FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI KECAMATAN GROGOL Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Demam Berdarah Dengue (Dbd) Di Kecamatan Grogol Kabupaten Sukoharjo.
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI KECAMATAN GROGOL
KABUPATEN SUKOHARJO
NASKAH PUBLIKASI
Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat
Disusun Oleh :
Bayu Hidayat Jati J410 080 047
PROGAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2012
(2)
iii
HALAMAN PENGESAHAN
Skripsi dengan judul :
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI KECAMATAN GROGOL KABUPATEN SUKOHARJO
Disusun Oleh : Bayu Hidayat Jati NIM : J 410 080 047
Telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta pada tanggal 31 Oktober 2012 dan telah diperbaiki sesuai dengan masukan tim penguji.
Surakarta, November 2012
Ketua Penguji : Dwi Astuti S.Pd, M.Kes ( )
Anggota Penguji I : Yuli Kusumawati, SKM, M.Kes (Epid) ( )
Anggota Penguji II : Dr. Suwaji Suryanata M.Kes ( )
Mengesahkan,
Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta
( Arif Widodo, A.Kep, M.Kes ) NIK. 630
(3)
1 FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DEMAM
BERDARAH DENGUE (DBD) DI KECAMATAN GROGOL KABUPATEN SUKOHARJO
Bayu Hidayat Jati1, Dwi Astuti2*, Farid Setyo Nugroho2* 1
Alumni Prodi Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta
²Prodi Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta
ABSTRAK
Pada tahun 2011 Kecamatan Grogol mempunyai IR (Incident Rate) kasus DBD terbanyak setelah Kecamatan Kartasura (24,75/100.000 penduduk) dan Baki (24,27/100.000 penduduk) yaitu sebanyak 19,04/100.000 penduduk. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian demam berdarah dengue di Kecamatan Grogol Kabupaten Sukoharjo. Penelitian ini adalah observasional dengan rancangan Cross Sectional. Teknik pengambilan sampel adalah Propotional Sampling. Hasil penelitian ini di uji secara statistik dengan uji Chi Square pada tingkat kepercayaan 95%. Hasil penelitian dengan Chi Square menunjukkan ada hubungan antara pengetahuan responden (p=0,044), ada hubungan antara kebiasaan membersihkan tempat penampungan air (p=0.000) dan ada hubungan antara keberadaan tempat perindukan nyamuk (p=0,000) dengan kejadian DBD di Kecamatan Grogol Kabupaten Sukoharjo.
Kata kunci : Faktor, Kejadian, DBD
ABSTRACT
In 2011 Grogol district has the highest IR (Incident Rate) DHF case after Kartasura district (24.75 / 100,000 population) and Baki (24.27 / 100,000 population) that is 19.04 / 100,000 population. The purpose of this research was to determine the factors associated with the incidence of DHF in Grogol sub-district Sukoharjo regency. This research was an observational cross-sectional design. The sampling technique is propotional sampling. The result of this research is analyzed by Chi Square test at
(4)
2 level confident 95%. The results by the Chi Square show relationship between respondents' knowledge (p = 0.044), there is a correlation between the usuallity of cleaning water reservoirs (p = 0.000) and there was a correlation between the presence of mosquito breeding places (p = 0.000) with the incidence of DHF in Grogol sub-district Sukoharjo regency.
Keywords: Factor, Incidence, DHF.
PENDAHULUAN
Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) kini telah menjadi endemik di lebih dari 100 negara di Afrika, Amerika, Mediterania Timur, Asia Tenggara serta Pasifik Barat (Ginanjar, 2008). Berdasarkan catatan World Health Organization (WHO), diperkirakan 500.000 pasien DBD membutuhkan perawatan di rumah sakit dalam setiap tahunnya dan sebagian besar penderitanya adalah anak-anak. Ironisnya, sekitar 2,5% diantara pasien anak tersebut diperkirakan meninggal dunia (Mufidah, 2012).
Demam Berdarah dengue merupakan penyakit infeksi yang dapat berakibatkan fatal. Dalam waktu yang relatif singkat, penyakit ini dapat merenggut nyawa penderitanya jika tidak ditangani secepatnya. Demam Berdarah dengue dikarenakan oleh virus dengue dari famili Flaviviridae dan genus Flavivirus. Virus ini mempunyai empat serotip yang dikenal dengan DEN-1, DEN-2, DEN-3 dan DEN-4 (Satari, 2004).
