Pengetahuan, Sikap, Dan Praktik Pedagang Unggas Di Pasar Jatinegara Terhadap Pengendalian Avian Influenza

PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PRAKTIK PEDAGANG
UNGGAS DI PASAR JATINEGARA TERHADAP
PENGENDALIAN AVIAN INFLUENZA

SYAUQI IHSAN RAHADITYA

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengetahuan, Sikap,
dan Praktik Pedagang Unggas di Pasar Jatinegara Terhadap Pengendalian Avian
Influenza adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan
belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.
Bogor, Agustus 2015
Syauqi Ihsan Rahaditya
NIM B04110099

ABSTRAK
SYAUQI IHSAN RAHADITYA. Pengetahuan, Sikap, dan Praktik Pedagang
Unggas di Pasar Jatinegara Terhadap Pengendalian Avian Influenza . Dibimbing
oleh ETIH SUDARNIKA dan ABDUL ZAHID ILYAS.
Avian influenza atau flu burung adalah penyakit menular dari hewan ke
manusia atau disebut zoonosis yang disebabkan oleh virus avian influenza. Tujuan
penelitian ini adalah untuk mengukur tingkat pengetahuan, sikap, dan praktik dan
menguji hubungan karakteristik, pengetahuan, dan sikap terhadap praktik
pedagang unggas. Penelitian ini dirancang menggunakan kajian lapang lintas
seksional (cross-sectional study). Data diperoleh dari wawancara kepada 30
responden menggunakan kuesioner yang disusun secara terstruktur. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan pedagang unggas umumnya
berada pada tingkat buruk dan sedang, sikap pedagang unggas berada pada tingkat
sedang, dan praktik pedagang unggas berada pada tingkat buruk dan sedang.
Faktor yang memiliki hubungan yang signifikan dengan praktik pengendalian

avian influenza adalah akses informasi melalui media elektronik dan pengetahuan
mengenai pengendalian avian influenza.
Kata kunci: pengetahuan, pengendalian avian influenza, praktik, sikap

ABSTRACT
SYAUQI IHSAN RAHADITYA. Knowledge, Attitudes, and Practices of Poultry
Traders in Jatinegara Market on Avian Influenza Control. Under Guidance of
ETIH SUDARNIKA and ABDUL ZAHID ILYAS.
Avian influenza is an infectious disease from animals to humans or called
zoonosis caused by the avian influenza virus. The aims of this research were to
measure the level of knowledge, attitudes, and practices and to examine the
relationship characteristics, knowledge, and attitudes towards the practice of the
poultry traders on avian influenza control. This research was designed by crosssectional study. Data were obtained from interviewing 30 respondents using a
structured questionnaire. The results showed that the poultry trader’s knowledge
level, generally wasat poor and moderate levels. Poultry traders attitude was at a
moderate level, and the practice of the poultry traders was at a poor and
moderatelevel. The factors which had a significant association with avian
influenza control practices were access to information through electronic media
and knowledge on avian influenza control.
Key words: attitudes, avian influenza control, knowledge, practices


PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PRAKTIK PEDAGANG
UNGGAS DI PASAR JATINEGARA TERHADAP
PENGENDALIAN AVIAN INFLUENZA

SYAUQI IHSAN RAHADITYA

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kedokteran Hewan
pada
Fakultas Kedokteran Hewan

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas

segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Judul yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan maret 2015 ini ialah
Pengetahuan, Sikap, dan Praktik Pedagang Unggas di Pasar Jatinegara terhadap
Pengendalian Avian Influenza.
Terima kasih penulis ucapkan kepada ibu Dr Ir Etih Sudarnika, MSi dan
bapak Drh Abdul Zahid Ilyas, MSi selaku pembimbing. Di samping itu,
penghargaan penulis sampaikan kepada kedua orang tua tercinta, bapak Ir
Rachmat Manendar, MSi dan ibu Drg Sri Handayanti serta adik-adik tersayang
Farisa Adlina Ihsani dan Nafla Mufidah Rahmadya. Ungkapan terima kasih juga
disampaikan kepada seluruh keluarga besar atas segala dorongan, doa dan kasih
sayangnya.
Terima kasih yang sebesar-besarnya penulis ucapkan pula kepada temanteman Jati’s House (Mas Tono, Mas Danang, Dhika, Caesar, Maulana, Kiki, dan
Kang Fony), Ganglion FKH 48, SMAIT NF, SMPIT NF, SDIT NF serta temanteman yang tidak bisa disebut satu per satu atas segala dukungan dan
kebersamaannya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Agustus 2015
Syauqi Ihsan Rahaditya

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL


vi

DAFTAR GAMBAR

vi

DAFTAR LAMPIRAN

vi

PENDAHULUAN

1

Latar Belakang

1

Tujuan Penelitian


2

Manfaat Penelitian

2

TINJAUAN PUSTAKA

2

METODE

4

Waktu dan Tempat

4

Metode Penelitian


4

Analisis Data

7

HASIL DAN PEMBAHASAN

7

Karakteristik Responden

7

Karakteristik Pemeliharaan Unggas

8

Praktik Biosekuriti Pedagang Unggas di Pasar Jatinegara


11

Tingkat Pengetahuan, Sikap, dan Praktik

14

Faktor-Faktor yang Memengaruhi Praktik Pengendalian Avian Influenza

15

SIMPULAN DAN SARAN

16

Simpulan

16

Saran


16

DAFTAR PUSTAKA

16

LAMPIRAN

19

RIWAYAT HIDUP

28

DAFTAR TABEL
1
2
3
4

5
6
7
8
9

Definisi operasional peubah penelitan
Karakteristik pedagang unggas di Pasar Jatinegara
Karakteristik unggas yang dijual di Pasar Jatinegara
Karakteristik kandang unggas di Pasar Jatinegara
Manajemen kesehatan unggas di Pasar Jatinegara
Praktik sanitasi pedagang unggas di Pasar Jatinegara
Praktik isolasi pedagang unggas di Pasar Jatinegara
Praktik pengendalian lalu lintas pedagang unggas di Pasar Jatinegara
Pengetahuan, sikap, dan praktik pedagang unggas di Pasar Jatinegara
terhadap pengendalian avian influenza
10 Hubungan antara karakteristik pedagang unggas dengan praktik
pengendalian avian influenza

5

8
9
10
10
12
13
14
14
15

DAFTAR GAMBAR
1 Kerangka konsep penelitian

4

DAFTAR LAMPIRAN
1 Kuesioner pengetahuan, sikap, dan praktik pedagang unggas di pasar
jatinegara terhadap pengendalian avian influenza
2 Denah Pasar Jatinegara
3 Dokumentasi kondisi kios unggas di Pasar Jatinegara

