Peningkatan kemampuan berbicara melalui penerapan teknik bermain peran. penelitian tindakan kelas pada siswa kelas V MI. Ath-Thoyyibiyyah Kalideres Jakarta Barat

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA
MELALUI PENERAPAN TEKNIK BERMAIN PERAN PADA SISWA
KELAS V MI. ATH-THOYYIBIYYAH KALIDERES JAKARTA BARAT
TAHUN PELAJARAN 2013/2014

Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi
Persyaratan Akademik Program Kualifikasi S1 Kependidikan Islam dan Mencapai
Gelar Sarjana Pendidikan

oleh
IDAH SAIDAH FIKRIYAH
NIM. 801118300093

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2014


ABSTRAK

IDAH SAIDAH FIKRIYAH, 801118300093: Peningkatan Kemampuan Berbicara
Melalui Penerapan Teknik Bermain Peran. Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa
Kelas V MI. ATH-THOYYIBIYYAH Kalideres Jakarta Barat, Skripsi Jakarta:
Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah, Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan,
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2014.
Kata Kunci: Kemampuan Berbicara, Teknik bermain peran
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penerapan teknik bermain peran
dapat meningkatkan kemampuan berbicara siswa kelas V MI. Ath-Thoyyibiyyah
dalam pembelajaran bahasa Indonesia. Subjek penelitian ini adalah seluruh siswa
kelas V MI. Ath-Thoyyibiyyah yang berjumlah dua puluh enam orang yang terdiri
13 orang laki-laki dan 13 orang perempuan, tahun pelajaran 2013/1014.
Penelitian ini menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang
bertempat di kelas V MI. Ath-Thoyyibiyyah Kalideres Jakarta Barat. Penelitian
ini dilaksanakan dalam dua siklus, setiap tindakan terdiri dari empat tahap yaitu
perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Hasil refleksi dijadikan
dasar untuk menyusun rencana tindakan selanjutnya. Peneliti melakukan
kerjasama dengan guru kelas V yang bertindak sebagai observer dalam penerapan
teknik bermain peran untuk meningkatkan keterampilan berbicara siswa kelas V

yang masih sangat rendah. Pengumpulan data yang digunakan adalah pengamatan
atau observasi, catatan lapangan, jurnal siswa, dokumentasi, dan instrumen tes.
Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan niai rata-rata kemampuan
berbicara siswa melalui penerapan teknik bermain peran yang diketahui pada
siklus I (69,42) mengalami peningkatan pada siklus II menjadi 80,50 dengan
persentase rata-rata skor pada siklus I sebesar 58.33 meningkat pada siklus II
menjadi 72.54 yang berarti bahwa tindakan ini telah melebihi KKM sebesar 70.
Peningkatan juga terjadi terhadap aktivitas siswa dalam kemampuan berbicara dan
berada pada kategori “sangat baik.” Seluruh siswa memberikan respons yang baik
dalam pembelajaran kemampuan berbicara dan pada saat tugas kelompok yang
diberikan guru. Kegiatan melalui teknik bermain peran memotivasi siswa untuk
berani maju ke depan kelas saat memainkan naskah drama dengan lafal dan
intonasi yang benar, dan untuk belajar lebih baik dalam menggunakan dan
mengucapkan kalimat dengan bahasa Indonesia serta meningkatkan hasil belajar
siswa. Kemampuan berbicara siswa kelas V MI. Ath-Thoyyibiyyah melalui teknik
bermain peran meningkat, hal ini menunjukkan bahwa kegiatan teknik bermain
peran dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kemampuan berbicara dan hasil
belajar siswa serta upaya peningkatan mutu pendidikan di SD/MI, khususnya
dalam pembelajaran Bahasa Indonesia.


iii

ABSTRACT

IDAH SAIDAH FIKRIYAH, 801118300093: The Role’s Playing Technique to
Increase Conversing Competence. Classroom Action Research in V grade of
Islamic Elementary School ATH-THOYYIBIYYAH Kalideres, West Jakarta.
Jakarta Thesis: Education of Islamic School Teacher, Faculty of Tarbiyah and
Teaching, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2014.
Keywords: Speech, Role’s Playing Technique
This study aims to determine whether the application of role’s playing
technique can improve student’s speaking abilities in V grade of Islamic
Elementary School Ath-Thoyyibiyyah in Bahasa Indonesia subject. The subjects
were all V grade student of Islamic Eelementary School Ath-Thoyyibiyyah
numbering 26 persons, comprising 13 boys and 13 girls. 2013/2014 academic
year.
This research uses Classroom Action Research (CAR) which is place in V
grade of Islamic Elementary School Ath-Thoyyibiyyah, Kalideres, West Jakarta.
This research was conducted in two cycles, each action consist of four actions:
planning, implementation, observation and reflection. The reflection results are

created to plan further action. Researcher is working with fifth grades teachers
who acted as an observer in the application of role-playing techniques to improve
speaking skill of fifth grade student who are still very low. Data collection is the
result of observation, field notes, student journals, documentation and test
instruments.
The result showed the increase of speaking skill of student through the
application of techniques that are known to role-playing in the first cycle (69.42)
experienced an increase at cycle II to 80.60 with an average percentage score on
the first cycle 58.33% and increasing into 72.54% in cycle II, which mean that
this action has been exceeded by 70 KKM also occurred on the activities of
students in the ability to speak and in the category “very good”. All students
respond well in learning speech and by the time the task group by teacher.
Activities through role-playing techniques is to motivate the students to come
forward when playing a play class with correct pronunciation and intonation, and
to learn better in use and pronounce sentences with Indonesian and improve
student learning outcomes. The activity of role-playing technique can be utilize to
improve the ability to speak and student learning outcomes as well as efforts to
improve the quality of education in elementary grade, especially in learning
Bahasa Indonesia subject.


iv

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah segala puji dan syukur ke hadirat Allah SWT yang maha
pengasih lagi penyayang, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan
judul “Peningkatan Kemampuan Berbicara Melalui Teknik Bermain Peran Pada
Siswa Kelas V MI. ATH-THOYYIBIYYAH Kalideres Jakarta Barat.” Skripsi ini
sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar kesarjanaan di Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Sholawat serta salam senantiasa
tercurahkan kepada Nabi Besar Muhammad SAW yang telah membawa umatnya
dari zaman kebodohan ke zaman kecerdasan.
Dengan selesainya skripsi ini, penulis menyampaikan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada berbagai pihak yang telah memberikan dukungan dan
doa kepada penulis baik berupa moral maupun material, Oleh karena itu penulis
menyampaikan terima kasih kepada:
1. Nurlena Rifa’i, MA, Ph, D., selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan., UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Dr. Fauzan, MA., sebagai ketua jurusan PGMI.
3. Dindin Ridwanuddin, M.Pd., Sebagai Koordinator program Dual Mode Sistem

4. Dra. Hindun, M.Pd., sebagai dosen pembimbing yang telah memberikan
pengarahan dan membantu penulis dengan penuh kesabaran dan keikhlasan
hingga

bersedia

meluangkan

waktu,

tenaga,

dan

pikirannya

untuk

terselesaikannya skripsi ini.
5. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan yang telah

memberikan Ilmu Pengetahuan dan bimbingan kepada penulis selama
mengikuti perkuliahan.
6. Iwan Ridwan, S.Pd.I., Sebagai kepala sekolah MI. ATH-THOYYIBIYYAH
Kalideres Jakarta Barat yang telah memberikan izin kepada peneliti untuk
melaksanakan penelitian.

