Perhitungan Konduktivitas Hidrolik Melalui Uji Pemompaan Dengan Metode Neuman Di Leuwikopo, Dramaga, Bogor

PERHITUNGAN KONDUKTIVITAS HIDROLIK MELALUI
UJI PEMOMPAAN DENGAN METODE NEUMAN
DI LEUWIKOPO, DRAMAGA, BOGOR

ARDILA AYU APRINA

DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul “Perhitungan
Konduktivitas Hidrolik melalui Uji Pemompaan dengan Metode Neuman, di
Leuwikopo, Dramaga, Bogor” adalah benar karya saya dengan arahan dari
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi
mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada
Institut Pertanian Bogor.
.
Bogor, September 2015

Ardila Ayu Aprina
NIM F44110088

ABSTRAK
ARDILA AYU APRINA. Perhitungan Konduktivitas Hidrolik melalui Uji
Pemompaan dengan Metode Neuman di Leuwikopo, Dramaga, Bogor.
Dibimbing oleh ROH SANTOSO BUDI WASPODO.
Konduktivitas hidrolik merupakan salah satu parameter akuifer yang
menyusun sistem cekungan air bawah tanah dan sangat bergantung pada jenis
litologi pada daerah tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan nilai
konduktivitas hidrolik dengan metode Neuman, menentukan jenis batuan atau
material berdasarkan nilai konduktivitas hidrolik dan menguraikan besaran
penurunan muka air dari akuifer di lahan Leuwikopo, Dramaga. Penelitian
terdiri dari studi pusaka, metode pengumpulan data dan metode analisis. Data
diperoleh dengan melakukan uji pemompaan yaitu uji pemompaan bertingkat

selama 3 jam, uji menerus selama 1 jam dan uji kambuh. Jenis akuifer di sumur
bor Leuwikopo adalah akuifer bebas. Akuifer dianggap akuifer isotropik dan
dengan metode Neuman diperoleh karateristik akuifer yaitu transmisivitas
sebesar 7,258 x 10-5 m2/detik, konduktivitas hidrolik sebesar 1,815 x 10-7
m/detik, storativitas sebesar 4,354 x10-7 serta spesifik lapang sebesar
8,549 x 10-6. Akuifer di lokasi penelitian berdasarkan nilai konduktivitas
hidrolik terdiri dari batu pasir, campuran kerikil, pasir dan liat.
Kata kunci: akuifer, konduktivitas hidrolik, litologi, uji pemompaan, metode
Neuman

ABSTRACT
ARDILA AYU APRINA. Calculation of Hydraulic Conductivity Using
Pumping Test and Neuman Method in Leuwikopo, Dramaga, Bogor. Supervised
by ROH SANTOSO BUDI WASPODO
The hydraulic conductivity is one of the parameters that arrange the
aquifer system of groundwater and depends on the types of litologi so that it can
be different for different areas. This research aimed determine the value of
hydraulic conductivity with neuman method, to determine the type of rock or
material based on hydraulic conductivity values and to explain the
characteristics water level depletion of aquifer in Leuwikopo. This research

consisted of literature studies, data collection method and analysis methods.
Data retrieved by performing pumping test i.e. step drawdown test during 3
hours, continous test during 1-hour and recovery test. This type of aquifer in the
well bore at leuwikopo was unconfined aquifer. Aquifers considered as isotropic
aquifer and using Neuman method the characteristic of aquifer is transmisivity
of 7,258 x 10-5 m2/s, hydraulic conductivity of 1,815 x 10-7 m/s, storativity of
4,257 x10-7, yield specific of 8,549 x 10-6. Based on hydraulic conductivity
values the aquifer at Leuwikopo of sandstone, mixture of gravel, sand and clay.
Keywords: aquifer, hydraulic conductivity, litology, Neuman method, pumping
test

PERHITUNGAN KONDUKTIVITAS HIDROLIK MELALUI
UJI PEMOMPAAN DENGAN METODE NEUMAN
DI LEUWIKOPO, DRAMAGA, BOGOR

ARDILA AYU APRINA

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Teknik

pada
Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan

DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

Judul Skripsi : Perhitungan Konduktivitas Hidrolik melalui Uji Pemompaan
dengan Metode Neuman di Leuwikopo, Dramaga, Bogor
Nama
: Ardila Ayu Aprina
NIM
: F44110088

Disetujui oleh

Dr. Ir Roh Santoso Budi Waspodo, M.T
Pembimbing


Diketahui oleh

Dr. Ir Nora H. Pandjaitan, DEA
Ketua Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji dan syukur dipanjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala
karunia-nya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Judul penelitian adalah
Perhitungan Konduktivitas Hidrolik melalui Uji Pemompaan dengan Metode
Neuman di Leuwikopo, Dramaga, Bogor.
Terima kasih diucapkan kepada Dr Ir Roh Santoso Budi Waspodo, MT
selaku dosen pembimbing serta Dr Ir Nora H. Pandjaitan, DEA dan Bapak
Sutoyo, STP MSi selaku dosen penguji atas segala masukan dan arahannya
dalam penulisan kelengkapan skripsi ini. Disamping itu, juga disampaikan
terima kasih kepada Bapak Trisno yang telah membantu selama pengambilan
data. Ungkapan terima kasih juga kepada Ayanda tercinta Abdul Haris (Alm),
Ibu tercinta Tuti Hermini, Kakak Mela Septia Ariastuti dan Kakak Harneni

Septiani yang selalu memberikan doa dan dukungan. Terima kasih kepada
PT. Bukit Asam (Persero) Tbk. yang telah memberikan kesempatan kepada
penulis sehingga penulis dapat menempuh pendidikan di Institut Pertanian
Bogor. Terima kasih juga kepada Kakak Dimas dan Kakak Septian atas bantuan
selama penyusunan skripsi. Kepada teman sebimbingan yaitu Agi, Ata, Cindo
dan Cahyo terima kasih atas doa dan dukungannya juga kepada Fitri Hidayati,
Gita Anistya Sari, Intan Kinanthi terima kasih atas segala bantuan dan doanya.
Kepada Rekan – Rekan Mahasiswa Teknik Sipil dan Lingkungan angkatan 48/
Tahun 2011 terima kasih atas segala dukungannya.
Disadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu,
diharapkan saran dan kritikan untuk perbaikan penulisan selanjutnya.
Diharapkan skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang memerlukan.

Bogor, September 2015

Ardila Ayu Aprina

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL


vi

DAFTAR GAMBAR

vi

DAFTAR LAMPIRAN

vi

PENDAHULUAN

1

Latar Belakang

1

Perumusan Masalah


1

Tujuan Penelitian

2

Manfaat Penelitian

2

Ruang Lingkup Penelitian

2

TINJAUAN PUSTAKA

2

Akuifer


2

Uji Pemompaan

3

Konduktivitas Hidrolik

4

Metode Pumping test

4

METODE PENELITIAN

5

Waktu dan Tempat


5

Alat dan Bahan

6

Prosedur Analisis

6

HASIL DAN PEMBAHASAN

9

Hasil Uji Pemompaan

9

Konduktivitas Hidrolik


13

Klasifikasi Batuan

17

SIMPULAN DAN SARAN

17

Simpulan

17

Saran

18

DAFTAR PUSTAKA

18

LAMPIRAN

20

RIWAYAT HIDUP

46

DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5

Nilai konduktivitas dari berbagai material batuan
Hasil uji pemompaan bertingkat
Hasil uji pemompaan menerus
Hasil Perhitungan Konduktivitas Hidrolik dengan Metode Neuman
Hasil perhitungan uji kambuh

4
12
12
15
17

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11

Akuifer bebas dan akuifer tertekan pada potongan cekungan air tanah
Lokasi Penelitian
Diagram Penelitian
Grafik Neuman
Hubungan antara waktu dengan drawdown
Hubungan antara waktu dengan drawdown pada uji pemompaan
menerus dan uji kambuh pengukuran ke-1 (a) dan ke-2 (b)
Grafik uji pompa menerus hari ke -1 dan hari ke-2 dan grafik model
(Kruseman 2000)
Grafik uji pompa berdasarkan metode neuman pada kondisi awal
Grafik uji pompa berdasarkan metode neuman pada kondisi akhir
Grafik semilog uji kambuh menerus pengukuran ke-1 (a) dan ke-2 (b)
Grafik semilog uji kambuh bertingkat pengukuran ke-1(a) dan ke-2 (b)

