Pengaruh Kadar Asam Lemak n 6 dan n 3 Pakan yang Berbeda Terhadap Kinerja Pertumbuhan Benih Ikan Batak (Labeobarbus soro)

(1)

PENGARUH KADAR ASAM LEMAK n-6 DAN n-3 PAKAN

YANG BERBEDA TERHADAP KINERJA PERTUMBUHAN

BENIH IKAN BATAK (

Labeobarbus soro

)

HENDRIKO

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN

BOGOR

2007


(2)

ABSTRAK

HENDRIKO. Pengaruh Kadar Asam Lemak n-6 dan n-3 Pakan yang

Berbeda Terhadap Kinerja Pertumbuhan Benih Ikan Batak (Labeobarbus

soro). Dibimbing oleh ING MOKOGINTA, M. AGUS SUPRAYUDI dan

DEDI JUSADI.

Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan kadar asam lemak n-6 dan n-3 yang terbaik dalam pakan yang dapat memacu kinerja pertumbuhan ikan batak

(Labeobarbus soro). Penelitian ini menggunakan 5 macam pakan dengan isoprotein, isolipid dan isoenergi yaitu: pakan A dengan kadar asam lemak n-6 1,3% dan asam lemak n-3 0,2%; B 0,9% dan 0,6%; C 1,2% dan 0,6%; D 1,4% dan 1,0%; dan pakan E 0,6% dan 1,0%. Bobot awal individu ikan uji 5,30±0,12 g per ekor dengan kepadatan 10 ekor per akuarium. Ikan diberi pakan tiga kali sehari secara at satiation, selama 75 hari. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian kadar asam lemak n-6 dan n-3 yang berbeda dalam pakan dapat mempengaruhi pertumbuhan relatif, efisiensi pakan, tingkat hemolisis butir darah merah ikan (p<0,05) dan kandungan lemak tubuh ikan. Pemberian kadar asam lemak n-6 dan n-3 yang berbeda dalam pakan dapat mempengaruhi kadar asam lemak n-6 dan n-3 tubuh ikan batak. Penggunaan kadar asam lemak n-6 1,2% dan n-3 0,6% menghasilkan kinerja pertumbuhan yang terbaik untuk ikan batak.


(3)

ABSTRACT

HENDRIKO, Effects of differentDietary n-6 and n-3 Fatty Acid Level on Growth Performance of Batak Fish (Labeobarbus soro). Under supervision by ING MOKOGINTA, M. AGUS SUPRAYUDI and DEDI JUSADI.

This experiment was conducted to determine the effect of dietary n-6 and n-3 fatty acid level on the growth performance of batak fish (Labeobarbus soro). Five experimental diets were used in this experiment. Diet A containing n-6 fatty acid 1.3 % and n-3 fatty acid 0.2%, B 0.9% and 0,6%, C 1.2% and 0.6%, D 1.4% and 1.0% and E 0.6% and 1.0%. Fish with an initial body weight of 5.30±0.12 g were placed in aquarium, at the density of 10 ind/aquarium. Fish fed on the experimental diets three times dailly at satiation for 75 days. Results showed that different dietary level of n-6 and n-3 fatty acid of the fingerling significantly affect the relative growth rate, feed consumtion, feed efficiency and the red blood cells hemolysis (p<0.05). It was found that diet C with 1.2% n-6 fatty acid and 0.6% n-3 fatty acid produce the best growth performance of batak fish.


(4)

PENGARUH KADAR ASAM LEMAK n-6 DAN n-3 PAKAN

YANG BERBEDA TERHADAP KINERJA PERTUMBUHAN

BENIH IKAN BATAK (

Labeobarbus soro

)

HENDRIKO

Tesis

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains Pada

Program Studi Ilmu Perairan

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR


(5)

Judul : Pengaruh Kadar Asam Lemak n-6 dan n-3 Pakan yang Berbeda Terhadap Kinerja Pertumbuhan Benih Ikan Batak (Labeobarbus soro)

Nama : Hendriko

NIM : C151030141

Disetujui Komisi Pembimbing

Prof. Dr. Ing Mokoginta Ketua

Dr. Dedi Jusadi Anggota

Dr. M. Agus Suprayudi Anggota

Diketahui Ketua Program Studi

Ilmu Perairan

Prof. Dr. Enang Harris

Dekan Sekolah Pascasarjana

Prof. Dr. Ir. Khairil Anwar Notodiputro, MS


(6)

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul Pengaruh Kadar Asam Lemak n-6 dan n-3 yang Berbeda Terhadap Kinerja Pertumbuhan Benih Ikan Batak (Labeobarbus soro) adalah karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada Perguruan Tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Bogor, April 2007

Hendriko


(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Padang Sumatera Barat pada tanggal 28 Februari 1976 dari pasangan Ayahanda Julis dan Ibunda Yusnety. Penulis merupakan putra ke lima dari 5 bersaudara.

Penulis lulus dari SMA Nengeri 7 Padang tahun 1995, dan melanjutkan pendidikan di Universitas Bung Hatta Padang. Gelar sarjana (S-1) diperoleh dari Jurusan Budidaya Perairan Fakultas Perikanan UBH pada tahun 2001. Pada tahun 2003, penulis memperoleh kesempatan untuk melanjutkan pendidikan di Program Studi Ilmu Perairan, Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.


(8)

i DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... ii

DAFTAR GAMBAR ... iii

DAFTAR LAMPIRAN ... iv

PENDAHULUAN Latar belakang ... 1

Perumusan Masalah ... 2

Hipotesis ... 3

Tujuan ... 3

TINJAUAN PUSTAKA Kebutuhan Lemak dan Asam Lemak Esensial... 4

BAHAN DAN METODE Pakan Uji . ... 8

Pemeliharaan Ikan dan Pengumpulan Data... 10

Analisis Kimia…………. ... 11

Analis Data ... 12

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil ... 13

Pembahasan ... 16

SIMPULAN DAN SARAN Simpulan ... 19

Saran ... 19

DAFTAR PUSTAKA ... 20


(9)

ii DAFTAR TABEL

Halaman 1. Kebutuhan asam lemak esensial pada benih dan ikan dewasa ... 6 2. Komposisi pakan uji (g/100g pakan) ... 9 3. Komposisi proksimat pakan uji (% bobot kering) dan energi pakan ... 9 4. Komposisi asam lemak pakan (% bobot kering) ... 10 6. Pertumbuhan relatif (PR), konsumsi pakan (KP) dan

efisiensi pakan (EP) ... 15 6. Komposisi proksimat tubuh, hati dan tingkat hemolisis butir darah

merah ikan batak ... 15 7. Komposisi asam lemak ikan pada awal dan akhir penelitian (% area). 16


(10)

iii DAFTAR GAMBAR

Halaman 1. Rata-rata bobot biomasa ikan batak pada awal dan akhir percobaan ... 13


(11)

iv DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1. Metode ekstraksi lemak dari tepung ikan ... 23

2. Prosedur analisa kimia bahan pakan dan ikan uji (Takeuchi, 1988) ... 23

3. Prosedur pengukuran asam lemak (Takeuchi 1988) ... 26

4. Prosedur pengukuran tingkat hemolisis darah merah ikan ... 27

5. Rata-rata bobot biomasa, pertumbuhan relatif, konsumsi pakan dan efisiensi pakan ... 27

6. Analisis ragam pertumbuhan relatif ... 28

7. Analisis ragam konsumsi pakan ... 28

8. Analisis ragam efisiensi pakan ... 29

9. Komposisi proksimat tubuh dan hati ikan batak (% bobot basah) ... 30

10.Analisis ragam kandungan protein tubuh ... 31

11.Analisis ragam kandungan lemak tubuh ... 31

12.Analisis ragam kandungan air tubuh ... 32


(12)

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Ikan batak (Labeobarbus soro)adalah salah satu jenis ikan air tawar lokal

yang mempunyai nilai ekonomis penting, dan ikan ini dikalangan masyarakat Sumatera Utara dikenal dengan “Ihan”. Di perairan umum keberadaan ikan ini sangat jarang ditemukan lagi (hampir langka) akibatkan penangkapan yang berlebihan, serta adanya desakan lingkungan tempat ikan-ikan ini berkembang

biak menjadi rusak (Kottelat et al., 1993).

Usaha untuk pelestarian ikan ini telah mulai dilakukan melalui pemijahan secara alami yang telah dilakukan oleh Instalasi Penelitian Plasma Nutfah

Perikanan Air Tawar Bogor, dan telah berhasil diperoleh anakannya. Sulhi et al.,

(2004) dalam penelitiannya juga berhasil melakukan pemijahan ikan batak melalui teknologi kawin suntik. Usaha yang dilakukan ini diharapkan dapat menyediakan benih ikan batak yang berkesinambungan dan terkontrol agar dapat menunjang kegiatan budidaya.

Dalam budidaya ikan, selain kebutuhan benih yang cukup, juga diperlukan pakan yang memadai. Namun informasi yang ada sehubungan dengan kebutuhan nutrien pada tingkat benih dari spesies ikan ini masih sangat sedikit. Untuk tumbuh ikan memerlukan materi dari luar seperti, protein, karbohidrat, lemak, vitamin dan mineral. Asam lemak esensial merupakan bagian dari lemak adalah salah satu komponen penting yang dapat mempengaruhi pertumbuhan ikan. Ikan tidak mampu mensintesis asam lemak esensial di dalam tubuhnya, sehingga asam lemak esensial ini harus disuplai dari pakan. Seperti spesies ikan yang lain, ikan

batak juga memerlukan asam-asam lemak esensial (essential fatty acid = EFA)

yaitu asam lemak n-6 dan n-3 yang berguna bagi pertumbuhannya yang normal dan optimum. Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa kebutuhan asam lemak esensial secara kualitatif maupun kuantitatif sangat bergantung pada jenis

ikan (Arai et al., 1971; Castell et al., 1972). Kebutuhan asam lemak esensial ikan

air tawar dapat dipenuhi dengan asam lemak n-6 atau asam lemak n-6 dan n-3.


(13)

2

n-3. Kisaran kebutuhan asam lemak n-6 ikan air tawar berkisar antara 0,5 – 1,0% (Takeuchi dan Watanabe, 1977).

Penelitian tentang kebutuhan asam lemak esensial ikan batak belum dilakukan, oleh sebab itu penelitian ini bertujuan untuk menentukan kebutuhan kadar asam lemak n-6 dan asam lemak n-3 yang terbaik dalam pakan untuk pertumbuhan ikan batak.

Pendekatan Masalah

Lemak pakan memiliki peranan penting dalam pertumbuhan ikan. Sebagai

sumber energi, lemak pakan mempunyai sparring effect bagi protein. Peranan

lemak pakan yang lain adalah sebagai sumber asam lemak esensial yang tidak dapat disintesis dalam tubuh sehingga harus diperoleh melalui pakan. Asam lemak esensial berperan sebagai bagian struktur membran sel yang akan mempengaruhi fluiditas membran serta enzim-enzim tertentu pada membran sel. Kadar asam lemak esensial optimum dapat meningkatkan fluiditas membran sel dan mengaktifkan enzim-enzim pada membran sel tersebut, yang akhirnya akan menunjang proses metabolisme secara keseluruhan. Asam lemak esensial juga sebagai bahan dasar dalam produksi senyawa-senyawa prostanoid seperti

prostaglandin, tromboksan, prostasiklin dan leukotrien (Mayes et al., 1999).