20
27
27

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Avian influenza atau flu burung adalah penyakit yang dapat menular dari
hewan ke manusia atau disebut zoonosis. Avian influenza menjadi perhatian dunia
kesehatan karena dapat menyebabkan kematian pada manusia (McLeod et al.
2007). Avian influenza tidak hanya menular dari hewan ke manusia, tetapi juga
dapat menular antar manusia akibat mutasi dan rekombinasi komponen virus
(Soejoedono dan Handharyani 2005).
Avian influenza disebabkan oleh virus influenza yang dibagi kedalam tipe
A, B, dan C berdasarkan perbedaan pada komponen virus. Tipe virus influenza
yang dapat menyebabkan infeksi alami pada unggas adalah A, sedangkan B dan C
menginfeksi manusia. Berdasarkan tingkat keparahan penyakit, virus flu burung
dibedakan menjadi dua bentuk yaitu low pathogenic avian influenza (LPAI) dan
high pathogenic avian influenza (HPAI) (Swayne 2008). Penyakit ini disebarkan
melalui migrasi burung dan transportasi unggas yang terinfeksi, sehingga
penularan pada hewan dan manusia semakin meluas (Martindah et al. 2006).
Di Indonesia, virus avian influenza pada unggas dilaporkan untuk pertama
kalinya pada bulan Oktober 2003 di Jawa Barat, menyebar ke provinsi lain dan
mengakibatkan kematian lebih dari 12 juta unggas. Berdasarkan Keputusan
Menteri Pertanian Nomor 4026/Kpts/OT.140/4/2013 tentang Penetapan Jenis
Penyakit Hewan Menular Strategis (PHMS), avian influenza termasuk kedalam
jenis PHMS bersama 22 penyakit hewan menular lainnya. Avian influenza juga
mendapat prioritas dalam hal pengendalian dan atau pemberantasannya oleh
pemerintah, hal tersebut dimuat dalam Peraturan Direktur Jenderal Peternakan
Kementerian Pertanian Republik Indonesia Nomor 59/Kpts/PD610/05/2007
tentang Jenis-Jenis Penyakit Hewan Menular yang Mendapat Prioritas
Pengendalian dan atau Pemberantasannya.
Avian influenza pertama kali terdeteksi di Jakarta pada tahun 2003 dimana
sejak saat itu virus penyakit ini telah menjadi wabah hingga menyebabkan
kematian ternak unggas dan bahkan korban manusia (Iqbal et al. 2009).
Masyarakat Indonesia memiliki kebiasaan hidup berdampingan dengan unggas
dalam satu lingkungan. Hal inilah yang menyebabkan terjadinya penularan virus
dari unggas ke manusia (Setiawaty 2011). Pasar sebagai tempat bertemunya
manusia dan unggas berpotensi menjadi sumber penyebaran virus avian influenza
pada unggas atau bahkan menular dari unggas ke manusia. Pengendalian virus
avian influenza di pasar merupakan komponen yang penting dalam
mengendalikan avian influenza (Iqbal et al. 2009). Kios unggas di Pasar
Jatinegara terletak di lingkungan tanpa bangunan khusus. Kios tersebut berada di
lingkungan pusat perdagangan di daerah pinggiran Jalan Jatinegara yang
merupakan pasar tradisional yang didalamnya terdapat pemukiman warga, tempat
berjualan makanan dan beberapa kios lainnya. Keberadaan kios unggas di Pasar
Jatinegara sangat strategis karena berdekatan dengan Stasiun Jatinegara, Halte
Bus Jatinegara, dan terletak di jalan umum yang sering dilewati oleh masyarakat.
Oleh karenanya praktik biosekuriti merupakan hal yang penting dilakukan dalam
pengendalian avian influenza.

2
Praktik pengendalian avian influenza yang dilakukan di pasar unggas terkait
dengan karakteristik, pengetahuan, dan sikap pedagang unggas terhadap
pengendalian avian influenza. Pengaruh faktor-faktor tersebut perlu dikaji
sehingga diketahui kondisi biosekuriti serta pengaruhnya terhadap risiko
terjadinya penyakit avian influenza di pasar unggas.
Studi knowledge, attitude, dan practice (KAP) dilakukan untuk mengetahui
faktor risiko terkait pegetahuan, sikap dan praktik. Studi KAP terfokus pada
evaluasi perubahan terhadap pengetahuan, sikap dan praktik sebagai respon dari
suatu hubungan tertentu, demonstrasi atau edukasi. Studi KAP telah banyak
digunakan selama 40 tahun terakhir pada aspek kesehatan masyarakat, sanitasi,
perencanaan keluarga, edukasi dan program lainnya (Crini dan Jullien 2009).

Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengukur tingkat pengetahuan, sikap, dan
praktik pedagang unggas di Pasar Jatinegara mengenai pengendalian avian
influenza serta mengidentifikasi faktor yang memengaruhi praktik responden
terhadap pengendalian avian influenza.

Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah memberikan informasi tentang tingkat
pengetahuan, sikap, dan praktik pedagang unggas di Pasar Jatinegara terhadap
pengendalian avian influenza serta mengetahui faktor-faktor yang memengaruhi
praktik pedagang unggas terhadap pengendalian avian influenza. Data tersebut
dapat digunakan sebagai dasar pengambilan kebijakan pemerintah mengenai
pengendalian avian influenza di pasar unggas.

TINJAUAN PUSTAKA
Avian Influenza
Avian influenza atau flu burung adalah penyakit menular dari hewan ke
manusia atau disebut zoonosis. Avian influenza disebabkan oleh virus Influenza
yang dibagi kedalam tipe A, B, dan C berdasarkan perbedaan pada komponen
virus. Tipe virus influenza yang dapat menyebabkan infeksi alami pada unggas
adalah A, sedangkan B dan C menginfeksi manusia. Berdasarkan tingkat
keparahan penyakit, virus flu burung dibedakan menjadi dua bentuk yaitu low
pathogenic avian influenza (LPAI) dan high pathogenic avian influenza (HPAI)
(Swayne 2008). Penyakit ini disebarkan melalui migrasi burung dan transportasi
unggas yang terinfeksi, sehingga penularan pada hewan dan manusia semakin
meluas (Martindah et al. 2006).

3
Studi terhadap Pengetahuan, Sikap, dan Praktik
Studi mengenai pengetahuan, sikap, dan praktik menunjukkan apa yang
seseorang ketahui mengenai sesuatu hal, bagaimana perasaan mereka tentang hal
itu, dan bagaimana mereka bertindak.
Survei KAP menggunakan kuesioner untuk mengumpulkan data, kuesioner
disusun secara terstruktur dan diisi sendiri oleh responden. Data yang terkumpul
kemudian dianalisa secara kualitatif dan kuantitatif tergantung pada tujuan dan
disain studi. Survei KAP didisain secara khusus untuk menjaring informasi
tentang topik tertentu. Data hasil survei KAP bermanfaat untuk membantu
merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi suatu kegiatan (Crini dan Jullien
2009).
Pengetahuan
Pengetahuan merupakan sekumpulan informasi yang dipahami, yang
diperoleh melalui proses belajar selama hidup dan dapat digunakan sewaktuwaktu sebagai alat penyesuaian diri sendiri maupun lingkungan (Supriyadi 1993).
Sikap
Sikap adalah reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap
suatu stimulus atau objek (Notoatmojo 2003). Sikap merupakan kesiapan atau
kesediaan untuk bertindak dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu.
Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktifitas, akan tetapi merupakan
predisposisi tindakan/praktik atau praktik. Suatu sikap belum tentu terwujud
dalam suatu tindakan. Untuk terwujudnya sikap menjadi suatu perbuatan
nyata/praktik diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang
memungkinkan, antara lain fasilitas (Sarwono 2002).
Praktik
Praktik adalah kebiasaan bertindak yang menunjukkan tabiat seseorang yang
terdiri dari pola-pola tingkah laku yang digunakan oleh individu dalam melakukan
kegiatannya. Lebih jauh dikatakan bahwa tindakan itu terjadi karena adanya
penyebab (stimulus), motivasi, dan tujuan dari tindakan itu. Tindakan dianggap
sebagai hasil interaksi antara faktor-faktor yang terdapat di dalam diri sendiri
(karakteristik individu) dan faktor luar (faktor eksternal). Proses interaksi itu
sendiri terjadi pada kesadaran atau pengetahuan seseorang (Sarwono 2002).
Hubungan antara Pengetahuan, Sikap, dan Praktik
Hubungan antara pengetahuan, sikap, dan praktik dapat memberikan
gambaran mengenai faktor-faktor yang dapat memengaruhi praktik dalam hal
pengendalian avian influenza. Tindakan individu sangat dipengaruhi oleh sikap
maupun pengetahuannya. Seseorang bersikap suka atau tidak suka, baik atau tidak
baik, senang atau tidak senang terhadap suatu objek sangat dipengaruhi oleh
pengalamannya atau pengetahuannya (Harihanto 2001)
Sarwono (2002) menyatakan bahwa sikap terbentuk dari pengalaman
melalui proses belajar. Proses belajar itu sendiri dapat terjadi melalui proses
kondisioning klasik atau melalui proses belajar sosial atau karena pengalaman
langsung. Sikap juga sangat memengaruhi tanggapan seseorang terhadap masalah

