Perhitungan Nilai Konduktivitas Hidrolik Akuifer Melalui Uji Pemompaan Dengan Metode Thiem Di Leuwikopo, Dramaga, Bogor

1

PERHITUNGAN NILAI KONDUKTIVITAS HIDROLIK
AKUIFER MELALUI UJI PEMOMPAAN DENGAN METODE
THIEM DI LEUWIKOPO, DRAMAGA, BOGOR

MUHAMMAD MAULDY BHAGYA

DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

2

3

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI


Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa skripsi dengan judul
Perhitungan Nilai Konduktivitas Hidrolik Akuifer Melalui Uji Pemompaan
dengan Metode Thiem di Leuwikopo, Dramaga, Bogor adalah hasil karya saya
sendiri dengan arahan dari Pembimbing, dan belum diajukan dalam bentuk
apapun pada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau
dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain
telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian
akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.

Bogor, September 2015

Muhammad Mauldy Bhagya
F44110055

4

ABSTRAK
MUHAMMAD MAULDY BHAGYA. Perhitungan Nilai Konduktivitas Hidrolik

Akuifer Melalui Uji Pemompaan Dengan Metode Thiem Di Leuwikopo,
Dramaga, Bogor. Dibimbing oleh ROH SANTOSO BUDI WASPODO.
Air merupakan salah satu sumberdaya alam yang sangat dibutuhkan oleh
seluruh makhluk hidup, terutama manusia. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
menentukan jenis tanah berdasarkan nilai konduktivitas hidrolik yang didapat
melalui uji pemompaan pada sumur bor. Metode penelitian yang digunakan dalam
penelitian ini secara umum terbagi menjadi tiga, yaitu studi literatur, studi
lapangan, dan pengolahan data. Konduktivitas hidrolik dapat dihitung
menggunakan metode Thiem untuk akuifer bebas. Uji pemompaan merupakan
suatu metode yang dipergunakan secara luas untuk mengetahui karakteristik
teknis akuifer. Pada penelitian ini, uji pemompaan dilakukan selama dua hari,
dengan waktu pemompaan 8 jam per hari. uji pemompaan dibagi menjadi tiga
tahap, yaitu uji pemompaan bertingkat, uji pemompaan kambuh, dan uji
pemompaan menerus. Berdasarkan hasil penelitian, jenis akuifer di Leuwikopo,
Dramaga, Bogor adalah akuifer bebas. Nilai konduktivitas hidrolik akuifer adalah
0,09 m/hari. Jenis tanah atau batuan di Leuwikopo, Dramaga, Bogor adalah liat,
pasir, dan campuran kerikil.
Kata kunci: akuifer, konduktivitas hidrolik, metode Thiem, uji pemompaan

ABSTRACT

MUHAMMAD MAULDY BHAGYA. Calculation Of Aquifer’s Hidraulic
Conductivity Values Using Pumping Test With Thiem Method At Leuwikopo,
Dramaga, Bogor . Supervised by ROH SANTOSO BUDI WASPODO.
Water is a natural resource that is needed by all creatures, especially human
beings. The purpose of this research is to analyse soil type based on the value of
hydraulic conductivity using pumping test on the bore well. This research
consisted of literature study, field study, and data processing. Hydraulic
conductivity can be calculated using Thiem method for unconfined aquifer.
Pumping test is a widely used method to determine characteristics of aquifer. In
this research, pumping test was done in two days, with pumping time 8 h/day.
Pumping test was devided into three phases i.e step drawdown test, recovery test,
and continous test. Based on the research result, the type of aquifer in Leuwikopo,
Dramaga, Bogor was unconfined aquifer. The value of hydraulic conductivity of
aquifer was 0,09 m/day. The type of soil or rock in Leuwikopo, Dramaga, Bogor
were clay, sand, and gravel mix.
Keywords: aquifer, hydraulic conductivity, Thiem method, pumping test

5

PERHITUNGAN NILAI KONDUKTIVITAS HIDROLIK

AKUIFER MELALUI UJI PEMOMPAAN DENGAN METODE
THIEM DI LEUWIKOPO, DRAMAGA, BOGOR

MUHAMMAD MAULDY BHAGYA

Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Teknik
Pada
Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan

DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

6

Judul Skripsi :Perhitngan Nilai Konduktivitas Hidrolik Akuifer Melalui Uji

Pemompaan dengan Metode Thiem Di Leuwikopo, Dramaga,
Bogor
Nama
: Muhammad Mauldy Bhagya
NIM
: F44110055

Disetujui oleh

Dr. Ir. Roh Santoso Budi Waspodo, M.T
Pembimbing

Diketahui oleh

Dr. Ir. Nora H.Pandjaitan, DEA
Ketua Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan

Tanggal Lulus :

i


PRAKATA
Puji dan syukur dipanjatkan kepada Allah SWT atas karunia-Nya sehingga
skripsi dengan judul Perhitungan Nilai Konduktivitas Hidrolik Akuifer Melalui
Uji Pemompaan dengan Metode Thiem di Leuwikopo, Dramaga, Bogor berhasil
diselesaikan. Penelitian dilaksanakan dari bulan April hingga bulan September
2015.
Disampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Dr. Ir. Roh Santoso Budi Waspodo, MT. sebagai dosen pembimbing yang
telah memberikan bimbingan yang bermanfaat selama penelitian dan
penyusunan laporan ini
2. Kedua orang tua penulis yang selalu memberikan dukungan, baik dukungan
moral atau dukungan material
3. Dr. Ir. Nora H Pandjaitan, DEA dan Prof. Dr. Ir. Asep Sapei, MS sebagai
penguji pada ujian skripsi
4. Ardila Ayu Aprina, Bangun Parinata, Cahyo Edi Nugroho, dan Cindo
Riskina sebagai teman seperjuangan selama penetilian ini dilakukan
5. Seluruh teman-teman SIL angkatan 48 atas segala dukungannya
Disadari bahwa masih terdapat kekurangan dalam penulisan skripsi ini. Oleh
karena itu, saran dan kritik sangat diharapkan demi perbaikan di masa yang akan

datang.

Bogor, September 2015

Muhammad Mauldy Bhagya

ii

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
Ruang Lingkup Penelitian
TINJAUAN PUSTAKA
Air Tanah

Akuifer
Konduktivitas Hidrolik
Uji Pemompaan
METODOLOGI PENELITIAN
Lokasi dan Waktu
Alat dan Bahan
Metode Penelitian
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Uji Pemompaan
Penentuan Jenis Akuifer
Analisis Konduktivitas Hidrolik
Klasifikasi Tanah atau Batuan
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP

1

1
1
1
2
2
2
2
2
2
3
4
4
4
5
7
7
10
12
14
15

15
15
15
17
30

iii

DAFTAR TABEL
1. Nilai K untuk berbagai jenis tanah atau batuan
2. Hasil perhitungan nilai konduktivitas hidrolik dengan metode Thiem

3
12

DAFTAR GAMBAR
1. Lokasi penelitian di Leuwikopo, Dramaga, Bogor
2. Bagan alir penelitian
3. Grafik penurunan muka air tanah pada tahap uji pemompaan bertahap
dan uji pemompaan kambuh pada tanggal 13 Mei 2015