3
5
6
7
10
11
13
14
14
16
16

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13

Data hasil uji pemompaan bertingkat pada pengukuran ke-1
Data hasil uji pemompaan menerus pada pengukuran ke-1
Data hasil uji kambuh bertingkat pada pengukuran ke-1
Data hasil uji pemompaan bertingkat pada pengukuran ke-2
Data hasil uji pemompaan menerus pada pengukuran ke-2
Data hasil uji kambuh bertingkat pada pengukuran ke-2
Data hasil uji kambuh menerus
Perhitungan uji pemompaan menerus dengan metode Neuman pada
pengukuran ke-1
Grafik log-log uji menerus dengan grafik Neuman pada pengukuran
ke-2
Perhitungan uji pemompaan menerus dengan metode Neuman pada
pengukuran ke-2
Grafik log-log uji bertingkat 1 dengan grafik Neuman pada
pengukuran ke-1
Perhitungan uji pemompaan bertingkat 1 dengan metode Neuman
pada pengukuran ke-1
Grafik log-log uji pemompaan bertingkat 2 dengan grafik Neuman
pada pengukuran ke-1

20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32

14 Perhitungan uji pemompaan bertingkat 2 dengan metode Neuman
pada pengukuran ke-1
15 Grafik log-log uji pemompaan bertingkat 3 dengan grafik Neuman
pada pengukuran ke-1
16 Perhitungan uji pemompaan bertingkat 3 dengan metode Neuman
pada pengukuran ke-1
17 Grafik log-log uji pemompaan bertingkat 1 dengan metode Neuman
pada pengukuran ke-2
18 Perhitungan uji pemompaan bertingkat 1 dengan metode Neuman
pada pengukuran ke-2
19 Grafik log-log uji pemompaan bertingkat 2 dengan metode Neuman
pada pengukuran ke-2
20 Perhitungan uji pemompaan bertingkat 2 dengan metode Neuman
pada pengukuran ke-2
21 Grafik log-log uji pemompaan bertingkat 3 dengan metode Neuman
pada pengukuran ke-2
22 Perhitungan uji pemompaan bertingkat 3 dengan metode Neuman
pada pengukuran ke-2
23 Perhitungan uji kambuh menerus dari metode Recovery test
24 Perhitungan uji kambuh bertingkat dari metode Recovery test
25 Konstruksi sumur
26 Peta Hidrogeologi daerah Bogor

33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Air merupakan sumberdaya alam yang dibutuhkan oleh makhluk hidup di
permukaan bumi terutama oleh manusia. Kebutuhan air akan terus meningkat
seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk. Penggunaan air yang digunakan
masyarakat sangat bervariasi seperti air minum, mandi, irigasi, industri dan lainlain. Air yang sering digunakan oleh masyarakat adalah air permukaan, karena
lebih mudah dimanfaatkan. Namun, jumlah ketersediaan air permukaan semakin
terbatas sehingga dilakukan pemanfaatan airtanah.
Keberadaan air tanah sangat bergantung terhadap besarnya curah hujan
dan air yang dapat meresap ke dalam tanah. Faktor lainnya yang mempengaruhi
adalah kondisi litologi (batuan) dan geologi setempat (Susiloputri dan Savitri
2009). Kota Bogor merupakan kota yang memiliki intensitas hujan yang tinggi
sehingga banyak wilayah Bogor yang menggunakan airtanah seperti Leuwikopo,
Dramaga. Leuwikopo juga telah memanfaatkan airtanah sebagai sumber air bersih
dan irigasinya dengan adanya sumur bor.
Akuifer merupakan lapisan yang dapat menyimpan dan mengalirkan air
dalam jumlah yang ekonomis. Lapisan tersebut terbentuk oleh batuan/ material
yang mempunyai permeabilitas tinggi atau mampu mengalirkan air dengan baik
seperti lapisan pasir, kerikil, batu pasir dan gamping. Air yang terdapat didalam
akuifer dapat diambil melalui suatu sumur atau lubang bor (Sunandar 2009).
Konduktivitas hidrolik merupakan salah satu parameter akuifer yang
menyusun sistem cekungan air bawah tanah. Parameter akuifer ini bersifat
alamiah sehingga sangat bergantung pada jenis litologi sehingga bisa berbeda
untuk daerah yang berbeda. Parameter akuifer ini sangat menentukan
keberlanjutan air bawah tanah di suatu daerah (Juandi et.al 2013). Beberapa
proses penting seperti masuknya air ke dalam tanah, pergerakan air ke zona
perakaran, keluarnya air lebih atau drainase, aliran permukaan dan evaporasi
sangat dipengaruhi oleh kemampuan tanah untuk melewatkan air. Parameter yang
dapat menggambarkan kemampuan tanah dalam melewatkan air disebut
konduktivitas hidrolik.
Konduktivitas hidrolik dapat ditentukan melalui uji pemompaan. Uji
pemompaan merupakan salah satu metode yang sering digunakan untuk
mengetahui karakteristik akuifer. Pendugaaan nilai konduktivitas hidrolik untuk
akuifer bebas dapat menggunakan metode Neuman.
Perumusan Masalah
Rumusan permasalahan penelitian yang dibahas adalah
1. Bagaimana karakteristik penurunan muka airtanah untuk jenis akuifer dari
lahan Leuwikopo
2. Bagaimana nilai konduktivitas hidrolik dengan metode Neuman
3. Apa jenis batuan di lahan Leuwikopo berdasarkan nilai konduktivitas
hidrolik

2
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Menguraikan besaran penurunan muka airtanah dari akuifer di lahan
Leuwikopo.
2. Menentukan nilai konduktivitas hidrolik dengan metode Neuman
3. Menentukan jenis batuan atau material berdasarkan nilai konduktivitas
hidrolik
Manfaat Penelitian
Manfaat dari hasil penelitian ini adalah
1. Memberikan informasi mengenai konduktivitas hidrolik dan jenis batuan
pada lahan Leuwikopo
2. Memberikan data referensi untuk pengendalian pemanfaatan airtanah,
perencanaan dalam perlu atau tidaknya pengembangan sumur serta
perencanaan untuk tanaman pertanian.
Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup dari penelitian ini dideskripsikan secara singkat sebagai
berikut:
1. Penelitian dilakukan dengan data pengukuran uji pemompaan pada sumur
tunggal (single well) di Leuwikopo
2. Penelitian ini menganalisis tentang karakteristik penurunan muka airtanah,
perhitungan konduktivitas hidrolik dengan metode Neuman dan jenis
batuan dari jenis akuifer di Leuwikopo tersebut.

TINJAUAN PUSTAKA
Akuifer
Akuifer merupakan lapisan pembawa atau mengandung air karena terdapat
cukup batuan yang mampu meloloskan air. Contoh: kerikil, pasir, batu gamping
rekahan. Menurut Nelson dalam Sunandar (2009), secara hidrodinamika ada
terdapat dua tipe akuifer yaitu:
a. Unconfined Aquifer (akuifer tidak tertekan atau akuifer bebas).
Akuifer yang dibatasi oleh suatu lapisan kedap air di bagian bawahnya dan
pada bagian atasnya tidak ada lapisan penutup atau lapisan kedap air. Pada akuifer
bebas dikenal istilah muka airtanah bebas yang artinya adalah kedalaman air yang
akan ditemui jika kita melakukan suatu penggalian sumur atau pemboran.
Kedalaman muka airtanah bebas dipengaruhi oleh bentuk permukaan tanah atau
topografi disekitarnya dan juga oleh kondisi resapan air ke dalam akuifernya.
Pada daerah yang bertopografi miring dan berbukit, kedalaman muka airtanah
akan lebih dalam. Pada musim kemarau dimana air hujan yang meresap ke dalam
tanah berkurang, maka muka airtanah bebas akan turun. Umumnya akuifer bebas

3
berada pada kedalaman dangkal dan pengambilan airtanah dilakukan dengan
menggunakan sumur gali atau sumur bor dangkal.
b. Confined Aquifer (akuifer tertekan)
merupakan suatu akuifer yang bagian atas dan bawahnya dibatasi oleh
lapisan bersifat akifug atau akiklud. Pada akuifer tertekan dikenal istilah artesis
yang artinya tekanan air yang ada di dalam akuifer melebihi tekanan atmosfer. Hal
ini menyebabkan kedalaman muka air di dalam suatu lubang bor akuifer tertekan
akan melebihi dari kedalaman akuifernya. Jika muka airtanah tidak melebihi
permukaan tanah disebut artesis negatif, sedangkan jika muka airtanah melebihi
permukaan tanah disebut artesis positif. Keterdapatan airtanah tertekan tidak
terlalu dipengaruhi oleh kondisi musim, sehingga umumnya pada musim kemarau
debit air yang mengalir tidak berbeda dibandingkan dengan saat musim hujan.