4
kemasyarakatan termasuk masalah lingkungan. Seseorang mempunyai sikap
positif terhadap suatu objek, besar kemungkinan mempunyai niat untuk bertindak
positif juga terhadap objek tersebut, dan timbulnya sikap positif tersebut didasari
oleh adanya pemikiran dan pengetahuan terhadap objek tersebut.

METODE
Waktu dan Tempat
Penelitian dilaksanakan dari bulan Maret sampai dengan April 2015 di Pasar
Jatinegara yang berlokasi di Jalan Kemuning Mede No.1 Jatinegara, Jakarta
Timur, Provinsi DKI Jakarta.

Metode Penelitian
Kerangka Konsep
Kerangka konsep yang dibangun dalam penelitian ini digambarkan pada
Gambar 1.

Pengetahuan pedagang
mengenai pengendalian AI
Karakteristik Pedagang Unggas:
- Jenis Kelamin
- Usia
- Tingkat pendidikan
- Pengalaman berdagang
- Sarana informasi
mengenai AI

Praktik pedagang
mengenai pengendalian AI

Sikap pedagang terhadap
pengendalian AI

Gambar 1 Kerangka konsep penelitian

5
Definisi Operasional
Tabel 1 Definisi operasional peubah penelitian
No
1

Peubah
Jenis
Kelamin

Definisi Operasional
Jenis kelamin pedagang

Alat ukur
Kuesioner

Cara ukur
Wawancara

Skala
Skala nominal:
1 = Laki-laki
2 = Perempuan
Skala interval:
1 = < 25 tahun
2 = 25-45 tahun
3 = >45 tahun
Skala nominal:
1 = SD
2 = SMP
3 = SMA
4= S1
Skala interval:
1 = 10 tahun
Skala nominal:
1 = Penyuluhan
Dinas
2 = Media
elektronik
3 = Media cetak
4 = Pemflet
5 = lainnya
Skala ordinal:
1 = Buruk
2 = Sedang
3 = Baik

2

Usia

Kuesioner

Wawancara

3

Pendidikan

Usia pedagang
Keterangan :
Pengelompokan usia
menurut DEPKES (2014)
Jenjang pendidikan
formal pedagang

Kuesioner

Wawancara

4

Pengalaman

Pengalaman berdagang
unggas

Kuesioner

Wawancara

5

Akses
Informasi

Akses informasi pedagang
terhadap AI

Kuesioner

Wawancara

6

Pengetahuan

Kuesioner

Wawancara

7

Sikap

Kuesioner

Wawancara

Skala ordinal:
1 = Buruk
2 = Sedang
3 = Baik

8

Praktik

Pengetahuan pedagang
terhadap pengendalian AI
Keterangan:
Pengetahuan buruk (nilai
10)
Sikap pedagang terhadap
pengendalian AI
Keterangan:
Sikap buruk (nilai 20)
Praktik pedagang
terhadap pengendalian AI
Keterangan:
Praktik buruk (nilai 10)

Kuesioner

Wawancara

Skala ordinal:
1 = Buruk
2 = Sedang
3 = Baik

Desain Penelitian
Penelitian dirancang menggunakan kajian lapang lintas seksional (crosssectional). Data diperoleh dari wawancara kepada responden menggunakan
kuesioner yang disusun secara terstruktur.

6
Penarikan Sampel
Unit sampel dalam penelitian ini adalah pedagang unggas di Pasar
Jatinegara. Besaran sampel yang diguanakan yaitu sebanyak 30 sampel karena
penelitian ini termasuk kedalam penelitian sosial. Menurut Cargan (2007) besaran
sampel dalam studi sosial adalah sebanyak 30 sampai dengan 500 sampel.
Teknik penarikan sampel pedagang yang digunakan pada penelitian ini
adalah teknik penarikan contoh acak sederhana. Daftar pedagang unggas
diperoleh dari Koperasi Binaan Kemuning II di Pasar Jatinegara.
Kuesioner
Kuesioner disusun secara terstruktur untuk mendapatkan data tentang
karakteristik, pengetahuan, sikap, dan praktik pedagang unggas di Pasar
Jatinegara dalam pengendalian avian influenza. Kuesioner terdiri atas empat
bagian yaitu karakteristik responden, tingkat pengetahuan responden mengenai
pengendalian avian influenza, sikap responden terhadap pengendalian avian
influenza, dan praktik responden dalam pengendalian avian influenza.
Uji Validitas dan Reliabilitas
Uji validitas terhadap kuesioner telah dilakukan dengan analisis Korelasi
Pearson Product-Moment, yaitu mengorelasikan skor peubah jawaban responden
dengan total skor masing-masing peubah. Hasil korelasi dibandingkan dengan
nilai kritis pada taraf signifikan 0.05. Menurut Sarwono (2006) validitas berkaitan
dengan persoalan untuk membatasi atau menekan kesalahan-kesalahan dalam
penelitian sehingga hasil diperoleh akurat dan berguna untuk dilaksanakan.
Reliabilitas kuesioner diuji dengan metode belah dua atau split half method
dimana reabilitas diukur dengan menentukan hubungan antara skor dua paruh
yang ekuivalen.
Pengodean
Karakteristik Usia dikategorikan menjadi tiga bagian yaitu anak sampai
dengan remaja akhir yaitu dibawah 25 tahun, dewasa awal sampai dengan dewasa
akhir yaitu 25 sampai dengan 45 tahun, dan diatas manula awal yaitu diatas 45
tahun (Depkes 2014). Pengalaman berdagang juga dikategorikan menjadi tiga
bagian, yaitu baru yaitu dibawah 5 tahun, sedang yaitu 5 sampai dengan 10 tahun,
dan lama diatas10 tahun.
Penilaian tingkat pengetahuan pedagang unggas dilakukan dengan cara
merancang 15 pertanyaan. Pertanyaan tersebut terdiri dari pernyataan positif yaitu
jawaban benar adalah jika responden memilih jawaban ‘benar’, dan pertanyaan
negatif dimana jawaban benar adalah jika responden memilih jawaban ‘salah’.
Pernyataan positif dan negatif tersebut berguna untuk menghilangkan bias dari
jawaban responden.
Setiap jawaban yang benar dari pertanyaan mengenai pengetahuan
pengendalian avian influenza diberikan nilai 1. Sementara jawaban yang salah dan
tidak tahu diberikan nilai 0 (Palaian et al. 2006). Dengan demikian untuk
pengetahuan, nilai maksimumnya adalah 15 dan nilai minimumnya adalah 0.
Berdasarkan kriteria penilaian di atas, maka untuk menilai tingkat pengetahuan
pedagang unggas adalah sebagai berikut:
- Pengetahuan buruk jika nilai 10
Penilaian tingkat sikap pedagang unggas dilakukan dengan cara merancang
15 pernyataan mengenai pengendalian avian influenza dengan menggunakan skala
likert yaitu ‘setuju’, ‘tidak setuju’, dan ‘ragu-ragu’. Setiap jawaban setuju dari
pernyataan mengenai sikap diberikan nilai 2, jawaban netral (ragu-ragu) diberikan
nilai 1 dan jawaban salah diberikan nilai 0. Dengan demikian untuk tingkat sikap,
nilai maksimumnya adalah 30 dan nilai minimumnya adalah 0. Berdasarkan
kriteria penilaian di atas, maka untuk menilai tingkat sikap pedagang unggas
adalah sebagai berikut :
- Sikap buruk jika nilai 20
Penilaian tingkat praktik pedagang unggas dilakukan dengan merancang
sebanyak 15 check list. Penilaian diberikan nilai 1 pada jawaban ‘ya’ dan nilai 0
pada jawaban ‘tidak’. Dengan demikian untuk tingkat praktik terhadap
pengendalian avian influenza nilai maksimumnya adalah 15 dan nilai
minimumnya adalah 0. Berdasarkan kriteria penilaian di atas, maka untuk menilai
tingkat sikap pedagang unggas adalah sebagai berikut :
- Praktik buruk jika nilai 10

