Analisis Tingkat Kesehatan Bank Dengan Menggunakan Metode Camel Pada PT. Bank BJB Bandung Periode 2006-2009

(1)

Nama : Tia Putri Hadiani

NIM : 21508001

Tempat Tgl Lahir : Bandung , 6 Januari 1991

Agama : Islam

Alamat : Jl. Sekepondok No.2

Telp/Hp : 022-7100523/085624837010

DATA PENDIDIKAN

 TK Aisyiyah 14, Bandung tahun 1995-1996

 SDN Cimuncang 2, Bandung tahun 1996-2002

 SMP Pasundan 1, Bandung tahun 2002-2005

 SMA Negeri 23 , Bandung tahun 2005-2008

 Universitas Komputer Indonesia( Keuangan dan Perbankan/D3 ) tahun 2008 – sekarang.


(2)

Bank Indonesia, Peraturan Bank Indonesia Nomor 6/10/PBI/2004 tanggal 12 April 2004 perihal Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum.

Bank Indonesia, Surat Edaran Nomor 6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004. perihal Tatacara Penilaian Kesehatan Bank Umum.

Husein Umar. 2006. Metode Riset Bisnis. Gramedia Pustaka Utama:Jakarta Kasmir, 2002.Manajemen Perbankan,Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Kasmir, 2008. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya,Jakarta: Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Luciana S. Almilia & Winny Herdiningtyas. “Analisis Rasio CAMEL terhadap Prediksi Kondisi Bermasalah pada Lembaga Perbankan Perioda 2000-2002”, Jurnal Akuntansi dan Keuangan Volume 7 No.2. STIE PERBANAS. Surabaya, 2005.

Mudrajad Kuncoro dan Suhardjono, 2002. Manajemen Perbankan, Yogyakarta: PBFE

Veithzal Rivai. 2007. Bank and Financial Institution Management,Jakarta: Rajawali Pers.Jakarta.

Sugiyono. 2007. Metoda Penelitian kuantitatif kualitatif dan R & D,Jakarta: alfabeta.

Sigit Triandaru dan Totok Budisantoso. Bank dan Lembaga Keuangan Lain. Edisi ke-2. Salemba Empat. Yogyakarta, 2006.


(3)

86 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1Kesimpulan

Dari hasil analisis laporan keuangan PT.Bank BJB dapat ditarik kesimpulan :

1. Dari hasil Perhitungan Rasio CAMEL tahun 2006 sampai dengan tahun 2009 diketahui bahwa tingkat kesehatan Bank BJB adalah 99,46 , 98,34, 97,33, 96.95. Predikat untuk tingkat kesehatan Bank BJB dari tahun 2006 sampai dengan tahun 2009 adalah SEHAT.

2. Berdasarkan tabel 4.48 terlihat bahwa dari periode 2006 sampai dengan periode 2009 nilai bersih rasio CAMEL dalam perkembangannya mengalami penurunan. Hal ini terjadi karena adanya penurunan jumlah pemberian kredit dibandingkan dengan total dana yang terhimpun sehingga perolehan keuntungan menurun ini terlihat dari adanya penurunan rasio LDR.

5.2 Saran

Dari hasil analisa dan kesimpulan yang ada dapat dianjurkan saran-saran penelitian untuk penelitian selanjutnya sebagai berikut :

1. Diharapkan untuk melakukan perhitungan dengan menambah tahun yang akan diteliti sehingga hasil yang didapatkan pada akhirnya akan dapat menggambarkan kenaikan pertumbuhan kesehatan bank yang lebih menyeluruhdan dalam perhitungannya tidak hanya melihat pada satu


(4)

laporan keuangan saja tetapi juga dilihat dari laporan keuangan dari informasi segmen usaha lainnya untuk melihat adanya perubahan dalam aktivitas bank tersebut.

2. Jika pada suatu bank terjadi penurunan nilai bersih rasio CAMEL ini harus segera diperbaiki, karena rasio CAMEL adalah rasio yang digunakan untuk menilai kesehatan bank, jika terjadi penurunan berarti tingkat kesehatan bank-nya pun akan menurun dan ini akan mengakibatkan menurunnya kepercayaan masyarakat terhadap bank itu sendiri, maka dari itu terdapat beberapa solusi untuk mengatasi penurunan nilai rasio CAMEL, diantaranya :

a. Mengawasi kinerja keuangan bank.

b. Meningkatkan jumlah pemberian kredit dengan menerapkan prinsip kehati-hatian sehingga bank dapat memaksimalkan keuntungan dan meminimalkan kredit macet.


(5)

38 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

4.1.1 Sejarah Perusahaan PT. Bank BJB

Pendirian Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dilatar belakangi oleh Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 33 tahun 1960 tentang penentuan perusahaan di Indonesia milik Belanda yang dinasionalisasi. Salah satu perusahaan milik Belanda yang berkedudukan di Bandung yang dinasionalisasi yaitu NV Denis (De Erste Nederlansche Indische Shareholding) yang sebelumnya perusahaan tersebut bergerak di bidang bank hipotek. Sebagai tindak lanjut dari Peraturan Pemerintah nomor 33 tahun 1960 Pemerintah Propinsi Jawa Barat dengan Akta Notaris Noezar nomor 152 tanggal 21 Maret 1961 dan nomor 184 tanggal 13 Mei 1961 dan dikukuhkan dengan Surat Keputusan Gubernur Propinsi Jawa Barat nomor 7/GKDH/BPD/61 tanggal 20 Mei 1961, mendirikan PD Bank Karya Pembangunan dengan modal dasar untuk pertama kali berasal dari Kas Daerah sebesar Rp. 2.500.000,00.

Perubahan Badan usaha - 1978

Untuk menyempurnakan kedudukan hukum Bank Karya Pembangunan Daerah Jawa Barat, dikeluarkan Peraturan Daerah Propinsi Jawa Barat nomor 11/PD-DPRD/72 tanggal 27 Juni 1972 tentang kedudukan hukum Bank Karya Pembangunan Daerah Jawa Barat sebagai perusahaan daerah yang berusaha di bidang perbankan. Selanjutnya melalui Peraturan Daerah Propinsi Jawa Barat


(6)

nomor 1/DP-040/PD/1978 tanggal 27 Juni 1978, nama PD. Bank Karya Pembangunan Daerah Jawa Barat diubah menjadi Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat.

Peningkatan Aktivitas – 1992

Pada tahun 1992 aktivitas Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat ditingkatkan menjadi Bank Umum Devisa berdasarkan Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia Nomor 25/84/KEP/DIR tanggal 2 November 1992 serta berdasarkan Perda Nomor 11 Tahun 1995 mempunyai sebutan “ Bank Jabar “ dengan logo baru.

Perubahan Bentuk Hukum - 1998

Dalam rangka mengikuti perkembangan perekonomian dan perbankan, maka berdasarkan Perda Nomor 22 Tahun 1998 dan Akta Pendirian Nomor 4 Tanggal 8 April 1999 berikut Akta Perbaikan Nomor 8 Tanggal 15 April 1999 yang telah disahkan oleh Menteri Kehakiman RI tanggal 16 April 1999, bentuk hukum Bank Jabar diubah dari Perusahaan Daerah (PD) menjadi Perseroan Terbatas (PT).

Perluasan Bentuk Usaha – Dual Banking System 2000

Dalam rangka memenuhi permintaan masyarakat akan jasa layanan perbankan yang berlandaskan Syariah, maka sesuai dengan izin Bank Indonesia No. 2/ 18/DpG/DPIP tanggal 12 April 2000, sejak tanggal 15 April 2000 Bank Jabar menjadi Bank Pembangunan Daerah pertama di Indonesia yang menjalankan dual banking system, yaitu memberikan layanan perbankan dengan sistem konvensional dan dengan sistem syariah.


(7)

Perubahan Nama dan Call Name Perseroan – 2007

Berdasarkan Hasil Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPS-LB) PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat tanggal 3 Juli 2007 di Bogor, sesuai dengan Surat Keputusan Gubernur Bank Indonesia No. 9/63/KEP.GBI/2007 tanggal 26 November 2007 tentang Perubahan Izin Usaha Atas Nama PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat menjadi Izin Usaha Atas Nama PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten serta SK Direksi Nomor 1065/SK/DIR-PPN/2007 tanggal 29 November 2007 maka nama perseroan berubah menjadi PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten dengan sebutan (call name) Bank Jabar Banten.

Visi PT. Bank BJB

Bank Jabar Banten dalam melakukan aktivitas usahanya mempunyai harapan yaitu ” menjadi 10 Bank terbesar dan sehat di Indonesia”.

Misi dan Tujuan PT. Bank BJB

1. Penggerak dan pendorong laju uang daerah 2. Melaksanakan penyimpanan uang daerah 3. Salah satu sumber pendapatan asli daerah.


(8)

4.1.2 Struktur Organisasi Pada Bank BJB

Struktur organisasi yang baik adalah struktur organisasi yang didalamnya menggambarkan tugas dan wewenang yang harus dijalankan sesuai dengan posisinya dalam suatu organisasi tersebut. Dengan kata lain, dalam struktur organisasi yang baik tidak akan terjadi penyerobotan wewenang dan pelemparan tanggung jawab oleh dan kepada orang atau bagian lain. Berikut ini adalah struktur organisasi Bank BJB Bandung :

Sumber laporan keuangan PT Bank BJB Gambar 4.1 Struktur organisasi PT. Bank BJB Bandung


(9)

4.1.3 Deskripsi Jabatan Pada Bank BJB

1.General meeting of shareholder ( Rapat Umum Pemegang Saham )

wewenang khusus dan tertinggi yang memberikan kewenangan bagi para pemegang sahamnya untuk memutuskan hal-hal penting yang tidak termasuk dalam hal-hal yang bersifat operasional sehari-hari.

2. Dewan Komisaris Tugas Dewan Komisaris :

a. Memastikan terselenggaranya pelaksanaan GCG dalam setiap kegiatan usaha bank pada seluruh tingkatan atau organisasi.

b. Melakukan pengawasan, pengarahan serta evaluasi kepengurusan Bank serta memberikan persetujuan atas rencana korporasi dan recana bisnis perseroan.

c. Mengkaji dan menyetujui yang diusulkan oleh direksi, kebijakan penyertaan modal dan penyertaan modal sementara.

d. Mengevaluasi laporan tahunan yang dipersiapkan direksi sebelum RUPS, mengusulkan penujukkan akuntan publik, atas rekomendasi Komite Audit, untuk melakukan audit atas laporan keuangan Bank.

3.Direksi

Dalam rangka konsultasi dan menyampaikan masukan serta menerima arahan dalam upaya pencapaian misi divisi secara


(10)

4.Komite eksekutif

Komite Eksekutif terdiri dari : a. Komite Manajemen Resiko

Komite Manajemen Kredit adalah memberikan masukan dalam hal kebijakan dan prosedur penerapan manajemen Risiko, penilaian potensi risiko dalam portofolio perseroan dan mengevaluasi efektivitas pelaksanaan Manajemen Resiko di Perseroan.

b. Komite Kebijakan Kredit

Komite Kebijakan Kredit bertanggung jawab memberikan masukan kepada direksi sehubungan dengan penyusunan ketentuan perkreditan bank (KPB) serta mengawasi pelaksanaan KPB dan memberikan saran kepada direksi untuk perubahan atau penambahan KPB. c. Steering Teknologi Sistem Informasi

Tugas Steering Teknologi Sistem Informasi:

a. Merencanakan kebijakan umum penggunaan teknologi sistem informasi.

b. Menyusun dan merencanakan strategi pengembangan Teknologi Sistem Informasi jangka pendek maupun jangka panjang untuk mendukung strategi bisnis bank.

c. Menyusun anggaran untuk keperluan penggunaan teknologi sistem informasi.