iviv

7. Elis Maesaroh., selaku guru kelas V yang telah membantu penulis dalam
penelitian untuk mengambil data.
8. Guru-guru dan karyawan MI. ATH-THOYYIBIYYAH Kalideres Jakarta
Barat, terima kasih atas dukungannya.
9. Seluruh siswa kelas lima MI. ATH-THOYYIBIYYAH yang telah setia
menerima pembelajaran kemampuan berbicara melalui penerapan teknik
bermain peran dan dapat bekerja sama dengan baik.
10. Ayahanda (almarhum) Prof. Zainal Abidin Fikri dan Ibunda (almarhumah)
Euis

Robiatul


Adawiyyah

yang

dirahmati

Allah,

semoga

Dia

menempatkannya di surga-Nya yang luas.
11. Suami tercinta Iwah Wahyudih, anak-anakku tersayang Zibran Aldais Fikri
dan Airis Azzahra yang selalu mendoakan penulis untuk tetap semangat untuk
menuntut ilmu, dan memberikan cinta kasih serta dukungan dan saran baik
moral maupun material
12. Sahabat-sahabat terbaikku, Royanih dan Yayan Suryanah yang selalu menjadi
penyemangat dan setia menemani penulis baik susah maupun senang, serta
teman-teman seperjuangan yang selalu memberikan semangat kepada penulis,

semoga Allah selalu melindungi kita semua.
Penulis berdoa untuk semua pihak yang telah membantu dengan kebaikan dan
ketulusan mendapat balasan dan menjadi ladang amal disisi Allah SWT dan
semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak, meskipun skripsi ini masih
banyak kekurangan, amin.
Jakarta, 3 Mei 2014
Penulis

Idah Saidah Fikriyah
NIM. 801118300093

viv

DAFTAR ISI

SAMPUL
LEMBAR PENGESAHAN ……………………………………………

i


LEMBAR PERNYATAAN KARYA ILMIAH………………………

ii

ABSTRAK………………………………………………………………. iii
KATA PENGANTAR………………………………………………….

iv

DAFTAR ISI……………………………………………………………

v

DAFTAR TABEL………………………………………………………

vi

DAFTAR GAMBAR…………………………………………………..

vii


BAB I PENDAHULUAN………………………………………………

1

A. Latar Belakang Masalah……………………………………….. 1
B. Identifikasi Masalah……………………………………………

6

C. Batasan Masalah……………………………………………….

6

D. Rumusan Masalah……………………………………………… 7
E. Tujuan Masalah………………………………………………… 7
F. Manfaat Penelitian……………………………………………..

7

BAB II LANDASAN TEORETIS
A. Hakikat Kemampuan Berbicara………………………………..

8

1. Pengertian kemampuan…………………………………….

8

2. Pengertian Berbicara……………………………………….

8

3. Pengertian Kemampuan Berbicara………………………… 10
4. Tujuan Berbicara…………………………………………… 11
5. Faktor-faktor Penunjang Keefektifan Berbicara…………… 11
6. Jenis-jenis Berbicara………………………………………... 13
vv

7. Teknik Berbicara……………………………………………. 13
B. Hakikat Teknik Bermain Peran…………………………………. 15
1. Pengertian Teknik…………………………………………… 15
2. Pengertian Bermain Peran…………………………………… 15
3. Pengertian Teknik Bermain Peran…………………………… 16
4. Langkah-langkah Teknik Bermain Peran……………………. 16
C. Hasil Penelitian yang Relevan…………………………………… 19
D. Kerangka Berpikir……………………………………………….. 21
E. Hipotesis Tindakan………………………………………………. 22
BAB III METODOLOGI PENELITIAN……………………………… 23
A. Tempat dan Waktu Penelitian……………………………………. 23
1. Tempat……………………………………………………….. 23
2. Waktu……………………………………………………….. 23
B. Metode Penelitian dan Rancangan……………………………… 23
C. Subjek/Partisipan dalam Penelitian…………………………….. 27
D. Peran dan Posisi Peneliti dalam Penelitian…………………….. 27
E. Tahap Intervensi Tindakan…………………………………….. 28
1. Rencana Tindakan………………………………………….

28

2. Pelaksanaan Tindakan……………………………………… 29
3. Pengamatan………………………………………………… 29
4. Refleksi ……………………………………………………. 30
F. Hasil Intervensi Tindakan……………………………………… 30
G. Data dan Sumber Data…………………………………………

31

H. Instrument Pengumpulan Data…………………………………

31

1. Instrument Tes……………………………………………..

32

2. Instrument Non Tes………………………………………..

33

a. Lembar Observasi……………………………………… 33
b. Catatan Lapangan………………………………………

35

c. Jurnal Siswa……………………………………………. 36
d. Dokumentasi …………………………………………… 37

viv

I. Teknik Pengumpulan Data ……………………………………… 37
J. Teknik Pemeriksaan Keterpercayaan Studi……………………... 37
K. Analisis Data dan Interpretasi Data……………………………… 38
L. Pengembangan Perencanaan Tindakan………………………….. 39
BAB IV DESKRIPSI, ANALISIS DATA, INTERPRETASI
HASIL DAN PEMBAHASAN……………………………….. 40
A. Profil Sekolah……………………………………………….. 40
1. Gambaran Umum MI. Ath-Thoyyibiyyah………………. 40
2. Status Akreditasi………………………………………… 42
3. Keadaan Guru…………………………………………… 43
4. Keadaan Siswa………………………………………….. 44
B. Deskripsi Data Hasil Pengamatan/Hasil Intervensi Tindakan.. 44
1. Informasi Awal Kemampuan Siswa dalam Berbicara…… 45
2. Deskripsi Pelaksanaan Tindakan Siklus I……………….. 47
3. Deskripsi Pelaksanaan Tindakan Siklus II………………. 59
C. Analisis Data………………………………………………… 69
1. Hasil Analisis Data……………………………………… 69
2. Analisis Data Nilai Postest……………………………… 75
3. Interpretasi Hasil Analisis………………………………. 76
D. Pembahasan tentang Penemuan…………………………….. 76
1. Deskripsi Tingkah Laku Siswa dalam Pembelajaran…… 76
2. Hasil Analisis Catatan Lapangan dan Jurnal Siswa
dalam Pembelajaran……………………………………. 78
BAB V PENUTUP………………………………………………………. 82
A. Kesimpulan………………………………………………….. 82
B. Saran………………………………………………………… 82
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………….. 84
LAMPIRAN

vii
v

DAFTAR TABEL

Tabel 1 : Keadaan Guru MI. Ath-Thoyyibiyyah………………………… 43
Tabel 2 : Jumlah Siswa MI. Ath-Thoyyibiyyah…………………………. 44
Tabel 3 : Jumlah Siswa Kelas I s.d. Kelas VI MI. Ath-thoyyibiyyah
Tahun Pelajaran 2013/2014…………………………………… 44
Tabel 4 : Hasil Nilai Awal Kemampuan Berbicara Siswa Kelas V...…… 45
Tabel 5 : Hasil Nilai Postest Kemampuan Berbicara Siswa Berbicara
Kelas V siklus I…………………………………………………. 56
Tabel 6 : Rata-rata Skor Penilaian Siswa terhadap guru pada siklus I
pertemuan kedua………………………………………………

58

Tabel 7 : Hasil Nilai Postest Kemampuan Berbicara Siswa Kelas V
siklus II………………………………………………………..