Analisis Data
Data dianalisis menggunakan uji khi-kuadrat untuk mengetahui hubungan
antara peubah yang diamati. Manajemen dan analisis data dilakukan dengan
menggunakan program Microsoft Excel 2007.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Profil Kios Unggas di Pasar Jatinegara
Kios unggas di Pasar Jatinegara terletak di lingkungan pusat perdagangan
Pasar Jatinegara di daerah pinggiran Jalan Jatinegara yang merupakan bagian dari
pasar tradisional. Blok pedagang unggas di Pasar Jatinegara terletak di Jalan
Kemuning Mede No. 1 yang didalamnya terdapat pemukiman warga, tempat
berjualan makanan dan beberapa kios lainnya. Kios unggas di Pasar Jatinegara
merupakan kios tanpa bangunan khusus. Terdapat sungai yang mengalir tepat di
belakang lokasi kios pedagang unggas di Pasar jatinegara. Keberadaan kios
unggas di Pasar Jatinegara sangat strategis karena berdekatan dengan Stasiun
Jatinegara, Halte Bus Jatinegara, dan terletak di jalan umum yang sering dilewati
oleh masyarakat.
Jumlah pedagang unggas di Pasar Jatinegara adalah sebanyak 50 orang yang
sebagian besar berjenis kelamin laki-laki. Terdapat beberapa jenis unggas yang

8
dijual, diantaranya unggas ayam, unggas air, unggas eksotik, dan unggas
bernyanyi. Selain menjual unggas hidup, beberapa pedagang unggas di Pasar
Jatinegara juga melayani jasa pemotongan unggas untuk konsumsi.

Karakteristik Responden
Karakteristik pedagang unggas di Pasar Jatinegara meliputi, jenis kelamin,
usia, tingkat pendidikan formal, pengalaman berdagang unggas, dan sarana
informasi mengenai pengendalian avian influenza. Hasil penelitian menunjukkan,
dari 30 sampel yang diteliti, semua pedagang berjenis kelamin laki-laki. Sebanyak
23 (76.7%) pedagang berada pada usia dewasa yaitu 25 sampai dengan 45 tahun,
diikuti pedagang berusia lebih dari 45 tahun (20%) dan pedagang berusia kurang
dari 25 tahun (3.3%). Sebagian besar (60%) pedagang unggas di Pasar Jatinegara
memiliki tingkat pendidikan lulus SD dan hanya sebagian kecil saja (26.6%) yang
memiliki tingkat pendidikan lulus SMP dan lulus SMA/SMK (13.3%). Pedagang
yang berpendidikan lebih tinggi umumnya lebih dapat menerima wawasan terkini
sehingga akanlebih mudah menerima sesuatu yang dianggapnya positif untuk
keberlanjutan usaha pedagang unggas tersebut. Kheiri et al. (2011) menyatakan
bahwa pendidikan meningkatkan pengetahuan dan menghasilkan sikap yang lebih
baik.
Tabel 2 Karakteristik pedagang unggas di Pasar Jatinegara
No
1

2

3

4

5

Karakteristik Pedagang
Jenis kelamin
-Laki-laki
-Perempuan
Usia
-45 Tahun
Tingkat Pendidikan
-SD
-SMP
-SMA
-Perguruan Tinggi
Pengalaman berdagang
-10 Tahun
Sarana Informasi mengenai
avian influenza
-Penyuluhan dinas setempat
-Media elektronik
-Media cetak
-Pamlet
-Lainnya

Jumlah Responden

Persentase (%)

30
0

100
0

1
23
6

3.3
76.7
20

18
8
4
0

60
26.7
13.3
0

7
1
22

23.3
3.3
73.3

0
16
12
1
9

0
53.3
40
3.3
30

Pengalaman berdagang sangat penting bagi pedagang dalam manajemen
pemeliharaan unggas. Sebagian besar pedagang unggas di Pasar Jatinegara
(73.3%) memiliki pengalaman berdagang unggas lebih dari 10 tahun, diikuti oleh
pedagang unggas yang memiliki pengalaman berdagang dibawah 5 tahun (23.3%),

9
dan sebagian kecil pedagang memiliki pengalaman berdagang diantara 5 sampai
dengan 10 tahun (3.3%).
Sarana informasi mengenai avian influenza sangat berpengaruh terhadap
pengetahuan pedagang terhadap avian influenza. Sebagian besar pedagang
mengetahui avian influenza dari berita media elektronik (53.3%) dan media cetak
(40%). Hanya sebagian kecil (3.3%) pedagang saja yang mendapat informasi
mengenai avian influenza dari pamflet-pamflet dari pemerintah maupun lembaga
swadaya masyarakat. Seluruh pedagang unggas di Pasar Jatinegara menyatakan
belum pernah mendapatkan penyuluhan secara langsung dari pemerintah maupun
pihak lain mengenai avian influenza.
Karakteristik Pemeliharaan Unggas
Karakteristik pemeliharaan unggas terdiri dari tiga aspek yaitu, karakteristik
unggas yang dijual, manajemen kandang unggas, dan manajemen kesehatan
unggas yang masing-masing dapat dilihat secara rinci pada Tabel 3, 4, dan 5.
Tabel 3 Karakteristik unggas yang dijual di Pasar Jatinegara
No
1

2

3

Karakteristik
Kelompok unggas yang
dijual
-Unggas ayam
-Unggas air
-Unggas eksotik
-Unggas bernyanyi
Tempat Mendapatkan
Unggas
-Pembibitan/peternakan
-Pasar Unggas
-Pedagang Eceran
-Hutan/Tangkap liar
Asal Unggas
-Pulau Jawa
-Luar Jawa
-Mancanegara

Jumlah Responden

Persentase (%)

13
6
15
10

43.3
20
50
33.3

17
18
1
1

56.7
60
3.3
3.3

30
1
0

100
3.3
0

Jenis unggas yang dijual oleh pedagang unggas di Pasar Jatinegara
dikatagorikan menjadi empat jenis yakni, jenis unggas ayam, unggas air, unggas
eksotik, dan unggas bernyanyi. Pedagang unggas di Pasar Jatinegara menjual
beberapa kelompok unggas dalam satu kios. Hasil penelitian menunjukkan
setengah dari populasi pedagang (50%) menjual unggas eksotik seperti love bird,
kakatua, beo, burung hantu, gelatik, dara, kenari, merpati, dan jalak. Banyaknya
pedagang yang menjual unggas eksotik disebabkan tingginya permintaan pembeli
terhadap unggas tersebut. Sebanyak 43.3% pedagang menjual jenis unggas ayam,
antara lain day old chick (DOC), ayam kampung, kate, pelung, jago, dan broiler.
Sebagian kecil pedagang menjual jenis ungas bernyanyi (33.3%) dan unggas air
(20%).

