PENGARUH DEMOKRATISASI TERHADAP KETERLIBATAN PEREMPUAN INDIA DI PARLEMEN

SKRIPSI

PENGARUH DEMOKRATISASI TERHADAP
KETERLIBATAN PEREMPUAN INDIA DI PARLEMEN
Disusun dan Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Strata-1

Oleh :
Fike Nilam Sari
NIM: O9260031

JURUSAN HUBUNGAN INTERNASIONAL
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2014

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT atas
limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Tak
lupa pula penulis mengirimkan salam dan shalawat kepa Nabi Besar Muhammad

SAW yang telah membawa umat Islam ke jalan yang diridhoi Allah SWT.
Skripsi yang berjudul “Pengaruh Demokratisasi terhadap Keterlibatan
Perempuan India di Parlemen” merupakan salah satu syarat untuk mencapai
gelar sarjana ilmu sosial politik jurusan Hubungan Internasional Universitas
Muhammadiyah Malang. Penulis menyadari bahwa tugas akhir ini bukanlah
tujuan akhir dari

belajar karena belajar adalah sesuatu yang tidak terbatas.

Tercapainya penyelesaian skripsi ini tidak lepas dari dukungan dan bantuan dari
berbagai pihak. Oleh karena itu, saya ingin menyampaikan terima kasih yang
setulus-tulusnya kepada :
1. Ucapan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada orangtua saya yaitu Bapak
Hadi Sugianto dan Ibu Suwarni yang saya cintai dan saya hormati, yang selalu
mendukung dan tiada hentinya mendo’akan sehingga saya dapat mencapai gelar
Sarjana S 1. Tanpa kalian saya tidak mungkin dapat menyelesaikan pendidikan
tinggi seperti ini.
2. Pak Gonda Yumitro, Ibu Ayusia Shabita, Bu Helmia Asyathri selaku dosen
pembimbing skripsi yang senantiasa meluangkan waktu untuk memberikan
arahan, masukan, serta bimbingan sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi ini

dengan baik.

Daftar Isi

Judul…………………………………………………………………..........

i

Lembar Persetujuan………………………………………………………

ii

Lembar Pengesahan………………………………………………………

iii

Lembar Pernyataan……………………………………………………….

iv


Berita Acara Bimbingan…………………………………………………..

v

Abstraksi…………………………………………………………………..

vi

Halaman Persembahan dan Motto……………………………………….

viii

Kata Pengantar…………………………………………………………….

xi

Daftar Isi…………………………………………………………………..

xii


BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah……………………………….

1

1.2 Rumusan Masalah…………………………………….

5

1.3 Penelitian Terdahulu………………………………….

5

1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian………………………

12

1.4.1 Tujuan Penelitian……………………………….


12

1.4.2 Manfaat Penelitian………………………………

12

1.5 Kerangka Pemikiran…………………………………….

12

1.5.1 Peringkat Analisa……………………………….

12

1.6 Konsep Teori………………………………………….

13

1.6.1 Konsep Demokratisasi…………………………


13

1.6.2 Teori Feminisme………………………………..

16

1.7 Metodologi Penelitian………………………………...

20

1.7.1 Tipe Penelitian………………………………….

20

1.7.2 Teknik Pengumpulan Data…………………….

20

BAB II


1.7.3 Teknik Analisa Data……………………………

20

1.7.4 Ruang Lingkup Penelitian……………………..

21

1.7.5 Batasan Materi………………………………….

21

1.7.6 Batasan Waktu………………………………….

21

1.8 Asumsi Dasar…………………………………………

22


1.9 Struktur Penulisan…………………………………….

22

DINAMIKA DEMOKRATISASI DI INDIA
Dinamika Demokratisasi di India………………………..

24

2.1 Demokratisasi Pada Tahun 1947 hingga 1990………

27

2.1.1 Jawaharlal Nehru (1947-1964)........................

27

2.1.2 Lal Bahadur Shastri (1964-1966)……………..


30

2.1.3 Indira Gandhi (1966-1977 dan 1980-1984)….

31

2.1.4 Rajiv Gandhi (1984-1989)…………………….

34

2.1.5 Vishwanath Paratap Singh (1989-1990)………

BAB III

36

2.2 Demokratisasi Pada Tahun 1990 hingga sekarang….

37


2.2.1 Chandra Shekhar (1990-1991)………………..

39

2.2.2 P.V. Narasimha Rao (1991-1996)…………….

40

2.2.3 Atal Bihari Vajpayee (1996 dan 1998-2004)…

42

2.2.4 H.D. Deve Gowda (1996-1997)……………….

44

2.2.5 Dr. Manmohan Singh (2004-sekarang)……….

46


DINAMIKA GERAKAN PEREMPUAN INDIA DAN
PENINGKATAN JUMLAH PEREMPUAN DI PARLEMEN
Dinamika Gerakan Perempuan India dan Peningkatan
Jumlah Perempuan di Parlemen………………………….

