Uji Daya Hasil Sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) di Kebun Percobaan Leuwikopo, Darmaga, Bogor, Jawa Barat.

UJI DAYA HASIL SORGUM (Sorghum bicolor (L.) Moench)
DI KEBUN PERCOBAAN LEUWIKOPO, DARMAGA,
BOGOR, JAWA BARAT

ERLAN LA GANDHI
A24062209

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2012

RINGKASAN

ERLAN LA GANDHI. Uji Daya Hasil Sorgum (Sorghum bicolor (L.)
Moench) di Kebun Percobaan Leuwikopo, Darmaga, Bogor, Jawa Barat.
(Dibimbing oleh DESTA WIRNAS).
Kegiatan Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari 2011 sampai Mei
2011 di Kebun Percobaan Leuwikopo, Darmaga, Bogor, Jawa Barat. Penanaman
dilakukan menggunakan jarak tanam 70 cm x 15 cm dan dipupuk Urea, KCl, dan
SP36 dengan dosis masing masing 150 kg/ha, 100 kg/ha, dan 100 kg/ha. Tujuan

penelitian ini adalah untuk menguji daya hasil 84 galur-galur F5 sorgum hasil
persilangan varietas Numbu x UPCA-S1 serta mengidentifikasi galur yang
memiliki potensi hasil lebih baik dari tetuanya.
Genotipe yang digunakan terdiri dari 84 galur-galur sorgum F5 sebagai
perlakuan dan varietas Numbu dan UPCA-S1 sebagai tetua pembanding. Masingmasing tetua ditanam sebanyak delapan baris, sedangkan genotipe hanya ditanam
dalam satu baris. Pelaksanaan penelitian meliputi lima tahap kegiatan yaitu
persiapan lahan, penanaman, pemupukan, pemeliharaan tanaman, dan panen.
Pengamatan dilakukan terhadap karakter tinggi tanaman, jumlah daun, lingkar
batang, panjang malai, bobot biji permalai, bobot per 1000 biji, bentuk malai, dan
warna biji.
Hasil penelitian menunjukkan adanya perbaikan sifat keenam karakter
pada galur yang diuji. Pendugaan komponen ragam dan parameter genetik pada
galur yang diuji menunjukkan bahwa karakter tinggi tanaman, panjang malai, dan
bobot per 1000 biji memiliki nilai heritabilitas yang tergolong tinggi. Ini
menunjukkan faktor genetik pada ketiga karakter tersebut lebih berpengaruh
terhadap penampakan fenotipe dibandingkan faktor lingkungannya sehingga
peluang diturunkannya ketiga karakter tersebut pada generasi berikutnya menjadi
lebih besar. Karakter agronomi yang diamati pada galur cenderung memiliki
koefisien keragaman yang sedang kecuali untuk karakter bobot biji per malai yang
memiliki koefisien keragaman genetik yang luas

Seleksi dilakukan secara langsung berdasarkan karakter bobot biji per
malai dan secara tidak langsung berdasarkan panjang malai dan bobot per 1000

biji. Seleksi juga dilakukan dengan mempertimbangkan tinggi tanaman untuk ke
tiga metode seleksi di atas. Hasil seleksi berdasarkan ketiga karakter di atas,
diperoleh 15 galur terbaik berdasarkan bobot biji per malai, bobot per 1000 biji,
dan panjang malai. Ke 15 galur tersebut yaitu galur 29-7, 1-7, 47-5, 163-19, 16318, 131-11, 111-6, 99-7, 151-7, 76-2, 118-3, 133-6, 103-6, 138-15, dan 12-12.

UJI DAYA HASIL SORGUM (Sorghum bicolor (L.) Moench)
DI KEBUN PERCOBAAN LEUWIKOPO, DARMAGA, BOGOR,
JAWA BARAT

Skripsi sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian
pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

ERLAN LA GANDHI
A24062209

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2012

Judul

: UJI DAYA HASIL SORGUM (Sorghum bicolor (L.)
Moench) DI KEBUN PERCOBAAN LEUWIKOPO,
DARMAGA, BOGOR, JAWA BARAT

Nama

: ERLAN LA GANDHI

NRP

: A24062209

Menyetujui,
Pembimbing


Dr. Desta Wirnas, SP, MSi
NIP 19701228 200003 2 001

Mengetahui,
Ketua Departemen

Dr. Ir. Agus Purwito, MSc.Agr
NIP 19611101 198703 1 003

Tanggal Lulus :

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Lampung pada tanggal 11 Juli 1988. Penulis
merupakan anak kedua dari Bapak Suparman dan Ibu Endeh Komalasari. Tahun
1992 penulis memasuki dunia pendidikan di TK Dharma Wanita Pasuruan. Tahun
2000 penulis lulus dari SDN 1 Pasuruan, kemudian pada tahun 2003 penulis
menyelesaikan studi di SMP N 1 Penengahan, Lampung Selatan. Penulis lulus
dari SMA N 1 Ciputat, Tangerang pada tahun 2006 dan pada tahun yang sama

penulis diterima di IPB melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI).
Selanjutnya tahun 2007 penulis diterima sebagai mahasiswa Departemen
Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian.

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT karena berkat
rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini yang
berjudul Uji Daya Hasil Sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) di Kebun
Percobaan Leuwikopo, Darmaga, Bogor, Jawa Barat. Skripsi ini merupakan
salah satu syarat untuk meraih gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian,
Institut Pertanian Bogor. Penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1.

Dr. Desta Wirnas, SP, MSi. sebagai dosen pembimbing yang telah banyak
memberikan arahan hingga terselesaikannya skripsi ini.

2.

Dr. Ir. Eny Widajati, MS dan Ir. Sofyan Zaman, MP. Sebagai penguji yang

telah memberikan kritik dan saran dalam penulisan skripsi.

3.

Dr. Ir. Agus Purwito, MSc.Agr sebagai Ketua Departemen Agronomi dan
Hortikultura.

4.

Orang tua penulis, Suparman dan E Komala Sari atas doa, nasihat, dan
motivasi yang diberikan kepada penulis.

5.

Ibu Siti Mawiyah, Ibu Sumiyati, dan Amsari (Eky) yang telah memberikan
bantuan dalam pelaksanaan penelitian ini di lapang.
Semoga Allah SWT selalu memberikan limpahan rahmat dan hidayah-Nya

kepada kita semua. Terima kasih atas kritik dan saran yang membangun dari
berbagai pihak. Semoga skripsi ini bermanfaat untuk kita semua.


Bogor, Juli 2012

Penulis

DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ...............................................................................................

vi

DAFTAR GAMBAR ..........................................................................................

vii

DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................

viii

PENDAHULUAN...............................................................................................

Latar Belakang .............................................................................................
Tujuan ..........................................................................................................
Hipotesis.......................................................................................................

1
1
2
3

TINJAUAN PUSTAKA......................................................................................
Botani dan asal usul Sorgum ........................................................................
Tanaman Sorgum .........................................................................................
Syarat tumbuh ..............................................................................................
Pemanfaatan .................................................................................................

4
4
4
5
6


BAHAN DAN METODE ...................................................................................
Waktu dan Tempat .......................................................................................
Bahan dan Alat .............................................................................................
Metode Penelitian.........................................................................................
Pelaksanaan penelitian .................................................................................
Pengamatan penelitian .................................................................................
Analisis Data ................................................................................................

