PENERAPAN TEKNIK STORY TELLING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERMAIN PERAN PADA PELAJARAN BAHASA INDONESIA: Penelitian Tindakan Kelas Dilaksanakan Pada Siswa Kelas V SDN 4 Cibodas Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat Tahun Ajaran 2012 / 2013.
No.Daftar (061/S/PGSD-REG/8/JULI-2013)
PENERAPAN TEKNIK STORY TELLING UNTUK
MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERMAIN PERAN PADA
PELAJARANBAHASA INDONESIA
(Penelitian Tindakan Kelas Dilaksanakan Pada Siswa Kelas V SDN 4 Cibodas
Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat Tahun Ajaran 2012 / 2013)SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenehui Sebagai Syarat Memperoleh Gelar (S-1) Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Oleh
Shinta Dwi Purnamasari 0902971
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN PEDAGOGIK
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
(2)
Halaman Hak Cipta untuk Mahasiswa S1
PENERAPAN TEKNIK STORY TELLING UNTUK
MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERMAIN PERAN PADA
PELAJARANBAHASA INDONESIA
Oleh
Shinta Dwi Purnamasari
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas IlmuPendidikan
© Shinta Dwi Purnamasari 2013 Universitas Pendidikan Indonesia
Juni 2013
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis
(3)
LEMBAR PENGESAHAN
PENERAPAN TEKNIK STORY TELLING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERMAIN PERAN PADA PELAJARAN BAHASA
INDONESIA
(Penelitian Tindakan Kelas Dilaksanakan Pada Siswa Kelas V Sdn 4 Cibodas Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat Tahun Ajaran 2012 / 2013)
Oleh,
Shinta Dwi Purnamasari 0902971
Disetujui dan disahkan oleh Pembimbing I
Dr. H. Y. Suyitno, M.Pd NIP. 195009081981011001
Pembimbing II
Dr. Hj. Isah Cahyani, M.Pd NIP. 196407071989012001
Diketahui,
Ketua Program Studi Pendidikan Sekolah Dasar Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Pendidikan Indonesia
Drs. H. Dede Somaryah, M.Pd NIP. 195803051984031002
(4)
ABSTRAK
Penelitian ini dilatar belakangi oleh hasil observasi awal yang dilakukan pada SDN 4 Cibodas Lembang bahwa pembelajaran Bahasa Indonesia khususnya pada pokok bahasan keterampilan bermain peran di SDN 4 Cibodas yang dilakukan secara konvesional, yang berakibat pada aktivitas siswa yang kurang muncul sehingga kemampuan berbicara siswa pada pelajaran Bahasa Indonesia masih sangat rendah. Siswa masih banyak mengalami kendala dalam mengungkapkan fikiran mereka sehingga keberanian mereka untuk berpendapatpun masih kurang. Berdasarkan latar belakang masalah diatas, muncul beberapa permasalahan yaitu (1) Bagaimanakah bentuk perencanaan pembelajaran kemampuan bermain peran dengan menggunakan teknik bercerita (story telling) di kelas V (lima) SDN 4 Cibodas ? (2) Bagaimanakah bentuk pelaksanaan pembelajaran kemampuan bermain peran dengan menggunakan teknik bercerita ? (3) Bagaimanakah peningkatan hasil pembelajaran kemampuan bermain peran siswa kelas V Sdn 4 cibodas melalui teknik bercerita story telling?. Model penelitian yang digunakan adalah model penelitian tindakan kelas (PTK) yang dikembangkan oleh Kemmis dan MC Tagart dengan menggunakan empat komponen penelitian tindakan yaitu perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi dalam suatu sistem yang saling terkait. Refleksi dilakukan setiap akhir siklus yang kemudian dijadikan acuan untuk memperbaiki dan menyusun rencana pembelajaran pada siklus - siklus berikutnya.
(5)
ABSTRACT
This research will be based in the background by early observations conducted on SDN 4 Cibodas lembang that language learning in Indonesia, especially on the subject of skills roll playing in cibodas SDN 4 Cibodas done conventionally, that result in a lack of student activity appears so that the ability to speak Indonesia leasson on student is still very low. Students still experience problem in using their minds and they are courage to hold still less. Based on the background of the above problems, problems that arise, (1) what kind of planing learning ability role playing bybusing the technique of story telling in clas V SDN 4 Cibodas? (2) How to shape the implementasion of learning ability role palying by using the technique of story telling ? (3) How improved learning outcomes the ability to role playing of grade V SDN 4 Cibodas through story telling techniques ?. The research model used is the class action research model developed by Kemmis and MC Tagart by using four components namely planning action research, action, observation, and reflection in a system. The reflection carried out every last cycle wichh to fix and plan on learning next cycle.
(6)
v
DAFTAR ISI
Abstrak ... i
Abstract ... ii
Kata Pengantar ... iii
Daftar Isi ... v
Daftar Tabel ... viii
BAB I PENDAHULUAN 1 A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 7
C. Tujuan Penelitian ... 8
D. Manfaat Hasil Penelitian ... 8
E. Hipotesis Tindakan ... 9
F. Definisi Operasional ... 9
1. Story telling ... 9
2. Kemampuan berbicara ... 9
3. Bermain peran ... 10
4. Pembelajaran ... 10
BAB II BERMAIN PERAN, BERBICARA, DAN BERCERITA ... 11 A. Hakikat Berbahasa Indonesia ... 11
1. Pengertian Bahasa ... 11
2. Sifat – Sifat Bahasa ... 11
3. Fungsi Bahasa ... 11
4. Fungsi Bahasa Sebagai Alat Komunikasi ... 12
5. Fungsi Bahasa Indonesia ... 12
6. Fungsi Bahasa Indonesia Sebagai Bahasa Baku ... 12
B. Kemampuan Bermain Peran Dalam Mengoptimalkan Kemampaun Berbicara ... 13
C. Keterampilan Berbicara. ... 13
1. Majas pengesahan ... 14
2. Majas perbandingan ... 14
3. Majas pertentangan ... 15
4. Majas sindiran ... 15
D. Kemampuan Berbicara Sebagai Salah Satu Keterampilan Berbahasa . 16
(7)
berbahasa ... 16
2. Makna berbicara ... 17
3. Tujuan berbicara ... 18
4. Ciri khusus berbicara ... 21
5. Metode penyajian berbicara ... 22
6. Faktor – faktor penunjang kegiatan berbicara ... 23
7. Faktor penghambat kegiatan berbicara ... 24
8. Strategi pembelajaran kemampuan berbicara ... 26
9. Penilaian kemampuan berbicara ... 27
E. Teknik bercerita sebagai salah satu ragam bercerita ... 28
1. Pengertian berbicara 28 2. Manfaat bercerita ... 29
3. Isi cerita ... 30
4. Teknik bercerita ... 32
5. Konsep bercerita ... 34
6. Story telling ... 34
BAB III METODELOGI PENELITIAN ... 37
A. Metode penelitian ... 37
B. Model penelitian ... 37
C. Seting penelitian ... 41
D. Subjek penelitian ... 41
E. Prosedur penelitian ... 42
1. Perencanaan ... 42
2. Pelaksanaan ... 42
3. Observasi ... 43
4. Refleksi ... 43
5. Instrumen penelitian ... 44
6. Pengolahan dan analisi data ... 44
BAB IV HASIL PEMBAHASAN DAN PENELITIAN 48 A. Deskripsi Sekolah ... 48
B. Hasil Penelitian ... 48
1. Perencanaan Pemebelajaran Kemampuan Bermain Peran Melalu
Teknik Bercerita (Strory Telling) Siklus I 49
2. Pelaksanaan Pembelajaran Kemapuan Bercerita Melalui Teknik
Bercerita (Story Telling) Siklus I 52
3. Pengamatan Pembelajaran Kemapuan Bercerita Melalui Teknik
(8)
vii
4. Refleksi Tindakan Pembelajaran Siklus I 64
1. Perencanaan Pembelajaran Kemampuan Bermain Peran Melalui
Teknik Bercerita (Story Telling) Siklus II 65
2. Pelaksanaan Pembelajaran Kemampuan Berbicara Melalui
Teknik Bercerita (Story Telling) Pada Siklus II 66
3. Pengamatan Pembelajaran Kemampuan Berbicara Melalui
Teknik Bercerita (Story Telling) Pada Siklus II 66
4. Refleksi Tindakan Pembelajaran Siklus II 74
1. Perencanaan Pemebelajaran Kemampuan Bermain Peran Melalui
Teknik Bercerita (Story Telling) Siklus III 75
2. Pelaksanaan Pembelajaran Kemampuan Berbicara Melalui
Teknik Bercerita (Story Telling) Pada Siklus III 76
3. Pengamatan Pembelajaran Kemampuan Berbicara Melalui
Teknik Bercerita (Story Telling) Pada Siklus III 77
4. Refleksi Tindakan Pembelajaran Siklus III 85
C. Pembahasan Hasil Peningkatan ... 86
1. Aktifitas guru ... 87
2. Aktifitas siswa ... 88
3. Hasil ketuntasan siswa ... 89
4. Hasil nilai tertinggi dan terendah ... 90
5. Rata – rata nilai ... 91
BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 92
A. Simpulan ... 92
B. Saran ... 94
(9)
(10)
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam UU No. 20 Tahun 2003 tujuan pendidikan adalah untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Secara tersirat, dengan adanya pendidikan diharapkan dapat menghasilkan individu yang tidak hanya mengetahui, tetapi juga kreatif, mampu berinovatif dan matang dalam setiap dimensi kehidupan.