51

3.1 Isu-Isu Perempuan di India………………………….

55

3.1.1 Kekerasan dan Kejahatan terhadap Perempuan

55

3.1.2 Isu-Isu Politik…………………………………..

58

3.1.3 Isu-Isu Ekonomi……………………………….

60

3.1.4 Isu-Isu Kesehatan dan Nutrisi…………………

61

3.2 Peningkatan Jumlah Perempuan India di Parlemen…

62

3.2.1 Persentase Keterlibatan Perempuan India di
Parlemen………………………………………..

68

3.2.1.1 Persentase Perempuan di Lok Sabha…

68

3.2.1.2 Persentase Perempuan di Rajya Sabha.

73

3.2.1.3 Persentase Perempuan pada Pemilihan
Umum…………………………………..

77

3.2.1.4 Jumlah Kandidat Perempuan dalam

BAB IV

Pemilihan Umum………………………

79

3.3 Kebijakan Pro Perempuan di Parlemen………………

83

PENUTUP
4.1 Kesimpulan……………………………………………

86

4.2 Saran……………………………………………………

88

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………...

90

DAFTAR TABEL
Tabel 1

: Tabel Perbandingan Penelitian Terdahulu………………

Tabel 2

: Tabel Persentase Keterwakilan Perempuan di Lok
Sabha………………………………………………………

Tabel 3

68

: Tabel Persentase Keterwakilan Perempuan di Rajya
Sabha………………………………………………………

Tabel 4

10

73

: Tabel Persentase Jumlah Pemilih Perempuan pada
Pemilu…………………………………………………….

77

Tabel 5

: Persentase Jumlah Kandidat Perempuan dalam
Pemilihan Umum Parlemen…………………………………

79

DAFTAR GAMBAR
Gambar 1

: Skema Dinamika Demokratisasi di India dan
Perkembangan Keterwakilan Perempuan India dalam
Parlemen……………………………………………………

81

Gambar 2

: Skema Perkembangan Feminisme di India…………………

82

Gambar 3

: Peta India……………………………………………………

89

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT atas
limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Tak
lupa pula penulis mengirimkan salam dan shalawat kepa Nabi Besar Muhammad
SAW yang telah membawa umat Islam ke jalan yang diridhoi Allah SWT.
Skripsi yang berjudul “Pengaruh Demokratisasi terhadap Keterlibatan
Perempuan India di Parlemen” merupakan salah satu syarat untuk mencapai
gelar sarjana ilmu sosial politik jurusan Hubungan Internasional Universitas
Muhammadiyah Malang. Penulis menyadari bahwa tugas akhir ini bukanlah
tujuan akhir dari

belajar karena belajar adalah sesuatu yang tidak terbatas.

Tercapainya penyelesaian skripsi ini tidak lepas dari dukungan dan bantuan dari
berbagai pihak. Oleh karena itu, saya ingin menyampaikan terima kasih yang
setulus-tulusnya kepada :
1. Ucapan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada orangtua saya yaitu
Bapak Hadi Sugianto dan Ibu Suwarni yang saya cintai dan saya hormati,
yang selalu mendukung dan tiada hentinya mendo’akan sehingga saya
dapat mencapai gelar S 1. Tanpa kalian saya tidak mungkin dapat
menyelesaikan pendidikan tinggi seperti ini.
2. Pak Gonda Yumitro, Ibu Ayusia Shabita, Bu Helmia Asyathri selaku
dosen pembimbing skripsi yang senantiasa meluangkan waktu untuk

memberikan arahan, masukan, serta bimbingan sehingga saya dapat
menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

Daftar Pustaka
Dari buku:
Sagala, R. Valentina. Pergulatan Feminisme dan HAM.
Mas’oed, Mohtar.
Pelajar.Yogyakarta.

Negara,

Kapital

dan

Demokrasi.

2003.

