ANALISIS FAKTOR RISIKO KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE DI DESA MOJOSONGO KABUPATEN BOYOLALI

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan masalah utama

kesehatan masyarakat di Indonesia dan angka kematian DBD selalu
meningkat dari tahun ke tahun. Pada tahun 1968 DBD pertama kali ditemukan
di Surabaya dengan jumlah penderita 50 orang dan menunjukkan angka
kematian sebanyak 24 orang (41,3%). DBD menyebar ke seluruh wilayah

Indonesia dan mencapai puncaknya pada tahun 1988 dengan angka kematian
sebesar 4,5% (Siregar, 2005). Kejadian Luar Biasa / KLB DBD terjadi setiap

5 tahun, tetapi kini semakin sering, bahkan ada beberapa kota terjadi KLB

setiap tahun. Tahun 2004, DBD menimbulkan KLB di 12 propinsi dengan
jumlah 79.462 penderita dan 957 menyebabkan kematian. Awal tahun 2007,
kembali lagi terjadi KLB di 11 propinsi. Jumlah kasus DBD 2007 sampai Juli
adalah 102.175 kasus dengan jumlah kematian 1.098 jiwa (Kandun, 2007).


Kasus DBD pada tahun 2005 di Jawa Tengah sebesar 7.144 kasus yang

tersebar di seluruh kabupaten dan kota. Diantara kasus tersebut, 181 penderita
diantaranya meninggal dunia (CFR = 2,53%). Jawa Tengah mempunyai 3
kabupaten / kota dan 31 diantaranya merupakan daerah endemis DBD

(Sohirin, 2005). Pada tahun 2004, angka kematian penderita DBD di Jawa
Tengah mengalami peningkatan 0,8%. Angka kematian tertinggi terjadi di

Demak (12,31%) dan Banjarnegara (11,11%). Kabupaten/kota yang

mempunyai CFR >2% adalah Cilacap (2,33%), Karanganyar (3,03%),
Semarang (3,29%), Surakarta (2,93%), dan Boyolali (5%) (Dinkes Jawa
Tengah, 2003).

Meningkatnya jumlah kasus dan bertambahnya wilayah yang

terjangkit, disebabkan makin baiknya sarana transportasi penduduk, adanya


pemukiman baru, kurangnya perilaku masyarakat menguras bak mandi,
1

kurangnya persediaan air bersih. Urbanisasi yang cepat dan perkembangan

pembangunan daerah pedesaan dapat mempengaruhi bionomik vektor
penyebab DBD. Keadaan itu tidak terlepas dari peningkatan penduduk yang
mencapai 1,49 persen serta degradasi kualitas fungsi lingkungan, sebagai
akibat pembangunan yang tidak berpihak kepada lingkungan (Adbrite, 2007).

Penyakit DBD ditularkan oleh vektor nyamuk Aedes aegypti dan

Aedes albopictus. Penyebabnya adalah virus dengue. Tempat perindukan

nyamuk di lingkungan yang lembab, curah hujan tinggi, terdapat genangan air
di dalam maupun luar rumah. Faktor lain penyebab DBD adalah sanitasi

lingkungan yang buruk, perilaku masyarakat tidak sehat, perilaku di dalam

rumah pada siang hari, dan mobilitas penduduk. Mobilitas penduduk

memegang peranan paling besar dalam penularan virus dengue.

Spesies Aedes aegypti dipengaruhi oleh lingkungan biologis, fisik, dan

sosial. Pengaruh lingkungan biologik misalnya berupa air yang lama disimpan

dalam kontainer, biasanya terdapat patogen dan parasit yang mempengaruhi

larva nyamuk. Karakter Aedes yang menyukai bertelur di air bersih dan

tergenang

menjadi

salah

satu

pemicu.


perkembangbiakan nyamuk Aedes aegypti

Pengaruh

fisik

terhadap

dapat berupa tata rumah,

ketinggian tempat, suhu udara, dan curah hujan. Pengaruh berupa curah hujan

dapat menyebabkan peningkatan kelembaban udara dan menambah jumlah
perindukan nyamuk Aedes aegypti, sehingga DBD lebih cenderung meningkat

selama musim penghujan.