66

Tabel 8 : Rata-rata Skor Penilaian Siswa terhadap guru pada siklus II
pertemuan kedua…………………………………………….
Tabel 9 : Penilaian Nilai Awal Kemampuan Berbicara Siswa Kelas V..

68
70

Tabel 10 : Penilaian Nilai Postest Kemampuan Berbicara Siswa Kelas V
siklus I………………………………………………….…….. 71
Tabel 11 : Penilaian Nilai Postest Kemampuan Berbicara Siswa Kelas V
siklus II………………………………………………….……. 73
Tabel 12 : Perbandingan Kemampuan Berbicara siswa kelas V ……....… 75

vi
vi

Tabel 13 : Hasil rata-rata skor aktivitas siswa dalam pembelajaran……… 76
Tabel 14 : Hasil penilaian kemampuan Berbicara secara kelompok
kelas V MI. Ath-Thoyyibiyyah…………………………..…… 79
Tabel 15 : Penilaian kemampuan Berbicara secara kelompok pada
kelas V MI. Ath-Thoyyibiyyah siklus I…………………..…… 79
Tabel 16 : Penilaian kemampuan Berbicara secara kelompok pada
kelas V MI. Ath-Thoyyibiyyah siklus I…………………..…… 80

vii
vi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 : Siklus Penelitian Tindakan kelas…………………………….. 28
Gambar 2 : Struktur Organisasi MI. Ath-thoyyibiyyah…………………… 42
Gambar 3 : Kegiatan Belajar Mengajar……………………………………. 51

vii

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Bahasa Indonesia merupakan bahasa Nasional karena berfungsi sebagai
alat pemersatu bangsa. Dikatakan demikian karena Bangsa Indonesia
merupakan bangsa yang majemuk, yang memiliki beragam suku bangsa yang
masing-masing suku bangsa tersebut memiliki bahasanya sendiri. Agar setiap
suku yang memiliki perbedaan bahasa tersebut dapat saling berkomunikasi
maka dibutuhkan satu bahasa yang dapat dimengerti oleh setiap suku bangsa
tersebut yaitu bahasa nasional Bahasa Indonesia. Oleh sebab itu, pelajaran
Bahasa Indonesia harus diajarkan dari tingkat pendidikan terendah sampai
yang tertinggi, sehingga mereka mampu bersosialisasi dan berkomunikasi
ketika mereka berada dalam kelompok masyarakat.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah no 19 tahun 2005 tentang standar
nasional pendidikan pasal 7 ayat 2 yang berbunyi ”Kelompok mata pelajaran
kewarganegaraan

dan

kepribadian

pada

SD/MI/SDLB/Paket

A,

SMP/MTs/SMPLB/Paket B, SMA/MA/SMALB/ Paket C, SMK/MAK, atau
bentuk lain yang sederajat dilaksanakan melalui muatan dan/atau kegiatan
agama, akhlak mulia, kewarganegaraan, bahasa, seni dan budaya, dan
pendidikan jasmani”.1 Selanjutnya, pasal 7 ayat 3 yang berbunyi ”Kelompok
mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi pada SD/MI/ SDLB/Paket A,
atau bentuk lain yang sederajat dilaksanakan melalui muatan dan/atau
kegiatan bahasa, matematika, ilmu pengetahuan alam, ilmu pengetahuan
sosial, keterampilan/kejuruan, dan muatan lokal yang relevan”.2

1

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia no. 19 Tahun 2005 tentang Standar nasional
Pendidikan, h. 6
2
Ibid.,

1

2

Dalam peraturan pemerintah di atas jelas dikatakan bahwa Bahasa
Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran yang harus diajarkan di tingkat
MI/SD. Selain itu pelajaran Bahasa Indonesia juga merupakan pelajaran yang
memiliki peranan penting karena mata pelajaran Bahasa Indonesia menjadi
salah satu mata pelajaran yang menentukan kelulusan seorang seorang peserta
didik karena merupakan mata pelajaran yang diujikan dalam Ujian Nasional
(UN) tingkat MI/SD.
Kurangnya motivasi dan partisipasi siswa terhadap mata pelajaran
Bahasa Indonesia khususnya berbicara, mengakibatkan rendahnya tingkat
daya serap siswa, terkadang siswa tidak berani mengungkapkan perasaan,
mengajukan pendapat maupun memberikan saran terhadap masalah yang
dilihat maupun dihadapi. Guru hendaknya mampu mengatasi hal-hal yang
kurang tepat, misalnya ada seorang siswa yang berani berbicara namun
kalimat yang diucapkannya membuat teman yang lain menertawakannya.
Guru harus mengatasi hal ini, karena jika tidak diatasi akan membuat siswa
merasa mengucapkan kata-kata atau kalimat yang salah dan dia tidak akan
berani lagi untuk berbicara karena merasa takut salah berbicara.
Siswa pada tingkat sekolah dasar sebenarnya senang berbicara, mereka
mengeluarkan kata-kata dan kalimat sesuai dengan tingkat umur mereka
bahkan terkadang kata-kata dan kalimat yang diucapkan berlebihan dan tidak
baik. Guru hendaknya menyarankan dan membimbing mereka ke hal-hal yang
positif. Di sinilah peran guru dibutuhkan untuk menjadi penyimak yang baik
apabila terdapat siswa yang mengungkapkan perasaan, mengajukan pendapat
dan gagasan serta pesan. Dalam hal ini karakter siswa berbeda-beda, ada siswa
yang lebih berani berbicara, maka sebagai guru hendaknya tidak sungkan
memberikan pujian kepada siswa yang bersangkutan agar merasa senang,
sedangkan untuk siswa yang masih mengalami kesulitan dalam berbicara,
guru harus dapat memberikan motivasi agar siswa yang bersangkutan tidak
merasa ditinggal.
Kenyataannya, bahwa pelajaran Bahasa Indonesia di MI. ATHTHOYYIBIYYAH menunjukkan nilai yang masih di bawah Standar

3

Ketuntasan Belajar Minimal (SKBM=70). Penyebabnya adalah kurangnya
keterlibatan

siswa

dalam

pembelajaran,

kemampuan

siswa

untuk

mengungkapkan dan mengekspresikan gagasan atau pendapatnya dalam
bentuk lisan maupun tulisan masih rendah, hal ini terlihat berdasarkan data
hasil observasi awal berikut:
No

Nama Siswa

Nilai

1

Aida R

73

2

Ahmad Z

36

3

Ari A

36

4

Arifin A

43

5

Bustanil A

93

6

Desti S

53

7

Erna D.Y

76

8

Fatiya A

93

9

Gunawan

33

10

Hana O

76

11

Hesti Y

60

12

Iyad N

56

13

Rusdianah

56

14

Mario F

60

15

Mardianto

33

16

Septiadi

46

17

Nurafni

73

18

Rahman H

33

19

Rahma W

73

20

Reskina

56

21

Syahrohman

60

22

Siti Z

56

23

Siti Y

66

24

Tia

46

4

25

Winanda S

46

26

Fiki J

63

Berdasarkan data diatas, hanya ada tujuh siswa yang telah mencapai
KKM sisanya masih memperoleh nilai dibawah KKM.
Data Aktivitas Siswa pada saat Observasi Awal
No