Pustaka

D. Sharma, Shalendra. Development and Democracy in India. 1999. Lynne
Rienner Publisher. United State of America.
Sorensen, Georg. Demokrasi dan Demokratisasi, Proses dan Prospek dalam
Sebuah Dunia yang Sedang Berubah. 2003. Pustaka Pelajar, Yogyakarta.
Held, David. Demokrasi dan Tatanan Global, Dari Negara Modern hingga
Pemerintahan Kosmopolitan. 2004. Pustaka Pelajar, Yogyakarta.
Gamble, Sarah. Pengantar Memahami Feminisme dan Postfeminisme. 2004.
Jalasutra. Yogyakarta.
Martono, Nanang. Sosiologi Perubahan Sosial : Perspektif Klasik, Modern,
Posmodern, dan Poskolonial. 2011. Rajawali Pers. Jakarta.
Sambulah, Dr. Umi. Gender dan Demokrasi. 2008. Averroes Press. Malang.
Saadawi, Nawal El. Perempuan Dalam Budaya Patriarki. 2001. Pustaka
Pelajar. Yogyakarta.
Dutt, Sagarika. Indian in A Globalized World. 2006. Manchester University.
UK.
V. Krishna, Ananth. India Since Independent: Making Sense Of Indian Politics.
2011. Dorling Kindersley. India.
Palanithurai, Ganapathy. Grassroot Democracy in India Society. 2000.
Concept Publishing Company. New Delhi.
Chand, Attar. Prime Minister, H.D. DeveGowda: The Gain and the Pain: (a
Biographical Study). 1997. Gyan Publishing House. India.
Parliament of India.The Ninth LokSabha, 1989-1991: A Study. 1992. LokSabha
Secretariat. New Delhi.
Mohapatra, Padmalaya. Elite Women of India. 2000. S.B. Nangia. New Delhi.
Gandhi,
Mahatma.
KaumPerempuandanKetidakadilanSosial.
PustakaPelajar. Yogyakarta.

2011.

Dari internet :
K.C. Suri, An ASEAN Barometer Conference on The State of Democratic
Governance in Asia, The State of Democratic Governance in
Indiahttp://www.asianbarometer.org/newenglish/publications/conferencepapers
/2008conference/sec.6.1.pdf
Miguel Angel Lara Otaola , Democracy in India , to Avoid “a Million
Mutines”http://www.razonypalabra.org.mx/N/N72/Varia_72/24_Lara_72.pdf
Philip Oldenburg, India’s Democracy: Illusion or Realityhttp://www.asianstudies.org/eaa/Oldenburg-12-3.pdf
Atur Kohli, The Succes of Indi’a’s
Democracyhttp://storage.globalcitizen.net/data/topic/knowledge/uploads/20111
01085513705.pdf
Defining Democracy, Produced and maintained by the U.S. Department of
State's Bureau of International Information
Programs,http://www.ait.org.tw/infousa/zhtw/docs/whatsdem/whatdm2.htm
SarbeswarSahoo, Democratic India in The Development Index
2004http://www.countercurrents.org/sahoo170707.htm
Julie Balington, Pemberdayaan Perempuan demi Partai Politik yang Lebih
Kuat,http://www.undp.org/content/dam/undp/library/gender/gender%20and%2
0governance/Bahasa%20Indonesia_Empowering_women_UNDPNDI_4%202
012.pdf
Sarbani Guha Ghosal, Major Trend of Feminism in India,
http://www.jstor.org/stable/41856169
Dr. Manjunath Sadashiva, Revitalizing Democracy and Participation inIndia:
Recent National Policy Initiativeshttp://www.bertelsmannstiftung.de/cps/rde/xbcr/SID-380F65A89E0CE423/bst/Manjunath%20Sadashiva.pdf
Malathi Subramanian, Political Participation and Representation of Women in
Indian
Politicshttp://www.du.ac.in/fileadmin/DU/Academics/course_material/hrge_08
.pdf
Nadezhda Shvedona, Obstacles to Women’s Participation in Parliament,
http://www.idea.int/publications/wip2/upload/2.%20Obstacles_to_Women's_p
articipation_in_Parliament.pdf
Shefali Jha, Democracy in India – The State-Institutional
Domainhttp://www.democracy-asia.org/qa/india/Shefali%20Jha.pdf

Shirin Rai, Kelas, Kasta dan Gender: Perempuan dalam Parlemen diIndia,
http://www.idea.int/publications/wip/upload/CS-India.pdf
Tess Lenning, Feminism and Democracy Renewal,
http://www.lwbooks.co.uk/journals/soundings/pdfs/s52lanning.pdf
Sumati Arora, Democracy in India: A Succes or
Failurhttp://theviewspaper.net/democracy-in-india-a-success-or-failure/
Sheri Berman, Understanding Social
Democracyhttp://www8.georgetown.edu/centers/cdacs/bermanpaper.pdf
Jane Mansbridge, Feminism and Democracy,
http://prospect.org/article/feminism-and-democracy
Argyo Demartoto, Konsep Maskulinitas dari Jaman ke Jaman dan Citranya
dalam Mediahttp://argyo.staff.uns.ac.id/files/2010/08/maskulinitas-ind1.pdf
Clare Moynihan, Theories of
Masculinityhttp://www.bmj.com/content/317/7165/1072
Nurzakiah Ahmad, Representasi
Maskulinitashttp://lontar.ui.ac.id/file?file=digital/123203-RB11N438rRepresentasi%20maskulinitas-Literatur.pdf
Judith Kegan Gardiner, Men, Masculinities, and Feminist
Theoryhttp://www.corwin.com/upm-data/5177_Kimmel_Chapter_3.pdf