(11)

d. Menentukan kebijakan penting Teknologi Sistem Informasi seperti kebijakan keamanan teknologi sistem informasi dan manajemen risiko teknologi.

e. Merencanakan kebutuhan dan pengembangan SDM Teknologi Sistem Informasi.

f. Mengawasi tingkat efisiensi dan efektifitas pemanfaatan Teknologi Sistem Informasi Oleh Bank.

g. Menjadi penghubung antara divisi Teknologi Informasi dengan pengguna sistem Informasi.

5.Audit commities remuneration & nomination comite risk monitoring - Audit Commities ( Komite Audit )

Komite Audit bertugas melakukan pemantauan dan evaluasi perencanaan audit serta pemantauan atas tindak lanjut hasil audit dalam rangka menilai kecukupan pengendalian intern termasuk kecukupan proses pelaporan keuangan.

- Remuneration & nomination comite risk monitoring

Komite Remunerasi bertugas mengevaluasi kebijakan remunerisasi yang berlaku pada bank, Pemantauan sistem remunerasi pihak lain, mempelajari ketentuan dan perundangan yang berlaku dan merekomendasikan kepada dewan komisaris atas kebijakan SDM mengenai syara kepegawaian, remunerasi, dan tunjangan pensiun yang memadai


(12)

Komite Nominasi bertugas menyusun, memberikan rekomendasi mengenai sistem dan prosedur pilihan dan atau penggantian anggota dewan komisaris, direksi, dewan pengawas syariah kepada dewan komisaris untuk diputuskan oleh RUPS.

6.Director of Commercial Banking

Kepala Bank Komersial, membawahi : a. Division of Commercial Banking

b. Division of small scale micro banking and cooperatives c. Division of Treasury

d. Division of International Banking

e. Division of Subsidary Companies Management

7.Director of Consumer Banking

Kepala divisi consumer banking yang menangani informasi tentang nasabah.mambawahi:

1. Division of consumer Banking

2. Division of card center and electronic banking 3. Division of network and service development.

8.Director of operations


(13)

a.Divisi IT

Berkoordinasi dalam aspek teknologi pemrosesan/ pengelolaan data transaksi, administrasi kredit, treasury settlement dan

pengembangan suatu database informasi nasabah. b.Divisi Finance & Accounting

Berkoordinasi untuk menyusun Anggaran Program dan Divisi. c.Division of corporate secretary

Tugas Corporate Secretary adalah:

a. Merencanakan dan mengembangkan pembentukan citra perusahaan serta citra produk jasa perseroan.

b. Mengikuti perkembangan pasar modal, khususnya peraturan-peraturan yang berlaku di pasar modal.

c. Merencanakan serta mengembangkan aktivitas hubungan masyarakat. d. Menindaklanjuti pengaduan nasabah.

e. Mengkoordinasi penyelesaian RUPS. d.Division of operation services

1. Bertanggungjawab atas kelancaran operasi dan pelaksanaan lingkungan operasional yang nyaman, dukungan back office yang memadai, serta sistem kerja di Bank ini.

2. Memastikan bahwa sistem kerja yang digunakan selalu terbaru dan ikut berkembang selaras dengan berubahnya produk dan teknologi dalam industri perbankan.


(14)

3. Memastikan bahwa sistem kerja cash center untuk kebutuhan likuiditas kantor cabang dapat terpenuhi dengan baik sesuai ketentuan.

4. Bertanggungjawab atas semua aktivitas terkait administrasi Credit.

5. Memastikan operasional bisnis dapat berjalan sesuai kajian hukum yang berlaku.

9.Director of compliance risk and human capital Kepala divisi yang bertugas membawahi:

a. Divisi Legal & Compliance b. Divisi Risk Management c. Divisi of Human Capital

d. Divisi of education and training 10.Divisi Internal Audit

Melakukan koordinasi dalam rangka mendapatkan hasil pemeriksaan baik hasil pemeriksaan umum maupun hasil pemeriksaan khusus dari setiap unit kerja untuk bahan perencanaan, pengembangan serta pengelolaan Divisi.

11.Divisi Strategy Planning

Berkoordinasi untuk menyusun Strategi dan Business Plan Divisi ini. 12.ALCO

Melakukan koordinasi dalam rangka menyampaikan data dan kajian untuk bahan pembahasan Rapat ALCO serta mendapatkan hasil keputusan rapat yang berkaitan dengan operation services.


(15)

4.1.4 Aspek Kegiatan PT. Bank BJB

Berdasarkan hasil penelitian yang dilaksanakan oleh penulis di PT. Bank BJB Bandung mengenai kegiatan operasional PT. Bank BJB adalah sebagai berikut :

a. Menyalurkan dana dalam aktivitas produktif baik dalam bentuk kredit maupun penempatan (placement) yag dilaukan dengan menerapkan prinsip kehati-hatian (prudencial banking).

b. Sejalan dengan trategi pengembangan usaha, rencanna dan pelaksanaan operasional dilaksanakan dengan lebih menitikberatkan kepada penerapan compliance to prudential regulation, goog corporate government, penghematan biaya, pengemabangan jaringan kantr serta penyempurnaan organisasi dalam rangka menunjang keberhasilan pengembangan usaha. c. Peningkatan pelaksanaan pengawasan melekat diseluruh unit kerja, guna

menghindari tindakan-tindakan yang menimbulkan inefesiensi.

d. Berorientasi pada pasar yang diarahkan pada keinginan dan kebutuhann masyarakat pengguna jasa pengguna perbankan dengan lebih menitikberatkan kepada pemberian layanan yang lebih baik lagi dan unggul sehingga dapat meningkatkan competitive adventage.

e. Mendukung program Pemerintah Daerah Jawa Barat dan Banten dalam Program Pemberdayaan Ekonomi Kerayatan Dengan Penyaluran Kredit kepada masyarakatt melalui skim kkredit yang ada dalam penyalurannya menggunakan pola chanelling maupun executing.


(16)

f. Valas, dalam hal ini Bank Jabar menyediakan fasilitas dalam bentuk produk funding maupun landing dan jasa bank lainnya dengan mata uang asing artinya produk tabungan maupun pinjaman bias dalam bentuk mata uang asing.

g. Menyediakan jasa layanan pembayaran BPIH ( Biaya Penyelenggaraan Ibadah Haji ).

h. Menjaga kepercayaan masyarakat dan menjaga kerahasiaan nasabah.

Sebagai bank yang merupakan lembaga keuangan yang menghubungkan anatra puhak surplus dan pihak defisit, Bank Jabar juga memiliki aktivitas usaha yang tujuanya untuk kegiatan intermediasi tersebut. Aktivitas usaha Bank Jabar diantaranya yaitu simpanan, kredit, jasa layanan bank dan jasa-jasa bank devisa.

Yang termasuk ke dalam aktivitas simpanan yaitu berbagai macam simpanan dari masyarakat seperti tabungan, deposito dan giro. Berikut adalah jenis simpanan yang ditawarkan oleh Bank Jabar :

a. Tabungan anda Masa Depan (Tandamata) b. Tabungan Ibadah Haji (Tabah)

c. Simpanan Pembangunan Daerah (Simpeda) d. Giro Bank Jabar

e. Doposito

Jenis kredit yang ditawarkan terdiri dari dua macam yaitu kredit umum dan kredit program yang termasuk kedalam kredit umum diantaranya :

a. Kredit Modal Kerja Umum b. Kredit Investasi Umum


(17)

c. Kredit Usaha Kecil (KUK)

d. Kredit Modal Kerja Konstruksi (KMKK) e. Kredit Proteksi

f. Kredit Guna Bhakti g. Kredit Cadh Collateral

h. Kredit Peduli Jabar dan Peduli Banten i. Kredit Pensiunan

Sedangkan yang termasuk kedalam kredit program yaitu sebagai berikut : a. Kredit Kepada Koperasi Pada Anggotanya (KKPA)

b. Kredit Tebu Rakyat (KKPATR) c. Kredit Dana Bergulir

d. Kredit Pemilikan Rumah Sederhana atau Rumah Sangat Sederhana (KPRS/RSS)

e. Kredit Pengusaha Kecil dan Mikro (KPKM) f. Kredit Kepada Koprasi (KKop)

g. Proyek Kredit Mikro h. Kredit Taskin

i. Kredit Ketahanan Pangan (KKP) j. Kreditanstalt fur widerauf bau (Kfw) 1) Small Medium Enterprises (SME-Kfw)

2) Industrial Effeciency and Pollutant Control (IEPC-Kfw)

Untuk memberikan layanan yang optimal kepada masyarakat, Bank Jabar memberikan jasa-jasa sebagai berikut :


(18)

a. Kiriman Uang, memiliki dua jenis transfer yaitu transfer rupiah dan transfer valuta asing.

b. Inkaso, yaitu penagihan oleh pihak bank yang bertindak untuk dan atas nama seseorang kepada pihak lain atas dasar suatu hak tagihan dalam bentuk surat berharga.

c. Jaminan Bank (Guarantee Bank), yaitu suatu jasa perbankan yang diberikan kepada nasabah, khususnya pelaku bisnis yang transaksinya bersifat sangat terbatas dan terpilih, sehingga dengan bantuan bank, transaksi itu bias berjalan. Maksudnya Bank Jabar menjamin kredit konstruksi juga menjamin 10 % dari proyek atau tender yang diadakan oleh suatu dinas. Hal ini berlaku untuk debitur yang mengikuti proyek dan mengajukan surat dukungan bank. Jenis jaminan bank yang diterbitkan Bank Jabar antara lain:

1) Jaminan penawaran (Bid Bond)

2) Jaminan pelaksanaan (Performance Bond) 3) Jaminan pemeliharaan (Maintenance Bond) 4) Jaminan uang muka (Advance Payment Bond)

d. Penerimaan pembayaran rekening telepon, listrik, Pajak, dan uang kuliah. e. Pembayara gaji / pensiunan, yang termasuk ke dalam jasa-jasa bank devisa. f. Bidang Ekspor :

1) Pembiayaan dan negosiasi dokumenn 2) Penerimaan pajak

g. Bidang Impor :


(19)

2) Pembayaran kredit impor 3) Penerimaan pajak

h. Jasa-jasa Luar Negeri lainnya. 1) Giro dan Deposito valas 2) Transfer inkaso Luar Negeri 3) Jual beli valuta asing.


(20)

4.2 Pembahasan Penelitian

4.2.1 Perhitungan Tingkat Kesehatan Bank Dengan Rasio CAMEL

Dalam rangka menjaga agar bank-bank lebih melaksanakan fungsi prudential banking (prinsip kehati-hatian) dalam menjalankan bisnis perbankan, maka Bank Indonesia menetapkan ketentuan tentang penilaian tingkat kesehatan bank dengan Surat Edaran Bank Indonesia No.6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004 dan peraturan Bank Indonesia No.6/10/PBI/2004 tanggal 12 April 2004 yang mengatur tentang sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum, bank wajib melakukan penilaian tingkat kesehatan bank secara triwulan untuk posisi bulan Maret, Juni, September, dan Desember. Apabila diperlukan Bank Indonesia meminta hasil penilaian tingkat kesehatan bank tersebut secara berkala atau sewaktu-waktu untuk posisi penilaian tersebut terutama untuk menguji ketepatan dan kecukupan hasil analisis bank. Penilaian tingkat kesehatan bank dimaksud diselesaikan selambat-lambatnya 1 (satu) bulan setelah posisi penilaian atau dalam jangka waktu yang ditetapkan oleh pengawas bank terkait. penilaian tingkat kesehatan bank diatas dikenal dengan metode CAMEL, Cara perhitungan tingkat kesehatan bank dengan metode CAMEL adalah sebagai berikut :

4.2.1.1Modal ( Capital )

Rasio Permodalan diukur dengan membandingkan antara rasio modal terhadap aktiva tertimbang menurut risiko (ATMR), baik memperhitungkan resiko kredit dan pasar.