Gambar 1 Akuifer bebas dan akuifer tertekan pada potongan cekungan air tanah
(Sumber : Sutandi 2012)
Uji Pemompaan
Uji pemompaan dilakukan pada suatu sumur untuk mengetahui karakteristik
akuifer seperti kemampuan akuifer melalukan dan menyimpan airtanah.
Penyelidikan karakteristik akuifer penting untuk perencanaan sumur dan
pengontrolannya (Sosrodarsono dan Takeda 2006). Uji pemompaan ini dilakukan
dengan mengukur kedalaman muka air pada berbagai tahap pemompaan (yaitu
sebelum, selama dan setelah memompa) pada tingkat yang konstan. Pengukuran
penurunan muka air diambil pada interval waktu yang singkat, selama tahap
pemompaan baik menerus maupun bertahap. Pengukuran debit diperiksa setiap
kali untuk penurunan muka air dan dicatat dengan benar (Elhag 2015).
Pendugaan ketebalan dan konduktivitas hidraulik aquifer dapat dilakukan
dengan uji pemompaan sumur baik dengan sumur tunggal (single well ) maupun
dengan beberapa sumur (multiple well). Menurut Clark (1988) mengumumkan
bahwa analisis uji pemompaan dapat digunakan untuk mengevaluasi karakteristik
akuifer. Uji pemompaan lebih tepat dalam menentukan nilai konduktivitas
hidrolik dan transmisivitas.

4
Konduktivitas Hidrolik
Konduktivitas hidrolik yang merupakan unit kecepatan dari kemampuan
lapisan batuan untuk meloloskan air. Konduktivitas hidrolik dapat ditentukan
dengan membagi transmisivitas dan ketebalan akuifer. Transmisivitas
didefinisikan sebagai banyaknya air bawah tanah yang dapat mengalir melalui
suatu bidang tegak setebal akuifernya, selebar satu satuan panjang pada suatu
gradien hidrolik (Todd dan Mays 2005).
Konduktivitas hidrolika dipengaruhi oleh sifat fisik yaitu porositas, ukuran
butir, susunan butir, bentuk butir dan distribusinya. Nilai konduktivitas hidrolika
dari beberapa macam batuan dapat dilihat dalam Tabel 1.
Table 1 Nilai konduktivitas dari berbagai material batuan
Klasifikasi Geologi
Material terpisah (unconsolidated material) :

K ( m/hari )
-8

-2

Tanah liat/ Lempung
Pasir halus
Pasir medium

10 – 10
1–5

Pasir Kasar

2 x 10 - 10

Kerikil

10 - 10

Pasir dan campuran kerikil

5 - 10

Liat, pasir, campuran kerikil

10 - 10

5 – 2 x 10

1

1
2

2
3

2
-3

-1

Batu-batuan (Rock) :
-3

Batu Pasir

10 – 1

Batu Karbonat dengan porositas sekunder

10 – 1

Serpih

10

Batu Padat tebal

< 10

Batuan retak

Hampir 0 – 3 x 10

-2
-7

-5

Batuan Vulkanik
Hampir 0 - 10
Sumber : b Bouwer (1978) di dalam Kruseman and De Ridder (2000)

2

3

Metode Pumping test
Perhitungan untuk menentukan properti akuifer dalam uji pemompaan ada
beberapa metode tergantung jenis akuifernya. Akuifer tertekan dan aliran
unsteady banyak digunakan adalah metode Theis, metode Jacob dan metode Theis
recovery. Metode Theis adalah metode yang menggunakan grafik fungsi w(u)
dan 1/u. Metode Theis recovery pada prinsipnya adalah mengamati kembali muka
airtanah (Riyadi dan Wibowo 2007). Metode Jacob adalah metode grafis semi
logaritma atau metode garis lurus, dengan sumbu x sebagai waktu pengukuran dan
sumbu y sebagai drawdown pada setiap interval sehingga titik-titik yang
dihasilkan berupa garis lurus dan besarnya drawdown pada satu siklus log dapat
ditentukan (Sjarif 2003; Liyantono 2001). Pengujian akuifer untuk akuifer
tertekan dan aliran steady state menggunakan metode Thiem (Wijayanti 2013).
Pada akuifer bebas ada dua metode analisis yaitu metode Thiem-Dupuit
dan metode Neuman. Metode Thiem-Dupuit adalah metode untuk akuifer bebas

5
dan aliran steady-state. Metode Thiem-Dupuit dapat digunakan menghitung
kerucut depresi di sumur pompa. Metode Neuman merupakan metode yang
digunakan dalam perhitungan karateristik akuifer/ properti akuifer pada akuifer
bebas untuk kasus aliran unsteady-state baik akuifer isotropik maupun anisotropik
(Kruseman dan De Ridder 2000 ; Chen et.al 1999 ; Nayak dan Lakshman 2009).
Neuman mengembangkan solusi analitik yang disesuaikan akuifer unconfined
anisotropik, dimana Kh adalah radial horisontalnya dan Kv adalah vertikalnya
(Kh = Kv dalam kasus isotropik). Neuman model menganggap akuifer homogen
unconfined tak terbatas dengan ketebalan akuifer (b) (Marechal et.al 2010).
Pada semi tertekan terdapat beberapa metode yang digunakan untuk aliran
unstedy-state yaitu metode curve-fitting Walton, metode inflection-point Hantush,
metode curve-fitting Hantush dan metode Rasio Neuman dan Witherspoon
(Kruseman dan De Ridder 2000). Metode curve-fitting Hantush dan metode rasio
Neuman dan Witherspoom dapat digunakan untuk uji pompa baik akuifer atau
akitar. Perbedaan Metode inflection-point Hantush dan metode curve-fitting
Walton ini terletak pada prosedur perhitungan. Metode Walton menggunakan
grafik drawdown yang dicocokkan dengan kurva Walton sedangkan metode
inflection-point hanya menggunakan data grafik drawdown (Kruseman dan De
Ridder 2000).

METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat
Penelitian dilaksanakan dari bulan Maret sampai Juli 2015. Penelitian ini
meliputi pengukuran uji pompa di sumur bor tunggal yang berada di dekat
laboratorium lapang Teknik Mesin dan Biosistem. Letak geografis Leuwikopo
pada koordinat 6o33’47’’lintang selatan dan 106o43’25’’ bujur timur.