Misiyah, Pengalaman Perempuan: Sumber Pengetahuan yang Membebaskan.
Jurnal Perempuan, Untuk Pencerahan dan Kesetaraan. 2006. SMKG Desa
Putera, Jakarta.
Maya Tudor, India’s Democratic Journey
http://www.tfd.org.tw/docs/dj0402/189-194%20Maya%20Tudor.pdf
Emily Dubie, Defying Modernization Theory: The Case of India
http://www.anselm.edu/Documents/NHIOP/Global%20Topics/Archive/Dubiefi
nal09.pdf
Vidya Bhushan Rawat, Caste and Democracy in India,
http://www.countercurrents.org/rawat130609.htm
Alistair McMillan, Deviant Democractization in
Indiahttp://faculty.washington.edu/acs22/SinklerSite/PolS%20204/McMillan_
Deviant_Democratization_in_India.pdf
Sumit Gungly, India in The Liberal
Orderhttp://www.transatlanticacademy.org/sites/default/files/publications/Gang
uly_IndiaLiberalOrder_Nov13_0.pdf

Suranjan Das, The Nehru Years in Indian
Politicshttp://www.sps.ed.ac.uk/__data/assets/pdf_file/0005/38480/WP16_Sura
njan_Das.pdf
Siddhartha Dash, Remembering LalBahdurShastri: The Little Big Man
http://orissa.gov.in/e-magazine/Orissareview/2010/October/engpdf/48-50.pdf
Sourabh Singh, Unraveling the Enogma of Indira Gandhi’s in Indian Politics:
A Women Leader’s for Political Legitimacyhttp://eresources.pnri.go.id:2058/docview/1031262353/1430AB9139347CB4776/1?ac
countid=25704
Ramachandra Guha, Indira Gandhi: Patriot
Otoriterhttp://www.bbc.co.uk/indonesian/indepth/story/2009/10/printable/0910
31_indiragandhi.shtml
Ram Jethmalani, Comenting of Dynastic Democracyhttp://www.sundayguardian.com/analysis/cementing-of-dynastic-democracy
V.M. KhaleelurRahman, A Relook at The Shah Bano Case Lest We Forget It
http://www.newageislam.com/islamic-sharia-laws/a-relook-at-the-shah-banocase-lest-we-forget-it/d/6982
Sterba, James P., Gandhi Declines Taskof Leading a Chaotic Indiahttp://neweresources.pnri.go.id/library.php?id=00001
Prabhash Joshi, The Uncommon Catalyst
http://archive.tehelka.com/story_main41.asp?filename=Ne201208the_uncomm
on.asp
D.L. Sheth, Micro-Movement in India: Towards a New Politics of Participatory
Democracyhttp://www.chs.ubc.ca/participatory/docs/sheth.pdf
Usha Thakkar, Engendering Politics for Good Governance: Advocacy By
Women for Social and Political
Changehttp://c.ymcdn.com/sites/www.istr.org/resource/resmgr/working_papers
_cape_town/thakkar.pdf
RamtanuMaitradan Susan Maitra, Political Power Play Threatens to Derail
India’s DeveGowda Government
http://www.larouchepub.com/eiw/public/1997/eirv24n17-19970418/eirv24n1719970418_060-political_power_play_threatens_t.pdf
BBC News 21 Juli 2007, First Female President for
Indiahttp://news.bbc.co.uk/2/hi/6909979.stm

WinlokSabha, Women in Electoral Process of India- Under Representation in
Decision
MakingProcess http://onlineministries.creighton.edu/CollaborativeMinistry/NE
SRC/Pranami/women%20in%20legislature.doc
Manisha Desai, Women’s Movement in
Indiahttp://onlinelibrary.wiley.com/doi/10.1002/9780470674871.wbespm425/a
bstract
Usha Thakkar, Engendering Politics for Good Governance: Advocacy By
Women for Social and Political
Changehttp://c.ymcdn.com/sites/www.istr.org/resource/resmgr/working_papers
_cape_town/thakkar.pdf
Dikutipdari: Mapping the Women’s Movement in
Indiahttp://shodhganga.inflibnet.ac.in/bitstream/10603/2722/13/13_chapter%2
04.pdf
Dikutip dari: Third World Network, The Women’s Movement in India: Action
and Reflectionhttp://www.twnside.org.sg/title/india1-cn.htm
Dikutipdari: Contamporary Indian Women
http://shodhganga.inflibnet.ac.in/bitstream/10603/226/8/08_chapter4.pdf
The Times of India 19 Februari 2014: Rise in Dimestic Violence
Caseshttp://timesofindia.indiatimes.com/city/pune/Rise-in-domestic-violencecases/articleshow/30636710.cms
Caravan Magazine 1 April 2010, Filling The
Billhttp://caravanmagazine.in/perspectives/filling-bill
Victoria A. Velkoff and ArjunAdlakha, Women of The World: Women’s Health
in India https://www.census.gov/population/international/files/wid-9803.pdf
Legislative Quotas for Women, AGlobal South Asian Overview of Types and
Numbers http://www.af.org.pk/pub_files/1358744372.pdf
Dr. Vaneshree Joseph, Change Agents? Women and Political Participation in
India http://blogs.lse.ac.uk/indiaatlse/2012/06/20/change-agents-women-andpolitical-participation-in-india/
Praveen Rai, Electoral Participation of Women in India: Key Determinants and
Barriershttp://www.csds.in/sites/default/files/Banner/Electoral%20Participatio
n%20of%20Women%20in%20India.pdf