10
Tabel 4 Karakteristik kandang unggas di Pasar Jatinegara
No
1

2

3

Karakteristik
Cara memelihara Unggas di
kandang
-1 ekor dalam 1 kandang
-Beberapa ekor dalam 1
kandang (1 jenis)
-Beberapa ekor dalam 1
kandang (berbeda jenis)
Bahan kandang
-Kayu
-Bambu
-Kawat
-Besi
Alas kandang
-Semen
-Lantai
-Tanah
-Sekam/jerami
-Besi
-Kayu

Jumlah responden

Persentase (%)

14
25

46.7
83.3

5

16.7

20
20
1
17

66.7
66.7
3.3
56.7

11
3
5
2
15
14

36.7
10
16.7
6.7
50
46.7

Tabel 5 Manajemen kesehatan unggas di Pasar Jatinegara, Jakarta
No
1

2

3

4

Karakteristik
Unggas pernah divaksin
-Ya
-Tidak
Unggas pernah diberi obat
-Ya
-Yidak
Unggas diberi vitamin
-Ya
-Tidak
Gejala penyakit yang pernah
muncul
-Lemas
-Batuk
-Tidak mau makan
-Tuka
-Patah tulang
-Menggigil
-Diare

Jumlah responden

Persentase (%)

1
29

3.3
96.7

0
30

0
100

6
24

20
80

27
3
22
21
3
7
7

90
10
73.3
70
10
23.3
23.3

Mayoritas pedagang mendapatkan unggas yang mereka jual dari pembibitan
atau peternakan (56.7%) dan pasar unggas lainnya disekitar Jakarta (60%).
Sebagian kecil pedagang mengaku mendapatkan unggas dari hutan dan tangkapan
liar. Unggas yang ditangkap liar atau berasal dari hutan sangat berpotensi
menularkan penyakit ke unggas lainnya di pasar. Hasil penelitian juga
menunjukkan terdapat 3.3% pedagang menjual unggas yang berasal dari luar
pulau Jawa. Perpindahan unggas dari satu daerah ke daerah lain dapat
memunculkan penyakit baru di daerah yang semula belum terdapat penyakit
tertentu (Martindah et al. 2006).
Unggas air liar menjadi pembawa virus yang unik karena virus dapat
berkembang biak dalam saluran pencernaan tanpa menimbulkan gejala klinis.

11
Kemampuan unggas air liar untuk bermigrasi dalam jarak yang sangat jauh
menjadi penyebab penularan virus ke unggas domestik (Hewajuli dan
Dharmayanti 2012).
Kandang unggas sangat berpengaruh terhadap kesehatan unggas. Mayoritas
pedagang (83.3%) memelihara banyak unggas yang spesiesnya sama dalam satu
kandang, jika kepadatan unggas tidak terlalu tinggi hal ini masih layak dilakukan.
Terdapat 46.7% pedagang memelihara satu unggas dalam satu kandang atau
sangkar yang umumnya adalah unggas khusus kontes seperti unggas bernyanyi
dan ayam jago. Jumlah pedagang yang memelihara unggas berbeda spesies dalam
satu kandang adalah sebesar 16.7%. Hal ini perlu dihindari karena unggas yang
berbeda spesies memiliki perilaku alamiah yang berbeda-beda, dan dapat saling
bertukar penyakit antar spesies. Pedagang melakukan hal tersebut karena
keterbatasan kandang yang dimiliki.
Bahan utama kandang dan bahan alas kandang juga sangat berpengaruh
terhadap kesehatan unggas.Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar
pedagang menggunakan kayu (66.7%), bambu (66.7%), dan besi (56.7%) sebagai
bahan dasar kandang.Sebagian besar pedagang memilih besi (50%), kayu (46.7%),
dan semen (36.6%) untuk bahan alas kandang.
Pemberian vaksin, obat, dan multi vitamin yang baik dan benar pada unggas
dapat mencegah unggas terserang penyakit seperti avian influenza. Hasil
penelitian menunjukkan seluruh responden tidak pernah memberikan obat apapun
kepada unggas yang mengalami gejala penyakit. Sebagian kecil pedagang (3.3%)
memberikan vaksin kepada unggas yang dijual. Dalam hal pemberian vitamin,
20% pedagang mennyatakan memberikannya kepada unggas yang dijual, sebagian
besar adalah unggas untuk keperluan kontes.

Praktik Biosekuriti Pedagang Unggas di Pasar Jatinegara
Praktik biosekuriti terdiri dari tiga aspek utama yaitu sanitasi, isolasi, dan
pengendalian lalu lintas (Baker 2012). Aspek sanitasi merupakan salah satu unsur
penting dalam mencegah masuknya virus avian influenza ke pasar unggas. Aspek
sanitasi pertama yang dibahas adalah kegiatan pengelolaan kebersihan di sekitar
area kandang unggas (Tabel 6). Hasil wawancara responden yang dilakukan
menunjukkan, 100% pedagang membersihkan kandang unggas. Sebanyak 56.7%
pedagang mencuci area kandang dengan cara menggunakan air saja, sedangkan
6.7% pedagang membersihkan dengan cara hanya menyapu kandang, sisanya
mencuci menggunakan detergen. Sebagian besar (56.7%) pedagang unggas di
Pasar Jatinegara mencuci kandang unggas hampir setiap hari.
Kebersihan kandang sangat penting dilakukan dan menjadi prioritas utama
di dalam manajemen pemeliharaan dan kesehatan burung. Kandang yang kotor
menjadi tempat bersarangnya agen patogen termasuk virus avian influenza.Virus
avian influenza dapat dikeluarkan dari burung yang sakit melalui mukus ataupun
feses yang langsung mengontaminasi kandang. Menurut Martin et al. (2010),
kegiatan seperti pembersihan dan desinfeksi kandang setiap hari berperan besar
dalam menurunkan risiko keberadaan virus HPAIV H5N1.
Aspek sanitasi lainnya yang juga penting adalah mengenai praktik higiene
personal yang dilakukan pedagang burung pada saat memelihara dan merawat

12
unggas. Pada praktik higiene personal, sebagian besar (60%) pedagang melakukan
praktik mencuci tangan namun tidak banyak yang menggunakan detergen maupun
desinfektan. Mencuci tangan hanya menggunakan air adalah praktik yang tidak
efektif untuk mengeliminasi patogen yang terbawa melalui tangan pedagang.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa seluruh responden tidak pernah
menggunakan pakaian khusus dalam menangani unggas di pasar. Pedagang tidak
menggunakan pakaian khusus karena merasa tidak praktis dan sudah terbiasa
dengan pakaian yang digunakan sehari-hari saat berdagang.
Praktik isolasi merupakan aspek penting dalam biosekuriti (Tabel 7).
Sebanyak 50% pedagang langsung mencampurkan unggas yang mereka dapatkan
dengan unggas lain dan terdapat 36.7% pedagang menempatkan unggas yang baru
mereka dapat secara terpisah. Sebagian besar pedagang (60%) tidak
membersihkan kandang untuk unggas yang baru.
Tabel 6 Praktik sanitasi pedagang unggas di Pasar Jatinegara
No
1