Selajutnya, prostanoid tersebut berperan pula pada fungsi fisiologis tubuh.

Asam lemak esensial akan berperan pada pertumbuhan apabila ikan memperoleh cukup sumber energi dan materi untuk menunjang kehidupannya. Apabila energi yang tersedia cukup, asam lemak esensial dan protein dalam pakan akan dimanfaatkan untuk mendukung pertumbuhan. Sebaliknya, jika energi yang dibutuhkan tidak mencukupi maka sebagian asam lemak esensial dan protein akan dikatabolisme untuk mencukupi kebutuhan energi.

Kelebihan dan kekurangan asam lemak esensial mengakibatkan membran sel tidak berfungsi optimum dan metabolisme terganggu sehingga pertumbuhan

ikan menjadi rendah (Castel et al., 1994). Kelebihan asam lemak dari kebutuhan

akan menghasilkan pertumbuhan yang rendah, konversi pakan yang tinggi, kadar protein dan kadar lemak tubuh yang rendah (Yanto, 2000).


(14)

3

Hipotesis

Pada kondisi lingkungan hidup optimal serta kebutuhan protein dan energi

terpenuhi, pemberian kadar asam lemak n-6 dan n-3 yang tepat dapat memacu

kinerja pertumbuhan ikan batak.

Tujuan

Percobaan ini bertujuan untuk mendapatkan kadar asam lemak n-6 dan n-3 yang terbaik dalam pakan yang dapat memacu kinerja pertumbuhan ikan batak.


(15)

4

TINJAUAN PUSTAKA

Kebutuhan Lemak dan Asam Lemak Esensial

Lemak pakan mempunyai peranan penting bagi ikan, karena berfungsi sebagai sumber energi dan asam lemak esensial, memelihara struktur dan fungsi membran atau jaringan sel yang penting bagi organ tubuh, membantu dalam penyerapan vitamin yang larut dalam lemak dan untuk mepertahankan daya apung tubuh (NRC, 1993). Lemak mengandung energi 8-9 kkal/g (NRC, 1993), dan lebih tinggi dibandingkan kandungan energi dari protein dan karbohidrat yaitu 4,5 dan 4,0 kkal/g untuk masing-masingnya (Smith, 1989). Penambahan lemak dalam pakan dapat meningkatkan kualitas ransum atau pakan ikan tersebut.

Lemak dapat menyediakan energi pemeliharaan metabolisme, sehingga sebagian besar protein dapat dimanfaatkan untuk mendukung pertumbuhan. Sebagai contoh, kebutuhan ikan rainbow trout akan protein yang semula 40% dapat turun menjadi 35% dengan hasil pertumbuhan yang sama kalau kadar lemak

pakannya sebesar 15-20% (Takeuchi et al., 1978 dalam NRC,1993). Hal ini

membuktikan bahwa lemak dapat berperan sebagai sparing effect bagi protein.

Kemudian hasil penelitian tersebut juga menunjukkan bahwa tidak hanya rasio protein dan energi saja yang perlu diperhatikan dalam pakan, tetapi juga kecukupan jumlah lemaknya. Kadar lemak yang baik dan sesuai untuk ikan berkisar 4-18% (Hasting 1976).

Lemak pakan juga merupakan sumber asam lemak esensial (essential fatty

acid = EFA) yang mempengaruhi pertumbuhan ikan. Asam lemak esensial dalam tubuh ikan merupakan komponen fosfolipid yang berperan penting pada biomembran sel. Keberadaan asam lemak esensial tersebut pada biomembran sel dapat memperbaiki fluiditas membran sehingga fungsi metabolisme tetap berjalan normal. Fluiditas membran sel sangat bergantung kepada keseimbangan antara asam lemak jenuh dan tak jenuh sebagai komponen senyawa fosfolipid.

Fospolipid mengandung asam lemak yang mempunyai potensi sebagai lipofilik

(gugusan yang dapat menarik lemak) dan juga mempunyai kemampuan sebagai

hidrofobik (gugus penolak air). Dengan demikian, keberadaan zat-zat yang larut dalam lemak dapat ke luar dan masuk ke dalam sel. Fospolipid mempunyai peranan penting sebagai karier asam lemak dalam darah dan memudahkan


(16)

5

terjadinya transpor aktif molekul-molekul dan ion-ion melewati sel membran

(Piliang dan Djojosoebagio, 1996). Komposisi asam lemak esensial berasal dari

kelompok poly unsaturated fatty acids (PUFA) dan highly unsaturated fatty acids

(HUFA) yang berperan penting pada proses metabolisme membran sel (Bhagavan, 1992). Asam lemak-asam lemak tak jenuh yang terikat pada fosfolipid

dapat mempengaruhi aktivitas enzim antara lain (Na+/K+) ATP-ase yang terdapat

pada membran (Hepher, 1990).

Kebutuhan ikan akan asam lemak esensial berbeda untuk berbagai spesies ikan. Dari berbagai penelitian telah diketahui bahwa ada tiga kelompok ikan jika ditinjau dari kebutuhan asam lemak esensial dalam pakannya. Kelompok pertama adalah ikan yang lebih memerlukan asam lemak linoleat (n-6), kelompok kedua lebih memerlukan asam lemak linolenat (n-3), sedangkan kelompok ketiga memerlukan kedua asam lemak tersebut. Kebutuhan asam lemak esensial pada ikan-ikan air tawar dapat dilihat pada Tabel 1.

Pada umumnya, ikan air tawar membutuhkan asam lemak n-6 atau kedua asam lemak n-6 dan n-3, namun untuk setiap spesies ikan membutuhkan kadar asam lemak esensial yang berbeda (Takeuchi 1996). Seperti pada ikan lele, untuk pematangan gonad dan peningkatan kualitas telur, diperlukan asam lemak linoleat

(n-6) 1,85% dan asam lemak linolenat (n-3) 0,56% dalam pakannya (Mokoginta et

al. 1995), dan untuk induk patin memerlukan asam lemak (n-3) 0,9% dan asam

lemak (n-6) 2,2% pada kadar lemak 12,87 g/100 g bobot kering pakan (Mokoginta

et al. 2000). Sedangkan untuk ikan baung, pemberian asam lemak esensial n-3 dan n-6 sebesar 0,5% dan 1,0% dalam pakannya dapat meningkatkan pertumbuhannya (Phromkunthong dan Midkhadee 2001). Hasil percobaan Supriatna (1988) menunjukkan bahwa ikan bawal air tawar membutuhkan 0,85 – 0,99% asam

lemak n-3 dan 1,18% asam lemak n-6 pada kadar lemak 8%.

Hasil percobaan Shikata dan Shimeno (1994) menunjukkan bahwa penambahan asam lemak n-3 HUFA yang optimal dalam pakan ikan mas efektif menurunkan lipogenesis, glikolisis dan degradasi asam lemak di hati. Hal tersebut menunjukkan bahwa penambahan asam lemak esensial akan dapat mengefisiensikan pemanfaatan energi pakan lebih optimal, sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan. Konsentrasi n-3 HUFA yang tinggi dapat pula


(17)

6

meningkatkan jumlah kandungan asam lemak di hati, eritrosit, trombosit, serum

zat besi dalam darah dan menurunkan hematokrit (Klinger et al., 1996).

Tabel 1 Kebutuhan asam lemak esensial pada benih dan ikan dewasa (Sargent et

al., 2002)

Spesies ikan Asam lemak esensial % bobot kering

Ikan Air Tawar

Rainbow trout (Oncorhyncus mykiss)

Chum salmon (Oncorhyncus keta) Coho salmon (Oncorhyncus kisutch) Cherry salmon (Oncorhyncus masou) Arctic charr (Salvelinus alpinus) Carp (Cyprinus carpio)

Grass carp (Ctenopharyngodon idella) Tilapia :

Oreochromis zilli Oreochromis nilotica Eel (Anguilla japonica) Ayu (Plecoglossus altivelis) Milkfish (Chanos chanos) Chanel catfish (Ictalurus punctatus)

Ikan Air Laut

Turbot (Scophthalmus maximus)

Red sea bream (Pagrus major)

Gilthed sea bream (Sparus aurata)

Striped jack (Pseudocaranx dentex) Yellowtail flounder (Pleuronectes ferrugineus)

18:3n-3 n-3 HUFA 18:2n-6 dan 18:3n-3 18:2n-6 dan 18:3n-3 18:3n-3 atau n-3 HUFA 18:3n-3

18:2n-6 18:3n-3

18:2n-6 dan 18:3n-3

18:2n-6 18:2n-6

18:2n-6 dan 18:3n-3 18:3n-3 atau 20:5n-3 18:2n-6 dan 18:3n-3 18:3n-3

n-3 HUFA

n-3 HUFA AA

20:5n-3 atau n-3 HUFA 20:5n-3 dan 22: 6n-3 n-3 HUFA

n-3 HUFA DHA : EPA 22:6n-3 n-3 HUFA

0,7 – 1,0 0,4 – 0,5

1,0 untuk masing-masing 1,0 untuk masing-masing 1,0

1,0 - 2,0 1,0 0,5 – 1,0 1,0 dan 0,5

1,0 0,5

0,5 untuk masing-masing 1,0

0,5 untuk masing-masing 1,0 – 2,0

0,5 – 0,75

0,8 0,3 0,5 1,0 dan 0,5

0,9 (DHA : EPA = 1) 1,9 (DHA : EPA = 0,5) 0,5

1,7 2,5

Keterangan : AA, arachidonic acid; DHA, docosahexsaenic (22:6n-3); EPA, eicosapentaenic (20:5n-3); HUFA, highly unsaturated fatty acid.


(18)

7

Kelompok HUFA atau PUFA berperan sebagai prekursor eicosanoid untuk memenuhi fungsi fisiologis tubuh, pada proses metabolisme prostaglandin,

tromboksan dan leukotrin (Martin et al., 1990). Menurut Martin et al., (1990),

asam lemak esensial, terutama arakidonat, merupakan prekursor prostaglandin

(PGF2ά) yang dapat mempengaruhi replikasi sel. Beberapa jenis prostaglandin

mempunyai fungsi induksi dan pengaturan seperti transportasi ion, misalnya terutama pada bagian insang yang berhubungan dengan proses pengaturan mineral dan osmoregulasi (Hepher, 1990).

Faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi kebutuhan asam lemak pada hewan air adalah suhu dan salinitas. Ikan-ikan di perairan hangat dan perairan

tawar membutuhkan asam lemak n-6 atau campuran asam lemak n-6 dan n-3

sedangkan ikan-ikan yang hidup di perairan laut dalam yang suhunya cenderung lebih rendah lebih membutuhkan asam lemak n-3. Penjelasan dari perbedaan

kebutuhan asam lemak ini adalah karena struktur asam lemak n-3 memiliki derajat

ketidak jenuhan yang lebih tinggi yang dibutuhkan oleh fosfolipid membran untuk mempertahankan fleksibilitas dan permeabilitas membran sel pada suhu rendah (Lovell, 1989). Lebih lanjut dikemukakan bahwa ikan air tawar seperti rainbow trout memiliki kemampuan dapat memperpanjang dan mendesaturasikan asam lemak n-3, sehingga dapat diberikan asam lemak 18:3n-3 dalam pakannya. Hal ini terjadi karena ikan air tawar mampu mengkonversikan asam lemak linolenat dan linoleat menjadi asam lemak berantai karbon panjang PUFA, namun tidak

demikian pada ikan air laut (Sargent et al., 1999). Dalam tubuh ikan air tawar

tersedia enzim elongase dan desaturase yang dapat memperpanjang dan mendesaturasikan rantai karbon asam lemak. sedangkan pada ikan air laut tidak terdapat sehingga asam lemak esensial yang diberikan harus dalam bentuk PUFA atau HUFA.

Sumber lemak pakan akan menentukan kualitas dan kuantitas asam lemak esensial yang terkandung di dalamnya. Pemilihan sumber lemak yang sesuai perlu dilakukan, karena sumber lemak yang berbeda akan menghasilkan asam lemak esensial yang berbeda pula. Sumber lemak nabati dan hewani yang sering

digunakan dalam pakan adalah minyak ikan, beef tallow, minyak kedelai, minyak


(19)

8

BAHAN DAN METODE

Pemeliharaan ikan dilakukan di Laboratorium Nutrisi Ikan, analisa proksimat dilakukan di Laboratorium Kimia Nutrisi Ikan Departemen Budidaya Perairan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan bulan Juli 2006.

Pakan Uji

Pakan yang digunakan dalam percobaan ini ada 5 macam pakan yang mengandung protein yang sama yaitu 31% (Tabel 2). Pakan tersebut mengandung sumber asam lemak esensial yang berbeda; minyak kedelai berfungsi sebagai sumber asam lemak n-6, minyak ikan berfungsi sebagai sumber asam lemak n-3 dan minyak kelapa untuk mencukupkan jumlah total lemak pakan sebesar 6,0%. Minyak kedelai ditambahkan pada pakan dengan jumlah berbeda yaitu 2,0%, 1,0%, 2,0%, 2,0% dan 0,0% untuk perlakuan A sampai E yang bertujuan untuk memperoleh asam lemak n-6 yang berbeda yaitu 1,0%, 0,5%, 1,0%, 1,0% dan 0,0%. Minyak ikan dicampur pada pakan pada perlakuan A sampai E dalam jumlah yang berbeda yaitu 0,0%, 2,0%, 2,0%, 4,0% dan 4,0% bertujuan untuk memperoleh asam lemak n-3 berbeda yaitu 0,0%, 0,5%, 0,5%, 1,0% dan 1,0%.

Kegiatan pertama yang dilakukan dalam pembuatan pakan adalah mengekstraksi lemak yang ada dalam tepung ikan dan tepung kedelai. Ekstraksi lemak ini dimaksud untuk mendapatkan tepung ikan dan tepung kedelai bebas minyak. Untuk mengekstraksi lemak yang ada pada tepung ikan dan tepung kedelai dilakukan dengan perebusan dengan alkohol dengan perbandingan 8 : 1 untuk tepung ikan dan 6 : 1 untuk tepung kedelai (Lampiran 1).

Formulasi pakan uji ditampilkan pada Tabel 2. Setelah pakan uji dibuat

dilakukan analisa proksimat (Tabel 3). Berdasarkan hasil analisis asam lemak

pakan, komposisi asam lemak pakan agak berbeda dengan yang direncanakan semula sehingga susunan asam lemak n-6 dan n-3 di perlakuan A sampai E menjadi 1,3%;0,2%, 0,9%;0,6%, 1,2%;0,6%, 1,4%;1,0% dan 0,6%;1,0%. (Tabel 4).


(20)

9

Tabel 2. Komposisi pakan uji ( g /100 g pakan)

Bahan pakan (%)

Perlakuan

Kadar asam lemak n-6 dan n-3 (%) A (1,3;0,2) B (0,9;0,6) C (1,2;0,6) D (1,4;1,0) E (0,6;1,0)

Tepung ikan 22,00 22,00 22,00 22,00 22,00

Tepung kedelai 23,50 23,50 23,50 23,50 23,50

Tepung polard 30,30 30,30 30,30 30,30 30,30

Tepung terigu 9,68 9,68 9,68 9,68 9,68

Tepung tapioka 3,00 3,00 3,00 3,00 3,00

Minyak ikan 0,00 2,00 2,00 4,00 4,00

Minyak kedelai 2,00 1,00 2,00 2,00 0,00

Minyak kelapa 4,00 3,00 2,00 0,00 2,00

Vitamin mix 1,50 1,50 1,50 1,50 1,50

Mineral mix 3,00 3,00 3,00 3,00 3,00

Cholin chloride 0,50 0,50 0,50 0,50 0,50

Vitamin C 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01

BHT 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01

Atraktan 0,50 0,50 0,50 0,50 0,50

Tabel 3. Komposisi proksimat pakan uji (% bobot kering) dan energi pakan

Nutrien

Perlakuan

Kadar asam lemak n-6 dan n-3 (%) A (1,3;0,2) B (0,9;0,6) C (1,2;0,6) D (1,4;1,0) E (0,6;1,0)

Protein 31,21 31,12 31,52 31,53 31,62

Lemak 6,53 5,90 5,86 6,06 6,01

Abu 9,38 9,75 10,18 9,83 9,82

Serat kasar 6,14 7,67 7,19 7,12 6,25

BETN1 46,73 45,56 45,25 45,47 46,30

Energi total

(kkal GE/100g)2 452,93 447,89 446,60 449,15 449,02

Keterangan :

1. BETN = bahan ekstrak tanpa nitrogen.


(21)

10

Tabel 4. Komposisi asam lemak pakan (% bobot kering)

Asam lemak

Perlakuan

Kadar asam lemak n-6 dan n-3 (%) A (1,3;0,2) B (0,9;0,6) C (1,2;0,6) D (1,4;1,0) E (0,6;1,0)

8:0 0,3 0,2 0,1 * *

10:0 0,2 0,1 0,1 * *

12:0 1,6 1,0 0,7 * *

14:0 0,6 0,5 0,4 0,2 0,5

16:0 0,7 0,6 0,6 0,8 0,7

18:0 0,2 0,2 0,2 0,2 0,2

16:1 * 0,1 0,1 0,2 0,2

18:1n-9 0,7 1,4 0,8 1,1 0,8

18:2n-6 1,3 0,8 1,1 1,3 0,5

20:4n-6 * 0,1 0,1 0,1 0,1

18:3n-3 0,2 0,2 0,2 0,3 0,3

20:5n-3 * 0,2 0,2 0,3 0,3

22:5n-3 * * * 0,1 0,1

22:6n-3 * 0,2 0,2 0,3 0,3

∑ Al**

jenuh 3,6 2,6 2,1 1,2 1,4

∑ Monoenoat 0,7 1,5 0,9 1,3 1,0 ∑ Al**

n-6 1,3 0,9 1,2 1,4 0,6

∑ Al**

n-3 0,2 0,6 0,6 1,0 1,0

Rasio Al**. n-6/Al. n-3 6,5 1,5 2,0 1,5 1,6

Keterangan: * = tidak terdeteksi. ** Al = asam lemak.

Pemeliharaan Ikan dan Pengumpulan Data

Ikan uji yang digunakan adalah ikan batak dengan bobot rata-rata 5,3±0,1 g dengan kepadatan 10 ekor per akuarium. Wadah pemeliharaan menggunakan 10 akuarium yang berukuran 50 x 40 x 35 cm dengan volume air 50 liter, yang dilengkapi dengan sistem aerasi dan sirkulasi air. Ikan diadaptasikan terhadap kondisi laboratorium selama 30 hari sebelum diberi pakan uji.

Air yang digunakan untuk pemeliharaan ikan terlebih dahulu diendapkan dan diaerasi minimal selama 24 jam dalam bak penampungan. Selama masa pemeliharaan, penggantian air dilakukan sebanyak 75% dari volume total setiap pagi sebelum ikan diberi pakan. Setiap 10 hari dilakukan penggantian air sebanyak 100%. Pengukuran kualitas air dilakukan dua kali yaitu pada awal dan akhir penelitian. Hasil pengukuran kualitas air adalah suhu 29 – 30 °C, oksigen terlarut 5,20 – 5,60 ppm dan pH 6,3 – 7,5. Kisaran hasil pengukuran kualitas air


(22)

11

yang diperoleh masih dalam batas yang dapat mendukung pertumbuhan ikan batak. Pemeliharaan ikan dilakukan selama 75 hari. Selama masa pemeliharaan ikan diberi pakan sampai kenyang sesuai dengan perlakuan sebanyak tiga kali sehari yaitu pada jam 08.00, 13.00 dan 18.00 WIB.

Pengukuran bobot ikan dilakukan pada awal dan akhir penelitian. Pada

saat penimbangan, ikan terlebih dahulu dibius dengan menggunakan phenoxy

ethanol 0,5mg/liter untuk mengurangi stress pada ikan. Sebelum penimbangan dilakukan, ikan terlebih dahulu dipuasakan selama 24 jam. Pengukuran bobot dilakukan untuk mengetahui tingkat pertumbuhan.

Pengukuran tingkat (persentase) hemolisis butir darah merah ikan batak dilakukan pada akhir penelitian dengan mengambil sampel darah ikan dari masing-masing perlakuan sebanyak 4 ekor.

Analisa Kimia

Analisa kimia dilakukan untuk mengetahui komposisi proksimat bahan baku pakan, pakan, tubuh ikan dan hati. Bahan baku pakan dianalisa sebagai dasar penyusunan pakan sedangkan pakan yang telah dibentuk juga dianalisa untuk mengecek komposisi proksimatnya. Analisa proksimat tubuh dilakukan pada awal dan akhir penelitian. Analisa proksimat hati dilakukan pada akhir penelitian yang bertujuan untuk mengetahui penumpukan lemak pada hati. Analisa proksimat yang dilakukan terdiri atas : protein, lemak, serat kasar, abu, bahan ekstrak tanpa nitrogen (BETN) dan kadar air. Prosedur analisa proksimat menurut Takeuchi (1988). Analisa komposisi asam lemak pakan uji dan tubuh ikan pada awal dan akhir penelitian dilakukan dengan menggunakan alat Gas Chromatography. Prosedur analisa selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 2 dan 3. Analisis hemolisis darah merah ikan dilakukan untuk melihat peran asam lemak esensial pada permeabilitas membran sel. Adapun prosedur analisisnya disajikan pada Lampiran 4.