Menurut Sanjaya, Wina dan Andayani, Dian (2009), pendidikan memiliki empat tujuan, yaitu “tujuan pendidikan nasional, tujuan institusional, tujuan kurikuler dan tujuan instruksional atau tujuan pembelajaran”. Tujuan pendidikan nasional seperti yang tercantum dalam UU No. 20 Tahun 2003, tujuan institusional adalah tujuan yang harus dicapai oleh suatu lembaga pendidikan, tujuan kurikuler adalah “tujuan yang harus dicapai oleh setiap bidang studi atau mata pelajaran, atau dapat didefinisikan sebagai kualifikasi yang harus dimiliki siswa setelah menyelesaikan suatu bidang studi tertentu dalam suatu lembaga pendidikan”, dan tujuan instruksional atau tujuan pembelajaran yaitu tujuan yang harus dimiliki anak didik setelah mengikuti pembelajaran, Oleh karena itu, setiap pelajaran di sekolah memiliki tujuan masing-masing. Menurut undang – undang negara republik Indonesia tahun 1945 BAB II pasal 3 bahwasannya guru wajib memberikan pendidikan yang layak dan mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada tuhan yang maha esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang
(11)
2
demokratis serta bertanggung jawab. Perlu digaris bawahi dengan berilmu dan cakap siswa di tuntut agar berani menjadi manusia yang cakap dan berilmu serta menjadikan manusia yang mandiri dimasa depan.
Story telling atau bercerita adalah suatu kegiatan yang dilakukan seseorang
dalam menyajikan sebuah cerita kepada orang lain dengan atau tanpa alat. Yang bertujuan menyampaikan pesan atau informasi yang bersifat mendidik. Bercerita pada anak usia dini bertujuan agar anak didik mampu mendenga dengan seksama terhadap apa yang disampaikan oleh orang lain, ia dapat bertanya apabila tidak memahaminya, selanjutnya dia dapat mengekspresikan terhadap apa yang diceritakan, sehingga hikmah dari isi cerita dapat dipahami dan lambat laun dilaksanakan.
Menurut Space (Harjasujana, 1997:198) asumsi dasar penggunaan PBB ini adalah ekspresi bahasa lisan siswa yang didasarkan pada pikiran, perasaan, dan pengalamannya sendiri yang dapat ditulis dan dibaca. Kegiatan ini dapat disamakan sebagaimana halnya siswa membaca ide-ide orang lain yang telah dituangkan ke dalam wujud tulisan. Menurut Huff (Harjasujana, 1997:198) Pendekatan Pengalaman Berbahasa menganut pandangan bahwa anak-anak akan lebih mudah mengenali tulisannya sendiri, karena kata-kata yang tertuang dalam tulisan tersebut merupakan refleksi atau cerminan dari kehidupannya sehari-hari. Bahasa yang digunakan merupakan bahasa yang akrab dengan kehidupannya yaitu bahasa yang menggambarkan latar belakang pengalaman pribadinya.
Pendekatan Pengalaman Berbahasa merupakan suatu pendekatan yang bisa digunakan untuk pengajaran berbicara yang diikuti oleh keterampilan berbahasa yang lain yaitu menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Bahasa lisan anak merupakan landasan utama dalam pengelolaan pembelajaran berbicara. Pendekatan Pengalaman berbahasa ini sangat menekankan arti pentingnya kondisi awal pembelajar dalam hal kemampuan bahasa lisan. Dengan demikian, pelaksanaan pembelajaran berbicara
(12)
3
senantiasa diawali oleh penggalian pengalaman berbahasa anak yang diungkapkan secara lisan, kemudian direkam ke dalam bentuk tulisan maupun dalam bentuk kaset. Hasil rekaman inilah yang kemudian dijadikan alat untuk pembelajaran berbicara. Dengan kata lain, pendekatan Pengalaman Berbahasa menganut pandangan belajar dari anak, untk anak, dan oleh anak.
Harapan dari pembelajaran dengan pendekatan seperti ini adalah pembelajar akan lebih berhasil manakala sejak awal si pembelajar meyakini dirinya mampu dan bisa melakukan sesuatu. Dengan bahan ajar yang digali dari siswa sendiri, siswa diharapkan lebih mudah memahami dalam pembelajaran. Dengan cara seperti ini siswa akan memiliki rasa percaya diri dan menganggap semua yang dipelajari adalah sesuatu yang bermakna (memiliki nilai guna). Prosedur PBB dalam Pembelajaran Berbicara.
Peningkatan mutu pengajian Bahasa Indonesia di sekolah dasar harus terus diupayakan untuk menunjang tujuan pendidikan di tingkat dasar, karena tujuan pendidikan di tingkat pendidikan dasar merupakan bagian dari pembangunan nasional di bidang pendidikan.
Pentingnya pelajaran Bahasa Indonesia di sekolah dasar sudah tidak diragukan lagi mengingat Bahasa Indonesia merupakan bahasa nasional negara Republik Indonesia dan juga sebagai bahasa pemersatu di Indonesia. Selain itu Bahasa Indonesia sangat mudah dipelajari dari mulai anak usia dini sampai orang dewasa.
Kesadaran akan pentingnya pelajaran Bahasa Indonesia di sekolah – sekolah menurut guru untuk lebih memperkenalkan Bahasa Indonesia sebagai bahasa ibu di negeri sendiri dan lebih mempopulerkan Bahasa Indonesia dengan cara menggunakan Bahasa Indonesia yang baik dan benar sebagai bahasa sehari – hari.