Kategori Pengamatan

Skor Penilaian

1

Siswa memberikan respon positif selama
pembelajaran berlangsung

2

2

Siswa
memperhatikan
dan
penjelasan guru dengan baik

2

3

Siswa aktif dalam mengajukan pertanyaan

2

4

Siswa aktif dalam menjawab pertanyaan yang
diajukan guru

2

5

Siswa sering memotivasi dan membantu
kelompoknya dalam mengerjakan tugas
kelompok

1

6

Siswa mengerjakan tugas kelompoknya dengan
serius

1

7

Siswa memiliki tanggung jawab dan kerja sama
dalam kelompoknya

1

8

Siswa mengikuti pembelajaran
sampai akhir
Jumlah skor

3

keterangan:
Skala penilaian rata-rata tiap aspek:
1. Sangat kurang baik
2. Kurang baik
3. Cukup
4. Baik
5. Sangat Baik

menyimak

dari

awal

14

5

Skala penilaian keseluruhan
8-15

= prestasi kurang baik

16-21 = prestasi kurang
22-27 = prestasi cukup
28-33 = prestasi baik
34-40 = prestasi sangat baik
Berdasarkan data aktivitas siswa pada observasi awal di atas, diperoleh
skor 14 yang menunjukkan bahwa “prestasi kurang”.
Berbicara untuk seseorang merupakan penyampaian kesan-kesan
batinnya, seseorang dapat mengungkapkan kembali apa-apa yang didengar
atau dibacanya. Sesorang yang berani dan membiasakan berlatih berbicara
merupakan orang yang memiliki kecakapan dalam berbicara. Sebaliknya
seseorang yang tidak mau berlatih dan hanya diam saja tidak berani
menuangkan ide dan gagasan serta pendapatnya tidak akan mempunyai
kemampuan berbicara. Dilihat dari pendapat di atas bahwa berbicara harus
dipraktikkan dan bukan masalah hafalan. Untuk siswa kelas lima biasanya
mereka berbicara banyak walaupun kata-katanya belum teratur, namun
mereka belum berani mengungkapkannya di depan kelas dalam proses
pembelajaran.
Berdasarkan penjelasan di atas, peran seorang guru dalam pengajaran
berbicara sangat penting. Seorang guru harus mampu memadukan pendekatan,
strategi, metode, dan teknik. Dari latar belakang di atas perlu dicari alternatif
lain sebagai upaya meningkatkan kemampuan berbicara siswa. Hal ini
mengingat pentingnya pengajaran berbicara sebagai salah satu usaha
meningkatkan kemampuan berbahasa lisan di tingkat sekolah dasar atau
madrasah ibtidaiyah, sehingga penulis menggunakan teknik pengajaran
berbicara yaitu teknik bermain peran. Dipilihnya teknik bermain peran ini
diharapkan mampu mengajak siswa untuk berbicara. Dengan teknik ini,
diharapkan mereka dapat termotivasi untuk berbicara di depan kelas.
Diharapkan juga siswa tidak perlu merasa takut salah atau malu dalam
berbicara karena guru masih memberikan bimbingan untuk membacakan

6

cerita yang ditulis guru, mereka juga dirangsang untuk mengembangkan
kemampuan berpikir dan berimajinasi. Disamping itu, diharapkan pula agar
mereka mempunyai keberanian dalam berkomunikasi. Apalagi pada umumnya
siswa kelas lima sudah pandai membaca dan dapat memperhatikan penjelasan
guru.
Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk mengadakan penelitian
dengan

judul

“PENINGKATAN

KEMAMPUAN

BERBICARA

MELALUI PENERAPAN TEKNIK BERMAIN PERAN PADA SISWA
KELAS V DI MI. ATH-THOYYIBIYYAH KALIDERES JAKARTA
BARAT TAHUN PELAJARAN 2013/2014”.

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan di atas, maka dapat
diidentifikasi masalah yang timbul dan yang dapat diteliti yaitu:
1. Keterlibatan siswa untuk aktif dalam proses pembelajaran masih kurang.
2. Kemampuan siswa untuk mengungkapkan dan mengekspresikan gagasan
atau pendapatnya dalam bentuk lisan maupun tulisan masih rendah.
3. Prestasi belajar bahasa indonesia yang belum mencapai KKM

C. Batasan Masalah
Supaya penelitian ini lebih terarah dan terfokus serta sesuai dengan
keterbatasan penulis dalam hal waktu, tenaga, biaya, maka perlu ada
pembatasan masalah. Atas dasar pertimbangan tersebut, penelitian ini dibatasi
hanya berusaha meningkatkan kemampuan berbicara siswa dengan teknik
bermain peran pada mata pelajaran Bahasa Indonesia di kelas V MI. ATHTHOYYIBIYYAH Kalideres Jakarta Barat Tahun Pelajaran 2013/2014.

7

D. Rumusan Masalah
Bagaimana peningkatan kemampuan berbicara melalui penerapan teknik
bermain peran pada siswa kelas V di MI. ATH-THOYYIBIYYAH Kalideres
Jakarta Barat Tahun Pelajaran 2013/2014?

E. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan peningkatan kemampuan
berbicara melalui penerapan teknik bermain peran pada siswa kelas V MI.
Ath-thoyyibiyyah Kalideres Jakarta Barat tahun Pelajaran 2013/2014.

F. Manfaat Penelitian
1. Secara teoretis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan peneliti
tentang teknik pembelajaran bahasa Indonesia

2. Secara praktis
a. Bagi peserta didik
Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kemampuan berbicara
siswa, serta membuat siswa lebih senang belajar Bahasa Indonesia
karena teknik ini mengajak peserta didik untuk bermain dan
menyenangkan.
b. Bagi peneliti
Penelitian ini merupakan pengalaman berharga dalam menerapkan
teknik bermain peran pada pelajaran Bahasa Indonesia sehingga dapat
memperbaiki

kinerja

pembelajaran

Bahasa

Indonesia

tentang

kemampuan berbicara.
c. Untuk sekolah
Penelitian ini dapat menjadi bahan dalam pengembangan dan
perbaikan kurikulum tentang teknik belajar yang inovatif.

BAB II
LANDASAN TEORETIS

A. Hakikat Kemampuan Berbicara
1. Pengertian Kemampuan
Pada dasarnya setiap manusia memiliki kemampuan, baik keadaannya
normal maupun ada kekurangan dalam dirinya. Dalam kamus besar bahasa
Indonesia mampu berarti kuasa (bisa, sanggup) melakukan sesuatu, sedangkan
kemampuan adalah kesanggupan, kecakapan, kekuatan.1 Mohammad Zain
dalam Milman Yusdi mengartikan bahwa Kemampuan adalah kesanggupan,
kecakapan, kakuatan kita berusaha dengan diri sendiri. Selanjutnya Anggiat
M.Sinaga dan Sri Hadiati mendefenisikan kemampuan sebagai suatu dasar
seseorang yang dengan sendirinya berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan
secara efektif atau sangat berhasil.2
Kemampuan (Ability) adalah kecakapan atau potensi seseorang individu
untuk menguasai keahlian dalam melakukan atau mengerjakan beragam tugas
dalam suatu pekerjaan atau suatu penilaian atas tindakan seseorang.3
Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa kemampuan
adalah

kesanggupan,

kecakapan

atau

keberdayaan

seseorang

dalam

mengerjakan atau melakukan sesuatu sesuai dengan keahlian yang
dimilikinya.