(21)

Modal didapat dari modal inti ditambah modal pelengkap. Sedangkan aktiva tertimbang menurut risiko (ATMR) adalah jumlah aktiva setelah ditetapkan bobot risiko masing- masing jenis aktiva yang besarnya didasarkan pada kadar risiko yang terkandung pada aktiva itu sendiri dan golongan nasabah, penjamin, atau sifat barang jaminana. Perhitungan kewajiban pemenuhan modal minimum (KPMM) berdasarkan laporan keuangan Bank BJB adalah sebagai berikut (dalam jutaan rupiah) lihat lampiran, sehingga CAR bank BJB tahun 2006-2009 adalah sebagai berikut :

Untuk menghitung CAR rumus yang digunakan adalah : CAR = Modal Inti + Modal Pelengkap X 100%

ATMR

Tabel 4.1

Perhitungan Capital Adequancy Ratio (dalam jutaan rupiah)

2006 2007 2008 2009

Modal Inti (-) penyertaan

1.721.067,00 2.064.872,00 2.233.342,00 2.687.164,00

Modal Pelengkap

150.714,00 156.212,00 197.476,00 168.389,00 ATMR 12.057.097 12.496.954 15.798.106 13.471.095

CAR 15,52 % 17,77 % 15,39 % 21,19 %

Sumber laporan keuangan PT Bank BJB ( data diolah kembali )

CAR Bank BJB per 31 Desember 2009 sebesar 21,19 %, tahun 2008 sebesar 15,52%, tahun 2007 sebesar 17,77%, dan pada tahun 2006 sebesar 15,52%. Berdasarkan ketentuan Bank Indonesia CAR minimum pada tahun 2009,


(22)

2008, 2007, 2006 adalah sebesar 8 %, maka penilaian unsur permodalan PT. Bank BJB adalah sehat.

Setelah melakukan perhitungan nilai rasio CAR, yang harus dilakukan adalah melakukan penilaian terhadap kewajiban pemenuhan modal minimum (KPMM) yang dapat dihitung sebagai berikut :

NK = Rasio CAR 0,1% Keterangan :

1. Ketentuan Bank Indonesia CAR minimal 8 %.

2. CAR diatas atau sama dengan 8 % akan diberi nilai 81, dimana setiap kenaikan 0.1 %. Maka, nilai akan ditambah 1 dan maksimum 10.

3. Sementara itu CAR yang kurang dari 8 % akan diberi nilai 65, dimana setiap penurunan 0.1% nilai akan dikurangi 1 dan minimum 0.

Sementara itu, untuk penilaian kreditnya akan dihitung sebagai berikut : a. Untuk rasio modal 0% atau negative diberi nilai kredit 1 ; dan

b. Untuk setiap kenaikan 0,1% nilai kredit ditambah 1 atau maksimum 100. Tabel 4.2 Penilaian terhadap KPMM

2006 2007 2008 2009

CAR 15,52 % 17,77 % 15,39 % 21,19 %

NK 100 100 100 100


(23)

Nilai rasio CAR pada tahun 2006, 2007, 2008, dan 2009 diatas diakui sebagai 100 dengan predikat sehat, karena KPMM diatas 8%.

Tabel 4.3

Perkembangan CAR pada tahun 2006 s/d 2009

Tahun CAR (%) Minimum Kenaikan/Penurunan

2006 15,52 % 8%

2007 17,77 % 8% 2,25%

2008 15,39 % 8% -2,38%

2009 21,19 % 8% 5,8%

Sumber laporan keuangan PT Bank BJB ( data diolah kembali )

1) Selama periode 2006 sampai dengan 2007 nilai rasio kecukupan modal (CAR) mengalami kenaikan sebesar 2,25%.

2) Periode 2007 sampai dengan 2008 rasio kecukupan modal (CAR) mengalami penurunan sebesar 2,38%

3) Dan pada periode 2008 sampai dengan 2009 rasio kecukupan modal (CAR) mengalami kenaikan sebesar 5,8%.

4.2.1.2Kualitas Aktiva Produktif A. Bad Debt Ratio (BDR)

Pembentukan cadangan dan penghapusan aktiva yang diklasifikasikan yang dilakukan secara bertahap dan sesuai pedoman bank tertulis berdasarkan surat edaran Bank Indonesia N0. 30/3/97. Rumus terdapat pada rumus 1.2 dan rumus 1.3. Aktiva yang diklasifikasikan merupakan aktiva produktif yang sudah


(24)

atau mengandung potensi tidak memberikan penghasilan. Besarnya cadangan yang wajib dibentuk sekurang-kurangnya :

Tabel 4.4 Cadangan Aktiva Produktif yang Wajib Dibentuk Cadangan Aktiva Produktif Golongan

25% Lancar

50% Kurang Lancar

75% Diragukan

100% Macet

Sumber Surat Edaran Bank Indonesia N0. 30/3/97

Penghitungan kualitas aktiva produktif (dalam jutaan rupiah) pada PT. Bank BJB periode 2006 sampai dengan 2009 :

Tabel 4.5

Aktiva Produktif PT. Bank BJB Periode 2006 Kolektibilitas Kredit SBI Penempata

n SSB + Tagiha n lain Rek Adm Jumlah Lancar 11,649,311 4,898,256 1,735,010 16,287 573,835 18,872,699 Dapersus 62,441 62,441 Kurang Lancar 10,409 963 11,372 Diragukan 12,232 120 12,352 Macet 25,759 861 26,620 Jumlah 11,760,152 4,898,256 1,736,954 16,287 573,835 18,985,484 Sumber laporan keuangan PT Bank BJB ( data diolah kembali )


(25)

Tabel 4.6

Aktiva Produktif PT. Bank BJB Periode 2007 Kolektibilitas Kredit SBI Penempatan SSB +

Tagihan lain

Rek Adm Jumlah

Lancar 12,634,861 3,463,660 2,300,999 702,250 1,222,617 20,324,387 Dapersus 300,779 300,779 Kurang Lancar 12,128 920 13,048 Diragukan 20,998 438 21,436 Macet 57,981 1,834 59,815 Jumlah 13,026,747 3,463,660 2,304,191 702,250 1,222,617 20,719,465 Sumber laporan keuangan PT Bank BJB ( data diolah kembali )

Tabel 4.7

Aktiva Produktif PT. Bank BJB Periode 2008 Kolektibilitas Kredit SBI Penempatan SSB +

Tagihan lain

Rek Adm Jumlah

Lancar 15,786,415 3,430,845 2,684,592 702,818 2,464,317 25,068,987 Dapersus 494,838 4,962 499,800 Kurang Lancar 10,514 3,473 49 14,036 Diragukan 19,112 748 72 19,932 Macet 98,266 2,858 473 101,597 Jumlah 16,409,145 3,430,845 2,691,671 702,818 2,469,873 25,704,352 Sumber laporan keuangan PT Bank BJB ( data diolah kembali )


(26)

Tabel 4.8

Aktiva Produktif PT. Bank BJB Periode 2009

Kolektibilitas Kredit SBI

Penempatan SSB + Tagihan

lain

Rek Adm Jumlah

Lancar 18,994,434 5,530,199 3,524,105 682,180 2,558,569 31,289,487 Dapersus 181,490 2,496 183,986 Kurang Lancar 184,887 3,233 96 188,216 Diragukan 26,401 350 3,508 30,259 Macet 172,800 4,465 2,964 180,229 Jumlah 19,560,012 5,530,199 3,532,153 682,180 2,567,633 31,872,177 Sumber laporan keuangan PT Bank BJB ( data diolah kembali )

Berdasarkan tabel diatas, maka kualitas aktiva produktif untuk tahun 2006 sampai dengan tahun 2009 adalah sebagai berikut :

Tabel 4.9

Aktiva Produktif yang diklasifikasikan PT. Bank BJB Periode 2006

Keterangan % AP Nilai

Lancar 0 18,872,699 0

Dapersus 25 62,441 15,610 Kurang

Lancar

50 11,372 5,686 Diragukan 75 12,352 9,264 Macet 100 26,620 26,620 Jumlah 18,985,484 57,180 Sumber laporan keuangan PT Bank BJB ( data diolah kembali)


(27)

Tabel 4.10

Aktiva Produktif yang diklasifikasikan PT. Bank BJB Periode 2007

Keterangan % AP Nilai

Lancar 0 20,324,387 0

Dapersus 25 300,779 75,195 Kurang

Lancar

50 13,048 6,524 Diragukan 75 21,436 16,077 Macet 100 59,815 59,815

Jumlah 20,719,465 157,611

Sumber laporan keuangan PT Bank BJB ( data diolah kembali ) Tabel 4.11

Aktiva Produktif yang diklasifikasikan PT. Bank BJB Periode 2008

Keterangan % AP Nilai

Lancar 0 25,068,987 0

Dapersus 25 499,800 124,950 Kurang

Lancar

50 14,036 7,018 Diragukan 75 19,932 14,949 Macet 100 101,597 101,597 Jumlah 25,704,352 248,514 Sumber laporan keuangan PT Bank BJB ( data diolah kembali )


(28)

Tabel 4.12

Aktiva Produktif yang diklasifikasikan PT. Bank BJB Periode 2009

Keterangan % AP Nilai

Lancar 0 31,289,487 0

Dapersus 25 183,986 45,997

Kurang Lancar

50 188,216 94,108

Diragukan 75 30,259 22,694

Macet 100 180,229 180,229

Jumlah 31,872,177 343,028

Sumber laporan keuangan PT Bank BJB ( data diolah kembali )

Rumus yang digunakan untuk mengukur BDR adalah : BDR = Aktiva Produktif yang diklasifikasikan X 100

Total Aktiva Produktif Tabel 4.13

Bad Debt Ratio PT. Bank BJB Periode 2006-2009 Tahun Aktiva

Produktif yang diklasifikasikan

Aktiva Produktif

BDR

2006 57,180 18,985,484 0.30% 2007 157,611 20,719,465 0.76% 2008 248,514 25,704,352 0.97%

2009 343,028 31,872,177 1.45%


(29)

Dapat dilihat bahwa pada tahun 2006 Bad Debt Rratio (BDR) sebesar 0.30% tahun 2007 sebesar 0.76%, 2008 sebesar 0.97% dan pada tahun 2009 sebesar 1.45%. Bad Debt Ratio (BDR) dari tahun 2006 sampai tahun 2007 meningkat sebesar 0.46%, sedangkan tahun 2007 sampai dengan 2008 meningkat sebesar 0.21%. dan pada tahun 2008 sampai tahun 2009 meningkat sebesar 0.52%.

