Respon Pertumbuhan Tiga Jenis Semai pada Tanah Padat

RESPON PERTUMBUHAN TIGA JENIS SEMAI PADA
TANAH PADAT

DENI RIZKI ANANDA NASUTION

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Respon Pertumbuhan
Tiga Jenis Semai pada Tanah Padat adalah benar karya saya dengan arahan dari
komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan
tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang
diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks
dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.

Bogor, Desember 2014

Deni Rizki Ananda Nasution
NIM E14100074

ABSTRAK
DENI RIZKI ANANDA NASUTION. Respon Pertumbuhan Tiga Jenis Semai
pada Tanah Padat. Dibimbing oleh JUANG RATA MATANGARAN.
Penelitian ini bertujuan menguji respon pertumbuhan semai meranti bapa
(Shorea selanica), trembesi (Samanea saman), dan sengon buto (Enterolobium
cyclocarpum) terhadap beberapa tingkat kepadatan tanah yaitu (0.9, 1.0, 1.1, 1.2
dan 1.3 g/cm3) dengan masing-masing 5 ulangan. Tanah padat dibuat dengan
simulasi proctor test, kemudian tiga jenis semai yang telah dikecambahkan
ditanam pada media padat untuk diamati respon pertumbuhannya. Setelah
bertumbuh 6 bulan respon pertumbuhan tiga jenis semai tersebut diukur. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa tinggi, diameter, penetrasi akar dan nisbah pucuk
akar berkurang dengan meningkatnya kepadatan tanah. Kedalaman penetrasi akar
semai trembesi (Samanea saman) pada kepadatan 1.1 g/cm3 tidak dapat

menembus lebih dalam, sedangkan pada semai meranti bapa (Shorea selanica)
dan sengon buto (Enterolobium cyclocarpum) kepadatan tanah 1.2 g/cm3. Akar
semakin pendek dengan semakin padatnya tanah, sehingga akar memerlukan
rongga untuk bertumbuh dengan baik. Tingkat kepadatan tanah 1.1 dan 1.2 g/cm3
merupakan kepadatan tanah yang sangat berpengaruh mengurangi respon
pertumbuhan akar. Disimpulkan bahwa kepadatan 1.1 g/cm3 adalah batas kritis
bagi pertumbuhan semai trembesi (Samanea saman) dan 1.2 g/cm3 merupakan
batas kritis bagi pertumbuhan semai meranti bapa (Shorea selanica) dan sengon
buto (Enterolobium cyclocarpum).
Kata kunci: Kepadatan tanah, Shorea selanica, Samanea saman, Enterolobium
cyclocarpum.

ABSTRACT
DENI RIZKI ANANDA NASUTION. Three types of seedling growth response
on soil solid. Supervised by JUANG RATA MATANGARAN.
The research was conducted to examine the seedling of meranti bapa (Shorea
selanica), trembesi (Samanea saman) and sengon buto (Enterolobium
cyclocarpum) the growth response at the different level of bulk density (0.9, 1.0,
1.1, 1.2, 1.3 g/cm3) with 5 replications. Soil was compacted with a proctor test,
then 3 types seedling have germinated grown on solid media was observed for the

growth reponse. After 6 month growth three types seedling growth reponse was
measured. The result showed that the height, diameter, root penetration and root
shoot ratio linearly decrease with the increase of bulk density. The root
penetration of seedling of trembesi (Samanea saman) could not penetrate deeply
at the hardest soil (1.1 g/cm3), while meranti bapa (Shorea selanica) and sengon
buto (Enterolobium cyclocarpum) at the hardest soil (1.3 g/cm3). Roots are getting
shorter with the increase of bulk density, so that the roots needs space to grow.
The bulk density 1.1 and 1.2 g/cm3 was highly influential reduces root growth
response. So it can be concluded that the bulk density 1.1 g/cm3 was the critical
limit for seedling growth trembesi and the bulk density 1.2 g/cm3 was the critical
limit for seedling growth meranti bapa (Shorea selanica) and sengon buto
(Enterolobium cyclocarpum).
Keywords: Soil compaction, Shorea selanica, Samanea saman, Enterolobium
cyclocarpum

RESPON PERTUMBUHAN TIGA JENIS SEMAI PADA
TANAH PADAT

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Kehutanan
pada
Departemen Manajemen Hutan

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

Judul Skripsi : Respon Pertumbuhan Tiga Jenis Semai pada Tanah Padat
Nama
: Deni Rizki Ananda Nasution
NIM
: E14100074

Disetujui oleh

Prof Dr Ir Juang Rata Matangaran, MS
Pembimbing


Diketahui oleh

Dr Ir Ahmad Budiaman, MScFTrop
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Doa dan puji syukur kepada Allah SWT atas segala rahmat dan
karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini. Karya ilmiah
berupa skripsi ini berisi hasil penelitian tentang respon pertumbuhan tiga jenis
semai pada tanah padat. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari sampai
dengan September 2014.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Prof Dr Ir Juang Rata
Matangaran, selaku pembimbing, yang telah banyak memberi saran dan masukan.
Di samping itu, ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Hasanudin dan
Tatang selaku laboran yang telah membantu selama penelitian. Ungkapan terima
kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, serta seluruh keluarga dan kerabat, atas
segala doa dan kasih sayangnya.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Desember 2014

