LKP : Penjelasan Modul Communication INNIS01, INNPM01, INICI01/INICI03 Pada PLC Bailey INFI 90 di PT. Semen Indonesia (Persero) Tbk. Pabrik Tuban.

(1)

PENJELASAN MODUL COMMUNICATION INNIS01, INNPM01, INICI01/INICI03 PADA PLC BAILEY INFI 90

DI PT. SEMEN INDONESIA (PERSERO) TBK. PABRIK TUBAN

KERJA PRAKTEK

Program Studi S1 Sistem Komputer

Oleh :

Niko Priyo Utomo 11.41020.0067


(2)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL... i

HALAMAN MOTTO... ii

HALAMAN PERSEMBAHAN... iii

HALAMAN PENGESAHAN... iv

HALAMAN PERNYATAAN... v

ABSTRAKSI... vi

KATA PENGANTAR... viii

DAFTAR ISI...ix

DAFTAR TABEL... xi

DAFTAR GAMBAR... xiii

DAFTAR LAMPIRAN... xv

BAB I PENDAHULUAN... 1

1.1 Latar Belakang Masalah... 1

1.2 Perumusan Masalah... 2

1.3 Batasan Masalah…... 2

1.4 Tujuan Kerja Praktek ... 2

1.5 Waktu Dan Lama Kerja Praktek... 4

1.6 Ruang Lingkup Kerja Praktek... 4

1.7 Metodologi... 4

1.8 Sistematika Penulisan... 5

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN... 7

2.1 Profil Perusahaan…………... 7


(3)

2.3 Lokasi Pabrik... 17

2.4 Visi…... 19

2.5 Misi………... 19

BAB III LANDASAN TEORI... 20

3.1 PLC………... 20

3.1.1 Pengertian PLC………... 20

3.1.2 Pembagian PLC………... 21

3.1.3 Keguanaan Umum PLC………. 23

3.1.4 Hal – hal Yang Dapat Dilakukan PLC……….. 24

3.1.5 Perangkat Keras Pada PLC………... 25

3.1.6 Dasar –dasar Pemograman Pada PLC……… 33

3.2 Modul Komunikasi……... 37

3.2.1 Pengertian…………... 37

3.2.2 Fungsi Modul Komunikasi………... 40

BAB IV PEMBAHASAN………. 47

4.1 Modul – Modul Komunikasi pada PLC BAILEY INFI 90... 47

4.1.1 Network Interface Slave Module (INNIS01)……….. 29

4.1.2 Network Processing Module (INNPM01)………... 62

4.1.3 Infinet to Computer Module (INICT01/INICT03)……….. 73

BAB V PENUTUP………... 93

5.1 Kesmpulan………. 93

5.2 Saran………. 94


(4)

BAB II

PROFIL PERUSAHAAN

2.1. Profil Perusahaan

Gambar 2.1 Logo PT Semen Indonesia (Persero) Tbk.

PT Semen Indonesia (Persero) Tbk (dahulu PT Semen Gresik (Persero) Tbk) adalah produsen semen yang terbesar di Indonesia. Pada tanggal 20 Desember 2012, PT Semen Indonesia (Persero) Tbk resmi berganti nama dari sebelumnya bernama PT Semen Gresik (Persero) Tbk. Diresmikan di Gresik pada tanggal 7 Agustus 1957 oleh Presiden RI pertama dengan kapasitas terpasang 250.000 ton semen per tahun. Pada tanggal 8 Juli 1991 Semen Gresik tercatat di Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya sehingga menjadikannya BUMN pertama yang go public


(5)

dengan menjual 40 juta lembar saham kepada masyarakat Komposisi pemegang saham pada saat itu: Negara RI 73% dan masyarakat 27%.

Pada bulan September 1995, Perseroan melakukan Penawaran Umum Terbatas I (Right Issue I), yang mengubah komposisi kepemilikan saham menjadi Negara RI 65% dan masyarakat 35%. Pada tanggal 15 September 1995 PT Semen Gresik berkonsolidasi dengan PT Semen Padang dan PT Semen Tonasa. Total kapasitas terpasang Perseroan saat itu sebesar 8,5 juta ton semen per tahun.

Pada tanggal 17 September 1998, Negara RI melepas kepemilikan sahamnya di Perseroan sebesar 14% melalui penawaran terbuka yang dimenangkan oleh Cemex S. A. de C. V., perusahaan semen global yang berpusat di Meksiko. Komposisi kepemilikan saham berubah menjadi Negara RI 51%, masyarakat 35%, dan Cemex 14%. Kemudian tanggal 30 September 1999 komposisi kepemilikan saham berubah menjadi: Pemerintah Republik Indonesia 51,0%, masyarakat 23,4% dan Cemex 25,5%.

Pada tanggal 27 Juli 2006 terjadi transaksi penjualan saham Cemex Asia Holdings Ltd. kepada Blue Valley Holdings PTE Ltd. sehingga komposisi kepemilikan saham berubah menjadi Negara RI 51,0%, Blue Valley Holdings PTE Ltd. 24,9%, dan masyarakat 24,0%. Pada akhir Maret 2010, Blue Valley Holdings PTE Ltd. menjual seluruh sahamnya melalui private placement, sehingga komposisi pemegang saham Perseroan berubah


(6)

Gambar 2.2 Kondisi saham PT Semen Indonesia (Persero) Tbk. tahun 2006 dan tahun 2010

Tanggal 18 Desember 2012 adalah momentum bersejarah ketika Perseroan melakukan penandatanganan transaksi final akuisisi 70 persen saham Thang Long Cement, perusahaan semen terkemuka Vietnam yang memiliki kapasitas produksi 2,3 juta ton/tahun. Akuisisi Thang Long Cement Company ini sekaligus menjadikan Perseroan sebagai BUMN pertama yang berstatus multi-national corporation. Sekaligus mengukuhkan posisi Perseroan sebagai perusahaan semen terbesar di Asia Tenggara dengan kapasitas sampai tahun 2013 sebesar 30 juta ton per tahun

 Menyelesaikan pembangunan unit pabrik semen

 Akuisisi Thang Long Cement Joint stock Company (TLCC), di Vietnam.


(7)

 Menjadi Strategic Holding Company dan merubah nama menjadi PT Semen Indonesia (Persero) Tbk.

Pada tanggal 20 Desember 2012, melalui Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) Perseroan, resmi mengganti nama dari PT Semen Gresik (Persero) Tbk, menjadi PT Semen Indonesia (Persero) Tbk. Penggantian nama tersebut, sekaligus merupakan langkah awal dari upaya merealisasikan terbentuknya Strategic Holding Group yang ditargetkan dan diyakini mampu mensinergikan seluruh kegiatan operasional dan memaksimalkan seluruh potensi yang dimiliki untuk menjamin dicapainya kinerja operasional maupun keuangan yang optimal.

Setelah memenuhi ketentuan hukum yang berlaku, pada tanggal 7 Januari 2013 ditetapkan sebagai hari lahir PT Semen Indonesia (Persero) Tbk. Perseroan menggunakan nama Semen Indonesia dengan mempertimbangkan berbagai aspek yang krusial, mencakup:

1. Nama tersebut bisa merefleksikan ambisi dari grup.

2. Merangkul karakteristik nasional dari perusahaan yang mencakup ketiga OpCo

3. Melalui nama tersebut sejarah dan tradisi tetap dihormati 4. Melalui nama Semen Indonesia, seluruh Opco tetap dapat

menggunakan keberadaan merek eksisting secara optimal,

mengingat pengenalan merek baru akan sangat menyita waktu dan biaya. Perseroan juga telah mempertimbangkan bahwa nama Semen Indonesia sangat sejalan dengan sasaran pembentukan Holding dari


(8)

1. Kemampuan untuk meningkatkan Sinergi:

 Sesuai dengan positioning anak-anak perusahaan yang bergerak dalam bidang persemenan.

 Merefleksikan Holding yang lebih besar dan melambangkan ke- Indonesiaan.

 Dapat memayungi anak-anak perusahaan persemenan yang berada di lokasi geografis yang berbeda (Gresik, Tonasa, dan Padang)

 Dapat diterima dengan mudah di lingkup Internasional ataupun dalam negeri

2. Kemudahan Implementasi:

 Tidak menimbulkan perubahan berarti yang mungkin mempengaruhi tahapan- tahapan pembentukan strategic holding.

 Mencerminkan gerakan perubahan ke arah strategic holding sebagai gerakan nasional / Indonesia.

3. Meningkatkan potensi pemasaran dan pertumbuhan

 Masing-masing merk eksiting (Semen Gresik, Semen Tonasa dan Semen Padang) tetap tumbuh dan eksis sebagai merk yang kuat di Indonesia.

 Pada masa mendatang, nama Semen Indonesia dapat menciptakan kebanggaan nasionalis; menghilangkan asosiasi dengan spesifik daerah.


(9)

 Kemungkinan lebih bisa diterima oleh potensial target merger dan akusisi (perusahaan Semen BUMN lainnya).

 Komplemen dari struktur strategic holding.

 Menambah keberadaan di pasar regional dan internasional

 Selaras dengan aspirasi menjadi pemain regional kelas atas Pembentukan Semen Indonesia sebagai Strategic Holding, akan memberikan keleluasaan dalam merealisasikan berbagai aksi korporasi, menyangkut: akuisisi, financing, pengembangan bisnis terintegrasi dengan industri semen, akuisisi lahan dalam rangka persiapan pembangunan pabrik baru dan sebagainya.