4. Grafik penurunan muka air tanah pada tahap uji pemompaan menerus
dan uji pemompaan kambuh pada tanggal 13 Mei 2015
5. Grafik penurunan muka air tanah pada tahap uji pemompaan bertahap
dan uji pemompaan kambuh pada tanggal 14 Mei 2015
6. Grafik penurunan muka air tanah pada tahap uji pemompaan menerus
dan uji pemompaan kambuh pada tanggal 14 Mei 2015
7. Grafik log-log dan semi-log dari hubungan antara penurunan muka
air tanah dan waktu
8. Grafik log-log dari hubungan antara penurunan muka air tanah
dan waktu pada tanggal 13 Mei 2015
9. Grafik log-log dari hubungan antara penurunan muka air tanah
dan waktu pada tanggal 14 Mei 2015
10. Grafik semilog uji pemompaan kambuh setelah uji pemompaan
bertingkat pada tanggal 13 Mei 2015 (a) dan tanggal 14 Mei 2015 (b)
11. Grafik semilog uji pemompaan kambuh setelah uji pemompaan
menerus pada 13 Mei 2015 (a) dan 14 Mei 2015 (b)

4
5
8
9
9
10
10
11
11
13
13

DAFTAR LAMPIRAN
1. Tabel hasil uji pemompaan bertingkat (Step Drawdown Test) hari pertama
2. Tabel hasil uji pemompaan kambuh (Recovery Test) setelah uji
pemompaan bertingkat (Step Drawdown Test) pada hari pertama
3. Tabel hasil uji pemompaan menerus (Continous Test) hari pertama
4. Tabel hasil uji pemompaan kambuh (Recovery Test) setelah uji
pemompaan menerus (Continous Test) pada hari pertama
5. Tabel hasil uji pemompaan bertingkat (Step Drawdown Test) hari kedua
6. Tabel hasil uji pemompaan kambuh (Recovery Test) setelah uji
pemompaan bertingkat (Step Drawdown Test) pada hari kedua
7. Tabel hasil uji pemompaan menerus (Continous Test) pada hari kedua
8. Tabel hasil uji pemompaan kambuh (Recovery Test) setelah uji
pemompaan menerus (Continous Test) pada hari kedua
9. Contoh perhitungan

17
20
21
22
23
26
27
28
29

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Air merupakan salah satu sumberdaya alam yang sangat dibutuhkan oleh
seluruh makhluk hidup, terutama manusia. Air digunakan untuk keperluan
manusia untuk dikonsumsi maupun untuk keperluan lain, seperti irigasi pertanian,
bercocok tanam, sanitasi, dan industri. Kebutuhan manusia akan air semakin
meningkat karena jumlah penduduk semakin meningkat dan segala kegiatan yang
membutuhkan air. Air permukaan merupakan sumber air yang sering digunakan
oleh manusia. Saat ini, masih belum banyak sumber air selain air permukaan yang
bisa dimanfaatkan manusia. Jika keadaan ini terus terjadi, maka akan terjadi
kekurangan air. Oleh karena itu, perlu adanya pencarian sumber air baru untuk
mengganti sumber air yang berasal dari air permukaan.
Menurut Seyhan (1990) dalam Sjarif (2003) bahwa lebih dari 98 persen dari
semua air di atas bumi berada di bawah permukaan tanah. Dua persen sisanya
adalah air permukaan seperti di danau, sungai, dan reservoir. Akan tetapi, air
permukaan (surface water) lebih banyak digunakan dibandingkan dengan air
tanah (groundwater) karena lebih mudah didapatkan. Bila dilihat dari distribusi
air di bumi, air tanah memiliki potensi pemanfaatan yang lebih besar dari air
permukaan.
Airtanah adalah air yang berada di dalam tanah. Airtanah terdapat dalam suatu
formasi batuan yang mempunyai kemampuan untuk menyimpan dan melalukan
airtanah. Formasi batuan dinamakan akuifer (Sutandi 2012). Menurut Kruseman
and De Ridder (1991) akuifer dapat dibedakan menjadi empat macam, yaitu
akuifer bebas (unconfined aquifer), akuifer setengah bebas (semi unconfined
aquifer), akuifer setengah tertekan (semi confined aquifer), dan akuifer tertekan
(confined aquifer). Pembagian tersebut berdasarkan nilai konduktivitas hidrolik
lapisan batuannya. Untuk mengetahui nilai konduktivitas hidrolik dari suatu
akuifer, maka harus dilakukan suatu uji akuifer melalui uji pemompaan.
Perumusan Masalah
Masalah dalam penelitian ini adalah penentuan jenis tanah atau batuan
berdasarkan nilai konduktivitas hidrolik dari akuifer. Masalah tersebut dapat
dirumuskan dalam beberapa hal, yaitu:
1. Jenis akuifer pada sumur bor
2. Nilai jari-jari pengaruh yang ada pada saat uji pemompaan dilakukan
3. Nilai konduktivitas hidrolik dari akuifer
4. Klasifikasi jenis tanah atau batuan berdasarkan nilai konduktivitas hidrolik
Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini ada tiga, yaitu:
1. Mengetahui jenis akuifer pada sumur bor di Leuwikopo, Dramaga, Bogor.
2. Menghitung nilai konduktivitas hidrolik menggunakan metode Thiem.
3. Menentukan jenis tanah atau batuan berdasarkan nilai konduktivitas
hidrolik.

2

Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat bagi pengelolaan lahan untuk
mengetahui nilai konduktivitas hidrolik untuk pengembangan dalam pemanfaatan
airtanah yang lestari dan juga memberikan pemantauan jenis batuan berdasarkan
nilai konduktivitas hidrolik yang didapat.
Ruang Lingkup Penelitian
Lingkup dari penelitian ini terbatas pada analisis jenis akuifer melalui uji
pemompaan, perhitungan nilai konduktivitas hidrolik, dam penentuan jenis batuan
berdasarkan nilai konduktivitas hidrolik.

TINJAUAN PUSTAKA
Airtanah
Airtanah adalah air yang terdapat dalam lapisan tanah atau batuan di bwah
permukaan tanah (Kodoatie 2012). Airtanah merupakan semua air yang terdapat
dibawah permukaan tanah pada lajur atau zona jenuh air (zone of saturation).
Airtanah berasal dari air hujan dan air permukaan yang meresap (infiltrasi) mulamula ke zona tak jenuh air (zone of aeration) dan kemudian meresap makin dalam
(perkolasi) hingga mencapai zona jenuh air, lalu terkumpul dalam reservoir alam
yaitu akuifer dan kemudian menjadi airtanah . Sumberdaya air dapat mengalir
kembali ke permukaan tanah sebagai mata air dan air rembesan, atau dapat pula
dialirkan ke permukaan melalui sumur gali, sumur bor, dan sebagainya.
Akuifer
Akuifer didefinisakan sebagai lapisan tanah yang persifat porous dan yang
mengandung air bebas dalam jumlah yang cukup untuk diambil atau dikonsumsi
secara ekonomis.(Tjie-Liong 1994). Data mengenai karakteristik akuifer
merupakan faktor yang harus diperhatikan dalam mempelajari air tanah,
khususnya untuk mengetahui kapasitas air tanah yang dapat disimpan dalam
lapisan tanah dan kapasitas yang dapat dipergunakan. Sesuai dengan sifat dan
lokasinya dalam siklus hidrologi, maka lapisan akuifer mempunyai fungsi ganda
sebagai media penampung (storage fungtion) dan media aliran (conduit fungtion).
Aliran air tanah dapat dibedakan dalam aliran akuifer bebas (unconfined aquifer)
atau akuifer terkekang (confined aquifer) (Kodoatie dan Sjarief 2005).
Konduktivitas hidrolik
Nilai konduktivitas hidrolik dari tanah atau batuan bergantung pada beberapa
faktor fisik tanah atau batuan itu sendiri, termasuk porositas, ukuran partikel,
bentuk partikel, susunan partikel, dan beberapa faktor lainnya. Nilai konduktivitas
hidrolik dapat menentukan jenis tanah atau batuan dari akuifer. Klasifikasi jenis
tanah dan batuan dapat dilihat pada Tabel 1.