2

3

4

5

6

7

Aspek sanitasi
Membersihkan kandang unggas
-Ya
-Tidak
Cara membersihkan kandang
-Disapu saja
-Dicuci dengan air
-Dicuci dengan detergen
-Dicuci dengan detergen dan
desinfektan
Frekuensi membersihkan kandang
-Setiap hari
-Beberapa kali seminggu
-Seminggu sekali
-Beberapa kali sebulan
-Sebulan sekali
-Tidak teratur
Penanganan kotoran unggas
-Dibuaang ke selokan/sungai
-Ditampung di penampungan
khusus
-Diolah menjadi pupuk
-Dibuang ke tempat sampah umum
Cuci tangan ketikan menangani
unggas
-Selalu
-Kadang-kadang
-Tidak
Cara cuci tangan
-Dengan air saja
-Dengan detergen
-Dengan desinfektan
-Dengan detergen dan desinfektan
Pakaian khusus dalam menangani
unggas
-Selalu
-Kadang-kadang
-Tidak

Jumlah responden

Persentase(%)

30
0

100
0

2
17
11
0

6.7
56.7
36.7
0

17
13
0
0
0
0

56.7
43.3
0
0
0
0

21
4

70
13.3

0
5

0
16.7

4
21
5

13.3
70
16.7

18
7
0
0

60
23.3
0
0

0
0
30

0
0
100

13
Mayoritas area kandang unggas (96.7%) di Pasar Jatinegara merupakan kios
tanpa bangunan khusus sehingga unggas liar dapat masuk ke area kandang.
Masuknya unggas liar ke area kandang dapat menjadi potensi penyebaran avian
influenza di Pasar unggas. Sebanyak 86.7% pedagang menyatakan tidak
melakukan apapun terhadap unggas yang sakit, hanya 13.3% pedagang yang
melakukan tindakan pengobatan terhadap unggas yang sakit khususnya unggas
yang memiliki harga jual tinggi. Perlakuan terhadap unggas yang mati merupakan
hal yang penting dalam pengendalian avian influenza. Sebanyak 96.6% pedagang
unggas membuang unggas yang mati ke tempat sampah umum, dan sebanyak
36.7% pedagang unggas membuang unggas yang mati ke selokan atau sungai.
Pedagang unggas bisa saja melakukan perlakuan yang berbeda dalam hal
penanganan unggas yang mati.
Tabel 7 Praktik isolasi pedagang unggas di Pasar Jatinegara
No
1

2

3

6

7

Aspek Isolasi
Ketika mendapatkan unggas baru
-Ditempatkan pada kandang
terpisah
-Langsung dicampur dengan
unggas lain
-Hanya memiliki unggas baru jika
yang lama habis
Kandang yang digunakan terhadap
unggas baru
-Kandang lama yang dibersihkan
-Kandang lama yang tidak
dibersihkan
Unggas liar dapat masuk area
kandang
-Ya
-Tidak
Perlakuan terhadap unggas sakit
-Tidak melakukan apa-apa
-Diobati
Perlakuan terhadap unggas yang
mati
-Dikubur
-Dibakar
-Diberikan sebagai pakan hewan
-Dibuang ke tempat sampah
-Dibuang ke selokan/sungai

Jumlah responden

Persentase (%)

11

36.7

15

50

4

13.3

18
12

60
40

29
1

96.7
3.3

26
4

86.7
13.3

3
0
3
29
11

10
0
10
96.7
36.7

Dalam hal praktik pengendalian lalu lintas untuk mencegah masuk dan
keluarnya agen patogen, banyak kegiatan yang dapat menjadi sumber penyebaran
penyakit avian influenza. Kegiatan tersebut dapat dilihat pada Tabel 8. Sebanyak
30% pedagang menyatakan pernah meminjam kandang dari pedagang lain dan
75% diantaranya tidak membersihkannya terlebih dahulu. Sebanyak 30%
pedagang menyatakan pernah dititipkan unggas oleh pedagang lain dan 22.2%
diantaranya memelihara unggas yang dititipkan dengan cara langsung dicampur
dengan unggas lainnya. Seluruh area kandang unggas di Pasar Jatinegara bebas
dimasuki orang lain.

14
Tingkat Pengetahuan, Sikap, dan Praktik
Tingkat pengetahuan, sikap, dan praktik yang dilakukan oleh responden
pedagang unggas di Pasar Jatinegara disajikan pada Tabel 9. Sebanyak 46.7%
pedagang unggas termasuk dalam kategori pengetahuan sedang, 40% pedagang
memiliki pengetahuan buruk, dan hanya 4% saja yang memiliki pengetahuan baik
mengenai pengandalian avian influenza. Pengetahuan yang baik dapat mendukung
responden untuk bersikap dan berpraktik baik.Sikap dan praktik baik tersebut
dapat mendorong responden untuk melakukan pengendalian avian influenza
(Wicaksono 2013).
Tabel 8 Praktik Pengendalian lalu lintas pedagang unggas di Pasar Jatinegara
No
1

2

3

4

5

Aspek sanitasi
Pernah meminjam kandang
-Ya
-Tidak pernah
Perlakuan terhadap kandang yang
dipinjam
-Langsung dipakai
-Dibersihkan terlebih dahulu
Dititipkan unggas oleh pedagang
lain
-Ya
-Tidak pernah
Unggas yang dititipkan
dikandangkan secara terpisah
-Ya
-Tidak
Orang lain bebas keluar-masuk
area kandang
-Ya
-Tidak

Tabel 9
No
1

2

3

Jumlah responden

Persentase (%)

9
21

30
70

6
2

20
6.7

9
21

30
70

6
2

20
6.7

30
0

100
0

Pengetahuan, sikap, dan praktik pedagang unggas di Pasar Jatinegara
terhadap pengendalian avian influenza

Peubah yang diamati
Pengetahuan pedagang terhadap
pengendalian AI
-Buruk
-Sedang
-Baik
Sikap pedagang terhadap
pengendalian AI
-Buruk
-Sedang
-Baik
Praktik pedagang terhadap
pengendalian AI
-Buruk
-Sedang
-Baik

Jumlah responden

Persentase (%)

12
14
4

40
46.7
13.3

2
28
0

6.7
93.3
0

13
15
2

43.3
50
6.7

15
Sikap merupakan respon terhadap sesuatu hal dengan tingkatan menerima,
menghargai, dan merespon (Chaiklin 2011).Sebagian besar pedagang unggas
(93.3%) memiliki sikap yang sedang terhadap pengendalian avian influenza,
sedangkan sisanya (6.7%) memiliki sikap yang buruk terhadap pengendalian
avian influenza.
Praktik merupakan tindakan yang dipengaruhioleh berbagai aspek, yaitu
persepsi, mengenal, serta memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan
yang akan diambil (Notoatmodjo 2003). Penelitian ini menunjukkan 50%
pedagang memiliki praktik yang sedang terhadap pengendalian avian influenza,
diikuti oleh 43.3% pedagang yang memliki praktik kategori buruk, dan hanya
6.7% pedagang memiliki praktik kategori baik.
Sebagian besar (93.3%) responden memiliki sikap dengan katagori sedang
terhadap pengendalian avian influenza. Sikap pedagang unggas tersebut tidak
sejalan dengan praktik pengendalian avian influenza yang berada dalam katagori
sedang cenderung buruk. Berbeda dengan penelitian Wicaksono (2013),
menyatakan pedagang yang bersikap positif dan menerima pentingnya biosekuriti
cenderung akan melakukan praktik biosekuriti sehingga memperoleh tingkat
biosekuriti yang baik. Ketidaktegasan pemerintah dan tidak adanya peraturan
hukum yang mengatur secara detail mengenai praktik pengendalian avian
influenza di pasar dapat menjadi faktor hal tersebut terjadi.

