ANALISIS TINGKAT KESEHATAN BANK SYARIAH DENGAN MENGGUNAKAN METODE CAMEL PADA PT. BANK SYARIAH MANDIRI PERIODE 2013-2015

(1)

TUGAS AKHIR

Oleh: Novia One 20133030004

PROGRAM STUDI AKUNTANSI TERAPAN PROGRAM VOKASI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2016


(2)

ANALISIS TINGKAT KESEHATAN BANK SYARIAH DENGAN MENGGUNAKAN METODE CAMEL PADA PT. BANK SYARIAH

MANDIRI PERIODE 2013-2015

TUGAS AKHIR

Oleh: Novia One 20133030004

PROGRAM STUDI AKUNTANSI TERAPAN PROGRAM VOKASI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2016


(3)

iv

PERNYATAAN Dengan ini saya,

Nama : Novia One

Nomor mahasiswa : 20133030004

Menyatakan bahwa tugas akhir ini dengan judul: “ANALISIS TINGKAT KESEHATAN BANK SYARIAH DENGAN MENGGUNAKAN METODE CAMEL PADA PT. BANK SYARIAH MANDIRI PERIODE 2013-2015” tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar diploma di suatu Perguruan Tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam Daftar Pustaka. Apabila ternyata dalam tugas akhir ini diketahui terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain maka saya bersedia karya tersebut dibatalkan.

Yogyakarta, 31 Desember 2016


(4)

vii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah Subhanahu Wa Ta’ala atas limpahan rahmat dan karunia-Nya peneliti dapat menyelesaikan tugas akhir dengan baik. Dalam penyusunan tugas akhir ini tentu tidak lepas dari dukungan, saran dan bimbingan dari banyak pihak. Oleh karena itu, peneliti mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Sukamta, S.T., M.T., selaku Direktur Program Vokasi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

2. Ibu Barbara Gunawan, S.E., M.Si., Ak., C.A selaku Ketua Program Studi Akuntansi Terapan dan Dosen Pembimbing.

3. Ibu Desi Susilawati, S.E., M.Sc selaku sekretaris Program Studi Akuntansi Terapan.

4. Orang Tua peneliti atas dukungan dan doanya.

5. Semua pihak yang telah memberikan dukungan, bantuan, kemudahan dan semangat dalam proses penyelesaian tugas akhir ini.

Peneliti menyadari dalam penyusunan Tugas Akhir ini terdapat kekurangan dan jauh dari sempurna. Peneliti juga mengharapkan saran dan kritik yang membangun agar menjadi lebih baik lagi. Semoga tugas akhir ini dapat bermanfaat.

Yogyakarta, Desember 2016


(5)

viii

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ...iii

HALAMAN PERNYATAAN ... iv

INTISARI ... v

ABSTRACT ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ...viii

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ...xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Tujuan Penelitian ... 4

C. Manfaat Penelitian ... 5

D. Batasan Masalah... 5

E. Rumusan Masalah ... 6

F. Metodologi Penelitian ... 6

BAB II DASAR TEORI ... 8

A. Pengertian Bank ... 8

1. Pengertian Bank Syariah ... 9

2. Karakteristik Bank Syariah ... 9

3. Perbedaan Bank Syariah dengan Bank Konvensional ... 10

4. Prinsip Kegiatan Bank Syariah ... 12

5. Sumber Dana Bank Syariah ... 17

B. Kesehatan Bank ... 18

C. Metode CAMEL ... 20


(6)

ix

2. Aspek kualitas asset (assets) ... 21

3. Aspek kualitas manajemen (management)... 23

4. Aspek rentabilitas (earning) ... 23

5. Aspek likuiditas (liquidity) ... 25

D. Faktor Pengurang Penilaian Kesehatan Bank ... 26

1. Pelanggaran ketentuan BPMD-Batas Maksimum Penyaluran Dana .... 26

2. Pelanggaran ketentuan PDN-Posisi Devisa Netto ... 27

3. Penelitian terdahulu ... 28

BAB III GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN ... 29

A. Profil Perusahaan ... 29

1. Profil ... 31

2. Kepemilikan Saham ... 32

3. Otorisasi Pengawas Bank ... 32

B. Visi dan Misi ... 32

C. Struktur Organisasi ... 33

D. Produk dan Jasa Bank Syariah Mandiri ... 36

1. Produk-produk Pendanaan ... 36

2. Produk-produk Pembiayaan ... 40

3. Produk Jasa ... 43

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 48

A. Capital (Modal) ... 48

B. Asset (Kualitas Aset) ... 49

C. Management (Manajemen) ... 53

D. Earning (Rentabilitas) ... 54

E. Liquidity (Likuiditas) ... 58

F. Akumulasi Nilai Bersih CAMEL ... 62

BAB V PENITUP ... 66

A. Kesimpulan ... 66


(7)

x DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN


(8)

xi

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1.1 Jumlah Kantor Layanan Syariah dan Unit Usaha Syariah ... 2

Tabel 2.1 Perbedaan Bunga dan Bagi Hasil ... 12

Tabel 2.2 Kriteria Penilaian CAR (Capital Adequacy Ratio) ... 21

Tabel 2.3 Kriteria Penilaian KAP (Kualitas Aset Produktif) ... 22

Tabel 2.4 Kriteria Penilaian PPAP (Penyisihan Penghapusan Aset Produktif) ... 22

Tabel 2.5 Kriteria Penilaian ROA (Return on Asset) ... 24

Tabel 2.6 Kriteria Penilaian BOPO ... 24

Tabel 2.7 Kriteria Penilaian NCM-CA ... 25

Tabel 2.8 Kriteria Penilaian LDR ... 26

Tabel 2.9 Golongan Predikat Kesehatan Bank ... 27

Tabel 4.1 Perhitungan CAR (Capital Adequacy Ratio) tahun 2013-2015 ... 48

Tabel 4.2 Nilai Kredit CAR ... 49

Tabel 4.3 Perhitungan KAP (Kualitas Aset Produktif) tahun 2013-2015 ... 50

Tabel 4.4 Nilai Kredit KAP ... 51

Tabel 4.5 Perhitungan PPAP tahun 2013-2015... 52

Tabel 4.6 Nilai Kredit PPAP ... 53

Tabel 4.7 Perhitungan NPM (Net Profit Margin) tahun 2013-2015 ... 54

Tabel 4.8 Perhitungan ROA (Return On Asset) tahun 2013-2015 ... 55

Tabel 4.9 Nilai Kredit ROA ... 56

Tabel 4.10 Perhitungan BOPO 2013-2015 ... 57

Tabel 4.11 Nilai Kredit BOPO ... 58


(9)

xii

Tabel 4.13 Nilai Kredit NCM-CA ... 60

Tabel 4.14 Perhitungan LDR tahun 2013-2015 ... 61

Tabel 4.15 Nilai Kredit LDR ... 61

Tabel 4.16 Nilai Bersih Rasio CAMEL 2013 ... 63

Tabel 4.17 Nilai Bersih Rasio CAMEL 2014 ... 64


(10)

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Laporan Keuangan PT. Bank Syariah Mandiri Tahun 2013 Lampiran 2 Laporan Keuangan PT. Bank Syariah Mandiri Tahun 2014 Lampiran 3 Laporan Keuangan PT. Bank Syariah Mandiri Tahun 2015 Lampiran 4 Annual Report PT. Bank Syariah Mandiri Tahun 2015


(11)

INTISARI

Tujuan utama penelitian ini adalah untuk meneliti apakah kinerja keuangan bank syariah sudah mencapai kondisi yang sehat. Peneliti membatasi pembahasan dalam menilai kinerja keuangan dengan menggunakan Metode CAMEL. Adapun kategori yang digunakan dalam menilai kesehatan adalah sehat, cukup sehat, kurang sehat dan tidak sehat. Penelitian ini dilakukan pada PT. Bank Syariah Mandiri berdasarkan data laporan neraca dan laba rugi dari tahun 2013 sampai dengan tahun 2015.

Analisis CAMEL terdiri dari lima aspek, yaitu aspek permodalan menggunakan rasio CAR (Capital Adequacy Ratio), aspek kualitas aset menggunakan rasio KAP (Kualitas Aset Produktif) dan PPAP (Penyisishan Penghapusan Aset Produktif), aspek manajemen menggunakan rasio NPM (Net Profit Management), aspek rentabilitas menggunakan rasio ROA (Return On Asset) dan BOPO (Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional) dan aspek likuiditas menggunakan rasio NCM-CA (Net Call Money to Current Asset) dan LDR (Loan to Deposit Ratio).

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada PT. Bank Syariah Mandiri hasilya menunjukkan bahwa nilai CAMEL pada tahun 2013 sebesar 95,20% dengan predikat SEHAT, tahun 2014 sebesar 75,26% dengan predikat CUKUP SEHAT, dan pada tahun 2015 sebesar 92,55% dengan predikat SEHAT.


(12)

vi ABSTARCT

The main purpose of this study was to investigate whether the financial performance in the islamic bank has reached a healthy condition or not. The author restrict the discussion in assesing financial performance using CAMEL methode. The categories are sound, fairly sound, less sound and unsound. The research was conducted at PT. Bank Syariah Mandiri based on data balance sheet and income statement 2013 until 2015.

CAMEL analysis consist of five aspect are aspect of capital using CAR (Capital Adequacy Ratio), aspect of quality asset using Quality of Earning Assets (KAP) ratio and Allowance of Earning Assets (PPAP) ratio, aspect of management using NPM (Net Profit Margin) ratio, aspect of profitability using ROA (Return On Assets) ratio and Operating Expenses on Operating Income (BOPO) ratio and aspect of liquidity using NCM-CA (Net Call Money to Current Asset) ratio and LDR (Loan to Deposit Ratio).

Based on the result of research conducted at PT. Bank Syariah Mandiri indicated that CAMEL value in 2013 was 95,20% with SOUND predicate, in 2014 was 75,26% with FAIRLY SOUND predicate and in 2015 was 92,55% with SOUND predicate.


(13)

1 A. Latar Belakang

Bank merupakan salah satu lembaga keuangan yang memiliki peran penting terhadap aktivitas perekonomian suatu negara. Pada negara-negara maju seperti negara-negara di Eropa, Jepang, dan Amerika masyarakatnya menaganggap bank sebagai mitra dalam rangka memenuhi semua kebutuhan keuangan sehari-harinya. Bank dijadikan sebagai tempat untuk melakukan berbagai transaksi yang berhubungan dengan keuangan seperti tempat melakukan pembayaran, mengamankan uang, pengiriman uang, melakukan investasi serta melakukan penagihan. Kemajuan suatu bank di suatu negara dapat dijadikan tolak ukur kemajuan negara tersebut. Semakin maju suatu negara, maka semakin besar pula peranan perbankan dalam mengendalikan suatu negara. Berbeda halnya pada negara-negara yang berkembang, seperti Indonesia. Masyaraktnya belum mengerti sepenuhnya mengenai peranan perbankan secara utuh. Sebagian masyarakat menganggap bank hanya sebatas sebagai tempat menyimpan dan meminjam uang saja.

Bank memiliki fungsi sebagai lembaga perantara keuangan (financial intermediary) yakni mempertemukan antara masyarakat yang kelebihan dana (surplus) dengan masyarakat yang kekurangan dana (defisit). Menurut jenisnya bank terbagi menjadi dua jenis yakni bank konvensional dan bank syariah. Bank konvensional merupakan bank yang menjalankan kegiatan


(14)

operasionalnya secara konvensional. Sedangkan bank syariah atau disebut juga bank islam (islamic bank) yaitu bank yang menjalankan kegiatan operasionalnya berdasarkan prinsip syariah yang mengacu pada Al-Qur’an dan Hadits Rasullah.