Penyakit Demam Berdarah Dengue masih merupakan permasalahan serius di Provinsi Jawa Tengah terbukti 35 kabupaten/kota sudah pernah terjangkit penyakit DBD. Angka kesakitan/Incidence Rate (IR) kasus DBD DBD di Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2009 sebesar 5,74/10.000 penduduk. Angka ini mengalami penurunan bila dibandingkan tahun 2008 sebesar 5,92/10.000 penduduk. Meskipun demikian, angka tersebut masih jauh di atas target nasional yaitu kurang dari 2/10.000
(5)
3 penduduk. Setiap penderita DBD yang dilaporkan dilakukan tindakan perawatan penderita, penyelidikan epidemiologi di lapangan serta upaya pengendalian. Tingginya angka kesakitan DBD di Provinsi Jawa Tengah ini disebabkan karena adanya iklim yang tidak stabil dan curah hujan yang cukup banyak pada musim penghujan yang merupakan sarana perkembangbiakan nyamuk Aedes aegypti yang cukup potensial, juga didukung dengan tidak maksimalnya kegitan PSN di masyarakat sehingga menimbulkan Kejadian Luar Biasa (KLB) penyakit DBD di beberapa kabupaten bahkan di beberapa provinsi (Dinkes Jateng, 2009).
Kabupaten Sukoharjo merupakan daerah endemis demam berdarah dengan Case Fatality Rate (CFR) yang cukup tinggi bila dibandingkan dengan standar nasional. Pada tahun 2011 dari 106 kasus dengan kematian 1 orang (0,94%) menurun tiga kali lipat dibandingkan tahun 2010 dengan 437 kasus dengan 10 kematian (2,29%), dan tahun 2009 dengan 371 kasus dengan 11 kematian (2,96%) (Dinkes Sukoharjo)
Pada tahun 2011 Kecamatan Grogol mempunyai IR kasus DBD terbanyak setelah Kecamatan Kartasura (24,75/100.000 penduduk) dan Baki (24,27/100.000 penduduk) yaitu sebanyak 19,04/100.000 penduduk. Pada tahun 2010 Kecamatan Grogol mempunyai IR terbesar yaitu 86,80/100.000 penduduk. Dilihat dari data tahun 2011 dan 2010 IR di Kecamatan Grogol menurun tetapi Kecamatan Grogol mempunyai desa/kelurahan yang endemis DBD terbanyak yaitu sebanyak 9 desa/kelurahan dengan 20 penderita dan kematian 1 orang setelah Kecamatan Sukoharjo yaitu 10 desa/kelurahan. Pada tahun 2012 sampai Bulan September, jumlah penderita DBD di Kecamatan Grogol sebanyak 29 penderita.
Berdasarkan observasi kepada beberapa penduduk di Kecamatan Grogol, sebagian besar penduduk belum melakukan PSN secara maksimal seperti kebiasaan membersihkan TPA meliputi bak mandi, tempayan, vas bunga dan tempat minum di kandang ternak yang positif jentik nyamuk.
(6)
4 METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan jenis penelitian observasional dengan menggunakan rancangan penelitian Cross Sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh kepala keluarga yang ada di Kecamatan Grogol sebanyak 31641. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 100 KK yang diambil dengan menggunakan Propotional Random Sampling. Proses pengumpulan data dilakukan dengan wawancara dan observasi dengan menggunakan instrumen penelitian berupa lembar soal dan check list. Lokasi penelitian di Kecamatan Grogol Kabupaten Sukoharjo. Variabel bebasnya adalah Pengetahuan, kebiasaan membersihkan TPA dan tempat perindukan nyamuk, vareiabel terikatnya adalah kejadian DBD. Untuk menganalisis data digunakan uji Chi Square.
HASIL PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Grogol Kabupaten Sukoharjo dengan luas wilayah sebesar 3.000 Ha. Jumlah penduduk sebanyak 104.055 jiwa yang terdiri dari jumlah penduduk laki-laki sebanyak 51.978 jiwa, sedangkan jumlah penduduk perempuan sebanyak 52.077 jiwa dengan jumlah kepala keluarga sebanyak 31.641.
Uji statistik hubungan antara variabel bebas dengan kejadian DBD di Kecamatan Grogol kabupaten sukoharjo.