Deni Rizki Ananda Nasution

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

xii

DAFTAR GAMBAR

xii

DAFTAR LAMPIRAN

xii

PENDAHULUAN


1

Latar Belakang

1

Tujuan Penelitian

1

Manfaat Penelitian

1

METODE

1

Lokasi dan Waktu Penelitian


1

Bahan dan Alat

2

Prosedur Penelitian

2

Analisis Data

5

HASIL DAN PEMBAHASAN

5

Pemadatan Tanah


5

Pertumbuhan Semai

6

Tinggi Semai

6

Diameter Semai

7

Penetrasi Akar

9

Nisbah Pucuk Akar

SIMPULAN DAN SARAN

10
12

Simpulan

12

Saran

12

DAFTAR PUSTAKA

12

RIWAYAT HIDUP

16


DAFTAR TABEL
1 Hasil analisis tanah uji podsolik merah kuning Haurbentes
2 Hasil uji duncan penetrasi akar semai sengon buto
3 Hasil nilai rata-rata parameter NPA

3
9
10

DAFTAR GAMBAR

1 Pertumbuhan tinggi semai meranti bapa
2 Pertumbuhan tinggi semai trembesi
3 Pertumbuhan tinggi semai sengon buto
4 Pertambahan diameter semai meranti bapa
5 Pertambahan diameter semai trembesi
6 Pertambahan diameter semai sengon buto

6
7
7
8
8
9

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
5

Hasil uji proctor test dengan perlakuan kepadatan
Nilai rata-rata parameter tinggi semai (cm)
Nilai rata-rata parameter diameter semai (cm)
Nilai rata-rata parameter penetrasi akar (cm)
Hasil analisis ragam seluruh parameter

14
14
15
15
16

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pemanenan hutan merupakan kegiatan mengeluarkan hasil hutan berupa
kayu dan non kayu dari dalam hutan menuju industri agar bermanfaat bagi
kehidupan serta memajukan ekonomi masyarakat. Tahapan pemanenan hutan
terdiri dari kegiatan penebangan, penyaradan, muat bongkar dan pengangkutan.
Sistem pemanenan dibagi menjadi tiga macam yaitu sistem manual (tenaga
manusia), sistem semi mekanis (tenaga manusia dengan bantuan mesin) dan
sistem mekanis (mesin). Sistem mekanis biasanya diterapkan IUPHHK-HA
untuk pekerjaan dalam skala besar untuk mengeluarkan kayu dalam hutan.
Mesin-mesin seperti bulldozer dan forwarder pada operasi pemanenan
hutan digunakan untuk penyaradan kayu dari tunggak sampai ke Tempat
Pengumpulan Kayu (Tpn). Setiap lintasan alat berat cenderung menyebabkan
terjadinya pemadatan tanah pada bekas lintasan ban tersebut dan akan semakin
bertambah padat pada lintasan berikutnya (Matangaran dan Kobayashi 1999).
Pemadatan tanah menyebabkan produksi kayu dalam kegiatan
pemanenan menurun. Kurniawan (2003) menyatakan bahwa tanah dalam proses
produksi hutan memegang peranan yang sangat penting. Oleh karena itu perlu
dilakukan penelitian tentang jenis tanaman yang dapat tumbuh dengan tingkat
kepadatan tanah yang paling efektif yaitu trembesi (Samanea saman), sengon
buto (Enterolobium cyclocarpum) dan meranti bapa (Shorea selanica), agar data
mengenai pertumbuhan dan perkembangan akar tanaman dapat terkumpul.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menguji respon pertumbuhan semai
meranti bapa (Shorea selanica), trembesi (Samanea saman), dan sengon buto
(Enterolobium cyclocarpum) terhadap beberapa tingkat kepadatan tanah.
Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah dapat memilih jenis semai yang
memberikan respon pertumbuhan terbaik pada tanah padat.

METODE
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian pembuatan media semai padat dilakukan di Laboratorium
Pemanenan Hutan, Fakultas Kehutanan, sedangkan penyemaian serta
pengamatan pertumbuhan semai dilakukan di Laboratorium Silvikultur Fakultas
Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Waktu penelitian dilakukan pada bulan
Januari sampai dengan September 2014.

2
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tanah ultisol sebagai
media tanam yang diperoleh dari Kebun Percobaan Haur Bentes Jasinga, biji
trembesi (Samanea saman), biji sengon buto (Enterolobium cyclocarpum) dan
bibit meranti bapa (Shorea selanica), pasir, arang sekam dan pasir halus (sudah
diayak) yang merupakan obyek kajian dalam penelitian ini.
Alat-alat yang digunakan meliputi tally sheet, oven, desikator, pengaduk,
kertas label, ring sampel, timbangan, proctor , cawan, ember, pengayak tanah
4760 μm, bak tanam, plastik, pipa paralon, pengikat, hand sprayer, gunting,
gergaji, pisau, golok, plastik, spidol, caliper, penggaris, pisau, kamera, pita ukur,
kalkulator, dan alat tulis.
Prosedur Penelitian
1. Penyiapan media tumbuh
Biji trembesi dan sengon buto terlebih dahulu direbus dalam air panas
yang telah mendidih selama enam menit. Setelah itu direndam dalam air
biasa selama 12 jam dan dibiarkan dingin. Selanjutnya membuat lubangan
pada bak tanam dengan solder.
Dilakukan pencampuran pasir dan arang sekam pada tiap bak tanam.
Kemudian menaruh media tanam pada tiap bak tanam dengan setengah dari
ukuran bak dan meletakkan biji secara berurutan. Selanjutnya bak tanam
ditutupi dengan pasir dan arang sekam yang telah dilakukan penyaringan.
Dilakukan penyiraman pada bak tanam hingga media dalam bak tanam
terbasahi oleh air. Pemeliharaan dilakukan dengan penyiraman air halus
menggunakan hand sprayer pada masing-masing bak tanam. Penyiraman
dilakukan pada waktu pagi dan sore hari.
2. Pembuatan tanah padat dengan alat proctor test
Tanah yang digunakan dalam penelitian ini adalah tanah podsolik merah
kuning yang berasal dari Haurbentes Jasinga. Analisis tanah podsolik yang
diuji disajikan dalam Tabel 1 (Arisakti 2004).