2.2. Produk Perusahaan

1. Semen Portland Tipe I. Dikenal pula sebagai Ordinary Portland Cement (OPC), merupakan semen hidrolis yang dipergunakan secara luas untuk konstruksi umum, seperti konstruksi bangunan yang tidak memerlukan persyaratan khusus, antara lain : bangunan, perumahan, gedung-gedung bertingkat, jembatan, landasan pacu dan jalan raya. 2. Semen Portland Tipe II. Dikenal sebagai semen yang mempunyai


(10)

bangunan di pinggir laut, tanah rawa, dermaga, saluran irigasi, beton massa dan bendungan.

Gambar 2.3 Semen Portland Tipe I (OPC) dan Semen Portland Tipe II

3. Semen Portland Tipe III. Semua jenis ini merupakan semen yang dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan bangunan yang memerlukan kekuatan tekan awal yang tinggi setelah proses pengecoran dilakukan dan memerlukan penyelesaian secepat mungkin. Misalnya digunakan untuk pembuatan jalan raya, bangunan tingkat tinggi dan bandara udara.

4. Semen Portland Tipe V. Semen jenis ini dipakai untuk konstruksi bangunan-bangunan pada tanah/air yang mengandung sulfat tinggi dan sangat cocok untuk instalasi pengolahan limbang pabrik, konstruksi dalam air, jembatan, terowongan, pelabuhan dan pembangkit tenaga nuklir.


(11)

5. Special Blended Cement (SBC). Semen khusus yang diciptakan untuk pembangunan mega proyek jembatan Surabaya-Madura (Suramadu) dan cocok digunakan untuk bangunan di lingkungan air laut. Dikemas dalam bentuk curah.

6. Super Masonry Cement (SMC). Adalah semen yang dapat digunakan untuk konstruksi perumahan dan irigasi yang struktur betonnya maksimal K225, dapat juga digunakan untuk bahan baku pembuatan genteng beton hollow brick, paing block dan tegel.

Gambar 2.5 Super Masonry Cement (SMC)

7. Portland Pozzolan Cement (PPC). Semen Hidrolis yang dibuat dengan

menggiling terak, gypsum dan bahan pozzolan. Digunakan untuk bangunan umum dan bangunan yang memerlukan ketahanan sulfat dan panas hidrasi sedang. Misalnya, jembatan, jalan raya, perumahan, dermaga, beton massa, bendungan, bangunan irigasi dan pondasi pelat penuh.

8. Portland Composite Cement (PCC). Adalah bahan pengikat hidrolis hasil penggilingan bersama-sama terak, gypsum, dan satu atau lebih


(12)

beton umum, pasangan batu bata, plesetan bangunan khusus seperti beton para-cetak, beton para-tekan dan paving block.

Gambar 2.6 Portland Pozzolan Cement (PPC) dan Portland Composite Cement (PCC)

9. Oil Well Cement (OWC) Class G HSR. Merupakan semen khusus yang

digunakan untuk pembuatan sumur minyak bumi dan gas alam dengan konstruksi sumur minyak di bawah permukaan laut dan bumi. OWC yang telah diproduksi adalah Class G, High Sulfat Resistant (HSR) disebut juga sebagai “Basic OWC”. Aditif dapat ditambahkan untuk pemakaian pada berbagai kedalaman dan temperatur tertentu.

10. Semen Thang Long PCB40 / Portland Cement Blender (PCB40) sesuai dengan TCVN 6260:19979. Semen Thang Long PCB40 dapat

meningkatkan daya kerja concrete, meningkatkan daya tahan terhadap penyerapan air, erosi lingkungan dan bertahan lama, dan sangat cocok untuk iklim di Vietnam. Selain sifat-sifat yang unggul tersebut, semen Thang Long memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

1. Sangat Halus.


(13)

3. Setting Time: Initial Time: sekitar 120-170 menit. Final Time: setelah 3 – 4 jam. Cocok untuk pekerjaan konstruksi. 4. Mutu yang stabil. Cement Strength selalu melampaui standar

untuk menghemat jumlah pemakaian semen.

5. Daya tahan tinggi terhadap sulfat untuk konstruksi bawah tanah dan bawa air. Emisi panas yang rendah saat setting time, bermanfaat untuk konstruksi yang luas yang menggunakan bata ringan (concrete blocks).

Gambar 2.7 Oil Well Cement (OWC) dan Portland Cement Blender (PCB40)

11. Semen Thang Long PC50. Semen jenis ini sesuai untuk bangunan berspesifikasi tinggi atau beton khusus yang digunakan untuk proyek-proyek besar, sesuai dengan standar negara-negara pengimpor semen di Asia, Eropa dan Amerika. Produk ini cocok diaplikasikan pada jenis proyek konstruksi dengan persyaratan rumit, misalnya: jembatan, jalan, proyek pembangkit listrik tenaga air, konstruksi beton bertulang, maupun konstruksi beton dengan kuat tekan tinggi. Produk ini memiliki toleransi penyimpanan yang lebih panjang, sehingga mendukung


(14)

PC50 memiliki tingkat resistensi yang tinggi terhadap sulfat sehingga tepat jika diaplikasikan dalam bangunan yang ada di bawah tanah atau air. Kadar kapur dan suhu panas rendah sehingga mampu mengurangi kemungkinan retak atau pecah pada blok beton besar atau konstruksi beton.

Semen Portland Tipe I dan PPC tersedia di pasar retail, sementara jenis lainnya hanya diproduksi berdasarkan pesanan dalam jumlah tertentu. Produk-produk tersebut dipasarkan terutama untuk kebutuhan pasar dalam negeri dan sebagian lainnya diekspor. Sebagian besar produk dipasarkan dalam bentuk kemasan zak, sedangkan selebihnya dalam bentuk curah. Perseroan merupakan produsen semen yang memiliki berbagai jenis produk semen berkualitas untuk memenuhi kebutuhan pasar di Indonesia.

2.3. Lokasi Pabrik

Lokasi pabrik sangat strategis di Sumatera, Jawa, Sulawesi dan Vietnam menjadikan Semen Indonesia mampu memasok kebutuhan semen di seluruh tanah air yang didukung ribuan distributor, sub distributor dan toko-toko. Selain penjualan di dalam negeri, Semen Indonesia juga mengekspor ke beberapa negara antara lain: Singapura, Malaysia, Korea, Vietnam, Taiwan, Hongkong, Kamboja, Bangladesh, Yaman, Norfolk USA, Australia, Canary Island, Mauritius, Nigeria, Mozambik, Gambia, Benin dan Madagaskar.


(15)

Gambar 2.8 Logo Semen Padang, Semen Gresik, dan Semen Tonasa

1. Semen Padang. Semen Padang memiliki 4 (empat) pabrik semen, kapasitas terpasang 6 juta ton semen pertahun berlokasi di Indarung, Sumatera Barat. Semen padang memiliki 5 pengantongan semen, yaitu : Teluk Bayur, Belawan, Batam, Tanjung Priok dan Ciwandan.

2. Semen Gresik. Semen Gresik memiliki 4 pabrik dengan kapasitas terpasang 8,5 juta ton semen per tahun yang berlokasi di Tuban, Jawa Timur. Semen Gresik memiliki 2 pelabuhan, yaitu : Pelabuhan khusus Semen Gresik di Tuban dan Gresik. Semen Gresik pabrik Tuban berada di Desa Sumberarum, Kec Kerek.

3. Semen Tonasa. Semen Tonasa memiliki 4 pabrik semen, kapasitas terpasang 6,5 juta ton semen per tahun, berlokasi di Pangkep, Sulawesi Selatan. Semen Tonasa memiliki 9 (sembilan) pengantongan semen, yaitu : Biringkasi, Makassar, Samarinda, Banjarmasin, Pontianak, Bitung, Palu, Ambon, Bali.


(16)

di Quang Ninh, Vietnam, Thang Long Cement Company memiliki 3 (tiga) pengantongan semen.

2.4. Visi

Menjadi perusahaan persemenan terkemuka di Indonesia dan Asia Tenggara

2.5. Misi

1. Memproduksi, memperdagangkan semen dan produk terkait lainnya yang berorientasikan kepuasan konsumen dengan menggunakan teknologi ramah lingkungan.

2. Mewujudkan manajemen berstandar internasional dengan menjunjung tinggi etika bisnis dan semangat kebersamaan dan inovatif.

3. Meningkatkan keunggulan bersaing di domestik dan internasional. 4. Memberdayakan dan mensinergikan sumber daya yang dimiliki untuk

meningkatkan nilai tambah secara berkesinambungan.

5. Memberikan kontribusi dalam peningkatan para pemangku kepentingan (stakeholders).


(17)

BAB III

LANDASAN TEORI

3.1. PLC

3.1.1. Pengertian PLC

Programmable Logic Controller (PLC) pada dasarnya adalah sebuah komputer yang khusus dirancang untuk mengontrol suatu proses atau mesin. Proses yang dikontrol ini dapat berupa regulasi variabel secara kontinyu seperti pada sistem-sistem servo atau hanya melibatkan kontrol dua keadaan (On/Off) saja tapi dilakukan secara berulang-ulang seperti yang biasa dijumpai pada mesin pengeboran, sistem konveyor, dan lain sebagainya (Iwan Setiawan, 2006).