1. Pengetahuan Responden dengan Kejadian DBD.
Tabel. Analisis Pengetahuan Responden dengan Kejadian DBD
Pengetahuan responden
Kejadian DBD
Total p
Tidak terkena Terkena
f % f % f %
0,044
Baik 84 93,3 6 6,7 90 90
Kurang baik 7 77,7 3 33,3 10 10
(7)
5 Dari Tabel 8 diketahui bahwa pengetahuan responden tentang DBD yang memiliki pengetahuan kurang baik ada 10 orang dengan 3 responden terkena DBD, sedangkan pengetahuan responden yang memiliki pengetahuan baik tentang DBD ada 90 orang dengan 6 orang terkena DBD. Dari Tabel 8 ada kecenderungan bahwa semakin baik pengetahuan responden maka semakin besar peluang seseorang untuk tidak terkena DBD.
Dari hasil penelitian didapat nilai hasil perhitungan Fisher Exact Test nilai (p = 0,044 < α = 0,05) maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan responden terhadap kejadian DBD.
2. Perilaku Kebiasaan Membersihkan Tempat Penampungan Air (TPA) Tabel. Analisis kebiasaan membersihkan TPA dengan kejadian DBD
Kebiasaan membersihkan TPA
Kejadian DBD
Total p
Tidak terkena Terkena
f % f % F %
0,000
Ya 82 97,6 2 2,4 84 84,0
Tidak 9 56,2 7 43,8 16 16,0
Total 88 91,0 9 8,2 100 100
Dari hasil penelitian didapat nilai hasil perhitungan Fisher Exact Test dengan nilai (p = 0,000 < α = 0,05) maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara perilaku responden dalam kebiasaan membersihkan tempat penampungan air terhadap kejadian DBD.
(8)
6 3. Keberadaan Tempat Perindukan Nyamuk dengan Kejadian DBD
Tabel. Analisis keberadaan tempat perindukan nyamuk dengan kejadian DBD
Keberadaan Tempat Perindukan
Kejadian DBD
Total p
Tidak terkena Terkena
f % F % F %
0,000
Ada 12 63,2 7 36,8 19 19,0
Tidak ada 79 97,5 2 22,2 81 81,0
Total 91 91,0 9 9,0 100 100
Dari hasil penelitian didapat nilai hasil perhitungan Fisher Exact Test dengan nilai (p = 0,000 < α = 0,05) maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara keberadaan tempat perindukan nyamuk terhadap kejadian DBD.
PEMBAHASAN
A. Hubungan antara pengetahuan responden dengan kejadian DBD
Dari hasil penelitian didapat nilai hasil perhitungan Fisher Exact Test dengan nilai (p = 0,044 < α = 0,05) maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan responden terhadap kejadian DBD. Dari 100 responden yang memiliki pengetahuan baik sebanyak 90 responden (90,0%) sedangkan yang memiliki pengetahuan kurang baik sebanyak 10 responden (10,0%). Penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Wati (2009) di Kelurahan Ploso menyimpulkan bahwa ada hubungan pengetahuan dengan kejadian DBD, selain itu juga sejalan dengan hasil penelitian Santoso dkk (2008) di Palembang menunjukkan bahwa ada hubungan antara pengetahuan responden dengan kejadian DBD. Dalam hal ini berarti bahwa tingkat pengetahuan yang baik sangat berpengaruh dalam mencegah terjadinya penyakit DBD.
Pada dasarnya tingkat pengetahuan dipengaruhi dari pengalaman yang didapat dan juga tingkat pendidikan seseorang. Pendidikan responden merupakan
(9)
7 salah satu faktor yang penting dalam meningkatkan pengetahuan dan pengalaman karena dengan pendidikan yang baik dan banyaknya pengalaman yang diperoleh maka responden lebih mudah dan dapat menerima segala informasi dan memperoleh pengalaman lebih banyak dari luar terutama tentang cara pencegahan penyakit DBD yang baik dan benar. Menurut Notoatmodjo (2003) mengatakan bahwa pengetahuan sangat erat kaitannya dengan tingkat pendidikan dan pengalaman seseorang dalam memperoleh pengetahuan. Dengan adanya pendidikan yang baik dan pengalaman yang didapatkan sebelumnya baik pengalaman pribadi maupun dari orang lain dapat menentukan status kesehatan seseorang.