8
8
8
8
8
9
10

HASIL DAN PEMBAHASAN ...........................................................................
Kondisi Umum .............................................................................................
Sebaran dan Keragaan Karakter Agronomi Tetua Sorgum dan

Galur-galur F5 Sorgum ................................................................................
Keragaman Genetik ......................................................................................
Uji Korelasi antar Karakter ..........................................................................
Seleksi Galur-galur Terbaik .........................................................................
Deskripsi Galur-galur F5 Sorgum Terbaik Hasil Seleksi Berdasarkan
Bobot Biji per Malai, Bobot per 1000 Biji, dan Panjang Malai ...................

12
12
12
21
22
23
26

KESIMPULAN DAN SARAN ...........................................................................
Kesimpulan ..................................................................................................
Saran ..........................................................................................................

30

30
30

DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................

31

LAMPIRAN ........................................................................................................

35

DAFTAR TABEL

Nomor

Halaman

1.

Kandungan Unsur Nutrisi Lima Komoditas Pangan.............................

6

2.

Keragaan Karakter Agronomis Tetua UPCA-S1 dan Numbu ..............

13

3.

Rataan dan Kisaran Enam Karakter Agronomis Galur-galur F5
Sorgum ..................................................................................................

13

4.

Keragaan Karakter Agronomis Galur-galur F5 Sorgum .......................

18

5.

Pendugaan Nilai Komponen Ragam Koefisien Keragaman Genetik
(KKG) Karakter Agronomis Pada Galur-galur F5 Sorgum ..................

21

6.

Koefisien Korelasi Pearson Antar Karakter Galur-Galur F5 Sorgum ..

23

7.

Nilai Diferensial Seleksi Berdasarkan Bobot Biji per Malai, Bobot
per 1000 Biji, dan Panjang Malai..........................................................

24

Genotipe Terseleksi Berdasarkan Karakter Bobot Biji per Malai,
Bobot per 1000 Biji, dan Panjang Malai ...............................................

26

8.

DAFTAR GAMBAR
Nomor

Halaman

1.

Sebaran Karakter Tinggi Tanaman Galur-galur F5 Sorgum .................

14

2.

Sebaran Karakter Jumlah Daun Galur-galur F5 Sorgum ......................

15

3.

Sebaran Karakter Lingkar Batang Galur-galur F5 Sorgum ..................

15

4.

Sebaran Karakter Panjang Malai Galur-galur F5 Sorgum ....................

16

5.

Sebaran Karakter Bobot Biji per Malai Galur-galur F5 Sorgum ..........

17

6.

Sebaran Karakter Bobot per 1000 Biji Galur-galur F5 Sorgum ...........

17

DAFTAR LAMPIRAN
Nomor

Halaman

1.
2.
3.

Deskripsi Varietas Numbu (Pusat Penelitiandan Pengembangan
Tanaman Pangan, 2009) ........................................................................

36

Deskripsi Varietas UPCA-S1 (Pusat Penelitian dan Pengembangan
Tanaman Pangan, 2009) ........................................................................

37

Layout Penelitian di Kebun Percobaan Leuwi Kopo ............................

38

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Beberapa tahun ini, tanaman pangan mendapatkan perhatian lebih dari
pemerintah karena isu global krisis pangan yang terjadi di beberapa negara
berkembang. Bahkan pada tahun 2008 berdasarkan pantauan Badan Pangan dan
Pertanian Dunia (Food and Agriculture Organization/FAO) Indonesia termasuk
salah satu negara yang mengalami krisis pangan dari 36 negara yang tersebar di
Asia, Afrika, dan Eropa (Kuswaraharja, 2008). Krisis pangan ini mengakibatkan
kenaikan harga beberapa komoditas pangan dari tahun ke tahun. Sebagai contoh,
pada tahun 2008 harga beras berkisar Rp. 5.376-5.501/kg dan melonjak pada
Februari 2009 Rp. 5.736. Harga beras meningkat dari tahun ke tahun hingga pada
Februari 2010 harga beras sudah mencapai 7.409/kg. Kenaikan harga ini juga
terjadi pada beberapa komoditas tanaman pangan lainnya seperti jagung, kedelai,
kentang, dan lain-lain. Meskipun terhitung sejak Oktober 2010 Indonesia tidak
lagi termasuk dalam daftar 22 negara yang mengalami krisis pangan, Indonesia
tetap tidak bisa dikatakan bebas dari ancaman krisis pangan karena Indonesia
adalah negara berpenduduk besar. Harga komoditas pangan bersifat fluktuatif
akibat kondisi cuaca yang tidak menentu. Hal ini merupakan ancaman nyata bagi
ketahanan pangan Indonesia.
Diversifikasi pangan merupakan salah satu jawaban dari permasalahan ini.
Diversifikasi pangan telah dicanangkan sejak tahun 1970. Diversifikasi
menempati urutan teratas pada sektor pertanian disusul dengan intensifikasi dan
ekstensifikasi pada Repelita IV (Aji, 2008). Dalam perjalanannya, pemerintah
lebih menekankan pada pentingnya swasembada beras yang kemudian tercapai
pada tahun 1984. Kondisi ini mengakibatkan terbentuknya paradigma beras
sebagai makanan pokok bangsa Indonesia dan menyebabkan beberapa potensi
pangan lokal tergerus oleh beras. Serbuan beras sebagai makanan pokok utama
menyebabkan masyarakat menjadi tergantung pada beras hingga saat ini.
Sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) merupakan tanaman pangan yang
komposisi nutrisinya tidak kalah dibandingkan beras maupun tanaman serealia
lainnya seperti, jagung, dan ubi kayu. Meskipun tanaman ini berasal dari luar

2

Indonesia, namun prospek pengembangannya masih sangat potensial karena
kondisi agroekologis dan ketersediaan lahan yang mendukung. Sorgum dibawa
kolonial belanda masuk ke Indonesia pada tahun 1925, tetapi perkembangannya
baru terlihat pada tahun 1970-an. Penyebabnya adalah minimnya produksi pangan
khususnya beras

pada

tahun 1960 sehingga pemerintah mulai

serius

mengembangkan komoditas sorgum. Hasilnya pada tahun 1970-an pemerintah
melepas beberapa varietas unggul sorgum seperti UPCA-S2, NO. 6C, dan KD4.
Membaiknya perekonomian Indonesia setelah tahun 1970 membuat sorgum
kembali terlupakan oleh masyarakat, karena penanamannya hanya dilakukan oleh
masyarakat secara terbatas untuk keperluan sendiri.
Hingga saat ini terdapat 10 varietas unggulan sorgum yang telah dilepas
oleh pemerintah melalui kementrian pertanian diantaranya : No. 6C, UPCA-S2,
KD4, Keris, UPCA-S1, Badik, Hegari Genjah, Mandau, Sangkur, dan Numbu
(Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 2009). Masing-masing varietas
tersebut memiliki karakteristik yang berbeda. Potensi hasil sorgum di Indonesia
mencapai 1,14 ton/ha. Bila faktor lingkungan bukan menjadi faktor pembatas,
potensi hasil sorgum dapat melebihi 11 ton/ha dengan rata-rata hasil antara 7-9
ton/ha (Hoeman, S. 2008). Oleh karena itu masih diperlukan penelitian dan
pengembangan lebih lanjut untuk dapat menghasilkan varietas-varietas sorgum
dengan potensi hasilnya lebih baik.
Departemen Agronomi dan Hortikultura IPB telah memulai upaya
pengembangan sorgum varietas baru sejak beberapa tahun lalu melalui
persilangan tanaman. Hingga saat ini dari persilangan yang dilakukan antara
varietas UPCA-S1 dan Numbu telah menghasilkan 150 galur sorgum (F5). Galurgalur yang dihasilkan perlu diseleksi untuk mendapatkan informasi tentang
potensi hasil dan keragaan karakter yang ada pada setiap galur tersebut.