Dates of Elections: 24, 27 and 28 December 1984http://www.ipu.org/parlinee/reports/arc/INDIA_1984_E.PDF
Participation of Women ini National Parties: Election Commision of India,
General Elections, 2009
(15thLokSabha)http://eci.nic.in/eci_main/archiveofge2009/Stats/VOLI/18_Parti
cipationOfWomenInNationalParties.pdf
SoutikBiswas, Indian Upper House Approves Women’s Quota Bill
http://news.bbc.co.uk/2/hi/south_asia/8557237.stm
Reservation of Seats for Women in Legislative Bodies: Perspectives
http://rajyasabha.nic.in/rsnew/publication_electronic/reserv_women_pers2008.
pdf
Dikutip dari: National Policy the Empowerment of Women
2001http://www.wcd.nic.in/empwomen.htm
Harmeet Shah Singh, India’s Upper House Passes Pro-Women
Bill.http://edition.cnn.com/2010/WORLD/asiapcf/03/10/india.women.bill/
Lori Beaman etc, The Impact of Women Policy Makers on Public Goods in
Indiahttp://www.povertyactionlab.org/evaluation/impact-women-policymakers-public-goods-india

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang masalah
Demokrasi memang bukan hal yang pasti dalam memajukan suatu
negara, tidak semua negara demokrasi mengalami perkembangan yang
signifikan dalam mencapai kemakmuran. Tetapi India, negara yang
merdeka pada tahun 1947 dan sejak saat itu menganut sistem demokrasi
telah mengalami kesuksesan dalam menjalankannya hingga sekarang.
Bahkan India merupakan salah satu negara demokrasi terbesar di dunia
dengan perkembangan perekonomian yang cukup dipandang dunia.
Perjalanan demokrasi India dimulai pada tahun 1950, dengan janji
untuk mengamankan semua warganya dengan cara adanya keadilan sosial,
ekonomi dan politik, kebebasan berfikir, berekspresi, keyakinan, iman dan
ibadah, serta persamaan status dan kesempatan1. Pemilihan umum pertama
kali dilakukan di India pada tahun 1952 dengan perdana menteri Jawaharal
Nehru yang bersifat sosialis dan memiliki sistem demokrasi prosedural2.
Kemudian digantikan oleh Indira Gandhi pada tahun 1966-1977 yang
lebih dapat memperkuat demokrasi3. Indira melakukan liberalisasi dengan
1

K.C. Suri, An ASEAN Barometer Conference on The State of Democratic Governance in Asia, The
State of Democratic Governance in India
http://www.asianbarometer.org/newenglish/publications/conferencepapers/2008conference/sec.6.1.
pdf diakses pada 1 Desember 2013.
2
Miguel Angel Lara Otaola , Democracy in India , to Avoid “a Million Mutines”
http://www.razonypalabra.org.mx/N/N72/Varia_72/24_Lara_72.pdf diakses pada 3 Desember
2013.
3
Philip Oldenburg, India’s Democracy: Illusion or Reality
http://www.asianstudies.org/eaa/Oldenburg-12-3.pdf diakses 4 November 2013.