Tabel 4.14

Penilaian Bad Debt Ratio (BDR)

Rasio Penurunan Penambahan nilai kredit

>=15.5% 0% 0

<=15.49% 0.15% Ditambah 1 maksimal

100 Sumber Dandawijaya, Lukman. Manajemen Perbankan Rasio KAP :

Keterangan :

NR: Penilaian Rasio KAP RS: Nilai Rasio

RD: Nilai KAP Tabel 4.15

Nilai Kredit Bad Debt Ratio (BDR)

2006 2007 2008 2009

RS (%) 15.5 15.5 15.5 15.5

RD (%) 0.3 0.76 0.97 1.45

Penurunan Rasio Kredit (%) 0.15 0.15 0.15 0.15

NR 101.33 98.27 96.87 93.67

NR= [RS-RD] 0.15%


(30)

Nilai kredit rasio BDR dari tahun 2006 sampai dengan tahun 2009 nilai rasio lebih kecil dari 15.5% maka nilai kredit rasio BDR diakui 100 untuk tahun 2006 sedangkan untuk tahun 2007 , 2008 dan 2009 adalah 98.27, 96.87dan 93.67.

Untuk melihat perkembangan rasio BDR 2006-2009, penulis menyajikannya pada tabel berikut ini :

Tabel 4.16

Perkembangan Bad Debt Ratio (BDR)

Tahun BDR Kenaikan/Penurunan

2006 0.30%

2007 0.76% 0.46%

2008 0.97% 0.21%

2009 1.45% 0.52%

Sumber laporan keuangan PT Bank BJB ( data diolah kembali )

B. Kualitas Aktiva Produktif (KAP)

Pada kualitas aktiva produktif ini yang dihitung adalah rasio penyisihan penghapusan aktiva produktif yang di bentuk dibandingkan dengan penyisihan penghapusan aktiva produktif yang wajib dibentuk. Penilaian PPAP adalah sebagai berikut:

KAP = PPAP Dibentuk X 100 % PPAP Wajib


(31)

Tabel 4.17 PPAP Yang Wajib Dibentuk Tahun 2006 Keterangan % Ap (Non SBI) PPA Produktif

Lancar 1 13,974,443.00 139,744 Dapersus 5 62,441.00 3,122

Kurang Lancar

15 11,372.00 1,706 Diragukan 50 12,352.00 6,176 Macet 100 26,620.00 26,620 14,087,228.00 177,368 Sumber laporan keuangan PT Bank BJB ( data diolah kembali)

Tabel 4.18 PPAP Yang Wajib Dibentuk Tahun 2007 Keterangan % Ap (Non SBI) PPA Produktif

Lancar 1 20,962,324 209,623 Dapersus 5 499,800 24,990

Kurang Lancar

15 14,036 2,105 Diragukan 50 19,932 9,966 Macet 100 101,597 101,597 21,597,689 348,282 Sumber laporan keuangan PT Bank BJB ( data diolah kembali)

Tabel 4.19 PPAP Yang Wajib Dibentuk Tahun 2008 Keterangan % Ap (Non SBI) PPA Produktif

Lancar 1 20,962,324 209,623 Dapersus 5 499,800 24,990

Kurang Lancar

15 14,036 2,105 Diragukan 50 19,932 9,966 Macet 100 101,597 101,597 21,597,689 348,282 Sumber laporan keuangan PT Bank BJB ( data diolah kembali)


(32)

Tabel 4.20 PPAP Yang Wajib Dibentuk Tahun 2009 Keterangan % Ap (Non SBI) PPA Produktif

Lancar 1% 25,759,288 257,593 Dapersus 5% 183,986 9,199

Kurang Lancar

15% 188,216 28,232 Diragukan 50% 30,259 15,130 Macet 100% 180,229 180,229 26,341,978 490,383 Sumber laporan keuangan PT Bank BJB ( data diolah kembali)

Tabel 4.21 Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif

Tahun PPA yang Dibentuk PPA yang Wajib Dibentuk KAP

2006 181.859 177.368 102.59%

2007 248.476 243.133 102.20%

2008 362.009 348.281 103.94%

2009 510.496 490.383 104.10%

Sumber laporan keuangan PT Bank BJB ( data diolah kembali)

Adanya kenaikan rasio PPAP ini disebabkan oleh perbaikan pada aktiva produktif, sehingga PPAP yang dibentuk cukup untuk mengantisipasi adanya kenaikan maupun penurunan kualitas aktiva produktif. Demikian pula sebaliknya, penurunan rasio PPAP ini disebabkan oleh penurunan pada aktiva produktif sehingga PPAP yang dibentuk kurang untuk mengantisipasi adanya kenaikan maupun penurunan kualitas aktiva produktif.


(33)

Tabel 4.22 Penilaian Rasio KAP

Rasio Penambahan

0 % 0

Kenaikan 1% dari 0 1, maksimum 100

Sumber Dandawijaya, Lukman. Manajemen Perbankan Rasio KAP :

Keterangan :

NR: Penilaian Rasio KAP RS: KAP

Tabel 4.23

Nilai Kredit Rasio KAP

2006 2007 2008 2009

RS 102.59 102.2 103.94 104.10

Kenaikan Rasio Kredit (%) 1 1 1 1

NR 102.59 102.2 103.94 104.10

Sumbet tabel 4.21

Nilai kredit rasio KAP dari tahun 2006 sampai dengan 2009 lebih dari 100 dan batas maksimum nilai kredit 100, maka nilai kredit rasio KAP dari tahun 2006 sampai dengan tahun 2009 diakui 100.

Rasio KAP pada tahun 2007 mengalami penurunan dibandingkan pada tahun 2006 dan 2008 hal ini disebabkan adanya penurunan aktiva produktif, sehingga PPAP yang dibentuk kurang untuk mengantisipasi adanya kenaikan maupun penurunan kualitas aktiva produktif. Sedangkan pada tahun 2008 dan

[RS] NR =


(34)

2009 mengalami kenaikan hal ini disebabkan adanya perbaikan aktiva produktif, sehingga PPAP yang dibentuk cukup atau dapat mengantisipasi kenaikan atau penurunan kualitas aktiva produktif.

Untuk melihat perkembangan rasio kualitas aktiva produktif 2006 sampai dengan 2009, penulis sajikan pada tabel dibawah ini :

Tabel 4.24

Perkembangan KAP periode 2006 – 2009

Tahun KAP Kenaikan/penurunan

2006 102.59%

2007 102.20% -0.39%

2008 103.94% 1.74%

2009 104.10% 0.84%

Sumber laporan keuangan PT Bank BJB ( data diolah kembali) Keterangan :

1. Selama periode 2006 sampai dengan periode 2007 PT Bank BJB mengalami kenaikan pada kualitas aktiva produktif (BDR) sebesar 0.46%. 2. Selama periode 2006 sampai dengan periode 2007 PT Bank BJB

mengalami penurunan pada kualitas aktiva produktif (KAP) sebesar 0.39%.

3. Untuk periode 2007 sampai dengan 2008 PT. Bank BJB mengalami kenaikan rasio kualitas aktiva produktif (BDR) sebesar 0.21%.

4. Untuk periode 2007 sampai dengan 2008 PT. Bank BJB mengalami kenaikan rasio kualitas aktiva produktif (KAP) sebesar 1.74%.


(35)

5. Sedangkan untuk periode 2008-2009 Bank BJB mengalami kenaikan rasio kualitas aktiva produktif (BDR) sebesar 0.52%.

6. Dan untuk periode 2008 sampai dengan 2009 PT. Bank BJB mengalami kenaikan rasio kualitas aktiva produktif (KAP) sebesar 0.84%.

4.2.1.3 Manajemen

Aspek manajemen pada penilaian kinerja bank dalam penelitian ini tidak dapat menggunakan pola yang ditetapkan BI tetapi sesuai dengan data yang tersedia diproyeksikan dengan Net Profit Margin.

Net Profit Margin = Laba Bersih x 100 % Pendapatan Operasional

Tabel 4.25 Perhitungan Net Profit Margin periode 2006-2009 Tahun Laba Bersih Pendapatan Operasional NPM(%)

2006 301.070 2.581.002 11.66

2007 376.243 2.679.339 14.04

2008 555.728 3.254.202 17.07

2009 709.106 4.206.631 16.86

Sumber laporan keuangan PT Bank BJB ( data diolah kembali)

4.2.1.4Earning (Rentabilitas)

Rasio rentabilitas dilakukan untuk mengetahui kemampuan bank dalam mendapatkan keuntungan. Penilaian dalam unsur ini yaitu Rasio laba terhadap total asset (Return on Asset) dan rasio beban operasional terhadap pendapatan operasional (BOPO).


(36)

A. Return On Assets (ROA)

Rasio perbandingan antara laba sebelum pajak dan total asset. Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam memperoleh keuntungan secara keseluruhan. Rasio ini dirumuskan dengan :

Return on Assets (ROA) = Laba Sebelum Pajak X 100 % Total Aktiva

Tabel 4.26

Rasio Return On Assets (ROA) periode 2006-2009

Tahun Laba sebelum Pajak Total Aktiva ROA

2006 502.337 21.290.573 2.36%

2007 560.674 23.122.845 2.42%

2008 831.394 26.113.653 3.18%

2009 985.337 32.410.329 3.04%

Sumber laporan keuangan PT Bank BJB ( data diolah kembali)

Rasio ROA pada tahun 2009 yaitu 3.04% turun dibandingkan dengan rasio ROA tahun sebelumnya, ROA pada tahun 2008 sebesar 3.18% dan pada tahun 2007 sebesar 2.42% naik dibandingkan tahun 2006 sebesar 2,36%. Rasio ROA pada PT. Bank BJB periode 2006 sampai dengan 2009 lebih tinggi dibandingkan dengan rasio ROA yang ditetapkan Bank Indonesia, yaitu sebesar 2%. Kenaikan rasio ini menunjukkan semakin baiknya pengelolaan asset bank dalam menghasilkan laba.


(37)

Tabel 4.27

Penilaian Rasio Return On Assets (ROA)

Rasio Nilai Kredit

0% atau negatif 0

Kenaikan 0.015% mulai dari 0% Ditambah 1 maksimum 100 Sumber Dandawijaya. Lukman. Manajemen Perbankan

RD NR=

0.015% NR: Penilaian ROA RD:Rasio ROA

Tabel 4.28

Nilai Kredit Rasio Return On Assets (ROA) periode 2006-2009

2006 2007 2008 2009

RD (%) 2.36 2.42 3.18 3.04

Kenaikan Rasio Kredit (%) 0.015 0.015 0.015 0.015

NR 157.29 161.65 212.25 202.67

Oleh karena nilai kredit dibatasi maksimum 100 maka nilai rasio ROA tahun 2006 sampai dengan tahun 2009 diakui 100.

Untuk melihat perkembangan Rasio Rentabilitas (ROA) tahun 2006 sampai dengan 2009, penulis menyajikannya pada tabel dibawah ini:


(38)

Tabel 4.29

Perkembangan Rasio Return On Assets (ROA) periode 2006-2009

Tahun ROA Kenaikan / Penurunan

2006 2.36%

2007 2.42% 0.06%

2008 3.18% 0.76%

2009 3.04% -0.14%

Sumber laporan keuangan PT Bank BJB ( data diolah kembali)

B. Rasio Beban Operasional terhadap pendapatan operasional (BOPO)

Rasio ini adalah perbandingan antara biaya operasional dengan pendapatan operasional dalam mengukur tingkat efisiensi dan kemampuan bank dalam melakukan kegiatan operasionalnya. Dalam hal ini perlu diketahui bahwa usaha utama bank adalah menghimpun dana dari masyarakat dan selanjutnya menyalurkan kembali pada masyarakat dalam bentuk kredit, sehingga beban bunga dan hasil bunga merupakan porsi terbesar bagi bank. Rasio ini dirumuskan dengan :

BOPO= Biaya (beban) Operasional X 100% Pendapatan Operasional


(39)

Tabel 4.30

Rasio BOPO periode 2006-2009 PT. Bank BJB

Tahun Beban Operasional Pendapatan Operasional BOPO

2006 2.076.708 2.581.002 80.46%

2007 2.119.967 2.679.339 79.12%

2008 2.441.619 3.254.202 75.03%

2009 3.251.648 4.206.631 77.29%

Sumber laporan keuangan PT Bank BJB ( data diolah kembali)

Pada tahun 2006,2007 dan 2008 Rasio BOPO mengalami penurunan. Penurunan rasio tersebut menunjukkan semakin baiknya tingkat efisiensi yang dijalankan oleh Bank BJB.