Tujuan
1. Memperoleh informasi keragaan karakter agronomis galur-galur F5 Sorgum
2. Menguji daya hasil 84 galur F5 sorgum hasil persilangan varietas Numbu x
UPCA-S1
3. Mengidentifikasi galur yang memiliki potensi hasil lebih baik dari tetuanya.

3

Hipotesis
1. Diduga terdapat perbedaan keragaan karakter agronomis di antara galur-galur
yang diuji
2. Diduga terdapat perbedaan daya hasil di antara galur-galur yang diuji
3. Diduga terdapat beberapa galur yang memiliki karakter agronomis dan potensi
hasil yang lebih baik dari kedua tetuanya

TINJAUAN PUSTAKA
Botani dan asal usul Sorgum
Sorgum termasuk tanaman serealia semusim. Dalam klasifikasi tanaman,
sorgum termasuk dalam kelas monocotyledoneae, famili poaceae, subfamili
panicoideae dan genus andropogon (Rukmana dan Oesman, 2001). Asal muasal
dan budidaya sorghum seperti tanaman lainnya tidak diketahui dengan pasti
(Martin, 1970). Sorghum mungkin merupakan salah satu tanaman yang pertama
kali didomestikasi dalam sejarah umat manusia, karena merupakan tanaman
penting di dunia jauh sebelum abad pertama (Leonard dan Martin, 1963).
Beberapa bukti menunjukkan bahwa tanaman sorgum sudah ada di Timur Afrika
(Ethiopia atau Sudan) sejak zaman prasejarah antara 5000-7000 tahun yang lalu.
Penyebarannya mencapai Bostwana pada abad ke-10, Zambia pada abad ke-14
(Clark 1959), dan Afrika Selatan pada abad ke-16. Produksi sorgum menyebar
melewati Asia selatan hingga mencapai Cina pada abad ke-13 (Hagerty 1941).

Tanaman Sorgum
Menurut Metcalfe dan Elkins (1980) dan Carter et al. (1989) bentuk
tanaman, model pertumbuhan, dan tampilan secara umum tanaman sorgum mirip
seperti tanaman jagung atau serealia lainnya. Dogget (1970) dan House (1981)
menguraikan, biji sorgum kurang lebih berbentuk bola dengan ujung tumpul.
Perikarp dan testa menjadi satu, beraneka ragam warnanya dari putih jernih, atau
kuning pucat sampai berbagai tingkat warna merah dan cokelat dan sampai
cokelat keunguan tua. Dogget (1970) juga melaporkan daun sorgum biasanya
terdapat secara berselang dalam dua baris pada sisi-sisi batang yang berlawanan
dan masing-masing terdiri atas suatu pelepah dan helaian. Ukuran daun meningkat
dari bawah (pertama ketika mulai tumbuh) ke atas umumnya sampai daun ketiga
atau keempat kemudian menurun sampai daun bendera (Martin, 1970). Jumlah
daun pada saat dewasa berkorelasi dengan panjang periode vegetatif tetapi,
umumnya berkisar antara 7-18 helai daun atau lebih (Leonard dan Martin, 1963).
Rismunandar (1989) mendeskripsikan batang tanaman sorgum tegak, lurus
berbentuk silindris, beruas-ruas dan berbuku-buku. Setiap ruas mempunyai alur

5

yang letaknya berseling seling. Batangnya padat, walaupun bagian tengah dapat
menjadi seperti bunga karang, dengan ruang-ruang dalam empulur (Dogget 1970)
dan Hultquist (1973). Empulurnya mungkin manis atau tawar, dan berair atau
kering (House, 1981). Beberapa varietas sorgum ada yang bercabang atau beranak
(Steenis, 1975). Menurut Martin (1970) banyakya cabang anakan yang
berkembang tergantung pada faktor genetik, jarak tanam, kelembapan tanah,
kesuburan tanah, fotoperiode, vigor tanaman dan waktu. Dogget (1970)
menyebutkan ruas paling atas yang memikul malai adalah tangkai malai dan
selalu merupakan ruas paling panjang. Berdasarkan kepadatannya malai bisa
terbuka (lax), semi tertutup (semikompak) dan tertutup (kompak) (Martin, 1970).
Sistem perakaran sorgum terdiri dari akar-akar primer dan sekunder yang
panjangnya hampir dua kali panjang akar jagung pada tahap pertumbuhan yang
sama (Miller, 1916) sehingga merupakan faktor utama penyebab toleransi sorgum
terhadap kekeringan (Thomas dkk., 1976; Peacock, 1976). Menurut Dogget
(1970), toleransi sorgum terhadap kekeringan disebabkan karena pada endodermis
akar sorgum terdapat endapan silika yang berfungsi mencegah kerusakan akar
pada kondisi kekeringan. Sorgum juga efisen dalam penggunaan air karena
didukung oleh sistem perakaran sorgum yang halus dan letaknya agak dalam
sehingga mampu menyerap air dengan cukup intensif (Rismunandar, 1989).
Ismail dan Kodir (1977) menyebutkan sorgum memiliki suatu kelebihan
dibandingkan dengan tanaman serealia lainnya dalam hal ketahanan tehadap
kekeringan. Karena sifat paling penting dari sorgum adalah mampu mentolerir
curah hujan yang rendah, mampu hidup pada kondisi kekeringan yang terus
menerus atau terputus putus, mampu hidup pada temperatur tinggi maupun
kesuburan tanah yang rendah dan banjir (Bullard dan York, 1985).

Syarat tumbuh
Tanaman sorgum dapat tumbuh di daerah tropis maupun sub tropis dari
dataran rendah hingga dataran tinggi yang mencapai ketinggian 1500 m dpl
(Rismunandar, 1989). Apabila tanaman sorgum ditanam pada daerah yang
berketinggian >500 m dpl tanaman sorgum akan terhambat pertumbuhannya dan
memiliki umur yang panjang. Rukmana dan Oesman (2001) menambahkan bahwa

6

tanaman sorgum memerlukan suhu optimal berkisar 23-30oC, dengan kelembapan
udara 20 % dan suhu tanah 25oC. Menurut Kramer dan Ross (1970), sorgum dapat
bertahan pada kondisi panas lebih baik dibandingkan tanaman lainnya seperti
jagung, namun suhu yang terlalu tinggi dapat menurunkan produksi biji.
Curah hujan yang diperlukan berkisar 375-425 mm/musim tanam dan
tanaman sorgum dapat beradaptasi dengan baik pada tanah yang sering tergenang
air pada saat turun hujan apabila sistem perakarannya sudah kuat. Laimeheriwa
(1990) menyebutkan sorgum berproduksi baik pada lingkungan yang curah
hujannya terbatas atau tidak teratur. Beti et al., (1990) menambahkan tanaman ini
mampu beradaptasi dengan baik pada tanah yang sedikit masam (pH 5) hingga
sedikit basa (pH 7,5).