(23)

12

Analisa Data

Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 5 perlakuan dan 2 ulangan. Parameter yang akan diuji secara statistik adalah pertumbuhan relatif, konsumsi pakan, efisiensi pakan dan tingkat (persentase) hemolisis butir darah merah. Untuk mengetahui pengaruh perlakuan terhadap setiap peubah yang diukur, dianalisis keragamannya dengan ANOVA dan

dilanjutkan dengan uji BNT (Duncan test). Pada selang kepercayaan 95%

menggunakan program SPSS versi 11.5. Sedangkan kadar asam lemak tubuh dan

kadar protein dan lemak hati dianalisis secara deskriptif.

Variabel yang diuji secara statistik adalah sebagai berikut :

1. Pertumbuhan relatif

100% x Wo

Wo Wt

PR= −

Keterangan :

PR = pertumbuhan relatif (%)

Wt = bobot ikan akhir (g)

Wo = bobot ikan awal (g)

2. Efisiensi pakan (Takeuchi, 1988)

100% x F

Bo Bd) (Bt

EP= + −

Keterangan :

Bt = bobot ikan pada akhir percobaan (g)

Bo = bobot ikan pada awal percobaan (g)

Bd = jumlah bobot ikan yang mati selama percobaan (g)

F = jumlah pakan yang dikonsumsi selama percobaan (g)

3. Tingkat hemolisis butir darah merah (Kiron et al., 1994)

Tingkat hemolisis = OD terhitung x 100%

OD tertinggi

Keterangan :


(24)

13

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Hasil percobaan pemberian pakan dengan perlakuan kadar asam lemak n-6 dan n-3 yang berbeda dapat mempengaruhi pertumbuhan ikan batak. Perubahan bobot biomassa ikan batak disajikan pada Gambar 1, sedangkan perubahan bobot biomasa rata-rata ikan setiap perlakuan dan ulangan selama pemeliharaan dapat dilihat pada Lampiran 5.

0 25 50 75 100

A (1.3;0,2) B (0.9;0,6) C (1,2;0,6) D (1,4;1,0) E (0,6;1,0)

Perlakuan

R

a

ta

-r

a

ta

bob

ot

b

iom

a

s

a

(

g

)

Aw al Akhir

Gambar 1. Rata-rata bobot biomasa ikan batak pada awal dan akhir percobaan.

Berdasarkan gambar diatas terlihat bahwa pada setiap perlakuan terjadi peningkatan rata-rata bobot biomasa ikan. Peningkatan rata-rata bobot biomasa ikan selama pemeliharaan adalah : A = 90,30g; B = 89,15g; C = 92,30g; D = 88,50g dan E = 83,35g.

Pemberian pakan dengan kadar asam lemak n-6 dan n-3 yang berbeda dalam pakan dapat mempengaruhi pertumbuhan relatif, konsumsi pakan dan efisiensi pakan, data disajikan pada Tabel 5.


(25)

14

Tabel 5. Pertumbuhan relatif (PR), konsumsi pakan (KP) dan efisiensi pakan (EP)

Parameter

Perlakuan

Kadar asam lemak n-6 dan n-3 (%) A

(1,3;0,2)

B (0,9;0,6)

C (1,2;0,6)

D (1,4;1,0)

E (0,6;1,0) PR (%) 74,47 +5,01b 69,52 + 2,00b 73,87 + 3,97b 66,52 + 0,57b 55,61 + 4,36a KP (g) 241,85 + 4,65c 209,60+ 7,22b 190,81+ 2,11a 184,15+ 7,62a 190,96+ 1,92a EP (%) 16,45 + 0,27ab 17,45 + 0,57b 20,55 + 0,89c 19,21 + 0,68c 15,58 + 0,64a Keterangan: Huruf superskrip dibelakang nilai standard deviasi yang berbeda pada setiap baris menunjukkan

adanya perbedaan nyata antara perlakuan (p<0,05).

Tabel 5 menunjukkan pertumbuhan relatif tertinggi diperoleh pada perlakuan A, B, C dan D. Sedangkan yang terendah terdapat pada perlakuan E (p<0,05; Lampiran 6). Perlakuan A memiliki konsumsi pakan paling tinggi, kemudian diikuti oleh perlakuan B sedangkan yang terendah terdapat pada perlakuan C, D dan E (p<0,05; Lampiran 7). Efisiensi pakan paling tinggi terdapat pada perlakuan C dan D, kemudian diikuti oleh perlakuan B dan yang terendah terdapat pada perlakuan A dan E (p<0,05; Lampiran 8).

Hasil analisa proksimat tubuh ikan pada awal dan akhir penelitian menunjukkan bahwa secara umum terjadi peningkatan kandungan protein dan lemak tubuh selama pemberian pakan perlakuan. Pengaruh pakan percobaan terhadap komposisi proksimat tubuh ikan pada setiap perlakuan dan tingkat hemolisis butir darah merah disajikan pada Tabel 6. Data proksimat dan tingkat hemolisis butir darah merah selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 9.

Secara umum penambahan asam lemak n-6 dan asam lemak n-3 yang berbeda dalam pakan tidak mempengaruhi kandungan protein tubuh (Lampiran 10). Namun memberikan pengaruh terhadap kandungan lemak, kandungan air tubuh, dan tingkat hemolisis butir darah merah. Kandungan lemak tubuh tertinggi terdapat pada perlakuan A, B, dan C dan terendah pada perlakuan D dan E (p<0,05; Lampiran 11). Kandungan air tubuh tertinggi terdapat pada perlakuan D, dan yang terendah pada perlakuan A, B, C, dan E (p<0,05; Lampiran 12). Dari analisa proksimat hati diperoleh nilai kandungan protein tertinggi terdapat pada kelompok ikan yang mengkonsumsi pakan E dan berturut-turut diikuti oleh kelompok ikan yang mengkonsumsi pakan D, A, B dan C. Sedangkan kandungan lemak tertinggi terdapat pada kelompok ikan yang mengkonsumsi pakan C dan


(26)

15

diikuti kelompok ikan yang mengkonsumsi pakan B, D, A dan E. Sementara tingkat hemolisis butir darah merah tertinggi terdapat pada perlakuan A dan E, dan yang terendah terdapat pada perlakuan B, C dan D (Lampiran 13 ).

Tabel 6. Komposisi proksimat tubuh dan hati (% bobot basah) dan tingkat hemolisis butir darah merah ikan batak

Parameter Awal

Perlakuan

Kadar asam lemak n-6 dan n-3 (%) A

(1,3;0,2)

B (0,9;0,6)

C (1,2;0,6)

D (1,4;1,0)

E (0,6;1,0) Tubuh :

Protein 13,23 14,44±0,42a 13,99±0,23a 14,19±1,12a 14,95±0,04a 14,86±0,26a Lemak 12,13 16,24±0,90b 16,41±0,64b 16,28±0,63b 14,32±0,69a 15,84±0,40ab Air 67,28 66,00±0,08ab 65,84±0,06a 65,60±1,33ab 66,88±0,79b 66,08±0,99ab Hati :

Protein * 14,19 13,20 13,44 14,00 14,43

Lemak * 12,35 13,99 14,97 13,45 10,74

Air * 66,94 68,15 67,11 67,60 69,96

Tingkat hemolisis butir darah merah

* 83,57±7,87b 69,29±5,05a 79,11±6,89ab 79,82±6,98 ab 86,79±9,63b Keterangan : Huruf superskrip dibelakang nilai standard deviasi yang berbeda pada setiap baris menunjukkan

adanya perbedaan nyata antara perlakuan (p<0,05). * = Tidak dianalisa.

Komposisi asam lemak tubuh pada awal dan akhir penelitian dari ikan batak ditampilkan pada Tabel 7. Terlihat adanya peningkatan total kadar asam

lemak jenuh dan kadar asam lemak monoenoat pada setiap perlakuan pada akhir

percobaan dibandingkan dengan awal percobaan. Sementara kadar asam lemak n-6 pada akhir percobaan terdapat penurunan pada semua perlakuan dibanding

dengan awal percobaan. Sedangkan kadar asam lemak n-3 terjadi peningkatan

pada perlakuan C dan E, sama pada perlakuan D dan menurun pada perlakuan A dibandingkan awal penelitian seiring dengan rendahnya kadar asam lemak n-3 dalam pakan.

Peningkatan total asam lemak jenuh dan asam lemak monoenoat tertinggi terdapat pada perlakuan A, dimana komposisi asam lemak jenuh didominasi oleh asam lemak palmitat (16:0) dan monoenoat adalah asam lemak oleat (19:1n-9).


(27)

16

Tabel 7. Komposisi asam lemak ikan pada awal dan akhir penelitian (% area)

Asam lemak

Perlakuan

Kadar asam lemak n-6 dan n-3 (%)

Awal A

(1,3;0,2) B (0,9;0,6) C (1,2;0,6) D (1,4;1,0) E (0,6;1,0)

12:0 0,1 5,0 2,3 0,2 3,2 2,0

14:0 3,4 6,5 4,9 3,3 5,8 4,9

16:0 25,2 24,6 24,7 24,1 25,0 25,0

18:0 5,3 6,5 6,2 5,6 6,0 5,9

20:0 0,2 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1

16:1 4,7 3,7 4,3 4,6 4,4 4,9

18:1n-9 30,0 34,6 31,9 31,1 31,0 31,3

18:2n-6 14,6 12,0 12,2 13,6 11,0 10,1

20:2n-6 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1

20:3n-6 0,5 0,7 0,5 0,5 0,5 0,4

20:4n-6 0,8 0,7 0,5 0,5 0,5 0,5

22:4n-6 0,1 * 0,1 0,1 0,1 0,1

22:5n-6 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1

18:3n-3 2,4 0,6 2,3 2,6 2,2 2,5

20:4n-3 0,1 0,1 0,2 0,2 0,2 0,3

20:5n-3 1,1 0,5 0,8 1,2 0,8 1,3

22:5n-3 0,5 0,3 0,5 0,6 0,5 0,7

22:6n-3 3,4 1,6 2,5 3,0 2,8 3,3

∑ Al** Jenuh 34,2 42,7 38,2 33,3 40,1 37,9

∑ Monoenoat 34,7 38,3 36,2 35,7 35,4 36,2

∑ Al** n-6 16,2 13,6 13,5 14,9 12,3 11,3

∑ Al** n-3 7,5 3,1 6,3 7,6 6,5 8,1

Rasio Al**. n-6/Al. n-3 2,2 4,4 2,1 2,0 1,9 1,4

Keterangan: * = tidak terdeteksi. ** Al = asam lemak.