2. Pengertian Berbicara
Istilah berbicara pastinya sering didengar bahkan sudah sering pula
dipraktikan, seperti mengucapkan salam saat akan memulai pembelajaran,
1

Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa, (Jakarta: Gramedia, 2008), Ed.
IV, Cet. 1, h. 869
2
Nasrianti Burhan, Pengertian Kemampuan, diakses 30 maret 2014, pukul 22.54 WIB,
http://nasriantiburhan.blogspot.com/2013/01/pengertian-kemampuan.html
3
Ibid.,

8

9

berbicara saat menjelaskan materi pelajaran, dan memberikan sambutan saat
upacara bendera ataupun saat acara kenaikan kelas. Kridalaksana yang dikutip
oleh Solchan TW dan kawan-kawan, berbicara adalah “berkata, bercakap,
berbahasa atau melahirkan pendapat (dengan perkataan, tulisan, dan
sebagainya) atau berunding.”4 Seseorang yang berbicara berarti dia berkata,
mengucapkan suatu kalimat, dia bercakap ketika dihadapannya ada orang lain,
ketika bekerja kelompok dia memberikan dan mengeluarkan pendapatnya.
Berbicara bagi seseorang sebagai media untuk berkomunikasi kepada orang
lain baik secara lisan maupun tulisan.
Tarigan yang dikutip oleh Hindun mengungkapkan bahwa berbicara
adalah “kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk
mengekspresikan, menyatakan, serta menyampaikan pikiran, perasaan dan
gagasan.”5 Berbicara dapat pula diartikan sebagai kemampuan menyampaikan
ide, gagasan, pikiran, atau perasaan dengan tujuan tertentu, yaitu agar pesan
yang disampaikan dapat dipahami atau diterima oleh pendengarnya.6 Dengan
demikian berbicara merupakan sebuah aktivitas.
Yeti Mulyati dan kawan-kawan menyampaikan bahwa berbicara adalah
“aktivitas ketika proses encoding si pengirim mengubah menjadi bentukbentuk bahasa yang berupa bunyi-bunyi yang diucapkan, selanjutnya pesan
yang diformulasikan dalam bunyi-bunyi (bahasa lisan) tersebut disampaikan
kepada penerima.”7 Kemudian Burhan Nurgiantoro berpendapat bahwa
berbicara adalah “aktivitas berbahasa kedua yang dilakukan manusia dalam
kehidupan bahasa setelah mendengarkan.”8 Untuk dapat berbicara dengan
baik seseorang harus menggunakan bahasa yang baik. Ia harus menguasai
lafal, struktur, dan kosakata bahasa. Awalnya seseorang mendengar bunyi4

Solchan TW, dkk, Materi Pokok Pendidikan Bahasa Indonesia di SD Modul 2, (Jakarta:
Universitas Terbuka, 2008), Cet. 3, h. 11.9
5
Hindun, Pembelajaran Bahasa Indonesia Berkarakterdi Madrasah Ibtidaiyah/Sekolah Dasar,
(Depok: Nufa Citra Mandiri, 2013), h. 193
6
Ibid., h. 194
7
Yeti Mulyati, dkk, Materi Pokok Keterampilan Berbahasa Indonesia Modul 1-9, (Jakarta:
Universitas Terbuka, 2007), Cet. 1, h. 1.4
8
Burhan Nurgiantoro, Penilaian Pembelajaran Bahasa Berbasis Kompetensi, (Yogyakarta:
BFEE Yogyakarta, 2012), ed. 1, Cet. 3, h. 399

10

bunyian kemudian ia belajar mengucapkan dan akhirnya ia mampu untuk
berbicara, setelah ia mendengar dan berlatih mengucap. Berbicara merupakan
kompetensi berbahasa yang bersifat produktif. Burhan pun berpendapat bahwa
“berbicara merupakan kemampuan yang menuntut kegiatan encoding. Yaitu,
kegiatan untuk menghasilkan (baca: menyampaikan) bahasa kepada pihak
lain, baik secara lisan maupun tertulis.”9
Akhirnya dapat dipahami bahwa berbicara adalah proses komunikasi
dengan orang lain untuk mengungkapkan ide, pikiran dan isi hati secara lisan
atau langsung maupun tulisan atau secara tertulis. Berbicara merupakan
bahasa yang produktif, karena berbicara merupakan kegiatan menyampaikan
gagasan, pikiran, perasaan, pesan atau informasi secara langsung.

3. Pengertian Kemampuan Berbicara
Kemampuan berbicara adalah satu kemampuan yang harus dikuasai oleh
seseorang, selain sebagai langkah untuk berkomunikasi, kemampuan berbicara
juga merupakan kemampuan yang harus terus dikembangkan. Kemampuan
berbicara yang baik adalah “kecakapan seseorang dalam menyampaikan
sebuah informasi dengan bahasa yang baik, benar dan menarik agar dapat
dipahami pendengar.”10
Kemampuan berbicara sangat dibutuhkan oleh setiap orang, baik di
sekolah maupun di luar sekolah. “kemampuan berbahasa lisan merupakan
dasar utama dari pengajaran bahasa karena kemampuan berbahasa lisan (1)
merupakan mode ekspresi yang digunakan, (2) merupakan bentuk kemampuan
pertama yang biasanya dipelajari anak-anak, (3) merupakan tipe kemampuan
berbahasa yang paling umum dipakai.”11
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kemampuan berbicara adalah
kemampuan menyampaikan sebuah informasi secara langsung atau lisan
9

Ibid, h. 397
Yeni Ernawati, Teknik Pengajaran Berbicara, diakses Minggu, 30 Maret 2014, pukul. 23.49,
http://duniayeniernawati.blogspot.com/2011/05/teknik-pengajaran-berbicara.html
11
Bintang Kecil Delapan, Strategi Meningkatkan Kemampuan Berbicara, diakses Senin, 31
Maret 2014, pukul. 07.00 WIB, http://bintangkecildelapan.blogspot.com/2012/03/strategimeningkatkan-kemampuan.html.
10

11

dengan bahasa yang baik, benar dan menarik serta sesuai dengan aspek
kebahasaan dan non kebahasaan.

4. Tujuan Berbicara
Tujuan utama berbicara adalah “untuk meyampaikan pikiran secara
efektif, kemudian mampu mengevaluasi efek komunikasinya terhadap
pendengarnya.”12
Henry Guntur Tarigan mengemukakan bahwa tujuan utama berbicara
adalah “untuk berkomunikasi.”13 Selanjutnya Solchan TW dan kawan-kawan
mengemukakan bahwa pembelajaran berbicara di kelas tinggi bertujuan untuk
1) memupuk keberanian siswa, 2) mengungkapkan pengetahuan dan wawasan
siswa, 3) melatih siswa menyanggah/menolak pendapat orang lain, 4) melatih
siswa berpikir logis dan kritis, dan 5) melatih siswa menghargai pendapat
orang lain.14 Adapun tujuan pembelajaran di kelas rendah, antara lain 1)
melatih keberanian siswa, 2) melatih siswa menceritakan pengetahuan dan
pengalamannya, 3) melatih menyampaikan pendapat, 4) membiasakan siswa
untuk bertanya.15
Dari penjelasan mengenai tujuan berbicara di atas, maka dapat dipahami
bahwa tujuan berbicara adalah tujuan komunikasi, interaksi dan hubungan
dengan orang lain untuk melahirkan buah pikiran dan perasaan dengan ucapan
yang sederhana, sopan dan jelas dan dengan lafal kalimat bahasa Indonesia
yang sesuai dengan intonasi dan konteksnya.