3

Tabel 1. Nilai K untuk berbagai jenis tanah atau batuan
K (m/hari)
Klasifikasi Geologi
1. Material Terpisah (unconsolidated materials)
Tanah liat/lempung
10-8 – 10-2
Pasir halus
1–5
Pasir medium
2 – 2 x 101
Pasir kasar
2 x 101 - 102
Kerikil
102 - 103
Pasir kasar dan campuran kerikil
5 - 102
Liat, pasir, dan campuran kerikil
10-3 – 10-1
2. Batu-batuan (rocks)
Batu pasir
10-3 – 1
Batu karbonat dengan porositas sekunder
10-2 – 1
Serpih
10-7
Batu padat tebal
10-5
Batuan retak
hampir 0 – 3 x 102
Batuan vulkanik
hampir 0 – 103
Sumber: Bouman (1978) dalam Kruseman dan De Ridder (1991)

Uji Pemompaan
Uji pompa adalah memompa air dari suatu sumur dengan debit tertentu,
mengamati penurunan muka air tanah selama pemompaan berlangsung, dan
mengamati pemulihan kembali muka air setelah pompa dimatikan sesuai dengan
selang waktu tertentu (Wijayanti dkk 2013). Analisis uji pompa bertujuan selain
untuk mengetahui kemampuan suatu sumur bor dalam memproduksi debit
airtanah dan juga mengetahui kelulusan lapisan pembawa air (akuifer). Ada dua
macam uji pompa, yaitu pengujian sumur (well test) dan pengujian akuifer
(aquifer test) (Bisri 2012).
Pengujian sumur bertujuan untuk menetapkan kemampuan sumur yang akan
diproduksi. Metode yang umum digunakan dalam pengujian sumur adalah metode
Step Test atau disebut juga Step Drawdown Test. Metode ini dilaksanakan dengan
mengadakan pemompaan secara terus menerus dengan perubahan debit secara
bertahap. Pengujian Akuifer (Aquifer Test) adalah untuk menentukan besarnya
nilai koefisien keterusan air/nilai transmisivitas (T). Pengujian akuifer juga
bertujuan memperoleh sifat hidrolis akuifer dan menetapkan jenis akuifer.
Menurut Kruseman dan De Ridder (1991), analisis uji pemompaan dibedakan
sesuai dengan jenis akuifer. Pada akuifer tertekan (confined aquifer), metode
analisis dibagi menjadi dua metode, yaitu metode Theis, dan metode Jacob. Pada
akuifer semi-tertekan (leaky aquifer), metode analisis uji pemompaan dibagi
menjadi enam metode, yaitu metode De Glee, metode Hantush-Jacob, metode
Walton, metode Hantush’s inflection-point, metode Hantush’s curve-fitting, dan
metode Neuman-Witherspoon. Akuifer bebas (unconfined aquifer) memiliki dua
metode analisis uji pemompaan, yaitu metode Neuman’s curve-fitting dan metode
Thiem.

4

METODOLOGI PENELITIAN
Lokasi dan Waktu
Penelitian ini dilakukan selama lima bulan dari bulan April hingga bulan
September 2015. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium lapangan Leuwikopo,
Dramaga, Bogor.
U

Lokasi Penelitian

Gambar 1 Lokasi penelitian di Leuwikopo, Dramaga, Bogor
Alat dan Bahan
Penelitian dilakukan menggunakan beberapa alat, yaitu pompa air, avometer,
kebel listrik dengan panjang 50 meter, taping meter, dan sumur bor. Peralatan lain
yang digunakan untuk pengolahan data adalah kalkulator dan laptop yang
dilengkapi software Microsoft Office.
Penelitian ini juga menggunakan bahan berupa data primer dan data sekunder.
Data primer yang digunakan berupa waktu pemompaan, kedalaman muka air
tanah, penurunan muka air tanah, debit pemompaan, kedalaman sumur, diameter
sumur, dan kedalaman muka air statis. Data sekunder yang digunakan berupa nilai
jari-jari lingkaran pengaruh yang telah didapat dari penelitian terdahulu di
Leuwikopo oleh Prakoso (2014)

5

Metode Penelitian
Mulai

Uji Pemompaan

Debit, Penurunan muka air,
Waktu, Tinggi muka air
tanah statis

Jenis akuifer

Perhitungan nilai
konduktivitas hidrolik dan
transmisivitas

Analisis jenis tanah atau
batuan akuifer

Selesai
Gambar 2 Bagan alir penelitian
Tahapan penelitian digambarkan pada diagram alir yang disajikan pada
Gambar 2. Penelitian dimulai dari melakukan uji pemompaan. Data yang didapat
dari uji pemompaan adalah debit, penurunan muka air tanah, waktu, dan tinggi
muka air statis. Dari data tersebut, jenis akuifer di lahan Leuwikopo dapat
ditentukan. Kemudian, perhitungan nilai konduktivitas hidrolik dilakukan
menggunakan metode Thiem. Jika nilai konduktivitas hidrolik diketahui, maka
jenis tanah atau batuan dapat ditentukan. Studi pustaka dilakukan untuk
mengetahui prosedur uji pemompaan, metode perhitungan nilai konduktivitas
hidrolik berdasarkan jenis akuifer, dan klasifikasi tanah atau batuan berdasarkan
nilai konduktivitas hidrolik akuifer. Studi pustaka juga dilakukan untuk
mengetahui jari-jari lingkaran pengaruh yang diakibatkan oleh uji pemompaan
yang telah didapat dari penelitian terdahulu di lokasi yang sama.