Lokasi Penelitian

Gambar 2 Lokasi Penelitian (Sumber: Google Maps)

6
Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut
alat ukur tinggi muka air (avometer), jet pump Gufron, meteran, stopwatch, bak
penampung, kalkulator, form data uji pemompaan dan laptop dengan dilengkapi
microsoft office.
Prosedur Analisis
Penelitian ini dilakukan dengan pengukuran lapangan dengan metode
pumping test pada sumur bor di Leuwikopo, dramaga. Diagram penelitian dapat
dilihat pada Gambar 3 dan penelitian penelitian mencakup studi literatur, metode
pengumpulan data dan metode analisis.
1. Studi literatur
Studi literatur dilakukan untuk memperoleh pengetahuan dan referensi
berupa metode maupun data sekunder yang dibutuhkan dalam kegiatan studi
lapangan dan analisis data. Literatur yang digunakan dalam studi ini antara lain
buku, buku manual, skripsi, tesis dan jurnal ilmiah.
Mulai

Uji Pemompaan

Debit,drawdown,
waktu

Perhitungan T , K, S

Analisis karakteristik Akuifer

selesai

Gambar 3 Diagram Penelitian
2. Metode pengumpulan data
Uji pemompaan yang dilakukan dengan memompa air tanah pada sumur.
Langkah – langkah uji pemompaan sebagai berikut :

7
2.1. Uji pemompaan bertingkat
Pemompaan dilakukan dengan tiga tingkatan debit yang bertambah. Debit
pertama dilakukan dengan debit yang kecil selama 1 jam lalu debit pemompaan
diperbesar sebanyak 3 kali dengan waktu masing-masing 1 jam. Pencatataan data
meliputi lokasi sumur, kedudukan muka air tanah pada keadaan sebelum dipompa,
debit pemompaan dan kedudukan muka air tanah selama pemompaan berlangsung.
Pencatataan penurunan muka dengan interval waktu setiap 2 menit. Setelah
pengujian bertingkat selesai serta pemompaan dihentikan dilakukan uji kambuh
sampai air kembali ke kondisi awal dengan interval waktu 5 menit.
2.2 Uji pemompaan menerus
Uji pemompaan menerus dilakukan dengan memompa sumur pada debit
yang tetap selama 1 jam. Dengan mengatur debit sehingga konstan maka
penurunan dimulai dengan interval setiap 2 menit sampai pengujian dihentikan.
Pengukuran debit dilaksanakan sesaat setelah pemompaan dilakukan. Setelah
pompa dimatikan dilakukan pengukuran kambuhnya muka air tanah sampai air
kembali ke kondisi awal dengan interval waktu 5 menit
3. Metode Analisis
Pengolahan data dilakukan dengan mengolah data primer untuk menentukan
konduktivitas hidrolik. Data dari uji pemompaan berupa data penurunan muka
airtanah dan waktu dimasukkan pada grafik log-log dan kemudian ke dalam grafik
Neuman tersaji pada Gambar 4.

Gambar 4 Grafik Neuman
Sumber : Neuman 1975
Berdasarkan grafik Neuman data tersebut dianalisis dan digunakan untuk
perhitungan. Karakteristik akuifer bebas dapat dihitung dengan metode Neuman
(Kruseman dan De Ridder 2000 ) dengan persamaan (1) sampai persamaan (6).

8

Ta
Keterangan :
Ta
Q
s
W(Ua,

Keterangan :
Kh
Ta
Ty
b

Keterangan :
Sa
Ta
ta
r
Ua

Keterangan :
Sy
Ty
r
ty
Uy

w Ua

= Transmisivitas awal (m2/dt)
= Debit pompa (m3/dt)
= drawdown(m)
= well function
Ty

Keterangan :
Ty
Q
s
W(Uy,

4 s

4 s

w Uy

2

= Transmisivitas akhir (m2/dt)
= Debit pompa (m3/dt)
= drawdown (m)
= well function
Ta Ty 2
b
= Konduktivitas Horizontal ( m/dt)
= Transmisivitas awal (m2/dt)
= Transmisivitas akhir (m2/dt)
= Ketebalan akuifer (m)

= Storativitas kondisi awal
= Transmisivitas awal (m2/dt)
= Waktu pompa (dt)
= Jarak pantau (m)
= Kondisi awal dari jarak perbandingan sumur
pantau (r) dan storativitas kondisi awal (Sa) terhadap
transmisivitas (T)

= Spesifik lapang
= Transmisivitas akhir (m2/dt)
= Jarak pantau (m)
= Waktu pompa (dt)
= Kondisi akhir dari jarak perbandingan sumur
pantau (r) dan spesifik lapang (Sy) terhadap
transmisivitas (T)

9

Keterangan :
Sa
Sy

= Storativitas kondisi awal
= Spesifik lapang

Uji kambuh dengan metode recovery test (Kruseman dan De Ridder 2000)
dilakukan dengan berdasarkan persamaan (7).
T
Keterangan :
T
Q
s

23
4 s

= Transmisivitas (m2/dt)
= Debit pompa (m3/dt)
= perbedaan residual drawdown (m)

Setelah nilai dari konduktivitas didapat maka dibandingkan nilai dari
konduktivitas referensi dan konduktivitas hitungan sehingga didapatkan jenis
batuan akuifer pada sumur.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Uji Pemompaan
Sumur bor yang terletak di Leuwikopo memiliki kedalaman (H) 50 m
dengan diameter 10,16 cm. Uji pemompaan yang dilakukan menggunakan 3 tahap
uji pompa yaitu uji pemompaan bertingkat (step drawdown test), uji pemompaan
menerus (continous test) dan uji kambuh (recovery test). Data hasil dari uji
pemompaan dan uji kambuh dapat dilihat di Lampiran 1-7.
Sebelum uji pemompaan, dilakukan pengukuran tinggi muka air pada sumur
untuk memperoleh muka air statis. Muka air statis ini diukur pada saat tidak
dipompa dan tidak dipengaruhi sumur pompa lainnya. Muka air statis pada sumur
bor ini yaitu 7,7 m dari bawah muka tanah (bmt). Penurunan muka airtanah yang
dimaksud dalam istilah uji pompa adalah besarnya penurunan muka airtanah di
dalam sumur selama airtanah ini diukur pada interval waktu tertentu sejak
pemompaan dimulai sampai pompa dihentikan (Sudarsono 1998).
Uji bertingkat dimulai dengan debit kecil terlebih dahulu. Selama
pemompaan dilakukan pengamatan penurunan muka airtanah sesuai dengan
interval yang telah ditentukan dan dilakukan pengukuran debit. Uji bertingkat ini
dilakukan dengan tiga tahap secara menerus dengan debit berbeda. Debit tersebut
ditambah setiap tingkatan. Drawdown akibat pemompaan bertingkat dan kenaikan
muka air terhadap waktu pada pengukuran ke-1 dan ke-2 disajikan pada Gambar
5.

10

Drawdown (m)

0

100

0
-1
-2
-3
-4
-5
-6
-7
-8
-9
-10
-11
-12
-13
-14
-15
-16

200

300

400

waktu (menit)
uji bertingkat 1

uji bertingkat 2

uji bertingkat 3

uji kambuh

(a)
0

100

200

300

400

0

Drawdown (m)

-1
-2
-3
-4
-5
-6
-7

Waktu (menit)
uji bertingkat 1

uji bertingkat 2

uji bertingkat 3

uji kambuh

(b)
Gambar 5 Hubungan antara waktu dengan drawdown.
Gambar 5 menyajikan Hubungan antara waktu dengan drawdown pada uji
pemompaan bertingkat dan uji kambuh pengukuran ke-1(a) dan ke-2(b).
Drawdown setiap tingkat dihitung dengan mengurangi tinggi air pompa yang
dicapai pada akhir setiap tingkat pemompaan terhadap muka air statis (Gambar 5)
sehingga nilai Sw paling besar merupakan debit tingkat ke-3. Akan tetapi, debit
tingkat ke-3 pada pengukuran ke-2 (Gambar 5b) menunjukkan penurunan muka
air tanah secara fluktuatif. Hal ini diakibatkan besaran pemompaan yang tidak
stabil akibat mesin pompa sehingga debit yang keluar tidak maksimum.
Pada uji bertingkat pengukuran ke-1 pada 10 menit pertama mengalami
penurunan sebesar 1,24 m untuk tingkat 1, untuk tingkat 2 pada 32 menit pertama

11
penurunan sebesar 9,48 m serta pada 22 menit pertama mengalami penurunan
sebesar 13,25 m untuk tingkat 3.Selanjutnya, pada pengukuran ke-2 pada 8 menit
pertama untuk tingkat 1 dan 2 mengalami penurunan sebesar 1,82 dan 4,95 m.
Hal ini menunjukkan pada menit awal pemompaan mengalami penurunan yang
signifikan pada pengukuran ke-1 (Gambar 5a) dan pada pengukuran ke-2
(Gambar 5b). Menurut Boulton dalam Kodoatie (2012) air yang masuk ke dalam
sumur oleh pemompaan menimbulkan pengurangan air di akuifer yang
menyebabkan penurunan muka air tanah lebih besarnya dibandingkan air yang
dihasilkan akibat adanya penurunan potentiometric surface. Uji pemompaan
menerus dengan debit konstan serta imbuhan yang terjadi setelah pompa berhenti
disajikan pada Gambar 6.
0

20

40

60

80

100

120

140

1
0

Drawdown (m)

-1
-2
-3
-4
-5
-6

Waktu (menit)
uji menerus

uji kambuh menerus

(a)
0

20

40

60

80

100

120

140

2

Drawdown (m)

1
0
-1
-2
-3
-4

Waktu (menit)
uji menerus

uji kambuh menerus

(b)
Gambar 6 Hubungan antara waktu dengan drawdown pada uji
pemompaan menerus dan uji kambuh pengukuran ke-1(a)
dan ke-2 (b).