3
Tabel 1 Hasil Analisis Tanah Uji Podsolik Merah Kuning Haurbentes Jasinga
No
Keterangan
Nilai
1
Ph H2O
4.13
2
Kandungan C organik (%)
1.36
3
Kandungan N total (%)
0.13
4
Kandungan mineral:
Ca (me/100 g)
1.8
G (me/100 g)
1.65
K (me/100 g)
0.1
Na (me/100 g)
0.52
AI (me/100 g)
7.43
H (me/100 g)
0.39
Fe (ppm)
2.08
Cu (ppm)
0.32
Zn (ppm)
2.4
Mn (ppm)
35.08
5
Kapasitas tukar kation (me/100 g)
18.17
6
Tekstur tanah (%) :
Pasir
4.25
Debu
33.82
Liat
61.93
Sumber : Arisakti (2004).
Klasifikasi berdasarkan diagram segitiga tekstur menurut USDA dalam
Hakim (1986) menjelaskan bahwa tanah podsolik dengan persen pasir, debu dan
liat (Tabel 1) termasuk dalam tanah bertekstur liat.
Tanah kering dihancurkan terlebih dahulu agar halus dan bersih dari
kotoran serasah serta kerikil dengan proses pengayakan (penyaringan). Bila
tanah yang diterima dari lapangan masih dalam keadaan basah, tanah tersebut
dikeringkan dengan kering udara atau dengan alat pengering selama tiga hari.
Pengayakan dilakukan terlebih dahulu sebanyak 5 kg tanah. Kemudian
tanah diambil secara acak, agar sampel yang diambil merata. Selanjutnya
dicampurkan air sebesar 500 ml. Kemudian tanah dan air diaduk secara merata
hingga semua tanah menjadi basah. Selanjutnya melakukan penimbangan pada
berat cawan kosong dan cawan yang telah berisi campuran tanah dan air.
Pengovenan pada tahap pertama selama 24 jam dengan suhu sebesar
0
110 C. Selanjutnya dimasukkan dalam desikator untuk proses pendiginan.
Kemudian melakukan penimbangan terhadap berat dan menghitung nilai kadar
air pada cawan yang berisi tanah. Selanjutnya melakukan pengovenan pada tahap
kedua dan ketiga selama 5 jam. Kemudian dimasukkan dalam desikator untuk
proses pendiginan. Setelah dimasukkan dalam desikator, menghitung nilai kadar
air tanah sehingga hasil yang didapatkan bernilai konstan. Hasil menunjukkan
bahwa tanah dapat dipadatkan maksimum pada kadar air 21.30 % setelah

4
dilakukan 3 kali pengovenan terhadap tanah dengan suhu 1100C sehingga
menghasilkan nilai kadar air yang konstan.
Tanah podsolik merah kuning dimasukkan dalam mold untuk dicetak
sesuai dengan perlakuan kepadatan tanah yaitu 0,9 g/cm3, 1,0 g/cm3, 1,1
g/cm3, 1,2 g/cm3 dan 1.3 g/cm3 dalam proctor test ( Matangaran et al. 2010).
Tanah dipadatkan dalam 3 lapisan dengan tiap lapisan ditumbuk sesuai
tingkat kepadatan tanah yang dibuat. Tahap pertama, masukan tanah pada
proctor ¾ dari setengah ukuran mold. Selanjutnya masukkan tanah hingga
memenuhi pada silinder mold pertama. Kemudian untuk lapisan terakhir,
masukkan tanah hingga memenuhi tabung silinder pada mold kedua tersebut.
Pukulan yang dilakukan pada perlakuan kepadatan tanah harus konstan
untuk tiap tingkat kepadatan tanah supaya tanah yang dihasilkan padat dan
perlakuan kepadatan tanah berbeda antara satu perlakuan dengan perlakuan
lain tergantung jumlah pukulan yang dihasilkan. Berikut rumus untuk
menentukan tingkat kepadatan tanah sebagai berikut (Matangaran 1998):
μs =
Keterangan:

μs = kerapatan massa tanah basah (g/cm3)
= berat tabung silinder (g)
= berat tanah dan tabung silinder (g)
V = volume contoh tanah basah (cm³)
μd =

Keterangan:

μd = kerapatan massa tanah (g/cm3)
μs = kerapatan massa tanah basah (g/cm3 )
W = kadar air contoh tanah (%)

Selanjutnya didapatkan hasil pengujian jumlah tumbukan yang
dilakukan dalam membuat tingkat kepadatan tanah sebagai berikut:
1.
2.
3.
4.
5.

Kepadatan 0.9 g/cm3 dengan jumlah pukulan sebanyak 1 kali.
Kepadatan 1.0 g/cm3 dengan jumlah pukulan sebanyak 3 kali
Kepadatan 1.1 g/cm3 dengan jumlah pukulan sebanyak 15 kali.
Kepadatan 1.2 g/cm3 dengan jumlah pukulan sebanyak 50 kali.
Kepadatan 1.3 g/cm3 dengan jumlah pukulan sebanyak 75 kali.