Peningkatan kasus DBD dapat diakibatkan karena kurangnya

kesadaran masyarakat akan kebersihan lingkungan. Kelalaian masyarakat


melakukan dan memperhatikan 3M: menutup, menguras, dan mengubur

sarang nyamuk. Cara yang paling efektif adalah melakukan “3M Plus”, yaitu

menutup, menguras, mengubur, dan memelihara ikan pemakan jentik,
menabur larvasida, menggunakan kelambu, memeriksa jentik berkala,
menyemprot dengan insektisida, dan lain-lain sesuai dengan kondisi setempat.

2

Menurut penelitian Fathi et. el (2005), bahwa DBD juga dipengaruhi

oleh faktor lingkungan dan perilaku masyarakat. Faktor lingkungan yang
meliputi kepadatan penduduk, mobilitas penduduk, sanitasi lingkungan,
keberadaan kontainer. Faktor perilaku masyarakat yang meliputi pengetahuan,

sikap terhadap penyakit DBD, tindakan Pemberantasan Sarang Nyamuk
(PSN), pengasapan, dan penyuluhan tentang DBD dapat memicu terhadap
KLB DBD.


Kabupaten Boyolali merupakan daerah endemis DBD di Jawa Tengah

dengan jumlah kasus pada tahun 2005 sebanyak 140 kasus yang dilaporkan
dari 19 kecamatan dam terjadi peningkatan kasus 1.5% setiap tahunnya.

Kecamatan Mojosongo merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten
Boyolali dengan jumlah kematian 2 kasus pada tahun 2006 (Profil Kesehatan
Kabupaten Boyolali, 2005).

Pada bulan Mei 2007 di Desa Mojosongo menunjukkan Angka Bebas

Jentik (ABJ) adalah 93,79%. Nilai tersebut masih dibawah standar
Departemen Kesehatan (95%). Jentik nyamuk dapat ditemukan di kontainer /

penampungan air. Penduduk desa ini umumnya mempunyai penampungan air
di dalam maupun di luar rumah, seperti vas bunga, ban bekas, tong, kaleng,

dan lain-lain. Mayoritas mata pencaharian penduduknya adalah petani
(11,75%), buruh pabrik (10,85%), dan peternak sapi perah (10,12%) dari


jumlah penduduk sebanyak 5.430 orang. Pekerjaan tersebut membutuhkan
mobilitas setiap hari, seperti menjual hasil pertanian dan bekerja di pabrik

disekitar (Semarang, Surakarta, Salatiga) untuk memenuhi kebutuhan
ekonomi masyarakat.
Desa

Mojosongo

melaksanakan

program

PSN

dengan

cara


pemberantasan sarang nyamuk, pengasapan, abatisasi, melakukan 3M Plus.
Akan tetapi perilaku penduduk masih dikatakan tidak sehat. Pada umumnya

penduduk masih melakukan pengurasan bak mandi atau penampungan air dua

minggu satu kali. Hal ini akan berpotensi terhadap perkembangbiakan vektor

3

DBD. Masyarakat masih melakukan aktifitas di dalam rumah terutama pada
siang hari, oleh karena setelah bepergian ke sawah, mereka istirahat di dalam

rumah. Hal ini berpotensi terhadap gigitan nyamuk Aedes aegypti. Berdasarkan

hal tersebut, perlu dilakukan penelitian tentang faktor risiko yang berhubungan
dengan kejadian DBD di Desa Mojosongo Kecamatan Mojosongo Kabupaten
Boyolali.

B. Perumusan Masalah
Berdasarkan


latar

belakang

permasalahannya adalah :

permasalahan,

maka

dapat

dirumuskan

1. Apakah keberadaan saluran hujan, keberadaan kontainer, mobilitas

penduduk, dan kebiasaan tinggal di dalam rumah merupakan faktor risiko
terjadinya DBD?


2. Berapa besar risiko tersebut terhadap kejadian DBD?
C. Ruang Lingkup

Ruang lingkup materi penelitian ini dibatasi pada pembahasan mengenai faktor

risiko DBD di Desa Mojosongo yang meliputi jenis kontainer, mobilitas
penduduk, umur, dan kebiasaan tinggal di dalam rumah.