5. Faktor-faktor Penunjang Keefektifan Berbicara
Dalam pembinaan kemampuan berbicara, hal yang perlu diperhatikan guru
dalam keefektifan berbicara berdasarkan pendapat Setyawan Pujiono ada dua
faktor yaitu: faktor kebahasaan (faktor yang terkait dengan bahasa) dan faktor
12

Sri Wahyuni, Jauharoti Alfin, Muhammad Thohri, Bahasa Indonesia 1, (Surabaya: LAPISPGMI, 2008), h. 4.10
13
Henry Guntur Tarigan, Berbicara Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa, (Bandung:
Angkasa Bandung, 2008), ed. Revisi, Cet. 1, h. 3
14
Solchan TW, Op.cit,h. 11.21
15
Ibid, h. 11.20

12

non kebahasaan (faktor yang terkait dengan teknis pelaksanaan penyampaian
materi pembicara).
1) Faktor kebahasaan, mencakup:
a) Ketepatan ucapan (tata bunyi)
Seseorang pembicara harus membiasakan diri mengucapkan bunyibunyi bahasa secara tepat.
b) Penempatan tekanan, nada, sendi, dan durasi
Kesesuaian penempatan atau penggunaan tekanan, nada, sendi,
atau tempo dan durasi akan menjadi daya tarik tersendiri dalam
pembicaraan.
c) Pilihan kata (diksi)
Dalam berbicara, pilihan kata yang dilakukan hendaknya yang
tepat, jelas dan bervariasi. Jelas maksudnya nudah dimengerti oleh
pendengar yang menjadi sasaran. Pilihan kata dalam sebuah
pembicaraan juga harus disesuaikan dengan pokok pembicaraan
dan dengan siapa kita berbicara atau berkomunikasi. Komunikasi
akan berjalan lancer dan baik apabila kata-kata yang digunakan
pembicara dapat dipahami pendengar dengan baik.
d) Kalimat efektif untuk berbicara
Berbicara pada hakikatnya adalah menyampaikan kalimat-kalimat.
Kalimat yang benar adalah kalimat yang memenuhi persyaratan
gramatikal, yaitu harus disusun berdasarkan kaidah-kaidah yang
berlaku.16
2) Faktor non kebahasaan, mencakup:
a)
b)
c)
d)
e)
f)

Sikap yang wajar dan tenang
Melakukan kontak mata dengan audiens
Gerak dan mimik
Kenyaringan suara
Kelancaran
Penalaran17

Dari faktor-faktor penunjang keefektifan tersebut berbicara tersebut dapat
dikatakan bahwa faktor non kebahasaan yakni kelancaranlah

yang

mempermudah pendengar dalam menerima atau menangkap isi pembicara,
dengan kelancaran itu seseorang akan mampu menarik simpati lawan
bicaranya.

16

Setyawan Pujiono, Terampil Menulis Cara Mudah dan Praktis Dalam Menulis, (Yogyakarta:
Graha Ilmu, 2013), ed. 1, Cet. 1, h. 87-89
17
Ibid.,

13

6. Jenis-jenis Berbicara
Secara garis besar jenis-jenis berbicara dibagi ke dalam dua jenis, yaitu
berbicara di muka umum dan berbicara pada konferensi.
1) Berbicara di muka umum
Jenis pembicaraan meliputi hal-hal berikut
a) Berbicara dalam situasi yang bersifat memeberitahukan atau
melaporkan, bersifat informatif (informative speaking)
b) Berbicara dalam situasi yang bersifat membujuk, mengajak, atau
meyakinkan (persuasive speaking)
c) Berbicara dalam situasi yang merundingkan dengan tenang dan
hati-hati (deliberate speaking)
2) Diskusi kelompok
Berbicara dalam kelompok mencakup kegiatan berikut ini
a) Kelompok resmi (formal)
b) Kelompok tidak resmi (informal)
3) Prosedur parlementer
4) Debat18

Berdasarkan penjelasan di atas, berbicara mempunyai ruang lingkup
yang berbeda tergantung pada pendengarnya. Berbicara di muka umum berarti
ruang lingkupnya lebih luas, sedangkan berbicara pada konferensi ruang
lingkupnya terbatas.

7. Teknik Berbicara
Sebagai seorang guru sebenarnya berbicara di muka umum merupakan hal
biasa. Hanya saja, berbicara di hadapan peserta didik tidak sama dengan
berbicara di hadapan masyarakat umum. Hal ini disebabkan adanya faktorfaktor yang membedakannya yang salah satunya adalah penerapan teknik
bicara yang digunakan. Teknik bicara yang tepat merupakan faktor yang akan
menentukan keberhasilan berbicara. Solchan TW dan kawan-kawan
mengemukakan bahwa “ada beberapa syarat keberhasilan pembicaraan, yaitu
memiliki keberanian dan tekad yang kuat, memiliki pengetahuan yang luas,

18

Isah Cahyani, Hodijah, Kemampuan Berbahasa Indonesia di SD, (Bandung: UPI PRESS,
2007), ed. 1, Cet. 1, h. 61

14

memahami proses komunikasi masa, menguasai bahasa yang baik dan lancar,
pelatihan yang memadai.”19
Para guru adalah “pengambil keputusan. Mereka harus terus menerus
memilih strategi, metode, dan teknik yang tepat untuk membantu para siswa
belajar, berkembang dan berprestasi.”20 Teknik yang baik dan inovatif dapat
memberikan siswa pengalaman yang menyenangkan. Jika siswa terlibat aktif
dalam pembelajaran maka ia akan lebih cepat memahami isi materi yang
diajarkan dalam pembelajaran. HR Tarigan dan Tarigan berpendapat bahwa
mengingat pentingnya peranan berbicara dalam kehidupan sehari-hari perlu
ditingkatkan pengajaran berbicara di sekolah dengan menggunakan teknikteknik bahasa, teknik-teknik pengajaran berbicara sebagai berikut:

1) Ulang ucap
2) Lihat dan ucapkan
3) Mendeskripsikan
4) Substitusi
5) Transformasi
6) Melengkapi kalimat
7) Menjawab pertanyaan
8) Bertanya
9) Pertanyaan menggali
10) Melanjutkan cerita
11) Cerita berantai
12) Menceritakan kembali
13) Percakapan
14) Parafrase
15) Reka cerita gambar
16) Bercerita
17) Dramatisasi
18) Bermain peran
19) Bertelepon
20) Diskusi.21

19

Solchan TW, dkk, Op.cit, h. 11.14-11.15
Jeanne Ellis Ormrod, Alih Bahasa Wahyu Indiati, dkk, Psikologi Pendidikan Membantu
Siswa Tumbuh dan Berkembang, Educational Psychology Developing Learners, (Jakarta:
Erlangga, 2009), ed. 6, h. 6
21
Djago Tarigan dan Henry Guntur Tarigan, Teknik Pengajaran Keterampilan Berbahasa, (
Bandung: Angkasa, 1990), h. 90-104
20

15

Dari penjelasan mengenai teknik-teknik pengajaran berbicara bahwa
seorang guru harus mempunyai kemampuan tentang teknik-teknik pengajaran
berbicara. Teknik yang baik dan melibtakan siswa dalam setiap pembelajaran
akan membuat siswa mempunyai pengalaman yang menyenangkan.