3. Penanaman
Tanah yang telah dicetak dalam mold, dimasukkan ke dalam paralon dan
diikat. Selanjutnya dibuat lubang tanam pada pot dengan jari tangan yang
dibasahi, tanah gembur dimasukkan di atas tanah yang telah dipadatkan
Selanjutnya pot disusun secara rapi berdasarkan jenis dan ulangan yang
dibuat.

5
Selanjutnya dilakukan kegiatan pengamatan terhadap petumbuhan tanaman.
Setelah dilakukan pengamatan selama enam bulan, maka dilakukan pengukuran
terhadap respon pertumbuhan tanaman dengan parameter yaitu tinggi, diameter,
jumlah daun, berat kering tanur (BKT akar, batang dan daun), kedalaman
penetrasi akar dan nisbah pucuk akar (NPA).
4. Pemeliharaan
Pemeliharaan yang dilakukan yaitu penyiraman dan pencegahan hama atau
penyakit. Penyiraman terhadap tanaman dilakukan setiap hari pada waktu pagi
dan dilakukan secara hati-hati agar tidak mempengaruhi kepadatan tanah.
5. Penyulaman
Kegiatan penyulaman dilakukan bila tanaman yang ditemukan dalam
keadaan mati dan terserang hama dan penyakit.
Analisis Data
Analisis data yang digunakan dalam pengukururan respon pertumbuhan 3
jenis semai pada beberapa tingkat kepadatan tanah menggunakan analisis ragam.
Jenis semai ada 3 yaitu meranti bapa, trembesi dan sengon buto. Sedangkan
kepadatan terdiri dari 5 tingkat yaitu 0.9 g/cm3, 1.0 g/cm3, 1.1 g/cm3, 1.2 g/cm3
dan 1.3 g/cm3. Kombinasi perlakuan jenis semai dan kepadatan dilakukan
ulangan sebanyak 5 kali. Respon pertumbuhan yang diukur adalah tinggi,
diameter, kedalaman penetrasi akar dan Nisbah Pucuk Akar (NPA).
Setelah dilakukan analisis ragam dan hasil menunjukkan bahwa kepadatan
tanah mempengaruhi respon pertumbuhan, maka dilakukan analisis lebih lanjut
dengan uji Duncan.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Pemadatan Tanah
Pemadatan tanah pada pemanenan kayu di hutan umumnya terjadi karena
bekerjanya alat berat berupa traktor penyarad kayu (bulldozer) (Matangaran et al
2010). Bergeraknya alat berat tersebut di atas permukaan tanah hutan
menyebabkan kerusakan berupa hilangnya lapisan permukaan tanah (topsoil)
berupa erosi (erosion) dan limpasan permukaan (run off) yang besar serta
bergeraknya partikel tanah menjadi bertambah padat dengan berkurangnya
porositas tanah (Matangaran dan Kobayashi 1999).
Hal ini menunjukkan adanya pengaruh intensitas lintasan bulldozer oleh
besarnya beban sehingga menyebabkan pemadatan tanah. Nilai rentang kepadatan
tanah yang terjadi adalah antara 0.9 g/cm3 sampai 1.5 g/cm3 terhadap intensitas
lintasan yang dilewati bulldozer (Rahmawati 2002).

6
Pemadatan tanah adalah suatu proses mekanis yang menyebabkan butirbutir tanah menjadi lebih rapat sesamanya sehingga udara keluar dari celahcelah butir tanah tersebut. Tingkat kepadatan tanah dipengaruhi oleh beberapa
faktor seperti besarnya daya pemadatan, kadar air yang dipadatkan, tebal lapisan
yang harus dipadatkan dan jumlah lintasan alat pemadat (Tinambunan 1978).
Pertumbuhan Semai
Pertumbuhan adalah pertambahan ukuran. Pertambahan bukan hanya
dalam volume namun juga dalam bobot, jumlah sel (Arisakti 2004). Pengamatan
yang dilakukan terhadap tanaman dapat dilihat dari pertambahan ukuran yaitu
tinggi, diameter, kedalaman penetrasi akar dan nisbah pucuk akar (NPA) yang
diukur setelah semai berumur 5 bulan.
Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa kepadatan tanah tidak
berpengaruh nyata terhadap tinggi, diameter, dan NPA. Kepadatan tanah hanya
berpengaruh nyata terhadap kedalaman penetrasi akar, sehingga dilakukan
analisis lebih lanjut dengan uji duncan.
Tinggi Semai
Pengamatan respon pertumbuhan tinggi ketiga semai terhadap kepadatan
tanah selama 5 bulan menunjukkan perubahan. Hal ini dapat terlihat pada
gambar (1;2;3) menunjukkan pertumbuhan tinggi pada tiap minggu.

Gambar 1 Pertumbuhan tinggi semai meranti bapa. ‒◊‒ 0.9 g/cm3, ‒□‒
1.0 g/cm3, ‒ʌ‒ 1.1 g/cm3, ‒x‒ 1.2 g/cm3, ‒ӿ‒ 1.3 g/cm3.
Hasil rata-rata pertambahan tinggi terbaik semai meranti bapa (Gambar1)
terdapat pada kepadatan 1.0 g/cm3 sebesar 19.6 cm, sedangkan pertambahan
tinggi terburuk terdapat pada kepadatan 1.3 g/cm3 sebesar 16.2 cm.