4

DAFTAR PUSTAKA

Adbrite. 2007. Penyakit Berbasis Lingkungan Penyebab Utama Kematian
http://hameedfinder.blogspot.com/2007/12/penyakit-berbasis-lingkunganpenyebab. html (diakses Januari 2008)
Depkes RI. 1992. Petunjuk Teknis Penemuan, Pertolongan, dan Pelaporan
Penderita Penyakit DBD. Dirjen PPM dan PLP.
. 2004. Kajian Masalah Kesehatan : Demam Berdarah Dengue.
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Departemen Kesehatan
RI. Jakarta
Dinkes Boyolali. 2006. Profil Kesehatan Kabupaten Boyolali 2005. Dinas

Kesehatan dan Sosial Boyolali
Dinkes Jawa Tengah. 2003. Profil Kesehatan Jawa Tengah 2003. Dinas
Kesehatan Jawa Tengah
Ditjen P2M&PLP. 2001. Petunjuk Teknis Pemberantasan Nyamuk Penular
Penyakit Demam Berdarah Dengue. Departemen Kesehatan RI. Jakarta
Fathi. Keman, S. Catharina, UW. 2005. Peran Faktor Lingkungan dan Perilaku
terhadap
Penularan
Demam
Berdarah
di
Kota
Mataram.
http://www.journal.unair.ac.id
/login/jurnal/filer/KESLING-1-2-08.pdf
(diakses Oktober 2007)
Hartanto,
D.
2007.
Waspada
Demam
http://www.dinkespurworejo.go.id/
option=com_content&task=view&id=12&Itemid=3 (diakses
2009)

Berdarah.
index.php?
September

Hair, J.F, Anderson, R.E, Tatham, R.L, dan Black, W.C. 1995. Multivariate Data
Analysis. New Jersey : Prentice Hall
I N Gede Suyasa, N Adi Putra, dan I W Redi Aryanta,. 2006. Hubungan Faktor
Lingkungan dan Perilaku Masyarakat dengan Keberadaan Vektor Demam
Berdarah Dengue (DBD) di Wilayah Kerja Puskesmas I Denpasar Selatan.
http://www.akademik.
unsri.
ac.id/download/
journal/files/udejournal/suyasa_pdf.pdf (diakses September 2009)
Kandun, N. 2007. Jadikan PSN Sebagai Budaya. http://www.d-infokomjatim.go.id/news. php?id=11373 (diakses Oktober 2007)

36

Murti, B. 1997. Prinsip dan Metode Riset Epidemiologi. Yogyakarta: Gadjah
Mada University Press
Murti, B. 2003. Prinsip dan Metode Riset Epidemiologi. Yogyakarta : Gadjah
mada University Press
Sari, Cut,I,N,. 2005. Pengaruh LingkunganTerhadap Perkembangan Penyakit
Malaria dan Demam Berdarah Dengue. http://www.rudyct.com/PPS702ipb/09145/cut_ irsanya_ ns.pdf (daikses September 2009)
Siregar, A. 2005. Epidemiologi dan Pemberantasan DBD di Indonesia.
http://www. USUlibrary.ac.id (Diakses September 2007)
Soegijanto, S. 2004. Demam Berdarah Dengue. Surabaya : Airlangga University
Press.
Sumekar, D.W. 2007. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Keberadaan
Jentik Nyamuk. Seminar Hasil Penelitian & Pengabdian kepada Masyarakat,
Unila
Widjana, D.P. 2003. Vektor Demam Berdarah Dengue. Denpasar : Bagian
Parasitologi FK Universitas Udayana
Yudhastuti,R. Vidiyani, A. 2005. Hubungan Kondisi Lingkungan, Kontainer, dan
Perilaku Masyarakat dengan Keberadaan Jentik Nyamuk Aedes Aegypti di
Daerah
Endemis
Surabaya.
http://www.journal.unair.ac.id/login/jurnal/filer/KESLING-2-1-01.pdf
(diakses Oktober 2007)