Pemanfaatan
Di Indonesia sorgum juga disebut hermada, singkatan tanaman “harapan
masa depan”. Disebut demikian karena hampir semua bagian dari tanaman ini
dapat dimanfaatkan (Prihandana dan Hendroko 2008). Sorgum merupakan salah
satu komoditi unggulan untuk meningkatkan produksi bahan pangan dan energi,
karena keduanya dapat diintegrasikan proses budidayanya dalam satu dimensi
waktu dan ruang (Sungkono, et al., 2009). Sorgum memiliki kandungan nutrisi
yang tidak kalah dari tanaman pangan lain sehingga sangat berpotensi
dikembangkan sebagai bahan pangan alternatif. Kandungan nutrisi pada sorgum
dibandingkan komoditas serealia lainnya dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Kandungan Unsur Nutrisi Lima Komoditas Pangan
Kandungan/100 g
Unsur Nutrisi
Beras
Sorgum
Singkong
Jagung
Kalori (cal)
360
332
146
361
Protein (g)
6.8
11
1.2
8.7
Lemak (g)
0.7
3.3
0.3
4.5
Karbohidrat (g)
78.9
73
34.7
72.4
Kalsium (mg)
6
28
33
9
Besi (mg)
0.8
4.4
0.7
4.6
Posfor (mg)
140
287
40
380
Vit. B1 (mg)
0.12
0.38
0.06
0.27
Sumber: DEPKES RI., Direktorat Gizi (1992)

Kedele
286
30.2
15.6
30.1
196
6.9
506
0.93

7

Sorgum sebagai tanaman pangan dapat diolah menjadi makanan sejenis
roti tanpa ragi misalnya chapati, tortila dan makanan sejenis roti dengan ragi
misalnya injera, kisia, dosai. Sorgum juga dapat diolah menjadi makanan bentuk
bubur kental misalnya to, tuwu, ugale, bagone, sankati dan makanan bentuk
bubur cair misalnya ogi, ugi, amli, edi. Alternatif lain pengolahan sorgum adalah
dalam bentuk makanan camilan, misalnya popsorgum, tape sorgum, emping
sorgum dan sorgum rebus misalnya urap sorgum dan som (Vogel dan Graham
1979; Reddy et al. 1995).
Sorgum juga dapat menjadi subtitusi jagung sebagai bahan pakan ternak.
Menurut Beti et al. (1990) dan ICRISAT (1994) dalam Reddy et al. (1995),
sorgum dapat mengganti seluruh jagung dalam ransum pakan ayam, itik, kambing,
babi, dan sapi tanpa menimbulkan efek samping. Namun perlu diperhatikan juga
seberapa besar kandungan tannin pada sorgum yang digunakan sebagai pakan
ternak. Kandungan tannin dalam biji sorgum menjadi faktor pembatas untuk
digunakan dalam ransum ayam karena rasanya kurang disukai ternak, disamping
itu tannin mengandung zat anti tripsin yang dapat menghambat laju pertumbuhan
ternak (Pujaningsih dan Mukodiningsih 2002)

Beberapa varietas sorgum

memiliki batang yang mengandung gula (nira). Umumnya sorgum jenis ini
memiliki ketahanan lebih tinggi terhadap cekaman kekeringan.
Sorgum manis dikenal sebagai tanaman onta atau “a camel among crops”
karena memiliki daya adaptasi yang luas dan sangat tahan terhadap kondisi lahan
marginal seperti kekeringan, lahan masam, lahan salin dan lahan alkalin (FAO,
2002). Kandungan gula (nira) pada batang sorgum ini dapat dimanfaatkan sebagai
bahan baku pembuatan sirup dan bio ethanol. Pembuatan bio ethanol juga dapat
menggunakan bahan baku biji sorgum. Menurut Somani dan Pandrangi (1993)
dalam Sumarno dan Karsono (1996), setiap ton biji sorgum dapat menghasilkan
384 liter alkohol.

BAHAN DAN METODE
Waktu dan Tempat
Kegiatan penelitian ini dimulai pada bulan Januari sampai dengan Mei
2011 di Kebun Percobaan Leuwikopo, Jawa Barat. Lokasi penelitian berada pada
ketinggian 240 m dpl.

Bahan dan Alat
Bahan tanaman yang digunakan dalam penelitian ini adalah 84 galur
sorgum (F5) hasil persilangan varietas Numbu x UPCA S1 dan 2 tetua sebagai
pembanding. Bahan pupuk yang digunakan meliputi Urea (45% N), KCl (50%
K2O), dan SP36 (36% P2O5) dengan dosis masing masing 150 kg/ha, 100 kg/ha,
dan 100 kg/ha. Untuk pengendalian hama penyakit digunakan pestisida
Karbofuran 3G dan decis. Alat-alat yang digunakan diantaranya adalah: traktor,
alat pertanian sederhana (cangkul, kored, tugal, arit, garu), timbangan, dan tali.
Metode Penelitian

Galur-galur yang diuji ditanam dalam baris. Genotipe yang digunakan
terdiri dari 84 galur F5 hasil persilangan dan kedua tetua sebagai kontrol. Masingmasing galur ditanam kedalam satu baris, sedangkan setiap tetua ditanam masingmasing sebanyak 8 baris sehingga terdapat 100 baris. Setiap baris terdiri dari 15
tanaman, maka populasi total adalah sebanyak 1500 tanaman.

Pelaksanaan Penelitian
Persiapan lahan dan penanaman
Pengolahan lahan dilakukan pada sebulan sebelum tanam dengan
menggunakan bajak singkal, bajak rotasi, dan penggaruan. Dua minggu sebelum
penanaman dilakukan aplikasi kapur pertanian (Kaptan) pada lahan dengan dosis
1 ton/ha. Penanaman dilakukan dengan jarak tanam 70 cm x 15 cm dimana
penanaman benih sebanyak 2 butir/lubang. Penutupan benih menggunakan arang
sekam dengan aplikasi pestisida karbofuran 3G sebanyak 5 butir/lubang.

9

Penjarangan dilakukan pada 2 minggu setelah tanam (MST) dengan menyisakan
satu tanaman utama.
Pemupukan dan pemeliharaan tanaman
Pemupukan dilakukan dengan menggunakan pupuk Urea, KCl, dan SP36
dengan dosis masing masing 150 kg/ha, 100 kg/ha, dan 100 kg/ha. Pada pupuk
urea aplikasi dilakukan sebanyak 2/3 bagian pada saat tanam dan 1/3 bagian pada
7 MST. Penyiangan gulma dan pembumbunan dilakukan secara manual
menggunakan alat pertanian sederhana. Aplikasi pestisida decis dilakukan
seminggu sekali dengan konsentrasi 1 ml/liter. Aplikasi karbofuran di bagian
pucuk daun diaplikasikan pada 8 MST untuk mengendalikan hama tanaman yang
menyerang daun. Aplikasi selanjutnya disesuaikan dengan kondisi di lapang.
Panen
Pemanenan yang dilakukan disesuaikan dengan umur panen masingmasing galur yang diuji sehingga panen yang dilakukan tidak serempak.
Pemanenan dilakukan jika 80% tanaman dari 1 baris galur sudah masak
sempurna.

Pengamatan penelitian
Pengamatan dilakukan terhadap setiap galur yang tediri dari 8 tanaman
contoh. Peubah yang diamati meliputi :
a. Tinggi tanaman diukur dari pangkal batang di permukaan tanah hingga ujung
malai pada saat panen
b. Jumlah daun dihitung jumlah daun pada saat vegetatif maksimum
c. Lingkar batang diukur pada ruas kedua saat vegetatif maksimum
d. Panjang malai diukur dari leher sampai ke ujung malai pada saat panen
e. Bobot biji per malai ditimbang setelah malai dikeringkan di bawah panas
matahari selama 3 hari
f. Bobot per 1000 biji, diukur dengan penimbangan setelah biji (bernas)
dikeringkan di bawah panas matahari selama 3 hari dengan kadar air 10-13 %

10

Analisis Data
Setelah data diperoleh dilakukan penghitungan nilai tengah dan ragam,
lalu dilanjutkan dengan menghitung heritabilitas. Selanjutnya dilakukan seleksi
untuk memilih galur-galur berdaya hasil baik.
1.