Untuk itu pemerintah melalui Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP,2006) memberi standar kemampuan yang harus dicapai oleh siswa mulai dari tingkat sekolah dasar sampai tingkat menengah ke atas, kemudian
(13)
4
dapat dikembangkan oleh guru untuk lebih meningkatakan keterampilan berbahasa siswa.
Keterampilan berbahasa meliputi keterampilan mendengarkan
(menyimak), berbicara, membaca, dan menulis. Oleh karena itu, dapat dipahami bahwa untuk pembelajaran Bahasa Indonesia lebih dititik beratkan pada perfomansi bahasa dari pada sekedar memiliki pengetahuan tentang kebahasaan, yakni berupa unjuk kerja mempergunankan bahasa dalam konteks tertentu sesuai dengan fungsi komunikatif bahasa.
Tarigan (2001 : 1) menggunakan keterampilan berbahasa dalam Bahasa Indonesia meliputi empat aspek, yaitu keterampilan mendengarkan , berbicara, membaca, dan menulis. Kemampuan aspek tersebut disebut juga sebagai “catur tunggal” keterampilan berbahasa, karena keempat aspek tersebut merupakan satu kesatuan, saling berhubungan, dan tidak bisa dilepaskan, tetapi berbeda antara satu dengan yang lainnya dan juga berbeda dengan segala prosesnya.
Pelajaran Bahasa Indonesia saat ini ditujukan pada kemampuan siswa menggunakan Bahasa Indonesia yang baik dan benar dengan konteksnya atau bersifat pragmatis. Dengan kata lain, secara pragmatis – komunikatif Bahasa Indonesia lebih merupakan suatu bentuk profemansi dari pada sebagai suatu sistem ilmu. Pandangan ini membawa konsekuensi bahwa pembelajaran Bahasa Indonesia harus lebih menekankan fungsi bahasa sebagai alat komunikasi dari pada pembelajaran tentang ilmu atau pengetahuan kebahasaan.
Namun kenyataan di lapangan menunjukan bahwa kemampuan ber Bahasa Indonesia terutama kemampuan berbicara siswa sekolah dasar, tepatnya siswa kelas V (lima) SDN 4 Cibodas kabupaten Lembang masih rendah. Hal ini dilihat dari masih rendahnya nilai Bahasa Indonesia siswa (75% siswa yang memperoleh nilai Bahasa Indonesia di bawah KKM Bahasa Indonesia dalam
(14)
5
teknik bercerita). Siswa terbiasa menggunakan bahasa daerah (Bahasa Sunda), malu berbicara di depan kelas, dan sulit memahami materi pembicaraan,
Hal ini tampak pada saat pembelajaran berlangsung, siswa hanya duduk dan mendengarkan penjelasan dari guru, tidak berani mengajukan pertanyaan apabila mengeluarkan pendapat, ketika guru memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya tetapi tidak ada yang berani menjawab. Tidak hanya itu, ketika siswa diminta untuk menceritakan pengalaman pribadi di depan kelas, masih tampak kesulitan, bahkan ada siswa yang sama skali tidak berbicara sepatah kata pun saat diminta untuk bercerita di depan kelas. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemam bermain peran melalui metode story
telling di SDN 4 Cibodas. Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas
(PTK). Subjek penelitian ini adalah siswa kelompok SDN 4 Cibodas Lembang, dengan jumlah murid sebanyak 30 siswa yang terdiri dari 14 siswa laki – laki dan 16 siswa perempuan. Objek penelitian adalah kemampuan bermain peran anak yang meliputi keaktifan anak berbicara untuk mengungkapkan ekspresi yang sesuai dengan tokoh atau karakter yang ada dalam isi cerita, selain itu kemampuan berbicara lancar yang dengan lafal yang benar dan partisipasi dalam bermain peran. Tindakan berupa pembelajaran melalui teknik story telling. Instrumen penelitian menggunakan lembar observasi metode pengumpulan data yang dilakukan berupa observasi dan dokumentasi. Teknik analisi data menggunakan teknik analisis deskriptif. Hasil penelitaian menunjukan bahwa kemampuan bermain peran anak dapat ditingkatkan melalui teknik story telling. Hal ini dapat dibuktikan dengan adanya peningkatan pada aspek keaktifan anak bermain peran untuk mengungkapkan ekspresi. Sebelum tindakan diperoleh data nilai KKM pada kelas lima yaitu 65, untuk nilai rata – rata sebelum tindakan diperoleh nilai angka 45, setelah dilakukan tindakan kelas pada siklus I nilai yang sebenarnya pada pelajaran keterampilan bermain peran adalah di bawah rata – rata. Selain itu dari hasil observasi awal yang dilakukan oleh peneliti ketika memasuki kelas dan melakukan wawancara dengan siswa, didapatkan hasil bahwa, (1)
(15)
6
motivasi belajar siswa sangat rendah sehingga siswa malas belajar, (2) minat siswa dalam berpendapat atau berbicara masih rendah sehingga siswa malas berargumen di depan kelas. (3) siswa juga mengatakan bahwa guru tidak benar – benar mengajarkan Bahasa Indonesia yang baku sehingga percakapn di kelas pun masih menggunakan bahasa daerah dan belum bisa di gunakan secara baik dalam kegiatan belajar mengajar sehari – hari.
Hal ini menjadi acuan untuk memperbaiki pembelajaran Bahasa Indonesia di sekolah dasar. Sehingga anak memilliki perbendaharaan kata yang banyak dan pada akhirnya siswa memiliki keberanian untuk mengungkapkan ide, pikiran, dan pengalaman pribadi. Selain itu, siswa diharapkan terbiasa menggunakan bahasa yang baku.
Banyak upaya yang dapat dilakukan untuk memperbaiki pembelajaran Bahasa Indonesia terutama dalam kemampupan berbicara dalam bermain peran. Salah satunya melalui bercerita (story telling). Bercerita dianggap cocok diterapkan dalam pembelajaran Bahasa Indonesia dengan tujuan untuk meningkatkan kemampuan bermain peran siswa dengan alasan :
1. Bermain peran memberikan pengalaman psikologis dan linguistik pada
siswa sesuai minat, tingkat perkembangan dan kebutuhan siswa sekaligus menyenangkan bagi siswa.
2. Bermain peran dapat mengembangkan potensi kemampuan berbahasa melalui berbicara kemudian memerankan tokoh sesuai dengan karakter yang sudah disediakan.
3. Bermain peran dapat mengembangkan kemampuan siswa dalam
menyimak kemudian menuturkan kembali dengan tujuan melatih keterampilan siswa dalam bercakap – cakap untuk menyampaikan ide dalam bentuk lisan.