Bank syariah di Indonesia mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Berikut ini adalah tabel jaringan kantor perbankan syariah:

Tabel 1.1

Jumlah Kantor Layanan Syariah dan Unit Usaha Syariah

No Nama Bank KPO/KC KCP/UPS KK

1 PT. Bank Muamalat Indonesia 83 229 91

2 PT. Bank Victoria Syariah 9 5 -

3 PT. Bank BRISyariah 53 204 12

4 PT. Bank Jabar Banten Syariah 9 56 1

5 PT. Bank BNI Syariah 68 166 18

6 PT. Bank Syariah Mandiri 136 438 55

7 PT. Bank Mega Syariah 35 47 -

8 PT. Bank Panin Syariah 13 5 1

9 PT. Bank Syariah Bukopin 12 7 4

10 PT. BCA Syariah 10 6 3

11 PT. Maybank Syariah Indonesia 1 - -

12 PT. Bank Tabungan Pensiun

Nasional Syariah 26 4 -

Jumlah Bank Umum Syariah (BUS) 455 1167 185

Unit Usaha Syariah (UUS) 147 132 43

Bank Pembiayaan Rakyat Syariah

(BPRS) 95 - 168

Sumber: Statistik Perbankan Syariah (SPS) Juni 2016 Keterangan:

KPO : Kantor Pusat Operasional UPS : Unit Pelayanan Syariah KC : Kantor Cabang KK : Kantor Kas


(15)

KCP : Kantor Cabang Pembantu

Melihat dari perkembangannya yang sangat pesat diperlukan adanya suatu alat ukur yang dapat digunakan sebagai penilai kinerja dan kesehatan untuk bank syariah. Bank Indonesia selaku bank sentral yang memiliki tugas utama yakni sebagai lembaga yang mengatur dan mengawasi bank telah membuat peraturan yang berlaku mulai tanggal 12 April 2004 tentang sistem penilaian tingkat kesehatan bank umum yang tertuang dalam Peraturan Bank Indonesia Nomor 6/10/PBI/2004. Kesehatan suatu bank merupakan kepentingan semua pihak, yaitu: pemilik pengelola bank dan masyarakat pengguna jasa bank. Sehubungan dengan itu Bank Indonesia selaku pembina dan pengawas perbankan menetapkan tata cara penilaian kinerja bank umum syariah mengacu pada ketentuan sebagaimana diberlakukan pada bank konvensional.

Tujuan diberlakukannya peraturan tersebut adalah untuk memberikan gambaran yang lebih tepat mengenai kondisi suatu bank (sehat atau tidak sehat). Bagi bank dengan predikat sehat agar tetap mempertahankan kesehatannya dan bagi bank yang berpredikat tidak sehat untuk bisa lebih memperbaiki kinerjanya dengan memberikan pelayanan yang lebih baik kepada nasabah.

Penilaian kesehatan bank dilakukan setiap periode. Dalam setiap penilaian dapat ditentukan kondisi suatu bank yang bersangkutan. Metode yang digunakan dalam pengukuran ini menggunakan analisis CAMEL melalui 5 aspek yakni Capital, Assets, Management, Earning dan Liquidity.


(16)

Analisis ini dapat digunakan sebagai pembangun kepercayaan masyarakat terhadap kinerja perbankan. Melalui sistem keuangan yang sehat, transparan, terpercaya dan dapat dipertanggungjawabkan dengan didukung oleh sistem yang tepat, cepat, aman serta lancar maka kepercayaan masyarakat pun akan didapatkan, sehingga ini dapat menjadi pemicu kestabilan ekonomi yang lebih baik di kemudian hari. Tanpa adanya kepercayaan dari masyarakat terhadap perbankan maka kegiatan operasional perbankan tidak akan berjalan dengan baik. Ini akan berdampak pula bagi roda perekonomian nasional.

Banyak studi yang telah menggunakan metode CAMEL untuk mengukur kesehatan sebuah bank. Penelitian ini bertujuan untuk menguji kembali tingkat kesehatan bank. Objek penelitian dalam penelitian ini adalah PT. Bank Syariah Mandiri. Penelitian ini merupakan replikasi dari Said (2012) dan Hidayati (2013). Perbedaan penlitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah periode yang dijadikan pengamatan. Berdasarkan latar belakang maka peneliti tertarik melakukan penelitian dengan judul “Analisis Tingkat Kesehatan Bank Syariah dengan Menggunakan Metode CAMEL pada PT. Bank Syariah Mandiri Periode 2013-2015”.

B. Tujuan Penelitian

Tujuan yang hendak dicapai pada penelitian ini adalah untuk mengukur tingkat kesehatan PT. Bank Syariah Mandiri periode 2013-2015 dengan menggunakan metode CAMEL.


(17)

C. Manfaat Penelitian

Diharapkan penelitian ini dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

1. Secara Teoritis

Penelitian yang dilakukan diharapkan mampu menambah pengetahuan peneliti mengenai tingkat kesehatan bank syariah serta dapat mempertajam kemampuan dalam hal menganalisis.

2. Secara Praktis

Hasil penelitian diharapkan mampu menjadi bahan informasi tambahan yang berguna mengenai tingkat kesehatan bank syariah agar perbankan syariah lebih baik di kemudian hari.

D. Batasan Masalah

Agar pembahasan penelitian tetap terfokus dan memiliki ruang lingkup yang jelas maka penulis membatasi masalah hanya pada:

1. Penelitian ini menggunakan data laporan keuangan pada PT. Bank Syariah Mandiri dari tahun 2013 sampai dengan 2015.

2. Penilaian tingkat kesehatan dalam penelitian ini dengan menggunakan metode CAMEL (Capital, Assets, Management, Earning, Liquidity) akan tetapi karena keterbatasan data maka aspek Management tidak digunakan dan hanya empat aspek yang digunakan yakni Capital, Assets, Earning dan Liquidity.


(18)

E. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan, maka rumusan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah bagaimanakah analisis tingkat kesehatan bank syariah pada PT. Bank Syariah Mandiri selama tiga tahun yakni dari tahun 2013 sampai dengan 2015 dengan menggunakan metode CAMEL (Capital, Assets, Management, Earning, Liquidity).

F. Metodologi Penelitian 1. Sumber Data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder merupakan data yang diperoleh secara tidak langsung melalui perantara suatu media. Oleh karenanya dalam penelitian ini sumber data yang digunakan yakni laporan keuangan PT. Bank Syariah Mandiri yang telah dipublikasikan dari tahun 2013 sampai dengan 2015 yang bersumber pada website PT. Bank Syariah Mandiri. 2. Strategi Pengambilan Data

Strategi pengambilan data dalam penelitian ini yakni dengan menggunakan strategi arsip (archival). Menurut Hartono (2014) strategi arsip yaitu data dikumpulkan dari catatan atau basis data yang sudah ada. 3. Teknik Pengumpulan Data

Strategi dan sumber data yang digunakan mempengaruhi teknik pengumpulan data. Menurut Hartono (2014) untuk mendapatkan data


(19)

sekunder, teknik pengumpulan data yang dapat digunakan adalah teknik pengumpulan data dari basis data. Selain itu penelitian ini juga menggunakan teknik observasi berperanserta (participant observation). Dalam hal ini peneliti dapat langsung terlibat dengan kegiatan objek yang diteliti karena saat penelitian berlangsung peneliti sedang melakukan magang pada PT. Bank Syariah Mandiri area Yogyakarta.

4. Metode Analisis Data

Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini yakni dengan menggunakan metode CAMEL sesuai dengan Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004 kepada semua bank umum dan Peraturan Bank Indonesia Nomor 6/10/PBI/2004 tanggal 12 April 2004 tentang sistem penilaian tingkat kesehatan bank umum.


(20)

8

DASAR TEORI

A. Pengertian Bank

Berdasarkan Undang-Undang (UU) Nomor 21 Tahun 2008 Pasal 1 Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan/ atau bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat.

Fungsi utama bank yakni sebagai financial intermediary atau menghimpun dana dari masyarakat dan meyalurkannya kembali kepada masyarakat untuk berbagai tujuan. Fungsi bank secara lebih spesifik dapat berfungsi sebagai:

1. Agent of trust

Lembaga yang berlandaskan unsur kepercayaan. Masyarakat percaya bahwa uangnya akan dapat disalurkan dan dikelola dengan baik oleh bank.

2. Agent of development

Lembaga yang memobilisasi dana untuk pembangunan perekonomian masyarakat.

3. Agent of services

Selain menghimpun dan menyalurkan dana bank juga memberikan penawaran jasa pebankan yang lain kepada masyarakat. Jasa yang


(21)

diberikan dapat berupa jasa pengiriman uang, penitipan barang berharga, penyelesaian tagihan, dan pemberian jaminan bank.

1. Pengertian Bank Syariah

Menurut Muhamad (2014) bank syariah atau juga dikenal dengan istilah Bank Islam yakni bank yang operasional produknya berlandaskan pada Al-Qur’an dan Hadits Rasullah. Sedangkan menurut UU Nomor 10 Tahun 1998 yang telah diperbaharui dengan UU No. 21 Tahun 2008 pada Juli 2008 menyatakan bahwa Bank Syariah adalah bank yang menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan Prinsip Syariah dan menurut jenisnya terdiri atas Bank Umum Syariah dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah.

2. Karakteristik Bank Syariah

Menurut Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI) kegiatan bank syariah merupakan implementasi dari prinsip ekonomi islam dengan karakteristik anatar lain sebagai berikut:

a. Pelanggaran riba dalam berbagai bentuknya

b. Tidak mengenal konsep nilai waktu dari uang (time value of money) c. Konsep uang sebagai alat tukar bukan sebagai komoditas

d. Tidak diperkenankan melakukan kegiatan yang bersifat spekulatif e. Tidak diperkenankan menggunakan dua harga untuk satu barang f. Tidak diperkenankan dua transaksi dalam satu akad

Bank syariah beroperasi atas dasar prinsip bagi hasil. Bank syariah tidak menggunakan bunga sebagai alat untuk mendapatkan pendapatan


(22)

maupun membebankan bunga atas penggunaan dana dan pinjaman karena bunga dalam islam diharamkan dan termasuk ke dalam riba. Suatu transaksi sesuai dengan prinsip syariah apabila telah memenuhi syarat-syarat berikut:

a. Transaksi tidak mengandung unsur kedzaliman b. Bukan riba

c. Tidak membahayakan pihak sendiri atau pihak lain d. Tidak ada penipuan (gharar)

e. Tidak mengandung materi-materi yang diharamkan f. Tidak mengandung unsur judi (maisyir)

3. Perbedaan Bank Syariah dengan Bank Konvensional a. Perbedaan falsafah

Perbedaan pokok antara bank konvensional dan bank syariah terletak pada landasan falsafah yang dianutnya. Bank syariah tidak melaksanakan sistem bunga dalam seluruh kegiatannya, sedangkan bank konvensional menggunakan sistem bunga. Hal inilah yang menjadi perbedaan yang mendasar terhadap produk-produk yang dikembangkan oleh bank syariah, dimana untuk menghindari sistem bunga maka sistem yang digunakan adalah jual beli serta kemitraan yang dilaksanakan dalam bentuk bagi hasil. Semua jenis transaksi perniagaan diperbolehkan asalkan tidak mengandung unsur bunga (riba) dalam bank syariah. Sesuai dengan firman Allah dalam surat Al-Baqarah Ayat 275 yang berbunyi:


(23)

مَرحو عْيبْلا ََ َلحأو

ا

ابِرل

Artinya: “...Padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba.”

b. Konsep pengelolaan dana nasabah

Dana nasabah dalam sistem bank syariah dikelola dalam bentuk titipan ataupun investasi. Cara titipan dan investasi berbeda dengan deposito pada bank konvensional dimana deposito merupakan upaya membungakan uang.

c. Kewajiban mengelola zakat

Bank syariah wajib menjadi pengelola zakat, yaitu dalam arti wajib membayar zakat, menghimpun, mengadministrasikannya serta mendistribusikannya. Hal ini merupakan fungsi bank syariah untuk memobilisasi dana-dana sosial (zakat, infak, dan sedekah).

d. Struktur organisasi

Struktur organisasi bank syariah diharuskan adanya Dewan Pengawas Syariah (DPS). DPS bertugas mengawasi segala aktivitas bank agar selalu sesuai dengan prinsip-prinsip syariah. DPS dibawahi oleh DSN (Dewan Syariah Nasional). DSN dapat memberikan teguran jika suatu lembaga keuangan syariah melakukan penyimpangan. Di bawah ini terdapat tabel yang menjelaskan perbedaan antara sistem bunga dan sistem bagi hasil.