Faktor-Faktor yang Memengaruhi Praktik Pengendalian Avian Influnza
Penelitian ini mengidentifikasi faktor-faktor yang berkaitan dengan praktik
pedagang unggas terhadap pengendalian avian influenza. Berdasarkan analisis
statistik seperti ditunjukkan pada Tabel 10 influenza oleh pedagang unggas di
Pasar Jatinegara. Sarana informasi melalui media elektronik (televisi dan radio)
dan pengetahuan mengenai pengendalian avian influenza memiliki pengaruh
terhadap praktik pengendalian avian influenza.
Tabel 10

Hubungan antara karakteristik pedagang unggas dengan praktik
pengendalian avian influenza

Faktor
P
Nilai 2
Usia
2.027
0.731
Tingkat pendidikan
0.817
0.936
Pengalaman berdagang
1.846
0.764
Sarana Informasi
-Penyuluhan dinas setempat
19.327
-Media elektronik
0.000*
-Media cetak
1.538
0.463
-Pamflet-pamflet
1.353
0.508
-Lainnya
0.757
0.685
5
39.000
0.000*
Pengetahuan
6
Sikap
2.143
0.343
*Menunjukkan adanya asosiasi terhadap praktik pengendalian avian influenza pada P < 0.05
No
1
2
3
4

Pengetahuan memiliki hubungan yang nyata terhadap praktik pengendalian
avian influenza. Pengetahuan berbanding lurus dengan praktik atau tindakan yang
dilakukan oleh seseorang. Hal ini sejalan dengan penelitian Wicaksono (2013)

16
yaitu semakin pedagang mengetahui pentingnya melakukan praktik biosekuriti
untuk mencegah masuknya penyakit AI, maka semakin terpacu pedagang untuk
melakukan praktik biosekuriti tersebut.Pengetahuan pedagang unggas terhadap
pengendalian avian influenza sangat dipengaruhi oleh akses informasi yang
didapat. Sarana informasi yang memengaruhi pedagang dalam hal praktik
pengendalian avian influenza adalah media elektronik. Berita mengenai penyakit
avian influenza di televisi merupakan salah satu cara untuk mendapatkan
informasi secara efektif dibandingkan dengan sarana informasi lainnya.

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Tingkat pengetahuan sebagian besar pedagang unggas di Pasar Jatinegara
mengenai pengendalian avian influenza berada pada kategori buruk sampai
dengan sedang. Begitu pula dalam praktik pengendalian avian influenza,
mayoritas responden berada padakategori buruk sampai dengan sedang.Sebagian
besar sikap responden terhadap pengendalian avian influenza berada pada kategori
sedang.
Faktor-faktor yang memengaruhi praktik pengendalian avian influenza
adalah pengetahuan pedagang unggas mengenai pengendalian avian influenza dan
akses informasi yang bersumber dari media elektronik.

Saran
Perlu dilakukan sosialisasi pada pedagang unggas terkait pengendalian
avian influenza oleh pemerintah atau dinas setempat kepada pedagang unggas
untuk meningkatkan pengetahuan dan sikap terhadap pengendalian avian
influenza. Sosialisasi dapat dilakukan secara langsung ataupun tidak langsung
melalui media cetak dan elektronik. Perlu dibuat peraturan hukum secara detail
tentang pengendalian avian influenza di pasar unggas oleh pemerintah agar
praktik pengendalian avian influenza yang dilakukan pedagang unggas berjalan
dengan baik.

DAFTAR PUSTAKA
Baker RB. 2012. Exploring the Science Behind Biosecurity and PRRS. Iowa
(UK): Iowa State University.
Cargan L. 2007. Doing Social Research. Maryland (US): Rowman & Littleshield.
Chaiklin H. 2011. Attitude, behavior, and social practice.JSSW [Internet].
[diunduh
2015
juni
28];
28(1):31-54.
Tersedia
pada:http://www.wmich.edu/hhs/newsletters_journals/jssw_institutional/institu
tional_subscribers/38.1.Chaiklin.pdf

17
Crini V, Jullien P. 2009. Knowledge, Attitudes and Practices for Risk Education:
How to Implement KAP Surveys. London (UK): Handicap International.
[Depkes RI] Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2014. Profil Kesehatan
Indonesia. Jakarta(ID): Depkes RI.
[Ditjennak] Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan. 2007.
Peraturan Dirjen Peternakan No.59/Kpts/PD.610/05/2007. Jenis-Jenis Penyakit
Hewan Menular yang Mendapat Prioritas Pengendalian dan atau
Pemberantasannya. Jakarta (ID): Kementan RI.
Harihanto. 2001. Persepsi, sikap dan perilaku masyarakat terhadap air sungai.
[disertasi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Hewajuli DA, Dharmayanti NLPI. 2012. Sirkulasi sirus flu burung subtipe H5
pada unggas di Jawa Barat, Banten, dan Jawa Timur. J Veteriner [internet].
[diunduh 2015 Juli 2]; 13(3):293-302. Tersedia pada: http://ojs.unud.ac.id
/index.php/jvet/article/viewFile/6018/4496
Iqbal M, Nurmanaf AR, Agustian A. 2009. Analisis penerapan kebijakan
pengendalian biosekuriti terhadap penyakit flu burung di Jakarta. Analisis
Kebijakan Pertanian [Internet]. [diunduh 2015 Mar 23]; 7(1):65-85. Tersedia
pada: http://pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/ART7-1d.pdf
[Kementan] Kementerian Pertanian. 2013. Peraturan Menteri Pertanian No
04/Permentan/OT.140/1/2013. Unit Respon Cepat Penyakit Hewan Menular
Strategis. Jakarta (ID): Kementan RI.
Kheiri M, Sahebalzamani M, Jahantigh M. 2011. The study of education effect on
knowledge and attitudes toward electroconvulsive therapy among Iranian
nurses and patient’s relatives in a psychiatric hospital 2009-2010. Soc Behav
Sci. 30: 256-260.doi:10.1016/j.sbspro.2011.10.051.
Martin V, Zhou Y, Marshall E, Jia B, Fusheng G, Dixon MAF, de Haan N,
Pfeiffer DU, Magalhaes RJS, Gilbert M. 2010. Risk-based surveillance for
avian influenza control along poultry market chains in South China: the value
of social network analysis. Prev Vet Med. 102(3):196-205.doi:
10.1016/j.prevetmed.2011.07.007.
Martindah E, Priyanti A, Nurhayanti IS. 2006. Kajian pengendalian kebijakan
pengendalian penyakit avian influenza di lapang. Prosiding Lokakarya
Nasional Hasil Teknologi dalam Mendukung Usaha Ternak Berdaya saing.
[Waktu pertemuan tidak diketahui]; Bogor, Indonesia. Bogor (ID): Puslitbang
Peternakan.hlm 168-175.
McLeod A, Morgan N, Parakash A, Hinrich J. 2007. Economic and social impact
of avian influenza. FAO: Emergency Centre for Transboundary Animal
Diseases Operations (ECTAD) [Internet]. [diunduh 2015 Juni 28]; Tersedia
pada: http://www.fao.org/docs/eims/upload/211939/economic-and-social-imp
acts-of-avian-influenza-geneva.pdf
Notoatmodjo S. 2003. Pendidikan dan Praktik Kesehatan. Jakarta (ID): Rineka
Cipta.
Palaian S, Acharya LD, Rao PGM, Ravi P, Nair NM, Nair NP. 2006. Knowledge,
attitude, and practices outcomes: evaluating the impact of counseling in
hospitalized diabetic patiens in india. P&T [Internet]. [diunduh 2015 Mar 11];
31(7):383-396. Tersedia pada: http://t.ptcommunity.com/system/files/PTJ310
7383.pdf