4. Bermain peran merupakan kegiatan yang menyenangkan dan tidak membosankan.
(16)
7
Seperti yang dikatakan Susilawani,D. (2009) manfaat bercerita meliputi : fondasi dasar kemapuan berbahasa, meningkatakan kemampuan komunikasi verbal, meningkatkan kemampuan mendengar, mengasah logika berfikir dan rasa ingin tahu, menanamkan minat baca dan menjadi pintu gerbang menuju ilmu pengetahuan, mempererat ikatan batin orang tua dan anak, meningkatkan kecerdasan emosional, dan alat untuk menanamkan nilai moral, etika dan membangun kepribadian yang baik. Mengingat begitu pentingnya kemampuan berbicara sebagai salah satu kemampuan dalam mengungkapkan gagasan atau pesan secara lisan serta masih rendahnya kemampuan berbahasa siswa kelas V (lima) SDN 4 Cibodas terutama dalam aspek berbicara, maka penulis memandang perlu
untuk melakukan penelitian dengan mengambil judul “Penerapan Teknik
Story Telling Untuk Meningkatkan Kemampuan Bermain Peran Pada Pelajaran Bahasa Indonesia”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka secara umum penulis merumuskan masalah penelitian sebagai berikut. “Bagaimanakah Upaya Meningkatkan Kemampuan Bermain Peran Melalui Teknik Bercerita (story telling) di SDN 4 Cibodas” ? untuk memperjelas masalah, maka permasalahan di atas dijabarkan ke dalam beberapa pertanyaan berikut :
1. Bagaimanakah bentuk perencanaan pembelajaran kemampuan bermain
peran dengan menggunakan teknik bercerita (story telling) di kelas V (lima) SDN 4 Cibodas ?
2. Bagaimanakah bentuk pelaksanaan pembelajaran kemampuan bermain
peran dengan menggunakan teknik bercerita ?
3. Bagaimanakah peningkatan hasil pembelajaran kemampuan bermain
peran siswa kelas V Sdn 4 cibodas melalui teknik bercerita story
(17)
8
C. Tujuan penelitian
Tujuan dari penelitian tindakan kelas ini untuk :
1. Perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran kemampuan bermain
peran melalui tekhnik bercerita (story telling) di kelas V Sdn Cibodas
2. Pelaksanaan pembelajaran kemampuan bermain peran dengan
menggunakan teknik bercerita (story telling) di kelas V Sdn 4 Cibodas
3. Hasil kemampuan bermain peran siswa kelas V sdn 4 cibodas melalui
tekhnik bercerita (story teling)
D. Manfaat Hasil Penelitian
Hasil dari penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat bagi :
1. Guru sekolah dasar
a. Memberikan kajian dan informasi tentang tekhnik bercerita (story telling) untuk meningkatkan kemampuan bermain peran sehingga pembelajaran Bahasa Indonesia lebih menyenangkan dan bermakna serta kualitas pembelajaran Bahasa Indonesia lebih meningkat.
b. Sebagai bahan masukan dalam meningkatkan efektivitas
mengembangkan kemampuan profesional untuk mengadakan
perubahan, perbaikan dalam pembelajran Bahasa Indonesia di sekolah dasar.
2. Siswa
a. Memberikan pengetahuan dan pengalaman kepada siswa sehingga
siswa memiliki wawasan, berani tampil percaya diri terutama siswa lebih meningkatkan dalam kemampuan bermain peran.
(18)
9
b. Menumbuhkan motivasi, meningkatkan aktivitas, memupuk kreativitas
serta penuh inisiatif siswa dalam pembelajaran Bahasa Indonesia. c. Meningkatkan kebermaknaan proses pembelajaran Bahasa Indonesia
melalui tekhnik bercerita (story telling).
3. Sekolah dasar
a. Meningkatkan kualitas pengelolaan pembelajaran dalam rangka
mencapai tujuan mata pelajaran Bahasa Indonesia.
b. Hasil penelitian, menjadi masukan bagi sekolah untuk menerapkan penelitian tindakan kelas dalam proses pembelajaran khususnya mata pelajaran Bahasa Indonesia.
E. Hipotesis Tinadakan
Hipotesis tindakan penulis menyusun seperti di bawah ini :
1. Teknik bercerita (story telling) diharapkan dapat meningkatkan kemampuan bermain peran siswa kelas V (lima) SDN 4 Cibodas
F. Definisi Operasional
Adapun beberapa penjelasan dari istilah yang menjadi dasar pembuatan judul skripsi ini adalah :
1. Storry telling
Story telling atau bercerita adalah suatu kegiatan yang dilakukan
seseorang dalam menyajikan sebuah cerita kepada orang lain dengan atau tanpa alat. Yang bertujuan menyampaikan pesan atau informasi yang bersifat mendidik. Bercerita pada anak usia dini bertujuan agar anak didik mampu mendengar dengan seksama terhadap apa yang disampaikan oleh orang lain, ia dapat bertanya apabila tidak memahaminya, selanjutnya dia
(19)
10
dapat mengekspresikan terhadap apa yang diceritakan, sehingga hikmah dari isi cerita dapat dipahami dan lambat laun dilaksanakan. (US
departement of education, 2007 : 25)
2. Kemampuan berbicara
Kemampuan berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi –
bunyi artikulasi atau kata – kata untuk mengekspresikan mengatakan serta menyampaikan pikiran, gagasan dan perasaan. Pendengaran menerima informasi melalui rangkaian nada, tekanan, dan perasaan. Pendengar menerima informasi melalui rangkaian, dan nada. Jika komunikasi berlangsung secara tatap muka ditambah lagi dengan gerak tangan dan muka (mimik) pembicara.
3. Bermain Peran
Bermain peran adalah suatu proses drama yang melibatkan beberapa orang untuk memperagakan suatu cerita atau teks skenario yang diperankan kembali oleh si pemain peran tersebut, dengan karakter yang sesuai dapat diperagakan dengan baik akan menjadi satu nilai penting keberhasilan bermain peran itu terjadi.
4. Pembelajaran
Pembelajaran adalah suatu proses interaksi antara peserta didik, pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar atau suatu proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik.
(20)
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research), Menurut Sukidin, (2002:10) bahwa penelitian tindakan kelas adalah bentuk penelitian yang dilaksanakan oleh guru untuk memecahkan masalah yang dihadapi dalam melaksanakan tugas pokoknya yaitu dalam mengelola pelaksanaan kegiatan belajar mengajar. Ebbut dalam Wiriatmadja mengatakan: Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah sajian sistimatika dari upaya perbaikan pelaksanaan praktek pendidikan oleh sekelompok guru dengan melakukan tindakan-tindakan dalam pembelajaran, berdasarkan refleksi mereka mengenai hasil dari tindakan-tindakan tersebut (2005: 12).
B. Model Penelitian
Model PTK yang digunakan dalam penelitian ini adalah model Kemmis dan Mc Taggart, model ini menekankan pada siklus atau putaran kegiatan yang terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi, diagram alur siklus PTK ini dapat dengan mudah dilihat sebagai berikut:
Sumber
(21)
1. Perencanaan
Pada tahap ini peneliti melakukan penjajakan awal terhadap sekolah yang akan diobservasi, melakukan identifikasi masalah dan meminta perizinan sekolah.
2. Merencanakan tindakan
Pada tahap pelaksanaan perencanaan tindakan peneliti melakukaan pembelajaran dengan menggunakan teknik Story Telling.
3. Observasi
Pada tahap observasi, peneliti mengamati jalannya proses pembelajaran dan mengambil data-data yang diperlukan, baik data kuantitatif maupun data kualitatif.
4. Refleksi
Berdasarkan data-data yang telah terkumpul, maka peneliti melakukan refleksi, apakah pelaksanaan tindakan dalam proses pembelajaran sudah mampu mencapai semua indikator yang sudah dirumuskan dalam tujuan pembelajaran, ataukah belum mampu mencapai tujuan pembelajaran tersebut, guna menyempurnakan tindakan berikutnya.