Penghitungan nilai tengah masing-masing karakter
Penghitungan nilai tengah dilakukan untuk melihat keragaan masing-

masing karakter serta melihat apakah terjadi perbaikan sifat pada galur yang diuji
melalui perbandingan nilai tengah galur dengan kedua tetua pembanding.
2.

Heritabilitas dan Koefisien Keragaman Genetik
Heritabilitas digunakan untuk melihat besarnya pengaruh keragaman

genetik terhadap keragaman fenotipe dalam populasi. Diperlukan ragam
lingkungan, ragam fenotipe, dan ragam genetik untuk menduga heritabilitas suatu
populasi. Ketiga ragam di atas dapat dihitung menggunakan rumus:
Ragam

=

Ragam lingkungan (
Ragam fenotipe (
Ragam genetik (

)

)
)

= Ragam tetua
= Ragam galur
=

-

Setelah ketiga ragam diatas diperoleh, maka nilai heritabilitas dapat
dihitung berdasarkan rumus :

=

(Singh and Chaudary 1979).

Keterangan:
= heritabilitas arti luas
= ragam genetik
= ragam fenotipe
Kriteria heritabilitas terbagi menjadi tiga yaitu heritabilitas tinggi
(

>0.5), heritabilitas sedang (0.2≤

(Stanfield 1983).

dan heritabilitas rendah (

20%) (Alnopri, 2004)
KKG =

x 100 %

Keterangan:
= ragam genetik
= rataan galur F5
3.

Seleksi
Seleksi dilakukan berdasarkan karakter bobot biji permalai dan tinggi

tanaman terendah dibandingkan kedua tetua, lalu dibandingkan nilai diferensial
seleksinya.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kondisi Umum
Tanaman sorgum selama penelitian tumbuh subur dan baik
meskipun terdapat beberapa galur yang tumbuh kerdil dan abnormal. Tanaman
sorgum diserang oleh hama ulat penggerek batang pada fase vegetatif maksimum,
namun serangan tersebut yang tidak sampai menyebabkan patah pada batang
sorgum. Tanaman yang terserang pun masih dapat tumbuh dengan baik hingga
saat panen. Hama lain yang menyerang tanaman yaitu walang sangit (Leptcorisa
oratorius) pada fase setelah pembungaan. Hama ini menghisap cairan pada biji
sorgum yang baru terbentuk sehingga mengakibatkan pengisian biji tidak
sempurna.
Memasuki fase pengisian biji, hama burung menyerang tanaman sehingga
dilakukan penyungkupan pada malai yang sudah terisi penuh. Ini dimaksudkan
untuk menghindari kehilangan hasil yang lebih banyak akibat hama burung.
Serangan hama burung cenderung terjadi pada tanaman sorgum yang memiliki
warna biji putih. Serangan tidak terjadi pada tanaman sorgum yang memiliki
warna biji merah-coklat. Hal ini diduga karena pada tanaman sorgum dengan
warna biji merah-coklat memiliki kandungan tanin cukup tinggi. Keberadaan
tanin pada kulit biji sorgum kurang disukai hama burung karena membuat rasa biji
menjadi sepat-pahit.

Sebaran dan Keragaan Karakter Agronomi Tetua Sorgum dan
Galur-galur F5 Sorgum
Pengamatan dilakukan terhadap beberapa karakter di antaranya adalah
tinggi tanaman, jumlah daun, lingkar batang, panjang malai, bobot biji per malai,
bobot per 1000 biji, bentuk malai, dan warna biji. Pengamatan terhadap tinggi
tanaman, jumlah daun, lingkar batang, dan dilakukan pada saat tanaman mencapai
vegetatif maksimum, sedangkan karakter lainnya diamati setelah panen. Nilai
tengah dan kisaran dari masing-masing karakter pada kedua tetua dapat dilihat
pada Tabel 2.

13

Tabel 2. Keragaan Karakter Agronomis Tetua UPCA-S1 dan Numbu
Karakter
Tinggi tanaman (cm)
Jumlah daun (helai)
Lingkar batang (cm)
Panjang malai (cm)
bobot biji per malai (gram)
bobot per 1000 butir (gram)

UPCA-S1
176.06
9.76
4.70
20.97
40.18
23.83

Numbu
212.55
10.57
4.87
18.11
53.29
33.78

t hitung
2.85*
1.35tn
0.47tn
3.74*
1.19tn
5.45*

Berdasarkan hasil uji t terhadap nilai tengah karakter agronomis kedua
tetua diketahui bahwa karakter tinggi tanaman, panjang malai, dan bobot per 1000
butir berbeda nyata pada taraf 5 %. Sementara itu karakter jumlah daun, lingkar
batang, dan bobot biji per malai tidak berbeda nyata. Nilai tengah karakter
agronomis pada tetua Numbu lebih tinggi dibandingkan tetua UPCA-S1, kecuali
pada karakter panjang malai (Tabel 2).
Adanya perbedaan keragaaan antara tetua UPCA-S1 dan Numbu
kemungkinan disebabkan oleh perbedaan susunan gen pada kedua tetua karena
hasil serupa dilaporkan Puspitasari (2011) dalam penelitiannya bahwa tetua
Numbu memiliki nilai tengah yang lebih tinggi untuk karakter tinggi tanaman,
jumlah daun, diameter batang, bobot biomasssa, bobot biji per tanaman, bobot per
100 biji, kadar nira, dan indeks panen dibandingkan tetua UPCA-S1. Hasil ini
menunjukkan bahwa pemilihan tetua Numbu sebagai salah satu tetua pembanding
sudah tepat karena memiliki karakter agronomis yang baik.
Tabel 3. Rataan dan Kisaran Enam Karakter Agronomis Galur-galur F5
Sorgum
Karakter
Tinggi Tanaman (cm)

Rataan
Rataan
UPCA-S1 Numbu
212.55
176.06

Rataan
Galur
205.9 ± 29.6

Kisaran
141.2 - 309.2

Jumlah Daun (helai)

9.76

10.57

10 ± 0.9

7.25 – 12

Lingkar Batang (cm)

4.7

4.87

4.9 ± 0.6

3.4 - 6.2

Panjang Malai (cm)

20.97

18.11

18.9 ± 2.3

13.8 - 24.8

Bobot Biji per Malai (gram)

40.18

53.29

51.1 ± 18.4

17.8 - 93.4

Bobot per 1000 Butir (gram)

23.83

33.78

28.8 ± 4.1

18.6 - 39.1

14

Galur-galur yang diuji merupakan galur F5 hasil persilangan varietas UPCA-S1 x
Numbu. Keragaan karakter agronomis galur-galur F5 sorgum terdapat pada Tabel

3. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa nilai tengah karakter tinggi tanaman
galur F5 sorgum berada di antara nilai tengah kedua tetua sehingga menunjukkan
adanya perbaikan tinggi tanaman pada galur-galur yang diuji, namun demikian, di
antara galur-galur F5 yang diuji terdapat beberapa galur yang memiliki karakter
tinggi tanaman lebih rendah dari kedua tetua (Gambar 1).
Histogram Tinggi Tanaman
UPCA S1

Numbu

25

Frekuensi

20

15

10

5

0
160

200

240

280

Tinggi Tanaman (cm)