PLC merupakan suatu piranti basis kontrol yang dapat diprogram bersifat logik, yang digunakan untuk menggantikan rangkaian sederetan relay yang dijumpai pada sistem kontrol proses konvensional. PLC bekerja dengan cara mengamati masukan (melalui sensor terkait), kemudian melakukan proses dan melakukan tindakan sesuai yang dibutuhkan, yang berupa menghidupkan atau mematikan keluarannya. Dengan kata lain, PLC menentukan aksi apa yang harus dilakukan pada instrumen keluaran berkaitan dengan status suatu ukuran atau besaran yang diamati:


(18)

 Programmable : Menunjukkan kemampuannya yang dapat dengan leluasa mengubah program yang dibuat dan kemampuannya dalam hal memori program yang telah dibuat.

 Logic : Menunjukkan kemampuannya dalam memproses input secara aritmatik atau dikenal dengan istilah Arithmetic

Logic Unit (ALU), yaitu melakukan operasi

membandingkan, menjumlahkan, mengalikan, membagi, mengurangi, dan negasi.

 Controller : Menunjukkan kemampuan dalam mengontrol dan mengatur proses sehingga menghasilkan output yang diinginkan.

3.1.2.Pembagian PLC

Dari ukuran dan kemampuannya, PLC dapat dibagi menjadi jenis - jenis berikut :

1. Tipe compact.

Ciri – ciri PLC jenis ini ialah :

 Seluruh komponen (power supply, CPU, modul input – output, modul komunikasi) menjadi satu.

 Umumnya berukuran kecil (compact).

 Mempunyai jumlah input/output relatif sedikit dan tidak dapat ditambahkan.


(19)

Gambar 3.1 PLC Compact Micro Logix dari Allen Bradley

2. Tipe modular

Ciri-ciri PLC jenis ini adalah:

 Komponen-komponennya terpisah kedalam modul-modul.

 Berukuran besar.

 Memungkinkan untuk ekspansi jumlah input/output.

 Memungkinkan penambahan modul-modul khusus.


(20)

Gambar 3.3 PLC Modular Bailey INFI 90 3.1.3.Kegunaan umum PLC:

a. Kontrol Sekuensial

PLC memproses input sinyal biner menjadi output yang digunakan untuk keperluan pemrosesan teknik secara berurutan (sekuensial), disini PLC mengontrol agar setiap langkah dalam proses sekuensial berlangsung dalam urutan yang tepat.

b. Bagian Monitoring

PLC secara kontinyu memonitor status sistem dan mengambil tindakan yang diperlukan sehubungan dengan proses yang dikontrol, serta menampilkan pesan tersebut pada operator sistem.


(21)

3.1.4.Hal-hal Yang Dapat Dilakukan PLC: 1. Untuk kontrol bertipe sekuensial:

a. Pengganti relay kontrol logic konvensional termasuk timer/counter.

b. Pengganti pengontrol Printed Circuit Board (PCB). c. Sebagai mesin kontrol auto/semi auto/manual dan

proses-proses. 2. Untuk tipe kontrol canggih:

a. Operasi aritmatika (+,-,×,÷) b. Penanganan informasi.

c. Kontrol analog (suhu, tekanan, dll).

d. Kontrol Proporsional-Integral-Derivatif (PID). e. Kontrol motor servo.

f. Kontrol motor stepper. 3. Untuk tipe kontrol pengawasan:

a. Proses monitor dan alarm. b. Monitor dan diagnosa kesalahan.

c. Antarmuka dengan komputer (RS232C/RS422). d. Antarmuka printer/ASCII.

e. Jaringan kerja otomasi pada pabrik. f. Local Area Network (LAN). g. Wide Area Network (WAN).


(22)

h. Factory Automation (FA), Factory Management System (FMS), Computer Integration Management (CIM).

3.1.5.Perangkat keras pada PLC

Gambar 3.4 Hubungan PLC dan peralatan lain

Pada dasarnya, PLC mempunyai beberapa perangkat keras yang digunakan untuk menghubungkan modul PLC dengan peralatan masukan (input) dan peralatan keluaran (output), yaitu:

1. Catu daya (power supply).

Power supply merupakan penyedia daya bagi PLC.

Range tegangan yang dimilikinya bisa berupa tegangan AC (misal: 120/240 VAC) maupun tegangan DC (misal: 24 V DC). PLC juga memiliki power supply (24V DC) internal yang bisa digunakan untuk menyediakan daya bagi input/output devices PLC (Handy Wicaksono, 2004).


(23)

Processor ialah bagian PLC yang bertugas membaca dan mengeksekusi instruksi program. Prosesor mempunyai elemen kontrol yang disebut Arithmetic and Logic Unit (ALU), sehingga mampu mengerjakan operasi logika dan aritmetika (Handy Wicaksono, 2004).

3. Memori.

Memory ialah tempat penyimpanan data dalam PLC. Memori ini umumnya menjadi satu modul dengan prosesor/CPU. Jika berbentuk memori eksternal maka itu merupakan memori tambahan. Berikut ini contoh data yang tersimpan di memori:

Operating System PLC.

 Status input – output, data memory.

 Program yang dibuat pengguna.


(24)

Dari gambar di atas, masing – masing bagian dapat dijelaskan sebagai berikut:

Operating System Memory.

Berfungsi untuk menyimpan operating system PLC. Memori ini berupa ROM (Read Only Memory) sehingga tidak dapat dirubah oleh user.

Data (Status) Memory.

Berfungsi untuk menyimpan status input-output tiap saat. Memori ini berupa RAM (Random Access Memory) sehingga dapat berubah sesuai kondisi input/output. Status akan kembali ke kondisi awal jika PLC mati.

Program Memory

Berfungsi untuk menyimpan program pengguna. Jenis memori ini berupa RAM yang dapat menggunakan battery backup untuk menyimpan program selama jangka waktu tertentu. Selain itu memori dapat berupa EEPROM (Electrically Erasable Programmble Read Only Memory), yaitu jenis ROM yang dapat diprogram dan dihapus oleh user (Handy Wicaksono, 2004).

Sedangkan untuk kebutuhan pemrograman oleh pengguna, area memori PLC dapat digambarkan dalam bagan berikut:


(25)

Gambar 3.6 Bagan area memori PLC

Berikut ini penjelasan masing – masing bagian tersebut:

Register

Register berfungsi untuk menyimpan sekumpulan bit data, baik berupa : nibble (4 bit), byte (8 bit), maupun word (16 bit).

Flag register

Flag register berfungsi untuk mengindikasikan

perubahan kondisi (state) input/output fisik. Flag

register berupa satu bit data. CPU umumnya

mempunyai internal flag untuk berbagai keperluan internal PLC.

Auxiliary relays

Auxiliary relays ialah elemen memori 1 bit dalam RAM yang digunakan untuk manipulasi data dalam program. Auxiliary relays disebut juga relay yang


(26)

imajiner, karena dapat menggantikan fungsi relay namun berbentuk program.

Timer

Timer adalah pemberi penundaan waktu dalam suatu proses. Timer berasal dari built in clock oscillator dalam CPU. Timer umumnya memiliki alamat khusus.

Counter

Counter adalah komponen penghitung input pulsa yang diberikan input device. CPU memiliki counter internal. Counter ini umumnya memiliki alamat khusus (Handy Wicaksono, 2004).

4. Modul Komunikasi

Modul Komunikasi adalah perantara PLC dengan PLC yang lain. Secara umum cara berkomunikasi denan PLC itu dibagi menjadi 2:

Primitive Communication.

Pada tipe komunikasi ini, PLC dengan alat lain (misal : robot, PLC lain, mikrokontroler, dan lain – lain) akan terhubung secara hardwired (dengan kabel). Bagan sederhananya tampak pada gambar di bawah.


(27)

Gambar 3.7 Skema primitive communication

Serial Communication

Pada tipe komunikasi ini, PLC dapat saling bertukar data melalui komunikasi tertentu. Jika pada komunikasi primitif, tegangan dari PLC 1 langsung diteruskan pada PLC 2, maka pada komunikasi serial datalah yang dipertukarkan. Beberapa jenis komunikasi serial ialah :

o RS 232 o RS 422 o RS 485

Dan macam – macam komunikasi PLC yang lain. Berikut skema komunikasi serial RS 232 yang hanya bisa terjadi secara one to one :


(28)

Gambar 3.8 Skema komunikasi serial RS 232 Sedang komunikasi serial RS 422 – RS 485 dapat mengakomodasi komunikasi one to many ataupun many to many. Berikut contoh skema komunikasi serial RS 485 :

Gambar 3.9 Skema komunikasi serial RS 485 Jika 1 buah PC dilengkapi dengan SCADA software, seharusnya PC tersebut dapat berkomunikasi dengan beberapa PLC meskipun memiliki merk yang


(29)

berbeda. Hal ini dikarenakan untuk masing – masing PLC dilengkapi dengan PLC driver pada program SCADA tersebut. Berikut ini skema komunikasinya:

Gambar 3.10 Skema komunikasi PC dengan

beberapa buah merk PLC 5. Alat pemrograman (Programming Device)

Programming Device ialah alat untuk membuat atau

mengedit program PLC. Pada mulanya berupa hand held programmer seperti gambar di bawah. Keuntungannya ialah dapat dibawa ke mana saja karena bentuknya kecil, namun alat ini sulit untuk melihat program secara keseluruhan karena yang ditampilkan ialah program per baris saja.


(30)

Gambar 3.11 Hand held programmer dari PLC Allen Bradley

Dengan perkembangan komputer yang cepat, dan disertai ukurannya yang semakin mengecil, maka PC atau laptop jauh lebih sering digunakan sekarang ini. PC terhubung dengan PLC melalui programming port (umumnya RS 232) (Handy Wicaksono, 2004).

3.1.6.Dasar-dasar pemrograman pada PLC.