(24)

Tabel 2.1

Perbedaan Bunga dan Bagi Hasil

No Sistem bunga Sistem bagi hasil 1 Penentuan suku bunga

dibuat pada waktu akad dengan pedoman harus selalu untung untuk pihak bank.

Penentuan besarnya resiko bagi hasil dibuat pada waktu akad dengan berpedoman pada kemungkinan untung dan rugi. 2 Besarnya persentase

berdasarkan pada jumlah uang (modal) yang dipinjamkan.

Besarnya rasio (nisbah) bagi hasil berdasarkan pada jumlah keuntungan yang diperoleh. 3 Tidak bergantung pada

kinerja usaha. Jumlah pembayaran bunga tidak mengikat meskipun jumlah keuntungan berlipat ganda saat keadaan ekonomi sedang baik.

Bergantung pada kinerja usaha. Jumlah pembagian bagi hasil meningkat sesuai dengan peningkatan jumlah pendapatan.

4 Eksistensi bunga diragukan kehalalannya oleh semua agama termasuk islam.

Tidak ada agama yang meragukan keabsahan bagi hasil.

5 Pembayaran bunga tetap seperti yang dijanjikan tanpa pertimbangan proyek yang dijalankan oleh pihak nasabah untung atau rugi.

Bagi hasil bergantung kepada keuntungan proyek yang dijalankan. Jika proyek itu tidak mendapatkan keuntungan maka kerugian akan ditanggung bersama oleh kedua belah pihak. Sumber: Muhamad (2014)

4. Prinsip Kegiatan Usaha Bank Syariah

Berdasrakan Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia Nomor 32/34/KEP/DIR 12 Mei 1999 tentang bank Berdasarkan Prinsip Syariah, prinsip kegiatan usaha bank syariah adalah:


(25)

a. Hiwalah

Akad pemindahan piutang nasabah (muhil) kepada bank (muhal‘alaih) dari nasabah lain (muhal). Muhil meminta muhal’alaih untuk membayarkan terlebih dahulu piutang yang timbul dari jual beli. Pada saat piutang tersebut jatuh tempo, muhal akan membayar kepada muhal’alaih. Muhal’alaih memperoleh imbalan sebagai jasa pemindahan piutang.

b. Ijarah

Akad sewa-menyewa barang antara bank (muaajir) dengan penyewa (mustajir). Setelah masa sewa berakhir barang sewaan dikembalikan kepada muaajir.

c. Ijarah wa iqtina

Akad sewa-menyewa barang antara bank (muaajir) dengan penyewa (mustajir) yang diikuti janji bahwa pada saat yang ditentukan kepemilikan barang sewaan akan berpindah kepada mustajir.

d. Istishna

Akad jual beli barang (mashnu’) dengan penerima barang pesanan (shani). Spesifikasi dan harga barang pesanan disepakati di awal akad dengan pembayaran dilakukan secara bertahap sesuai kesepakatan. Apabila bank bertindak sebagai shani dan penunjukkan dilakukan kepada pihak lain untuk membuat barang (mashnu’) maka hal ini disebut istishna pararel.


(26)

e. Kafalah

Akad pemberian jaminan (makful alaih) yang diberikan satu pihak kepada pihak lain dimana pemberi jaminan (kafiil) bertanggung jawab atas pembayaran kembali suatu utang yang menjadi hak penerima jaminan (makful).

f. Mudharabah

Akad antara pihak pemilik modal (shahibul maal) dengan pengelola (mudharib) untuk memperoleh pendapatan atau keuntungan. Pendapatan atau keuntungan tersebut dibagi berdasarkan rasio yang telah disepakati pada awal akad. Menurut kewenangan yang diberikan mudharib, mudharabah dibagi menjadi:

1) Mudharabah mutlaqah

Mudharib diberi kekuasaan penuh untuk mengelola modal. Mudharib tidak dibatasi, baik mengenai tempat, tujuan dan usahanya.

2) Mudharabah muqayyadah

Shahibul maal menetapkan syarat tertentu yang harus dipatuhi mudharib, baik mengenai tempat, tujuan maupun jenis usahanya.

g. Murabahah

Akad jual beli antara bank dan nasabah. Bank memberi barang yang diperlukan nasabah yang bersangkutan sebesar harga pokok ditambah dengan keuntungan yang disepakati.


(27)

h. Musyarakah

Akad kerjasama ventura bersama antara dua pihak atau lebih pemilik modal untuk membiayai suatu jenis usaha yang halal dan produktif. Pendapatan atau keuntungan dibagi sesuai rasio yang telah disepakati.

i. Qardh

Akad pinjaman dari bank (muqridh) kepada pihak tertentu (muqtaridh) yang wajib dikembalikan dengan jumlah yang sama sesuai pinjaman.

j. Al qardul hasan

Akad pinjaman dari bank (muqridh) kepada pihak tertentu (muqtaridh) untuk tujuan sosial yang wajib dikembalikan dengan jumlah yang sama sesuai pinjaman.

k. Alrahn

Akad penyerahan barang harta (marhun) dan nasabah (rahin) kepada bank (murtahin) sebagai jaminan sebagian atau seluruh uang.

l. Salam

Akad jual beli barang pesanan (muslam fiih) antara pembeli (muslam) dengan penjual (muslam ilaih). Spesifikasi dan harga barang pesanan disepakati di awal akad dan pembayaran dilakukan di muka secara penuh. Apabila bank bertindak sebagai muslam dan pemesanan dilakukan kepada pihak lain untuk menyediakan barang (muslam fiih) maka hal ini disebut salam pararel.


(28)

m. Sharf

Akad jual beli suatu valuta dengan valuta lainnya. n. Ujr

Imbalan yang diberikan atau yang diminta atas suatu pekerjaan yang dilakukan.

o. Wadiah

Akad penitipan barang/ uang antara pihak yang mempunyai barang/ uang dengan pihak yang diberi kepercayaan dengan tujuan untuk menjaga keselamatan, keamanan, serta keutuhan barang/ uang. Berdasrakan jenisnya wadiah terdiri atas:

1) Wadiah yad amanah

Akad penitipan barang/ uang dimana pihak penerima tidak diperkenankan menggunakan barang/ uang yang dititipkan dan tidak bertanggung jawab atas kerusakan/ kehilangan barang titipan yang bukan diakibatkan perbuatan atau kelalaian penerima titipan.

2) Wadiah yad dhamanah

Akad penitipan barang/ uang dimana pihak penerima titipan dengan atau tanpa izin pemilik barang/ uang dapat memanfaatkan barang/ uang titipan dan harus bertanggung jawab atas kerusakan/ kehilangan barang/ uang titipan. Semua manfaat dan keuntungan yang diperoleh dalam penggunaan barang/ uang tersebut menjadi hak penerima titipan.


(29)

p. Wakalah

Akad pemberian kuasa dari pemberi kuasa (muakkil) kepada penerima kuasa (wakil) untuk melaksankan suatu tugas (taukil) atas nama pemberi kuasa.

5. Sumber Dana Bank Syariah

Menurut Muhamad (2014) dana adalah uang tunai yang dimiliki atau dikuasai oleh bank dalam bentuk tunai, atau aset lain yang dapat segera diubah menjadi uang tunai. Sedangkan sumber-sumber dana bank menurut Kasmir (2010) adalah usaha bank dalam memperoleh dana dalam rangka membiayai kegiatan operasinya. Uang tunai yang dimiliki atau dikuasai oleh bank tidak hanya berasal dari para pemilik bank itu sendiri, tetapi juga berasal dari titipan atau penyertaan dana orang lain atau pihak luar yang sewaktu-waktu atau pada saat tertentu akan ditarik kembali, baik secara berangsur-angsur ataupun keseluruhan. Sumber dana bank syariah terdiri dari:

a. Modal inti (core capital)

Modal ini merupakan modal sendiri yang berasal dari dana para pemegang saham. Menurut Arifin (2002) dalam Muhamad (2014) pada umumnya dana modal inti terdiri dari:

1) Modal yang disetor oleh para pemegang saham 2) Laba ditahan


(30)

b. Kuasi ekuitas (mudharabah account)

Bank penghimpun dana berbagi hasil atas dasar prinsip mudharabah, dan pemilik dana tidak boleh mencampuri pengelolaan bisnis sehari-hari. Berdasarkan prinsip ini, dalam kedudukannya sebagai mudharib, bank menyediakan jasa bagi para investor berupa:

1) Rekening investasi umum 2) Rekening investasi khusus 3) Rekening tabungan mudharabah

c. Titipan atau simpanan tanpa imbalan (wadiah/ non remunerted deposit)

Dana titipan adalah dana pihak ketiga yang dititipkan pada bank, yang umumnya berupa tabungan atau giro.

B. Kesehatan Bank

Kesehatan suatu bank dapat diartikan sebagai kemampuan suatu bank untuk melakukan kegiatan operasionalnya secara normal dan mampu memenuhi semua kewajibannya dengan baik dengan cara-cara yang sesuai dengan peraturan perbankan yang berlaku. Pengertian tentang kesehatan bank di atas merupakan suatu batasan yang sangat luas karena kesehatan memang mencakup kesehatan suatu bank untuk melaksanakan seluruh kegiatan usaha perbankannya. Kegiatan tersebut meliputi:

a. Kemampuan menghimpun dana dari masyarakat, dari lembaga lain, dan dari modal sendiri


(31)

b. Kemampuan mengelola dana

c. Kemampuan untuk menyalurkan dana ke masyarakat

d. Kemampuan memenuhi kewajiban kepada masyarakat, karyawan, pemilik modal, dan pihak lain

e. Pemenuhan peraturan perbankan yang berlaku

Dengan semakin meningkatnya kompleksitas usaha dan profil resiko, bank perlu mengidentifikasi permasalahan yang mungkin timbul dari operasional bank. Bagi perbankan, hasil akhir penilaian kondisi bank tersebut dapat digunakan sebagai salah satu sarana dalam menetapkan strategi usaha pada waktu yang akan datang, sedangkan bagi Bank Indonesia antara lain digunakan sebagai sarana penetapan implementasi strategi pengawasan bank oleh Bank Indonesia.

Tingkat kesehatan bank pada dasarnya dinilai dengan pendekatan kualitatif dengan menggunkaan penilaian atas faktor-faktor: permodalan (capital), kualitas aset, manajemen, rentabilitas (earning), dan likuiditas atau disingkat dengan metode CAMEL. Penialaian terhadap faktor-faktor tersebut dilakukan melalui penilaian kualitatif dan kuantitatif. Setiap faktor yang dinilai terdiri dari beberapa komponen dimana masing-masing faktor beserta komponennya diberikan bobot yang besarnya disesuaikan dengan pengaruh terhadap kesehatan bank.

Menyadari arti pentingnya kesehatan suatu bank bagi pembentukan kepercayaan dalam dunia perbankan serta untuk melaksankan prinsip


(32)

kehati-hatian (prudential banking) dalam dunia perbankan, maka Bank Indonesia merasa perlu untuk menerapkan aturan tentang kesehatan bank. Dengan adanya aturan tentang kesehatan bank yang tertuang dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan atas Undang-Undang No. 7 Tahun 1992, perbankan diharapkan selalu dalam kondisi sehat sehingga tidak akan merugikan masyarakat. Bank yang beroperasi dan berhubungan dengan masyarakat diharapkan hanya bank yang betul-betul sehat. Aturan tentang kesehatan bank yang diterapkan Bank Indonesia mencakup berbagai aspek dalam kegiatan bank, mulai dari penghimpunan dana sampai dengan penggunaan dan penyaluran dana.