1

usaha mengentaskan kemiskinan, membantu orang-orang miskin dengan
memberikan bantuan modal, tetapi setelah itu India mengalami krisis dan
Indira Gandhi turun jabatan, pada tahun 1980 Indira Gandhi mencalonkan
diri lagi sebagai Perdana Menteri dan mencoba untuk mewujudkan
demokrasi liberal4.
Tetapi di balik kesuksesan demokrasi tersebut, stratifikasi sosial
yang melekat pada agama Hindu di India masih ada, kebanyakan politisi
berasal dari kasta atas terutama pada perempuan. Dengan adanya
demokratisasi seharusnya seluruh rakyat mencapai kebebasannya.
Demokrasi sendiri, menurut Abraham Lincoln didefinisikan sebagai
pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat5. Kebebasan
merupakan bagian dari demokrasi, antara lain kebebasan bersuara, hak
asasi manusia, dan persamaan di depan hukum.
India masih mengalami tantangan dalam perjalanan menuju negara
yang benar-benar demokrasi karena masih banyaknya diskriminasi yang
terjadi. Banyak cara yang diambil melalui legislasi khusus tetapi kekerasan
dan diskriminasi terhadap perempuan dan kasta rendah tetap saja terjadi6.
Jika keterwakilan perempuan di parlemen dapat memadahi, mungkin saja
diskriminasi terhadap perempuan akan berkurang, tetapi sayangnya jumlah
Atur Kohli, The Succes of India’s Democracy
http://storage.globalcitizen.net/data/topic/knowledge/uploads/2011101085513705.pdf diakses pada
4 November 2013
5
Defining Democracy, http://www.ait.org.tw/infousa/zhtw/docs/whatsdem/whatdm2.htm
Produced and maintained by the U.S. Department of State's Bureau of International Information
Programs. Diakses pada 30 oktober 2013.
4

6

Sarbeswar Sahoo, Democratic India in The Development Index 2004
http://www.countercurrents.org/sahoo170707.htm diakses pada 5 Februari 2014

2

persentase perempuan di parlemen India belum memadahi. Dengan jumlah
kursi parlemen yang kurang dari duapuluh persen diduduki oleh
perempuan, jelas bahwa partai politik harus berusaha dan berupaya untuk
mendorong pemberdayaan perempuan dalam politik7.
Kurang terwakilinya perempuan di dalam parlemen menyebabkan
munculnya aktifis-aktifis feminis dalam masyarakat maupun negara.
Feminisme menurut Yubahar Ilyas adalah kesadaran kaum perempuan atas
penindasan dan perlakuan tidak adil baik dalam keluarga maupun
masyarakat serta tindakan untuk mengubah hal tersebut yang dilakukan
oleh kaum laki-laki maupun perempuan itu sendiri8. Bagi penjelasan
pentingnya studi tentang gender yang kini berkembang sebenarnya dimulai
dari Amerika pada awal tahun 1970-an, ketika para sarjana hukum feminis
mulai melancarkan protes terhadap hukum melalui pandangan yang
didasarkan “pengalaman perempuan9”. Di India, dibawah pengaruh
kolonial ide-ide feminis mulai menyebar, namun permasalahan yang
diperhatikan hanya kepada kelas-kelas tertinggi Hindu dalam masyarakat
yang mencakup kolonial elit10.

7

Julie Balington, Pemberdayaan Perempuan demi Partai Politik yang Lebih Kuat,
http://www.undp.org/content/dam/undp/library/gender/gender%20and%20governance/Bahasa%20
Indonesia_Empowering_women_UNDP-NDI_4%202012.pdf diakses pada 4 Okotober 2013.
8
Nur Shofwah, Feminisme, http://www.scribd.com/doc/28956671/FEMINISME diakses pada 30
oktober 2013.
9
Pengalaman perempuan diartikan sebagai pengalaman yang sebagaimana pengalaman tersebut
ditempatkan dalam dokumen HAM dan Konvensi Menentang Penyiksaan atau Penghukuman Lain
yang kejam, tidak manusiawai dan merendahkan mertabat manusia dan relasinya dengan
kekerasan terhadap perempuan. R. Valentina Sagala, Pergulatan Feminisme dan HAM. Hal 60.
10
Sarbani Guha Ghosal, Major Trend of Feminism in India. http://www.jstor.org/stable/41856169
diakses pada 3 Oktober 2013.

3

India menganut demokrasi parlementer dua kamar dengan sistem
multipartai, majelis rendah disebut Lok Sabha dan mejelis tinggi disebut
Rajya Sabha, tetapi di dalam dua majelis tersebut keterwakilan perempuan
masih dianggap kurang, persentasenyapun mengalami fluktuasi. Adanya
status di bawah dan diskriminasi yang diberikan kepada perempuan dalam
masyarakat India seperti dalam hubungan sosial, posisi politik dan
kegiatan ekonomi turut memainkan peran penting dalam memperdalam
adanya kesenjangan sosial11. Keterwakilan perempuan dalam parlemen
juga masih didomminasi oleh kaum laki-laki. Dapat kita lihat dari
persentase perempuan dalam parlemen India sebagai berikut :
a. Lok Sabha: pada tahun 1952 berjumlah 4,4%, pada tahun 1971
berjumlah 4,2%, pada tahun 1984 berjumlah 8,1%, pada tahun 1998
berjumlah 8,07%, dan pada tahun 2009 berjumlah 10,912.
b. Rajya Sabha: pada tahun 1952 berjumlah 7,3%, pada tahun 1971
berjumlah 7%, pada tahun 1984 berjumlah 11,48%, pada tahun 1998
berjumlah 6,12%, pada tahun 2009 berjumlah 8,98%13.
Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis mengambil judul
penelitian yakni “Pengaruh Demokratisasi terhadap Keterlibatan
Perempuan India di Parlemen” dengan tujuan untuk memaparkan dan