Pandangan umum tentang cara PLC mengeksekusi program adalah PLC bekerja secara berurutan atau dikenal dengan istilah first rung first. Yang terjadi sebenarnya adalah PLC bekerja secara simultan (scanning), kemudian PLC memperbaharui status input/output lalu mengeksekusi progam yang ada.


(31)

Gambar 3.12 Eksekusi program pada PLC

Terdapat PLC scan time, yaitu waktu Waktu yang dibutuhkan PLC untuk memperbaharui status input /output ketika mengeksekusi program dimana PLC scan time = I/O scan + Program Scan. Program scan adalah lama pembacaan instruksi dikurangi instruksi LD.

Sesuai dengan standar IEC 61131-3 (International Electrotechnical Commision), badan standarisasi dunia dalam bidang teknik elektro, IEC 61131-3 memberikan standard (keseragaman) untuk memprogram berbagai macam merk PLC. Salah satunya adalah ladder diagram.

Ladder diagram merupakan metode pemprograman PLC

yang paling popular. Hal tersebut dikarenakan PLC merupakan kelanjutan dari relay logic control, yang sebelumnya juga mengunakan relay ladder logic. Istilah ladder digunakan karena bentuk bahasa ini mirip dengan tangga (ladder). Ladder diagram


(32)

Pembacaannya dimulai dai kiri ke kanan dan dari atas ke bawah. Suatu rung tidak boleh diakhiri dengan lebih dari satu output. Sementara output (coil) dan input (contact) ditampilkan dalam kondisi dienergized. Input atau output tersebut diidentifikasikan melalui alamatnya.

Gambar 3.13 Contoh Ladder Diagram Komponen-komponen dasar dari ladder diagram adalah:

1. Contact/input

Normal Contact

o Normally Open Contact.

o Normally Close Contact.

 Transition contact

o Positive transition contact. o Negative transition contact.


(33)

2. Coil/output

Normal Coil.

Latching Coil

3. Timer.

4. Counter.

Gambar 3.14 Contoh contact dan coil pada ladder diagram Berikut adalah logika logika umum yang dihasilkan oleh ladder diagram.


(34)

Gambar 3.15 Logika umum pada ladder diagram 3.2. Modul Komunikasi

3.2.1.Pengertian

Pada umumnya perekaman informasi atau data dilakukan secara manual. Data dari plant yang terhubung dengan PLC akan dicatat secara manual, kemudian operator akan memasukkan data ke dalam komputer dalam suatu jaringan, sehingga para manajer dapat melihat data yang mereka perlukan.

Sedang pada proses perekaman data secara otomatis, data plant yang terhubung dengan PLC akan disimpan secara otomatis oleh program komputer, dan langsung dapat ditampilkan oleh komputer – komputer lain dalam suatu jaringan


(35)

Gambar 3.16. Contoh modul-modul Komunikasi pada PLC Bailey INFI 90

PLC memiliki fasilitas modul komunikasi yang dapat digunakan untuk membuat mekanisme komunikasi antar PLC atau device lainDengan program ini, kita dapat mengatur kapan waktu-waktu kita melakukan komunikasi, berapa besar yang kita

komunikasikan, addres mana saja yang akan kita share, dst. Komunikasi secara serial (serial comunication) merupakan cara menghantar daya yang lebih mudah diibandingkan komunikasi paralel (paralel comunication) disebabkan sistem komunikasi


(36)

8 bit di simpan di shit register dan dikirim secara satu bit demi satu bit ke tujuannya. Biasanya shit register tersebut berbentuk sebuah IC yang digunakan khas untuk komunikasi serial yang disebut UART (Universal Asynchronous Receiver Transmitter). Mode komunikasi serial yang bisa dilaksanakan seperti simplex, hal duplex, dan ull duplex.

Salah satu standart komunikasi serial yang dipakai adalah teknik RS485, teknik ini adalah teknik komunikasi data serial yang dapat dilakukan pada jarak yang cukup jauh yaitu 1,2 km. Selain dapat digunakan untuk jarak yang sangat jauh teknik ini juga dapat digunakan untuk menghubungkan 32 unit beban, sekaligus hanya dengan menggunakan 2 buah kabel saja tanpa memerlukan reerensi ground yang sama antara unit yang satu dengan unit yang lainnya.

Komunikasi data Serial Ansikron menggunakan standart RS485 ini merupakan pengembangan dari komunikasi serial dengan standart RS232. Dimana pada komunikasi serial standart RS232, komunikasi yang bisa dilakukan adalah point to point dan jarak antara dua peralatan yang berkomunikasi juga terbatas yaitu maksimum 15 meter.

Melihat keterbatasan inilah dikembangkan dengan menggunakan RS485. Seperti ulasan diatas komunikasi dengan teknik RS485 bisa secara multipoint atau banyak item yang bisa kita hubungkan untuk komunikasi. Item yang bisa terhubung kkedalam jaringan ini adalah maksimum 32 buah item dan


(37)

memiliki jarak maksimum komunikasi yang lebih jauh sekitar 1,2 km.

3.2.2.Fungsi Modul Komunikasi 1. Akurat

Data yang dikirimkan dan diterima oleh PLC harus akurat dikarenakan bila data yang dikirimkan tidak akurat hal itu bisa menjadikan hasil ourtput dari PLC tidak sama seperti yang diinginkan dan juga bisa mengganggu kinerja PLC.

2. Real Time

Tujuan Utamanya adalah data yang terlihat di

Central Control Room sama dengan data yang ada

dilapangan. 3. Cepat

Data yang terkirim di Central Control Room sangat cepat menjadikan proses PLC tidak terganggu dan control bisa dilakukan secara real time di Central Control Room. 3.2.3.Syarat Modul Komunikasi

1. Komunikasi Host Link

Adalah kemampuan PLC dihubungkan dengan komputer dalam Sambungan komputer dengan PLC dapat digunakan serial komunikasi dengan bantuan konnektor seperti adaptor RS-232 dan RS-422.


(38)

Komunikasi ke komputer (satu PLC dengan satu Komputer).

Gambar 3.17 menunjukan metode-metode yang mungkin untuk sambungan 1 ke 1 antara CPM1 dan IBM PC/AT.

Gambar 3.17 Hubungan CPM1 Dengan PC

Komunikasi satu ke n (satu komputer ke beberapa PLC).

Maksudnya adalah menghubungkan satu buah komputer ke beberapa buah PLC (max 32 buah PLC). Gambar 1.2 menunjukan cara menghubungkan 32 PLC OMRON ke sebuah IBM PC/AT atau kompatiblenya.


(39)

Gambar 3.18 Satu Komputer dengan N buah PLC

Adaptor dan Kabel

Tabel 1.1 adalah daftar adaptor dan kabel yang digunakan dalam Komunikasi Host Link.

Tabel 3.1 Adaptor dan Kabel Yang Digunakan Pada Host Link

2. Komunikasi Link 1 ke 1 PLC

Beberapa buah PLC dapat dihubungkan dengan PLC lain disebut dengan Link 1 ke 1, sehingga apabila akan diciptakan sebuah area data dapat digabungkan antara PLC tipe


(40)

CPM1 + CQM1, atau C200HS dengan yang lainnya. Gambar 3.19 ditunjukan contoh konfigurasi link 1 ke 1 antar PLC.

Pada perancangan tersebut perlu RS-232C adapter yang berfungsi untuk mengubah format terminal dan RS-232 dengan nomor model CPM1-CIF01.

3. Komunikasi Link NT

PC CPM1 dapat dihubungkan ke terminal yang dapat di program (antarmuka link NT) misalnya touch screen yang berfungsi sebagai masukan (keypad) dan juga sebagai keluaran (monitor), sehingga peralatan tersebut dapat mengeluarkan gambar/display sekaligus dapat ditekan yang berfungsi sebagai tombol, seperti ditunjukan pada gambar 3.20. Untuk hal tersebut diperlukan RS-232C adapter yang berfungsi untuk mengubah format terminal ke level RS-232C dengan nomor model CPM1-CIF01.

4. Antarmuka Peripheral

Pemrograman CPM1 dapat dibuat atau diedit dengan Programming Console atau Personal Computer dengan SYSWIN.

SYSWIN adalah software untuk merancang program ladder diagran yang berjalan dibawah program windows. Apabila tidak menggunakan komputer untuk memasukan program ke PLC maka harus dipakai Programming Console (berupa keypad dan LCD) satu persatu dalam bentuk


(41)

mnemonic, sehingga harus kita terjemahkan ladder diagram satu persatu menjadi mnemonic kemudian ditulis dengan programming console ke PLC. Tentunya lebih mudah jika menggunakan laptop/dekstop komputer dengan software SYSWIN, karena tinggal menggambarkan ladeer diagram dan komputer yang menterjemahkan ke mnemonicnya kemudian di transfer ke PLC.

Gambar 3.19 Konfigurasi Link 1 ke 1 Antar PLC

Gambar 3.20 Konfigurasi Link PLC dengan Touch Screen

 Programming Console

Apabila digunakan Programming Console untuk menuliskan program ke PLC maka type yang dapat digunakan adalah CQM1-PR001 atau C200H-PR027-E


(42)

Gambar 3.21 Konfigurasi Programming Console Dengan PLC

 Software Pendukung Pemrograman

Apabila dopergunakan komputer untuk merancang sekaligus memasukan program ke PLC, maka dapat digunakan software SYSWIN yang bekerja pada komputer IBM PC/AT atau kompatiblenya. Konfigurasi hubungan antara komputer dengan PLC ditunjukan pada gambar 1.6. Tabel 1.2 adalah daftar peralatan yang digunakan untuk melakukan hubungan keduanya.