37

DOSEN MUDA

ANALISIS FAKTOR RISIKO KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE
DI DESA MOJOSONGO KABUPATEN BOYOLALI

Oleh :
Azizah Gama Trisnawati, SKM, M.Pd
Faizah Betty Rahayuningsih, SSiT, MKes

FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2009

i

RINGKASAN HASIL PENELITIAN
ANALISIS FAKTOR RISIKO KEJADIAN DEMAN BERDARAH DENGUE DI
DESA MOJOSONGO KABUPATEN BOYOLALI
Azizah Gama T, Faizah Betty R
Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Surakarta
Kejadian Luar Biasa / KLB DBD terjadi setiap 5 tahun, tetapi kini semakin

sering, bahkan ada beberapa kota terjadi KLB setiap tahun. Tahun 2004, DBD
menimbulkan KLB di 12 propinsi dengan jumlah 79.462 penderita dan 957

menyebabkan kematian. Awal tahun 2007, kembali lagi terjadi KLB di 11 propinsi.
Jumlah kasus DBD 2007 sampai Juli adalah 102.175 kasus dengan jumlah kematian

1.098 jiwa. Tahun 2005 di Jawa Tengah sebesar 7.144 kasus yang tersebar di seluruh

kabupaten dan kota. Diantara kasus tersebut, 181 penderita diantaranya meninggal
dunia (CFR = 2,53%). Kabupaten/kota yang mempunyai CFR >2% adalah Cilacap
(2,33%), Karanganyar (3,03%), Semarang (3,29%), Surakarta (2,93%), dan Boyolali

(5%). DBD ditularkan oleh vektor nyamuk Aedes aegypti. Penyebab DBD adalah

sanitasi lingkungan yang buruk, perilaku masyarakat tidak sehat, perilaku di dalam

rumah pada siang hari, dan mobilitas penduduk. Vektor nyamuk menyukai tempat
penampungan air / kontainer dari berbagai jenis bahan dan saluran air yanng
menggenang. Lingkungan fisik yang terkait dengan kejadian DBD adalah macam dan
jumlah kontainer, curah hujan, dll.

Penelitian ini diarahkan untuk menaksir besarnya hubungan antara faktor-

faktor risiko dengan kejadian, khususnya keberadaan saluran air hujan, keberadaan
kontainer, mobilitas penduduk, dan kebiasaan tinggal di dalam rumah.

Besar

risiko relatif dicerminkan dengan angka IDR (Inside Density Ratio). Parameter yang

digunakan adalah OR (Odds Ratio) yang dapat disamakan dengan IDR. Analisis
hubungan antara faktor-faktor risiko dengan DBD dianalisis dengan analisis regresi
logistik ganda.

Hasil uji Regresi Logistik Ganda dapat dilihat pada tabel 1.

iii

Tabel 1. Hasil Analisis Regresi Logistik tentang Analisis Faktor Risiko Kejadian
DBD di Desa Mojosongo Kabupaten Boyolali Tahun 2009
No
Variabel
OR
p
Coeficience Interval 95%
Batas bawah
1

2

Kontainer
≤3

1

>3

6,75

Terbiasa

0,01

2,15

21,22

1

-

-

9,29

0,43

1,08

80,15

-

-

0

-

-

-

0,14

14,64

Saluran hujan
Tidak
terdapat

4

-

Mobilitas
Tidak terbiasa

3

Batas atas

Terdapat

1
0,00

Tinggal rumah
Tidak biasa
Biasa

1

1
0,00

0,75

Konstan
N observasi = 80
-2Log likelihood = 84,51
Nagelkerke R2 = 0,31
Tabel tersebut menjelaskan bahwa keberadaan kontainer >3 memiliki risiko untuk
mengalami DBD 6,75 kali lebih besar daripada responden yang mempunyai kontainer

≤3 dengan batas bawah 2,15 dan batas atas 21,22 (OR : 6,75, CI 95% : 2,15 hingga

iv

21,22), 2). Melakukan mobilitas minimal periode 2 minggu sebelum kejadian DBD
memiliki risiko 9,29 kali lebih besar daripada responden yang tidak melakukan

mobilitas minimal periode 2 minggu sebelum kejadian DBD dengan batas bawah

1,08 dan batas atas 80,15 (OR : 9,29, CI 95% : 1,08 hingga 80,15), 3). Keberadaan
saluran air hujan bukan merupakan faktor risiko kejadian DBD (OR : 0,00, CI 95% :

0), 4). Kebiasaan tinggal di dalam rumah pada pagi hari bukan merupakan faktor
risiko kejadian DBD (OR : 0,00, CI 95% : 0,14 hingga 14,64).