Pembahasan

Kadar asam lemak n-6 dan n-3 yang berbeda dalam pakan percobaan dapat mempengaruhi kadar asam lemak tubuh ikan batak. Secara umum profil asam lemak tubuh ikan didominasi oleh asam lemak jenuh (16:0) dan asam lemak monoenoat (18:1n-9) (Tabel 6). Asam lemak n-9 cenderung rendah dengan adanya penambahan kadar asam lemak n-3 dalam pakan yang tinggi, sebaliknya akan naik apabila kadar asam lemak n-3 dalam pakan rendah. Ini terlihat pada perlakuan A, dimana pada perlakuan A yang pakan asam lemak n-3-nya paling rendah mengakibatkan peningkatan asam lemak n-9 tubuh yang paling tinggi bila dibanding perlakuan lain yang sedikit lebih tinggi asam lemak n-3 pakannya. Sebaliknya pada perlakuan E yang kadar n-3 dalam pakannya tinggi,


(28)

17

mengakibatkan asam lemak n-9 dalam tubuh menjadi rendah. Hal tersebut sesuai

dengan yang dikemukakan oleh Furuichi(1988); Greene dan Selivonchick (1990)

yang menjelaskan bahwa ikan yang pakannya defisiensi akan asam lemak n-3 akan mengalami peningkatan asam lemak n-9 dalam tubuhnya, tetapi sebaliknya bila asam lemak n-3 tinggi dalam pakannya maka asam lemak n-9 dalam tubuh menjadi rendah. Keberadaan asam lemak n-6 dan n-3 dalam tubuh akan menekan asam lemak n-9 (Bautista dan de la Cruz, 1988), karena setiap seri asam lemak tersebut bersaing menggunakan sistem enzim yang sama untuk bergabung membentuk trigliserida dan fosfolipid, dan afinitasnya berkurang dari seri asam lemak n-3 ke n-9 (Martin et al., 1990).

Dari Tabel 7 terlihat bahwa ikan yang diberi pakan asam lemak 18:2n-6, kandungan asam lemak 18:2n-6 tubuh juga tinggi pada semua perlakuan dan adanya perpanjangan rantai karbon asam lemak C18 menjadi C20 dan C22. Hal ini menunjukkan bahwa ikan batak mampu memperpanjang rantai karbon asam lemak. Pada umumnya ikan air tawar dapat memperpanjang rantai karbon asam lemak karena dalam tubuh ikan air tawar tersedia enzim elongase dan desaturase yang dapat memperpanjang dan mendesaturasikan rantai karbon asam lemak

(Sargent et al., 1999). Selanjutnya pada Tabel 7 juga terlihat bahwa asam lemak

n-6 tubuh pada akhir penelitian cenderung turun di semua perlakuan tetapi tetap lebih tinggi dari asam lemak n-3. Jadi terlihat bahwa ikan batak membutuhkan asam lemak n-6 dan n-3 dalam pakannya. Takeuchi (1996) menyatakan bahwa pada umumnya ikan air tawar membutuhkan asam lemak n-6 atau kombinasinya dengan n-3, namun untuk setiap spesies ikan membutuhkan kadar asam lemak yang berbeda. Pada ikan batak proporsi kadar asam lemak n-6 mungkin lebih besar dibanding asam lemak n-3. Ini terlihat pada semua perlakuan, dimana kadar asam lemak n-6 lebih tinggi dari asam lemak n-3 pada tubuh ikan di akhir penelitian. Namun demikian apabila kadar asam lemak n-3 tinggi dalam pakan sampai 1% pada perlakuan D dan E, maka kadar asam lemak n-6 sedikit lebih rendah dari perlakuan A, B dan C. Hal ini disebabkan karena adanya afinitas yang berbeda antara asam lemak n-3 dan asam lemak n-6.

Kadar asam lemak esensial dalam pakan optimal, maka fungsi membran sel juga optimal. Peranan asam lemak esensial tersebut dalam tubuh ikan batak


(29)

18

dibuktikan dari tingkat hemolisis butir darah merah ikan (Tabel 5). Dimana pakan

B, C dan D memiliki sel darah merah yang lisis paling rendah. Kiron et al (1994)

menyatakan bahwa jumlah sel darah merah yang lisis dapat dijadikan indikator tingkat permeabilitas membran sel. Tingkat hemolisis butir darah merah yang rendah pada perlakuan B, C dan D dibandingkan perlakuan A dan E menunjukkan bahwa pada saat butir darah merah berada pada lingkungan cairan yang hipotonik, membran sel dari perlakuan B, C dan D dapat berfungsi lebih baik.

Asam lemak esensial yang merupakan bagian dari fospolipid terdapat pada membran sel. Keberadaan asam lemak esensial pada membran sel akan

mempengaruhi sifat fluiditas membran dan memperbaiki fungsi membran (Bell et

al., 1986). Selanjutnya fluiditas membran akan berpengaruh terhadap aktivitas

enzim yang terdapat pada membran, antara lain Na+/K+ ATP-ase (Hepher, 1990).

Adanya peranan asam lemak esensial tersebut di atas secara keseluruhan dapat meningkatkan metabolisme dalam sel, yang secara tidak langsung akan menghasilkan penyimpanan protein tubuh yang lebih tinggi. Keadaan ini terlihat dari kandungan protein tubuh pada akhir penelitian yang cenderung lebih tinggi bila dibandingkan dengan kandungan protein tubuh pada awal penelitian. Dalam penelitian ini semua perlakuan A sampai E terjadi peningkatan kandungan protein tubuh sehingga terjadi pertumbuhan. Namun kalau dilihat dari pertumbuhan relatif pada akhir penelitian, walaupun pada semua perlakuan terdapat peningkatan kadar protein tubuh, ternyata perlakuan A, B dan C memiliki pertumbuhan relatif lebih tinggi dibanding perlakuan D dan E (Tabel 5). Dan dari ke tiga perlakuan A, B dan C tersebut, perlakuan C memiliki efisiensi pakan yang terbaik yang berarti bahwa pakan dengan kadar asam lemak n-6 1,2% dan asam lemak n-3 0,6% ; serta rasio asam lemak n-6 dan asam lemak n-3 ( 2 : 1) adalah yang terbaik bagi ikan batak.


(30)

19

SIMPULAN DAN SARAN Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa penambahan asam lemak n-6 dan asam lemak n-3 yang berbeda dalam pakan dapat mempengaruhi kadar asam lemak n-6 dan kadar asam lemak n-3 tubuh ikan batak. Pakan C dengan kadar asam lemak n-6 1,2% dan n-3 0,6% menghasilkan kinerja pertumbuhan terbaik untuk benih ikan batak.

Saran

Kadar asam lemak n-6 1,2% dan asam lemak n-3 0,6% dapat digunakan untuk aplikasi pakan buatan benih ikan batak.


(31)

20

DAFTAR PUSTAKA

Arai, S., T. Nose, and Y. Hashimoto. 1971. A purified test diet for the eel, Anguila

javonica. Bull. Freshwater Fish. Res. Lab. Tokyo, 22(12): 161 -178.

Bautista, M. N. and M. C. De la Cruz. 1988. Linoleic (ω6) and ((ω3) acids in the

diets of fingerling milkfish (Chanos chanos Forsskal). Aquaculture, 71:

347-358.

Bell, M. V., R. J. Henderson, and J. R. Sargent. 1986. The role of poly unsaturated fatty acids in fish. Mini review. Comp. Biochemical Physiologi, 8B: 711-719.

Bhagavan, N.V. 1992. Medical biochemistry. Jones and Bartlett publisher, London. 980 pp.

Castell, J. D., J. G. Bell, D. R. Tocher, and J. R. Sargent. 1994. Effect of purified diets containing different combination of arachidonic and docosahexaenoic acid on survival, growth and fatty acid composition of

juvenile turbot (Scopthalmos maximus). Aquaculture, 128: 315-333.

Furuichi, M. 1988. Fish nutrition, p. 1-78. In Fish nutrition and mariculture.

Watanabe T. (ed) JICA textbook, the General Aquaculture Cource. T. Watanabe (Ed). Departement of Aquatic Biosciences, Tokyo University of Fisheries.

Greene, D. H. S. and D. P. Selivonchick. 1990. Effect of dietary vegetable and marine lipid on muscle lipid and hematology of rainbow trout

(Onchorhynchus mykiss). Aquaculture 89: 165-182.

Hasting. W.H. 1976. Nutritional requirement and feeding technology; fish

nutrition and fish feed manufacture, p. 568-574. In Advances

aquaculture, T.V.R Pillay and W.A Dill (Eds). Fishing News Book Ltd., Farnham.

Hepher, B. 1990. Nutrition of pond fishes. Cambridge University Press, Cambridge, New York. 388 pp.

Hendry, Y. 2000. Pengaruh kombinasi kadar minyak ikan, minyak kelapa dan minyak jagung dalam pakan terhadap komposisi asam lemak tubuh dan

pertumbuhan ikan jelawat (Leptobarbus hoeveni Blkr). [Tesis], Program

Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. 45 hal.

Kiron, V. Takeuchi T, and T. Watanabe. 1994. The osmotic fragility of erythrocytes in rainbow trout under different dietary fatty acid status. Fisheries Science, 60 (1):93-95.


(32)

21

Klinger, R.E., V.S. Blazer, and C. Echavarria. 1996. Effect of dietary lipid on the

hematology of channel catfish Ictalurus punctatus. Aquaculture 147:

225-233.

Kottelat M, Whitten AJ, Kartikasari SN, Wirjoatmodjo S. 1993. Freshwater fishes of Westrn Indonesia and Sulawesi. Periplus Edition. Ltd. Jakarta. 293pp. Lovell, T. 1989. Nutrition and feeding of fish. Auburn University. An A VI Book.

Publised by Van Nostrand Reinhold. New York. 258pp.

Martin, D. W., P. A. Mayes, V. W. Rodwell, dan D. K. Granner. 1990. Biokimia

(Harper’s review of biochemistry). Alih bahasa oleh Iyan Darmawan.

EGC Penerbit Buku Kedokteran, Jakarta. 772 hal.

Mayes, P.A., D.W. Martin, V.W. Rodwell, dan D.K Granner. 1999. Biokimia Harpers review of biochemistry. Alih bahasa: Iyan Darmawan. EGC. Penerbit Buku Kedokteran, Jakarta. 722 hal.

Mokoginta, I., D. Jusadi, M. Setiawati, T. Takeuchi and M.A. Suprayudi. 2000. The effect of different levels of dietary n-3 fatty acid on the eggs quality

of catfish (Pangasius hypophthalamus). JSPS-DGHE. International

Symposium, Sustainable Fisheries in Asia in the New Millenium. p. 252 -256.

Mokoginta, I., D.S. Moeljohardjo, T. Takeuchi, K. Sumawidjaya dan D. Fardiaz. 1995. Kebutuhan asam lemak esenssial untuk perkembangan induk ikan

lele, (Clarias batrachus Lin). J. Ilmu-ilmu Perairan dan Perikanan

Indonesia. III (2) : 41-50.

National Research Council (NRC). 1993. Nutrient requirements of fish. National Academy of Science, Washinton D.C. 114 pp.

Phromkunthong, W., M. Midkhadee, 2001. Effect of linoleic acid and linolenic acid on growth, fatty acid composition and histological changes in green chatfish, Mystus nemurus Cuv. & Val. Songklanakarin. J. Sci. Technol. 23:37-54.

Piliang W.G, dan S. Djojosoebagio. 1996. Fisiologi nutrisi volume I. Universitas Indonesia, 291 hal.

Sargent, J.R, Douglas R, Tocher and J. Gordon Bell. 2002. The lipid, p. 181-257.

In Halver, J.E and Hardy, R.W (Eds). Fish nutrition. Third Edition.

Academic Press.