7

Gambar 2 Pertumbuhan tinggi semai trembesi. ‒◊‒ 0.9 g/cm3, ‒□‒
1.0 g/cm3, ‒ʌ‒ 1.1 g/cm3, ‒x‒ 1.2 g/cm3, ‒ӿ‒ 1.3 g/cm3.
Jenis trembesi memiliki pertambahan tinggi terbaik (Gambar 2) terdapat
pada kepadatan 0.9 g/cm3 sebesar 34.58 cm, sedangkan pertambahan tinggi
terburuk terdapat pada kepadatan 1.3 g/cm3 sebesar 29.7 cm.

Gambar 3 Pertumbuhan tinggi semai sengon buto. ‒◊‒ 0.9 g/cm3, ‒□‒
1.0 g/cm3, ‒ʌ‒ 1.1 g/cm3, ‒x‒ 1.2 g/cm3, ‒ӿ‒ 1.3 g/cm3.
Jenis sengon buto (Gambar 3) memiliki pertambahan tinggi terbaik
terdapat pada kepadatan 1.0 g/cm3 sebesar 54.68 cm, sedangkan pertambahan
tinggi terburuk pada kepadatan 1.3 g/cm3 sebesar 51.86 cm.
Semai meranti bapa dan sengon buto terjadi penurunan tinggi pada
kepadatan 1.1 g/cm3 yang merupakan kepadatan tinggi dibanding kontrol,
sedangkan semai trembesi mulai mengalami penurunan tinggi pada kepadatan
1.2 g/cm3.
Diameter Semai
Pertambahan diameter pada semai meranti bapa (Gambar 4) memiliki
pertambahan diameter terbaik pada kepadatan 1.1 g/cm3 sebesar 0.38 cm,
sedangkan diameter terburuk terdapat pada kepadatan 1.3 g/cm3 sebesar 0.34 cm.

8

Gambar 4 Pertambahan diameter semai meranti bapa. ‒◊‒ 0.9 g/cm3, ‒□‒
1.0 g/cm3, ‒ʌ‒ 1.1 g/cm3, ‒x‒ 1.2 g/cm3, ‒ӿ‒ 1.3 g/cm3.
Pertambahan diameter terbaik semai trembesi (Gambar 5) terdapat pada
kepadatan 0.9 g/cm 3 sebesar 0.32 cm, sedangkan pertambahan diameter
terburuk terdapat pada kepadatan 1.2 g/cm3 dan 1.3 g/cm3 sebesar 0.28 cm.

Gambar 5 Pertambahan diameter semai trembesi. ‒◊‒ 0.9 g/cm3, ‒□‒
1.0 g/cm3, ‒ʌ‒ 1.1 g/cm3, ‒x‒ 1.2 g/cm3, ‒ӿ‒ 1.3 g/cm3.
Semai sengon buto memiliki pertambahan diameter (Gambar 6) terbaik
pada kepadatan 0.9 g/cm3 sebesar 0.56 cm, sedangkan pertambahan diameter
terburuk terdapat pada kepadatan 1.3 g/cm3 sebesar 0.51 cm.

9

Gambar 6 Pertambahan diameter semai trembesi. ‒◊‒ 0.9 g/cm3, ‒□‒
1.0 g/cm3, ‒ʌ‒ 1.1 g/cm3, ‒x‒ 1.2 g/cm3, ‒ӿ‒ 1.3 g/cm3.
Ketiga jenis semai mengalami penurunan dengan bertambahnya tingkat
kepadatan. Kepadatan 0.9 g/cm3 mempunyai rata-rata respon pertambahan
diameter terbaik sedangkan kepadatan 1.3 g/cm3 mempunyai rata-rata respon
pertambahan diameter terburuk.
Penetrasi Akar
Parameter penetrasi akar menunjukkan kemampuan akar menerobos
kedalam tanah. Besarnya pori tanah berkorelasi positif dengan kerapatan massa
tanah. Semakin tinggi kepadatan tanah maka kerapatan massa tanah semakin
tinggi dan sebaliknya, jumlah pori tanah semakin kecil (Hakim 1986).
Kedalaman penetrasi akar terdalam semai meranti bapa terdapat pada
kepadatan 0.9 g/cm3 sebesar 13.02 cm, sedangkan terdangkal terdapat pada
kepadatan 1.3 g/cm3 sebesar 12.06 cm. Kedalaman penetrasi akar terdalam
semai trembesi terdapat pada kepadatan 0.9 g/cm3 sebesar 14.5 cm, sedangkan
terdangkal terdapat pada kepadatan 1.3 g/cm3 sebesar 9.12 cm.
Semai sengon buto memiliki kedalaman penetrasi akar terdalam pada
kepadatan 0.9 g/cm3 sebesar 14.5 cm, sedangkan terdangkal terdapat pada
kepadatan 1.3 g/cm3 sebesar 13.5 cm. Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa
kepadatan berpengaruh nyata terhadap penetrasi akar (lampiran 5) yaitu pada
semai sengon buto, maka dilakukan analisis lanjut dengan uji duncan. Berikut
Tabel 2 hasil uji duncan semai sengon buto:
Tabel 2. Hasil uji duncan penetrasi akar semai sengon buto
Kepadatan (g/cm3)
Jenis
0.9
1
1.1
1.2
1.3
14.5 A
14.4 A
14.1 A
14 B
13.5 B
Sengon Buto
Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa kepadatan 0.9, 1.0 dan 1.1 g/cm3
tidak berbeda nyata, sedangkan kepadatan 1.2 dan 1.3 g/cm3 berbeda nyata
terhadap kepadatan.