6

Prosedur Uji Pemompaan
Menurut Sjarif (2003), uji pemompaan terdiri dari tiga tahap yaitu uji
pemompaan bertingkat (Step Drawdown Test), uji pemompaan menerus
(continous test), dan uji pemompaan kambuh (recovery test) pada setiap uji
pemompaan berakhir. Pencatatan data meliputi lokasi sumur, tinggi muka air
tanah statis, tinggi muka air tanah pada saat pemompaan berlangsung, debit
pemompaan, dan waktu pemompaan. Uji pemompaan bertingkat (Step Drawdown
Test) dilaksanakan dengan debit pemompaan yang diubah disetiap tingkatan yang
dikehendaki. Debit tersebut dapat ditambah atau dikurangi disetiap tingkatan
(Sudarsono 1998). Pada penelitian ini debit pemompaan diubah dan diperbesar
sebanyak dua kali. Debit awal pemompaan relatif kecil selama 60 menit.
Kemudian, debit pemompaan diperbesar sebanyak dua kali dengan waktu masingmasing 60 menit. Jadi, total waktu yang diperlukan untuk melakukan tahap uji
pemompaan bertingkat adalah 180 menit. Pencatatan tinggi muka air tanah
dilakukuan setiap dua menit pada saat pemompaan berlangsung.
Uji pemompaan menerus (Continous Test) dilakukan dengan memompa sumur
pada debit yang tetap selama 60 menit (hingga tinggi muka air tanah konstan).
Pencatatan tinggi muka air tanah dimulai dari menit pertama setelah pemompaan
berturut-turut setiap dua menit hingga menit ke-60. Pemompaan dihentikan pada
kondisi tinggi muka air tanah steady. Uji pemompaan kambuh (Recovery Test)
dilakukan baik setelah uji pemompaan bertingkat maupun setelah uji pemompaan
menerus. Pada saat pemompaan selesai dilakukan, pompa dimatikan sehingga
tinggi muka air tanah akan naik kembali hingga keadaan semula (Todd dan Mays
2005). Setelah uji pemompaan bertingkat dan uji pemompaan menerus dilakukan,
uji pemompaan kambuh dilakukan masing-masing selama 180 menit dan 60
menit. Pencatatan tinggi muka air tanah dilakukan setiap lima menit.
Analisis Data
1. Analisis nilai konduktivitas hidrolik
Konduktivitas hidrolik didefinisikan sebagai volume air yang akan bergerak
melalui media berpori dalam satuan waktu di bawah unit gradien hidrolik
melalui satuan luas yang diukur arah aliran yang tepat. Konduktivitas hidrolik
dapat memiliki unit panjang /waktu , misalnya m / hari (Kruseman dan De
Ridder 1991). Perhitungan nilai konduktivitas hidrolik pada peda penelitian ini
menggunakan metode Thiem. Jika permukaan air tanah itu mencapai
keseimbangan selama pemompaan yang tetap, maka dapat diterapkan rumus
Thiem. (Sosrodarsono dan Takeda 2006). Jika tidak ada sumur pengamatan dan
air tanah dalam keadaan bebas, maka rumus perhitungan nilai konduktivitas
hidrolik adalah sebagi berikut:

7

Keterangan:
K
= konduktivitas hidrolik (m/hari)
Q
= debit pemompaan (m3/detik)
H
= tebal akuifer air tanah bebas (m)
h
= tinggi dari permukaan lapisan kedap air ke permukaan air yang sedang
di pompa (m)
R
= jari-jari lingkaran pengaruh (m)
r
= jari-jari sumur pompa (m)
Nilai jari-jari lingkaran pengaruh adalah 42,3 m.
2. Recovery Test
Pada akhir uji pemompaan, pompa akan dimatikan sehingga tinggi muka air
tanah mulai naik kembali. Hal ini disebut sebagai recovery dari tinggi muka air
tanah. Pengukuran tinggi muka air tanah pada saat tahap ini sangat bagus
dilakukan karena sebagai koreksi dari uji pemompaan. Metode recovery test
merupakan metode untuk menganalisis hasil dari uji pemompaan kambuh.
Metode recovery test menggunakan nilai transmisivitas untuk mengoreksi hasil
uji pemompaan. Rumus perhitungan nilai transmisivitas adalah sebagi berikut:

Keterangan:
T
= Transmisivitas (m2/hari)
Q
= debit pemompaan (m3/detik)
Nilai
merupakan nilai slope dari grafik semilog hubungan antara residual
drawdown dengan waktu pemompaan (Todd dan Mays 2005).
3. Klasifikasi Jenis Tanah atau Batuan
Klasifikasi jenis tanah atau batuan dapat dilihat dari nilai konduktivitas hidrolik
akuifer. Bouwer (1978) di dalam Kruseman and De Ridder (1991) memberikan
klasifikasi jenis tanah atau batuan berdasarkan nilai konduktivitas hidrolik.
Klasifikasi jenis tanah atau batuan berdasarkan nilai konduktivitas hidrolik
dapat dilihat pada Tabel 1.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Uji Pemompaan
Uji pemompaan merupakan suatu metode yang dipergunakan secara luas
untuk mengetahui karakteristik teknis akuifer. Pendugaan ketebalan dan
konduktifitas hidraulik akuifer dapat dilakukan dengan uji pemompaan sumur
baik dengan sumur tunggal (single well ) maupun dengan beberapa sumur
(multiple well) (Prakoso 2014). Uji pemompaan terdiri dari tiga tahap, yaitu uji
pemompaan bertingkat (step drawdown test), uji pemompaan kambuh (recovery

8

test), dan uji pemompaan menerus (continous test) pada setiap uji pemompaan
berakhir. Uji pemompaan dilakukan selama 8 jam. Uji pemompaan bertingkat
selama 3 jam, uji pemompaan kambuh selama 3 jam, uji pemompaan menerus
selama 1 jam, dan uji pemompaan kambuh selama 1 jam. Penelitian dilakukan
pada tanggal 13 Mei 2015 dan 14 Mei 2015 dengan tahapan pemompaan yang
sama dengan kedalaman sumur 50 m. Pada tanggal 13 Mei 2015, uji pemompaan
dimulai dengan tahap uji pemompaan bertingkat. Kedalaman muka air statis
adalah 42,3 m dari dasar sumur. Debit air diubah sebanyak 2 kali. Besarnya 3
debit aliran air secara berturut-turut adalah 0,00011 m3/detik; 0,00027 m3/detik;
dan 0,00032 m3/detik. Kemudian, uji pemompaan kambuh dilakukan setelah uji
pemompaan bertingkat selesai. Pada saat itu pompa air dimatikan selama uji
pemompaan kambuh berlangsung. Grafik penurunan muka air pada tahap uji
pemompaan bertingkat dapat dilihat pada Gambar 3.

Drawdown (m)

0

50

0
-2
-4
-6
-8
-10
-12
-14
-16

100

150

200

250

Waktu (menit)
Recovery

Step drawdown (Q=0,106 l/s)

Step drawdown (Q=0,278 l/s)

Step drawdown (Q=0,321 l/s)

Gambar 3 Grafik penurunan muka air tanah pada tahap uji pemompaan bertahap
dan uji pemompaan kambuh pada tanggal 13 Mei 2015
Pada saat debit aliran air sebesar 0,00011 m3/detik, penurunan muka air mencapai
1,47 m. Air turun dari ketinggian 42,3 m hingga 40.83 m dari dasar sumur. Pada
saat debit aliran ditingkatkan hingga 0,00027 m3/detik, penurunan muka air
mencapai 9.55 m. Air turun dari ketinggian 42,3 m hingga 32,75 m dari dasar
sumur. Pada saat debit aliran air sebesar 0,00032 m3/detik, muka air mengalami
penurunan hingga 14,62 m. Ketinggian air pada saat itu turun hingga 27,68 m dari
dasar sumur. Saat uji pemompaan kambuh, ketinggian muka air mengalami
kenaikan hingga keadaan semula.
Uji pemompaan menerus dilakukan setelah uji pemompaan kambuh. Pada
tahap ini, debit aliran adalah 0,00028 m3/detik. Penurunan muka air tanah
mencapai 4,97 m. Setelah itu, uji pemompaan kambuh dilakukan kembali hingga
ketinggian muka air tanah kembali hingga keadaan semula. Grafik penurunan
muka air tanah pada tahap uji pemompaan menerus dapat dilihat pada Gambar 4.