18
Sarwono J. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Yogyakarta (ID):
Graha Ilmu.
Sarwono SW. 2002. Psikologi Sosial: Individu dan Teori-Teori Psikologi Sosial.
Jakarta (ID): Balai Pustaka.
Setiawaty V. 2011. Virulensi dan transmisi virus influenza A pada manusia,
hewan, mamalia dan unggas. Media Litbang Kesehatan [internet]. [diunduh
pada
2015
Juli
1];
22(3):
106-111.
Tersedia
pada:
http://ejournal.litbang.depkes.go.id
/index.php/MPK/article/viewFile/2904/2089
Soejoedono RD, Handharyani E. 2005. Flu Burung. Jakarta (ID): Penebar
Swadaya.
Supriyadi. 1993. Pendekatan Psikologi dalam Pengukuran KAP Dibidang
Kesehatan. Denpasar (ID): Sosiomedika.
Swayne DE. 2008. Avian Influenza. Iowa (US): Blackwell.
Wicaksono A. 2013. Faktor-faktor yang memengaruhi praktik biosekuriti
pedagang pada pasar burung di wilayah DKI Jakarta terkait avian influenza
[tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

19

LAMPIRAN

20

Lampiran 1 Kuesioner Pengetahuan Sikap dan Praktik Pedagang Unggas di
Pasar Jatinegara terhadap Pengendalian Avian Influenza
Kuesioner Pengetahuan Sikap dan Praktik Pedagang Unggas di Pasar Jatinegara Terhadap
Pencegahan Avian Influenza

A.
1.
2.
3.
4.

5.
6.

7.

Data Responden
Nama
:
Alamat
:
No Telepon
:
Jenis Kelamin
:
฀ Laki-laki
฀ Perempuan
Usia
: ….. tahun
Pendidikan
:
฀ SD
฀ SMP
Pengalaman berdagang unggas : …...




SMA
Perguruan Tinggi

tahun

B. Karakteristik Unggas/ Burung yang dijual
8. Kelompok burung / unggas apa saja yang ibu/bapak jual :
Kelompok Burung/Unggas
Spesies/ Jenis
………………………………….
฀ Ayam-ayaman
……………………………….....
฀ Unggas air
……………………………….....
฀ Unggas eksotik
………………………………….
฀ Unggas bernyanyi
9.

10.

11.

12.

13.

Darimana ibu/bapak mendapatkan burung : (Jawaban boleh lebih dari satu)
฀ Hutan
฀ Tempat pembibitan /
peternakan
฀ Tagkap liar
฀ Pasar burung
฀ Lainnya, Sebutkan :
………..
฀ Pedagang eceran
Darimana daerah asal unggas/burung yang ibu/bapak dapatkan : (Jawaban boleh lebih
dari satu)
฀ Pulau Jawa
฀ Luar Jawa, sebutkan ……..
฀ Luar Negeri / Mancanegara, sebutkan : ……….
Berapa ekor unggas/burung yang dapat ibu/bapak jual setiap harinya :
฀ < 10 ekor
฀ 21-50 ekor
฀ 10-20 ekor
฀ > 50 ekor
Berapa lama rata-rata burung dipelihara sebelum terjual :
฀ < 1 minggu
฀ 2 minggu - 1 bulan
฀ 1 - 2 minggu
฀ >1 bulan
Apa yang ibu/bapak lakukan jika ada sebagian unggas/burung tidak terjual atau tersisa :
฀ Dibiarkan dikandang kios
฀ Dibawa kerumah
฀ Lainnya, Sebutkan : ………

21

C. Karakteristik Kandang Unggas/burung
14. Bagaimana cara ibu/bapak memelihara burung/unggas :

฀ Satu ekor dalam satu kandang
฀ Beberapa ekor dalam satu

kandang (satu jenis)
15. Terbuat dari bahan apakah kandang burung ibu/bapak :
฀ Kayu
฀ Bambu
฀ Kawat
฀ Tripleks
16. Terbuat dari apakah alas kadang burung ibu/bapak :
฀ Semen
฀ lantai
฀ alas terpal/ plastik
฀ Tanah

Beberapa ekor dalam satu
kandang (berbeda jenis)
Lainnya, sebutkan: ………..



Besi
Lainnya, sebutkan:
………….





Karet
Sekam/jerami
Lainnya, Sebutkan : …….

D. Riwayat penyakit
17. Apakah burung/unggas anda pernah di vaksin:
฀ Ya, sebutkan vaksin apa : ………….
฀ Tidak
18. Apakah burung/unggas anda pernah diberi obat:
฀ Ya, sebutkan : ……………
฀ Tidak
19. Apakah burung/unggas amda pernah diberi vitamin:
฀ Ya, sebutkan: ……
฀ Tidak
20. Apakah burung/unggas yang anda jual pernah mengalami gejala penyakit:
฀ Ya
฀ Tidak (Lanjut ke no 22)
21. Gejala apa saja yang umumnya anda temui : (Jawaban boleh lebih dari satu)
฀ Menggigil
฀ Lemas
฀ Diare
฀ Batuk
฀ Muntah
฀ Tidak mau makan
฀ Lainnya, sebutkan : …….
฀ Luka
฀ Patah tulang
E. Sarana informasi
22. Apakah anda mengetahui penyakit flu burung :
฀ Ya
฀ Tidak (Lanjut ke no 24 )
23. Darimana anda mengetahui informasi mengenai flu burung :
฀ Media cetak
฀ Penyuluhan dari dinas setempat
฀ Pamflet
฀ Penyuluhan dari pihak lain
฀ Lainnya :………..
฀ Media elektronik
(tv/radio)

22
F. Biosekuriti
Sanitasi
24. Apakah ibu/bapak membersihkan kandang unggas :
฀ Ya
฀ Tidak (Lanjut ke no 27)
25. Bagaimana cara Bapak/Ibu membersihkan kandang burung : (jawaban bisa lebih dari
satu)
฀ Disapu saja
฀ Dicuci dengan air
฀ Dicuci dengan sabun atau detergen saja
฀ Dicuci dengan sabun atau detergen dan diberi desinfektan
฀ Lainnya, sebutkan: …….
26. Kapan saja biasanya ibu/bapak membersihkan kandang burung :
฀ Sebulan sekali
฀ Setiap hari
฀ Lebih dari sebulan sekali
฀ Beberapa kali dalam
(misalnya 2 bulan sekali)
seminggu
฀ Tidak teratur
฀ Seminggu sekali
฀ Tidak pernah
฀ Beberapa kali dalam
sebulan
27. Apa yang Bapak/Ibu lakukan terhadap kotoran burung : (jawaban bisa lebih dari satu)
฀ Membuang ke selokan/sungai
฀ Ditampung di penampungan khusus
฀ Diolah menjadi pupuk
฀ Lainnya, Sebutkan : ….
28. Apa Bapak/Ibu cuci tangan sebelum dan/atau sesudah mengurus Burung :

Selalu

Kadang-kadang

Tidak pernah
29. Dengan apa Bapak/Ibu mencuci tangan

Denga