10
Hasil nilai rata-rata penetrasi akar menunjukkan bahwa penetrasi akar
semai meranti bapa mulai terganggu pada tingkat kepadatan 1.2 g/cm3,
sedangkan semai trembesi dan sengon buto mulai terganggu dengan semakin
padatnya tanah dibanding control. Hal ini didukung dengan Haridjaja et al.
(2010) bahwa dalamnya penetrasi akar berkorelasi kuat dengan tingkat
kepadatan tanah. Makin tinggi tingkat kepadatan tanah makin sulit tingkat
penetrasi akar baik secara vertikal maupun horizontal. Hasil ini menunjukkan
bahwa nilai kepadatan tanah yang semakin tinggi menyebabkan penetrasi akar
pada semai semakin kecil.
Nisbah Pucuk Akar
Nisbah pucuk akar atau NPA merupakan perbandingan antara berat
kering bagian pucuk dan berat kering bagian akar. NPA merupakan pencerminan
antara proses transpirasi yang dilakukan bagian pucuk dan proses penyerapan
hara dan air oleh bagian akar semai (Arisakti 2004). Hasil nilai rata-rata
parameter NPA disajikan pada Tabel 3.

Jenis
Meranti bapa
Trembesi
Sengon buto

Tabel 3 Hasil nilai rata-rata parameter NPA
Kepadatan (g/cm3)
0.9
1
1.1
1.2
1.59
1.3
1.9
1.51
1.16
0.74
1.08
0.8
1
1.06
1.19
1.49

1.3
1.32
0.87
1.15

Semai meranti bapa memiliki NPA terbesar pada kepadatan 1.1 g/cm3
sebesar 1.9, sedangkan NPA terkecil terdapat pada kepadatan 1.0 g/cm3 sebesar
1.3. NPA terbesar pada semai trembesi terdapat pada kepadatan 0.9 sebesar 1.16,
sedangkan NPA terkecil terdapat pada kepadatan 1.0 g/cm3 sebesar 0.74.
Sedangkan semai sengon buto memiliki NPA terbesar terdapat pada kepadatan
1.2 g/cm3 sebesar 1.49, sedangkan NPA terkecil terdapat pada kepadatan 0.9
g/cm3 sebesar 0.9.
Hasil nilai rata-rata NPA untuk tiap tingkat kepadatan tanah
menunjukkan bahwa semai sengon buto memiliki nilai rata-rata NPA yang baik,
sedangkan NPA terkecil terdapat pada semai trembesi. Menurut Baker (1950)
bahwa secara umum nilai NPA terdapat dalam selang 1-4, nilai ini termasuk
dalam kategori baik. Nilai ini berhubungan dengan kekokohan tanaman tersebut
untuk tumbuh.
Hasil penelitian pada parameter NPA menunjukkan bahwa pertumbuhan
semai sengon buto memiliki pertumbuhan yang baik. Hal ini didukung dengan
(Setyamidjaja 1987 dalam Pertiwi 2001) bahwa berat kering tanur yang lebih
besar menunjukkan fungsi fisiologis yang berjalan dengan baik sehingga
tanaman mampu beradaptasi baik dengan lingkungan. Hal ini juga menunjukkan
bahwa tanaman tersebut mampu menyerap unsur hara yang tersedia dan
menjadikannya sumber nutrisi untuk melaksanakan dan meningkatkan
pertumbuhannya. Berat kering tanur total secara langsung ditentukan oleh
besarnya pertumbuhan, sedangkan semai trembesi pada tanah padat memiliki