Sedangkan Rasio BOPO periode 2009 mengalami kenaikan ini menunjukkan adanya penurunan terhadap tingkat efisiensi yang dijalankan oleh Bank BJB.

Tabel 4.31 Penilaian Rasio BOPO

Rasio Nilai Kredit

100% atau lebih 0

Penurunan 0.08% Ditambah 1 maksimum 100

Sumber Dandawijaya. Lukman. Manajemen Perbankan [RS-RD]

NR= 0.08% Keterangan :


(40)

NR: Penilaian ROA RS :Rasio = 100% RD: Rasio BOPO

Tabel 4.32

Nilai Kredit Rasio BOPO periode 2006-2009

2006 2007 2008 2009

RS (%) 100 100 100 100

RD (%) 80.46 79.12 75.03 77.29

Penurunan Rasio Kredit 0.08 0.08 0.08 0.08

NR 244.45 261 312.215 283.375

Sumber laporan keuangan PT Bank BJB ( data diolah kembali)

Oleh karena nilai kredit dibatasi maksimum 100 maka nilai rasio BOPO dari 2006 sampai dengan 2009 diakui 100.

Untuk melihat perkembangan Rasio Rentabilitas BOPO periode 2006 sampai dengan 2009, penulis sajikan pada tabel berikut ini:

Tabel 4.33

Perkembangan Rasio BOPO periode 2006-2009

Tahun Rasio BOPO Kenaikan/ Penurunan

2006 80.46%

2007 79.12% -1,34%

2008 75.03% -4.09%


(41)

1. Selama periode 2006 sampai 2008 rasio ROA pada PT Bank BJB Bandung mengalami kenaikan sebesar 0.06%, dan 0.76%.

2. Selama periode 2008 sampai 2009 rasio ROA pada PT Bank BJB Bandung mengalami penurunan sebesar 0.14%.

3. Selama periode 2006 sampai 2008 rasio BOPO pada PT Bank BJB Bandung mengalami penurunan sebesar -1,34%, -4.09%.

4. Selama periode 2008 sampai 2009 rasio ROA pada PT Bank BJB Bandung mengalami kenaikan sebesar 2.26%.

4.2.1.5 Liquidity ( Likuiditas ) a. Loan To Deposit Ratio (LDR)

Rasio ini adalah rasio yang mengukur perbandingan jumlah kredit yang diberikan bank dengan dana yang diterima oleh bank, menggambarkan kemampuan bank dalam membayar kembali penarikan dana oleh deposan dengan mengandalkan kredit yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya. Oleh karena itu, semakin tinggi rasionya memberikan indikasi rendahnya kemampuan likuiditas bank tersebut, hal ini sebagai akibat jumlah dana yang diperlukan untuk membiayai kredit menjadi semakin besar. Rumus yang digunakan untuk menghitung LDR :

Loan To Deposit Ratio = Jumlah kredit yang diberikan X 100 % Total Dana Pihak Ketiga


(42)

Tabel 4.34

Perhitungan Rasio LDR periode 2006-2009 Tahun Kredit Dana Pihak

Ketiga

LDR 2006 11,760,152 15,540,826 75.67% 2007 13,026,747 16,485,381 79.02% 2008 16,409,145 18,347,050 89.44% 2009 19,562,012 23,718,912 82.47%

Sumber laporan keuangan PT Bank BJB ( data diolah kembali)

Kenaikan Rasio LDR disebabkan karena masing- masing komponen mengalami kenaikan baik pemberian kredit maupun dana pihak ketiga yang diperoleh.

Tabel 4.35

Penilaian Rasio LDR periode 2006-2009

Rasio Nilai Kredit Penambahan

110% atau lebih 0 0

Kurang dari 110% Penurunan 1% 4, maksimum 100 Sumber Dandawijaya, Lukman. Manajemen Perbankan Rasio LDR:

NR= [RS-RD] x 4 1%

Keterangan :

NR : Penilaian LDR RS : Rasio=110% RD : Rasio LDR


(43)

Tabel 4.36

Nilai Kredit Rasio LDR periode 2006-2009

2006 2007 2008 2009

RS ( %) 110 110 110 110

RD (LDR) % 75.67 79.02 89.44 82.47

Penurunan Rasio Nilai Kredit

1 1 1 1

NR 137.32 143.92 102.24 130.12

Sumber tabel 4.34

Oleh karena nilai kredit dibatasi maksimal 100, maka nilai rasio LDR untuk tahun 2006 sampai dengan 2009 diakui 100.

Tabel 4.37

Perkembangan Rasio LDR periode 2006-2009

Tahun LDR Kenaikan/penurunan

2006 75.67%

2007 79.02% 3.35%

2008 89.44% 10.42%

2009 82.47% -6.97%


(44)

b. Rasio Net Call Money to Current Assets (NCM to CA)

Rasio ini menunjukkan besarnya kewajiban bersih call money terhadap aktiva lancar atau aktiva yang paling likuid dari bank, yang dirumuskan sebagai berikut:

Rasio Kewajiban Bersih Call Money = Kewajiban Bersih Call Money X 100 % Aktiva Lancar

Tabel 4.38

Perkembangan Rasio NCM to CA periode 2006-2009 Tahun Kewajiban bersih

antar Bank

Aktiva Lancar Rasio NCM to CA

2006 795,618 7,350,471 10.82% 2007 1,681,755 6,814,652 24.68% 2008 2,322,237 6,151,751 37.75% 2009 2,323,050 7.884.690 29.46%

Sumber laporan keuangan PT Bank BJB ( data diolah kembali) Rasio likuiditas diatas menunjukkan bahwa tiap tahunnya bank mengalami kenaikan, hal ini menunjukkan bahwa kewajiban bank lebih besar dari tagihannya, sehingga menunjukkan semakin kurang likuiditas yang dimiliki.

Tabel 4.39

Pernilaian Rasio NCM to CA

Rasio Nilai kredit

100% atau lebih 0


(45)

Rasio NCM to CA : NR= [RS-RD]

1% Keterangan :

NR : Penilaian NCM to CA RS : RASIO=100%

RD : Rasio LDR

Tabel 4.40

Nilai Rasio NCM to CA

2006 2007 2008 2009

RS (%) 100 100 100 100

RD (%) 10.82 24.68 37.75 29.46

Penurunan Rasio Kredit (%) 1 1 1 1

NR 89.18 75.32 62.25 70.54

Sumber tabel 3.38

Penilaian Rasio NCM to CA dari tahun 2006 sampai dengan 2009 mengalami perubahan yang signifikan.

Untuk melihat perkembangan rasio NCM to CA periode 2006 sampai dengan 2009, penulis menyajikan pada tabel berikut ini:


(46)

Tabel 4.41

Perkembangan Nilai Rasio NCM to CA periode 2006 - 2009

Tahun Rasio NCM to CA Kenaikan/penurunan

2006 10.82%

2007 24.68% 13.86%

2008 37.75% 13.07%

2009 29.46% -8.29%

Sumber laporan keuangan PT Bank BJB ( data diolah kembali)

1. Selama periode 2006 sampai 2008 rasio LDR pada PT Bank BJB Bandung mengalami kenaikan sebesar 3.35%, 10.42%.

2. Selama periode 2008 sampai 2009 rasio LDR pada PT Bank BJB Bandung mengalami penurunan sebesar 6.97%

3. Selama periode 2006 sampai 2008 rasio NCM pada PT Bank BJB Bandung mengalami kenaikan sebesar 13.86%, 13.07%.

4. Selama periode 2008 sampai 2009 rasio NCM pada PT Bank BJB Bandung mengalami penurunan sebesar 8.29% .


(47)

4.2.1.6Nilai Bersih Rasio CAMEL periode 2006 sampai dengan 2009 pada PT Bank BJB Bandung.

Nilai bersih Rasio CAMEL pada Bank BJB dari periode 2006 sampai dengan periode 2009 dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 4.42 Nilai bersih Rasio CAMEL periode 2006

Aspek CAMEL

Nilai Rasio CAMEL 2006 (%)

Nilai

Kredit Bobot

Nilai Kredit

Akhir

CAR 15,52 100 0.25 25.00

BDR 0,30 100 0.25 25.00

KAP 102,59 100 0.05 5.00

NPM 11, 66 100 0.25 25.00

ROA 2,36 100 0.05 5.00

BOPO 80, 46 100 0.05 5.00

NCM to

CA 10,82 89.18 0.05 4.46

LDR 75,57 100 0.05 5.00


(48)

Tabel 4.43 Nilai bersih Rasio CAMEL periode 2007 Aspek CAMEL Nilai Rasio CAMEL 2007 (%) Nilai

Kredit Bobot

Nilai Kredit

Akhir

CAR 17,77 100 0.25 25.00

BDR 0,76 98.27 0.25 24.57

KAP 102,20 100 0.05 5.00

NPM 14,04 100 0.25 25.00

ROA 2,42 100 0.05 5.00

BOPO 79,12 100 0.05 5.00

LDR 79,02 100 0.05 5.00

NCM to

CA 24,68 75.32 0.05 3.76

Nilai Bersih Rasio CAMEL 98.33

Tabel 4.44 Nilai bersih Rasio CAMEL periode 2008

Aspek CAMEL

Nilai Rasio CAMEL 2008 (%)

Nilai

Kredit Bobot

Nilai Kredit

Akhir

CAR 15,39 100 0.25 25.00

BDR 0,97 96.87 0.25 24.22

KAP 103,94 100 0.05 5.00

NPM 17,07 100 0.25 25.00

ROA 3,18 100 0.05 5.00

BOPO 75, 03 100 0.05 5.00

LDR 89,44 100 0.05 5.00

NCM to CA 37,75 62.25 0.05 3.11

Nilai Bersih Rasio CAMEL


(49)

Tabel 4.45 Nilai bersih Rasio CAMEL periode 2009

Aspek CAMEL

Nilai Rasio CAMEL 2009 (%)

Nilai

Kredit Bobot

Nilai Kredit

Akhir

CAR 21.19 100 0.25 25.00

BDR 1,45 93.67 0.25 23.42

KAP 104,10 100 0.05 5.00

NPM 16,86 100 0.25 25.00

ROA 3,04 100 0.05 5.00

BOPO 77,29 100 0.05 5.00

LDR 82,47 100 0.05 5.00

NCM to CA 29,46 70.54 0.05 3.53

Nilai Bersih Rasio CAMEL

96.95

Tabel 4.46 Predikat Tingkat Kesehatan Bank

Nilai Predikat

81-100 Sehat

66-81 Cukup Sehat

51-66 Kurang Sehat


(50)

Tabel 4.47 Predikat Penilaian Tingkat Kesehatan Bank PT Bank BJB

Tahun Nilai Bersih CAMEL Predikat

2006 99,46 Sehat

2007 98,34 Sehat

2008 97,33 Sehat

2009 96.95 Sehat

Berdasarkan hasil perhitungan nilai bersih masing-masing rasio yang tertera dalam tabel diatas terlihat bahwa nilai bersih keseluruhan aspek CAMEL PT Bank BJB dinilai sehat hanya saja dari tahun ke tahun nilai bersih rasio CAMEL mengalami penurunan ini disebabkan oleh adanya beberapa faktor CAMEL yang mengalami penurunan seperti adanya penurunan rasio LDR pada tiap periode. LDR mengalami penurunan tiap periodenya dikarenakan adanya penurunan jumlah pemberian kredit dibandingkan dengan total dana yang terhimpun sehingga perolehan keuntungan menurun.