Sargent, J.R, L.A. McEvoy, D. Tocher, and A. Estevez. 1999. Recent

developments in the essential fatty acid nutrition of fish. Aquaculture,


(33)

22

Sulhi, M. J. Subagja, S. Asih dan E. Nugroho. 2004. Perubahan musim serta induksi pematangan gonada ikan tor soro( Teleostei) melalui implantasi pellet hormon gonadotropin mamalia (HCG). Laporan hasil riset BRPBAT Bogor. 217-225.

Supriatna. 1998. Pengaruh kadar asam lemak n-3 yang berbeda pada kadar asam lemak n-6 tetap dalam pakan terhadap pertumbuhan ikan bawal air tawar (Colossoma macropamum Cuvier). [Tesis]. Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. 53 hal.

Shikata, T. and S. Shimeno. 1994. Metabolic response to dietary stearic acid, linoleic acid and highly unsaturated fatty acid in carp. Biological Sciences and Living Resources (1991-Current Query:/HUFA). Abstract ASFA 1.

Smith, R.R. 1989. Nutritional energetics, p. 1-29. In J. E. Halver (Ed). Fish

nutrition. Academic Press, Inc., San Diego.

Takeuchi, T. and T. Watanabe. 1977. Requirements of carp for essential fatty acid. Bull. Japan. Soc. Sci. Fish., 43 (5) : 541-551.

Takeuchi, T. 1996. Essential fatty acids requirements in carp. Animal Nutrition, 49: 23-32.

Takeuchi T. 1988. Laboratory work, chemical evaluation of dietary nutrition, p.179 – 229. In Watanabe T (ed). Fish nutrition and mariculture, JICA textbook the General Aquaculture Course. Tokyo: Kanagawa International Fisheries Training Center.


(34)

23

Lampiran 1. Metoda ekstraksi lemak dari tepung ikan.

Ekstraksi lemak dari tepung ikan menggunakan alkohol 90% dengan perbandingan 8 : 1, yaitu untuk satu kilo bagian tepung ikan ditambahkan 8 liter alkohol sebagai berikut :

1. Timbang tepung ikan sebanyak 1 kg dan dimasukkan kedalam labu ukur

2. Tambahkan alkohol sebanyak 4 liter.

3. panaskan diatas tanur pada suhu 70 ºC selama 3 jam.

4. Pisahkan tepung ikan dari larutan alkohol-minyak ikan dengan menggunakan

saringan halus.

5. Ulang kegiatan no. 1 dan 2

6. Kering anginkan tepung ikan agar alkohol yang tersisa bisa menguap dan

hilang dari tepung ikan.

7. Setelah semua alkohol menguap, tepung ikan dapat digunakan untuk bahan

baku pembuat pellet.

Lampiran 2. Prosedur analisa proksimat bahan pakan dan tubuh ikan

A. Prosedur analisa kadar air

1. Cawan porselen dioven pada suhu 110 °C selama 1 jam dan kemudian

ditimbang (X1)

2. Bahan diambil sebanyak 1 g (A) dan dimasukkan pada cawan tadi dan

kemudian dipanaskan/dioven pada suhu 110 °C selama 2 jam.

3. Setelah dioven, cawan tersebut dipindahkan ke desikator selama 30 menit

4. Setelah dingin, cawan tersebut ditimbang dan beratnya dicatat (X2).

5. Kadar air dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

(

)

100% x A X ) A X (%) Air

Kadar = 1+ − 2

B. Prosedur analisa kadar abu .

1. Cawan porselen dioven pada suhu 110 °C selama 1 jam lalu didinginkan

dalam eksikator selama 15 sampai 30 menit dan kemudian ditimbang (X1).

2. Bahan diambil 1 g (A) dan dimasukkan dalam cawan porselen tersebut.

3. Cawan yang berisi bahan tadi dipanaskan dalam tanur pada suhu 600 °C

sampai bahan menjadi putih semua atau menjadi abu, kemudian dimasukkan ke oven (suhu 100 sampai 110 °C) selama 15 menit untuk menurunkan suhunya.

4. Cawan porselin dikeluarkan lalu didinginkan dalam eksikator selama 30

menit lalu ditimbang (X2).

5. Persentase kadar abu dihitung dengan menggunakan rumus :

100% x A ) X (X Abu


(35)

24

C. Prosedur analisa protein (Metode Kjeldahl)

Tahap oksidasi

1. Bahan ditimbang 1 g (A) dengan menggunakan alumunium foil. Bahan

yang telah ditimbang dimasukkan kedalam labu Kjedahl.

2. Kedalam labu no. 1 ditambahkan 3 gram katalis (K2 SO4 + CuSO45H2O)

dengan rasio 9:1, dan 10 ml H2SO4 pekat untuk mempercepat penguraian

3. Labu Kjedahl dipanaskan dalam rak oksidasi/digestion selama 3 – 4 jam,

sampai cairan dalam labu bewarna hijau.

4. Larutan didinginkan dan kemudian diencerkan dalam erlenmeyer sampai

volume larutan mencapai 100 ml. Tahap destilasi

1. Larutan hasil oksidasi diambil sebanyak 5 ml dan dimasukkan ke dalam

labu destilasi dan kemudian ditambah dengan beberapa tetes H2SO4.

2. Erlenmeyer diisi dengan 10 ml H2SO4 0.05 N dan 2 tetes larutan indicator

yang disimpan di bawah pipa pembuangan kondesor dengan cara dimiringkan sehingga ujung pipa tenggelam dalam cairan.

3. Larutan sample diambil sebanyak 5 ml dan dimasukkan ke dalam tabung

destilasi melalui corong dan kemudian dibilas dengan aquades lalu 10 ml NaOH 30% dimasukkan melalui corong tersebut dan kemudian ditutup.

4. Campuran alkalin dalam labu destilasi disuling menjadi uap air selama 10

menit setelah terjadi pengembunan pada kondesor. Tahap titrasi

1. Hasil destruksi dititrasi dengan larutan NaOH 0,05 N hingga berubah warna.

2. Hasil volume titrasi dicatat.

3. Prosedur yang sama juga dilakukan pada blangko.

4. Prosentase protein dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

100% x A x20 titran) ml blanko (ml 25 , 6 0007 , 0 (%) protein

Kadar = × x

D. Prosedur analisa kadar lemak Metode ekstraksi dengan Soxhlet

1. Labu ekrtaksi dipanasklan pada suhu 110 °C selama satu jam. Kemudian

didinginkan selama 30 menit dalam eksikator dan ditimbang (X1

2. Bahan ditimbang sebanyak 3 g (A) dan dimasukkan dalam selongsong, setelah itu dimasukkan ke dalam soxhlet yang ditekan dengan pemberat pada bagian atasnya.

3. N-hexsan sebanyak 100 sampai 150 ml dimasukkan ke dalam soxhlet sampai selongsong terendam dan sisa hexsan dimasukkan ke dalam labu. 4. Labu yang sudah dihubungkan dengan soxhlet dipanaskan di atas water

bath sampai cairan dalam soxhlet bewarna bening.

5. Labu dilepaskan dari soxhlet dan tetap dipanaskan hingga N-hexsan menguap semua.

6. Labu dan lemak yang tersisa dipanaskan dalam oven selama 15 hingga 30 menit dan ditimbang (X2).


(36)

25

7. Persentase lemak dihitung dengan menggunakan rumus :

100% x A ) X (X Lemak

Kadar = 1− 2

Metode Folch et. Al. (analisis lemak untuk hati)

1. Labu silinder dioven pada suhu 110°C selama satu jam kemudian didinginkan dalam desikator selama 30 menit kemudian ditimbang (X1).

2. Bahan ditimbang 2 g (A) dan kemudian dimasukkan dalam gelas homogenizer, kemudian ditambahkan dengan larutan kloroform/methanol C (20xA) dan disisakan sebagian untuk membilas pada saat penyaringan. 3. Sample yang telah diberikan larutan kemudian dihomogenizer selama 5

menit, setelah itu disaring dengan bantuan vacuum pump.

4. Sample yang telah disaring dimasukkan kedalam labu pemisah yang telah diberikan larutan MgCl2 0,03 M sebanyak (0,2 x C), kemudian dikocok

dengan kuat selam 1menit lalu ditup dengan aluminium foil dan didiamkan semalam.

5. Lapisan bawah yang terdapat pada labu pemisah disaring kledalam labu silinder , kemudian di-evavorator sampai kering. Sisa kloroform /methanol

yang terdapat pada labu ditiup dengan bantuan pompa kemudian ditimbang (X2)

6. Persentase lemak kasar dihitung dengan menggunakan rumus :

100% x A ) X (X Lemak

Kadar = 1− 2

E. Prosedur analisa serat kasar

1. Kertas saring dipanaskan dalam oven selama satu jam pada suhu 110 °C

kemudian didinginkan selama 30 menit dalam esikator lalu ditimbang (X1). Kertas saring tersebut kemudian dipasang pada corong dan

dihubungkan pada vacum pump untuk mempercepat penyaringan.

2. Bahan ditimbang sebanyak 0,5 g (A) dan dimasukkan kedalam Erlimeyer 250 ml, kemudian ditambah dengan 50 ml H2SO4 0,3 N, lalu dipanaskan

diatas pembakar bunsen 30 menit.

3. NaOH 1,5 N sebanyak 25 ml ditambahkan kelarutan tadi dan kemudian dipanaskan kembali selama 30 menit.

4. Larutan dan bahan yang sudah dipanaskan disaring dan dituangkan kedalam corong buchner , kemudian dibilas berturut turut dengan 50 ml air panas, 50 ml H2SO4 0,3 N dan 50 ml air panas lagi lalu 25 ml aseton.

5. Cawan porselen disiapkan setelah sebelumnya dipanaskan dalam oven bersuhu 105 sampai110°C selam 1 jam.

6. Kertas saring dimasukkan kedalam cawan kemudian dipanaskan dalam oven bersuhu 105 sampai 110°C selam 1 jam lalu didinginkan dalam esikator selam 15 – 30 menit dan ditimbang X2.

7. Cawan kemaudian dipanaskan dalam tanur yang bersuhu 600 °C hingga

berwarna putih atau menjadi abu (kurang lebih 4 jam), lalu dimasukkan dalam oven suhu 105 sampai 110 °C selama 15 menit kemudian


(37)

26

Lanjutan Lampiran 2...

didinginkan dalam desikator selama 15 sampai 30 menit dan kemudian ditimbang (X3).