C. Metode CAMEL

Berbagai alat ukur dapat dijadikan sebagai penilaian untuk menentukan kondisi suatu bank. Menurut Kasmir (2010) salah satu alat ukur yang dapat digunakan untuk untuk menentukan kondisi suatu bank dikenal dengan nama analisis CAMEL. Analisis ini terdiri dari aspek capital, assets, management, earning, dan liquidity. Hasil dari masing-masing aspek dapat menjadi gambaran pada suatu bank yang akan diukur. Berikut aspek yang dinilai dalam analisis CAMEL, yakni:

1. Aspek permodalan (capital)

Dalam aspek ini yang dinilai adalah permodalan yang dimiliki oleh bank yang didasarkan pada kewajiban penyediaan modal minimum bank. Penilaian tersebut didasarkan pada CAR (Capital Adequacy


(33)

Ratio) yang telah ditetapkan Bank Indonesia. Perbandingan rasio CAR adalah rasio modal terhadap Aset Tertimbang Menurut Risiko (ATMR). Selanjutnya mencari nilai kredit dengan rumus sebagai berikut:

Nilai Kredit Rasio CAR = �����

, +1

NK Faktor CAR = NK Rasio CAR x Bobot Rasio CAR Tabel 2.2

Kriteria Penilaian CAR (Capital Adequacy Ratio) Nilai Kredit Penilaian

>8% Sehat

7,9%-8% Cukup Sehat

6,5%-<7,9% Kurang Sehat <6,5% Tidak Sehat

Sumber: Peraturan Bank Indonesia Nomor 9/1/PBI/2007 2. Aspek kualitas aset (assets)

Penilaian terhadap aspek ini harus sesuai dengan peraturan Bank Indonesia dengan didasarkan pada perbandingan dua rasio, yakni: a. Rasio aset produktif yang diklasifikasikan terhadap rasio aset

produktif, yakni:

Rasio KAP = Aset Produktif yang Diklasifikasikan

Aset Produktif x 100%

Selanjutnya mencari nilai kredit dengan rumus sebagai berikut:

Nilai Kredit Rasio KAP = 5,5%−�����

, +1


(34)

Tabel 2.3

Kriteria Penilaian KAP (Kualitas Aset Produktif) Nilai Kredit Penilaian

<10,35% Sehat

10,35%-12,60% Cukup Sehat 12,61%-14,85% Kurang Sehat

>14,85% Tidak Sehat

Sumber: Peraturan Bank Indonesia Nomor 9/1/PBI/2007

b. Rasio penyisihan penghapusan aset produktif (PPAP) terhadap penyisihan penghapusan aset produktif yang Wajib Dibentuk (PPAWD) dirumuskan dengan perhitungan sebagai berikut:

Rasio PPAP =

WD x 100%

Selanjutnya mencari nilai kredit dengan rumus sebagai berikut:

Nilai Kredit Rasio PPAP = �����

%

NK Faktor PPAP = NK Rasio PPAP x Bobot Rasio PPAP

Tabel 2.4

Kriteria Penilaian PPAP (Penyisihan Penghapusan Aset Produktif)

Nilai Kredit Penilaian

>81% Sehat

66%-81% Cukup Sehat 51%-66% Kurang Sehat

<51% Tidak Sehat


(35)

3. Aspek kualitas manajemen (mangement)

Penilaian terhadap aspek manajemen menggunakan daftar pertanyaan/ pernyataan dengan jumlah sebanyak 100 (seratus) bagi bank devisa dan 85 (delapan puluh lima) bagi bank non-devisa. Penilaian dilakukan melalui komponen-komponen meliputi:

a. Manajemen umum

b. Penerapan sistem manajemen risiko

c. Kepatuhan bank terhadap ketentuan yang berlaku serta komitmen kepada Bank Indonesia dan atau pihak lainnya.

4. Aspek rentabilitas (earning)

Penilaian ini digunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam meningkatkan keuntungan. Kemampuan ini dilakukan dalam satu periode. Kegunaan aspek ini juga untuk mengukur tingkat efisiensi usaha dan profitabilitas yang dicapai suatu bank. Bank yang rentabilitasnya terus meningkat di atas standar yang ditetapkan dapat dikatakan sebagai bank dengan predikat sehat. Penilaian terhadap aspek ini didasarkan pada dua rasio, yaitu:

a. Rasio laba terhadap total aset (Return On Asset-ROA) dirumuskan dengan perhitungan sebagai berikut:

Rasio ROA = x 100%

Selanjutnya mencari nilai kredit dengan rumus sebagai berikut:

Nilai Kredit Rasio ROA = ����� �


(36)

NK Faktor ROA = NK RasioROA x Bobot Rasio ROA Tabel 2.5

Kriteria Penilaian ROA (Return On Asset) Nilai Kredit Penilaian

>1,22% Sehat

0,99%-1,21% Cukup Sehat 0,77%-0,98% Kurang Sehat

<0,76% Tidak Sehat

Sumber: Peraturan Bank Indonesia Nomor 9/1/PBI/2007

b. Rasio biaya operasional terhadap pendapatan operasional (BOPO) dirumuskan dengan perhitungan sebagai berikut:

Rasio BOPO = y x 100%

Selanjutnya mencari nilai kredit dengan rumus sebagai berikut:

Nilai Kredit Rasio BOPO = %−�����

, 8% +1

NK Faktor BOPO = NK RasioBOPO x Bobot Rasio BOPO

Tabel 2.6

Kriteria Penilaian BOPO Rasio BOPO Nilai Kredit

Standar BI

Penilaian

<93,52% 81-100 Sehat

93,52%-94,73% 66-81 Cukup Sehat 94,73%-95,92% 51-66 Kurang Sehat

>95,92% 0-51 Tidak Sehat


(37)

5. Aspek likuiditas (liquidity)

Suatu bank dapat dikatakan likuid jika bank yang bersangkutan mampu membayar semua utangnya, terutama utang-utang jangka pendek. Dalam hal ini yang dimaksud dengan utang jangka pendek yang ada di bank meliputi simpanan masyarakat seperti simpanan tabungan, deposito dan giro. Dikatakan likuid jika pada saat ditagih bank mampu membayar. Kemudian bank juga harus dapat memenuhi semua permohonan kredit yang layak dibiayai. Penilaian terhadap aspek likuiditas didasarkan pada dua rasio, yaitu:

a. Rasio kewajiban bersih call money terhadap aset lancar (NCM-CA) dirumuskan dengan perhitungan sebagai berikut:

Rasio NCM-CA = w x 100%

Selanjutnya mencari nilai kredit dengan rumus sebagai berikut:

Nilai Kredit Rasio NCM-CA = % − ����� −

% +1

NK Faktor NCM-CA=NK RasioNCM-CA x Bobot Rasio NCM-CA Tabel 2.7

Kriteria Penilaian NCM-CA Nilai Kredit Penilaian

>4,05% Sehat

3,30%-4,049% Cukup Sehat 2,55%-3,29% Kurang Sehat

<2,54% Tidak Sehat


(38)

b. Rasio kredit terhadap dana yang diterima oleh bank, seperti: Kredit Likuiditas Bank Indonesia (KLBI), tabungan, giro, dan lain-lain atau dikenal dengan sebutan rasio Loan to Deposit Ratio (LDR). Cara menghitung rasio LDR sebagai berikut:

Rasio LDR =

D x 100%

Selanjutnya mencari nilai kredit dengan rumus sebagai berikut:

Nilai Kredit Rasio LDR = 55%−����� �

% x 4

NK Faktor LDR = NK RasioLDR x Bobot Rasio LDR Tabel 2.8

Kriteria Penilaian LDR

Nilai Kredit Penilaian

<94,755% Sehat

94,755%-98,75% Cukup Sehat 98,75%-102,25% Kurang Sehat

>102,25% Tidak Sehat

Sumber: Peraturan Bank Indonesia Nomor 9/1/PBI/2007

D. Faktor Pengurang Penilaian Kesehatan Bank

1. Pelanggaran ketentuan BPMD-Batas Maksimum Penyaluran Dana

a. Pelanggaran dihitung berdasarkan jumlah kumulatif pelanggaran BPMD kepada debitur individual, debitur kelompok dan pihak terkait dengan bank, terhadap modal bank.


(39)

b. Sanksi pengurangan nilai kredit sebagai berikut:

1) Untuk setiap pelanggaran BPMD, nilai kredit dikurangi 5. 2) Untuk setiap 1% pelanggaran BPMD, nilai kredit dikurangi

lagi 0,05 dengan maksimal 10.

2. Pelanggaran ketentuan PDN-Posisi Devisa Netto

a. Pelanggaran terhadap ketentuan PDN dihitung atas dasar jumlah kumulatif pelanggaran yang terjadi dalam satu bulan yang dihitung atas dasar laporan mingguan yang memuat rata-rata hari dalam seminggu, baik secara total maupun secara administratif. b. Sanksi pengurangan nilai kredit untuk setiap 1% pelanggaran

PDN nilai kredit dikurangi 0,05% dengan maksimal 5.

Berdasarkan hasil penilaian terhadap aspek dan komponen permodalan, kualitas aset, manajemen, rentabilitas dan likuiditas maka akan diperoleh nilai kredit gabungan. Setelah nilai kredit gabungan dikurangi dengan nilai kredit pengurang akibat pelanggran ketentuan bank, maka tingkat kesehatan bank dapat ditetapkan dalam 4 (empat) golongan predikat pada tabel berikut:

Tabel 2.9

Golongan Predikat Kesehatan Bank

Sumber: Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 6/23/DPNP/2004 Nilai Kredit Predikat

81-100 Sehat

66- <81 Cukup sehat 51-<66 Kurang sehat 0- <51 Tidak sehat


(40)

3. Penelitian terdahulu

Beberapa penelitian terdahulu yang membahas tentang analisis tingkat kesehatan bank syariah dengan menggunakan metode CAMEL seperti penelitian yang dilakukan oleh Said (2012) pada PT. Bank Syariah Mandiri periode 2001-2010. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa PT. Bank Syariah Mandiri pada tahun 2001 sampai dengan 2003 termasuk dalam golongan dengan predikat bank yang SEHAT akan tetapi pada tahun 2004 sampai dengan 2010 PT. Bank Syariah Mandiri mengalami penurunan yakni pada golongan predikat CUKUP SEHAT.

Hidayati (2013) juga melakukan penelitian tentang analisis kesehatan bank pada PT. Bank Syariah Mandiri dengan periode laporan keuangan yang berbeda yakni pada 2009 sampai dengan 2012. Hasilnya dalam analisis metode CAMEL menunjukkan bahwa PT. Bank Syariah Mandiri pada periode tersebut dinyatakan dalam golongan dengan predikat SEHAT.


(41)

29 BAB III

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

A. Profil Perusahaan

Krisis ekonomi dan moneter sejak Juli 1997, yang disusul dengan krisis multi-dimensi termasuk di panggung politik nasional, telah menimbulkan beragam dampak negatif yang sangat hebat terhadap seluruh sendi kehidupan masyarakat, tidak terkecuali dunia usaha. Dalam kondisi tersebut, industri perbankan nasional yang didominasi oleh bank-bank konvensional mengalami krisis luar biasa. Pemerintah akhirnya mengambil tindakan dengan merestrukturisasi dan merekapitalisasi sebagian bank-bank di Indonesia.

Salah satu bank konvensional, PT. Bank Susila Bakti (BSB) yang dimiliki oleh Yayasan Kesejahteraan Pegawai (YKP), PT. Bank Dagang Negara dan PT. Mahkota Prestasi juga terkena dampak krisis. BSB berusaha keluar dari situasi tersebut dengan melakukan upaya merger atau penggabungan dengan beberapa bank lain serta mengundang investor asing. Pada saat bersamaan pemerintah melakukan merger empat bank (Bank Dagang Negara, Bank Bumi Daya, Bank Exim, dan Bapindo) menjadi satu bank baru bernama PT.Bank Mandiri (Persero) pada tanggal 31 Juli 1999. Kebijakan penggabungan tersebut juga menempatkan dan menetapkan PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk. sebagai pemilik mayoritas baru BSB.


(42)

Sebagai tindak lanjut dari keputusan merger, Bank Mandiri melakukan konsolidasi serta membentuk Tim Pengembangan Perbankan Syariah. Pembentukan tim ini bertujuan untuk mengembangkan layanan perbankan syariah di kelompok perusahaan Bank Mandiri, sebagai respon atas diberlakukannya UU No. 10 tahun 1998, yang memberi peluang bank umum untuk melayani transaksi syariah (dual banking system).

Tim Pengembangan Perbankan Syariah memandang bahwa pemberlakuan UU tersebut merupakan momentum yang tepat untuk melakukan konversi PT. Bank Susila Bakti dari bank konvensional menjadi bank syariah. Oleh karenanya, Tim Pengembangan Perbankan Syariah segera mempersiapkan sistem dan infrastrukturnya, sehingga kegiatan usaha BSB berubah dari bank konvensional menjadi bank yang beroperasi berdasarkan prinsip syariah dengan nama PT. Bank Syariah Mandiri sebagaimana tercantum dalam Akta Notaris: Sutjipto, SH, No. 23 tanggal 8 September 1999.