12
Penurunan muka air tanah pada uji pemompaan menerus (Gambar 6)
menunjukkan besaran pemompaan pada 8 menit pertama menyebabkan drawdown
yang curam dan semakin lama pemompaan, drawdown yang terjadi relatif konstan.
Karakteristik penurunan muka airtanah ini juga sama dengan uji pemompaan
bertingkat. Drawdown yang relatif konstan tersebut diakibatkan oleh besaran
pemompaan yang keluar sama dengan pemasukkan air yang masuk ke sumur dari
akuifer. Pada uji kambuh pengukuran ke-2 (Gambar 6b) mengalami peningkatan
muka air yang sangat cepat. Hal ini disebabkan faktor hujan sehingga air masuk
kedalam sumur dengan cepat dan mengalami peningkatan air melebihi muka air
statisnya. Setelah mengalami peningkatan, muka air kembali seperti semula. Hasil
uji pemompaan dari sumur bor leuwikopo disajikan pada Tabel 2 dan 3.
Table 2 Hasil uji pemompaan bertingkat
Pengukuran m.a.t*

I

II

H

7,7

50

7,7

50

Step

Q
(m3/dt)

Sw
(m)

t
(mnt)

I
II
III
I
II
III

0,00011
0,00028
0,00032
0,00013
0,00026
0,00027

1,53
9,55
14,62
3,19
4,6
5,81

60
60
60
60
60
60

Kambuh
Sw
t
(m)
(mnt)
13,78
60

5,81

60

Table 3 Hasil uji pemompaan menerus
Pengukuran

m.a.t*

H

I
II

7,7
7,7

50
50

Q
(m³/dt)
0,00028
0,00021

Sw
(m)
4,6
3,53

t
(mnt)
60
60

Kambuh
Sw(m)
t (mnt)
4,6
40
3,53
20

*muka air tanah

Pada uji pemompaan bertingkat debit dilaksanakan dalam 3 tingkat secara
menerus dengan debit berbeda (Tabel 2). Hal ini menunjukkan semakin besar
debit pemompaan maka semakin besar penurunan muka air (Sw) yang terjadi.
Setelah uji pemompaan, pompa dihentikan maka dilakukan uji kambuh dengan
mengamati kenaikan muka air. Uji kambuh dilakukan sampai kedudukan muka air
mencapai posisi muka air statis yaitu 7,7 m. Kenaikan muka airtanah (residual
drawdown) pada uji kambuh bertingkat sebesar 13,78 m dan 5,81 m memerlukan
waktu 1 jam untuk kembali ke muka air statis. Hasil pengukuran dari uji menerus
pada Tabel 3 terlihat bahwa penurunan muka airtanah (Sw) terjadi sebesar
3,5 – 4,6 m akibat pemompaan selama 1 jam. Kenaikan muka air pompa ke posisi
muka air statis saat pompa dihentikan memerlukan waktu selama 20-40 menit.
Pada uji pompa perlu diketahui jenis akuifer untuk menentukan karakteristik
akuifer. Data dari uji pompa menerus berupa grafik semilog dapat menunjukkan
bahwa akuifer yang berada pada sumur bor merupakan akuifer bebas atau

13
unconfined aquifer. Hal ini terlihat dari perbandingan grafik uji pompa dengan
grafik model yang disajikan pada Gambar 7.
Akuifer bebas dipengaruhi oleh kondisi aliran sungai dan faktor hujan.
Permukaan air pada sumur dari akuifer bebas tidak dipengaruhi oleh tekanan
udara dan pasang surut. Pada saat berlangsungnya musim penghujan, muka
airtanah umumnya cenderung naik karena proses pengisian kembali, sementara
penurunan muka airtanah secara alamiah (natural groundwater depletion) terjadi
pada saat musim kemarau (Sosrodarsono dan Takeda 2006).
6

4
3,5

drawdown (m)

drawdown( m )

5
4
3
2
1

3
2,5
2
1,5
1
0,5

0
1

10

100

0
1

waktu (menit)

10

100

Waktu (menit)

Gambar 7 Grafik uji pompa menerus hari ke -1 dan hari ke-2 dan grafik model
(Kruseman 2000)
Konduktivitas Hidrolik
Kuantitas air bawah tanah yang dapat disimpan dan diteruskan oleh
akuifer tergantung dari karakteristik akuifer tersebut. Karakteristik akuifer berupa
konduktivitas hidrolik, transmisivitas dan storativitas dapat ditentukan dari data
uji pemompaan. Data hasil pemompaan yang digunakan untuk perhitungan
metode Neuman adalah data uji bertingkat dan data uji menerus.
Metode Neuman dilakukan dengan memasukkan nilai penurunan muka air
dan waktu pada kertas log-log kemudian dicocokkan dengan kurva neuman yang
memuat well function kondisi awal dan akhir (w (Ua, Uy, )) terhadap (1/Ua) dan
(1/Uy) untuk memperoleh nilai (Awi 2007). Selanjutnya, ditentukan dua titik
pada nilai yang sama pada dua grafik tersebut pada kondisi awal (Gambar 8)
dan kondisi akhir (Gambar 9) untuk mendapatkan nilai drawdown(s), w(u), t,
1/Ua dan 1/Uy. Pada Gambar 8 dan 9 disajikan data perhitungan menerus untuk
pengukuran ke-1.

14

1/Ua =1, s = 2,9
T=1 menit

drawdown (m)

10

x match point

W (u) =1
β= 0,06
1
1

10

100

waktu (menit)

Gambar 8 Grafik uji pompa berdasarkan metode Neuman pada kondisi awal

s = 2,9 m, t=30 menit
W (u) =1

drawdown (m)

10

x match point

1
1

10

100

waktu (menit)

1/Uy =1
β = 0,06

Gambar 9 Grafik uji pompa berdasarkan metode Neuman pada kondisi akhir

15
Pada perhitungan konduktivitas hidrolik akuifer dianggap isotropik yang
berarti nilai konduktivitas hidrolik memiliki nilai yang sama pada semua arah baik
horizontal maupun vertikal atau Kh = Kv. Dari analisis grafik diketahui nilai
0,06 , sa = 2,9 m , ta = 1 menit, sy= 2,9 m, ty = 30 menit, w(Ua,y) = 1, 1/Ua = 1,
1/Uy=1 sehingga parameter hidrolik dapat dihitung dengan rumus metode
Neuman. Dari perhitungan pada Lampiran 8 transmisivitas awal diperoleh dengan
menggunakan persamaan (1) sebesar 7,687 x 10-6 m2/dt. Transmisivitas akhir
diperoleh dengan menggunakan persamaan (2) sebesar 7,431 x 10-6 m2/dt.
Kemudian, diperoleh nilai konduktivitas hidrolik sebesar 1,890 x 10-7 m/dt.
Selanjutnya, Spesifik lapang (Sy) diperoleh sebesar 5,350 x 10-6 sedangkan
storativitas kondisi awal (Sa) sebesar 1,845 x 10-7. Rasio dari Sy dan Sa
mempunyai nilai lebih besar daripada 10. Hal ini menunjukkan bahwa kasus ini
memenuhi syarat untuk menggunakan metode Neuman.
Selain data uji menerus tersebut, perhitungan dilakukan untuk setiap uji
pompa baik uji pemompaan bertingkat maupun uji kambuh. Namun perhitungan
untuk uji kambuh dilakukan dengan metode recovery. Data uji pompa bertingkat
atau step drawdown dapat dilakukan perhitungan parameter hidroliknya dengan
menghitung setiap tingkatan. Hasil perhitungan konduktivitas hidrolik dari semua
uji pompa dengan metode Neuman disajikan pada Tabel 4.
Table 4 Hasil Perhitungan Konduktivitas Hidrolik dengan Metode Neuman
Q