11
pertumbuhan yang kurang baik, disamping itu nilai NPA yang kecil
mengakibatkan laju transpirasi bagian pucuk menjadi lebih kecil dan tidak
seimbang dengan laju penyerapan air dan mineral oleh akar. Kondisi ini
membuat semai trembesi memiliki kemampuan hidup yang lebih rendah
dibandingkan dengan semai meranti bapa dan sengon buto yang memiliki nilai
NPA yang besar. Kemampuan akar untuk menembus tanah berkurang dan
mengakibatkan kemampuan akar untuk menyediakan hara, mineral dan udara
untuk pertumbuhan bagian pucuk tanaman menjadi berkurang
Hasil yang terjadi pada nilai rata-rata menunjukkan pertumbuhan semai
semakin menurun pada kepadatan yang semakin tinggi. Kepadatan 1.3 g/cm3
yang merupakan kepadatan paling tinggi cenderung mempunyai angka
pertumbuhan lebih rendah dibanding empat kepadatan yang lain. Hal ini
didukung dengan penelitian Arisakti (2004) bahwa kepadatan 1.3 g/cm3
merupakan kepadatan kritis bagi pertumbuhan semai.
Hubungan variabel respon pertumbuhan dengan kepadatan tanah yang
cenderung menurun untuk ketiga jenis semai menunjukkan bahwa pada tingkat
kepadatan tanah 1.3 g/cm3 merupakan kondisi kepadatan tanah yang terjadi
akibat penyaradan 2 rit bulldozer menyebabkan respon pertumbuhan yang buruk.
Hal ini didukung oleh hasil penelitian sebelumnya (Matangaran 1992) yang
menyatakan bahwa sebaiknya hanya dilakukan penyaradan paling banyak 2 rit
melalui jalan sarad yang sama sebab respon pertumbuhan tanaman pada
kepadatan 1.3 g/cm3 yang merupakan kepadatan tanah akibat penyaradan traktor
berban ulat 2 rit menyebabkan respon pertumbuhan tanaman yang buruk.
Serasah merupakan cara efektif dalam mengurangi tingkat kerusakan pada tanah
hutan akibat kegiatan penyaradan. Penggunaan serasah dapat mengurangi tingkat
kepadatan tanah sebesar 50% dan memiliki tingkat kepadatan yang rendah
dibanding tanpa adanya serasah yang lebih besar mengakibatkan kepadatan
tanah (Matangaran 2012).
Tanah yang terpadatkan akan menganggu penetrasi akar tanaman
sehingga pertumbuhan tanaman akan terhambat. Tanah yang terlalu padat
mengakibatkan pertukaran udara menjadi lambat dan kandungan oksigen dalam
tanah cukup rendah (Arisakti 2004). Sehingga air akan tergenang dan
menghambat pertumbuhan tanaman, akibatnya tanaman menjadi kecil dan kurus
yang selanjutnya akan mengakibatkan kematian karena tanaman tidak dapat
mengambil unsur hara dan air secara maksimal.
Permudaan hutan dengan penanaman, kemampuan semai untuk
memproduksi akar merupakan salah satu indikator keberhasilan semai
disamping faktor lain seperti misalnya faktor suhu tanah dan ketersediaan air
pada kedalaman penanaman (Baker 1950 dalam Arisakti 2004).
Hasil dari keseluruhan parameter menunjukkan bahwa semai sengon
buto memiliki pertumbuhan yang baik. Hal ini didukung dengan Alrasjid dan
Ardikusumah (1974) bahwa jenis sengon buto (Enterolobium cyclocarpum)
untuk tiap kepadatan tidak mempengaruhi pertumbuhan tinggi karena jenis ini
tumbuh pada tanah berlapisan dalam (Alrasjid dan Ardikusumah 1974). Semai
meranti bapa pada tiap parameter mengalami gangguan pertumbuhan pada
kepadatan 1.2 g/cm3. Hal ini didukung dengan penelitian yang dilakukan oleh
Matangaran dan Kobayashi (1999) bahwa pertumbuhan anakan jenis meranti
(Shorea selanica) sangat terganggu pada tingkat kepadatan 1.2 g/cm3.

12
Sedangkan semai trembesi memiliki pertumbuhan yang kecil, karena akar yang
dimiliki trembesi lebih kecil dibanding ketiga jenis semai. Sehingga kemampuan
akar menerobos kedalam tanah lebih kecil.

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Respon pertumbuhan tiga jenis semai pada tanah padat menunjukkan
bahwa jenis sengon buto (Enterolobium cyclocarpum) memiliki pertumbuhan
yang baik dibandingkan dengan pertumbuhan meranti bapa (Shorea selanica)
dan trembesi (Samanea saman).
Saran
Perlunya penelitian lebih lanjut tentang tanaman fast growing species
serta jenis dipterocarpaceae yang lainnya terhadap kepadatan tanah. Sehingga
dapat mengetahui jenis tanaman yang memiliki pertumbuhan terbaik dan cocok
untuk ditanam pada tanah padat.

DAFTAR PUSTAKA
Alrasjid H, Ardikusumah RI. 1974. Beberapa Catatan Tentang Enterolobium
cyclocarpum Griseb. Bogor (ID): Departemen Pertanian, Direktorat
Jenderal Kehutanan, Lembaga Penelitian Hutan.
Arisakti TK. 2004. Pertumbuhan semai empat jenis tanaman HTI pada tanah
padat [skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor.
Hakim N. 1986. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Lampung (ID): Universitas Lampung
Press.
Haridjaja O, Yayat H, Lina SM. 2010. Pengaruh bobot isi tanah terhadap sifat
fisik tanah dan perkecambahan benih kacang tanah dan kedelai. Jurnal
Ilmu Pertanian Indonesia 15 (3): 147‒152.
Kurniawan AD. 2003. Pengaruh penyaradan kayu oleh forwarder terhadap
kepadatan tanah di PT. Inhutani II Kalimantan Selatan unit Stagen sub unit
HTI Semaras [skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian
Bogor.
Lumintang TM. 1984. Aspek fisik dan mekanik tanah dalam modifikasi
lingkungan perakaran melalui pengolahan tanah secara mekanis pada lahan
alang-alang [tesis]. Bogor (ID): Program Pasca Sarjana. Institut Pertanian
Bogor.
Matangaran JR. 1992. Pengaruh intensitas penyaradan kayu oleh traktor berban
ulat terhadap pemadatan tanah dan pertumbuhan kecambah meranti
(Shorea selanica BI). dan jeunjing (Paraserianthes falcataria Nielson)
[tesis]. Bogor (ID): Program Pasca Sarjana. Institut Pertanian Bogor.