(43)

Tabel 3.2 Daftar Peralatan Untuk Hubungan Komputer Dengan PLC


(44)

BAB IV PEMBAHASAN

4.1. Modul – Modul Komunikasi pada PLC BAILEY INFI 90 4.1.1.Network Interface Slave Module (INNIS01)

1. Deskripsi Modul

NIS modul merupakan garis terdepan komunikasi untuk module NPM. Bagian ini memberikan gambaran dari teori operasi modul komunikasi INFI-NET

 Laporan Pengecualian

Setiap modul Infi 90 menetapkan laporan pengecualian untuk proses input(poin). Beberapa contoh parameter laporan pengecuyalian adalah alarm batas tinggi/rendah, minimum/maksimum laporan waktu pengiriman, dan persen perubahan dalam rentang. Ketika titik perubahan lebih dari parameter yang diberikan, atau alarm berubah, modul menghasilkan laporan pengecualian.

NPM modul mengatur control modul untuk laporan pengecualian, dan paket laporan pengecualian yang memiliki tujuan node. Mempaket semua laporan pengecualian menuju tujuan dalam satu pesan dan modul NIS mengirim bersamaan ke node INFI-NET


(45)

yang lain dalam satu pesan. Proses ini mengurangi jumlah transmisi yang diperlukan dan menyesuaikan ukuran pesan untuk efisiensi putaran maksimal INFI-NET.

Laporan pengecualian dapat memiliki nilai data sebagai berikut. Digital, analog, dan status laporan. Laporan Pengecualian waktu yang ditandai untuk mencerminkan urutan pengolahan mereka.

Parameter saat laporan maksimum dan minimum memastikan bahwa laporan pengecualian dihasilkan untuk data statis atau perubahan data secara teratur. Parameter saat laporan minimum mengontrol jumlah pengecualian ke dalam satu laporan yang berganti dengan cepat. Parameter saat laporan maksimum menghasilkan laporan periodik item data yang tidak berubah.

2. Pesan

NIS modul memproses 4 tipe pesan yang berbeda yaitu :

 Broadcast

Sebuah node general yang mengrimkan sebuah pesan broadcast yang mengirimkan informasi untuk semua system node


(46)

Sebuah pesan broadcast berprioritas tinggi dari semua pesan. NIS module akan memproses pesan ini segera

 Multicast

Pesan yang mengandung konten data untuk banyak tujuan. Pesan ini bisa menuju sampai 64 tujuan.

 NIS POLL

NIS POOL adalah pesan yang memiliki satu tujuan. NIS modul menggunakan pesan ini untuk merequest status operasi untuk node yang lain.

3. Data Integrity

 Retry Logic

Bila NIS modul mengirimkan pesan dan tidak diterima, NIS modul akan mengrimkan lagi sebanyak 11 kali. Bila masih tidak diterima maka tujuan sedang offline.

 Tabel Status Node

NIS modul mengatur sebuah tabel dalam dari sistem status node seperti sibuk dan offline. NIS modul menyampaikan status node ke NPM modul.

 Polling

NISs modul menggunakan informasi dari status tabel untuk mempolling. Setelah status tabel discan itu akan mengatur tujuan dari pesan multicast yang telah


(47)

ditandai offline adan sibuk. Setelah itu, NIS module akan menyampaikan data ke NPM modul

4. Konfigurasi modul

Proses control unit interface membutuhkan INNIS01 Network Interface Slave Module (NIS). Konfigurasi dari NIS modul adalah dipswitches dan jumper

 Setting Dipswitches

Ada empat dipswitches di NIS modul

Gambar 4.1 Lokasi INNIS01 Modul Dipswitch dan jumper

o DIPSWITCH SW1 - NODE ADDRESS

Dipswitch ini menetapkan alamat simpul . Alamat simpul yang valid satu sampai 250. Pole satu adalah memiliki bit yang paling besar dengan angka biner 128. Pole delapan adalah bit yang


(48)

Tabel 4.1 Setting INNIS01 Modul Dipswitch SW1

o DIPSWITCH SW2 - ADDRESS LOOP

Dipswitch ini mengatur nomer dari loop yang dimana proses control unit interface berada. Nomer dari loop mulai 1 sampai 250.

Tabel 4.2 Setting INNIS01 Modul Dipswitch SW2 o DIPSWITCH SW3 - MODE LOOP

Dipswitch SW3 mengaktifkan atau menonaktifkan ROM checksum, mengindetifikasikan modus operasi loop sebagai proses unit kontrol INFI-NET untuk interface computer dan menetapkan kecepatan komunikasi loop ke 2 megabaud atau 10 megabaud


(49)

Tabel 4.3. Setting INNIS01 Modul Dipswitch SW3

Dipswitch SW3 pole 1 menentukan modul pengolahan jaringan kompatibilitas. Atur pole 1 ke 0 untuk interface unit proses control. Pole 2 mengaktifkan atau menon aktifkan ROM checksumming. Pole 3 memungkinkan pengujian internal yang harus dinonaktifkan untuk operasi normal. Pole 4, dalam hubungannya dengan pole 3, membuat node tampak sibuk ke node yang lain. Pole 5 memungkinkan tampilan kondisi loop di panel LED. Jika loop 1 diam, LED grup A akan


(50)

Jika loop 2 diam, LED grup B akan berkedip. Tampilan Loop diam dimaksudkan untuk melayani sebagai peringatan bahwa loop integritas terdapat masalah. Pole 6 memungkinkan tes dianostik yang menghalangi operasi modul NIS secara normal. Pol 7 dan 8 menentukan kecepatan loop dan mode loop.

o DIPSWITCH SW4 - Perluasan I/O ADDRESS BUS dan COUNTERS

Modul NIS dapat memiliki I/O perluasan address bus dari 0 sampai 7. Pole 1 sampai 3 di dipswitch SW4 mengatur I/O perluasan address bus di modul NIS. Lihat tabel 4.4 untuk setting I/O perluasan address bus. Pole 4 sampai 8 mengatur address event dan error counter yang menampilkan modul NIS menggunakan LED grup A dan B. LED B8 adalah bit yang paling tinggi. LED A1 adalah bit yang paling kecil. Tabel 4.5 berisi daftar address event counter. Tabel 4.6 berisi daftar address error counter.


(51)

Tabel 4.4 INNIS01 I/O Setting Perluasan Address Bus


(52)

Tabel 4.5 INNIS01 Modul Event Counters (lanjutan)


(53)

Tabel 4.6. INNIS01 Modul Error Counters.

 Setting Jumper

Ada 6 jumper pada modul NIS yang mengatur tingkat komunikasi sirkuit analog penerima( lihat gambar 4.1 untuk lokasi jumper). Semua enam jumper harus diatur dalam posisi yang sama. Petunjuk pengaturan jumper disaring disudut kiri atas papan sirkuit NIS. Pengaturan jumper harus sesuai dengan tingkat komunikasi yang ditetapkan oleh pole 7 dan 8 dari dipswitch SW3. Gambar 4.2 menunjukan pin mana untuk jumper untuk berbagai modus lingkaran. Angka ini menunjukan penempatan pin ketika melihat bagian atas papan sirkuit NIS dengan faceplate di sebelah kiri.


(54)

Gambar 4.2 INNIS01 Modul Setting Jumper

Sistem Komunikasi menyediakan sarana untuk memantau status dari sistem kekuatan masing – masing node. Informasi status ini dapat ditampilkan pada konsol operator. Elektronik dalam panel power masukkan memantau status system daya. Sebuah output status single dibuat tersedia untuk system komunikasi. Untuk menggunakan fityr ini, wire output blok status terminal (NTCL01 atau NICL01) berlabel PSS1 atau PSS2. Dua set terminal yang tersedia pada setiap perangkat terminal untuk interkoneksi status output system power.

Sinyal status system power ini memakan melalui pemutusan kabel perangkat ke konektor P3 pada modus NIS. Status system power input adalah sinyal kompatibel TTL. Level tegangan tinggi pada status system power menunjukan status yang baik. Level tegangan rendah menunjukan status yang buruk. Ketika tidak ada koneksi yang dibuat dari kedua input status system power, resistor pull up pada modul NIS


(55)

menyebabkan sinyal level tinggi pada status system power input, sehingga melaporkan status yang baik. 5. Cara Beroperasi

Pada power up , Modul INNIS01 Network Interface Slave ( NIS ) mikroprosesor tetap di ulang sampai INNPM01 Jaringan Pengolahan Modul ( NPM ) menghilangkan ulang dan memungkinkan firmware untuk menjalankan rutinitas diagnosa-sendiri. NPM Modul menentukan kapan modul NIS akan pergi on-line. NIS Modul datang on-line dalam modus loop yang ditetapkan oleh pole 7 dan 8 dari dipswitch SW3, dengan jenis display counter ditetapkan oleh pole 4 sampai 8 dipswitch SW4.

Gunakan display counter ( cover LED ) untuk memeriksa modul operasi NIS. Jika kesalahan komunikasi terjadi, modul host menetapkan modul NIS komunikasi status bit dalam modul status. Melihat status modul dengan menggunakan perangkat monitoring ( konsol, komputer, dll) pada loop.

 Event Counter

Counter internal mempertahankan hitungan event seperti nomor pesan dikirim, retries, dan jumlah pesan hilang. Tabel 4.5 memiliki daftar lengkap counter acara. Group A dan B LED pada cover modul


(56)

bit yang paling tinggi, LED A1 adalah bit paling rendah). Gambar 4.3 menunjukkan lokasi group A dan group B LED.