T

3

(m /dt)

(m²/dt)

0,00012

Kh

Sa

Sy

Rasio
Sy / Sa

(m/dt)

6,082 x 10-6

2,452 x 10-7

7,006 x 10-6

28,6

1,520 x 10-7

0,00028

1,300 x 10-5

6,419 x 10-7

1,338 x 10-5

20,84

3,251 x 10-7

0,00032

3,715 x 10-6

2,038 x 10-7

2,140 x 10-6

10,5

9,289 x 10-8

0,00013

7,393 x 10-6

6,920 x 10-7

7,097 x 10-6

10,5

1,848 x 10-7

0,00026

5,311 x 10-6

3,726 x 10-7

4,968 x 10-6

13,3

1,328 x 10-7

0,00027

5,374 x 10-6

7,739 x 10-7

2,064 x 10-5

26,7

1,344 x 10-7

0,00028

7,559 x 10-6

1,845 x 10-7

5,350 x 10-6

29

1,787x10-7

0,00021

9,625 x 10

-6

-7

7,814 x 10

-6

16,4

1,888x10

7,258 x 10

-6

8,549 x 10

-6

-

1,815 x 10-7

Rata-rata

4,765 x 10

-7

4,257 x 10

Ket

-7

Uji
bertingkat

Uji
menerus

Perhitungan untuk besaran transmisivitas (T) dari akuifer tanpa
pemompaan yaitu uji kambuh perlu dilakukan sekaligus untuk mengoreksi hasil
uji pemompaan (Sukadana dan Adi 2009). Analisis uji kambuh dengan metode
recovery test menggunakan grafik residual drawdown s vs waktu t t’ yang
diplot pada semilog . Nilai s yang ditentukan dari garis linear dengan 1 log
(misalnya 10 menit sampai 100 menit) dari grafik uji kambuh tersebut (Gross
2008 ; Todd dan Mays 2005 ; Sosrodarsono dan Takeda 2006). Metode ini sering
digunakan untuk uji kambuh dalam perhitungan untuk menentukan transmisivitas.
Adapun grafik semilog pada uji kambuh menerus disajikan pada Gambar 10 dan
11.

16

drawdown (m)

8
7
6
5
4
3
2
1
0
-1 1

y = 1,6799ln(x) - 1,7581
R² = 0,9624

s

10

49m

100

t/t'

drawdown (m)

(a)
6
5
4
3
2
1
0
-1 1
-2

y = 1,2853ln(x) - 0,6031
R² = 0,753

s =3,8 m

10

100

t/t'

drawdown (meter)

(b)
Gambar 10 Grafik semilog uji kambuh menerus pengukuran ke-1 (a) dan ke-2 (b)
16
14
12
10
8
6
4
2
0
-2 1

y = 2,3752ln(x) - 2,6277
R² = 0,8769

s

10

100

55m

1000

t/t'

(a)
6
drawdown (m)

5
4
3

y = 0,6514ln(x) - 0,7781
R² = 0,7744

2

s 1,5 m

1
0
-1 1

10

100

1000

t/t'

(b)
Gambar 11 Grafik semilog uji kambuh bertingkat pengukuran ke-1(a) dan ke-2 (b)

17
Grafik semilog pada Gambar 10 dan 11 menggambarkan nilai s dari uji
kambuh bertingkat dan menerus. Nilai s dari uji kambuh menerus pada
pengukuran ke-1(Gambar 10a) dan ke-2 (Gambar 10b) secara berurutan sebesar
4,9 m dan 3,8 m. Selanjutnya, nilai s dari uji kambuh bertingkat pada
pengukuran ke-1 (Gambar 11a) dan ke-2 (Gambar 11b) secara berurutan adalah
5,5 m dan 1,5 m. Kemudian, nilai transmisivitas dicari dengan menggunakan
persamaan (7). Hasil dari transmisivitas tersebut kemudian dibagi dengan
ketebalan akuifer (40 m) sehingga nilai konduktivitas diperoleh sebesar
4,060 x 10-7 m/dt atau 0,035 m/hari. Hasil dari perhitungan transmisivitas dan
konduktivitas hidrolik disajikan pada Tabel 5.
Table 5 Hasil perhitungan uji kambuh
Q
(m /detik)
0,00021
0,00028
0,00032
0,00027
Rata-rata
3

S
(m)
4,9
3,8
5,5
1,5

T
(m / detik)
7,848 x 10-6
1,349 x 10-5
1,065 x 10-6
3,296 x 10-5
1,624 x 10-5
2

K
( m/detik)
1,962 x 10-7
3,373 x10-7
2,664 x10-7
8,240 x 0-7
4,060 x 10-7

Keterangan
Uji kambuh
menerus
Uji kambuh
bertingkat

Klasifikasi Batuan
Akuifer merupakan lapisan batuan yang dapat menyimpan dan
mengalirkan air. Menurut Waspodo (2002), litologi akuifer di lingkungan kampus
IPB-Dramaga, Kab. Bogor terdiri dari (1) campuran hasil gunung api muda,
terdiri dari breksi tufaan, lava andesit, breksi, batu pasir dan konglomerat dengan
kelulusan berkisar antara 10-3 sampai dengan 10-2 m/hari, (2) batuan vulkanik
muda tak terpisahkan terdiri dari breksi lahar, lava konglomerat tufaan dan bombom lava berongga yang mencapai ketebalan hingga 100 m, kelulusan umumnya
mencapai 0,8 dan 364 m/hari.
Beberapa material batuan dapat berperan sebagai akuifer. Jenis batuan
akuifer dapat dilihat dari nilai konduktivitas hidrolik. Hasil dari perhitungan
(Tabel 4) diperoleh rata-rata konduktivitas hidrolik dari uji pemompaan sebesar
1,815 x 10-7 m/dt atau 0,0157 m/hari. Berdasarkan nilai konduktivitas tersebut
menurut Kruseman dan De Ridder (2000), lokasi penelitian ini tersusun dari
material batuan yaitu liat pasir dan campuran kerikil serta batu pasir. Material
batuan ini bisa dikategorikan cukup baik sebagai akuifer.

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian karakteristik penurunan muka airtanah akibat
pemompaan di sumur bor Leuwikopo pada menit awal mengalami penurunan
muka airtanah yang curam. Pada uji menerus dan uji bertingkat menunjukkan
bahwa pada 8 menit pertama muka airtanah turun sebesar 3- 4 m dan 1,82- 4,95 m.

18
Selanjutnya, Penurunan muka air akan relatif konstan terhadap waktu. Penurunan
muka airtanah akibat pemompaan sebesar 1,53-14,56 m dengan pemulihan
kembali selama 1 jam. Karakteristik akuifer yang dihasilkan dengan metode
Neuman yaitu transmisivitas sebesar 7,258 x 10-5 m2/dt, konduktivitas hidrolik
sebesar 1,815 x 10-7 m/dt, storativitas kondisi awal sebesar 4,257 x10-7 serta
spesifik lapang sebesar 8,549 x 10-6. Akuifer di lokasi penelitian berdasarkan nilai
konduktivitas hidrolik terdiri dari batu pasir, campuran kerikil, liat dan pasir.
Saran
Disarankan untuk penelitian selanjutnya melakukan uji pemompaan untuk
beberapa sumur pemompaan. Perlu dilakukan penelitian lanjut untuk analisis
kimia airtanah dan kualitas airtanah pada sumur tersebut