(51)

4.2.2 Perkembangan Rasio CAMEL pada PT. Bank BJB periode 2006 – 2009.

Untuk melihat perkembangan rasio CAMEL pada PT. Bank BJB Bandung penulis menyajikannya dalam tabel dibawah ini:

Tabel 4.48

Perkembangan Rasio CAMEL pada PT. Bank BJB periode 2006 – 2009.

Tahun Tingkat Perkembangan

Nilai Akhir Kredit

Kenaikan/Penurunan %

2006 99,46 - -

2007 98,34 (1.12) 1.13%

2008 97,33 (1.01) 1.03%

2009 96.95 (0.38) 0.39%

Berdasarkan tabel diatas terlihat bahwa dari periode 2006 sampai dengan periode 2009 nilai bersih rasio CAMEL mengalami penurunan LDR hal ini terjadi karena adanya penurunan jumlah pemberian kredit dibandingkan dengan total dana yang terhimpun sehingga perolehan keuntungan menurun .


(52)

30 BAB III

OBJEK DAN METODE PENELITIAN

3.1 Objek Penelitian

Objek penelitian merupakan sesuatu yang menjadi perhatian dalam suatu penelitian, objek penelitian ini menjadi sasaran dalam penelitian untuk mendapatkan jawaban ataupun solusi dari permasalahan yang terjadi. Definisi objek penelitian menurut Husein Umar (2006:303) “Objek penelitian menjelaskan tentang apa atau siapa yang menjadi objek penelitian. Juga dimana dan kapan penelitian dilakukan.

Berdasarkan definisi objek penelitian diatas, maka yang menjadi objek penelitian dalam penelitian ini adalah tingkat kesehatan Bank pada PT.Bank BJB Bandung, laporan keuangan PT.Bank BJB Bandung, perkembangan tingkat kesehatan PT.Bank BJB Bandung.

3.2 Metode penelitian

Metode penelitian merupakan cara penelitian yang digunakan untuk

mendapatkan data untuk mencapai tujuan tertentu. Menurut Sugiyono (2007:1) “Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu”.

Peneliti menggunakan metode analisis deskriptif. Sugiyono (2007:9) mengemukakan bahwa “metode analisis deskriptif adalah metode yang digunakan untuk menggambarkan atau menganalisis suatu hasil penelitian tetapi tidak digunakan untuk membuat kesimpulan yang lebih luas.


(53)

Dengan menggunakan metode penelitian akan diketahui gambaran mengenai tingkat kesehatan bank dengan metode CAMEL pada Bank BJB Bandung.

3.2.1 Desain Penelitian

Dalam melakukan suatu penelitian sangat diperlukan perencanaan dan perancangan penelitian, agar penelitian yang dilakukan dapat berjalan dengan baik dan sistematis.

Desain penelitian menurut Moh. Nazir (2003:84) bahwa:

“Desain Penelitian adalah semua proses yang diperlukan dalam perencanaan dan pelaksanaan penelitian”.

Langkah-langkah desain penelitian adalah :

1. Menetapkan permasalahan sebagai indikasi dari fenomena penelitian yaitu penurunan nilai bersih rasio CAMEL selanjutnya menetapkan judul penelitian yaitu analisis tingkat kesehatan bank dengan metode CAMEL pada PT. Bank BJB Bandung periode 2006-2009.

2. Mengidentifikasi permasalahan yang terjadi yaitu penurunan nilai bersih rasio CAMEL.

3. Menetapkan rumusan masalah tentang penurunan nilai bersih rasio CAMEL.

4. Menetapkan tujuan penelitian yaitu mencari tau faktor-faktor apa sajakah yang menyebabkan terjadinya penurunan nilai bersih rasio CAMEL. 5. Menetapkan konsep variable sekaligus pengukuran variable penelitian


(54)

6. Menetapkan sumber data dan teknik pengumpulan data, sumber data adalah laporan keuangan Bank BJB Bandung.

7. Melakukan analisis data dengan metode CAMEL. 8. Melakukan pelaporan hasil penelitian.

3.2.2 Operasionalisasi Variabel

Operasional variabel merupakan proses penguraian variabel penelitian ke dalam subvariabel, dimensi, indikator sub variabel, dan pengukuran. Adapun syarat penguraian operasionalisasi dilakukan bila dasar konsep dan indikator masing-masing variabel sudah jelas, apabila belum jelas secara konseptual maka perlu dilakukan analisis faktor.

Berdasarkan judul usulan penelitian yang telah dikemukakan sebelumnya yaitu “Analisis Tingkat Kesehatan Bank dengan Menggunakan Metode CAMEL pada PT. Bank BJB Bandung Periode 2006 – 2009 “, maka variabel yang diteliti yaitu:

a. Variabel Bebas / Independent (Varibel X)

Definisi variabel bebas menurut Sugiyono (2008:39) sebagai berikut : “Variabel bebas merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependent (terikat)”. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah metode CAMEL.

Selengkapnya mengenai operasionalisasi variabel dapat dilihat pada tabel di bawah ini :


(55)

Tabel 3.1 Operasional Variabel

Variabel Konsep Variabel Indikator Ukuran Skala

Rasio CAMEL "Analisa rasio CAMEL yaitu suatu analisis keuangan bank dan alat pengukuran kinerja bank yang ditetapkan oleh Bank Indonesia untuk mengetahui tentang tingkat kesehatan bank yang bersangkutan dari berbagai aspek yang berpengaruh terhadap kondisi dan

perkembangan suatu bank dengan menilai faktor-faktor penilaian tingkat kesehatan bank". Kasmir (2008:52)

1.Capital CAR = Total Modal x 100 % ATMR

Rasio

2.Asset

BDR = Aktiva Produktif Yang diklasifikasi x100 % Aktiva Produktif

KAP = PPAP Dibentuk x 100 % PPAP yg wajib dibentuk

Rasio

3.Management NPM = Laba Bersih X 100% Pendapatan Operasional

Rasio

4.Earning

5.Liquidity

ROA= Laba Sebelum Pajak X 100 % Total Aktiva

BOPO= Biaya Operasional X 100% Pendapatan Operasional

LDR = Total Kredit x 100 % DPK3

NCM to CA = Call Money x 100% Aktiva Lancar

Rasio


(56)

3.2.3 Sumber dan Tehnik Penentuan Data 3.2.3.1 Sumber Data

Sumber data yang digunakan peneliti dalam penelitian mengenai “Analisis Tingkat Kesehatan Bank dengan Menggunakan Metode CAMEL pada PT. Bank BJB Bandung Periode 2006 – 2009“, yaitu:

1. Data Primer

Definisi data primer menurut Sugiyono (2009:137) sebagai berikut :

“Sumber primer merupakan sumber data yang langsung memberikan data kepada

pengumpul data.”

Data primer dalam penelitian ini yaitu berupa laporan keuangan Bank BJB periode 2006 – 2009.

2. Data Sekunder

Definisi data sekunder menurut Sugiyono (2009:137) sebagai berikut :

“Sumber sekunder merupakan sumber data yang diperoleh dengan cara membaca,

mempelajari dan memahami melalui media lain yang bersumber dari literatur, buku-buku, serta dokumen perusahaan.”

Data sekunder dalam penelitian ini yaitu informasi mengenai data-data terkait dengan tingkat kesehatan pada PT. Bank BJB Bandung.


(57)

3.2.3.2 Metode Pengumpulan Data

a. Penelitian Kepustakaan (library research)

Menurut Sugiyono (2007:20) penelitian kepustakaan merupakan teknik mengumpulkan data dimana penulis mengambil data sekunder yang dibutuhkan dari berbagai literatur yang berhubungan dengan subjek penelitian, dengan cara : 1. Quatasi yaitu mengutip dengan menggunakan kata-kata penulis seperti

aslinya.

2. Phrase yaitu mengutip dengan menggunakan kata- kata penulis sendiri. 3. Summary yaitu mengambil atau menerangkan inti sari dari sumber pustaka. b. Penelitian Lapangan (field research)

Merupakan teknik mengumpulkan data dimana penulis mengambil data Primer yang dibutuhkan dengan cara :

1) Observasi

Yaitu mengumpulkan dan mencatat data-data yang berhubungan, dengan cara melihat secara langsung objek yang diamati.

2) Wawancara

Yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengadakan Tanya-jawab dengan pihak-pihak yang bersangkutan, yaitu wawancara dengan pemimpin bagian akuntansi Bank BJB Bandung untuk mendapatkan data yang diperlukan.


(58)

3.2.4 Rancangan Analisis

Rancangan Analisis Deskriptif ( kuantitatif )

Penulis dalam menyusun laporan usulan penelitian ini tentang analisis rasio CAMEL pada PT. Bank BJB Bandung menggunakan analisis deskriptif kuantitatif yaitu data yang diperoleh dan dianalisa dengan dasar teori yang ada sehingga memberikan suatu gambaran dan perhitungan yang cukup jelas. Selanjutnya diteliti kemudian diambil suatu kesimpulan dari hasil analisis tersebut, dan atas kesimpulan tersebut dianjurkan saran untuk perbaikan yang diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan bagi perusahaan.

Adapun analisis data yang yang dilakukan penulis sebagai berikut :

1. Menjelaskan perkembangan rasio CAMEL pada PT. Bank BJB Bandung selama periode 2006-2008 dengan cara menghitung:

A. CAR = Total Modal x 100 %

Aktiva Tertimbang Menurut Resiko (ATMR) B. KAP = Aktiva Produktif Yang diklasifikasikan x 100 %

Aktiva Produktif

C. BDR = Aktiva Produktif yang diklasifikasikan X 100 Total Aktiva Produktif

D. NPM = Laba Bersih x 100 % Pendapatan Operasional

E. ROA = Laba Sebelum Pajak x 100% Total Aktiva


(59)

F. BOPO = Biaya Operasional x 100 % Pendapatan Operasional

G. LDR = Total Kredit x 100 % DPK3

H. NCM to CA = Rasio Kewajiban Call Money X 100% Aktiva Lancar


(60)

1 1.1 Latar Belakang Penelitian

Kesehatan merupakan hal penting di dalam berbagai kehidupan, baik bagi manusia maupun perusahaan. Kondisi yang sehat akan meningkatkan kinerja dan kemampuan kerja serta kemampuan lainnya pada suatu perusahaan. Sama seperti halnya manusia yang harus selalu menjaga kesehatannya, perbankan juga harus dinilai kesehatannya agar tetap prima dalam melayani nasabahnya.

Berdasarkan pasal 29 UU No. 7 Tahun 1992 sebagaimana telah diubah dengan UU No. 10 tahun 1998 tentang perbankan, bank wajib memelihara tingkat kesehatannya sesuai dengan ketentuan kecukupan modal, kualitas asset, kualitas manajemen, likuiditas, profitabilitas, dan solvabilitas, serta aspek lain yang berkaitan dengan usaha bank dan wajib melakukan kegiatan usaha sesuai dengan prinsip kehati – hatian.