9

0

20

40

60

80

100

120

1

Drawdown (m)

0
-1
-2
-3
-4
-5
-6

Waktu (menit)
continous

recovery

Gambar 4 Grafik penurunan muka air tanah pada tahap uji pemompaan menerus
dan uji pemompaan kambuh pada tanggal 13 Mei 2015
Pada tanggal 14 Mei 2015, kedalaman air statis adalah 42.1 m dari dasar
sumur. Pada tahap uji pemompaan bertahap, debit aliran air yang dipompa adalah
0,00013 m3/detik; 0,00026 m3/detik; dan 0,00027 m3/detik. Setelah tahap uji
pemompaan bertahap selesai, uji pemompaan kambuh dilakukan hingga
ketinggian muka air tanah mencapai keadaan semula. Penurunan muka air tanah
pada tahap uji pemompaan bertingkat dan uji pemompaan kambuh dapat dilihat
pada Gambar 5.
0

50

100

150

200

250

300

350

0

Drawdown (m)

-1
-2
-3
-4
-5
-6
-7

Waktu (menit)
step drawdown (Q=0,132 l/s)

recovery

Step drawdown (Q=0,259 l/s)

step drawdown (Q=0,271 l/s)

Gambar 5 Grafik penurunan muka air tanah pada tahap uji pemompaan bertahap
dan uji pemompaan kambuh pada tanggal 14 Mei 2015
Pada Gambar 5, dapat dilihat suatu kejanggalan pada saat debit aliran air sebesar
0,00027 m3/detik. Hal itu terjadi karena performa pompa air mengalami
penurunan, sehingga debit menjadi tidak konstan. Akibatnya, penurunan muka air
tanah pun menjadi tidak tetap. Kemudian, uji pemompaan kambuh dilakukan

10

hingga ketinggian air kembali hingga keadaan semula. Setelah tahap uji
pemompaan kambuh selesai, maka uji pemompaan menerus dilakukan. Pada
tahap uji pemompaan menerus, debit aliran airnya adalah 0,00021 m3/detik.
Grafik penurunan muka air tanah pada tahap uji pemompaan menerus dan uji
pemompaan kambuh dapat dilihat pada Gambar 6.
0

20

40

60

80

100

120

140

2

Drawdown (m)

1
0
-1
-2
-3
-4

Waktu (menit)
continous

recovery

Gambar 6 Grafik penurunan muka air tanah pada tahap uji pemompaan menerus
dan uji pemompaan kambuh pada tanggal 14 Mei 2015
Pada tahap uji pemompaan kambuh, ketinggian muka air tanah lebih tinggi dari
pada ketinggian muka air tanah semula. Hal ini terjadi karena pengaruh hujan
yang terjadi pada saat uji pemompaan dilakukan. Setelah mengalami kenaikan,
ketinggian muka air tanah kembali seperti semula.
Penentuan Jenis Akuifer
Menurut Kruseman dan De Ridder (1991), jenis akuifer dari suatu wilayah
dapat diketahui dengan melihat grafik log-log atau semi-log dari hubungan antara
penurunan muka air tanah dan waktu. Pembagian jenis akuifer berdasarkan grafik
semi-log dari hubungan antara penurunan muka air tanah dan waktu dapat dilihat
pada Gambar 7.

Sumber: Kruseman and De Ridder (1991)

Gambar 7 Grafik log-log dan semi-log dari hubungan antara penurunan muka air
tanah dan waktu

11

Pada Gambar 7, bagian A dan A’ menunjukkan bahwa akuifer merupakan akuifer
tertekan, ideal, tidak mengendap, dan isotropik. Bagian B dan B’ menunjukan
bahwa jenis akuifer adalah akuifer bebas, homogen, dan akuifer isotropik dari
cakupan yang luas dengan kelulusan yang lambat. Bagian C dan C’ menunjukan
bahwa jenis akuifer adalah akuifer bocor (leaky aquifer) (Kruseman dan De
Ridder 1991).
Penentuan jenis akuifer dilakukan berdasarkan hasil uji pemompaan degan
debit pemompaan yang konstan. Hasil uji pemompaan didapat dari uji
pemompaan menerus (continous test). Data dari uji pemompaan berupa penurunan
muka air tanah (drawdown) dan waktu pemompaan. Data tersebut kemudian
diplot ke dalam grafik log-log atau semi-log dari hubungan antara penurunan
muka air tanah dan waktu pemompaan. Grafik hubungan antara penurunan muka
air tanah dan waktu pemompaan tersaji dalam Gambar 8.

Drawdown (m)

10

1
1

10

100

Waktu (menit)

Gambar 8 Grafik log-log dari hubungan antara penurunan muka air tanah dan
waktu pada tanggal 13 Mei 2015

Drawdown (m)

10

1
1

10

100

Waktu (menit)

Gambar 9 Grafik log-log dari hubungan antara penurunan muka air tanah dan
waktu pada tanggal 14 Mei 2015
Kedua grafik pada Gambar 8 dan 9 memperlihatkan bentuk kurva yang sama
seperti pada grafik log-log bagian B dan B’. Artinya, jenis akuifer pada sumur bor
di Lewikopo adalah akuifer bebas (unconfined aquifer). Penentuan jenis akuifer

12

kemudian digunakan untuk menentukan metode analisis data uji pemompaan.
Metode yang digunakan dalam perhitungan nilai konduktivitas hidrolik adalah
metode Thiem
Analisis Konduktivitas Hidrolik.
Analisis nilai konduktivitas hidrolik akuifer menggunakan metode Thiem.
Perhitungan dengan metode Thiem membutuhkan nilai jari-jari lingkaran
pengaruh. Nilai jari-jari lingkaran pengaruh dibutuhkan untuk mengetahui sejauh
mana efek yang ditimbulkan akibat proses pemompaan. Pada penelitian ini, nilai
jari-jari lingkaran pengaruh didapat dari penelitian sebelumnya oleh Prakoso
(2014) di lokasi yang sama. Nilai jari-jari lingkaran pengaruh adalah 42,3 m. nilai
tersebut didapat dari perhitungan dengan metode ketakseimbangan.
Perhitungan nilai konduktivitas hidrolik dilakukan pada setiap tahap uji
pemompaan. Perhitungan tersebut dilakukan menggunakan nilai debit masingmasing tahap uji pemompaan dan nilai tebal akuifer air tanah bebas (H) adalah
43,2 m. Nilai tinggi dari permukaan lapisan kedap air ke permukaan air yang
sedang di pompa (h) didapat dari selisih nilai tinggi sumur dengan kedalaman
muka air tanah yang dihitung dari bibir sumur. Panjang jari-jari sumur adalah
0,0508 m. Hasil perhitungan nilai konduktivitas hidrolik dapat dilihat pada Tabel
2.
Tabel 2. Hasil perhitungan nilai konduktivitas hidrolik dengan metode Thiem
Tahap Uji
Q
T
K
Keterangan
3
2
Pemompaan
(m /hari) (m /hari) (m/hari)
9,16
4,10
0,10
Step Drawdown
24,01
2,76
0,06
Test
Hari 1
27,73
2,16
0,05
Continous Test
24,19
4,75
0,11
11,4
3,46
0,08
Step Drawdown
22,46
3,89
0,09
Test
Hari 2
23,41
4,32
0,1
Continous Test
18,14
4,32
0,09
Rata -Rata
3,72
0,09
Recovery test dilakukan untuk menganalisis data uji pemompaan kambuh
menggunakan grafik semilog hubungan antara residual drawdown dengan waktu
pemompaan. Grafik ini akan menghasilkan nilai Δs. Grafik semilog dari uji
kambuh setelah uji pemompaan bertingkat dapat dilihat pada Gambar 10.