Perubahan kegiatan usaha BSB menjadi bank umum syariah dikukuhkan oleh Gubernur Bank Indonesia melalui SK Gubernur BI No. 1/24/ KEP.BI/1999, 25 Oktober 1999. Selanjutnya, melalui Surat Keputusan Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia No. 1/1/KEP.DGS/ 1999, BI menyetujui perubahan nama menjadi PT. Bank Syariah Mandiri. Menyusul pengukuhan dan pengakuan legal tersebut, PT. Bank Syariah Mandiri secara resmi mulai beroperasi sejak Senin tanggal 25 Rajab 1420 H atau tanggal 1 November 1999.


(43)

PT. Bank Syariah Mandiri hadir, tampil dan tumbuh sebagai bank yang mampu memadukan idealisme usaha dengan nilai-nilai rohani, yang melandasi kegiatan operasionalnya. Harmoni antara idealisme usaha dan nilai-nilai rohani inilah yang menjadi salah satu keunggulan dalam kiprahnya di perbankan Indonesia. BSM hadir untuk bersama membangun Indonesia menuju Indonesia yang lebih baik.

1. Profil

Nama : PT. Bank Syariah Mandiri (Perseroan Terbatas)

Alamat : Wisma Mandiri I, Jl. MH. Thamrin No. 5 Jakarta 10340

Telepon : (62-21) 2300 509, 3983 900 (Hunting) Faksimili : (62-21) 3983 2989

Situs Web : www.syariahmandiri.co.id

Swift Code : BSMDIDJA

Tanggal Berdiri : 25 Oktober 1999 Tanggal Beroperasi : 1 November 1999 Modal Dasar : Rp. 2.500.000.000.000,- Modal Disetor : Rp. 1.489.021.935.000,-

Kantor Layanan : 864 kantor yang tersebar di 33 provinsi di seluruh Indonesia

Jumlah Jaringan ATM : ATM Syariah Mandiri 921 unit ATM Mandiri 11.886 unit


(44)

ATM Bersama 60.922 unit (include ATM Mandiri dan ATM BSM)

ATM Prima 74.050 unit ATM BCA 10.596 unit EDC BCA 196.870 unit

Malaysia Electronic Payment Sisitem (MEPS) 12.010 unit

Jumlah Karyawan : 16.945 orang ( Per Desember 2013) 2. Kepemilikan Saham

a) PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk. : 231.648.712 lembar saham (99,999999%)

b) PT. Mandiri Sekuritas : 1 lembar saham (0,000001%)

3. Otorisasi Pengawas Bank

Otorisasi pengawas bank oleh Otoritas Jasa Keuangan (www.ojk.go.id).

B. Visi dan Misi 1. Visi

“Bank Syariah Terdepan dan Modern”

Bank Syariah Terdepan: Menjadi bank syariah yang selalu unggul di antara pelaku industri perbankan syariah di Indonesia pada segmen consumer, micro, SME, commercial, dan corporate.

Bank Syariah Modern: Menjadi bank syariah dengan sistem layanan dan teknologi mutakhir yang melampaui harapan nasabah.


(45)

2. Misi

a. Mewujudkan pertumbuhan dan keuntungan di atas rata-rata industri yang berkesinambungan.

b. Meningkatkan kualitas produk dan layanan berbasis teknologi yang melampaui harapan nasabah.

c. Mengutamakan penghimpunan dana murah dan penyaluran pembiayaan pada segmen ritel.

d. Mengembangkan bisnis atas dasar nilai-nilai syariah universal.

e. Mengembangkan manajemen talenta dan lingkungan kerja yang

sehat.

f. Meningkatkan kepedulian terhadap masyarakat dan lingkungan.

C. Struktur Organisasi

Setelah melalui proses yang melibatkan seluruh jajaran pegawai sejak pertengahan 2005, lahirlah nilai-nilai perusahaan yang baru yang disepakati bersama untuk dibagikan oleh seluruh pegawai PT. Bank Syariah Mandiri yang disebut Shared Values PT. Bank Syariah Mandiri. Shared Values PT. Bank Syariah Mandiri disingkat “ETHIC”. Adapun penjelasannya sebagai berikut:

1. Excellence:

Berupaya mencapai kesempurnaan melalui perbaikan yang terpadu dan berkesinambungan, meningkatkan keahlian sesuai dengan tugas yang diberikan dan sesuai dengan tuntutan profesi bankir, serta komitmen pada kesempurnaan (perfect result oriented).


(46)

2. Teamwork:

Mengembangkan lingkungan kerja yang saling bersinergi dengan cara mewujudkan iklim lalu lintas pesan yang lancar dan sehat, menghargai pendapat dan kontribusi orang lain, serta memiliki orientasi pada hasil dan nilai tambah stakeholders.

3. Humanity:

Menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan, religius dan meluruskan niat untuk mendapatkan ridha Allah.

4. Integrity:

Menaati kode etik profesi dan berpikir serta berperilaku terpuji dengan cara menerima tugas dan kewajiban sebagai amanah dan menjalankannya dengan penuh tanggung jawab sesuai ketentuan dan tuntutan perusahaan.

5. Customer Focus:

Memahami dan memenuhi kebutuhan nasabah untuk menjadikan PT. Bank Syariah Mandiri sebagai mitra yang terpercaya dan menguntungkan dengan cara proaktif dalam menggali dan mengimplementasi ide-ide baru untuk memberikan layanan yang lebih baik dan lebih cepat dibandingkan kompetitor.

Nilai-nilai di atas diupayakan untuk selalu ditanamkan dalam organisasi PT. Bank Syariah Mandiri. Adapun struktur orgasnisasi dari PT. Bank Syariah Mandiri adalah sebagai berikut:

Dewan Komisaris


(47)

Komisaris Independen : Zulkifli Djaelani Komisaris Independen : Bambang Widianto Komisaris Independen : Ramzi A. Zuhdi

Komisaris : Agus Fuad

Dewan Pengawas Syariah

Dewan Pengawas Syariah (DPS) mengawasi operasional PT. Bank Syariah Mandiri secara independen. DPS ditetapkan oleh Dewan Syariah Nasional (DSN), sebuah badan di bawah Majelis Ulama Indonesia (MUI). Seluruh pedoman produk, jasa layanan dan operasional bank telah mendapat persetujuan DPS untuk menjamin kesesuaiannya dengan prinsip-prinsip syariah Islam.

Ketua : Prof. Dr. Komaruddin Hidayat Anggota : Dr. Muhammad Syafi’i Antonio, MEc Anggota : Drs. H. Mohamad Hidayat, MBA. Tugas dan tanggung jawab Dewan Pengawas Syariah:

1. Memberikan nasihat dan saran kepada Direksi serta mengawasi kegiatan Bank agar sesuai dengan Prinsip Syariah

2. Menilai dan memastikan pemenuhan Prinsip Syariah atas pedoman operasional dan produk yang dikeluarkan Bank

3. Mengawasi proses pengembangan produk baru Bank

4. Meminta fatwa kepada Dewan Syariah Nasional untuk produk baru Bank yang belum ada fatwanya


(48)

5. Melakukan review secara berkala atas pemenuhan prinsip syariah terhadap mekanisme penghimpunan dana dan penyaluran dana serta pelayanan jasa Bank

6. Meminta data dan informasi terkait dengan aspek syariah dari satuan kerja Bank dalam rangka pelaksanaan tugasnya.

Direksi

Direktur Utama : Agus Sudiarto

Direktur : Agus Dwi Handaya

Direktur : Putu Rahwidhiyas

Direktur : Fahmi Ridho

Direktur : Edwin Dwi Djajanto

Direktur : Kusman Yandi

Direktur : Choirul Anwar

SEVP : Muhammad Busthami

D. Produk dan Jasa Bank Syariah Mandiri 1. Produk-produk Pendanaan

Bank Syariah Mandiri memiliki beberapa produk penghimpunan dana yang memberikan bagi hasil yang kompetitif bagi nasabah diantaranya:


(49)

a. Tabungan

1) Tabungan BSM

Tabungan BSM merupakan tabungan dalam mata uang rupiah yang dilakukan berdasarkan prinsip-prinsip syariah dengan akad mudharabah muthlaqah. Akad mudharabah muthlaqah adalah akad antara nasabah dan bank dimana nasabah memberikan kekuasaan penuh kepada pihak bank untuk mempergunakan dana milik nasabah untuk usaha yang dianggapnya baik dan menguntungkan. Bank Syariah Mandiri menawarkan bagi hasil yang kompetitif bagi nasabah atas hasil dari usaha tersebut.

2) BSM Tabungan Berencana

BSM Tabungan Berencana ini juga menggunakan prinsip mudharabah muthlaqah. Hanya saja pada tabungan berencana ini Bank Syariah Mandiri memberikan nisbah bagi hasil berjenjang serta kepastian pencapaian target dana yang telah ditetapkan.

3) BSM Tabungan Simpatik

Tabungan simpatik ini menggunakan akad wadiah (titipan) yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat berdasarkan syarat-syarat yang disepakati.

4) BSM Investa Cendekia

Tabungan investa cendikia ini adalah tabungan berjangka yang ditujukan untuk keperluan uang pendidikan dengan jumlah


(50)

setoran bulanan tetap dan dilengkapi asurasi. Tabungan investa cendikia menggunakan akad mudharabah muthlaqah.

5) Tabungan BSM Dollar

Tabungan Dollar BSM adalah tabungan dalam mata uang dollar Amerika (USD) dimana penarikan dan setorannya dapat dilakukan setiap saat atau sesuai ketentuan BSM. Tabungan Dollar BSM ini menggunakan akad wadiah yad dhamanah (simpanan dijamin), artinya uang yang dititipkan kepada bank dapat dimanfaatkan oleh pihak bank. Apabila dari hasil pemanfaatan tersebut diperoleh keuntungan maka seluruhnya menjadi hak bank.

6) BSM Tabungan Pensiun

Tabungan Pensiun BSM ini merupakan tabungan hasil kerjasama pihak Bank Syariah Mandiri dengan PT. Taspen. Tabungan ini dikhususkan untuk pensiunan pegawai negeri di Indonesia dengan menggunakan mata uang rupiah dan akad mudharabah mutlaqah.

7) BSM TabunganKu

TabunganKu atau TabunganKu iB adalah tabungan untuk perorangan dengan persyaratan mudah dan ringan yang diterbitkan secara bersama oleh bank-bank di Indonesia guna menumbuhkan budaya menabung serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat. TabunganKu di Bank Syariah Mandiri menggunakan akad wadiah yad dhamanah.


(51)

8) BSM Tabungan Mabrur

Tabungan Marbrur adalah tabungan dalam mata uang rupiah dengan akad mudharabah muthlaqah yang diperuntukan untuk membantu pelaksanaan ibadah haji dan umrah.

9) BSM Tabungan Mabrur Junior

BSM Tabungan Mabrur Junior ini dikhususkan bagi anak dibawah umur.

b. Giro

1) BSM Giro

BSM Giro merupakan sarana penyimpanan dana dalam mata uang rupiah melalui akad wadiah yad dhamanah.

2) BSM Giro Valas

Sarana penyimpanan dana dalam mata uang dollar Amerika (USD) berdasarkan akad wadiah yad dhamanah. 3) BSM Giro Singapore Dollar

Sarana penyimpanan dana dalam mata uang dollar Singapura (SGD) berdasarkan prinsip akad wadiah yad dhamanah.

4) BSM Giro Euro

Sarana penyimpanan dana dalam bentuk Euro melalui akad wadiah yad dhamanah.


(52)

c. Deposito

1) BSM Deposito

Investasi berjangka waktu tertentu dalam bentuk mata uang rupiah yang dikelola sesuai dengan prinsip akad mudharabah muthlaqah.

2) BSM Deposito Valas

Investasi berjangka waktu tertentu dalam bentuk mata uang dollar (USD) yang sesuai dengan akad mudharabah muthlaqah.