Guru merupakan pihak yang paling sering dituding sebagai orang yang paling bertanggung jawab terhadap kualitas pendidikan. Tudingan seperti itu tidak sepenuhnya benar karena masih banyak sekali komponen pendidikan yang berpengaruh terhadap kualitas pendidikan. Namun demikian, guru merupakan komponen yang paling strategis dalam proses pendidikan. Oleh karena itu, banyak pihak menaruh harapan besar terhadap guru dalam meningkatkan kualitas pendidikan.
Guru yang profesional, menurut Lawrence Stenhouse dalam kutipan Nurkamto (1990) adalah guru yang memiliki kemandirian dalam melaksanakan tugas profesinya. Konsekuensi logis dari kemandirian itu adalah bahwa guru yang profesional akan senantiasa
(22)
akan melakukan refleksi atas apa yang dilakukannya dan menngambil refleksi.
Kondisi seperti itulah yang membebaskan guru, atau emansi pator, dari kekakuan melaksanakan pembelajaran yang menurut pengetahuan dan pengalaman sebaiknya harus bagaimana dikerjakannya (Hopkins, 1993). Selama ini guru harus melakukan sesuatu sesuai dengan petunjuk dari atas setiap kali mengajar. Apabila hasil PTK menunjukan arah yang sebaliknya maka kebenaran yang berasal dari akar rumput ini (grass roots, graunded) harus diperhatikan. Semangat ini yang akan menumbuhkan kesadaran guru akan pentingnya kemandirian karena guru sebagai pengembang kurikulum atau
curriculum developer di kelas, dibenarkan kemandiriannya dan
keberanian mengambil prakarsa.
Menurut Proyono (1999), kendala – kendala itu adalah :
1. Masih lemahnya pemahaman guru tentang konsep penelitian tindakan kelas.
2. Belum diyakininya penelitian tindakan kelas sebagai strategi pengembangan profesi guru.
3. Belum membudayanya reflectif thingking dikalangan guru.
Apabila anda sedang sibuk menyajukan bahan pembejaran kepada peserta didik, kemudian anda merasakan ada sesuatu yang kurang, atau tidak beres, sesuatu yang tidak seharusnya, atau sesuatu yang mengganjal pada proses belajar mengajar tersebut, maka anda kemungkinan sedang menghadapi persoalan. Ada kemungkinan peserta didik tidak merespon seperti yang anda harapkan, atau kelas kurang kondusif untuk pembelajaran yang anda tampilkan, atau sebab lain. Inilah suatu pertanda, bahwa anda kemungkinan menghadapi persolan dalam pembelajaran, dan sebaikanya anda memberikan perhatian terhadap hal itu. Cobalah anda diskusikan dengan sejawat, kemungkinan anda sudah menemukan sesuatu yang dapat dijadikan permasalahan peneliptian.
(23)
Hopkins (1993 : 63) menolong dengan mengemukakan pertanyaan – pertanyaan berikut untuk mencari fokus permasalahan anda :
Apa yang sekarang sedang terjadi ?
Apakah yang sedang berlangsung itu mengandung masalah ?
Apakah yang dapat saya lakukan untuk mengatasinya ?
Saya ingin memperbaiki ...
Saya mempunyai gagasan yang ingin saya coba di kelas ... Apa yang dapat saya lakukan untuk itu ?
Apabila dengan menjawab pertanyaan – pertanyan tersebut di atas membantu anda dalam mencari fokus permasalahan, maka ada beberapa hal yang juga perlu anda perhatikan, mislanya :
Jangan mengambil permasalahan yang tidak mungkin anda sendiri dapat menyelesaikannya, contohnya mengubah kriteria penggolongan ke siswa apakah ke Matematika atau Bahasa atau bahkan mungkin ke IPA.
PTK adalah bentuk penelitian yang dilakukan secara kolaboratif dan partisipasif. Artinya anda tidak melakukan penelitian ini secara sendiri, akan tetapi anda akan berkolaborasi dan berpartisipasi dengan teman sejawatatau kolega yang berminat sama dalam hal permsalahan dalam penelitian, misalnya, atau dengan kawan dosen LPTK yang juga sedang meningkatkan kemahirannya dalam melakukan PTK, atau dengan kepala sekolah anda yang ingin bagaimana sebenarnya melaksanakan PTK itu.
Untuk penelitian tindakan kelas, model yang dipilih sama dengan model penelitian tindakan. Akan tetapi, permasalahan penelitian tindakan kelas ini difokuskan pada strategi guru untuk memperbaiki layanan kependidikan yang harus diselenggarakan dalam konteks pembelajaran di kelas.
(24)
C. Setting Penelitian
1. Lokasi
Dalam penilitian ini penulis mengambil lokasi di SDN 4 Cibodas penulis mengambil lokasi atau tempat ini dengan pertimbangan merupakan tempat PLP pada sekolah tersebut, sehingga memudahkan dalam mencari data, peluang waktu yang luas dan subyek penlitian yang sangat sesuai dengan profesi penulis.
2. Waktu
Pada saat pembelajaran berlangsung, untuk pelajaran Bahasa Indonesia dilaksakan setiap hari senin dan selasa pada saat jam 10.00 tepat sesudah istirahat berlangsung. Pelajaran Bahasa Indonesia dalam seminggu di laksakan 2 hari dan memiliki waktu 5 jam dalam seminggu 3 jam pelajran di hari senin 2 jam pelajaran di hari selasa.
3. Kelas dan Alamat
Penulis mengambil penelitian di kelas V SDN 4 Cibodas yang beralamatkan di Desa Cibodas Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat. Penulis memilih kelas 5 karena untuk pembelajaran Bahasa Indonesia keterampilan bermain peran tepat di lakukan di kelas tinggi yaitu kelas 5 dan tepat dengan kurikulum. Selain pada saat PLP penulis melakukan penelitian di SDN 4 Cibodas, SDN 4 Cibodas tepat untuk dijadikan percobaan dalam penulisan skripsi selain strategis SDN 4 Cibodas belum pernah dijadikan objek penelitian sebelumnya. D. Subjek Penelitian
Subyek penelitiannya adalah kelas V SDN 4 CIBODAS, dengan jumlah siswa 30 , jumlah siswa laki-laki 14 dan jumlah siswa perempuan 16. Karakteristik siswa siswi SDN 4 Cibodas khususnya kelas 5 tidak jauh dengan anak – anak SD lainnya namun mereka memiliki ciri khas yang sangat mencolok dari bahasa sehari – harinya dan tingkah lakunya. Berdasarkan lingkungan yang memang berbeda dengan sekolah negeri di perkotaan anak – anak SDN 4 Cibodas belum dapat menyusun kata – kata
(25)
khususnya menggunakan Bahasa Indonesia dengan baik dan benar, malah ada saja anak yang masih mencampurkan bahasa daerahnya (bahasa Sunda) ketika pembelajaran berlangsung, baik lisan maupun tulisan, dan mereka pun belum bisa menggunakan Bahasa Indonesia yang baik dan benar (bahasa baku).
E. Prosedur Penelitian
1. Perencanaan
Pada tahap perencanaan hal yang dilakukan adalah:
a. Mengobservasi sekolah dasar untuk mengidentifikasi masalah, lokasi penelitian dan meminta izin penelitian.
b. Memilih penggunaan teknik Story Telling untuk memperbaiki masalah tersebut.
c. Memilih materi yang sesuai dengan SK dan KD.
d. Membuat alat evaluasi yang selanjutnya dituangkan kedalam bentuk RPP.
e. Menyiapkan lembar observasi.
f. Membuat satu rencana wawancara untuk siswa.
g. Permohonan izin dari prodi, fakultas lalu ke sekolah.