13

15
y = 2.4455ln(x) - 2.7187
R² = 0.8951

drawdown (m)

10
5
0
-5
1

10

100

1000

waktu (menit)

(a)
6
drawdown (m)

5
4
y = 0.7158ln(x) - 0.7869
R² = 0.7767

3
2
1
0
-1
1

10

100

1000

waktu (menit)

(b)
Gambar 10 Grafik semilog uji pemompaan kambuh setelah uji pemompaan
bertingkat pada tanggal 13 Mei 2015 (a) dan tanggal 14 Mei 2015 (b)
Nilai Δs yang didapat dari uji pemompaan kambuh setelah uji pemompaan
bertingkat pada hari pertama dan kedua berturut-turut adalah 5,60 dan 1,64 m.
Selanjutnya grafik semilog uji pemompaan kambuh setelah uji pemompaan
menerus dapat dilihat pada Gambar 11.
12

drawdown (m)

10
8

y = 2.0754ln(x) - 2.2707
R² = 0.9031

6
4
2
0
-2
1

10
waktu (menit)

(a)

100

drawdown (m)

14

8
7
6
5
4
3
2
1
0
-1
-2

y = 1.4948ln(x) - 0.864
R² = 0.7889

1

10

100

waktu (menit)

(b)
Gambar 11 Grafik semilog uji pemompaan kambuh setelah uji pemompaan
menerus pada tanggal 13 Mei 2015 (a) dan tanggal 14 Mei 2015 (b)
Nilai Δs yang didapat dari uji pemompaan kambuh setelah uji pemompaan
bertingkat pada hari pertama dan kedua berturut-turut adalah 4,80 m dan 3,45 m.
Setelah mendapatkan nilai Δs, maka nilai transmisivitas dapat dihitung
menggunakan metode recovery test. Hasil perhitungan nilai transmisivitas dari uji
pemompaan kambuh setelah uji pemompaan bertingkat pada hari pertama dan
kedua berturut-turut adalah 0,91 m2/hari dan 2,61 m2/hari. Hasil perhitungan nilai
transmisivitas dari uji pemompaan kambuh setelah uji pemompaan menerus pada
hari pertama dan kedua berturut-turut adalah 0,92 m2/hari dan 0,96 m2/hari.
Setelah nilai transmisivitas didapat, maka nilai konduktivitas hidrolik dari uji
pemompaan kambuh dapat dihitung dengan membagi nilai transmisivitas dengan
tebal akuifer. Nilai konduktivitas hidrolik dari uji pemompaan kambuh setelah uji
pemompaan bertingkat pada hari pertama dan kedua berturut-turut adalah 0,02
m/hari dan 0,06 m/hari. Sedangkan Nilai konduktivitas hidrolik dari uji
pemompaan kambuh setelah uji pemompaan menerus pada hari pertama dan
kedua berturut-turut adalah 0,02 m/hari dan 0,02 m/hari. nilai konduktivitas
hidrolik rata-rata dari uji pemompaan kambuh adalah 0,03 m/hari.
Klasifikasi Jenis Tanah atau Batuan
Menurut Efendi dkk (1998) dalam Waspodo (2002), batuan pada daerah Bogor
dikelompokkan menjadi tiga jenis. Kelompok pertama adalah batuan sedimen
tersier. Kelompok kedua adalah batuan gunung api dan terobosan, yang dibagi
menjadi batuan gunung api tua dan batuan gunung api muda. Kelompok ketiga
adalah endapan permukaan. Campuran hasil gunung api muda terdiri dari breksi
tuafan, lava andesit, breksi, batu pasir, dan konglomerat dengan nilai kelulusan
berkisar antara 10-3 – 10-2 m/hari.
Mengacu pada Tabel.1 tentang klasifikasi tanah atau batuan berdasarkan nilai
konduktivitas hidrolik akuifer, maka jenis tanah atau batuan pada sumur bor di
Leuwikopo, Dramaga, Bogor adalah liat, pasir, dan campuran kerikil dengan nilai
konduktivitas hidrolik dari
m/hari.

15

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Kesimpuan yang didapat dari penelitian ini adalah:
1. Berdasarkan grafik log-log hubungan antara penurunan muka air tanah
(drawdown) dan waktu yang didapat dari uji pemompaan menerus pada
saat penelitian berlangsung, maka jenis akuifer pada sumur bor di
Leuwikopo, Dramaga, Bogor adalah akuifer bebas.
2. Nilai konduktivitas hidrolik akuifer berdasarkan metode Thiem adalah
0,09 m/hari. Nilai konduktivitas hidrolik yang didapat dari perhitungan
recovery test adalah 0,03 m/hari
3. Berdasarkan nilai konduktivitas hidrolik akuifer yang telah didapat, maka
jenis tanah atau batuan pada pada sumur bor di Leuwikopo, Dramaga,
Bogor adalah liat, pasir, dan campuran kerikil dengan range nilai
konduktivitas hidrolik
m/hari.
Saran
Saran yang dapat diberikan berdasarkan hasil dari penelitian ini adalah:
1. Perlu dilakukan uji pemompaan dengan durasi lebih lama, misalnya 3 x 24
jam secara terus menerus.
2. Perlu dibuat sumur pengamatan, untuk mengamati jari-jari lingkaran
pengaruh yang diakibatkan pemompaan air tanah

DAFTAR PUSTAKA
Bisri. M. 2012. Studi Tentang Pendugaa Air Tanah, Sumur Air Tanah dan Upaya
Dalam konservasi Air Tanah. UB Press: Malang.
Kodoatie. RJ. 2012. Tata Ruang Air Tanah. Andi: Yogyakarta
Kodoatie, R.J. dan Sjarief, R, 2005. Pengelolaan Sumber Daya Air Terpadu.
Andi, Yogyakarta.
Kruseman. GP, De Ridder. NA. 1991. Analyisis And Evaluation Of Pumping Test
Data. ILRI. Wageningen
Prakoso, WG. 2014. Analisis Sumur Filtrasi Bantaran Sungai (Riverbank
Filtration) Dengan Uji Pemompaan. Tesis. Sekolah Pascasarjana Institut
Pertanian Bogor
Sjarif, L. 2003. Penentuan Nilai Karakteristik Akuifer Sumur Air Tanah Melalui
Uji Pemompaan (Pumping Test) Dengan Metode Cooper-Jacob Di
Leuwikopo Dramaga [skripsi]. IPB Press: Bogor
Sosrodarsono S, Takeda K. 2006. Hidrologi Untuk Pengairan. Cetakan
Kesepuluh. Jakarta : PT. Pradnya Paramita
Sudarsono, U. 1998. Prosedur pompa. Bull enviromental geologi. 23(1) : 40-54
Sutandi, MC. 2012. Air Tanah. Bandung: Fakultas Teknik Universitas Kristen
Maranatha
Tjie-Liong, G. 1994. Uji Coba Pemompaan Dan Metoda Interpretasinya Untuk
Perencanaan Dewatering. Jakarta: PT. Limara Engineering
Todd DK, Mays LW. 2005.Groundwater Hydrology. Third Edition. New York :
John Willey & Sons Inc.