Gambar 1. Sebaran Karakter Tinggi Tanaman Galur-galur F5 Sorgum

Galur-galur tersebut di antaranya 142-9, 46-1, 40-9, 104-15, 73-2, 10-6,
311-16, 132-8, 150-14, dan 132-11. Di antara galur-galur tersebut, galur 142-9
memiliki tinggi tanaman yang paling rendah yakni sebesar 141.23 cm. Karakter
tinggi tanaman yang rendah erat kaitannya dengan ketahanan terhadap resiko
rebah pada tanaman. Keuntungan lain dari galur dengan tinggi tanaman yang
rendah adalah dapat ditanam dengan populasi yang lebih rapat, lebih mudah
dalam pemanenan dan pemeliharaan, baik terhadap serangan burung, maupun
terhadap serangan hama dan penyakit (Purwanto, 1986).
Berdasarkan rataan dan kisaran enam karakter agronomis galur-galur F5
sorgum, nilai tengah karakter jumlah daun pada galur-galur yang diuji berada di
antara nilai tengah kedua tetua dengan kisaran nilai tengah jumlah daun pada
galur-galur F5 sorgum 7.25-12 helai (Tabel 3). Sebaran karakter jumlah daun
galur-galur F5 sorgum menunjukkan terdapat beberapa galur yang memiliki
jumlah daun lebih banyak dari kedua tetua (Gambar 2).

15

Histogram Jumlah Daun
UPCA S1

Numbu

20

Frekuensi

15

10

5

0
7

8

9

10

11

12

Jumlah Daun (helai)

Gambar 2. Sebaran Karakter Jumlah Daun Galur-galur F5 Sorgum

Galur-galur tersebut antara lain 186-16, 163-19, 127-7, 4-3, 115-8, 150-22,
121-1, 123-5, 153-11, dan 107-13. Galur 107-13 merupakan galur yang memiliki
jumlah daun paling banyak yakni 12 helai. Jumlah daun erat kaitannya dengan
proses fotosintesis. Semakin banyak daun pada tanaman diharapkan semakin
banyak pula fotosintat yang dapat dihasilkan pada proses fotosintesis.
Lingkar

batang

merupakan

karakter

yang

berhubungan

dengan

kemampuan batang sorgum dalam menunjang tanaman juga sebagai tempat
perputaran unsur hara yang diserap akar dan fotosintat dari daun ke seluruh bagian
tanaman (Helena, 2000). Tabel 3 menunjukkan bahwa nilai tengah lingkar batang
pada galur-galur yang diuji lebih besar dari nilai tengah kedua tetua pembanding
yang artinya ada perbaikan sifat karakter lingkar batang pada galur-galur yang
diuji. Berdasarkan sebaran karakter lingkar batang galur-galur F5 sorgum,
terdapat beberapa galur yang memiliki lingkar batang jauh lebih besar dari kedua
tetua (Gambar 3).
Histogram LingkarBatang
UPCA S1

Numbu

16
14

Frekuensi

12
10
8
6
4
2
0
3.6

4.0

4.4

4.8

5.2

5.6

6.0

Lingkar Batang (cm)

Gambar 3. Sebaran Karakter Lingkar Batang Galur-galur F5 Sorgum

6.4

16

Galur-galur tersebut yaitu 91-15, 83-10, 85-13, 131-11, 12-12, 1-7, 159-4,
163-4, 163-18, dan 47-5. Di antara galur-galur ini, galur 47-5 merupakan galur
yang memiliki lingkar batang tebesar yaitu 6.26 cm. Dengan lingkar batang yang
lebih besar, diharapkan tanaman akan lebih kokoh dan kandungan juicenya akan
lebih tinggi sehingga potensi pengembangan sorgum ke arah bioetanol semakin
baik.
Karakter panjang malai menjadi penting untuk diamati karena malai
sorgum sebagai tempat menampung biji sorgum yang dihasilkan tanaman. Tabel 3
menunjukkan bahwa nilai tengah karakter panjang malai pada galur-galur yang
diuji berada di antara nilai tengah kedua tetua dengan kisaran nilai tengah karakter
panjang malai galur yaitu 13.8-24.8. Namun demikian, terdapat pula beberapa
galur yang memiliki panjang malai melebihi nilai tengah kedua tetua (Gambar 4).
Histogram Panjang Malai
Numbu

UPCA S1

18
16
14

Frekuensi

12
10
8
6
4
2
0
14

16

18

20

22

24

Panjang Malai (cm)

Gambar 4. Sebaran Karakter Panjang Malai Galur-galur F5 Sorgum

Galur-galur tersebut di antaranya 12-12, 153-11, 3-18, 99-7, 140-15, 70-4,
1-9, 1-7, 94-7, dan 131-11 dimana galur 131-11 merupakan galur yang memiliki
panjang malai paling besar yaitu 24.84 cm. Dengan malai sorgum yang lebih
panjang, diharapkan kapasitas malai untuk menampung biji sorgum menjadi
semakin banyak.
Karakter bobot biji per malai menunjukkan produktifitas tanaman dan
sebagai salah satu indikator daya hasil. Nilai tengah karakter bobot biji per malai
pada galur-galur F5 sorgum yang diuji berada di antara nilai tengah kedua tetua
dengan kisaran nilai tengah karakter bobot biji per malai galur 17.8-93.4
Meskipun nilai tengah karakter bobot biji per malai galur masih lebih rendah

17

dibandingkan tetua Numbu, selisih nilai tengahnya tidak berbeda jauh dan hanya
terpaut 2.19 gram. Sebaran karakter bobot biji per malai galur-galur F5 sorgum
juga menunjukkan terdapat beberapa galur yang memiliki bobot biji per malai
jauh lebih besar dibandingkan kedua tetua (Gambar 5).
Histogram Bobot Biji per Malai
UPCA S1

Numbu

18
16
14

Frekuensi

12
10
8
6
4
2
0
15

30

45
60
Bobot Biji per Malai (gram)

75

90

Gambar 5. Sebaran Karakter Bobot Biji per Malai Galur-galur F5 Sorgum

Galur tersebut antara lain 83-10, 70-4, 1-7, 153-11, 144-8, 47-5, 163-18, 19, 4-3, dan 3-18. Di antara galur-galur tersebut, galur 3-18 merupakan galur yang
memiliki bobot biji per malai paling besar yaitu 93.44 gram.
Bobot per 1000 butir biji menunjukkan kualitas dan ukuran biji sorgum.
Nilai tengah karakter bobot per 1000 biji pada galur-galur F5 sorgum yang diuji
berada di antara nilai tengah kedua tetua dengan kisaran nilai tengah bobot per
1000 biji galur yakni 18.6-39.1 gram. Berdasarkan sebaran karakter bobot per
1000 biji galur-galur F5 sorgum, terdapat beberapa galur yang memiliki bobot per
1000 biji lebih besar dari kedua tetua (Gambar 6).
Histogram Bobot per 1000 Butir
Numbu

UPCA S1
20

Frekuensi

15

10

5

0
20

24

28

32

36

40

bobot per 1000 Butir (gram)

Gambar 6. Sebaran Karakter Bobot per 1000 Butir Galur-galur F5 Sorgum

18

Galur-galur yang memiliki bobot per 1000 biji lebih besar dari kedua tetua
di antaranya yaitu 133-11, 1-9, 133-6, 131-11, 154-15, 118-3, 4-3, 70-4, 144-8,
dan 111-6. Di antara galur-galur tersebut, galur 111-6 merupakan galur yang
memiliki bobot per 1000 butir paling besar yakni 39.14 gram. Dengan bobot per
1000 biji yang lebih besar diharapkan ukuran dan kualitas biji yang dihasilkan
menjadi lebih baik.