2. Pelaksanaan
Siklus
1) Tahap perencanaan tindakan.
Pada tahap ini peneliti mempersiapkan proses pembelajaran dengan membuat RPP, lembar observasi dan evaluasi.
2) Tahap pelaksanaan tindakan.
Pada tahap pelaksanaan, peneliti melakukan pembelajaran dengan menerapkan teknik Story Telling, sesuai dengan rencana yang telah dibuat.
3) Tahap observasi tindakan
Tahap observasi adalah tahap dimana peneliti mengamati jalannya proses pembelajaran dan perilaku siswa, serta tahap peneliti diamati
(26)
lembar observasi dari peneliti sehari sebelum penelitian, observer akan mengobservasi jalannya pembelajaran khususnya melihat keterampilan proses sains siswa. Pada tahap ini peneliti mengambil data untuk menunjang proses penelitian.
4) Tahap refleksi tindakan.
Pada tahap refleksi, peneliti dibantu observer mendiskusikan kelemahan dan kelebihan yang terjadi di kelas, sehingga dapat diperbaiki pada siklus berikutnya.
5) Tahap memberikan instrumen
Tahap memberikan instrumen untuk siklus berikutnya tentang hal – hal yang harus diperbaiki atau dilanjutkan.
3. Observasi
Tahap ini observer bekerjasama dengan peneliti melakukan pengamatan dan mencatat semua hal yang diperlukan dan terjadi selama proses tindakan berlangsung. Pengamatan dilakukan pada waktu tindakan sedang berjalan.
Setelah proses pengamatan, peneliti melakukan pengumpulan data yang diperlukan dalam penelitian tindakan kelas. Data yang dikumpulkan berupa data kuantitatif (data hasil belajar dan keterampilan proses sains siswa) serta data kualitatif (keaktifan siswa dalam proses pembelajaran berlangsung).
4. Refleksi
Berdasarkan data-data yang telah terkumpul, maka peneliti melakukan refleksi, refleksi dilakukan agar peneliti mengetahui / memproyeksi hasil belajar dan ketarampilan proses berbicara siswa, apakah sudah sesuai dengan tujuan atau belum mencapai tujuan pembelajaran, sehingga peneliti dapat menyempurnakan dengan tindakan-tindakan selanjutnya.
(27)
5. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah: a. RPP.
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran atau RPP adalah proyeksi tindakan yang akan dilaksanakan pada proses kegiatan pembelajaran sehingga komponen-komponen pembelajaran dapat terkoordinasi dan mencapai tujuan yang diharapkan. Oleh karena itu RPP memuat hal yang akan dilaksanakan oleh siswa pada saat pembelajaran berdasarkan SK dan KD yang telah ditetapkan (termasuk didalamnya terdapat LKS).
b. Instrument tes.
Instrument dilaksanakan guna mengetahui tingkat pemahaman siswa terhadap materi yang telah dilaksanakan pada setiap siklusnya. Dalam hal ini evaluasi yang digunakan berupa performant test untuk mengetahui keterampilan proses berbicara siswa.
c. Lembar Observasi.
Observasi adalah pengamatan yang dilakukan oleh peneliti ataupun observer untuk mengetahui situasi pembelajaran tentang aktivitas siswa. d. Catatan Lapangan.
Catatan lapangan merupakan catatan-catatan yang dilakukan peneliti pada saat proses pembelajaran mengenai tingkah laku siswa, kondisi didalam kelas baik positif maupun negatif guna melengkapi lembar observasi.
e. Dokumentasi.
Dokumentasi digunakan untuk pengumpulan data-data sebagai bukti terlaksananya penelitian tindakan kelas dengan menggunakan kamera.
6. Pengolahan dan Analisis Data a. Teknik Pengolahan Data
Teknik pengolahan data yang dibedakan dari jenis tes yang dilakukan. Tes yang digunakan adalah sebagai berikut :
(28)
1) Performant test
Tes dilakukan dengan cara memberikan teks cerita yang sudah disediakan oleh guru, dengan memerankan tokoh dengan bermain wayang kertas untuk mendapatkan hasil individual, dan membentuk suatu kelompok untuk mendapatkan hasil bermain peran (drama).
b. Teknik Analisis Data
Analisis data dilakukan dengan cara menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber yaitu dari sejak kegiatan observasi, wawancara, dan pengumpulan data dilaksanakan yaitu selama tindakan diberikan. Kemudian ketika semua data sudah terkumpul diadakan penyusunan data dan pengkategorian data. Karena analisis data dilakukan dengan mengacu pada prinsip on-going analisis, maka rambu-rambu analisis dibuat agar temuan data dari siklus I dan seterusnya agar dapat dianalisis dengan segera. Data hasil pengamatan berupa perilaku empirik dan hasil kerja siswa dikumpulkan dan dipilih sesuai dengan fokus yang ditetapkan, data yang tidak relevan direduksi, data didiskusikan, dimaknai dan digunakan sebagai dasar melakukan tindakan. Selanjutnya dilakukan penafsiran data dan penarikan kesimpulan . Penentuan kualifikasi hasil bermain peran (bicara) didasarkan pada munculnya ciri deskriptor. Teknik penyekoran pada penelitian ini menggunakan teknik penyekoran analitik, dengan melakukan perhitungan secara rinci kesalahan-kesalahan yang ada dalam berbicara. Berikut adalah pedoman penyekoran analitik :
(29)
Tabel 3.1
Format Penilaian Hasil Berbicara Siswa
No. Aspek yang diamati Skala Penilaian Bobot Nilai =
jumlah bobot / jumlah bobot x 100
B C K
1. Mengidentifikasi ciri – ciri drama 2. Menyebutkan unsur – unsur intrinsik
3. Memerankan drama sederhana
4. Mengomentari peran tokoh – tokoh dalam drama
Tabel 3.2 Deskripsi Skala Nilai
Aspek yang diamati Skor Kriteria
1. Mengidentifikasi ciri ciri drama
5 Siswa sudah sangat baik untuk
mengidentifikasi ciri – ciri drama
3 Siswa sudah cukup baik untuk
mengidentifikasi ciri – ciri drama
2 Siswa sangat kurang untuk
mengidentifikasi ciri – ciri drama
2. Menyebutkan unsur –
unsur intrinsik
5 Siswa sudah sangat baik menyebutkan
unsur – unsur intrinsik
3 Siswa sudah cukup baik menyebutkan
unsur – unsur intrinsik
(30)
menyebutkan unsur – unsur intrinsik
3. Memerankan drama
sederhana
5 Siswa sudah sangat baik memerankan
drama
3 Siswa sudah cukup baik memerankan
drama
2 Siswa masih sangat kurang
memerankan tokoh drama
4. Mengomentari peran
tokoh – tokoh drama
5 Siswa sudah sangat piawai untuk
mengomentari peran tokoh – tokoh
3 Siswa sudah cukup baik untuk
mengomentari peran tokoh
2 Siswa masih sangat kurang untuk
mengomentari peran
Sumber : Utaminingsih, dalam Ana Herdiana (2010) dengan modifikasi penelitian sendiri
Rumus perhitungan nilai menyimak siswa
Nilai : jml bobot skor nilai menyimak siswa ÷ jumlah bobot ideal x 100 Tabel 3.3
Keterangan skala
Arti skala Kategori Keterangan Nilai
5 B Baik 81≤B≤100
3 C Cukup 61≤C≤80
2 K Kurang 41≤K≤55
Pelaksanaan penilaian dilakukan dengan mengamati dan mencatat pembelajaran yang dilakukan siswa, membandingkan dengan hasil proses yang tercantum dalam rambu – rambu analisis dan selanjutnya melakukan pemaknaan. Adapun pemerikasaan data dilakukan melalui verivikasi terhadap temuan data.