Sebagian besar umur responden berkisar antara 31-40 tahun dan tingkat pendidikannya sebagian besar lulusan SMA, pada umur sekitar 31-40 tahun dan tingkat pendidikan yang baik bagi seseorang merupakan usia yang produktif dan sudah dikatakan dewasa. Pada usia ini sesorang lebih tanggap atau sering berinteraksi terhadap segala sesuatu yang menyangkut lingkungan sekitar. Menurut Huckluc (1998) dalam Nursalam (2003) Semakin dewasa umur seseorang, maka tingkat kematangan dan kekuatan seseorang dalam berfikir akan lebih baik dan matang.
B. Hubungan antara perilaku kebiasaan membersihkan tempat penampungan air (TPA) dengan kejadian DBD.
Dari hasil penelitian didapat nilai hasil perhitungan Fisher Exact Test dengan nilai (p = 0,000 < α = 0,05) maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara perilaku kebiasaan membersihkan tempat penampungan air (TPA) terhadap kejadian DBD. Responden yang memiliki perilaku baik, rutin membersihkan tempat penampungan air setiap minggu dari 100 responden sebanyak 84 responden (84,0%) sedangkan yang tidak membiasakan membersikan tempat penampungan air sebanyak 16 responden (16,0%). Penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Suyasa dkk (2008) di Denpasar
(10)
8 menyimpulkan bahwa kondisi tempat penampungan air berhubungan dengan kejadian DBD, selain itu juga sejalan dengan hasil penelitian Duma dkk (2007) di Kendari menyimpulkan bahwa kondisi tempat penampungan air berhubungan dengan kejadian DBD Dalam pernyataan ini berarti bahwa perilaku kesehatan yang baik seperti membersihkan tempat penampungan air secara rutin minimal 1 kali dalam seminggu sangat berpengaruh dalam mencegah terjadinya penyakit DBD.
Perilaku sehat seseorang merupakan modal utama seseorang dalam menjaga dirinya terhindar dari berbagai penyakit khususnya penyakit DBD. Perilaku seseorang sangat berpengaruh terhadap status kesehatan serta kondisi jiwa dan raga seseorang. Perilaku sehat adalah semua perilaku kesehatan yang dilakukan atas dasar kesadaran yang mana perilaku atau kegiatan tersebut berkaitan dengan upaya mempertahankan dan meningkatkan kesehatan (Notoatmodjo, 2010b). Notoatmodjo (2003) menunjukkan bahwa perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan.
C. Keberadaan tempat perindukan nyamuk dengan kejadian DBD
Dari hasil penelitian didapat nilai hasil perhitungan Fisher Exact Tes dengan nilai (p = 0,000 < α = 0,05) maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara keberadaan tempat perindukan nyamuk dengan kejadian DBD. Responden yang rumahnya terdapat tempat perindukan nyamuk sebanyak 19 rumah (19,0%) dari 100 responden sedangkan yang terbebas dari tempat perindukan nyamuk sebanyak 81 rumah (81,0%). Penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Widiyanto (2007) di Purwokerto menyimpulkan bahwa terdapat hubungan antara keberadaan tempat perindukan nyamuk dengan kejadian DBD, selain itu juga sejalan dengan hasil penelitian Badrah (2011) di Penajam Paser utara menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara keberadaan tempat perindukan nyamuk dengan kejadian DBD.
(11)
9 Menurut Sembel (2008) Jenis tempat perindukan nyamuk Aedes adalah pada air yang bersih yang tertampung pada kontainer bekas, maka perlu adanya pengendalian, salah satunya melalui sanitasi lingkungan yaitu membersihkan tempat-tempat pembiakan nyamuk atau membunuh telur-telur, jentik-jentik, dan pupa-pupa nyamuk.
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan
1. Ada hubungan antara pengetahuan responden terhadap kejadian DBD di Kecamatan Grogol Kabupaten Sukoharjo.
2. Ada hubungan antara keberadaan tempat perindukan nyamuk terhadap kejadian DBD di Kecamatan Grogol Kabupaten Sukoharjo.
3. Ada hubungan antara kebiasaan membersihkan tempat penampungan air terhadap kejadian DBD di Kecamatan Grogol Kabupaten Sukoharjo.
Saran
1. Bagi Masyarakat
Masyarakat diharapkan membudayakan perilaku kebiasaan membersihkan tempat penampungan air secara rutin minimal 1 minggu sekali, mengubur barang-barang bekas serta menutup tempat penampungan air agar terhindar dari penyakit DBD.