Kandungan serat kasar dihitung dengan menggunakan rumus :

100% x A ) X X (X (%) Kasar

Serat = 1− 2− 3

Lampiran 3. Prosedur pengukuran asam lemak (Takeuchi 1988)

Proses penyiapan analisis asam lemak Gas Liguid Chromatography (GLC) adalah sebagai berikut :

a. Ekstraksi lemak (metode Folch)

Sample dihancurkan dengan blender. Selanjutnya diambil sebanyak 15 g sample dan ditambah dengan 100 ml campuran kloroform-metanol (2:1) dan dihomogenisasi selama 5 menit. Homogenat yang telah dipisahkan dengan cara penyaringan, dan hasil saringannya dipindahkan ke dalam labu pemisah (200 – 300 ml) dan ditambahkan 10 ml MgCl2 0,03 M, dikocok kuat-kuat selama 1

menit. Setelah tercampur merata, pada labu tadi diisikan gas nitrogen dan ditutup rapat. Campuran tersebut dibiarkan selama satu malam pada temperature kamar sampai terjadi dua lapisan cairan. Lapisan atas dibuang dan lapisan bawah dipisahkan kedalam labu didih yang sudah diketahui bobotnya. Larutan tersebut dikeringkan dalam keadaan vacum. Lemak yang terkumpul ditimbang.

b. Saponifikasi

Lemak hasil ekstraksi (50 mg – 5 g) tersebut diatas dimasukkan kedalam labu didih 100 ml dan ditambahkan 1-2 ml KOH 50%, etanol 15 ml dan 2-3 butir batu didih, serta hidroquinon 5% dari lemak kasar. Refluks campuran tersebut pada suhu 80° C selama 30-60 menit untuk saponifikasi. Setelah dingin pindahkan kedalam corong pemisah (200 – 300 ml) dan ditambahkan 40 ml aquades dan 30 ml heksan. Selanjutnya dikocok selama satu menit sampai terjadi dua lapisan cairan. Lapisan atas yang terjadi dibuang dan lapisan bawah dipindahkan ke dalam corong pemisah lainnya lalu diekstraksi dengan heksan 40 ml. Larutan dikocok selama satu menit sampai terjadi dua lapisan cairan. Lapisan atas dibuang dan lapisan bawah dipindahkan ke dalam corong pemisah, dan kemudian ditambahkan heksan 50 ml, 2-3 tetes metal jingga dan 10 ml HCL 2 N dan dikocok lagi selam satu menit sampai terjadi dua lapisan cairan. Lapisan bawah dibuang dan lapisan atas dicuci dengan aquades 3-5 kali (20, 30, 40 dan 50 ml) dan dikocok kembali selama 1 menit. Lapisan bawah dibuang dan lapisan atas dicek pH-nya sampai netral, lalu diuapkan dalam vacum evaporator. Asam lemak yang terbentuk ditimbang.

c. Preparasi metal ester asam lemak

Tujuan preparasi metal ester asam lemak ini adalah untuk mendapatkan kandungan asam lemak dalam bahan yang dianalaisi dalam bentuk metal ester asam lemaknya. Hasil saponifikasi dimasukkan kedalam labu didih (100 ml) dan


(38)

27

Lanjutan Lampiran 3...

ditambahkan 5 ml campuran BF3-metanol 20%. Labu ditutup, kemudian

dipanaskan pada suhu 45 °C selama 30 menit dan ditambahkan 0,4-0,8 ml NaCl jenuh. Campuran tersebut diekstrak dengan 0,4 ml petroleum eter. Hasil ekstraksi tersebut ditambahkan 1 ml heksan dan siap untuk disuntikkan pada GLC.

Lampiran 4. Prosedur pengukuran tingkat hemolisis darah merah ikan 1. Sampel darah ikan di ambil dengan menggunakan syringe yang telah dibilas dengan anti-koagulan (Na-citrate 38%)

2. Kerapuhan osmotik dari sel darah merah ikan diuji dengan metode larutan garam (NaCl 0,2%)

3. 20 µl sample darah dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang telah berisi 5 ml larutan garam 0,2%.

4. Diamkan selama 30 menit, kemudian ditambah 2 ml larutan garam 0,9% 5. Kemudian disentrifugasi pada kecepatan 1700 rpm selama 15 menit.

6. pembacaan optical density (OD) supernatan pada panjang gelombang 540 nm 7. Penentuan% hemolysis secara relatif, berdasarkan pada nilai OD yang tertinggi.

Lampiran 5. Rata-rata bobot biomasa, pertumbuhan relatif, konsumsi pakan dan efisiensi pakan pada setiap ulangan.

Parameter

Perlakuan

Kadar asam lemak n-6 dan n-3 (%)

A (1,3;0,2)

B (0,9;0,6)

C (1,2;0,6)

D (1,4;1,0)

E (0,6;1,0)

Biomasa 1 54,70 53,60 53,90 53,70 51,80

awal (g) 2 52,30 51,60 52,30 52,60 55,40

Rata-rata 53,50±1,70 52,60±1,41 53,10±1,13 53,15±0,78 53,60±2,55

Biomasa 1 93,50 90,10 92,20 89,20 82,20

akhir (g) 2 93,10 88,20 92,40 87,80 84,50

Rata-rata 93,30±0,28 89,15±1,34 92,30±1,14 88,50±0,99 83,35±1,63

Pertumbuhan 1 70,93 68,10 71,06 66,11 58,69

relatif (%) 2 78,01 70,93 76,67 66,92 52,53

Rata-rata 74,47±5,01 69,52±2,00 73,86±3,97 66,52±0,57 55,61±4,36

Konsumsi 1 238,56 204,50 192,30 189,54 189,60

pakan (g) 2 245,14 214,71 189,32 178,76 192,32

Rata-rata 241,85±4,65 209,61±7,22 190,81±2,11 184,15±7,62 190,96±1,92

Efisiensi 16,26 17,85 19,92 18,73 16,03

pakan (%) 16,64 17,05 21,18 19,69 15,13


(39)

28

Lampiran 6. Analisis ragam pertumbuhan relatif ANOVA

Sum of Squares df Mean Square F Sig. Between Groups 468.543 4 117.136 9.136 .016 Within Groups 64.105 5 12.821

Total 532.648 9

Duncana

Perlakuan N Subset for alpha = .05

1 2

E 2 55.610

D 2 66.515

B 2 69.515

C 2 73.865

A 2 74.470

Sig. 1.000 .086

Means for groups in homogeneus subsets are displayed a.

Uses Harmonic mean Samples Size = 2.000

Lampiran 7. Analisis ragam konsumsi pakan ANOVA

Sum of Squares df Mean Square F Sig. Between Groups 4401.401 4 1100.350 39.294 .001 Within Groups 140.014 5 28.003

Total 4541.415 9

Duncana

Perlakuan N

Subset for alpha = .05

1 2 3

D 2 184.150

C 2 190.810

E 2 190.960

B 2 209.605

A 2 241.850

Sig. .265 1.000 1.000

Means for groups in homogeneus subsets are displayed a.


(40)

29

Lampiran 8. Analisis ragam efisiensi pakan ANOVA

Sum of Squares df Mean Square F Sig. Between Groups 32.825 4 8.206 19.998 .003 Within Groups 2.052 5 .410

Total 34.877 9

Duncana

Perlakuan N

Subset for alpha = .05

1 2 3

E 2 15.580

A 2 16.450 16.450

B 2 17.450

D 2 19.210

C 2 20.550

Sig. .232 .179 .091

Means for groups in homogeneus subsets are displayed a.


(41)

30

Lampiran 9. Komposisi proksimat tubuh, hati ikan batak (% bobot basah) dan tingkat hemolisis butir darah merah

Komposisi

Proksimat Awal

Perlakuan

Kadar asam lemak n-6 dan n-3 (%)

A (1,3;0,2)

B (0,9;0,6)

C (1,2;0,6)

D (1,4;1,0)

E (0,6;1,0) Proksimat tubuh

Protein 1 13,23 14,14 13,82 14,98 14,97 15,04

2 14,73 14,15 14,39 14,93 14,67

Rata-rata 14,44±0,42 13,99±0,23 14,19±1,12 15,00±0,04 14,86±0,26

Lemak 1 12,13 16,87 16,86 16,65 13,83 16,12

2 15,6 15,96 15,90 14,81 15,56

Rata-rata 16,24±0,90 16,41±0,64 16,28±0,63 14,32±0,69 15,84±0,40

Abu 1 3,56 2,55 2,58 2,78 2,41 2,58

2 3,01 2,83 2,55 2,15 2,53

Rata-rata 2,78±0,33 2,71±0,18 2,67±0,16 2,28±0,18 2,56±0,04

Serat kasar 1 0,39 0,26 0,55 0,61 0,60 0,69

2 0,68 0,67 0,60 0,55 0,44

Rata-rata 0,47±0,30 0,61±0,08 0,61±0,01 0,58±0,04 0,57±0,18

Kadar air 1 67,28 66,05 65,88 64,66 66,94 65,38

2 65,94 65,80 66,54 66,82 66,78

Rata-rata 66,00±0,08 65,84±0,06 65,60±1,33 66,88±0,08 66,08±0,99

Proksimat hati

Protein * 14,19 13,20 13,44 14,00 14,43

Lemak * 12,35 13,99 14,97 13,45 10,74

Air * 66,94 68,15 67,11 67,60 69,96

Tingkat hemolisis butir darah merah

1 * 80,00 72,86 77,14 89,29 83,57

2 * 74,29 69,29 74,29 75,71 100,00

3 * 88,57 72,86 89,29 73,57 86,43

4 * 91,43 62,14 75,71 80,71 77,14

Rata-rata 83,57±7,87 69,29±5,05 79,11±6,89 79,82±6,98 86,79±9,63


(42)

31

Lampiran 10. Analisis ragam kandungan protein tubuh

ANOVA

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups 1.391 4 .348 1.113 .443

Within Groups 1.562 5 .312

Total 2.953 9

Duncana

Perlakuan N Subset for alpha = .05

1

B 2 13.985

C 2 14.185

A 2 14.435

E 2 14.855

D 2 14.950

Sig. .157

Means for groups in homogeneus subsets are displayed a.

Uses Harmonic mean Samples Size = 2.000

Lampiran 11. Analisis ragam kandungan lemak tubuh

ANOVA

Sum of Squares df Mean Square F Sig. Between Groups 5.955 4 1.489 3.495 .101 Within Groups 2.130 5 .426

Total 8.085 9

Duncana

Perlakuan N Subset for alpha = .05

1 2

D 2 14.320

E 2 15.840 15.840

A 2 16.235

C 2 16.275

B 2 16.410

Sig. .067 .434

Means for groups in homogeneus subsets are displayed a.


(43)

32

Lampiran 12. Analisis ragam kandungan air tubuh ANOVA

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups 6.050 4 1.513 2.694 .153

Within Groups 2.808 5 .562

Total 8.858 9

Duncana

Perlakuan N Subset for alpha = .05

1 2

B 2 65.600

C 2 65.840 65.840

A 2 65.995 65.995

E 2 66.080 66.080

D 2 67.780

Sig. .559 .056

Means for groups in homogeneus subsets are displayed a.

Uses Harmonic mean Samples Size = 2.000

Lampiran 13. Analisis ragam tingkat hemolisis butir darah merah ikan ANOVA

Sum of Squares df Mean Square F Sig. Between Groups 695.912 4 173.978 3.148 .046 Within Groups 829.113 15 55.274

Total 1525.025 19

Duncana

Perlakuan N Subset for alpha = .05

1 2

B 4 69.288

C 4 79.108 79.108

D 4 79.820 79.820

A 4 83.573

E 4 86.785

Sig. .076 .198

Means for groups in homogeneus subsets are displayed a. Uses Harmonic mean Samples Size = 4.000


(1)

Lanjutan Lampiran 3...

ditambahkan 5 ml campuran BF3-metanol 20%. Labu ditutup, kemudian

dipanaskan pada suhu 45 °C selama 30 menit dan ditambahkan 0,4-0,8 ml NaCl jenuh. Campuran tersebut diekstrak dengan 0,4 ml petroleum eter. Hasil ekstraksi tersebut ditambahkan 1 ml heksan dan siap untuk disuntikkan pada GLC.