Seiring dengan krisis multi dimensi yang menimpa Indonesia sejak pertengahan tahun 1997 yang dimulai dengan merosotnya nilai rupiah terhadap dolar Amerika Serikat telah menghancurkan sendi-sendi ekonomi termasuk pada sektor perbankan. Krisis moneter yang terus menerus mengakibatkan krisis kepercayaan, akibatnya kinerja bank mengalami penurunan. Hal ini menyebabkan banyak bank yang lumpuh karena dihantam kredit macet.

Dalam Seminar Restrukturisasi Perbankan di Jakarta pada tahun 1998 disimpulkan beberapa penyebab menurunnya kinerja bank, antara lain :


(61)

a. Semakin meningkatnya kredit bermasalah perbankan.

b. Dampak likuidasi bank-bank 1 November 1997 yang mengakibatkan turunnya kepercayaan masyarakat terhadap perbankan dan pemerintah, sehingga memicu penarikan dana secara besar-besaran.

c. Semakin turunnya permodalan bank- bank.

d. Banyak bank-bank tidak mampu kewajibannya karena menurunnya nilai tukar rupiah.

e. Manajemen tidak profesional.

Di Indonesia ini banyak kita jumpai bank, baik bank milik negara, swasta, pemerintah, atau yang lainnya. Salah satu unsur yang sangat diperhatikan oleh bank adalah kinerja bank tersebut, dengan kata lain yaitu masalah tingkat kesehatannya. Banyak para pemegang rekening giro, deposito ataupun tabungan ingin mengetahui tingkat kesehatan suatu bank dimana ia menanamkan dananya. Untuk menilai tingkat kesehatan bank dapat dinilai dari beberapa indikator. Salah satu indikator utama yang dijadikan dasar penilaian adalah laporan keuangan bank yang bersangkutan.

Dalam menentukan tingkat kesehatan suatu bank, Bank Indonesia menilai atas dasar keadaan keuangan bank yaitu meliputi likuiditas, profitabilitas, dan solvabilitas dan atas dasar kualitas aktiva produktif yaitu kekayaan bank berupa penanaman dalam berbagai aktiva yang diharapkan dapat memberi penghasilan kepada bank.

Berdasarkan laporan keuangan akan dapat dihitung sejumlah rasio keuangan yang lazim dijadikan dasar penilaian tingkat kesehatan bank. Analisis


(62)

rasio keuangan memungkinkan manajemen untuk mengidentifikasikan perubahan pokok pada trend jumlah, dan hubungan serta alasan perubahan tersebut. Hasil analisis laporan keuangan akan membantu mengintepretasikan berbagai hubungan serta kecenderungan yang dapat memberikan dasar pertimbangan mengenai potensi keberhasilan perusahaan dimasa mendatang. Kesehatan bank tidak hanya penting bagi kelangsungan kegiatan operasional suatu bank, tetapi juga penting bagi sistem perbankan dan perkembangan perekonomian suatu negara, karena bank yang sehat akan berpengaruh positif terhadap kepercayaan masyarakat dan tercapainya sistem perekonomian yang efektif dan efisien.

Untuk menilai kesehatan bank berdasarkan aktivitas yang dilakukannya, maka bank harus melakukan evaluasi terhadap kesehatan bank tersebut. Sistem penilaian kesehatan bank di Indonesia maupun di dunia Internasional meliputi Capital, Asset quality, Management, Earning ability, dan Liquidity atau yang lazim disebut metode CAMEL. Aspek – aspek tersebut satu dengan yang lainnya saling terkait, sehingga keseluruhan tidak dapat dipisahkan.

Maka dilihat dari penjelasan diatas penulis ingin mengangkat fenomena tentang penurunan nilai bersih rasio CAMEL yang terjadi di PT. Bank BJB Bandung karena penurunan nilai CAMEL ini berpengaruh terhadap tingkat kesehatan bank dan penulis ingin menganalisis faktor - faktor apa saja yang menyebabkan terjadinya penurunan kesehatan bank melalui metode CAMEL pada periode 2006-2009 di PT. Bank BJB Bandung.


(63)

Maka dari itu penulis menggambarkan fenomenanya pada tabel di bawah ini :

Tabel 1.1

Fenomena penurunan nilai bersih CAMEL pada PT. Bank BJB Bandung

RASIO 2006

(%)

2007 (%)

2008 (%)

2009 (%)

CAR 15,52 17,77 15,39 21,19

BDR 0,30 0,76 0,97 1.45

KAP 102,59 102,20 103,94 104.10

NPM 11, 66 14,04 17,07 16,86

ROA 2,36 2,42 3,18 3,04

BOPO 80, 46 79,12 75, 03 77,29

LDR 75,57 79,02 89,44 82.47

NCM to CA 10,82 24,68 37,75 29.46

NA 99,46 98,34 97,33 96.95

Sumber laporan keuangan PT. Bank BJB Bandung ( data diolah kembali )

Dilihat dari tabel diatas penulis menemukan permasalahan bahwa terjadi penurunan nilai bersih CAMEL pada periode tahun 2006 – 2009. Berdasarkan survey awal ada beberapa faktor penyebab penurunan nilai bersih CAMEL diantaranya menurunnya nilai kecukupan modal perusahaan dan adanya penurunan nilai kualitas asset.

Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka penulis tertarik untuk mengetahui dan meneliti masalah tersebut dengan judul “ Analisis Tingkat Kesehatan Bank dengan Menggunakan Metode CAMEL pada PT. Bank BJB Bandung Periode 2006 – 2009 “.


(64)

1.2 Identifikasi dan Rumusan Masalah 1.2.1 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian diatas dapat diidentifikasikan permasalahan sebagai berikut :

1. Krisis ekonomi memberikan dampak negatif terhadap pertumbuhan operasional suatu bank.

2. Adanya penurunan nilai bersih kesehatan bank yang jika dibiarkan bisa mengakibatkan penurunan predikat bank yang sehat.

1.2.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan Identifikasi diatas maka penulis dapat menarik rumusan masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana hasil perhitungan rasio CAMEL pada PT. Bank BJB periode 2006-2009.

2. Bagaimana perkembangan rasio CAMEL pada PT. Bank BJB periode 2006 – 2009.

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1 Maksud Penelitian

Maksud Penelitian ini adalah untuk mengumpulkan data mengenai Tingkat kesehatan Bank pada PT. Bank BJB Bandung.


(65)

1.3.2 Tujuan Penelitian

1. Untuk Mengetahui hasil perhitungan Rasio CAMEL pada PT. Bank BJB periode 2006 – 2009.

2. Untuk mengetahui perkembangan rasio CAMEL pada PT. Bank BJB periode 2006 – 2009.

1.4 Kegunaan Penelitian 1.4.1 Kegunaan Praktis

Sebagai tambahan informasi mengenai Analisis tingkat kesehatan bank Pada PT. Bank BJB Bandung, sehingga Bank BJB akan lebih baik lagi dan lebih berkembang.

1.4.2 Kegunaan Akademis

Penelitian yang dilakukan penulis ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi banyak pihak yang terkait. Adapun kegunaan dari penelitian ini adalah :

1. Bagi Penulis

Penulis dapat lebih memahami dan memperdalam ilmu mengenai keuangan dan perbankan dan manajemen dana bank secara khusus serta dapat mengetahui realisasi antara teori yang diperoleh selama proses belajar dengan praktek yang terjadi dilapangan.


(66)

2. Bagi Perusahaan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi tambahan serta masukan bagi kemajuan PT. Bank BJB. Serta sebagai sumbangan nilai bagi perusahaan yang berupa saran dan usulan-usulan sebagai bahan pertimbangan untuk kemajuan perusahaan tersebut. Khususnya dalam memelihara kesehatan bank.

3. Bagi Pihak lain

Diharapkan dengan adanya penelitian ini dapat memberikan informasi yang bermanfaat serta dapat dijadikan sebagai referensi dalam penyusunan UP dengan tema yang sama dan dapat dijadikan sebagai perbandingan didalam melakukan penelitian.

1.5 Lokasi dan Waktu penelitian 1.5.1 Lokasi Penelitian

Penelitian dan pengumpulan data dilakukan pada PT. Bank BJB Kantor Pusat Bandung di divisi Akuntansi.

1.5.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan mulai bulan Februari 2011 sampai Juni 2011 Adapun jadwal penelitian penulis sebagai berikut :


(67)

Tabel 1.2 Jadwal Penelitian

Tahap Prosedur

Bulan Februari

2011

Maret 2011

April 2011

Mei 2011

Juni 2011 I

Tahap Persiapan :

Pembuatan Proposal penelitian Bimbingan dengan Pembimbing Menentukan Tempat Penelitian

II

Tahap Pelaksanaan :

Mengajukan Outline dan

Proposal penelitian

Meminta Surat Pengantar ke

perusahaan

Penelitian Di Perusahaan

Penyusunan penelitian

III

Tahap Pelaporan:

Menyiapkan draft penelitian


(68)

v

Menggunakan Metode CAMEL Pada PT. Bank BJB Bandung Periode 2006 –2009”. Dibawah bimbingan ibu Linna Ismawati, S.E M.Si

This research is conducted in accounting division of BJB Bank. Decline in CAMEL ratio is the fenomena. The background of this study is the importance of bank health, because a healthy bank will give a positive influenze to people trust and make an economic system good, so is not only important to the operational and non-operational activity of a bank but also for the economic system and development of nation. The object of this research is factors that cause the decline of CAMEL ratio, the calculation of health level of BJB Bank and solution to over come the decline of CAMEL ratio.

In this research the writer uses desciptive analyze, where the writer calculates the health level of that bank with CAMEL ratio. Which conclude the condition of capital, assets quality, management, earning and liquidity ratio. Then the writer also give the solution for solving the declination in bank performance.

The research refills the decline of CAMEL occurreds because LDR (loan to deposit ratio) declination, it is happened because the credit amount is decreasing compared to collected fund so that create a declination in profit. Keywords: Bank Performance Ratio (CAMEL)


(69)

iv

Menggunakan Metode CAMEL Pada PT. Bank BJB Bandung Periode 2006 –2009”. Dibawah bimbingan ibu Linna Ismawati, S.E M.Si

Penelitian ini dilakukan pada divisi Akuntansi Bank BJB Bandung. Fenomena yang terjadi adalah adanya penurunan nilai bersih rasio CAMEL. Hal yang melatarbelakangi penelitian ini adalah bahwasanya kesehatan adalah hal terpenting bagi kelangsungan kegiatan operasional maupun non-operasional suatu bank, tetapi juga penting bagi sistem dan perkembangan perekonomian suatu Negara, karena bank yang sehat akan berpengaruh positif terhadap kepercayaan masyarakat dan tercapainya sistem perekonomian yang baik. Dalam hal ini masalah yang diteliti adalah mengenai faktor-faktor yang menyebabkan penurunan nilai bersih Rasio CAMEL, Perhitungan tingkat kesehatan Bank BJB Bandung, dan solusi untuk memperbaiki penurunan nilai bersih Rasio CAMEL tersebut.

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan analisis deskriptif dimana penulis menghitung tingkat kesehatan Bank BJB Bandung dengan Rasio CAMEL dimana pada rasio tersebut dilihat bagaimana kondisi permodalan, kualitas asset, Manajemen, Rasio Rentabilitas dan Rasio Likuiditasnya. Selain itu dijelaskan solusi jika terjadi penurunan kinerja bank.

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa terjadi penurunan nilai bersih rasio CAMEL terjadi karena adanya penurunan LDR dimana penurunan LDR terjadi karena adanya penurunan jumlah pemberian kredit dibandingkan dengan total dana yang terhimpun sehingga perolehan keuntungan menurun.


