
Batas Taman dan Geografi
Lokasi Taman Cilaki Atas pada umumnya sudah memiliki batasan yang
jelas namun, di beberapa bagian titik masih terdapat aksesibilitas liar yang
menghubungkan area di luar tapak dengan di dalam tapak. Pada hari Senin-Sabtu,
taman ini masih berfungsi secara normal dengan beberapa pedagang kaki lima
yang memanfaatkan secara liar area pedestarian yang mengelilingi tapak ini,
sedangkan pada akhir pekan tepatnya pada hari Minggu, taman ini sudah tidak
berfungsi optimal memenuhi kebutuhan pengguna. Ketika hari Minggu, area
taman disesaki oleh pedagang dadakan (pasar kaget) yang membuat fungsi dari
taman itu tereduksi.

a.Hari Senin-Sabtu

b. Hari Minggu

Gambar 10. Suasana taman
Iklim
Perubahan lingkungan menjadi sorotan hangat pada saat ini atau yang
kerap kali kita dengar dengan istilah pemanasan global atau global warming.
Iklim dunia mulai berubah dikarenakan efek dari aktifitas manusia yang ada,
perubahan iklim dunia bermula disaat pencetusan revolusi industri yang
berdampak pada pelepasan karbon besar-besaran pada atmosfer hingga
menimbulkan efek rumah kaca berkepanjangan (Simonds dan Starke 2006).
Perubahan iklim erat kaitannya dengan faktor lingkungan yang
mempengaruhi, faktor lingkungan yang mampu mempengaruhi atau mengontrol
siklus organime darat terdapat empat, yakni kelembaban, suhu, angin, dan

Gambar 11. Peta Analisis Fisik

19

20
intensitas penyinaran matahari pada tapak (Forman dan Godron 1986). Suhu dan
kelembaban merupakan faktor utama yang mempengaruhi kenyamanan dan
aktivitas manusia.
Lokasi penelitian memiliki suhu rata-rata sebesar 23,40C dengan suhu
maksimum terjadi pada bulan Desember, yakni sebesar 24,00C, sedangkan suhu
udara minimum terjadi pada bulan Januari dan Agustus, yakni sebesar 23,00C.
Tingkat kelembaban nisbi udara pada tapak ini rata-rata sebesar 76,5% dengan
kelembaban nisbi maksimum terjadi pada bulan November, yakni sebesar 83%,
sedangkan kelembaban nisbi minimum terjadi pada bulan Agustus dan September,
yakni sebesar 69%. Berdasarkan data iklim, indeks kenyamanan manusia
(Thermal Humidity Index) terhadap kelembaban dan suhu rata-rata pada lokasi
penelitian dapat dihitung dengan menggunakan Persamaan Kuantifikasi
Kenyamanan berikut.
dengan THI = Thermal Humidity Index
T
= suhu (0C), dan
RH = kelembaban nisbi (%).
Berdasarkan hasil perhitungan dari persamaan di atas didapatkan nilai THI
sebesar 22,3 sedangkan pada daerah tropis ketidaknyamanan terjadi pada saat
nilai THI lebih besar dari 27. Hasil dari perhitungan THI pada lokasi penelitian
menunjukkan bahwa tapak masih pada batas kenyamanan. Hal tersebut terpenuhi
karena suhu pada lokasi penelitian tidak terlampau tinggi akibat adanya naungan
pepohonan yang rindang. Adanya naungan pepohonan dalam tapak dapat
menurunkan suhu udara. Pada dasarnya fungsi keberadaan tanaman dalam lanskap
yakni untuk memodifikasi atau mengontrol iklim mikro (Carpenter et al 1975).
Keberadaan tanaman dalam lokasi penelitian khususnya pepohonan mampu
mereduksi intensitas sinar matahari serta proses transpirasinya mampu
meningkatkan kelembaban di sekitarnya.
Menurut Hill (1995), salah satu hal yang mempengaruhi perbedaan derajat
suhu dalam suatu tapak disebabkan oleh jenis material yang menutupi suatu
permukaan. Material yang digunakan dalam menutupi permukaan akan
berpengaruh dalam besar kecilnya intensitas sinar matahari yang mampu diserap
ataupun dipantulkan kembali ke atmosfer. Menurut Carpenter et al (1975),
vegetasi mampu menahan dan melindungi dari radiasi panas serta mampu
mengurangi pemanasan pada permukaan tanah, sehingga mengakibatkan suhu
permukaan tanah yang tertutupi oleh vegetasi menjadi lebih dingin dibandingkan
dengan area yang tidak tertutupi oleh vegetasi. Pada dasarnya vegetasi mampu
menjaga fluktuasi suhu prmukaan tanah sehingga udara yang berada di atasnya
akan relatif lebih dingin dan nyaman untuk beraktivitas. Menurut Brooks (1988),
radiasi matahari yang menyinari tapak mampu meningkatkan panas elemen
lanskap yang ada, semakin licin dan terang permukaan suatu material maka
radiasi yang dipantulkan kembali akan semakin tinggi, begitu pula sebaliknya,
semakin kasar dan gelap warna dari material yang dipergunakan dalam tapak
maka semakin besar radiasi matahari yang terjerap. Mengingat tingkat THI dalam
lokasi yang cukup rendah yakni 23,4 atau dapat dikatakan cukup dingin sehingga
dalam pemilihan penggunaan material maupun warna dalam desain perlu
mempertimbangkan perihal peningkatan suhu untuk menciptkan kesan lebih

21
hangat. Perkerasan yang ternaungi oleh tanaman pada dasarnya akan lebih dingin
10-200 daripada yang tidak ternaungi sehingga perlu pemilihan warna yang
mampu menciptkan kesan hangat pada tapak. Penggunaan warna-warna sejuk
seperti hijau dan biru akan menciptakan susasana ruang terasa semakin dingin,
sehingga pemilihan warna sebaiknya mepergunakan warna-warna panas seperti
kuning, merah, atau oranye. Pemilihan warna panas dan pastel pada tapak
nantinya akan menciptakan suasana yang hangat dan ceria.
Kelembaban udara rata-rata tahunan pada kawasan penelitian sebesar 76,5%
dengan kelembaban tertinggi mencapai 83% dan kelembaban minimum mencapai
69%. Mengingat suhu pada tapak cukup rendah dan dikaitkan dengan nilai THI
yang cukup rendah jika dibandingkan dengan batas maksimum indeks THI bisa
dikatakan bahwa lokasi penelitian memiliki tingkat kenyamanan yang cukup
memadai, oleh karena itu perlu dipertahankan kondisi yang telah ada.
Kenyamanan yang tercipta dalam lokasi penelitian ditunjang oleh rapatnya
tegakan pohon yang ada dengan naungan yang hampir 70% menutupi area. Pohon
atau semak yang memberikan bayangan pada tapak mampu mereduksi sin