Lampiran 4. Prosedur pengukuran tingkat hemolisis darah merah ikan

1. Sampel darah ikan di ambil dengan menggunakan syringe yang telah dibilas dengan anti-koagulan (Na-citrate 38%)

2. Kerapuhan osmotik dari sel darah merah ikan diuji dengan metode larutan garam (NaCl 0,2%)

3. 20 µl sample darah dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang telah berisi 5 ml larutan garam 0,2%.

4. Diamkan selama 30 menit, kemudian ditambah 2 ml larutan garam 0,9% 5. Kemudian disentrifugasi pada kecepatan 1700 rpm selama 15 menit.

6. pembacaan optical density (OD) supernatan pada panjang gelombang 540 nm 7. Penentuan% hemolysis secara relatif, berdasarkan pada nilai OD yang tertinggi.

Lampiran 5. Rata-rata bobot biomasa, pertumbuhan relatif, konsumsi pakan dan efisiensi pakan pada setiap ulangan.

Parameter

Perlakuan

Kadar asam lemak n-6 dan n-3 (%)

A (1,3;0,2)

B (0,9;0,6)

C (1,2;0,6)

D (1,4;1,0)

E (0,6;1,0)

Biomasa 1 54,70 53,60 53,90 53,70 51,80

awal (g) 2 52,30 51,60 52,30 52,60 55,40

Rata-rata 53,50±1,70 52,60±1,41 53,10±1,13 53,15±0,78 53,60±2,55

Biomasa 1 93,50 90,10 92,20 89,20 82,20

akhir (g) 2 93,10 88,20 92,40 87,80 84,50

Rata-rata 93,30±0,28 89,15±1,34 92,30±1,14 88,50±0,99 83,35±1,63

Pertumbuhan 1 70,93 68,10 71,06 66,11 58,69

relatif (%) 2 78,01 70,93 76,67 66,92 52,53

Rata-rata 74,47±5,01 69,52±2,00 73,86±3,97 66,52±0,57 55,61±4,36

Konsumsi 1 238,56 204,50 192,30 189,54 189,60

pakan (g) 2 245,14 214,71 189,32 178,76 192,32

Rata-rata 241,85±4,65 209,61±7,22 190,81±2,11 184,15±7,62 190,96±1,92

Efisiensi 16,26 17,85 19,92 18,73 16,03

pakan (%) 16,64 17,05 21,18 19,69 15,13


(2)

Lampiran 6. Analisis ragam pertumbuhan relatif

ANOVA

Sum of Squares df Mean Square F Sig. Between Groups 468.543 4 117.136 9.136 .016 Within Groups 64.105 5 12.821

Total 532.648 9

Duncana

Perlakuan N Subset for alpha = .05

1 2

E 2 55.610

D 2 66.515

B 2 69.515

C 2 73.865

A 2 74.470

Sig. 1.000 .086

Means for groups in homogeneus subsets are displayed

a.

Uses Harmonic mean Samples Size = 2.000

Lampiran 7. Analisis ragam konsumsi pakan

ANOVA

Sum of Squares df Mean Square F Sig. Between Groups 4401.401 4 1100.350 39.294 .001 Within Groups 140.014 5 28.003

Total 4541.415 9

Duncana

Perlakuan N

Subset for alpha = .05

1 2 3

D 2 184.150

C 2 190.810

E 2 190.960

B 2 209.605

A 2 241.850

Sig. .265 1.000 1.000

Means for groups in homogeneus subsets are displayed

a.


(3)

Lampiran 8. Analisis ragam efisiensi pakan

ANOVA

Sum of Squares df Mean Square F Sig. Between Groups 32.825 4 8.206 19.998 .003 Within Groups 2.052 5 .410

Total 34.877 9

Duncana

Perlakuan N

Subset for alpha = .05

1 2 3

E 2 15.580

A 2 16.450 16.450

B 2 17.450

D 2 19.210

C 2 20.550

Sig. .232 .179 .091

Means for groups in homogeneus subsets are displayed

a.


(4)

Lampiran 9. Komposisi proksimat tubuh, hati ikan batak (% bobot basah) dan tingkat hemolisis butir darah merah

Komposisi

Proksimat Awal

Perlakuan

Kadar asam lemak n-6 dan n-3 (%)

A (1,3;0,2)

B (0,9;0,6)

C (1,2;0,6)

D (1,4;1,0)

E (0,6;1,0) Proksimat tubuh

Protein 1 13,23 14,14 13,82 14,98 14,97 15,04

2 14,73 14,15 14,39 14,93 14,67

Rata-rata 14,44±0,42 13,99±0,23 14,19±1,12 15,00±0,04 14,86±0,26

Lemak 1 12,13 16,87 16,86 16,65 13,83 16,12

2 15,6 15,96 15,90 14,81 15,56

Rata-rata 16,24±0,90 16,41±0,64 16,28±0,63 14,32±0,69 15,84±0,40

Abu 1 3,56 2,55 2,58 2,78 2,41 2,58

2 3,01 2,83 2,55 2,15 2,53

Rata-rata 2,78±0,33 2,71±0,18 2,67±0,16 2,28±0,18 2,56±0,04

Serat kasar 1 0,39 0,26 0,55 0,61 0,60 0,69

2 0,68 0,67 0,60 0,55 0,44

Rata-rata 0,47±0,30 0,61±0,08 0,61±0,01 0,58±0,04 0,57±0,18

Kadar air 1 67,28 66,05 65,88 64,66 66,94 65,38

2 65,94 65,80 66,54 66,82 66,78

Rata-rata 66,00±0,08 65,84±0,06 65,60±1,33 66,88±0,08 66,08±0,99 Proksimat hati

Protein * 14,19 13,20 13,44 14,00 14,43

Lemak * 12,35 13,99 14,97 13,45 10,74

Air * 66,94 68,15 67,11 67,60 69,96

Tingkat hemolisis butir darah merah

1 * 80,00 72,86 77,14 89,29 83,57

2 * 74,29 69,29 74,29 75,71 100,00

3 * 88,57 72,86 89,29 73,57 86,43

4 * 91,43 62,14 75,71 80,71 77,14

Rata-rata 83,57±7,87 69,29±5,05 79,11±6,89 79,82±6,98 86,79±9,63 Keterangan : * tidak dianalisa


(5)

Lampiran 10. Analisis ragam kandungan protein tubuh

ANOVA

Sum of Squares df Mean Square F Sig. Between Groups 1.391 4 .348 1.113 .443 Within Groups 1.562 5 .312

Total 2.953 9

Duncana

Perlakuan N Subset for alpha = .05 1

B 2 13.985

C 2 14.185

A 2 14.435

E 2 14.855

D 2 14.950

Sig. .157

Means for groups in homogeneus subsets are displayed

a.

Uses Harmonic mean Samples Size = 2.000

Lampiran 11. Analisis ragam kandungan lemak tubuh

ANOVA

Sum of Squares df Mean Square F Sig. Between Groups 5.955 4 1.489 3.495 .101 Within Groups 2.130 5 .426

Total 8.085 9

Duncana

Perlakuan N Subset for alpha = .05

1 2 D 2 14.320

E 2 15.840 15.840 A 2 16.235 C 2 16.275 B 2 16.410 Sig. .067 .434

Means for groups in homogeneus subsets are displayed

a.


(6)

Lampiran 12. Analisis ragam kandungan air tubuh ANOVA

Sum of Squares df Mean Square F Sig. Between Groups 6.050 4 1.513 2.694 .153 Within Groups 2.808 5 .562

Total 8.858 9

Duncana

Perlakuan N Subset for alpha = .05

1 2

B 2 65.600

C 2 65.840 65.840

A 2 65.995 65.995

E 2 66.080 66.080

D 2 67.780

Sig. .559 .056

Means for groups in homogeneus subsets are displayed

a.

Uses Harmonic mean Samples Size = 2.000

Lampiran 13. Analisis ragam tingkat hemolisis butir darah merah ikan

ANOVA

Sum of Squares df Mean Square F Sig. Between Groups 695.912 4 173.978 3.148 .046 Within Groups 829.113 15 55.274

Total 1525.025 19

Duncana

Perlakuan N Subset for alpha = .05

1 2

B 4 69.288

C 4 79.108 79.108

D 4 79.820 79.820

A 4 83.573

E 4 86.785

Sig. .076 .198

Means for groups in homogeneus subsets are displayed


Dokumen yang terkait

Pengaruh Kadar Asam Lemak n-6 yang Berbeda pada Kadar n-3 Tetap terhadap Pertumbuhan Ikan Sidat Anguilla Bicolor bicolor

0 10 78

Pengaruh Kadar Asam Lemak n-6 dari Minyak Jagung terhadap Kinerja Pertumbuhan Ikan Kerapu Tikus, Cromileptes altivelis

1 24 112

Pengaruh Kadar Asam Lemak n-3 Berbeda pada Kadar Asam Lemak n-6 Tetap dalam Pakan terhadap Komposisi Asam Lemak Tubuh, Metamorfosis dan Pertumbuhan Kecebong Katak Lembu (Rana catesbeiana Shaw)

0 8 81

Pengaruh Pemberian Dosis Vitamin E Berbeda pada Kadar Asam Lemak N-3 dan N-6 Tetap (1:3)dalam Pakan Terhadap Penampilan Reproduksi Ikan Zebra (Brachydanio Rerio) Prasalin

0 7 61

Pengaruh Kadar Asam Lemak n-6 dan n-3 Pakan yang Berbeda Terhadap Kinerja Pertumbuhan Benih Ikan Batak (Labeobarbus soro)

0 14 97

Pengaruh kadar protein dan nisbah energi protein pakan berbeda terhadap kinerja pertumbuhan benih ikan batak (Labeobarbus soro)

0 8 90

Pengaruh kadar protein dan nisbah energi protein pakan berbeda terhadap kinerja pertumbuhan benih ikan batak (Labeobarbus soro)

0 2 50

Pengaruh Kadar Asam Lemak n 6 dari minyak jagung Terhadap Komposisi Asam Lemak, Tingkat Kerapuhan Sel dan Kinerja Pertumbuhan Benih Huna Capit Merah

0 6 33

Pengaruh Kadar Asam Lemak n 3 Berbeda pada Kadar Asam Lemak n 6 Tetap dalam Pakan terhadap Komposisi Asam Lemak Tubuh, Metamorfosis dan Pertumbuhan Kecebong Katak Lembu (Rana catesbeiana Shaw)

0 4 71

Pengaruh Kadar Asam Lemak n 6 yang Berbeda pada Kadar n 3 Tetap terhadap Pertumbuhan Ikan Sidat Anguilla Bicolor bicolor

0 6 68