B. Hakikat Teknik Bermain Peran
1. Pengertian Teknik
Di dalam melaksanakan proses pembelajaran, seorang guru harus
menggunakan strategi, metode, dan teknik yang tepat atau sesuai dengan
materi yang diajarkan agar pembelajaran dapat mencapai tujuan yang telah
direncanakan. Teknik adalah ”kegiatan spesifik yang diimplementasikan
dalam kelas sesuai dengan metode dan pendekatan yang dipilih.”22
Iskandarwassid dan Dadang Sunendar yang mengutip dari kamus besar
bahasa Indonesia bahwa teknik adalah “cara sistematis mengerjakan
sesuatu.”23 Teknik merupakan “suatu kiat, siasat, atau penemuan yang
digunakan untuk menyelesaikan serta menyempurnakan suatu tujuan
langsung.”24
Berdasarkan uraian di atas, teknik dalam pembelajaran adalah suatu cara
sebagai usaha pemenuhan metode yang dilakukan pengajar di dalam kelas
untuk menyelesaikan serta menyempurnakan tujuan secara langsung.

2. Pengertian Bermain Peran
Bermain peran hampir sama dengan percakapan. Hanya saja, dalam
percakapan seseorang seseorang memerankan diri masing-masing, sedangkan
dalam bermain peran seseorang memerankan orang lain.25 Dalam bermain
peran, siswa bertidak, berlaku, dan berbahasa seperti orang yang

22

Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaran Mengembangakan Standar Kompetensi Guru,
(Bandung: Remaja Rosdakarya, 2012), Cet. 9, h. 133
23
Iskandarwassid dan Dadang Sunendar, Strategi Pembelajaran Bahasa, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2009), Cet. 2, h. 40
24
Ibid.,
25
Solchan TW, dkk, Op.cit, h. 11.39

16

diperankannya. Dari segi bahasa, berarti siswa harus mengenal dan dapat
menggunakan ragam-ragam bahasa.26
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa bermain peran adalah
permainan dimana seseorang bertingkah laku dan berbahasa seperti orang lain
sesuai dengan yang diperankannya.

3. Pengertian Teknik Bermain Peran
Teknik bermain peran sangat baik dalam mendidik siswa dalam
menggunakan ragam-ragam bahasa. Cara berbicara orang tua tentu berbeda
dengan cara berbicara anak-anak, begitu pula cara berbicara guru pasti
berbeda dengan cara berbicara peserta didik. Hal itu dipengaruhi oleh fungsi
dan peranan orang tersebut. Fungsi dan peranan seseorang menuntut cara
berbicara dan berbahasa tertentu pula.
Bermain peran (role-play) adalah suatu aktivitas pembelajaran
terencana yang dirancang untuk mencapai tujutan-tujuan pendidikan yang
spesifik.27 Selanjutnya Hindun menyampaikan bahwa bermain peran (role
playing) adalah “suatu cara penguasaan bahan-bahan pelajaran melalui
pengembangan imajinasi dan penghayatan siswa.”28
Dari penjelasan di atas bahwa bermain peran adalah suatu aktivitas
pembelajaran yang dirancang sebagai cara untuk menguasai bahan-bahan
pelajaran melalui pengembangan dan penghayatan siswa untuk mencapai
tujuan pendidikan.

4. Langkah-langkah Teknik Bermain Peran
Teknik bermain peran bertujuan untuk mengajarkan siswa bagaimana
berempati. Teknik ini menstimulasi siswa untuk mengasosiasikan dirinya
dalam suatu peran tertentu sehingga mereka lebih dapat memahami,

26

Novi Resmini, dan, Dandan Juanda, Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Di Kelas
Tinggi, (Bandung: UPI PRESS, 2007), ed. 1, Cet. 1, h. 62
27
Hisyam Zaini, Bermawy Munthe, dan Sekar Ayu Aryani, Strategi Pembelajaran Aktif,
(Yogyakarta: Pustaka Insan Madani, 2008), h. 98
28
Hindun, Op. cit, h. 70

17

mendalami, dan mengerti tindakan sosial yang dilakukan oleh orang lain
dilingkungan sosial.
Ada tiga aspek yang harus diperhatikan dalam penerapan teknik
bermain peran yaitu:
1. Mengambil peran (role taking), yaitu: tekanan ekspektasiekspektasi sosial terhadap pemegang peran.
2. Membuat peran (role making), yaitu: kemampuan pemegang peran
untuk berubah secara dramatis dari satu peran ke peran yang lain
dan menciptakan serta memodifikasi peran sewaktu-waktu
diperlukan.
3. Tawar-menawar peran (role negotiation), yaitu: tingkat dimana
peran-peran dinegosiasikan dengan pemegang peran yang lain
dalam parameter dan hambatan interaksi sosial.29
Permainan bermain peran biasanya dilakukan lebih dari satu orang, hal
ini bergantung kepada apa yang diperankannya. Teknik role playing memiliki
kelebihan melibatkan seluruh siswa sehingga dapat berpartisispasi dan
mempunyai kesempatan untuk memajukan kemampuannya dalam bekerja
sama.
Dengan mengutip dari Shaftel dan Shaftel, E. Mulyasa mengemukakan
tahapan pembelajaran bermain peran meliputi:
1. Menghangatkan suasana dan memotivasi; peserta didik.
Menghangatkan suasana kelompok termasuk mengantarkan peserta
didik terhadap masalah pembelajaran yang perlu dipelajari. Hal ini
dapat dilakukan dengan mengidentifikasi masalah, menjelaskan
masalah, menafsirkan cerita dan mengeksplorasi isu-isu, serta
menjelaskan peran yang akan dimainkan.Tahap ini lebih banyak
dimaksudkan untuk memotivasi peserta didik agar tertarik pada
masalah karena itu tahap ini sangat penting dalam bermain peran dan
paling menentukan keberhasilan. Bermain peran akan berhasil apabila
peserta didik menaruh minat dan memperhatikan masalah yang
diajukan guru.
2. Memilih peran; Memilih peran dalam pembelajaran, tahap ini
peserta didik dan guru mendeskripsikan berbagai watak atau karakter,
apa yang mereka suka, bagaimana mereka merasakan, dan apa yang

29

Ibid.,

18

harus mereka kerjakan, kemudian para peserta didik diberi kesempatan
secara sukarela untuk menjadi pemeran.
3. Menyusun tahap-tahap peran; Menyusun tahap-tahap baru, pada
tahap ini para pemeran menyusun garis-garis besar adegan yang akan
dimainkan. Dalam hal ini, tidak perlu ada dialog khusus karena para
peserta didik dituntut untuk bertindak dan berbicara secara spontan.
4. Menyiapkan pengamat; Menyiapkan pengamat, sebaiknya
pengamat dipersiapkan secara matang dan terlibat dalam cerita yang
akan dimainkan agar semua peserta didik turut mengalami dan
menghayati peran yang dimainkan dan aktif mendiskusikannya.
5. Pemeranan; Pada tahap ini para peserta didik mulai beraksi secara
spontan, sesuai dengan peran masing-masing. Pemeranan dapat
berhenti apabila para peserta didik telah merasa cukup, dan apa yang
seharusnya mereka perankan telah dicoba lakukan. Ada kalanya para
peserta didik keasyikan bermain peran sehingga tanpa disadari telah
mamakan waktu yang terlampau lama. Dalam hal ini guru perlu
menilai kapan bermain peran dihentikan.
6. Diskusi dan evaluasi; Diskusi akan mudah dimulai jika pemeran
dan pengamat telah terlibat dalam bermain peran, baik secara
emosional maupun secara intelektual. Dengan melontarkan sebuah
pertanyaan, para peserta didik akan segera terpancing untuk diskusi.
7. Pemeranan ulang; Pemeranan ulang, dilakukan berdasarkan hasil
evaluasi dan diskusi mengenai alternatif pemeranan. Mungkin ada
perubahan peran watak yang dituntut. Perubahan ini memungkinkan
adanya perkembangan baru dalam upaya pemecahan masalah. Setiap
perubahan peran akan mempengaruhi peran lainnya.
8. Diskusi dan evaluasi tahap dua; Diskusi dan evaluasi tahap dua,
diskusi dan evaluasi pada tahap ini sama seperti pada tahap enam,
hanya dimaksudkan untuk menganalisis hasil pemeranan ulang, dan
pemecahan masalah pada tahap ini mungkin sudah lebih jelas.
9. Membagi pengalaman dan mengambil kesimpulan; Pada tahap ini
para peserta didik saling mengemukakan pengalaman hidupnya dalam
berhadapan dengan orang tua, guru, teman dan sebagainya. Semua