Tabel 4. Keragaan Karakter Agronomis Galur-Galur F5 Sorgum

Genotipe
150-14
138-9
158-10
145-17
46-1
59-6
8-22
10-6
12-12
1-9
164-1
74-2
37-8
40-9
29-7
x-5
3-18
1-7
4-3
47-5
70-4
153-11
163-19
150-22
166-7
169-13
140-15

Tinggi
Tanaman

(cm)
170.60
202.50
181.60
188.75
149.77
175.37
210.80
161.00
182.95
247.60
207.30
190.80
181.23
151.25
209.78
213.20
245.43
205.90
253.58
193.43
247.79
249.90
209.20
258.62
220.30
207.30
248.56

Jumlah
Daun
(helai)
9.67
8.33
9.00
9.25
8.00
8.67
11.00
9.00
10.00
10.00
9.50
9.00
10.00
11.00
10.25
10.75
11.00
10.67
11.20
11.00
10.71
12.00
11.14
11.60
11.00
10.33
10.60

Karakter Galur
Lingkar Panjang
Batang
Malai
(cm)
(cm)
3.40
16.17
4.17
19.13
3.80
15.10
4.00
19.38
3.63
16.63
4.10
17.47
4.60
17.80
3.75
18.00
5.95
22.10
5.80
22.95
4.80
20.80
4.00
19.60
4.05
17.58
4.95
19.45
4.85
18.13
4.43
16.95
5.43
22.67
5.97
23.27
5.40
21.62
6.27
18.67
5.30
22.90
5.18
22.58
5.39
17.16
5.02
18.08
4.30
16.55
4.47
15.80
4.26
22.74

Bobot Biji
per Malai
(gram)
23.92
34.73
24.65
26.27
17.89
41.41
41.69
38.17
57.63
88.10
51.98
31.11
26.67
38.50
74.17
42.55
93.45
78.96
92.83
85.77
75.50
80.93
71.18
47.13
19.88
49.57
44.98

Bobot per
1000 Butir
(gram)
25.97
25.66
20.87
25.60
21.99
29.87
25.95
26.31
29.48
34.37
22.32
24.26
25.37
18.66
30.51
29.00
32.36
22.48
37.19
29.17
37.98
31.82
20.83
30.53
30.13
25.07
26.82

19

Tabel 4. Keragaan Karakter Agronomis Galur-Galur F5 Sorgum (lanjutan)

Genotipe
162-19
156-7
154-15
94-7
73-2
90-5
89-21
91-7
98-9
91-5
86-4
91-8
86-4
85-13
83-10
82-25
76-2
163-18
161-10
167-17
168-16
163-4
161-3
159-4
115-8
123-5
121-1
127-7
107-13
117-19
133-11
139-19
114-1
124-5
103-6
122-6
99-7

Tinggi
Tanaman
(cm)
217.95
182.50
243.05
215.90
158.33
204.77
192.04
230.70
225.90
239.95
236.43
226.47
205.95
196.32
236.80
222.70
176.26
211.25
257.20
206.57
229.86
219.50
227.53
309.29
186.64
226.09
236.00
207.69
235.10
209.88
233.32
228.28
189.00
181.68
175.93
182.70
186.80

Jumlah
Daun
(helai)
10.50
9.50
10.50
9.25
7.25
9.00
9.80
9.33
9.75
10.00
10.25
10.67
8.50
10.60
10.40
10.80
9.80
10.88
10.33
10.29
11.00
10.67
9.33
9.43
11.40
11.71
11.67
11.14
12.00
10.50
10.00
10.50
9.00
8.83
9.00
8.20
8.67

Karakter Galur
Lingkar Panjang
Batang
Malai
(cm)
(cm)
4.43
14.90
3.75
15.85
4.70
21.73
5.50
23.53
4.03
18.00
4.15
19.40
5.12
13.82
5.18
19.65
5.35
17.85
5.80
21.25
5.25
19.28
5.50
21.50
5.25
20.45
5.88
15.46
5.86
19.94
5.30
18.48
5.30
18.38
6.23
17.79
5.63
21.73
4.97
18.73
5.33
16.39
6.20
19.40
5.53
19.97
6.13
21.36
5.22
19.02
4.49
19.17
5.40
22.07
4.46
15.47
5.38
20.95
5.12
16.70
4.50
20.32
4.18
18.58
4.65
18.00
4.37
16.92
4.70
21.33
4.62
17.60
5.37
22.73

Bobot Biji
per Malai
(gram)
49.67
28.38
52.64
74.10
27.37
29.49
40.07
63.36
62.63
42.66
40.52
45.51
23.35
55.42
75.18
56.57
65.83
87.40
47.54
39.74
56.89
73.43
46.01
74.97
54.42
62.31
71.91
44.69
46.95
55.07
44.44
43.12
45.96
43.56
44.16
43.54
59.92

Bobot per
1000 Biji
(gram)
25.73
24.36
35.88
32.75
29.04
28.24
30.73
25.14
29.37
25.33
27.88
26.59
31.19
29.38
29.88
29.12
26.49
31.54
24.58
26.16
27.07
29.83
27.27
31.44
27.90
28.99
32.60
28.38
24.39
25.33
33.92
30.56
33.71
25.07
27.94
24.39
30.93

20

Tabel 4. Keragaan Karakter Agronomis Galur-Galur F5 Sorgum (lanjutan)

Galur
118-3
101-9
138-15
311-16
132-8
130-6
142-9
144-8
151-7
109-7
132-18
132-7
133-3
133-6
132-11
104-15
132-13
131-11
105-7
111-6

Tinggi
Tanaman
(cm)
195.18
218.30
189.37
163.00
167.25
182.30
141.23
231.20
200.83
217.17
192.98
186.38
201.77
196.65
175.35
157.47
187.34
177.40
175.93
206.26

Jumlah
Daun
(helai)
9.67
10.25
9.67
8.75
8.00
8.86
8.67
10.50
9.75
10.67
10.20
9.40
10.67
10.17
8.75
10.17
9.63
10.60
9.43
10.88

Karakter Galur
Lingkar Panjang
Batang
Malai
(cm)
(cm)
4.13
20.40
4.45
17.10
4.87
21.20
4.00
18.03
4.50
16.25
4.29
16.61
3.83
17.00
5.45
19.90
4.80
17.70
5.00
17.90
4.80
15.70
4.56
16.14
4.87
18.43
5.08
19.43
5.00
16.68
5.38
16.98
5.33
17.03
5.94
24.84
4.51
19.10
5.39
19.51

Bobot Biji
per Malai
(gram)
43.03
41.35
55.43
34.25
32.33
48.38
22.89
83.60
61.79
74.64
51.20
44.18
48.43
38.92
41.27
29.87
46.19
71.70
26.01
64.05

Bobot per
1000 Biji
(gram)
36.38
25.04
31.17
25.12
31.47
32.09
21.85
38.01
32.74
29.19
31.16
33.05
29.18
34.44
25.63
31.01
28.98
35.04
31.85
39.14