Nilai R2 Negelkerke sebesar 0,31 mempunyai arti bahwa model yang

memasukkan variabel bebas hanya menjelaskan sebesar 31% berhubungan dengan

kejadian DBD. Hal ini berarti sekitar 69% hubungan kejadian DBD dijelaskan oleh

variabel-variabel lain yang tidak diteliti dan diukur dalam penelitian ini. Oleh karena
itu, penelitian lebih lanjut tentang faktor lain yang mempengaruhi kejadian DBD.

Populasi penelitian ini hanya untuk penderita DBD di Desa Mojosongo Kabupaten
Boyolali, sehingga mempunyai akibat bahwa semua kesimpulan yang ditarik oleh

peneliti hanya berlaku untuk populasi khusus tersebut, tidak dapat diberlakukan untuk
populasi umum.

v

KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan rahmat, taufiq, hidayah, dan inayah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan penyusunan laporan akhir Dosen Muda dengan judul Analisis Faktor

Risiko Kejadian Demam Berdarah Dengue Di Desa Mojosongo, Kabupaten
Boyolali.

Penulis menyadari, terselesaikannya penyusunan ini tidak lepas dari bantuan

beberapa pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih jazaakumullaahu
khoironkatsiiron kepada yang terhormat :

1. Rektor Universitas Muhammadiyah Surakarta, melalui Lembaga Penelitian

dan Pengabdian Masyarakat Universitas Muhammadiyah Surakarta yang telah
memberikan dukungan untuk melaksanakan penelitian ini.

2. Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat yang telah
memberikan dukungan untuk melaksanakan penelitian ini.

3. Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta yang
telah memberikan ijin peneliti untuk melaksanakan penelitian.

4. Kepala dan Staf Dinas Kesehatan Boyolali dan Puskesmas Mojosongo
Boyolali yang banyak membantu pelaksanaan penelitian ini.

5. Warga Desa Mojosongo Kabupaten Boyolali yang telah bersedia menjadi
responden.

6. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan. Semoga amal dan kebaikan
yang telah diberikan mendapat ridho dari Allah SWT

Akhirnya semoga hasil ini dapat bermanfaat bagi para pendidik dan semua pemerhati
dalam melakukan pembelajaran aktif. Amien ya robbal’alamien.

Surakarta, Oktober 2009
Penulis

vi

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL……………………………………………………….
LEMBAR PENGESAHAN DAN IDENTITAS…………………………

RINGKASAN..……………………………………………………………..
KATA PENGANTAR……………….……………………………………..

DAFTAR ISI………………………………………………………………..
DAFTAR TABEL…………………………………………………………..

DAFTAR GAMBAR......................................................................................

i

ii

iii
vi

vii
ix
x

DAFTAR LAMPIRAN………………………………..……………………..

xi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA……………………………………………..

5

BAB I PENDAHULUAN................................................................................

A. Pengertian Demam Berdarah Dengue……………………………
B. Nyamuk Ae aegypti ....................................................…………..

1

5

5

C. Tanda dan Gejala...................................…..…………………….

6

E. Beberapa Faktor yang Berhubungan dengan DBD……..…………

8

D. Pencegahan…………………..................……………………….

F. Kerangka Konsep............................……….…………………….

G. Hipotesis.............…………………………………………………

7

11

11

BAB III TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN……………………….

12

B. Manfaat Penelitian..……………………………………………….

12

A. Tujuan Penelitian………………………………………………….

BAB IV METODE PENELITIAN……………………………………………
A. Desain Penelitian.......................…………………………………

B. Lokasi dan waktu Penelitian…..…………………………………

12

14

14

14

C. Variabel Penelitian................................…………………………

14

E. Kerangka Penelitian…………………………………………………

16

D. Populasi dan Sampel Penelitian…………………………………...

F. Definisi Operasional………………………………………………..

14

17

vii

G. Jenis Data..........................................................................................

H. Analisis Data.....................................................................................

18

19

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN………………………………………

21

B. Pembahasan………………………………………………………..

28

A. Hasil Penelitian…………………………………………………….
C Keterbatasan Penelitian.....................................................................

BAB VI Kesimpulan Dan Saran……………………………………………….
A. Kesimpulan……………………………………………………….

B. Saran………………………………………………………………

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………
LAMPIRAN…………………………………………………………………..