11

Dr. Manjunath Sadashiva, Revitalizing Democracy and Participation in India: Recent National
Policy Initiatives http://www.bertelsmann-stiftung.de/cps/rde/xbcr/SID-380F65A89E0CE423/bst/Manjunath%20Sadashiva.pdf diakses pada 22 November 2013.
12
Reservation of Seats for Women in Legislative Bodies: Perspectives.
http://rajyasabha.nic.in/rsnew/publication_electronic/reserv_women_pers2008.pdf
13
Ibid hal 5.

4

mengetahui bagaimana demokratisasi dapat mempengaruhi keterlibatan
perempuan dalam parlemen.

1.2 Rumusan Masalah
Penulisan karya ilmiah perlu adanya sebuah perumusan masalah
sebagai bentuk penentuan masalah utama yang akan dijelaskan dan
menunjukkan sejauh mana permasalahan tersebut menjadi penting untuk
diangkat. Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah
dalam penulisan ini adalah :
Bagaimana pengaruh demokratisasi terhadap keterlibatan perempuan
India di parlemen?

1.3 Penelitian Terdahulu
Peneliti berusaha untuk menyajikan penelitian-penelitian yang
sudah ada sebelumnya yang meliputi jurnal dan buku yang memiliki
kesamaan tema. Penelitian terdahulu disajikan dengan tujuan untuk
mencari perbandingan hasil serta orisinalitas penelitian.
Penelitian terdahulu yang pertama adalah Obstacles to Women’s
Participation in Parliament oleh Nadezhda Shvedova14. Pada tingkat sosial
politik, keterwakilan perempuan di parlemen begitu kurang, pada tahun 2005
hampir 16% kursi yang dipegang oleh perempuan. Hal tersebut dikarenakan
adanya perbedaan berdasarkan kelas, ras etnis, latar belakang budaya dan
Nadezhda Shvedona, Obstacles to Women’s Participation in Parliament,
http://www.idea.int/publications/wip2/upload/2.%20Obstacles_to_Women's_participation_in_Par
liament.pdf diakses pada 22 November 2013.

14

5

pendidikan. Tidakterwakilinya perempuan di dalam parlemen menjadikan
kemungkinan prinsip-prinsip demokrasi dalam masyarakat tidak terwujud,
serta mengecilan pencapaian kesetaraan gender.
Pada abad 20 perempuan mendapatkan akses untuk mendapatkan hak
politik, ekonomi, dan sosial. Hal tersebut merupakan perubahan yang sangat
berarti bagi kaum perempuan, namun meskipun sebagian perempuan telah
berhasil memerangi diskriminasi, kesenjangan di daerah lain masih tetap
berlanjut. Hingga pada abad 21 pun kaum perempuan harus masih tetap
berjuang melawan kesenjangan tersebut. Hal tersebut disebabkan sebagian
besar di pemerintahan telah didominasi oleh laki-laki. Oleh karena itu
langkah-langkah tindakan positif harus diambil untuk menjamin representasi
perempuan dalam masyarakat dan pemerintahan.
Penelitian yang kedua yaitu berjudul Democracy in India – The
State-Institutional Domain oleh Shefali Jha15. Di India, menurut Majelis
Konstitusi, kewarganegaan India memiliki dua prinsip yaitu lex sanguis
dimana kewarganegaraan ditentukan oleh darah dan ras, terlepas dari tempat
kelahiran, dan lex soli dimana kewarganegaraan ditentukan atas dasar
kelahiran. Masyarakat demokratis seharusnya dapat hidup bersama dengan
masyarakat lain, terikat satu sama lain terlepas dari klasifikasi kelas, kasta,
dan agama. Tetapi di India masih terjadi kesenjangan yang sangat tinggi di
tingkat masyarakat. Dalam politikpun masih ada stratifikasi sosial karena
melekatnya unsur budaya. Reformasi kelembagaan Indiapun menjadi
Shefali Jha, Democracy in India – The State-Institutional Domain http://www.democracyasia.org/qa/india/Shefali%20Jha.pdf diakses pada 4 november 2013.