16

Waspodo, RSB. 2002. Investigasi Airtanah melalui Geolistrik di Dramaga,
Bogor. Buletin keteknikan pertanian. Vol 16 no.1. Bogor (ID): IPB Press.
Wijayanti, PR. Sholichin, M. Sisinggih, D. 2013. Analisa Kuantitas Dan Kualitas
Airtanah Di Kecamatan Kubu Kabupaten Karangasem Provonsi Bali.
Malang: Jurusan Teknik Pengairan Universitas Brawijaya

17

Lampiran 1. Tabel hasil uji pemompaan bertingkat (Step Drawdown Test) pada
tanggal 13 Mei 2015
Jam mulai
(menit)
0
2
4
6
10
12
14
16
18
20
22
24
26
28
30
32
34
36
38
40
42
44
46
48
50
52
54
56
58
60

Kedalaman muka
airtanah (m)
7.7
8.37
8.65
8.63
8.94
8.81
8.67
9.09
8.97
8.8
9.17
8.97
8.96
9.14
8.93
9.03
8.91
8.77
9.16
9.02
8.92
9.1
9.05
8.87
9.01
9.23
9.14
8.96
8.72
8.61

Penurunan muka
airtanah (m)
0
-0.67
-0.95
-0.93
-1.24
-1.11
-0.97
-1.39
-1.27
-1.1
-1.47
-1.27
-1.26
-1.44
-1.23
-1.33
-1.21
-1.07
-1.46
-1.32
-1.22
-1.4
-1.35
-1.17
-1.31
-1.53
-1.44
-1.26
-1.02
-0.91

Q (m3/detik)

0,000106

18

Lampiran 1.(lanjutan)
Jam mulai
Kedalaman muka
(menit)
airtanah (m)
8.61
62
10.8
64
12.1
66
12.2
68
13.29
70
14.1
72
14.76
74
15.03
76
14.86
78
80
15.3
82
15.45
84
15.75
86
16.15
88
16.23
90
16.45
92
16.63
94
17.18
96
17.05
98
17.23
100
17.12
102
16.97
104
17.04
106
16.87
108
16.99
110
17.13
112
17.07
114
17.25
116
17.25
118
17.14
120
16.98

Penurunan muka
airtanah (m)
-0.91
-3.1
-4.4
-4.5
-5.59
-6.4
-7.06
-7.33
-7.16
-7.6
-7.75
-8.05
-8.45
-8.53
-8.75
-8.93
-9.48
-9.35
-9.53
-9.42
-9.27
-9.34
-9.17
-9.29
-9.43
-9.37
-9.55
-9.55
-9.44
-9.28

Q (m3/detik)
0,000278

19

Lampiran 1. (lanjutan)
Jam mulai
Kedalaman muka
(menit)
airtanah (m)
122
17.1
124
17.28
126
17.8
128
18.16
130
18.3
132
18.76
134
18.89
136
19.1
138
19.99
140
20.29
142
20.95
144
21.07
146
21.17
148
21.37
150
21.01
152
21.23
154
21.3
156
21.19
158
21.36
160
21.46
162
21.43
164
21.54
166
21.6
168
21.37
170
20.98
172
21.12
174
21.28
176
21.98
178
22.32
180
21.87

Penurunan muka
airtanah (m)
-9.4
-9.58
-10.1
-10.46
-10.6
-11.06
-11.19
-11.4
-12.29
-12.59
-13.25
-13.37
-13.47
-13.67
-13.31
-13.53
-13.6
-13.49
-13.66
-13.76
-13.73
-13.84
-13.9
-13.67
-13.28
-13.42
-13.58
-14.28
-14.62
-14.17

Q (m3/detik)
0,00032

20

Lampiran 2. Tabel hasil uji pemompaan kambuh (Recovery Test) setelah uji
pemompaan bertingkat (Step Drawdown Test) pada tanggal 14 Mei
2015
Waktu
(menit)

Kedalaman muka
airtanah (m)

180
185
190
195
200
205
210
215
220
225
230
235
240

21.46
12.391
11.643
10.1
9.6
8.426
8.014
7.874
7.745
7.7
7.65
7.72
7.7

Penurunan muka
airtanah (m)
-13.76
-4.691
-3.943
-2.4
-1.9
-0.726
-0.314
-0.174
-0.045
0
0.05
-0.02
0

21

Lampiran 3. Tabel hasil uji pemompaan menerus (Continous Test) pada tanggal
13 Mei 2015
Kedalaman
Jam mulai
Penurunan muka
muka airtanah
Q (m3/detik)
(menit)
airtanah (m)
(m)
7.7
0
0
1
9.34
-1.64
0.000283
3
11.16
-3.46
5
11.41
-3.71
7
11.8
-4.1
9
11.876
-4.176
11
11.89
-4.19
13
11.95
-4.25
15
11.955
-4.255
17
11.98
-4.28
19
12.058
-4.358
21
12.086
-4.386
23
12.071
-4.371
25
12.076
-4.376
27
12.096
-4.396
29
12.117
-4.417
31
12.542
-4.842
33
12.584
-4.884
35
12.625
-4.925
37
12.67
-4.97
39
12.673
-4.973
41
12.676
-4.976
43
12.589
-4.889
45
12.638
-4.938
47
12.635
-4.935
49
12.635
-4.935
51
12.64
-4.94
53
12.6
-4.9
55
12.6
-4.9
57
12.6
-4.9
60
12.6
-4.9

22

Lampiran 4. Tabel hasil uji pemompaan kambuh (Recovery Test) setelah uji
pemompaan menerus (Continous Test) pada tanggal 13 Mei 2015
Waktu
(menit)

Kedalaman
muka
airtanah (m)

Penurunan muka
airtanah (m)

60
62
64
66
70
75
80
85
90
95
100

12.4
11.6
10.43
9.36
8.73
8.2
7.7
7.67
7.65
7.65
7.64

-4.7
-3.9
-2.73
-1.66
-1.03
-0.5
0
0.03
0.05
0.05
0.06

23

Lampiran 5. Tabel hasil uji pemompaan bertingkat (Step Drawdown Test) pada
tanggal 14 Mei 2015
Jam mulai
(menit)

Kedalaman muka
airtanah (m)

Penurunan muka
airtanah (m)

0
2
4
6
8
10

7.9
8.96
9.45
9.51
9.72
9.96

0
-1.06
-1.55
-1.61
-1.82
-2.06

12
14
16
18
20
22
24
26
28
30
32
34
36
38
40
42
44
46
48
50
52
54
56
58
60

10.11

-2.21

10.18
10.32
9.88
10.26
10.07
10.1
10.15
10.22
10.34
10.35
9.97
9.99
10.15
10.07
10.22
10.34
10.22
10.07
9.96
10.04
10.04
10.22
10.26
11.09