2. Produk-produk Pembiayaan

Selain produk penghimpun dana, PT. Bank Syariah Mandiri juga memiliki produk pembiayaan, diantaranya sebagai berikut:

a. BSM Implan

Pembiayaan konsumer dalam bentuk valuta rupiah yang diberikan oleh bank kepada karyawan tetap Perusahaan yang pengajuannya dilakukan secara massal (kelompok). BSM Implan dapat mengakomodir kebutuhan pembiayaan bagi para karyawan perusahaan. Akad BSM Implan menggunakan akad Wakalah wal Murabahah untuk pembelian barang, sedangkan akad Wakalah wal Ijarah digunakan untuk memperoleh manfaat atas jasa.

b. Pembiayaan Peralatan Kedokteran

Pembiayaan kepada para profesional di bidang kedokteran/ kesehatan untuk pembelian peralatan kedokteran dengan


(53)

akad murabahah, yaitu akad jual beli antara bank dan nasabah, dimana bank membeli barang yang dibutuhkan dan menjualnya kepada nasabah sebesar harga pokok ditambah dengan keuntungan margin yang disepakati.

c. Pembiayaan Edukasi BSM

Pembiayaan jangka pendek dan menengah yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan uang masuk sekolah/ perguruan tinggi/ lembaga pendidikan lainnya atau uang pendidikan pada saat pendaftaran tahun ajaran/ semester baru berikutnya dengan akad ijarah.

d. Pembiayaan Kepada Pensiunan

Pembiayaan konsumer (termasuk untuk pembiayaan multiguna) kepada para pensuinan, dengan pembayaran angsuran dilakukan melalui pemotongan uang pensiun langsung yang diterima oleh bank setiap bulan (pensiun bulanan) melalui akad murabahah atau ijarah.

e. Pembiayaan Kepada Koperasi Karyawan untuk Para Anggotanya

Penyaluran pembiayaan kepada/ melalui koperasi karyawan untuk pemenuhan kebutuhan para anggotanya (kolektif) yang mengajukan pembiayaan melalui koperasi karyawan.


(54)

f. Pembiayaan Griya BSM

Pembiayaan jangka pendek, menengah, atau panjang untuk membiayai pembelian rumah dengan akad murabahah.

g. Pembiayaan Griya BSM Bersubsidi

Pembiayaan untuk pemilikan atau pembelian rumah sederhana sehat (RS Sehat/ RSH) dengan dukungan fasilitas subsidi uang muka dari pemerintah. Pembiayaan Griya BSM Bersubsidi ini menggunakan akad murabahah.

h. Pembiayaan Kendaraan Bermotor

Pembiayaan untuk pembelian kendaraan bermotor dengan akad murabahah.

i. Pembiayaan Umrah

Pembiayaan Umrah adalah pembiayaan jangka pendek yang digunakan untuk memfasilitasi kebutuhan biaya perjalanan umrah dengan akad ijarah.

j. Pembiayaan Talangan Haji

Pinjaman dana talangan dari bank kepada nasabah khusus untuk menutupi kekurangan dana untuk memperoleh kursi/ seat haji dan pada saat pelunasan BPIH.


(55)

k. BSM Gadai Emas

Pembiayaan atas dasar jaminan berupa emas sebagai salah satu alternatif memperoleh uang tunai dengan cepat.

l. BSM Cicil Emas

Fasilitas yang disediakan oleh BSM untuk membantu nasabah dalam membiayai pembelian/ kepemilikan emas berupa lantakan (batangan).

3. Produk Jasa a. Jasa Produk

1) BSM Card

Kartu yang diterbitkan oleh Bank Syariah Mandiri dan memiliki fungsi utama yaitu sebagai kartu ATM dan kartu Debit.

2) BSM Sentra Bayar

BSM Sentra Bayar merupakan layanan bank dalam menerima pembayaran tagihan pelanggan.

3) BSM SMS Banking

BSM SMS Banking merupakan produk layanan perbankan berbasis teknologi seluler yang memberikan kemudahan melakukan berbagai transaksi perbankan.


(56)

4) BSM Mobile Banking

Layanan transaksi perbankan melalu mobile banking (handphone) dengan menggunakan koneksi jaringan data telko yang dapat digunakan oleh nasabah.

5) BSM Net Banking

Layanan transaksi perbankan melalui jaringan internet dengan alamat “http://www.syariahmandiri.co.id” yang dapat

digunakan oleh nasabah.

6) Pembayaran Melalui Menu Pemindahbukuan di ATM (PPBA) Layanan pembayaran institusi (lembaga pendidikan, asuransi, lembaga khusus, lembaga keuangan non bank) melalui menu pemindahbukuan di ATM.

7) BSM Jual Beli Valas

Pertukaran mata uang rupiah dengan mata uang asing atau mata uang asing dengan mata uang asing lainnya yang dilakukan oleh Bank Syariah Mandiri dengan nasabah.

8) BSM Electronic Payroll

Pembayaran gaji karyawan institusi melalui teknologi terkini Bank Syariah Mandiri secara mudah, aman dan fleksibel. 9) Transfer Uang Tunai

Layanan BSM Transfer Uang Tunai untuk mengirim uang tunai kepada sanak saudara atau rekan bisnis Anda di seluruh pelosok negeri tercinta dengan mudah dan aman. Uang tetap


(57)

dapat dikirim meskipun di lokasi tersebut belum tersedia layanan perbankan.

10)BSM E-Money

BSM E-Money adalah kartu prabayar berbasis smart card yang diterbitkan oleh Bank Mandiri bekerjasama dengan BSM.

11)Keamananku b. Jasa Operasional

1) BSM transfer Lintas Negara Western Union

Jasa pengiriman uang/ penerimaan kiriman uang secara cepat (real time on line) yang dilakukan lintas negara atau dalam satu negara (domestik).

2) BSM Kliring

Penagihan warkat bank lain di mana lokasi bank tertariknya berada dalam satu wilayah kliring.

3) BSM Inkaso

Penagihan warkat bank lain di mana bank tertariknya berbeda wilayah kliring atau berada di luar negeri, hasilnya penagihan akan dikredit ke rekening nasabah.

4) BSM Intercity Clearing

Jasa penagihan warkat (cek/ bilyet giro valuta rupiah) bank di luar wilayah kliring dengan cepat sehingga nasabah dapat menerima dana hasil tagihan cek atau bilyet giro tersebut pada keesokan harinya.


(58)

5) BSM RTGS (Real Time Gross Settelment)

Jasa transfer uang valuta rupiah antar bank baik dalam satu kota maupun dalam kota yang berbeda secara real time. Hasil transfer efektif dalam hitungan menit.

6) Transfer Dalam Kota (LLG)

Jasa pemindahan dana antar bank dalam satu wilayah kliring lokal.

7) BSM Transfer Valas

BSM Transfer Valas adalah layanan transfer valuta asing (valas) antar rekening bank di Indonesia atau luar negeri dalam 130 mata uang. BSM Transfer Valas menggunakan payment instruction berbasis SWIFT yang sangat terjamin keamanannya. 8) BSM Pajak Online

Memberikan kemudahan kepada wajib pajak dengan proses yang cepat dimana transaksi akan diterima langsung oleh Kantor Pajak.

9) BSM Referensi Bank

Surat Keterangan yang diterbitkan oleh Bank Syariah Mandiri atas dasar permintaan dari nasabah untuk tujuan tertentu.

10)BSM Standing Order

Fasilitas kemudahan yang diberikan Bank Syariah Mandiri kepada nasabah yang dalam transaksi finansialnya harus


(59)

memindahkan dari suatu rekening ke rekening lainnya secara berulang-ulang.

11)BSM Payment Point

Layanan transaksi Payment Point di Bank Syariah Mandiri dapat dilakukan oleh nasabah di setiap outlet Bank Syariah Mandiri atau di ATM. Pembayaran dapat dilakukan melalui debet rekening maupun tunai (cash).

12)Layanan BSM Pembayaran Institusi

Layanan BSM Pembayaran Institusi (BPI) adalah sistem layanan Pembayaran kepada nasabah institusi secara Host to

Host dimana pembayaran dapat dilakukan

melalui delivery channel BSM, ATM Bersama dan ATM Prima.

c. Jasa Investasi 1) Reksadana


(60)

48 BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Capital (Modal)

Rasio permodalan diukur dengan membandingkan antara rasio Modal terhadap Aset Tertimbang Menurut Resiko (ATMR). Sehingga dengan rumus yang ada maka CAR (Capital Adequacy Ratio) Bank Syariah Mandiri selama tahun 2013 hingga tahun 2015 sebagai berikut:

Tabel 4.1

Perhitungan CAR (Capital Adequacy Ratio) tahun 2013-2015 (dalam Miliar Rupiah)

Tahun Total Modal ATMR CAR (%)

2013 5.345 37.905 14,10

2014 5.572 37.746 14,76

2015 6.187 48.147 12,85

Sumber: Annual Report BSM

Berdasarkan Tabel 4.1 Rasio CAR per 31 Desember 2013 sebesar 14,10%, tahun 2014 sebesar 14,76% sedangkan tahun 2015 sebesar 12,85%. Dari hasil tersebut nampak bahwa rasio CAR tahun 2015 mengalami penurunan. Penurunan tersebut disebabkan karena adanya kenaikan pada modal pelengkap namun dibarengi juga dengan ATMR yang dinaikan pada tahun 2015.

Setelah mengetahui rasio CAR, langkah selanjutnya yaitu menghitung nilai kredit (NK) pada PT. Bank Syariah Mandiri pada tahun 2013 sampai dengan


(61)

2015 berdasarkan Peraturan Bank Indonesia Nomor 6/10/PBI/2004 tanggal 12 April 2004. Hasil perhitungan NK pada rasio CAR sebagai berikut:

Tabel 4.2 Nilai Kredit CAR

Tahun CAR (%)

Nilai Kredit

(%)

Nilai Maksimum

Bobot Rasio CAR

Nilai Kredit Faktor

2013 14,10 142,01 100 25 25

2014 14,76 148,62 100 25 25

2015 12,85 129,50 100 25 25

Sumber: Hasil Olah Data

Nilai kredt CAR PT. Bank Syariah Mandiri pada tahun 2013 menunjukkan angka sebesar 142,01%, tahun 2014 sebesar 148,62% dan tahun 2015 sebesar 129,50%. Karena nilai kredit dibatasi dengan nilai maksimum 100 maka nilai kredit CAR pada tahun 2013-2015 diakui sebagai 100.

Berdasarkan perhitungan rasio permodalan pada tahun 2013 sampai tahun 2015 menunjukkan nilai kredit CAR lebih besar dari kriteria yang ditentukan yakni sebesar 8%. Maka dari itu aspek permodalan PT. Bank Syariah Mandiri pada tahun 2013 sampai dengan tahun 2015 dikategorikan dalam predikat SEHAT.

B. Asset (Kualitas Aset)

Penilaian pada aspek ini menggunakan dua rasio sesuai dengan Peraturan Bank Indonesia Nomor 6/10/PBI/2004 sebagai berikut:


(62)

1. Rasio aset produktif yang diklasifikasikan terhadap aset produktif

Aset produktif yang diklasifikasikan adalah aset produktif yang sudah atau mengandung potensi tidak memberikan penghasilan. Rasio ini dikenal dengan sebutan rasio Kualitas Aset Produktif (KAP). Di bawah ini tabel perhitungan KAP pada PT. Bank Syariah Mandiri tahun 2013 sampai tahun 2015.