13
Matangaran JR. 1998. Tingkat Kepadatan Tanah pada Tapak Traktor, Jejak Log,
Kiri Kanan Traktor Berbagai Intensitas Penyaradan. Bogor (ID): IPB
Press.
Matangaran JR, Kobayashi H. 1999. The effect of tractor logging on forest soil
compaction and growth of Shorea selanica seedling in Indonesia. Journal
of Forest Research 4 (1): 13‒115.
Matangaran JR, Wibowo C, Suwarna U. 2010. Pertumbuhan semai sengon dan
mangium pada tanah padat. Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia 15 (3):
153‒157.
Matangaran JR. 2012. Soil compaction by valmet forwarder operation at soil
surface with and without slash. Jurnal Manajemen Hutan Tropis 18 (1):
52‒59.
Matangaran JR, Suwarna U. 2012. Kepadatan tanah oleh dua jenis forwarder
dalam pemanenan hutan. Jurnal Ilmu-ilmu Bionatura 14 (2): 115‒124.
Pertiwi D. 2001. Pemanfaatan kulit kayu Acacia mangium sebagai media
tumbuh semai Acacia mangium dan Eucalyptus urophylla [skripsi]. Bogor
(ID): Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.
Rahmawati I. 2002. Pengaruh intensitas penyaradan kayu oleh traktor terhadap
kepadatan tanah dan pertumbuhan Acacia mangium dan Paraserianthes
falcataria. [skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian
Bogor.
Risdanarti Y. 1999. Pengaruh kepadatan tanah, media tumbuh dan cendawan
Blake [skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor.
Tinambunan D. 1978. Pemadatan Tanah Untuk Badan Jalan Hutan. Publikasi
Khusus N0.46. Bogor (ID): Lembaga Penelitian Hasil Hutan. Badan
Penelitian Dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian.

14

LAMPIRAN
Lampiran 1 Hasil uji proctor test dengan perlakuan kepadatan
Kadar
Jumlah
Volume
Air
W2
W1
Pukulan
Mold (g)
(g)
(g)
(%)
75
928.9
21.3
3544 2073
60
928.9
21.3
3490 2073
50
928.9
21.3
3409 2073
15
928.9
21.3
3324 2073
3
928.9
21.3
3258 2073
1
928.9
21.3
3112 2073

u
s
1.584
1.525
1.438
1.347
1.276
1.119

d
1.31
1.25
1.19
1.11
1.05
0.92

Lampiran 2 Nilai rata-rata parameter tinggi semai (cm)
Kepadatan
(g/cm³)

N

Rata-rata
(cm)

Standar
deviasi

0.9

5

16.68

3.675

1

5

19.6

3.305

Meranti
Bapa

1.1

5

19.26

3.572

Trembesi

1.2
1.3
0.9
1
1.1
1.2
1.3
0.9
1

5
5
5
5
5
5
5
5
5

17.62
16.2
34.58
30
32.52
30.78
29.7
52.66
54.68

4.144
2.267
7.015
11.761
5.597
6.399
6.016
5.849
6.843

Sengon
Buto

1.1

5

54.42

3.529

1.2
1.3

5
5

53.8
51.86

6.165
5.371

Jenis

15

Lampiran 3 Nilai rata-rata parameter diameter semai (cm)
Kepadatan
Rata-rata
(g/cm³)
(cm)
Jenis
N

Meranti
Bapa

Trembesi

Sengon
Buto

Standar
deviasi

0.9
1

5
5

0.376
0.366

0.02
0.051

1.1
1.2
1.3
0.9
1

5
5
5
5
5

0.388
0.346
0.344
0.322
0.286

0.067
0.043
0.035
0.013
0.042

1.1
1.2

5
5

0.286
0.282

0.013
0.041

1.3

5

0.282

0.0363

0.9
1

5
5

0.568
0.54

0.027
0.026

1.1
1.2
1.3

5
5
5

0.524
0.52
0.514

0.075
0.014
0.015

Lampiran 4 Nilai rata-rata parameter penetrasi akar (cm)
Jenis

Meranti Bapa

Trembesi

Sengon Buto

Kepadatan
(g/cm³)
0.9
1
1.1
1.2
1.3
0.9
1
1.1
1.2
1.3
0.9
1
1.1
1.2
1.3

N

Rata-rata
(cm)

5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5

13.02
12.1
13
12.52
12.06
14.5
13.08
10.56
10.46
9.12
14.5
14.4
14.1
14
13.5

Standar
deviasi
3.309
1.988
0
0.044
1.158
0
2.346
4.753
3.443
3.508
0
0.223
0.223
0
0

16
Lampiran 5 Hasil analisis ragam seluruh parameter

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Depok pada tanggal 16 Agustus 1992 dari ayah
Hamdan Bakri Nasution dan ibu Jernih Nasution. Penulis adalah anak pertama
dari tiga bersaudara. Tahun 2010 penulis lulus dari SMA Negeri 2 Bogor dan
pada tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor (IPB)
melalui jalur USMI dan diterima di Departemen Manajemen Hutan, Fakultas
Kehutanan IPB. Selama mengikuti perkuliahan, penulis menjadi asisten
praktikum mata kuliah IUTPW (Ilmu Ukur Pemetaan Wilayah) tahun ajaran
2012/2013 dan Pemanenan Hutan tahun ajaran 2014/2015. Tahun 2012 penulis
melaksanakan Praktek Pengenalan Ekosistem Hutan (P2EH) di Sancang dan
Papandayan. Tahun 2013 penulis melaksanakan Praktek Pengelolaan Hutan
(P2H) di Hutan Pendidikan Gunung Walat, Sukabumi. Tahun 2014 penulis
melaksanakan Praktek Kerja Lapang (PKL) dan penelitian di IUPHHK-HA
PT.Erna Djuliawati, Kalimantan Barat. Penulis juga aktif sebagai anggota
Kelompok Studi Pemanfaatan Sumberdaya Hutan Himpunan Profesi Forest
Management Students Club (FMSC).

17