21

33

34

34

34

36

38

viii

DAFTAR TABEL
No
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Judul
Tabel 1. Diskripsi Data Berdasarkan Umur, Tingkat Pendidikan,,
Jenis Pekerjaan, Variabel Dependen dan Variabel
Independen Penelitian
Tabel 2. Tabulasi Silang Keberadaan Saluran Air Hujan dan
Status DBD di Desa Mojosongo, Kabupaten Boyolali
Tahun 2006 - 2008 dan bulan Januari – Agustus 2009
Tabel 3. Tabulasi Silang Keberadaan Kontainer dan Status DBD
di Desa Mojosongo, Kabupaten Boyolali Tahun
2006 - 2008 dan bulan Januari – Agustus 2009
Tabel 4. Tabulasi Silang Mobilitas Penduduk dan Status DBD
di Desa Mojosongo, Kabupaten Boyolali Tahun
2006 - 2008 dan bulan Januari – Agustus 2009
Tabel 5. Tabulasi Silang Kebiasaan di dalam rumah dan Status
DBD di Desa Mojosongo, Kabupaten Boyolali Tahun
2006 - 2008 dan bulan Januari – Agustus 2009
Tabel 6. Hasil Analisis Regresi Logistik tentang Analisis Faktor
Risiko Kejadian DBD di Desa Mojosongo Kabupaten
Boyolali Tahun 2006 - 2008 dan Januari – Agustus 2009

Halaman

22
23
24
25
27

ix

DAFTAR GAMBAR
No
1.

Judul
Gambar 1. Kerangka Penelitian

Halaman
16

x

DAFTAR LAMPIRAN
No
1.
2.
3.
4.
5.

Judul
Kuesioner Penelitian
Lembar Observasi
Hasil Analisis Data
Foto Kegiatan
Identitas Peneliti

Halaman
38
40
42
48
49

xi

RINGKASAN HASIL PENELITIAN
ANALISIS FAKTOR RISIKO KEJADIAN DEMAN BERDARAH DENGUE
DI DESA MOJOSONGO KABUPATEN BOYOLALI
Azizah Gama T, Faizah Betty R
Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Surakarta
Kejadian Luar Biasa / KLB DBD terjadi setiap 5 tahun, tetapi kini

semakin sering, bahkan ada beberapa kota terjadi KLB setiap tahun. Tahun 2004,
DBD menimbulkan KLB di 12 propinsi dengan jumlah 79.462 penderita dan 957

menyebabkan kematian. Awal tahun 2007, kembali lagi terjadi KLB di 11
propinsi. Jumlah kasus DBD 2007 sampai Juli adalah 102.175 kasus dengan

jumlah kematian 1.098 jiwa. Tahun 2005 di Jawa Tengah sebesar 7.144 kasus
yang tersebar di seluruh kabupaten dan kota. Diantara kasus tersebut, 181

penderita diantaranya meninggal dunia (CFR = 2,53%). Kabupaten/kota yang
mempunyai CFR >2% adalah Cilacap (2,33%), Karanganyar (3,03%), Semarang

(3,29%), Surakarta (2,93%), dan Boyolali (5%). DBD ditularkan oleh vektor
nyamuk Aedes aegypti. Penyebab DBD adalah sanitasi lingkungan yang buruk,
perilaku masyarakat tidak sehat, perilaku di dalam rumah pada siang hari, dan

mobilitas penduduk. Vektor nyamuk menyukai tempat penampungan air /
kontainer dari berbagai jenis bahan dan saluran air yanng menggenang.

Lingkungan fisik yang terkait dengan kejadian DBD adalah macam dan jumlah
kontainer, curah hujan, dll.

Penelitian ini diarahkan untuk menaksir besarnya hubungan antara faktor-

faktor risiko dengan kejadian, khususnya keberadaan saluran air hujan,
keberadaan kontainer, mobilitas penduduk, dan kebiasaan tinggal di dalam rumah.

Besar risiko relatif dicerminkan dengan angka IDR (Inside Density Ratio).
Parameter yang digunakan adalah OR (Odds Ratio) yang dapat disamakan dengan
IDR. Analisis hubungan antara faktor-faktor risiko dengan DBD dianalisis dengan
analisis regresi logistik ganda.