Tabel 4.3

Perhitungan KAP (Kualitas Aset Produktif) tahun 2013-2015 (dalam Miliar Rupiah)

Tahun

Aset Produktif yang Diklasifikasikan

Aset Produktif KAP (%)

2013 4.274 58.947 7,25

2014 2.371 61.766 3,84

2015 1.659 64.975 2,55

Sumber: Annual Report BSM

Berdasarkan Tabel 4.3 Rasio KAP pada PT. Bank Syariah Mandiri per 31 Desember 2013 sebesar 7,25%, tahun 2014 sebesar 3,84% sedangkan tahun 2015 sebesar 2,55%. Dari hasil tersebut nampak bahwa rasio KAP mengalami penurunan pada setiap tahunnya. Ini disebabkan karena aset produktif yang diklasifikasikan mengalami penurunan sedangkan aset produktifnya mengalami kenaikan yang cukup signifikan. Setelah melakukan perhitungan nilai rasio maka langkah selanjutnya yakni menghitung nilai kredit KAP PT. Bank Syariah Mandiri disajikan dalam tabel di bawah ini:


(63)

Tabel 4.4 Nilai Kredit KAP

Tahun KAP (%)

Nilai Kredit

(%)

Nilai Maksimum

Bobot Rasio KAP

Nilai Kredit Faktor

2013 7,25 83,49 100 25 20,87

2014 3,84 117,61 100 25 25

2015 2,55 130,47 100 25 25

Sumber: Hasil Olah Data

Nilai kredit KAP pada PT. Bank Syariah Mandiri 2013 menunjukkan sebesar 83,49%, tahun 2014 sebesar 117,61%, sedangkan tahun 2015 sebesar 130,47%. Oleh karena nilai maksimum untuk rasio KAP 100 maka nilai kredit KAP pada tahun 2014 dan 2015 diakui sebagai 100.

Berdasarkan hasil perhitungan rasio KAP menunjukkan bahwa rasio KAP pada tahun 2013-2015 didapatkan hasil yang lebih kecil dari 10,35%. Sehingga hasil analisis menunjukkan bahwa aspek KAP pada PT. Bank Syariah Mandiri tahun 2013 sampai dengan tahun 2015 pada kategori predikat SEHAT.

2. Rasio penyisihan penghapusan aset produktif terhadap aset produktif yang diklasifikasikan

Penyisihan penghapusan aset produktif (PPAP) merupakan cadangan yang harus dibentuk sebesar persentase tertentu sesuai penggolongan aset produktif sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia. Berikut ini adalah tabel


(64)

perhitungan rasio PPAP pada PT. Bank Syariah Mandiri tahun 2013 sampai tahun 2015.

Tabel 4.5

Perhitungan PPAP tahun 2013-2015 (dalam Miliar Rupiah)

Tahun PPAP PPAPWD PPAP (%)

2013 1.674 1.377 121,57

2014 2.109 2.399 87,91

2015 1.949 1.389 140,32

Sumber: Annual Report BSM

Berdasarkan Tabel 4.5 Rasio PPAP pada PT. Bank Syariah Mandiri per 31 Desember 2013 sebesar 121,57%, tahun 2014 sebesar 87,91% sedangkan tahun 2015 sebesar 140,32%. Fluktuasi pada rasio PPAP tersebut terjadi karena adanya perubahan jumlah pada PPAP dan PPAPWD pada setiap tahunnya yang dipengaruhi oleh pertumbuhan jumlah cadangan yang harus disediakan seiring dengan pertumbuhan jumlah pembiayaan yang diberikan.

Langkah berikutnya setelah menghitung rasio PPAP, maka selanjutnya menghitung nilai kredit PPAP pada PT. Bank Syariah Mandiri pada tahun 2013-2015. Berikut tabel analisis perhitungan nilai kredit rasio PPAP.


(65)

Tabel 4.6 Nilai Kredit PPAP

Tahun PPAP (%)

Nilai Kredit

(%)

Nilai Maksimum

Bobot Rasio KAP

Nilai Kredit Faktor

2013 121,57 121,57 100 5 5

2014 87,91 87,91 100 5 4,40

2015 140,32 140,32 100 5 5

Sumber: Hasil Olah Data

Nilai kredit PPAP 2013 menunjukkan angka sebesar 121,57%, tahun 2014 sebesar 87,91% sedangkan tahun 2015 sebesar 140,32%. Karena nilai kredit maksimum dibatasi hanya sampai 100 maka maka nilai rasio PPAP tahun 2013 dan 2015 diakui sebagai 100.

Berdasarkan hasil perhitungan nilai kredit PPAP pada tahun 2013 sampai dengan 2015 menunjukkan angka yang lebih besar daripada 81%. Oleh sebab itu dapat dinyatakan bahwa PT. Bank Syariah Mandiri mendapatkan predikat SEHAT pada aspek kualitas aset.

C. Management (Manajemen)

Pada aspek ini yang menjadi penilaian adalah manjemen permodalan, manajemen kualitas aset, manajemen umum, manajemen rentabilitas, dan manajemen likuiditas. Aspek ini biasanya dinilai dengan kuesioner yang ditujukan pada bank yang bersangkutan, akan tetapi karena keterbatasan maka


(66)

pengisian tersebut sulit dilakukan karena terkait akan unsur kerahasiaan bank. Oleh karenanya dalam dalam aspek ini dapat diproyeksikan dengan rasio Net Profit Margin (NPM). Rasio NPM ini membandingkan antara Laba Bersih dengan Pendapatan Operasional. Sehingga rasio NPM pada PT. Bank Syariah Mandiri sebagai berikut:

Tabel 4.7

Perhitungan NPM (Net Profit Margin) tahun 2013-2015 (dalam Miliar Rupiah)

Tahun Laba Bersih Pendapatan

Operasional NPM (%)

Nilai Kredit

2013 651 6.631 9,82 9,82

2014 72 6.549 1,10 1,10

2015 289 6.899 4,20 4,20

Sumber: Laporan Keuangan BSM

Berdasarkan Tabel 4.7 Rasio NPM per 31 Desember 2013 sebesar 9,82%, tahun 2014 sebesar 1,10% sedangkan tahun 2015 sebesar 4,20%. Dari perhitungan tersebut tampak bahwa NPM pada PT. Bank Syariah Mandiri periode tahun 2013 sampai dengan 2015 mengalami fluktuasi. Untuk menentukan Nilai Kredit pada NPM disamakan dengan rasio NPM yang ada. Nilai kredit pada aspek Manajemen pada tahun 2013 dan 2015 masuk dalam kategori SEHAT karena melebihi ketetapan Bank Indonesia yaitu sebesar 4,9% sedangkan tahun 2014 termasuk kategori KURANG SEHAT.


(67)

Rasio rentabilitas digunakan sebagai alat ukur untuk menilai kemampuan bank dalam meningkatkan keuntungan pada satu periode laporan keunagan. Penilaian ini dibagi menjadi dua yakni:

1. ROA (Return On Assets) membandingkan antara total laba dan total aset Berikut ini adalah analisis ROA pada PT. Bank Syariah Mandiri tahun 2013 sampai dengan tahun 2015 sebagai berikut:

Tabel 4.8

Perhitungan ROA (Return On Assets) tahun 2013-2015 (dalam Miliar Rupiah)

Sumber: Laporan Keuangan BSM

Berdasarkan Tabel 4.8 Rasio ROA pada PT. Bank Syariah Mandiri per 31 Desember 2013 adalah sebesar 1,38%, pada tahun 2014 rasio ROA mengalami penurunan yang drastis pada total laba sehingga mengakibatkan rasio ROA pada tahun tersebut turun menjadi 0,16% dan tahun 2015 total laba mengalami kenaikan sehingga juga berpengaruh pada rasio ROA yang dihasilkan yakni sebesar 0,53%. Setelah melakukan analisis ROA langkah selanjunya yakni menghitung Nilai Kredit Return On Assets.

Tahun Total Laba Total Aset ROA (%)

2013 884 63.965 1,38

2014 110 66.942 0,16


(68)

Tabel 4.9 Nilai Kredit ROA

Tahun ROA (%)

Nilai Kredit (%)

Bobot Rasio ROA

Nilai Kredit Faktor

2013 1,38 93,00 5 4,65

2014 0,16 11,67 5 0,58

2015 0,53 36,33 5 1,82

Sumber: Hasil Olah Data

Nilai kredit ROA pada PT. Bank Syariah Mandiri 2013 menunjukkan angka sebesar 93%, tahun 2014 sebesar 11,67% sedangkan tahun 2015 sebesar 36,33%. Hasil perhitungan pada rasio ROA tahun 2013 lebih besar dari 1,21% sehingga termasuk dalam predikat SEHAT. Sedangkan tahun 2014 dan 2015 dengan nilai rasio sebesar 0,16% dan 0,53% termasuk dalam kategori KURANG SEHAT.

2. BOPO membandingkan antara biaya operasional terhadap pendapatan operasional

BOPO digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi kemampuan bank dalam melakukan kegiatan operasionalnya. Hasil analisis BOPO pada PT. Bank Syariah Mandiri sebagai berikut:


(69)

Tabel 4.10

Perhitungan BOPO tahun 2013-2015 (dalam Miliar Rupiah)

Sumber: Laporan Keuangan BSM

Rasio BOPO PT. Bank Syariah Mandiri per 31 Desember 2013 sebesar 55,08%, tahun 2014 sebesar 61,06% sedangkan tahun 2015 sebesar 59,30%. Pada aspek ini terlihat adanya fluktuasi disebabkan karena kenaikan beban operasional pada tahun 2015 sehingga mempengaruhi rasio BOPO. Walaupun beban operasional pada tahun 2015 mengalami kenaikan, namun PT. Bank Syariah Mandiri dapat mengimbangi dengan pendapatan operasional yang juga mengalami kenaikan.

Setelah mendapatkan nilai rasio BOPO maka langkah selanjutnya yaitu menghitung nilai kredit BOPO pada PT. Bank Syariah Mandiri pada tahun 2013 sampai dengan tahun 2015 disajikan dalam tabel sebagai berikut:

Tahun Beban Operasional

Pendapatan

Operasional BOPO (%) 2013 3.653 6.631 55,08 2014 3.999 6.549 61,06


(70)

Tabel 4.11 Nilai Kredit BOPO

Tahun BOPO (%)

Nilai Kredit (%)

Nilai Maksimum

Bobot Rasio BOPO

Nilai Kredit Faktor

2013 55,08 562,45 100 5 5

2014 61,06 487,75 100 5 5

2015 59,30 509,80 100 5 5

Sumber: Hasil Olah Data

Nilai kredit BOPO pada tahun 2013 pada PT. Bank Syariah Mandiri sebesar 562,45%, tahun 2014 sebesar 487,75% sedangkan tahun 2015 sebesar 509,80%. Nilai kredit pada rasio BOPO dibatasi nilai maksimum sebesar 100, maka nilai kredit BOPO tahun 2013 sampai dengan tahun 2015 diakui sebagai 100.

Berdasarkan hasil perhitungan nilai rasio BOPO pada tahun 2013-2015 lebih kecil dari kriteria yang ditetapkan Bank Indonesia berkaitan dengan penilaian kesehatan bank yakni sebesar 93,52%. Maka dapat dinyatakan bahwa aspek BOPO Bank Syariah Mandiri berada pada predikat SEHAT.


(71)

E. Liquidity (Likuiditas)

Aspek likuiditas merupakan aspek yang berfungsi untuk menilai kemampuan bank dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya dengan melihat aset lancar yang dimiliki, yakni aset yang mudah diubah menjadi kas meliputi piutang, surat berharga, dan sebagainya. Rasio likuiditas diukur dalam dua rasio, yaitu:

1. NCM-CA (Net Call Money to Current Asset) adalah rasio yang menghitung perbandingan antara kewajiban bersih dengan aset lancar. Di bawah ini tabel perhitungan rasio NCM-CA PT. Bank Syariah Mandiri tahun 2013-2015.

Tabel 4.12

Perhitungan NCM-CA tahun 2013-2015 (dalam Miliar Rupiah)

Sumber: Laporan Keuangan BSM

Berdasarkan Tabel 4.12 Rasio NCM-CA pada PT. Bank Syariah Mandiri per 31 Desember 2013 adalah sebesar 6,45%, tahun 2014 sebesar 4,46% sedangkan tahun 2015 sebesar 5,42%. Hal ini menunjukkan dari tahun 2013 sampai tahun 2015 mengalami fluktuasi. Terjadinya penurunan rasio NCM-CA ini menandakan bahwa likuidasi Bank Syariah Mandiri semakin baik karena kewajiban yang dimiliki lebih kecil dari tagihannya.