2. Bagi Dinas Kesehatan
Bagi Dinas Kesehatan melalui Petugas kesehatan diharapkan dapat memberikan penyuluhan kepada masyarakat mengenai upaya pencegahan DBD.
3. Bagi Pengembangan Ilmu Pengetahuan
Bagi pengembangan ilmu pengetahuan sebagai refrensi untuk penelitian yang
akan datang dan untuk menambah pengetahuan terutama tentang penyakit DBD
(12)
10 DAFTAR PUSTAKA
Dinas Kesehatan Kabupaten Sukoharjo. 2011. Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Sukoharjo. Sukoharjo: Dinas Kesehatan Kabupaten Sukoharjo.
Dinas Kesehatan Provinsi Jateng. 2009. Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah. Jateng.
Duma, N.S., Darmawansyah dan A. Arsunan Arsin. 2007. Analisis Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Demam Berdarah Dengue Di Kecamatan Baruga Kota Kendari 2007. Analisis Occurrence Of DHF , Vol. 4 No. 2, September 2007: 91-100
Ginanjar, G. 2008. Demam Berdarah, B-First, Bandung.
Mufidah, F. 2012. Cermati Penyakit-Penyakit yang Rentan Diderita anak Usia Sekolah. Yogyakarta: FlashBook.
Notoatmodjo, S. 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta :Rineka Cipta.
Notoatmodjo, S. 2010. Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Notoatmodjo, S. 2010. Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Nursalam, 2003. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: SalembaMedika.
Satari, H. I. 2004. Demam Berdarah Perawatan di Rumah & Rumah Sakit. Jakarta: Puspa Swara.
Santoso,. A. B. 2008. Hubungan Pengetahuan Sikap Perilaku (PSP) Masyarakat terhadap Vektor DBD di Kota Palembang Provinsi sumatera Seelatan, Jurnal Ekologi Kesehatan Vol. 7 No. 2, Agustus 2008 : 732 – 739.
Sudoyo, A.W., Bambang Setiyohadi., Idrus Alwi, Marcellus Simadibrata K., Siti Setiati. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Internal Publishing.
Suyasa, I N Gede., N Adi Putra,. I W Redi Aryanta. 2008. Hubungan faktor Lingkungan dan Perilaku Masyarakat dengan Keberadaan Vektor Demam Berdarah Dengue di Wilayah Kerja Puskesmas I Denpasar selatan. Jurnal Ecothropic. Vol. 3. No. 1 Mei 2008: 1-6.
(13)
11 Wati, Widia Eka. 2009. Beberapa Faktor Yang Berhubungan dengan kejadian Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Kelurahan Ploso Kecamata n Pacitan. [skripsi]. Surakarta: Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Widiyanto, Teguh. 2007. Kajian Manajemen Lingkungan Terhadap Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kota Purwokerto Jawa Tengah. [Thesis]. Semarang: Program Pascasarjana, Universitas Diponogoro
(1)
6 3. Keberadaan Tempat Perindukan Nyamuk dengan Kejadian DBD
Tabel. Analisis keberadaan tempat perindukan nyamuk dengan kejadian DBD Keberadaan
Tempat Perindukan
Kejadian DBD
Total p
Tidak terkena Terkena
f % F % F %
0,000
Ada 12 63,2 7 36,8 19 19,0
Tidak ada 79 97,5 2 22,2 81 81,0
Total 91 91,0 9 9,0 100 100
Dari hasil penelitian didapat nilai hasil perhitungan Fisher Exact Test dengan nilai (p = 0,000 < α = 0,05) maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara keberadaan tempat perindukan nyamuk terhadap kejadian DBD.
PEMBAHASAN
A. Hubungan antara pengetahuan responden dengan kejadian DBD
Dari hasil penelitian didapat nilai hasil perhitungan Fisher Exact Test dengan nilai (p = 0,044 < α = 0,05) maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan responden terhadap kejadian DBD. Dari 100 responden yang memiliki pengetahuan baik sebanyak 90 responden (90,0%) sedangkan yang memiliki pengetahuan kurang baik sebanyak 10 responden (10,0%). Penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Wati (2009) di Kelurahan Ploso menyimpulkan bahwa ada hubungan pengetahuan dengan kejadian DBD, selain itu juga sejalan dengan hasil penelitian Santoso dkk (2008) di Palembang menunjukkan bahwa ada hubungan antara pengetahuan responden dengan kejadian DBD. Dalam hal ini berarti bahwa tingkat pengetahuan yang baik sangat berpengaruh dalam mencegah terjadinya penyakit DBD.