21

Keragaman Genetik
Keragaman adalah perbedaan keragaan individu-individu dalam suatu
populasi. Keragaman dalam populasi dapat disebabkan oleh ragam genetik dan
ragam lingkungan. Pendugaan keragamaan penting dilakukan untuk melihat
seberapa besar pengaruh ragam genetik maupun ragam lingkungan terhadap
penampakan fenotipik suatu karakter. Brewbaker (1964) menyatakan bahwa
komponen ragam lingkungan dapat ditaksir nilainya paling mudah dengan
menggunakan populasi yang tidak mempunyai ragam genetik atau populasi
dengan ragam genetik rendah seperti galur murni.
Dalam penelitian ini, ragam kedua tetua bertindak sebagai ragam
lingkungan karena individu tanaman pada masing-masing tetua pembanding
memiliki kesamaan secara genetik sehingga variasi fenotipe pada tetua bukan
disebabkan oleh ragam genetik, tetapi cenderung disebabkan oleh ragam
lingkungan. Ragam genetik terjadi akibat adanya segregasi dan interaksi antar gen
(Hayward et al, 1993). Gabungan antara ragam genetik dan ragam lingkungan
membentuk ragam fenotipe, dan proporsi antara ragam genetik terhadap ragam
lingkungan disebut heritabilitas. Nilai heritabilitas dan koefisien keragaman
genetik pada masing-masing karakter dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Pendugaan Nilai Komponen Ragam Koefisien Keragaman Genetik

(KKG) Karakter Agronomis Pada Galur-galur F5 Sorgum
Karakter
Tinggi
tanaman
Jumlah
daun
Lingkar
batang
Panjang
malai
Bobot biji
per malai
Bobot per
1000 biji

KKG

(%)

KKP (%)

654.67

732.36

0.52

13.15

18.1

1.46

0.70

0.32

8.41

14.74

0.51

0.22

0.30

9.59

17.43

2.33

7.41

0.76

14.35

16.46

252.81

117.23

0.31

21.23

37.73

13.31

14.19

0.51

13.04

18.15

Keterangan
= heritabilitas arti luas;
= ragam genetik;
= ragam lingkungan; KKG= Koefisien
Keragaman Genetik; KKP = Koefisien Keragaman Fenotip

22

Stanfield (1983) mengelompokan heritabilitas menjadi tiga yaitu: tinggi
2

(h

> 0.5); sedang (0.2 ≤ h2 ≤0.5); dan rendah (h2 20%) (Anopri, 2004). Karakter
agronomi yang diamati pada galur cenderung memiliki koefisien keragaman yang
sedang kecuali untuk karakter bobot biji per malai yang memiliki koefisien
keragaman genetik yang luas yaitu sebesar 21.23 % (Tabel 5). Dengan demikian
seleksi galur akan lebih efektif dilakukan dengan menggunakan karakter bobot
biji per malai.

Uji Korelasi antar Karakter
Uji korelasi digunakan untuk mengukur seberapa dekat keterkaitan antara
dua set data. Koefisien korelasi tidak berdimensi dan memiliki nilai antara -1
sampai 1 (Elrod dan Stansfield, 2002). Jonathan (2006) mengelompokkan korelasi
ke dalam 5 bagian yaitu: 0 (tidak ada korelasi antara dua variabel), 0-0.25
(korelasi sangat lemah), 0.25-0.5 (korelasi cukup), 0.5-0.75 (korelasi kuat), 0.750.99 (korelasi sangat kuat), dan 1 (korelasi sempurna). Hasil korelasi antara
karakter tinggi tanaman, lingkar batang, jumlah daun, panjang malai, bobot biji
per malai, dan bobot per 1000 biji pada galur-galur F5 sorgum dapat dilihat pada
Tabel 6.

23

Tabel 6. Koefisien Korelasi Pearson Antar Karakter Galur-Galur F5
Sorgum
Karakter
JD
LB
PM
BBM
BSB

TT
0.534
0.462
0.422
0.528
0.304

JD

LB

PM

BBM

0.446
0.185
0.503
0.165

0.439
0.717
0.278

0.456
0.302

0.416

Keterangan
TT=tinggi tanaman; JD=jumlah daun; LB=lingkar batang; PM=panjang malai; BBM=bobot biji
per malai; BSB=bobot per 1000 biji

Bobot biji per malai merupakan komponen paling penting dalam budidaya
sorgum. Berdasarkan hasil uji korelasi pearson didapatkan bahwa karakter tinggi
tanaman, lingkar batang, dan jumlah daun berkorelasi kuat dengan karakter bobot
biji per malai dengan nilai masing-masing korelasi yakni 0.528, 0.717, dan 0.503
(Tabel 8). Kondisi ini menunjukkan bahwa semakin tinggi nilai tinggi tanaman,
lingkar batang, dan jumlah daun, maka bobot biji per malai yang dihasilkan akan
semakin besar. Semakin banyak jumlah daun semakin banyak pula jumlah
fotosintat yang dihasilkan sehingga pada akhirnya dapat meningkatkan bobot biji
per malai.
Uji korelasi antar karakter juga menunjukkan bahwa tinggi tanaman
berkorelasi kuat dengan jumlah daun (Tabel 8). Dogget (1970) menyatakan bahwa
tinggi tanaman bergantung pada jumlah buku, dimana jumlah buku sebanding
dengan jumlah daun yang diproduksi. Karakter-karakter yang berkorelasi kuat
selanjutnya dapat digunakan sebagai karakter seleksi tidak langsung. Sebagai
contoh dengan mengetahui bahwa karakter lingkar batang berkorelasi kuat dengan
bobot biji per malai, maka cukup dengan mencari galur-galur yang memiliki
lingkar batang yang besar akan diperoleh galur-galur sorgum yang memiliki
karakter bobot biji per malai yang tinggi tanpa harus menunggu hingga panen.

Seleksi Galur-galur Terbaik
Seleksi dilakukan untuk memperoleh galur-galur dengan karakter tertentu
yang dianggap paling baik dalam suatu populasi. Seleksi dapat dilakukan secara
langsung maupun tidak langsung. Dalam penelitian ini seleksi dilakukan secara
langsung berdasarkan karakter bobot biji per malai dan secara tidak langsung

24

berdasarkan panjang malai dan bobot per 1000 biji. Seleksi juga dilakukan dengan
mempertimbangkan tinggi tanaman untuk ke tiga metode seleksi di atas.
Efektifitas seleksi dapat diukur dari diferensial seleksi. Diferensial seleksi
menunjukkan superioritas galur-galur terpilih dibandingkan populasi asalnya.
Semakin besar nilai diferensial seleksi, diharapkan semakin besar pula kemajuan
genetik pada populasi terseleksi. Kemajuan genetik tersebut baru dapat terlihat
ketika galur-galur terseleksi ditanam pada generasi selanjutnya. Kemajuan genetik
yang besar dapat diperoleh jika seleksi dilakukan berdasarkan karakter yang
memiliki nilai heritabilitas tinggi.

Tabel 7. Nilai Diferensial Seleksi Berdasarkan Bobot Biji per Malai,
Bobot per 1000 Butir, dan Panjang Malai

Karakter

Tinggi
Lingkar batang
Jumlah daun
Panjang malai
Bobot biji per malai
Bobot per 1000 biji
Diferensial seleksi

Rata-rata
populasi
awal
205.7
4.9
10
18.9
50.9
28.8

Populasi
terseleksi
berdasarkan
bobot biji per
malai
197.71
5.55
10.36
19.82
72.08
29.89
41.61

Populasi
terseleksi
berdasarkan
bobot per
1000 biji
193.87
5.14
10.33
21.05
54.43
36.25
25.86

Populasi
terseleksi
berdasarkan
panjang
malai
182.49
5.36
9.59
22.44
57.77
30.91
18.73

Seleksi berdasarkan karakter bobot biji per malai dilakukan dengan
mem