-2.28
-2.42
-1.98
-2.36
-2.17
-2.2
-2.25
-2.32
-2.44
-2.45
-2.07
-2.09
-2.25
-2.17
-2.32
-2.44
-2.32
-2.17
-2.06
-2.14
-2.14
-2.32
-2.36
-3.19

Q (m3/detik)

0.000132

24

Lampran 5. (lanjutan)
Jam mulai
(menit)
62
64
66
68
70
72
74
76
78
80
82
84
86
88
90
92
94
96
98
100
102
104
106
108
110
112
114
116
118

Kedalaman muka
airtanah (m)
11.62
11.91
12.71
12.85
12.71
12.29
12.45
12.19
12.28
12.57
12.5
12.5
12.52
12.52
12.5
12.52
12.5
12.42
12.5
12.5
12.5
12.52
12.5
12.52
12.52
12.5
12.5
12.5
12.5

Penurunan
muka airtanah
(m)
-3.72
-4.01
-4.81
-4.95
-4.81
-4.39
-4.55
-4.29
-4.38
-4.67
-4.6
-4.6
-4.62
-4.62
-4.6
-4.62
-4.6
-4.52
-4.6
-4.6
-4.6
-4.62
-4.6
-4.62
-4.62
-4.6
-4.6
-4.6
-4.6

Q (m3/detik)
0.00025938

25

Lampiran 5. (lanjutan)
Jam mulai
Kedalaman muka
(menit)
airtanah (m)
120
12.5
122
12.66
124
12.66
126
12.52
128
12.5
130
12.5
132
12.42
134
12.71
136
12.77
138
12.82
140
12.77
142
12.82
144
12.77
146
12.66
148
12.66
150
12.77
152
12.66
154
12.77
156
13.19
158
13.71
160
13.71
162
13.71
164
12.42
166
12.15
168
13.19
170
12.15
172
12.15
174
13.19
176
12.57
178
13.15
180
12.71

Penurunan muka
airtanah (m)
-4.6
-4.76
-4.76
-4.62
-4.6
-4.6
-4.52
-4.81
-4.87
-4.92
-4.87
-4.92
-4.87
-4.76
-4.76
-4.87
-4.76
-4.87
-5.81
-5.81
-5.81
-4.52
-4.25
-4.25
-5.29
-4.25
-4.25
-5.29
-4.67
-5.25
-4.81

Q (m3/detik)
0.000405

26

Lampiran 6. Tabel hasil uji pemompaan kambuh (Recovery Test) setelah uji
pemompaan bertingkat (Step Drawdown Test) pada tanggal 14 Mei
2015
Penurunan
Waktu
Kedalaman muka airtanah
muka airtanah
(menit)
(m)
(m)
180
12.71
-5.01
-2.52
182
10.22
-1.36
184
9.06
-0.91
186
8.61
8.38
-0.68
188
-0.44
190
8.14
192
194
196
198
200
210
220
230
240
250
260
270
280
290
300

8.14

-0.44

8.1
8.08
8.08
8.62
8.44
8.12
7.98
7.98
7.96
7.93
7.92
7.9
7.9
7.9

-0.4
-0.38
-0.38
-0.92
-0.74
-0.42
-0.28
-0.28
-0.26
-0.23
-0.22
-0.2
-0.2
-0.2

27

Lampiran 7. Tabel hasil uji pemompaan menerus (Continous Test) pada tanggal
14 Mei 2015
Waktu
(menit)

Kedalaman muka
airtanah (m)

0
2
4
6
8
10
12
14
16
18
20
22
24
26
28
30
32
34
36
38
40
42
44
46
48
50
52
54
56
57
60

7.8
9.13
9.22
9.32
10.89
10.76
10.8
11.33
11.41
11.25
11.22
11.45
11.21
11.43
11.57
11.15
11.47
11.43
11.23
11.36
11.35
11.03
11.11
11.43
11.31
11.16
11.39
11.54
11.34
11.24
11.33

Penurunan muka
airtanah (m)

Q
(m3/detik)
0.000210

-1.33
-1.42
-1.52
-3.09
-2.96
-3
-3.53
-3.61
-3.45
-3.42
-3.65
-3.41
-3.63
-3.77
-3.35
-3.67
-3.63
-3.43
-3.56
-3.55
-3.23
-3.31
-3.63
-3.51
-3.36
-3.59
-3.74
-3.54
-3.44
-3.53

28

Lampiran 8. Tabel hasil uji pemompaan kambuh (Recovery Test) setelah uji
pemompaan menerus (Continous Test) pada tanggal 14 Mei 2015
Waktu
(menit)
60
62
65
70
75
80
85
90
95
100
105
110
115
120

Kedalaman muka airtanah
(m)
11.33
11.27
11.23
11.22
11.04
11.02
7.07
7.8
7.9
8.23
7.92
7.82
7.81
7.81

Penurunan muka airtanah
(m)
-3.53
-3.47
-3.43
-3.42
-3.24
-3.22
0.73
0
-0.1
-0.43
-0.12
-0.02
-0.01
-0.01

29

Lampiran 9. Contoh perhitungan
a. Nilai konduktivitas hidrolik dengan metode Thiem
Diketahui:
1. Debit pemompaan (Q) = 0,00021 m3/detik = 18,14 m3/hari
2. Tebal akuifer air tanah bebas (H) = 42,3 m
3. Tinggi dari permukaan lapisan kedap air ke permukaan air yang
sedang di pompa (h) = 37,4 m
4. Jari-jari lingkaran pengaruh (R) = 43,2 m
5. Jari-jari sumur (r) = 0,0508 m

0,09 m3/hari
b. Nilai transmisivitas menggunakan metode recovery test dan konduktivitas
hidrolik
Diketahui:
1. Debit pemompaan (Q) = 0,00021 m3/detik = 18,14 m3/hari
2. Δs = 4,8 m (didapat dari recovery test pada uji pemompaan kambuh
setelah uji pemompaan menerus tanggal 13 Mei 2015)
3. b = 42,3 m

0,92 m2/hari

m/hari

30

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 4 September
1994. Penulis ini merupakan anak pertama dari tiga
bersaudara dari pasangan Bapak Dihamzah dan Ibu Murni
Susanti. Penulis memulai pendidikan sekolah dasar pada
tahun 2000 di SD Islam Al-Hasanah. Kemudian dilanjutkan
pada tingkat sekolah menegah pertama pada tahun 2006 di
SMP Islam Al-Azhar Bumi Serpong Damai. Selanjutnya
penulis meneruskan pendidikan di SMA Negeri 3 Tangerang
Selatan pada tahun 2009. Penulis diterima sebagai mahasiswa
di Institut Pertanian Bogor pada tahun 2011 melalui jalur
SNMPTN Undangan di program studi Teknik Sipil dan Lingkungan, Fakultas
Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Selama menjadi mahasiswa, Penulis pernah melaksanakan praktek lapang pada
di PT. Perum Jasa Tirta I (persero).Tbk pada bulan Juni – Agustus 2014 di
Malang. Penulis juga aktif di beberapa kepanitiaan di Fakultas Teknologi
Pertanian, IPB dan ikut keorganisasian sebagai pengurus Himpunan Mahasiswa
Teknik Sipil Dan Lingkungan (HIMATESIL) pada periode 2012/2013 dan
2013/2014 di Departemen Pengembangan Sumberdaya dan Kesejahteraan
Mahasiswa.