 Eror Counter

Eror seperti menerima eror, pesan dengan jumlah sirkulasi eror, dll, diselenggarakan dalam counter internal yang seperti counter event. Lihat Tabel 4.6 untuk daftar kesalahan counter setting address. Tabel 4.7 daftar kode kesalahan yang muncul di NIS modul faceplate LED.

Gambar 4.3 INNIS01 Modul Faceplate LED


(57)

6. Trouble

 Kode Error

Jumlah kesalahan Modul NIS eror counter sama dengan total event di event counter. Tabel 4.6 mencantumkan jenis counter error. Modul NIS menghentikan operasi jika kondisi kesalahan fatal terjadi. Grup A LED menampilkan kode kesalahan. grup B LED mati jika LED sebuah group yang menampilkan kode kesalahan. Lihat Tabel 4.7 untuk daftar kode kesalahan dan perbaikan terkait

Tabel 4.7 INNIS01 Modul Kode Error.

 Conector

Tabel 4.8 melalui 4.10 daftar tugas NIS modul konektor pin.


(58)

Tabel 4.8 INNIS01 Konektor Tugas Pin P1

Tabel 4.9 INNIS01 Konektor Tugas Pin P2


(59)

4.1.2.Network Processing Module (INNPM01) 1. Pengenalan Modul

Modul NPM bertindak sebagai penerjemah antara Infi - NET dan Controlway. Modul NPM memegang unit proses control database dan mengarahkan proses komunikasi antara modul yang berada di Controlway dan modul NIS.

Modul NPM adalah papan sirkuit single yang menempati slot berdekatan dengan modul NIS dalam modul unit pemasangan. Papan sirkuit berisi komunikasi berbasis

mikroprosesor sirkuit yang memungkinkan untuk

berinteraksi dengan modul NIS dan semua modul Controlway.

Dua sekrup menempel pada NPM modul faceplate mengamankan modul di unit pemasangan modul. Faceplate mengandung delapan LED CPU, status LED, dan tombol tekan stop / reset.

Modul NPM memiliki tiga konektor kartu untuk sinyal eksternal dan power ( P1 , P2 dan P3 ). Konektor P1 terhubung ke common ( ground ), +5 VDC listrik, dan Controlway. Konektor P2 menghubungkan modul NPM ke modul NIS. Konektor P3 menyediakan untuk komunikasi antara primer dan backup interface unit proses kontrol. modul NPM berkomunikasi dengan modul NIS dalam unit


(60)

2. Pengenalan Modul

Modul NPM memegang laporan pengecualian Routing Database dan mengarahkan operasi kontrol proses interface unit. Dia bertindak sebagai penerjemah antara loop Infi - NET dan Controlway. Dia berkomunikasi langsung ke modul NIS pada I/O expander bus. Berkomunikasi ke seluruh modul control dalam unit kontrol proses untuk Controlway.

 Laporan Pengecualian

modul NPM pools mengontrol modul proses dalam unit kontrol untuk laporan pengecualian. Proses kontrol unit control modul menghasilkan laporan pengecualian ketika :

o Sebuah perubahan titik yang ditunjuk dengan

jumlah yang signifikan.

o Waktu maksimum berakhir.

o Sebuah perubahan kondisi alarm

NPM modul pools semua modul untuk laporan pengecualian. Tingkat pools dipilih melalui pengaturan dipswitch di sirkuit papan NPM. Modul NPM memiliki tingkat pools dari satu, dua, empat atau delapan pools per detik.


(61)

 Transfer Data

Transfer data antara modul NPM dan modul NIS terjadi selama I / O expander bus. Modul NPM bertanggung jawab untuk :

o Menulis perintah ke modul NIS .

o Meminta Status modul NIS .

o Penulisan data ke modul NIS .

o Membaca data dari modul NIS

NPM Modul selalu memulai transfer data. 3. Instalasi

Menginstal satu modul NPM dengan satu modul NIS untuk membuat proses unit kontrol interface. Modul NPM memiliki dua dipswitch yang mengatur modul karakteristik operasi. Dipswitch ini memilih modul pilihan operasi, komunikasi karakteristik, dan baud rate. Gambar 4.4 menunjukkan lokasi dipswitch dan jumper pada modul NPM. NPM modul dipswitch dan jumper harus dikonfigurasi sebelum dapat diinstal


(62)

. Gambar 4.4 Lokasi INNPM01 Dipswitch Modul dan Jumper

Modul NPM mendukung fitur warm failover yang memiliki kemampuan untuk beralih dari unit kontrol proses primer interface ke unit kontrol proses backup tanpa kehilangan informasi atau fungsi. Sebuah NKMP01 atau Kabel NKMP11 diperlukan untuk operasi modul. Untuk optimal kinerja warm failover, revisi modul firmware NIS harus E.0 atau lebih lambat . Dalam aplikasi modul NPM, dipswitch pada NPM utama dan cadangan modul harus diatur identik kecuali untuk address setting modul, yang harus unik. Mengkonfigurasi modul NPM sebagai berikut.

Dipswitch SW3 – Mode Operasi

Dipswitch SW3 adalah dipswitch 8 pole yang menentukan mode operasi dan address Controlway dari


(63)

modul NPM. Tabel 4.11 daftar dipswitch pengaturan SW3.

Tabel 4.11 Setting INNPM01 Modul Dipswitch

SW3

Dipswitch SW4 – Options

Dipswitch SW4 adalah dipswitch 8 pole yang menetapkan operasi pilihan modul NPM . Lihat Tabel 4.12 untuk pilihan pengaturan.

Tabel 4.12 Setting INNPM01 Modul Dipswitch SW4


(64)

Tabel 4.12. Setting INNPM01 Modul Dipswitch SW4 (Lanjutan)

Setting Jumper

Ada lima jumper pada papan sirkuit NPM . lihat Gambar 4.3 untuk lokasi jumper. Jumper J1 sampai J4 langsung ke unit terminal atau modul. Jumper ini diatur pabrik dengan pin 1 dan 2 pin yang terhubung bersama-sama.

Jumper J5 terputus -30 VDC, disediakan pada awal sistem jaringan 90, dari modul NPM. Jumper ini diatur pabrik dengan pin 1 dan 2 pin yang terhubung. Pengaturan ini memungkinkan modul berfungsi pada awal sistem jaringan 90 ( -30 VDC dipasok ke modul ) atau batas komunikasi ke modul bus di sistem Infi 90. Hubungkan pin dua dan pin tiga bersama-sama


(65)

menggunakan modul pada Controlway. Lihat Tabel 4.13 untuk Informasi lebih.

Tabel 4.13 Setting INNPM01 Jumpers J1 sampai J5

4. Operasi

Faceplate dari modul INNPM01 memiliki komponen-komponen berikut ( lihat Gambar 4.4 ) :

 Status LED.

Status LED ada dua warna ( merah dan hijau ) LED itu menampilkan status operasi dari modul NPM. Dia memiliki tiga kemungkinan. Tabel 4-14 daftar arti status LED.

 Stop/reset pushbutton.

Pencet tombol stop / reset sekali dan tunggu status LED berubah menjadi merah sebelum mengeluarkan modul NPM dari modul pemasangan Unit. Pencet tombol stop / reset sekali lagi menyebabkan pemulihan modul NPM ke power up setelah berhenti. Hal ini juga digunakan untuk recover


(66)

 8 CPU LEDs.

Selama operasi normal, LED tujuh dan delapan diterangi. Dalam konfigurasi berlebihan, LED delapan di backup Modul NPM menyala. Jika terjadi kesalahan, LED ini menampilkan kode kesalahan dan status LED menyala merah. Lihat Tabel 4.15 untuk daftar CPU LED kode kesalahan dan perbaikan terkait

. Gambar 4.5 INNPM01 Modul Faceplate LED dan


(67)

Tabel 4.14 Status INNPM01 LED

Modul NPM memiliki dua mode operasi :

 Eksekusi

Eksekusi modus adalah modus normal operasi . Dalam mode ini, sistem Infi - NET dan modul dalam unit kontrol proses berinteraksi melalui proses kontrol interface unit . NPM modul dapat meminta laporan

pengecualian, kecuali mengumpulkan laporan,

memungkinkan operator untuk menyesuaikan

spesifikasi modul, dan mengkonfigurasi modul dalam node yang berada di sistem Infi - NET.

 Error

Modul NPM memasuki mode ini jika sistem internal yang diagnostic rutinitas mendeteksi perangkat keras atau kesalahan eksekusi. Jika Modul NPM mendeteksi kesalahan, modul menghentikan dan menampilkan kode kesalahan pada LED CPU.


(68)

5. Troubleshoothing

Jika terjadi kesalahan saat modul NPM operasi, status LED menyala merah dan CPU LED pada modul faceplate NPM menampilkan kode kesalahan. Tabel 4.15 daftar kode kesalahan modul NPM dan terkait tindakan korektif. Modul NPM menampilkan kode kesalahan hanya jika dihentikan.

Tabel 4.15 Kode Eror Modul INNPM01 Tabel 4.16 sampai 4.18 daftar pin konektor modul tepi NPM.


(69)

Tabel 4.16 Pin P1 Konektor Modul Tepi INNPM01.

Tabel 4.17 Pin P2 Konektor Modul Tepi INNPM01.

Tabel 4.18 Pin P3 Konektor Modul Tepi INNPM01.