Pada dasarnya tingkat pengetahuan dipengaruhi dari pengalaman yang didapat dan juga tingkat pendidikan seseorang. Pendidikan responden merupakan
(2)
7 salah satu faktor yang penting dalam meningkatkan pengetahuan dan pengalaman karena dengan pendidikan yang baik dan banyaknya pengalaman yang diperoleh maka responden lebih mudah dan dapat menerima segala informasi dan memperoleh pengalaman lebih banyak dari luar terutama tentang cara pencegahan penyakit DBD yang baik dan benar. Menurut Notoatmodjo (2003) mengatakan bahwa pengetahuan sangat erat kaitannya dengan tingkat pendidikan dan pengalaman seseorang dalam memperoleh pengetahuan. Dengan adanya pendidikan yang baik dan pengalaman yang didapatkan sebelumnya baik pengalaman pribadi maupun dari orang lain dapat menentukan status kesehatan seseorang.
Sebagian besar umur responden berkisar antara 31-40 tahun dan tingkat pendidikannya sebagian besar lulusan SMA, pada umur sekitar 31-40 tahun dan tingkat pendidikan yang baik bagi seseorang merupakan usia yang produktif dan sudah dikatakan dewasa. Pada usia ini sesorang lebih tanggap atau sering berinteraksi terhadap segala sesuatu yang menyangkut lingkungan sekitar. Menurut Huckluc (1998) dalam Nursalam (2003) Semakin dewasa umur seseorang, maka tingkat kematangan dan kekuatan seseorang dalam berfikir akan lebih baik dan matang.
B. Hubungan antara perilaku kebiasaan membersihkan tempat penampungan air (TPA) dengan kejadian DBD.
Dari hasil penelitian didapat nilai hasil perhitungan Fisher Exact Test dengan nilai (p = 0,000 < α = 0,05) maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara perilaku kebiasaan membersihkan tempat penampungan air (TPA) terhadap kejadian DBD. Responden yang memiliki perilaku baik, rutin membersihkan tempat penampungan air setiap minggu dari 100 responden sebanyak 84 responden (84,0%) sedangkan yang tidak membiasakan membersikan tempat penampungan air sebanyak 16 responden (16,0%). Penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Suyasa dkk (2008) di Denpasar
(3)
8 menyimpulkan bahwa kondisi tempat penampungan air berhubungan dengan kejadian DBD, selain itu juga sejalan dengan hasil penelitian Duma dkk (2007) di Kendari menyimpulkan bahwa kondisi tempat penampungan air berhubungan dengan kejadian DBD Dalam pernyataan ini berarti bahwa perilaku kesehatan yang baik seperti membersihkan tempat penampungan air secara rutin minimal 1 kali dalam seminggu sangat berpengaruh dalam mencegah terjadinya penyakit DBD.
Perilaku sehat seseorang merupakan modal utama seseorang dalam menjaga dirinya terhindar dari berbagai penyakit khususnya penyakit DBD. Perilaku seseorang sangat berpengaruh terhadap status kesehatan serta kondisi jiwa dan raga seseorang. Perilaku sehat adalah semua perilaku kesehatan yang dilakukan atas dasar kesadaran yang mana perilaku atau kegiatan tersebut berkaitan dengan upaya mempertahankan dan meningkatkan kesehatan (Notoatmodjo, 2010b). Notoatmodjo (2003) menunjukkan bahwa perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan.
C. Keberadaan tempat perindukan nyamuk dengan kejadian DBD
Dari hasil penelitian didapat nilai hasil perhitungan Fisher Exact Tes dengan nilai (p = 0,000 < α = 0,05) maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara keberadaan tempat perindukan nyamuk dengan kejadian DBD. Responden yang rumahnya terdapat tempat perindukan nyamuk sebanyak 19 rumah (19,0%) dari 100 responden sedangkan yang terbebas dari tempat perindukan nyamuk sebanyak 81 rumah (81,0%). Penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Widiyanto (2007) di Purwokerto menyimpulkan bahwa terdapat hubungan antara keberadaan tempat perindukan nyamuk dengan kejadian DBD, selain itu juga sejalan dengan hasil penelitian Badrah (2011) di Penajam Paser utara menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara keberadaan tempat perindukan nyamuk dengan kejadian DBD.