1

Hasil uji Regresi Logistik Ganda dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1. Hasil Analisis Regresi Logistik tentang Analisis Faktor Risiko Kejadian
DBD di Desa Mojosongo Kabupaten Boyolali Tahun 2009
No
1
2

3
4

Variabel

OR

Kontainer
≤3
1
>3
6,75
Mobilitas
Tidak
1
terbiasa
Terbiasa
9,29
Saluran hujan
Tidak
1
terdapat
0,00
Terdapat
Tinggal rumah
1
Tidak biasa
0,00
Biasa
Konstan
N observasi = 80
-2Log likelihood = 84,51
Nagelkerke R2 = 0,31

p

Coeficience Interval 95%
Batas
Batas atas
bawah
2,15

21,22

-

-

0,43

1,08

80,15

1

0

-

0,75

0,14

14,64

0,01

Tabel tersebut menjelaskan bahwa keberadaan kontainer >3 memiliki risiko untuk
mengalami DBD 6,75 kali lebih besar daripada responden yang mempunyai

kontainer ≤3 dengan batas bawah 2,15 dan batas atas 21,22 (OR : 6,75, CI 95% :

2,15 hingga 21,22), 2). Melakukan mobilitas minimal periode 2 minggu sebelum
kejadian DBD memiliki risiko 9,29 kali lebih besar daripada responden yang tidak
melakukan mobilitas minimal periode 2 minggu sebelum kejadian DBD dengan

batas bawah 1,08 dan batas atas 80,15 (OR : 9,29, CI 95% : 1,08 hingga 80,15),

3). Keberadaan saluran air hujan bukan merupakan faktor risiko kejadian DBD
(OR : 0,00, CI 95% : 0), 4). Kebiasaan tinggal di dalam rumah pada pagi hari

bukan merupakan faktor risiko kejadian DBD (OR : 0,00, CI 95% : 0,14 hingga
14,64).

2

Nilai R2 Negelkerke sebesar 0,31 mempunyai arti bahwa model yang

memasukkan variabel bebas hanya menjelaskan sebesar 31% berhubungan dengan

kejadian DBD. Hal ini berarti sekitar 69% hubungan kejadian DBD dijelaskan

oleh variabel-variabel lain yang tidak diteliti dan diukur dalam penelitian ini. Oleh
karena itu, penelitian lebih lanjut tentang faktor lain yang mempengaruhi kejadian
DBD. Populasi penelitian ini hanya untuk penderita DBD di Desa Mojosongo

Kabupaten Boyolali, sehingga mempunyai akibat bahwa semua kesimpulan yang
ditarik oleh peneliti hanya berlaku untuk populasi khusus tersebut, tidak dapat
diberlakukan untuk populasi umum.

3

Dokumen yang terkait

Analisis Determinan Kinerja Petugas Surveilans Demam Berdarah Dengue di Kota Pematang Siantar Tahun 2013

2 58 153

Hubungan Kondisi Perumahan dengan Angka Kejadian Demam Berdarah Dengue di Wilayah Kerja Puskesmas Kotabaru Kecamatan Keritang Kabupaten Inderagiri Hilir Riau Tahun 2012

1 59 132

Survei Jentik dan Perilaku Masyarakat Terhadap Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kecamatan Medan Marelan Tahun 2006

0 62 106

Kepadatan Jentik Penular Demam Berdarah Dengue (DBD) Antara Desa Endemis Dan Non Endemis Serta Faktor Yang Mempengaruhinya Di Kecamatan Sungailiat Kabupaten Bangka Tahun 2000

0 32 97

Karakteristik Penderita Demam Berdarah Dengue Di Wilayah Kerja Dinas Kesehatan Kota Lhokseumawe Dan Kegiatan Pemberantasannya Tahun 2003-2007

1 40 88

ANALISIS SPASIAL FAKTOR LINGKUNGAN PADA KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE DI KECAMATAN GENUK

5 31 125

HUBUNGAN FAKTOR PERILAKU DENGAN KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BOYOLALI I.

0 0 7

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI KECAMATAN GROGOL Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Demam Berdarah Dengue (Dbd) Di Kecamatan Grogol Kabupaten Sukoharjo.

0 2 16

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI KECAMATAN GROGOL Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Demam Berdarah Dengue (Dbd) Di Kecamatan Grogol Kabupaten Sukoharjo.

1 1 13

HALAMAN PENGESAHAN FAKTOR RISIKO KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI KECAMATAN KALIMANAH KABUPATEN PURBALINGGA

0 0 31