(31)
92
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Adanya hasil dan kesimpulan dari hasil penelitian berikut yaitu, bahwa dalam proses pembelajaran guru harus mampu menjadi daya tarik bagi siswa atau murid – muridnya karena guru adalah fasilitas yang nyata yang dapat dijadikan bahan keberhasilan hasil siswa – siswi belajar.
Selain hal itu juga guru harus pandai menjadi daya tarik siswa agar mereka mampu mengembangkan apa yang ada dalam fikirannya dan mampu menuangkan segala bebas dari aspek positif agar mereka mampu mengeskplor kemampuan berbicaranya melalui bertanya, menanggapi apa yang ada di lingkungannya, dan bernani mengungkapkan apa yang menurut mereka janggal akan keberadaan hal apapun saat PBM berlangsung.
Adapun jawaban dari rumusan permasalahan yang kami bagi dalam tiga pertanyaan berikut adalah
1. Bentuk perencanaan pembelajaran kemampuan bermain peran dengan menggunakan teknik bercerita (story telling) di kelas V (lima) SDN 4 Cibodas sangatlah banyak mempengaruhi hasil belajar anak. Terutama dalam kemampuan berbicara mereka.
2. Bentuk pelaksanaan pembelajaran kemampuan bermain peran dengan menggunakan teknik bercerita adalah suatu hal yang tepat untuk menimbulkan gairah siswa untuk menumbuhkan rasa percaya diri mereka.
3. Peningkatan hasil pembelajaran kemampuan bermain peran siswa
kelas V Sdn 4 cibodas melalui teknik bercerita story telling sangat meningkat pesat karena adanya latihan dan arahan yang selalu guru berikan menjadi suatu tolak ukur baru bagi pembelajaran bermain peran.
(32)
93
Dalam hasil belajar ini diperoleh data – data yang akurat setelah dilakukannya penelitian dari siklus I sampai siklus III, yaitu :
Pada siklus I terdapat hasil nilai rata – rata 55,6, yang lulus dari nilai KKM hanya 10 siswa saja lalu sisanya 20 anak tidak mencapai nilai KKM, pada siklus II dilakukan kembali tes dengan ketuntasan nilai rata – rata yaitu 72,6 dengan jumlah siswa yang lulus dari nilai KKM yaitu 27 siswa dan sisanya 3 orang yang belum tuntas. Namun demikian guru masih ingin mencoba siklus ketiga untuk menangani sisa anak yang masih belum bisa mencapai nilai KKM, pada siklus ke III masih ada anak yang belum tuntas untuk mendapatkan nilai di atas KKM namun demikian guru sudah menganggap siklus III adalah siklus terakhir karena sudah berhasil meningkatkan hasil kemampuan bermainperan yang sebelumnya di bawah rata – ratan, pada siklus III terdapat 29 anak yang mampu meningkatkan hasil belajarnya dengan memenuhi nilai standar atau di atas KKM, dan satu 1 orang yang masih saja belum terlihat peningkatannya karena satu dan lain hal, dengan nilai rata – rata siswa 77,1.
(33)
94
A. Saran
Adapun saran yang ingin peneliti sampaikan kepada staf sekolah baik kepala sekolah, guru – guru pamong dan guru honorer lainnya, yaitu :
Guru, semangat mengajar adalah suatu hal yang penting untuk memajukan
segala aspek yang ada dalam permasalah sekolah, karena dengan adanya semangat guru mengajar akan menjadi suatu stimulus positif untuk anak agar mereka dapat ikut semangat juga dalam mengikuti kegiatan belajar berlangsung. Penggunaan media dalam pembelajaran adalah suatu fasilitas yang penting dalam menggugah kreatifitas siswa. Guru sangat dituntut untuk berinovatif dalam memberikan materi ajar.
Kepala sekolah, yang dapat memberikan kesempatan guru untuk
mengikuti seminar – seminar pendidikan, dan menyeleksi atau mencari guru profesional yang akan mengajar di SDN 4 CIBODAS. Kepala sekolah pun harus ikut terjun langsung atau ikut andil ke kelas – kelas untuk memantau kegiatan belajar mengajar siswa apakah guru sudah cukup kondusif dalam mengajar atau siswa yang sudah cukup nyaman menerima pelajaran dari guru, mengenal latar belakang siswa yang menjadi permasalahan dalam kegiatan belajar mengajarpun kepala sekolah diharapkan dapat ikut bertanggung jawab dalam menyelesaikan permasalahan tersebut.
Penulis berikutnya, agar lebih teliti lagi dalam penelitian berikutnya, inovasi yang baru akan membuat nilai pendidikan di Indonesia akan jauh lebih baik dari sebelumnya.
(34)
95
DAFTAR PUSTAKA
Tarigan, H.G. (1998). Berbicara Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa
Ahmadi, Mukhisin. (1990). Strategi Belajar Mengajar, Keterampilan Berbahasa
dan Apresiasi Sastra. Malang: YA3
Arsjad, M.G. dan Mukti U.S (1993). Pembinaan Kemampuan Berbicara Bahasa
Indonesia. Jakarta: Erlangga
Hidayat, K dan Iim Rahmini. (1986). Perencanaan Pengajaran Bahasa
Indonesia. Bandung: Bina Cipta.
Moeslihatoen. R. (1996). Metode Bercerita Untuk Anak Usia Dini. Jakarta: Depdiknas
Meidyareni. (2009). Bercerita itu mudah. [online]. Tersedia : http:/
..../www.meidyarina.com. [20 Mei 2011]
Susilawani, D. (2009). Selusin manfaat bercerita. [online]. Tersedia: ruangbaca-desri.web.id/posts/.../selusin_manfaat_bercerita. [20 Mei 2011]
Nurlaily, dkk.(2010). Penerapan strategi pembelajaran melalui bercerita dengan
pendekatan konstruktive. Mata kuliah strategi pembelajarananak usia dini. Pendidikan prasekolah dan sekolah dasar. Fakultas ilmu pendidikan. Universitas negeri yogyakarta. [online]. Tersedia : http:/ ...?himapauduny. blogdrive.com/archive/1.html [20 mei2011]
Moleong, lexy J. (1996). Metode Bercerita Untuk Anak Usia Dini. Jakarta :Depdiknas
__________- (2009). Pedoman penulisan karya ilmiah. Bandung, UPI PRESS BSNP. (2006). Kurikulum tingkat satuan pendidikan sekolah dasar. Jakarta :
Depdiknas
Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Edisi RefisiIV. Jakarta : Rineka Cipta.