(70)

4.1.3.Infinet to Computer Module (INICT01/INICT03) 1. Pengenalan Modul

INICT01

INICI01 Infi - NET ke Computer Interface ( ICI ) terdiri dari modul NIS dan INICT01 Infi - NET untuk transfer Komputer Module ( ICT ). Interface komputer ini memberikan komputer host akses ke point data. Point data tersedia melalui RS - 232 - C serial link dengan kecepatan standar sampai dengan 19,2 kilobaud. Infi - NET untuk interface computer memerintah perangkat lunak melalui komputer host. ICI computer interface menerima perintah dari komputer host, mengeksekusi dan kemudian membalas ke komputer host.

INICT03

INICI03 Infi - NET ke Computer Interface ( ICI ) terdiri dari modul NIS, INICT03 Infi - NET untuk transfer Komputer Modul ( ICT ) , dan IMMPI01 Multi-Fungsi Processor Interface Modul ( MPI ). Interface komputer ini memberikan host akses komputer untuk point data. Point data tersedia melalui link serial RS - 232 - C dengan kecepatan hingga 19,2 kilobaud atau melalui port paralel SCSI. Infi - NET


(71)

perangkat lunak pada komputer host. ICI interface komputer menerima perintah dari komputer host,

mengeksekusinya dan kemudian membalas ke

komputer host.

Gambar 4.6 INICI01 dan INICI03 INFI-NET ke Komputer Interface

2. Deskripsi Modul

INICT01 Transfer Modul

INICT01 Infi - NET ke Komputer transfer Module ( ICT ) menyediakan elektronik yang dibutuhkan untuk mengarahkan pengoperasian Infi - NET ke Komputer Interface. Menangani semua komunikasi dengan komputer host melalui komunikasi serial port RS - 232- C. Ini berkomunikasi langsung dengan modul NIS atas I / O bus expander . Ketika berkomunikasi melalui port


(72)

data Peralatan ( DCE ) atau terminal data peralatan ( DTE ). Konfigurasi pada unit terminasi ( NTMF01 ) atau modul ( NIMF01 atau NIMF02 ) menentukan apakah interface komputer ini beroperasi sebagai DTE atau DCE.

Modul ICT memiliki memori yang cukup bahwa hal itu dapat menyimpan hingga 10.000 point definisi ( tergantung pada jenis point ). modul ICT firmware memungkinkan komputer host untuk mengeluarkan perintah untuk akuisisi data, proses monitoring dan kontrol, dan sistem fungsi ( keamanan, waktu dan kontrol konfigurasi ). ICT modul mempertahankan tabel point dan menafsirkan perintah yang berasal dari komputer host. Dengan demikian, mengarahkan semua interaksi antara komputer host dan sistem Infi - NET.

Modul ICT menerima data dari Infi 90 modul dan kemudian memilih, mengatur, dan menyimpannya dalam databasenya. NIS Modul menerima frame dari sistem Infi - NET dan mengirim mereka pada modul ICT untuk diproses. Modul ICT kemudian memilih data yang masuk ini, menyimpan laporan pengecualian dan yang masuk permintaan sampai komputer host siap

menerima data. Aksi buffering memungkinkan


(73)

Infi - NET . Ketika host siap untuk memproses lebih banyak data, dia mengirim perintah untuk ICT modul yang meneruskan data sebagai balasan.

INICT03 Transfer Modul

INICT03 Infi - NET untuk Transfer Modul Komputer ( ICT ) juga menyediakan elektronik yang diperlukan untuk mengarahkan pengoperasian INICI03 Infi - NET untuk Interface Komputer. Menangani semua komunikasi dengan komputer host melalui IMMPI01 yang Multi- Fungsi Modul Prosesor Interface ( MPI ) SCSI atau RS - 232 - C port komunikasi. Ketika berkomunikasi melalui port serial RS - 232 - C, modul MPI dapat bertindak sebagai peralatan komunikasi data ( DCE ) atau peralatan terminal data yang ( DTE ). Jumper konfigurasi pada unit penghentian ( NTMP01 ) atau modul terminasi ( NIMP01 atau NIMP02 ) menentukan apakah interface ini beroperasi sebagai DTE atau DCE . Hal ini juga berkomunikasi langsung dengan modul NIS atas I / O bus expander.

Modul ICT memiliki memori yang cukup bahwa hal itu dapat menyimpan hingga 30.000 point definisi ( tergantung pada jenis point ). modul ICT firmware


(74)

perintah untuk akuisisi data, proses monitoring dan kontrol, dan sistem fungsi ( keamanan, waktu dan kontrol konfigurasi ). ICT modul mempertahankan tabel point dan menafsirkan perintah yang berasal dari komputer host. Dengan demikian, mengarahkan semua interaksi antara komputer host dan sistem Infi - NET.

Modul ICT menerima data dari Infi 90 modul dan kemudian memilah, mengatur dan menyimpan data dalam database. NIS modul menerima frame dari sistem Infi - NET dan mengirim mereka ke modul ICT untuk diproses. Modul ICT kemudian memilah data yang masuk ini, menyimpan laporan pengecualian dan permintaan masuk sampai komputer host siap untuk menerima data. Tindakan buffering ini memungkinkan

komputer host untuk beroperasi benar-benar

asynchronous ke loop Infi - NET. Ketika komputer host siap untuk memproses lebih banyak data, modul ICT yang meneruskan data sebagai balasan.

MPI modul menyediakan modul ICT dengan port serial dan interface SCSI. Ini berisi SCSI dan RS - 232 - C I / O port.


(75)

3. Instalasi

INICT01

Modul INICT01 terdiri dari dua papan sirkuit (memori papan sirkuit dan papan sirkuit CPU ). Papan memori tidak mempunyai pilihan konfigurasi operasi pengguna . Papan sirkuit CPU memiliki tiga dipswitch yang mengatur modul karakteristik operasi. Dipswitch ini memilih modul operasi , serial port karakteristik komunikasi dan baud rate . Gambar 4.7 mmenunjukkan lokasi dipswitch pada papan sirkuit CPU.

Gambar 4.7 Lokasi Dipswitch di Papan Circuit CPU Modul INICT01


(76)

o DIPSWITCH U72 OPTIONS

Dipswitch U72 adalah dipswitch delapan pole yang menentukan pilihan operasi modul ICT. Tabel 4.19 daftar pengaturan pilihan U72 dipswitch.

Tabel 4.19 Setting INICT01 Module Dipswitch U72


(77)

o DIPSWITCH U73 Serial Ports Komunikasi Dipswitch U73 adalah dipswitch 8 pole yang menetapkan serial Port ( RS - 233 - C ) laju

komunikasi. Laju komunikasi langsung

mempengaruhi data throughput. Lihat Tabel 4.20 untuk laju komunikasi.


(78)

o DIPSWITCH U75 Diagnosis

U75 dipswitch memungkinkan fungsi diagnostik interface computer yang berarti bagi yang memenuhi syarat Bailey Kontrol Perusahaan hanya tenaga pelayanan. Semua pole di dipswitch U75 harus ditutup untuk operasi normal. Tabel 4.21 menunjukkan pengaturan dipswitch . Pastikan semua kutub pada dipswitch U75 ditetapkan ke nol.

Tabel 4.21 Setting INICT01 Module Dipswitch U75

INICT03

Modul ICT terdiri dari satu papan sirkuit. Papan memiliki 4 dipswitch. Dipswitch ini memilih operasi modul pilihan, port serial karakteristik komunikasi dan baudtingkat. Gambar 4.8 menunjukkan lokasi dipswitch . penempatan modul dalam unit pemasangan modul penting ketika memasang modul ICT dengan


(79)

modul MPI . memasang MPI modul dengan modul ICT membutuhkan dua slot yang berdekatan di mounting Unit modul . Modul ICT harus menempati slot kanan ( saat menghadap ke depan unit modul pemasangan ) dan modul MPI harus menempati slot kiri.

Gambar 4.8 Lokasi Dipswitch di Papan Circuit CPU Modul INICT03

o DIPSWITCH SW1 SERIAL PORT

KOMUNIKASI

Dipswitch SW1 adalah dipswitch 8 pole yang menetapkan serial Port ( RS - 232 - C ) laju

komunikasi. Laju komunikasi langsung

mempengaruhi data throughput. Lihat Tabel 4.21 untuk komunikasi laju.


(80)

Tabel 4.22 Setting INICT03 Module Dipswitch SW1

o DIPSWITCH SW2 Diagnosis

Dipswitch SW2 memungkinkan diagnostik interface komputer yang berarti bagi yang

memenuhi syarat Bailey Kontrol layanan

Perusahaan personil saja. Semua pole di dipswitch SW2 harus ditutup untuk operasi normal. Tabel 4.22 menunjukkan pengaturan dipswitch. Pastikan semua pole dipswitch pada dipswitch SW2 diatur ke nol.


(81)

Tabel 4.23 Setting INICT03 Module Dipswitch SW2

o DIPSWITCH SW3 SCSI PORT

Dipswitch SW3 mengaktifkan atau

menonaktifkan port SCSI dan menetapkan Alamat port SCSI. Tabel 4.23 menunjukkan pengaturan dipswitch. Jika port SCSI diaktifkan, port serial 1 dinonaktifkan.


(82)

Tabel 4.24 Setting INICT03 Module Dipswitch SW3

o DIPSWITCH SW4 Optional

Dipswitch SW4 adalah dipswitch 8 pole yang menentukan pilihan operasi modul.


(83)

Tabel 4.25 Setting INICT03 Module Dipswitch SW4

4. Operation

INICT01

Faceplate dari modul INICT01 memiliki komponen-komponen berikut

 Status LED.