(70)

vi

melimpahkan Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan tugas akhir ini, Shalawat dan Salam semoga tercurah atas Rasulullah SAW, keluarga, sahabat serta para pengikutnya hingga akhir zaman. Amin.

Penulis menyadari dalam penyusunan laporan tugas akhir ini masih jauh dari sempurna. Akan tetapi selama penyusunan laporan tugas akhir ini penulis mendapat banyak bantuan dari berbagai pihak, baik dorongan moril maupun materil. Oleh karena itu pada kesempatan ini, dengan tulus penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada :

1. Dr. Ir. Eddy Soeryanto Soegoto, Selaku Rektor Universitas Komputer Indonesia.

2. Prof. Dr. Hj. Umi Narimawati, Dra.,SE.,M.Si. Selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Komputer Indonesia.

3. Ibu Linna Ismawati, SE.,M.Si. Selaku Ketua Program Studi Keuangan dan Perbankan dan Selaku Dosen Pembimbing yang berbaik hati membimbing dalam penyusunan Laporan Tugas Akhir di Universitas Komputer Indonesia. 4. Ibu Windi Novianti, SE.,MM selaku dosen wali Kp-1 Program Studi

Keuangan Dan Perbankan Universitas Komputer Indonesia. 5. Kepada Dosen dan staff Program Studi Keuangan dan Perbankan.

6. Ibu Riana Mayaditya, Ibu Novi, Ibu Er, mba Venni, pak Rully, pak Hermawan dan segenap Pegawai Bank Jabar Banten khususnya yang telah


(71)

vii

yang tulus sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan tugas akhir ini. 8. Adikku, terima kasih juga atas kasih sayang dan dukungannya.

9. Buat sahabat-sahabat Penulis Laely, Elmi, Puspa, Lizza, Herni , Sri, Angga terima kasih atas bantuannya selama ini.

10. Semua teman-teman Penulis khususnya Kp-1 semuanya yang tidak bisa disebutkan satu persatu, terima kasih atas bantuan dan dukungannya, kompak selalu ya.

Sekali lagi penulis banyak mengucapkan terima kasih pada semua, atas segala bantuan dan dukungannya selama ini kepada penulis.

Bandung, Mei 2011


(72)

The Analysis of healthy bank with CAMEL method

at PT. Bank BJB Bandung period 2006-2009

TUGAS AKHIR

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Dalam Menyelesaikan

Pendidikan Diploma III Program Studi Keuangan dan Perbankan

Oleh :

TIA PUTRI HADIANI 21508001

PROGRAM STUDI KEUANGAN DAN PERBANKAN

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

BANDUNG


(1)

8

Tabel 1.2 Jadwal Penelitian

Tahap Prosedur

Bulan Februari

2011

Maret 2011

April 2011

Mei 2011

Juni 2011

I

Tahap Persiapan :

Pembuatan Proposal penelitian Bimbingan dengan Pembimbing Menentukan Tempat Penelitian

II

Tahap Pelaksanaan :

Mengajukan Outline dan

Proposal penelitian

Meminta Surat Pengantar ke

perusahaan

Penelitian Di Perusahaan

Penyusunan penelitian

III

Tahap Pelaporan:

Menyiapkan draft penelitian Penyempurnaan penelitian


(2)

v

Abstract

Tia Putri Hadiani judul “ Analisis Tingkat Kesehatan Bank dengan

Menggunakan Metode CAMEL Pada PT. Bank BJB Bandung Periode 2006

–2009”. Dibawah bimbingan ibu Linna Ismawati, S.E M.Si

This research is conducted in accounting division of BJB Bank. Decline in CAMEL ratio is the fenomena. The background of this study is the importance of bank health, because a healthy bank will give a positive influenze to people trust and make an economic system good, so is not only important to the operational and non-operational activity of a bank but also for the economic system and development of nation. The object of this research is factors that cause the decline of CAMEL ratio, the calculation of health level of BJB Bank and solution to over come the decline of CAMEL ratio.

In this research the writer uses desciptive analyze, where the writer calculates the health level of that bank with CAMEL ratio. Which conclude the condition of capital, assets quality, management, earning and liquidity ratio. Then the writer also give the solution for solving the declination in bank performance.

The research refills the decline of CAMEL occurreds because LDR (loan to deposit ratio) declination, it is happened because the credit amount is decreasing compared to collected fund so that create a declination in profit.


(3)

iv ABSTRAK

Tia Putri Hadiani judul “ Analisis Tingkat Kesehatan Bank dengan

Menggunakan Metode CAMEL Pada PT. Bank BJB Bandung Periode 2006

–2009”. Dibawah bimbingan ibu Linna Ismawati, S.E M.Si

Penelitian ini dilakukan pada divisi Akuntansi Bank BJB Bandung. Fenomena yang terjadi adalah adanya penurunan nilai bersih rasio CAMEL. Hal yang melatarbelakangi penelitian ini adalah bahwasanya kesehatan adalah hal terpenting bagi kelangsungan kegiatan operasional maupun non-operasional suatu bank, tetapi juga penting bagi sistem dan perkembangan perekonomian suatu Negara, karena bank yang sehat akan berpengaruh positif terhadap kepercayaan masyarakat dan tercapainya sistem perekonomian yang baik. Dalam hal ini masalah yang diteliti adalah mengenai faktor-faktor yang menyebabkan penurunan nilai bersih Rasio CAMEL, Perhitungan tingkat kesehatan Bank BJB Bandung, dan solusi untuk memperbaiki penurunan nilai bersih Rasio CAMEL tersebut.

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan analisis deskriptif dimana penulis menghitung tingkat kesehatan Bank BJB Bandung dengan Rasio CAMEL dimana pada rasio tersebut dilihat bagaimana kondisi permodalan, kualitas asset, Manajemen, Rasio Rentabilitas dan Rasio Likuiditasnya. Selain itu dijelaskan solusi jika terjadi penurunan kinerja bank.

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa terjadi penurunan nilai bersih rasio CAMEL terjadi karena adanya penurunan LDR dimana penurunan LDR terjadi karena adanya penurunan jumlah pemberian kredit dibandingkan dengan total dana yang terhimpun sehingga perolehan keuntungan menurun.


(4)

vi

KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan tugas akhir ini, Shalawat dan Salam semoga tercurah atas Rasulullah SAW, keluarga, sahabat serta para pengikutnya hingga akhir zaman. Amin.

Penulis menyadari dalam penyusunan laporan tugas akhir ini masih jauh dari sempurna. Akan tetapi selama penyusunan laporan tugas akhir ini penulis mendapat banyak bantuan dari berbagai pihak, baik dorongan moril maupun materil. Oleh karena itu pada kesempatan ini, dengan tulus penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada :

1. Dr. Ir. Eddy Soeryanto Soegoto, Selaku Rektor Universitas Komputer Indonesia.

2. Prof. Dr. Hj. Umi Narimawati, Dra.,SE.,M.Si. Selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Komputer Indonesia.

3. Ibu Linna Ismawati, SE.,M.Si. Selaku Ketua Program Studi Keuangan dan Perbankan dan Selaku Dosen Pembimbing yang berbaik hati membimbing dalam penyusunan Laporan Tugas Akhir di Universitas Komputer Indonesia. 4. Ibu Windi Novianti, SE.,MM selaku dosen wali Kp-1 Program Studi

Keuangan Dan Perbankan Universitas Komputer Indonesia. 5. Kepada Dosen dan staff Program Studi Keuangan dan Perbankan.

6. Ibu Riana Mayaditya, Ibu Novi, Ibu Er, mba Venni, pak Rully, pak Hermawan dan segenap Pegawai Bank Jabar Banten khususnya yang telah


(5)

vii

mengizinkan penulis melaksanakan penelitian sekaligus pembimbing penulis diperusahaan.

7. Kepada Kedua Orang Tua Penulis, terimakasih atas kasih sayang dan do’a

yang tulus sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan tugas akhir ini. 8. Adikku, terima kasih juga atas kasih sayang dan dukungannya.

9. Buat sahabat-sahabat Penulis Laely, Elmi, Puspa, Lizza, Herni , Sri, Angga terima kasih atas bantuannya selama ini.

10. Semua teman-teman Penulis khususnya Kp-1 semuanya yang tidak bisa disebutkan satu persatu, terima kasih atas bantuan dan dukungannya, kompak selalu ya.

Sekali lagi penulis banyak mengucapkan terima kasih pada semua, atas segala bantuan dan dukungannya selama ini kepada penulis.

Bandung, Mei 2011


(6)

ANALISIS TINGKAT KESEHATAN BANK DENGAN

MENGGUNAKAN METODE CAMEL PADA

PT. BANK BJB BANDUNG PERIODE 2006

2009

The Analysis of healthy bank with CAMEL method

at PT. Bank BJB Bandung period 2006-2009

TUGAS AKHIR

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Dalam Menyelesaikan

Pendidikan Diploma III Program Studi Keuangan dan Perbankan

Oleh :

TIA PUTRI HADIANI 21508001

PROGRAM STUDI KEUANGAN DAN PERBANKAN

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

BANDUNG


Dokumen yang terkait

ANALISIS TINGKAT KESEHATAN BANK DENGAN MENGGUNAKAN METODE CAMEL PADA PT BPR XYZ (Periode 2009-2013)

0 3 73

ANALISIS TINGKAT KESEHATAN BANK DENGAN MENGGUNAKAN METODE CAMEL PADA PT BPR XYZ (Periode 2009-2013

1 7 73

ANALISIS TINGKAT KESEHATAN BANK SYARIAH DENGAN MENGGUNAKAN METODE CAMEL PADA PT. BANK SYARIAH MANDIRI PERIODE 2013-2015

0 5 81

ANALISIS TINGKAT KESEHATAN FINANCIAL BANK DENGAN MENGGUNAKAN RASIO CAMEL PADA PT. BRI SYARIAH Tbk Analisis Tingkat Kesehatan Financial Bank Dengan Menggunakan Rasio Camel Pada Pt. Bri Syariah Tbk Periode 2009-2013.

0 1 15

ANALISIS TINGKAT KESEHATAN BANK DENGAN MENGGUNAKAN METODE CAMEL PADA PT.BANK MANDIRI SYARIAH Analisis Tingkat Kesehatan Bank Dengan Menggunakan Metode Camel Pada PT.Bank Mandiri Syariah (Periode 2006-2010).

0 1 14

PENDAHULUAN Analisis Tingkat Kesehatan Bank Dengan Menggunakan Metode Camel Pada PT.Bank Mandiri Syariah (Periode 2006-2010).

0 3 5

ANALISIS TINGKAT KESEHATAN BANK DENGAN MENGGUNAKAN METODE CAMEL PADA PT BANK MANDIRI SYARIAH Analisis Tingkat Kesehatan Bank Dengan Menggunakan Metode Camel Pada PT.Bank Mandiri Syariah (Periode 2006-2010).

0 1 13

MENGUKUR TINGKAT KESEHATAN BANK DENGAN MENGGUNAKAN METODE CAMEL PADA PT. BANK SYARIAH MANDIRI Mengukur Tingkat Kesehatan Bank Dengan Menggunakan Metode Camel Pada PT. Bank Syariah Mandiri Periode 2008-2011.

0 1 15

ANALISIS TINGKAT KESEHATAN BANK SYARIAH DENGAN MENGGUNAKAN METODE CAMEL ANALISIS TINGKAT KESEHATAN BANK SYARIAH DENGAN MENGGUNAKAN METODE CAMEL (Studi Kasus pada PT BPR Syariah Sragen).

0 0 17

ANALISIS TINGKAT KESEHATAN BANK DENGAN MENGGUNAKAN METODE CAMEL

0 0 209