DAFTAR PUSTAKA
Awi RLN. 2007. Jenis dan Geometri Akuifer Daerah Teluk Youtefa Kota
Jayaputra Provinsi Papua [Tesis]. Bandung(ID) : Institut Teknologi Bandung.
Chen X, James G, Scott S. 1999. Hydraulic properties and uncertainty analysis for
unconfined alluvial aquifer. Conservation and survey division. Vol 37 no.6
Clark L. 1988. Field Guide to Water Wells and Boreholes. New York (US):
Halsted Press.
Elhag AB. 2015. New innovation method modified for analyzing aquifer test data
of pumping and recovery tests. Int. Res. J Geol. Min. 5(1):1-5
Gross LE. 2008. A manual pumping test method for characterizing the
productivity of drilled well equipped with rope pumps [Tesis].
Michigan(US) : Michigan Technological University
Juandi, Ahmad, Edisar, Syamsulduha. 2013. Analisa Konduktivitas Hidrolika
Pada Sistem Akuifer. Pekanbaru (ID) : Universitas Riau. hlm 148-158;
[Diunduh
tanggal
28
Februari
2015].
Tersedia
pada:
http://www.download.portalgaruda.org/article.php?article=105842&val=5122
Kodoatie RJ. 2012. Tata ruang air tanah. Yogyakarta (ID) : Andi.
Kruseman, De Ridder. 2000. Analysis and Evaluation of pumping test data.
Wageningen. ILRI.
Liyantono. 2001. Kajian Karakteristik Akuifer dan Sumur serta Pola
Pengembangan di Kecamatan Sukamoro, Kabupaten Nganjuk, Jawa timur
[Skripsi]. Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor
Marechal JC, Vouillamoz JM, Kumar MSM, Dewandel B. 2010. Estimating
Aquifer Thickness Using Muliple Pumping Test. J Hydrogeol. 18 :1787-1796.
Nayak S, Lakshman N. 2009. Characterization of small-scale groundwater
irrigation schemes in a humid coast region of southern india. J tropical
agriculture. 47(1-2): 37-42
Neuman SP. 1975. Analysis of pumping test data from anisotropic unconfined
aquifers considering delayed gravity response, Water Resour. Res., 11: 329–
342.

19
Riyandi A, Wibowo K. 2007. Karakteristik Airtanah di Kecamatan Tamansari
Kota Tasikmalaya. J tek ling. Vol 8 no 3 Hal 96-206
Sjarif L. 2003. Penentuan nilai karakteristik akuifer sumur airtanah melalui uji
pemompaan (pumping test) dengan metode cooper-jacob di Leuwikopo,
Dramaga [skripsi]. Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor
Sosrodarsono S, Takeda K. 2006. Hidrologi Untuk Pengairan. Cetakan
Kesepuluh. Jakarta (ID) : PT. Pradnya Paramita
Sudarsono U. 1998. Prosedur pompa. Bull enviromental geologi. 23(1) : 40-54
Sukadana IG, Adi GM. 2009. Studi karakteristik akuifer di kawasan BPLPBATAN, Cipanas, Jawa Barat. Pusat Pengembangan geologi nuklir BATAN.
Hal C-48.
Sunandar A. 2009. Kualitas Airtanah di Daratan rendah Teluknaga Kabupaten
Tangerang [Skripsi]. Depok (ID): Universitas Indonesia.
Susiloputri S, Savitri NF. 2009. Pemanfaatan air tanah untuk memenuhi air irigasi
di Kabupaten Kudus Jawa Tengah [Tesis]. Semarang (ID): Universitas
Diponegoro
Sutandi MC. 2012. Airtanah. Bandung (ID) : Universitas Kristen Maranatha. hlm
1-26; [Diunduh tanggal 28 Februari 2015]. Tersedia pada:
http://www.repository.maranatha.edu/3914/1/Air%20Tanah.pdf
Todd DK, Mays LW. 2005. Groundwater Hydrology. Third Edition. New
York(US) : John Willey & Sons Inc.
Waspodo RSB. 2002. Investigasi airtanah melalui geolistrik di Dramaga, Bogor.
Buletin keteknikan pertanian. Vol 16 no.1. Bogor (ID): IPB Press.
Wijayanti PR. 2013. Analisis kuantitas dan kualitas air tanah di Kubu Kabupaten
Karang Asem Provinsi Bali [Tesis]. Malang (ID): Universitas Brawijaya

20
Lampiran 1. Data hasil uji pemompaan bertingkat pada pengukuran ke-1
Lokasi
: Leuwikopo
Tanggal : 13 april 2015
Pengamat : 1.M. Mauldy Bhalgya
2.Ardila Ayu Aprina
Penurunan
muka air
(m)
step 1 Q= 0,000106 m³/dt

waktu
(mnt)

Kedalaman
muka air (m)

waktu
(m)

Kedalaman sumur : 50 m
Muka air statis
: 7,7 m

Kedalaman
muka air (m)

Penurunan
muka air
(m)

0

7,7

0

2

8,37

-0,67

step 2 Q = 0,000278 m³/dt
8,61
-0,91
62
10,8
-3,1
64

4

8,65

-0,95

66

12,1

6

8,63

-0,93

68

10

8,94

-1,24

12
14

8,81

-1,11

8,67

16

waktu
(mnt)

muka air
(m)

Penurunan
muka air
(m)

step 3 Q = 0,00032 m³/dt
-9,4
122
17,1
124

17,28

-9,58

-4,4

126

17,8

-10,1

12,2

-4,5

128

18,16

-10,46

70

13,29

-5,59

130

18,3

-10,6

14,1

-6,4

14,76

-7,06

132
134

18,76
18,89

-11,06

-0,97

72
74

9,09

-1,39

76

15,03

-7,33

136

19,1

-11,4

18

8,97

-1,27

78

14,86

-7,16

138

19,99

-12,29

20

8,8

-1,1

80

15,3

-7,6

140

20,29

-12,59

22

9,17

-1,47

82

15,45

-7,75

142

20,95

-13,25

24

8,97

-1,27

84

15,75

-8,05

144

21,07

-13,37

26

8,96

-1,26

86

16,15

-8,45

146

21,17

-13,47

28

9,14

-1,44

88

16,23

-8,53

148

21,37

-13,67

30

8,93

-1,23

90

16,45

-8,75

150

21,01

-13,31

32

9,03

-1,33

92

16,63

-8,93

152

21,23

-13,53

34

8,91

-1,21

94

17,18

-9,48

154

21,3

-13,6

36

8,77

-1,07

96

17,05

-9,35

156

21,19

-13,49

38

9,16

-1,46

98

17,23

-9,53

158

21,36

-13,66

40

9,02

-1,32

100

17,12

-9,42

160

21,46

-13,76

42
44

8,92
9,1

-1,22
-1,4

102
104

16,97
17,04

162
164

21,43
21,54

46

9,05

-1,35

106

16,87

-9,27
-9,34
-9,17

166

21,6

-13,73
-13,84
-13,9

48

8,87

-1,17

108

16,99

-9,29

168

21,37

-13,67

50

9,01

-1,31

110

17,13

-9,43

170

20,98

-13,28

52

9,23

-1,53

112

17,07

-9,37

172

21,12

-13,42

54

9,14

-1,44

114

17,25

-9,55

174

21,28

-13,58

56

8,96

-1,26

116

17,25

-9,55

176

21,98

-14,28

58

8,98
8,61

-1,28
-0,91

118

17,14

-9,44

178

22,32

-14,62

120

16,98

-9,28

180

21,87

-14,17

60

-11,19

21
Lampiran 2. Data hasil uji pemompaan menerus pada pengukuran ke-1
Lokasi
: Leuwikopo
Tanggal : 13 april 2015
Pengamat : 1.M. Mauldy Bhalgya
2.Ardila Ayu Aprina
waktu
(mnt)

Kedalaman sumur : 50 m
Muka air statis
: 7,7 m

Penurunan
muka air
(m)
Q = 0,00028 m³/dt

Kedalaman
muka air (m)

1

9,34

-1,64

3

11,16

-3,46

5

11,41

-3,71

7

11,8

-4,1

9

11,876

-4,176

11

11,89

-4,19

13

11,95

-4,25

15

11,955

-4,255

17

11,98

-4,28

19

12,058

-4,358

21

12,086

-4,386

23

12,071

-4,371

25

12,076

-4,376

27

12,096

-4,396

29

12,117

-4,417

31

12,542

-4,842

33

12,584

-4,884

35

12,625

-4,925

37

12,67

-4,97

39

12,673

-4,973

41

12,676

-4,976

43

12,589

-4,889

45

12,638

-4,938

47

12,635

-4,935

49

12,635

-4,935

51

12,64

-4,94

53

12,6

-4,9

55

12,6

-4,9

57

12,6

-4,9

60

12,6

-4,9

22
Lampiran 3. Data hasil uji kambuh bertingkat pada pengukuran ke-1
Lokasi
: Leuwikopo
Tanggal : 13 april 2015
Pengamat : 1.M. Mauldy Bhalgya
2.Ardila Ayu Aprina