 Stop pushbutton.


(84)

Gambar 4.9 Faceplate LED dan Kontrol Modul INICT01

Tabel 4.26 INICT01 Module Status LED

 8 CPU LEDs.  Reset pushbutton.


(85)

INICT03

Faceplate dari modul INICT01 memiliki komponen-komponen berikut

o Status LED. o 16 CPU LEDs.

Gambar 4.10 Faceplate LED dan Kontrol Modul INICT03


(86)

Tabel 4.27 INICT03 Module Status LED o Stop/reset pushbutton.

5. Troubleshooting

Jika terjadi kesalahan saat modul ICT operasi, status LED menyala merah dan CPU LED pada faceplate modul ICT menampilkan kode kesalahan. Tabel 4.27 daftar kode kesalahan modul ICT dan terkait tindakan korektif. Modul ICT menampilkan error Kode hanya jika dihentikan. Lima Status byte memberikan informasi tentang status modul ICT.. Tabel 4.28, 4.29, dan 4.30 daftar INICT01 modul konektor tepi pin tugas. Tabel 4.31, 4.32, dan 4.33 daftar modul INICT03 tepi pin konektor tugas .

Sebuah kode yang tidak ada dalam daftar mungkin muncul jika kesalahan mesin time-out terjadi . Ulang modul ICT jika hal ini terjadi . ICT Modul telah gagal jika LED Status tetap merah. Ganti Modul ICT dalam kasus ini.


(87)

Tabel 4.28 INICT03 dan INICT01 Module Kode Error

Tabel 4.29 INICT01 Module Konektor Pin P1


(88)

Tabel 4.31 INICT01 Module Konektor Pin P3

Tabel 4.32 INICT03 Module Konektor Pin P1


(89)

(90)

BAB V

PENUTUP

5.1. Kesimpulan

PT. Semen Indonesia (Persero) Tbk Pabrik Tuban harus memiliki alat kontrol yang dapat diandalkan demi mengoptimalkan produktivitas pabrik. Salah satu alat kontrol yang sangat berperan dalam proses produksi Programmable Logic Controller (PLC). PLC berperan dalam pengoperasian mesin produksi dan menjalankan mesin produksi sesuai dengan keinginan pengguna karena sifat PLC yang dapat diprogram (programmable). Contoh penggunaan PLC adalah dapat mengontrol putaran motor dari mesin pengaduk semen.

Pada laporan kerja praktek ini, melakukan penjelasan atau deskripsi mengenai modul komunikasi pada PLC Bailey INFI 90 di PT. Semen Indonesia (Persero) Tbk Pabrik Tuban untuk mengendalikan mesin Raw Mill dan Kiln. Data yang diperoleh dari pihak penyelia adalah penjelasan singkat dan spesifikasi mengenai Komunikasi pada PLC Bailey INFI 90.

Data dan penjelasan singkat dari pihak pabrik nantinya akan dibuat suatu penjelasan mengenai modul komunikasi pada PLC Bailey INFI 90. Penjelasan ini didokumentasikan agar para pekerja dapat memahami modul Komunikasi PLC Bailey INFI 90.


(91)

5.2. Saran

Pada pelaporan keja praktek ini, penelitian yang dilakukan masih sebatas sebatas pengenalan singkat mengenai PLC dan modul Komunikasi PLC Bailey INFI 90. Mengingat bahwa perusahaan tempat kerja praktek penulis memiliki deadline pengerjaan proyek yang masih lama dan masa kerja praktek relatif singkat maka penulis hanya melakukan pengenalan singkat tidak sampai pemograman dan pengoperasian Modul Komunikasi PLC BAILEY INFI 90 sebenarnya yang nantinya dapat mengetahui kinerja sebenarnya dari PLC. Maka dari itu, untuk pengembangan selanjutnya diharapkan dapat menjangkau hingga ke tahap pemograman dan pengoperasian pada mesin PLC BAILET INFI 90 untuk Modul Komunikasi. Tentunya hal ini dapat terwujud dengan ijin dari pihak pabrik dan penyelia.

Dikarenakan PLC BAILEY INFI 90 sudah absolit maka diperlukan peremajaan dan upgrade untuk PLC yang baru.


(92)

Sujatmoko, MN. 2000. Dasar-Dasar Control Component Dan Sysmac. PT. OMRON Manufacturing of Indonesia.

Wicaksono, Handy. 2009. Programmable Logic Controller – Teori, Pemrograman dan Aplikasinya dalam Otomasi Sistem. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Wicaksono, Handy. 2004. Catatan Kuliah ”Automasi 1” Bab 3 PLC’s Hardware. Teknik Elektro Universitas Kristen Petra (http://learnautomation.files.wordpress.com/2009/08/modul-keseluruhan-automasi-1-1-bab-3.pdf (diakses pada 24 November 2014)).

Setiawan, Iwan. 2006. Programmable Logic Controller dan Teknik Perancangan Sistem Kontrol. ISBN 979-763-099-4. Yogyakarta: Andi.

Heru, Totok. PLC TEORI.pdf. Universitas Negeri Yogyakarta. (http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pendidikan/Totok%20Heru%20Tri% 20Maryadi,%20Drs.%20M.Pd./PLC%20TEORI.pdf (diakses pada 18 November 2014))

http://blog.um.ac.id/brianpranama/2012/12/11/komunikasi-plc-programmable-logic-control/ (diakses pada 5 Desember 2014))

http://www.semenindonesia.com/page/get/profil-perusahaan-9 (diakses pada 18 November 2014).


(93)

http://www.semenindonesia.com/page/get/visi-dan-misi-10 (diakses pada 18 November 2014).

http://www.semenindonesia.com/page/get/jenis-produk-23 (diakses pada 23 November 14)


(1)

Tabel 4.31 INICT01 Module Konektor Pin P3

Tabel 4.32 INICT03 Module Konektor Pin P1


(2)

92


(3)

93

PT. Semen Indonesia (Persero) Tbk Pabrik Tuban harus memiliki alat kontrol yang dapat diandalkan demi mengoptimalkan produktivitas pabrik. Salah satu alat kontrol yang sangat berperan dalam proses produksi Programmable Logic Controller (PLC). PLC berperan dalam pengoperasian mesin produksi dan menjalankan mesin produksi sesuai dengan keinginan pengguna karena sifat PLC yang dapat diprogram (programmable). Contoh penggunaan PLC adalah dapat mengontrol putaran motor dari mesin pengaduk semen.

Pada laporan kerja praktek ini, melakukan penjelasan atau deskripsi mengenai modul komunikasi pada PLC Bailey INFI 90 di PT. Semen Indonesia (Persero) Tbk Pabrik Tuban untuk mengendalikan mesin Raw Mill dan Kiln. Data yang diperoleh dari pihak penyelia adalah penjelasan singkat dan spesifikasi mengenai Komunikasi pada PLC Bailey INFI 90.

Data dan penjelasan singkat dari pihak pabrik nantinya akan dibuat suatu penjelasan mengenai modul komunikasi pada PLC Bailey INFI 90. Penjelasan ini didokumentasikan agar para pekerja dapat memahami modul Komunikasi PLC Bailey INFI 90.


(4)

94

5.2. Saran

Pada pelaporan keja praktek ini, penelitian yang dilakukan masih sebatas sebatas pengenalan singkat mengenai PLC dan modul Komunikasi PLC Bailey INFI 90. Mengingat bahwa perusahaan tempat kerja praktek penulis memiliki deadline pengerjaan proyek yang masih lama dan masa kerja praktek relatif singkat maka penulis hanya melakukan pengenalan singkat tidak sampai pemograman dan pengoperasian Modul Komunikasi PLC BAILEY INFI 90 sebenarnya yang nantinya dapat mengetahui kinerja sebenarnya dari PLC. Maka dari itu, untuk pengembangan selanjutnya diharapkan dapat menjangkau hingga ke tahap pemograman dan pengoperasian pada mesin PLC BAILET INFI 90 untuk Modul Komunikasi. Tentunya hal ini dapat terwujud dengan ijin dari pihak pabrik dan penyelia.

Dikarenakan PLC BAILEY INFI 90 sudah absolit maka diperlukan peremajaan dan upgrade untuk PLC yang baru.


(5)

95

Wicaksono, Handy. 2004. Catatan Kuliah ”Automasi 1” Bab 3 PLC’s Hardware.

Teknik Elektro Universitas Kristen Petra

(http://learnautomation.files.wordpress.com/2009/08/modul-keseluruhan-automasi-1-1-bab-3.pdf (diakses pada 24 November 2014)).

Setiawan, Iwan. 2006. Programmable Logic Controller dan Teknik Perancangan Sistem Kontrol. ISBN 979-763-099-4. Yogyakarta: Andi.

Heru, Totok. PLC TEORI.pdf. Universitas Negeri Yogyakarta. (http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pendidikan/Totok%20Heru%20Tri% 20Maryadi,%20Drs.%20M.Pd./PLC%20TEORI.pdf (diakses pada 18 November 2014))

http://blog.um.ac.id/brianpranama/2012/12/11/komunikasi-plc-programmable-logic-control/ (diakses pada 5 Desember 2014))

http://www.semenindonesia.com/page/get/profil-perusahaan-9 (diakses pada 18 November 2014).


(6)

96

http://www.semenindonesia.com/page/get/visi-dan-misi-10 (diakses pada 18 November 2014).

http://www.semenindonesia.com/page/get/jenis-produk-23 (diakses pada 23 November 14)