19

pengalaman peserta didik dapat diungkap atau muncul secara
spontan.30

C. Hasil Penelitian yang Relevan
Penelitian tentang peningkatan keterampilan berbicara telah banyak
dilakukan oleh beberapa peneliti maupun sekolah yang dilakukan dalam mata
pelajaran bahasa indonesia. Seperti penelitian yang dilakukan oleh:
1. Sri Haryani (09480069), mahasiswa prodi PGMI, Fakultas Ilmu Tarbiyah
dan Keguruan Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta dalam
skripsinya “Upaya Meningkatkan Keterampilan Berbicara dan Motivasi
Belajar Siswa dengan Strategi Sosiodrama pada Mata Pelajaran Bahasa
Indonesia Kelas III B MI Ma’arif Bego Tahun Ajaran 2012/2013”
penelitian yang dilakukan oleh Sri Haryani menekankan bagaimana
keterampilan berbicara dan motivasi belajar siswa terbukti dapat
meningkat dengan strategi sosiodrama dengan hasil yang memuaskan.31
Adapun perbedaan skripsi Sri Haryani dengan penelitian ini adalah:
a. Subjek penelitian yang dilakukan Sri Haryani adalah siswa kelas tiga,
sedangkan dalam penelitian ini subjek yang digunakan adalah siswa
kelas lima MI.
b. Tempat penelitian yang dilakukan Sri Haryani di MI. Ma’arif Bego
tahun pelajaran 2012/2013, sedangkan penelitian ini dilakukan di MI.
ATH-THOYYIBIYYAH Kalideres Jakarta Barat tahun pelajaran
2013/2014.
c. Variabel yang ingin ditingkatkan pada penelitian Sri Haryani adalah
keterampilan berbicara dan motivasi belajar siswa, sedangkan variabel

30

Sharing Kuliahku, Langkah-Langkah Model Pembelajaran Role Playing Atau
Bermain Peran, diakses Rabu, 2 April 2014, pukul 13.08 WIB,
http://sharingkuliahku.wordpress.com/2011/11/21/langkah-langkah-model-pembelajaran-roleplaying-atau-bermain-peran/
31
Sri Haryani, Abstrak Skripsi, Upaya Meningkatkan Keterampilan Berbicara dan Motivasi
Belajar Siswa dengan Strategi Sosiodrama pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Kelas III B
MI. Ma’arif Bego Tahun Pelajaran 2012/2013, (Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga, 2013)

20

yang ingin ditingkatkan pada penelitian ini hanya pada kemampuan
berbicara.
2. Fahru Roji Baidawi (106013000295), mahasiswa jurusan PBSI, Fakultas
Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta

dalam

skripsinya

“Peningkatan

Kualitas

Pembelajaran

Keterampilan Berbicara Bahasa Indonesia Melalui Teknik Bercerita Pada
Siswa Kelas VIII SMPN 13 Tangerang Selatan Tahun Pelajaran
2009/2010” bahwa penelitian yang dilakukannya menggunakan metode
penelitian tindakan kelas dapat meningkatkan keterampilan berbicara
siswa. Hal ini dapat dilihat dari hasil nilai pre-test nilai rata-rata anak 40,5
sedangkan pada hasil post-test nilai rata-rata anak 77,15 dan pada siklus I
nilai rata-rata 63,3, siklus II rata-rata 73,58.32 Adapun perbedaan skripsi
Fahru Roji Baidawi dengan penelitian ini adalah:
a. Subjek penelitian yang dilakukan Fahru Roji Baidawi adalah siswa
kelas VIII, sedangkan penelitian ini subjek yang digunakan adalah
siswa kelas lima MI.
b. Tempat penelitian yang dilakukan Fahru Roji Baidawi di SMPN 13
Tangerang Selatan tahun pelajaran 2009/2010, sedangkan penelitian
ini dilakukan di MI. ATH-THOYYIBIYYAH Kalideres Jakarta Barat
tahun pelajaran 2013/2014.
c. Strategi dan teknik yang digunakan pada penelitian Fahru Roji
Baidawi adalah bercerita, sedangkan penelitian ini menggunakan
teknik bermain peran.

3. Sukatmi. S (840208129), mahasiswa program pascasarjana program studi
Pendidikan Bahasa Indonesia Universitas Sebe

Dokumen yang terkait

PENGARUH MODEL BERMAIN PERAN TERHADAP KEMAMPUAN BERBICARA SISWA KELAS V SDN LAWANG 05 MALANG

8 31 19

Peningkatan kemampuan menyimak melalui penerapan metode permainan bisik berantai pada siswa kelas III MI Ath-Thoyyibiyyah Kalideres Jakarta Barat Tahun pelajaran 2013/2014

0 14 172

Peningkatan keterampilan membaca siswa pada pembelajaran tematik dengan menggunakan lingkungan sekolah sebagai media di kelas II MI Ath-Thoyyibiyyah Kalideres Jakarta Barat

0 5 100

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA DENGAN TEKNIK BERMAIN PERAN PADA SISWA KELAS III MI ZIYADATUL HUDA JAKARTA TIMUR TAHUN PELAJARAN 2013/2014

0 4 129

Peningkatan kemampuan berbicara melalui penerapan teknik bermain peran pada siswa Kelas V MI Ath-Thoyyibiyyah Kalideres Jakarta Barat Tahun pelajaran 2013/2014

0 4 170

Peningkatan keterampilan berbicara dengan teknik bermain peran pada siswa kelas III MI Ziyadatul Huda Jakarta Timur Tahun pelajaran 2013/2014

0 19 129

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERMAIN DRAMA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERMAIN PERAN (ROLE PLAYING) SISWA PENINGKATAN KEMAMPUAN BERMAIN DRAMA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERMAIN PERAN (ROLE PLAYING) SISWA KELAS V SDN BANYURIP 1 KECAMATAN SAMB

0 0 14

PENERAPAN TEKNIK STORY TELLING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERMAIN PERAN PADA PELAJARAN BAHASA INDONESIA: Penelitian Tindakan Kelas Dilaksanakan Pada Siswa Kelas V SDN 4 Cibodas Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat Tahun Ajaran 2012 / 2013.

0 1 34

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA MELALUI METODE BERMAIN PERAN PADA SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR NEGERI 2 WATES.

2 13 211

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN BERMAIN PERAN UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA PADA SISWA KELAS V MI NURUL ULUM GRABAGAN TULANGAN SIDOARJO.

0 1 104