Tahun Kewajiban

Bersih Aset Lancar

NCM-CA (%)

2013 782 12.119 6,45

2014 732 16.407 4,46


(1)

2. Nilai bersih 2014

Tabel 4.17

Nilai Bersih Rasio CAMEL 2014

Nama

Rasio Persentase Bersih

Nilai Kotor

Rasio Bobot (%)

Nilai Bersih Rasio (%) Capital/ Modal

CAR 14,76 100 25 25

Asset / Kualitas Aset

KAP 3,84 100 25 25

PPAP 87,91 87,91 5 4,4

Management/ Manajemen

NPM 1,10 22 25 5,5

Earning/ Rentabilitas

ROA 0,16 11,67 5 0,58

BOPO 61,06 100 5 5

Liquidity/ Likuiditas

NCM-CA 4,46 95,54 5 4,78

LDR 82,13 100 5 5

Jumlah nilai bersih CAMEL 2014 75,26

Sumber: Hasil Olah Data

Berdasarkan Tabel 4.17 didapatkan hasil bahwa jumlah nilai bersih CAMEL sebesar 75,26%. Dari hasil tersebut menunjukkan bahwa analisis kesehatan PT. Bank Syariah Mandiri tahun 2014 termasuk dalam kategori CUKUP SEHAT. Nilai bersih pada tahun 2014 mengalami penurunan dibandingkan tahun sebelumnya. Hal ini dikarenakan adanya penurunan pada rasio ROA dimana total laba pada tahun 2014 hanya sebesar Rp 109 Milyar berbeda jauh dengan total aset yang ada yakni sebesar Rp 67 Triliun sehingga berdampak pula pada akumulasi nilai bersih CAMEL tahun 2014.


(2)

65

3. Nilai bersih 2015

Tabel 4.18

Nilai Bersih Rasio CAMEL 2015

Nama

Rasio Persentase Bersih

Nilai Kotor

Rasio Bobot (%)

Nilai Bersih Rasio (%) Capital/ Modal

CAR 12,85 100 25 25

Asset / Kualitas Aset

KAP 2,85 100 25 25

PPAP 140,32 100 5 5

Management/ Manajemen

NPM 4,20 84 25 21

Earning/ Rentabilitas

ROA 0,53 36,33 5 1,82

BOPO 59,3 100 5 5

Liquidity/ Likuiditas

NCM-CA 5,42 94,58 5 4,73

LDR 82,23 100 5 5

Jumlah nilai bersih CAMEL 2015 92,55

Sumber: Hasil Olah Data

Berdasarkan Tabel 4.18 didapatkan hasil bahwa jumlah nilai bersih CAMEL sebesar 92,55%. Dari hasil tersebut menunjukkan bahwa analisis kesehatan pada PT. Bank Syariah Mandiri tahun 2015 termasuk dalam kategori bank yang SEHAT. Pada laporan keuangan tahun 2015 terdapat peningkatan total laba yang dihasilkan sehingga berdampak pada kenaikan nilai bersih CAMEL dibandingkan tahun sebelumnya.


(3)

66 BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan analisis laporan keuangan PT. Bank Syariah Mandiri selama tiga periode yakni tahun 2013 sampai dengan tahun 2015 dengan menggunakan metode CAMEL yang mengacu pada Pertauran Bank Indonesia Nomor 6/10/PBI/2004 dapat disimpulkan bahwa:

1. Rasio CAR pada PT. Bank Syariah Mandiri tahun 2013 sebesar 14,10%, tahun 2014 sebesar 14,76% sedangkan tahun 2015 sebesar 12,85%. Ini menunjukkan bahwa rasio CAR selama tiga periode lebih besar daripada kriteria yang ditetapkan Bank Indonesia yakni sebesar 8%, sehingga rasio CAR pada PT. Bank Syariah Mandiri dalam kategori SEHAT. 2. Rasio KAP pada PT. Bank Syariah Mandiri tahun 2013 sebesar 7,25%,

tahun 2014 sebesar 3,84% sedangkan tahun 2015 sebesar 2,85%. Ini menunjukkan bahwa rasio KAP selama tiga periode pada predikat SEHAT karena nilai rasio lebih kecil daripada kriteria yang ditetapkan Bank Indonesia yakni sebesar 10,35%.

3. Rasio PPAP pada PT. Bank Syariah Mandiri tahun 2013 sebesar 121,57%, tahun 2014 sebesar 87,91% sedangkan tahun 2015 sebesar 140,32%. Ini menunjukkan bahwa rasio PPAP selama tiga periode lebih besar daripada kriteria yang ditetapkan Bank Indonesia yakni sebesar 81%, sehingga rasio PPAP pada PT. Bank Syariah Mandiri dalam kategori SEHAT.


(4)

67

4. Rasio NPM pada PT. Bank Syariah Mandiri tahun 2013 sebesar 9,82%, tahun 2014 sebesar 1,10% sedangkan tahun 2015 sebesar 4,20%. Ini menunjukkan bahwa rasio NPM selama tiga periode mengalami fluktuasi. Pada tahun 2013 dan 2015 rasio NPM termasuk pada predikat SEHAT akan tetapi pada tahun 2014 termasuk pada predikat KURANG SEHAT.

5. Rasio ROA pada PT. Bank Syariah Mandiri tahun 2013 sebesar 1,38%, tahun 2014 sebesar 0,16% sedangkan tahun 2015 sebesar 0,53%. Rasio ROA pada PT. Bank Syariah Mandiri tahun 2013 dalam kategori SEHAT sedangkan 2014 dan 2015 termasuk dalam klasifikasi KURANG SEHAT.

6. Rasio BOPO pada PT. Bank Syariah Mandiri tahun 2013 sebesar 55,08%, tahun 2014 sebesar 61,06% sedangkan tahun 2015 sebesar 59,30%. Ini menunjukkan bahwa rasio BOPO selama tiga periode pada predikat SEHAT karena nilai rasio lebih kecil daripada kriteria yang ditetapkan Bank Indonesia yakni sebesar 93,52%.

7. Rasio NCM-CA pada PT. Bank Syariah Mandiri tahun 2013 sebesar 6,45%, tahun 2014 sebesar 4,46% sedangkan tahun 2015 sebesar 5,42%. Dari hasil tersebut menunjukkan bahwa rasio NCM-CA dalam kategori predikat SEHAT karena nilai rasio lebih besar dari ketetapan Bank Indonesia yakni sebesar 4,05%.

8. Rasio LDR pada PT. Bank Syariah Mandiri tahun 2013 sebesar 89,37%, tahun 2014 sebesar 82,13% sedangkan tahun 2015 sebesar 82,23%. Rasio LDR selama tiga periode tersebut lebih kecil daripada kriteria


(5)

yang ditetapkan Bank Indonesia yakni sebesar 94,75%, maka rasio yang dicapai termasuk dalam kategori SEHAT.

B. Saran

Sehubungan dengan penelitian yang dilakukan, peneliti ingin memberikan saran sebagai berikut:

1. Predikat yang dicapai tetap harus ditingkatkan agar dapat mempertahankan serta memperlihatkan kinerja keuangan yang sehat pada periode Laporan Keuangan selanjutnya sehingga dapat bersaing dengan bank lain.

2. Melihat dari hasil analisis yang dilakukan, mayoritas rasio perhitungan dapat mencapai nilai kredit dalam predikat SEHAT. Namun disisi lain dalam 2 (dua) tahun terakhir total beban yang dikeluarkan ternyata tidak diimbangi dengan total laba. Ini menyebabkan beberapa rasio dalam kategori KURANG SEHAT.


(6)

DAFTAR PUSTAKA

Budisantoso, Totok dan Nuritomo. 2014. Bank dan Lembaga Keuangan Lain. Jakarta: Salemba Empat.

Chandra, R., dkk. 2016. “Analisis Kinerja Keuangan Bank Syariah Mandiri Tbk

dengan Menggunakan Metode CAMEL”. Jurnal Ilmiah Fakultas Ekonomi

dan Bisnis Universitas Sam Ratulangi Manado.

Danupranata, Gita. 2013. Buku Ajar Manajemen Perbankan Syariah. Jakarta: Salemba Empat

Hartono, Jogiyanto. 2014. Metodologi Penelitian Bisnis: Salah Kaprah dan Pengalaman-pengalaman.Yogyakarta: BPFE Yogyakarta.

Hidayati, Inas Septa. 2013. “Analisis Tingkat Kesehatan Bank Mandiri Syariah Tahun 2009-2012 Menggunakan Metode CAMEL (Capital, Asset, Management, Earning, Liquidity)”. Tugas Akhir Jurusan Perbankan Syariah Fakultas Syariah STAIN Salatiga.

Ikatan Akuntansi Indoensia. 2002. Kerangka Dasar penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan Bank Syariah. Jakarta: Dewan Standar Akuntanis Keuangan Ikatan Akuntansi Indoensia.

Kaligis, Yulia Wihelmina. 2013. “Analisis Tingkat Kesehatan Bank dengan Menggunakan Metode CAMEL pada Industri Perbankan BUMN yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”. Jurnal Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sam Ratulangi Manado.

Kasmir. 2010. Pemasaran Bank. Jakarta: Kencana.

Muhamad. 2014. Manajemen Dana Bank Syariah. Jakarta: Rajawali Press. Otorisasi Jasa Keuangan.2016. Laporan Statistik Perbankan Syariah Juni 2016.

Jakarta: OJK.

Prodi Akuntansi Terapan Program Vokasi. 2016. Buku Panduan Tugas Akhir 2015/2016. Yogyakarta: Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

Said, Khaerunnisa. 2012. “Analisis Tingkat Kesehatan Bank dengan Menggunakan Metode CAMEL pada PT. Bank Syariah Mandiri (Periode 2001-2010)”. Skripsi Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Hasanuddin Makassar.


Dokumen yang terkait

ANALISIS TINGKAT KESEHATAN BANK DENGAN METODE CAMEL PADA BANK MUAMALAT INDONESIA, Analisis Tingkat Kesehatan Bank Dengan Metode Camel Pada Bank Muamalat Indonesia, Bank Syariah Mandiri, Dan Bni Syariah.

0 2 16

ANALISIS TINGKAT KESEHATAN BANK DENGAN METODE CAMEL PADA BANK MUAMALAT INDONESIA, Analisis Tingkat Kesehatan Bank Dengan Metode Camel Pada Bank Muamalat Indonesia, Bank Syariah Mandiri, Dan Bni Syariah.

2 8 13

ANALISIS TINGKAT KESEHATAN BANK DENGAN MENGGUNAKAN METODE CAMEL PADA PT.BANK MANDIRI SYARIAH Analisis Tingkat Kesehatan Bank Dengan Menggunakan Metode Camel Pada PT.Bank Mandiri Syariah (Periode 2006-2010).

0 1 14

PENDAHULUAN Analisis Tingkat Kesehatan Bank Dengan Menggunakan Metode Camel Pada PT.Bank Mandiri Syariah (Periode 2006-2010).

0 3 5

ANALISIS TINGKAT KESEHATAN BANK DENGAN MENGGUNAKAN METODE CAMEL PADA PT BANK MANDIRI SYARIAH Analisis Tingkat Kesehatan Bank Dengan Menggunakan Metode Camel Pada PT.Bank Mandiri Syariah (Periode 2006-2010).

0 1 13

MENGUKUR TINGKAT KESEHATAN BANK DENGAN MENGGUNAKAN METODE CAMEL PADA PT. BANK SYARIAH MANDIRI Mengukur Tingkat Kesehatan Bank Dengan Menggunakan Metode Camel Pada PT. Bank Syariah Mandiri Periode 2008-2011.

0 1 15

ANALISIS KESEHATAN BANK SYARIAH DENGAN MENGGUNAKAN METODE CAMEL Analisis Kesehatan Bank Syariah Dengan Menggunakan Metode Camel (Studi Kasus Pada PT Bank BRI Syariah Tahun 2008-2011).

0 1 15

ANALISIS TINGKAT KESEHATAN BANK SYARIAH DENGAN MENGGUNAKAN METODE CAMEL ANALISIS TINGKAT KESEHATAN BANK SYARIAH DENGAN MENGGUNAKAN METODE CAMEL (Studi Kasus pada PT BPR Syariah Sragen).

0 0 17

ANALISIS KINERJA BANK PADA PT. BANK SYARIAH MANDIRI DENGAN METODE CAMEL Analisis kinerja Bank pada PT.Bank Syariah Mandiri dengan Metode Camel.

0 1 12

"Tingkat Kesehatan PT. Bank Syariah Mandiri menggunakan Metode Camel.".

0 0 23