(1)
Tabel 3.1
Format Penilaian Hasil Berbicara Siswa
No. Aspek yang diamati Skala Penilaian Bobot Nilai = jumlah bobot / jumlah bobot x 100 B C K
1. Mengidentifikasi ciri – ciri drama 2. Menyebutkan unsur – unsur intrinsik 3. Memerankan drama sederhana 4. Mengomentari peran tokoh – tokoh
dalam drama
Tabel 3.2 Deskripsi Skala Nilai
Aspek yang diamati Skor Kriteria 1. Mengidentifikasi ciri ciri
drama
5 Siswa sudah sangat baik untuk mengidentifikasi ciri – ciri drama
(2)
menyebutkan unsur – unsur intrinsik 3. Memerankan drama
sederhana
5 Siswa sudah sangat baik memerankan drama
3 Siswa sudah cukup baik memerankan drama
2 Siswa masih sangat kurang memerankan tokoh drama 4. Mengomentari peran
tokoh – tokoh drama
5 Siswa sudah sangat piawai untuk mengomentari peran tokoh – tokoh 3 Siswa sudah cukup baik untuk
mengomentari peran tokoh 2 Siswa masih sangat kurang untuk
mengomentari peran
Sumber : Utaminingsih, dalam Ana Herdiana (2010) dengan modifikasi penelitian sendiri
Rumus perhitungan nilai menyimak siswa
Nilai : jml bobot skor nilai menyimak siswa ÷ jumlah bobot ideal x 100 Tabel 3.3
Keterangan skala
Arti skala Kategori Keterangan Nilai
5 B Baik 81≤B≤100
3 C Cukup 61≤C≤80
2 K Kurang 41≤K≤55
Pelaksanaan penilaian dilakukan dengan mengamati dan mencatat pembelajaran yang dilakukan siswa, membandingkan dengan hasil proses yang tercantum dalam rambu – rambu analisis dan selanjutnya melakukan pemaknaan. Adapun pemerikasaan data dilakukan melalui verivikasi terhadap temuan data.
(3)
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan
Adanya hasil dan kesimpulan dari hasil penelitian berikut yaitu, bahwa dalam proses pembelajaran guru harus mampu menjadi daya tarik bagi siswa atau murid – muridnya karena guru adalah fasilitas yang nyata yang dapat dijadikan bahan keberhasilan hasil siswa – siswi belajar.
Selain hal itu juga guru harus pandai menjadi daya tarik siswa agar mereka mampu mengembangkan apa yang ada dalam fikirannya dan mampu menuangkan segala bebas dari aspek positif agar mereka mampu mengeskplor kemampuan berbicaranya melalui bertanya, menanggapi apa yang ada di lingkungannya, dan bernani mengungkapkan apa yang menurut mereka janggal akan keberadaan hal apapun saat PBM berlangsung.
Adapun jawaban dari rumusan permasalahan yang kami bagi dalam tiga pertanyaan berikut adalah
1. Bentuk perencanaan pembelajaran kemampuan bermain peran dengan menggunakan teknik bercerita (story telling) di kelas V (lima) SDN 4 Cibodas sangatlah banyak mempengaruhi hasil belajar anak. Terutama dalam kemampuan berbicara mereka.
2. Bentuk pelaksanaan pembelajaran kemampuan bermain peran dengan menggunakan teknik bercerita adalah suatu hal yang tepat untuk menimbulkan gairah siswa untuk menumbuhkan rasa percaya diri mereka.
(4)
Dalam hasil belajar ini diperoleh data – data yang akurat setelah dilakukannya penelitian dari siklus I sampai siklus III, yaitu :
Pada siklus I terdapat hasil nilai rata – rata 55,6, yang lulus dari nilai KKM hanya 10 siswa saja lalu sisanya 20 anak tidak mencapai nilai KKM, pada siklus II dilakukan kembali tes dengan ketuntasan nilai rata – rata yaitu 72,6 dengan jumlah siswa yang lulus dari nilai KKM yaitu 27 siswa dan sisanya 3 orang yang belum tuntas. Namun demikian guru masih ingin mencoba siklus ketiga untuk menangani sisa anak yang masih belum bisa mencapai nilai KKM, pada siklus ke III masih ada anak yang belum tuntas untuk mendapatkan nilai di atas KKM namun demikian guru sudah menganggap siklus III adalah siklus terakhir karena sudah berhasil meningkatkan hasil kemampuan bermainperan yang sebelumnya di bawah rata – ratan, pada siklus III terdapat 29 anak yang mampu meningkatkan hasil belajarnya dengan memenuhi nilai standar atau di atas KKM, dan satu 1 orang yang masih saja belum terlihat peningkatannya karena satu dan lain hal, dengan nilai rata – rata siswa 77,1.
(5)
A. Saran
Adapun saran yang ingin peneliti sampaikan kepada staf sekolah baik kepala sekolah, guru – guru pamong dan guru honorer lainnya, yaitu :
Guru, semangat mengajar adalah suatu hal yang penting untuk memajukan segala aspek yang ada dalam permasalah sekolah, karena dengan adanya semangat guru mengajar akan menjadi suatu stimulus positif untuk anak agar mereka dapat ikut semangat juga dalam mengikuti kegiatan belajar berlangsung. Penggunaan media dalam pembelajaran adalah suatu fasilitas yang penting dalam menggugah kreatifitas siswa. Guru sangat dituntut untuk berinovatif dalam memberikan materi ajar.
Kepala sekolah, yang dapat memberikan kesempatan guru untuk mengikuti seminar – seminar pendidikan, dan menyeleksi atau mencari guru profesional yang akan mengajar di SDN 4 CIBODAS. Kepala sekolah pun harus ikut terjun langsung atau ikut andil ke kelas – kelas untuk memantau kegiatan belajar mengajar siswa apakah guru sudah cukup kondusif dalam mengajar atau siswa yang sudah cukup nyaman menerima pelajaran dari guru, mengenal latar belakang siswa yang menjadi permasalahan dalam kegiatan belajar mengajarpun kepala sekolah diharapkan dapat ikut bertanggung jawab dalam menyelesaikan permasalahan tersebut.
Penulis berikutnya, agar lebih teliti lagi dalam penelitian berikutnya, inovasi yang baru akan membuat nilai pendidikan di Indonesia akan jauh lebih baik dari sebelumnya.
(6)
DAFTAR PUSTAKA
Tarigan, H.G. (1998). Berbicara Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa
Ahmadi, Mukhisin. (1990). Strategi Belajar Mengajar, Keterampilan Berbahasa dan Apresiasi Sastra. Malang: YA3
Arsjad, M.G. dan Mukti U.S (1993). Pembinaan Kemampuan Berbicara Bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga
Hidayat, K dan Iim Rahmini. (1986). Perencanaan Pengajaran Bahasa Indonesia. Bandung: Bina Cipta.
Moeslihatoen. R. (1996). Metode Bercerita Untuk Anak Usia Dini. Jakarta: Depdiknas
Meidyareni. (2009). Bercerita itu mudah. [online]. Tersedia : http:/ ..../www.meidyarina.com. [20 Mei 2011]
Susilawani, D. (2009). Selusin manfaat bercerita. [online]. Tersedia: ruangbaca-desri.web.id/posts/.../selusin_manfaat_bercerita. [20 Mei 2011]
Nurlaily, dkk.(2010). Penerapan strategi pembelajaran melalui bercerita dengan pendekatan konstruktive. Mata kuliah strategi pembelajarananak usia dini. Pendidikan prasekolah dan sekolah dasar. Fakultas ilmu pendidikan. Universitas negeri yogyakarta. [online]. Tersedia : http:/ ...?himapauduny. blogdrive.com/archive/1.html [20 mei2011]
Moleong, lexy J. (1996). Metode Bercerita Untuk Anak Usia Dini. Jakarta :Depdiknas
__________- (2009). Pedoman penulisan karya ilmiah. Bandung, UPI PRESS BSNP. (2006). Kurikulum tingkat satuan pendidikan sekolah dasar. Jakarta :
Depdiknas
Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Edisi RefisiIV. Jakarta : Rineka Cipta.