Waktu t' (mnt)

Waktu (mnt)

t t’

1
5
10
15
20
25
30
35
40
45
50
55
60
65
70
75
80
85
90
95
100
105
110
115
120
125
130
135
140
145
150
155
160
165
170
175
180

180
185
190
195
200
205
210
215
220
225
230
235
240
245
250
255
260
265
270
275
280
285
290
295
300
305
310
315
320
325
330
335
340
345
350
355
360

180,00
37,00
19,00
13,00
10,00
8,20
7,00
6,14
5,50
5,00
4,60
4,27
4,00
3,77
3,57
3,40
3,25
3,12
3,00
2,89
2,80
2,71
2,64
2,57
2,50
2,44
2,38
2,33
2,29
2,24
2,20
2,16
2,13
2,09
2,06
2,03
2,00

Kedalaman sumur : 50 m
Muka air statis
: 7,7 m

Kedalaman muka
air (m)
21,46
12,391
11,643
10,1
9,6
8,426
8,014
7,874
7,745
7,73
7,73
7,72
7,7
7,7
7,7
7,7
7,7
7,7
7,7
7,7
7,7
7,7
7,7
7,7
7,7
7,7
7,7
7,7
7,7
7,7
7,7
7,7
7,7
7,7
7,7
7,7
7,7

Penurunan muka
air (m)
-13,76
-4,691
-3,943
-2,4
-1,9
-0,726
-0,314
-0,174
-0,045
-0,03
-0,03
-0,02
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0

23
Lampiran 4. Data hasil uji pemompaan bertingkat pada pengukuran ke-2
Lokasi
: Leuwikopo
Tanggal : 14 april 2015
Pengamat : 1.M. Mauldy Bhalgya
2.Ardila Ayu Aprina
Kedalaman Penurunan
muka air
muka air
(m)
(m)
step 1 Q = 0,000132 m³/dt
7,9
0
0
8,96
-1,06
2
9,45
-1,55
4
9,51
-1,61
6
9,72
-1,82
8
9,96
-2,06
10
10,11
-2,21
12
10,18
-2,28
14
10,32
-2,42
16
9,88
-1,98
18
10,26
-2,36
20
10,07
-2,17
22
10,1
-2,2
24
10,15
-2,25
26
10,22
-2,32
28
10,34
-2,44
30
10,35
-2,45
32
9,97
-2,07
34
9,99
-2,09
36
10,15
-2,25
38
10,07
-2,17
40
10,22
-2,32
42
10,34
-2,44
44
10,22
-2,32
46
10,07
-2,17
48
9,96
-2,06
50
10,04
-2,14
52
10,04
-2,14
54
10,22
-2,32
56
10,26
-2,36
58
11,09
-3,19
60

Waktu
(m)

Kedalaman sumur : 50 m
Muka air statis
: 7,7 m

Kedalaman Penurunan
muka air
muka air
(m)
(m)
Step 2 Q = 0,00025938 m³/dt
-3,72
62
11,62
-4,01
64
11,91
-4,81
66
12,71
-4,95
68
12,85
-4,81
70
12,71
-4,39
72
12,29
-4,55
74
12,45
-4,29
76
12,19
-4,38
78
12,28
-4,67
80
12,57
-4,6
82
12,5
-4,6
84
12,5
-4,62
86
12,52
-4,62
88
12,52
-4,6
90
12,5
-4,62
92
12,52
-4,6
94
12,5
-4,52
96
12,42
-4,6
98
12,5
-4,6
100
12,5
-4,6
102
12,5
-4,62
104
12,52
-4,6
106
12,5
-4,62
108
12,52
-4,62
110
12,52
-4,6
112
12,5
-4,6
114
12,5
-4,6
116
12,5
-4,6
118
12,5
-4,6
120
12,5

waktu
(mnt)

Kedalaman Penurunan
muka air
muka air
(m)
(m)
step 3 Q = 0,000271 m³/dt
-4,76
122
12,66
-4,76
124
12,66
-4,62
126
12,52
-4,6
128
12,5
-4,6
130
12,5
-4,52
132
12,42
-4,81
134
12,71
-4,87
136
12,77
-4,92
138
12,82
-4,87
140
12,77
-4,92
142
12,82
-4,87
144
12,77
-4,76
146
12,66
-4,76
148
12,66
-4,87
150
12,77
-4,76
152
12,66
-4,87
154
12,77
-5,29
156
13,19
-5,81
158
13,71
-5,81
160
13,71
-5,81
162
13,71
-4,52
164
12,42
-4,25
166
12,15
-5,29
168
13,19
-4,25
170
12,15
-4,25
172
12,15
-5,29
174
13,19
-4,67
176
12,57
-5,25
178
13,15
-4,81
180
12,71

waktu
(mnt)

24
Lampiran 5. Data hasil uji pemompaan menerus pada pengukuran ke-2
Lokasi
: Leuwikopo
Tanggal : 14 april 2015
Pengamat : 1.M. Mauldy Bhalgya
2.Ardila Ayu Aprina
waktu
(mnt)
0
2
4
6
8
10
12
14
16
18
20
22
24
26
28
30
32
34
36
38
40
42
44
46
48
50
52
54
56
57
60

Kedalaman sumur : 50 m
Muka air statis
: 7,7 m

Kedalaman
Penurunan
muka air
muka air
(m)
(m)
Q = 0,00021 m³/dt
7,8
0
9,13
-1,33
9,22
-1,42
9,32
-1,52
10,89
-3,09
10,76
-2,96
10,8
-3
11,33
-3,53
11,41
-3,61
11,25
-3,45
11,22
-3,42
11,45
-3,65
11,21
-3,41
11,43
-3,63
11,57
-3,77
11,15
-3,35
11,47
-3,67
11,43
-3,63
11,23
-3,43
11,36
-3,56
11,35
-3,55
11,03
-3,23
11,11
-3,31
11,43
-3,63
11,31
-3,51
11,16
-3,36
11,39
-3,59
11,54
-3,74
11,34
-3,54
11,24
-3,44
11,33
-3,53

25
Lampiran 6. Data hasil uji kambuh bertingkat pada pengukuran ke-2
Lokasi
: Leuwikopo
Tanggal : 14 april 2015
Pengamat : 1.M. Mauldy Bhalgya
2.Ardila Ayu Aprina
Waktu mulai
(mnt)
1
2
4
6
8
10
15
20
25
30
35
40
45
50
55
60
65
70
75
80
85
90
95
100
105
110
115
120
125
130
135
140
145
150
155
160
165
170
175
180

Waktu t’
(mnt)
180
182
184
186
188
190
195
200
205
210
215
220
225
230
235
240
245
250
255
260
265
270
275
280
285
290
295
300
305
310
315
320
325
330
335
340
345
350
355
360

t t’
180
91,0
46,0
31,0
23,5
19,0
13,0
10,0
8,2
7,0
6,1
5,5
5,0
4,6
4,3
4,0
3,8
3,6
3,4
3,3
3,1
3,0
2,9
2,8
2,7
2,6
2,6
2,5
2,4
2,4
2,3
2,3
2,2
2,2
2,2
2,1
2,1
2,1
2,0
2,0

Kedalaman sumur : 50 m
Muka air statis
: 7,7 m

Kedalaman muka
air (m)
12,71
10,22
9,06
8,61
8,38
8,14
8,1
8,62
8,6
8,44
8,35
8,12
8,12
7,98
7,98
7,98
7,98
7,96
7,95
7,93
7,93
7,92
7,92
7,9
7,9
7,9
7,9
7,9
7,9
7,9
7,9
7,9
7,9
7,9
7,9
7,9
7,9
7,9
7,9
7,9

Penurunan muka air
(m)
-4,81
-2,32
-1,16
-0,71
-0,48
-0,24
-0,2
-0,72
-0,7
-0,54
-0,45
-0,22
-0,22
-0,08
-0,08
-0,08
-0,08
-0,06
-0,05
-0,03
-0,03
-0,02
-0,02
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0