(4)
9 Menurut Sembel (2008) Jenis tempat perindukan nyamuk Aedes adalah pada air yang bersih yang tertampung pada kontainer bekas, maka perlu adanya pengendalian, salah satunya melalui sanitasi lingkungan yaitu membersihkan tempat-tempat pembiakan nyamuk atau membunuh telur-telur, jentik-jentik, dan pupa-pupa nyamuk.
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan
1. Ada hubungan antara pengetahuan responden terhadap kejadian DBD di Kecamatan Grogol Kabupaten Sukoharjo.
2. Ada hubungan antara keberadaan tempat perindukan nyamuk terhadap kejadian DBD di Kecamatan Grogol Kabupaten Sukoharjo.
3. Ada hubungan antara kebiasaan membersihkan tempat penampungan air terhadap kejadian DBD di Kecamatan Grogol Kabupaten Sukoharjo.
Saran
1. Bagi Masyarakat
Masyarakat diharapkan membudayakan perilaku kebiasaan membersihkan tempat penampungan air secara rutin minimal 1 minggu sekali, mengubur barang-barang bekas serta menutup tempat penampungan air agar terhindar dari penyakit DBD.
2. Bagi Dinas Kesehatan
Bagi Dinas Kesehatan melalui Petugas kesehatan diharapkan dapat memberikan penyuluhan kepada masyarakat mengenai upaya pencegahan DBD.
3. Bagi Pengembangan Ilmu Pengetahuan
Bagi pengembangan ilmu pengetahuan sebagai refrensi untuk penelitian yang akan datang dan untuk menambah pengetahuan terutama tentang penyakit DBD dan cara penanganan pada penderita.
(5)
10 DAFTAR PUSTAKA
Dinas Kesehatan Kabupaten Sukoharjo. 2011. Profil Dinas Kesehatan Kabupaten
Sukoharjo. Sukoharjo: Dinas Kesehatan Kabupaten Sukoharjo.
Dinas Kesehatan Provinsi Jateng. 2009. Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah. Jateng.
Duma, N.S., Darmawansyah dan A. Arsunan Arsin. 2007. Analisis Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Demam Berdarah Dengue Di Kecamatan Baruga Kota Kendari 2007. Analisis Occurrence Of DHF , Vol. 4 No. 2, September 2007: 91-100
Ginanjar, G. 2008. Demam Berdarah, B-First, Bandung.
Mufidah, F. 2012. Cermati Penyakit-Penyakit yang Rentan Diderita anak Usia
Sekolah. Yogyakarta: FlashBook.
Notoatmodjo, S. 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta :Rineka Cipta. Notoatmodjo, S. 2010. Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Notoatmodjo, S. 2010. Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Nursalam, 2003. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: SalembaMedika.
Satari, H. I. 2004. Demam Berdarah Perawatan di Rumah & Rumah Sakit. Jakarta: Puspa Swara.
Santoso,. A. B. 2008. Hubungan Pengetahuan Sikap Perilaku (PSP) Masyarakat terhadap Vektor DBD di Kota Palembang Provinsi sumatera Seelatan, Jurnal
Ekologi Kesehatan Vol. 7 No. 2, Agustus 2008 : 732 – 739.
Sudoyo, A.W., Bambang Setiyohadi., Idrus Alwi, Marcellus Simadibrata K., Siti Setiati. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Internal Publishing. Suyasa, I N Gede., N Adi Putra,. I W Redi Aryanta. 2008. Hubungan faktor
Lingkungan dan Perilaku Masyarakat dengan Keberadaan Vektor Demam Berdarah Dengue di Wilayah Kerja Puskesmas I Denpasar selatan. Jurnal
(6)
11 Wati, Widia Eka. 2009. Beberapa Faktor Yang Berhubungan dengan kejadian
Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Kelurahan Ploso Kecamata n Pacitan.
[skripsi]. Surakarta: Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Widiyanto, Teguh. 2007. Kajian Manajemen Lingkungan Terhadap Demam
Berdarah Dengue (DBD) di Kota Purwokerto Jawa Tengah. [Thesis].