15

6

perdebatan, dan domain kelembagaan negara India megnungkapkan bahwa
banyak yang bermasalah tentang lembaga-lembaga politik di India.
Permasalahan dalam kerja legislatif dan eksekutif menjadikan tersumbatnya
upaya untuk membentuk peradilan dalam politik India.
Penelitian terdahulu yang ketiga yaitu studi kasus yang berjudul
Kelas, Kasta, dan Gender : Perempuan dalam Parlemen di India, oleh
Shirin Rai16. Dalam studi kasusnya ini Shirin membahas tentang kesulitan
yang dialami oleh perempuan India untuk masuk ke dalam dunia politik.
Politisi perempuan sendiri mengatakan bahwa dalam partai politik pun,
amat jarang ditemukan wanita di dalamnya. Hal tersebut telah menjadi isu
bagi gerakan-gerakan feminis di negara tersebut. Isu kuota parlemen yang
tumpang tindih antara kuota perempuan dari kasta rendah dengan elitisme,
sebagaian besar kelompok merasa bahwa hal tersebut dapat memecah
belah kaum perempuan. Mereka juga khawatir mengenai pemberian hakhak istimewa kepada perempuan elite dengan menjamin kursi bagi mereka
di parlemen.
Pada periode 1991-1996 sebagian besar wakil parlemen perempuan
berasal dari kalangan kelas menengah, banyak di antara mereka memasuki
dunia politik melalui hubungan keluarga, sebagian melalui grakan-gerakan
mahasiswa, dan sebagian lagi merupakan hasil prakarsa negara yang
bertujuan untuk meningkatkan representasi dari kasta-kasta rendah. Dalam
parlemen, perempuan-perempuan yang memiliki jabatan tinggi berasal dari
16

Studi kasus penelitian oleh Shirin Rai, Kelas, Kasta, dan Gender : Perempuan dalam Parlemen
di India, http://www.idea.int/publications/wip/upload/CS-India.pdf hal. diakses pada 17 Juni
2013.

7

kalangan elite dan memiliki latar belakang terdidik, dan memperoleh
dukungan dari keluarga mereka. Jadi, mayoritas perempuan dalam
parlemen India adalah perempuan-perempuan dari kalangan elite, posisi
kelas mereka sendiri lebih memiliki peluang yang besar untuk masuk ke
dalam kancah politik daripada perempuan-perempuan yang berasal dari
kasta rendah.
Yang ke empat adalah yaitu jurnal penelitian yang berjudul
Feminism and Democracy Renewal yang ditulis oleh Tess Lenning17. Dia
sering mengatakan bahwa aspirasi dan kesempatan bagi perempuan terus
meningkat selama abad terakhir. Pendidikan dan kesempatan kerja bagi
perempuanpun juga sudah terbuka tidak seperti dulu. Protesnya para
feminis dan organisasi-organisasi perempuan telah menjadikan adanya
tindakan untuk melindungi hak-hak dan mencegah kekerasan terhadap
perempuan.
Pemikiran

konservatif

mendefinisikan

feminisme

sebagai

penunjang hak yang sama dan kesempatan bagi perempuan. Banyak
politisi yang menarik perempuan untuk diberikan posisi kekuasaan politik
agar kaum muda perempuan dapat mengahadapi dominasi laki-laki. Oleh
karena itu, daya perempuan juga merupakan model perubahan politik.
Feminis liberal, radikal, maupun sosialis memiliki tujuan yang sama yaitu
memperjuangkan kesetaraan. Mereka mendapatkan keberhasilan meskipun
mengalami fase yang lama, yaitu pada pergeseran sikap seksisme,
17

Tess Lenning, Feminism and Democracy Renewal,
http://www.lwbooks.co.uk/journals/soundings/pdfs/s52lanning.pdf diakses pada 1 November
2013.

8

kekerasan dalam rumah tangga, dan peran gender. Gerakan feminis secara
eksplisit berusaha untuk mengatur dan melibatkan perempuan dari semua
segi latar belakang dalam perubahan sosial.
Dengan adanya krisis keuangan global menjadikan negara
memperbaharui demokrasi kapitalisme mereka. Begitu juga feminis harus
melawan perubahan agar dapat memasukkan kepentingan politik mereka
di setiap pembaharuan. Hal tersebut menjadikan feminis tidak hanya
membahas jenis kelamin, tetapi pemahaman dimana laki-laki dan
perempuan dari berbagai latar belakang yang tertindas memiliki
pemahaman untuk mewujudkan kebaikan bersama.
Penelitian terdahulu yang terakhir adalah artikel Sumati Arora yang
berjudul Democracy in India: A Succes or Failur?18, menurut Samuel
Huntington, demokrasi India merupakan sebuah institusi yang menghadapi
krisis menjelang kemerdekaannya seperti krisis integrasi nasional, krisis
indentitas, krisis legitimasi, dll. India pada saat baru merdeka begitu
banyak menghadapi tantangan dalam memperjuangkan demokrasi. Apalagi
dengan masalah utamanya tentang adanya sistem kasta, kemiskinan, dan
buta huruf.
Setelah bertahun-tahun India penuh gejolak, demokrasi di India
masih saja dalam bentuk unik. Karena masih adanya sistem kasta di
dalamnya, yaitu untuk kelas yang istimewa dari masyarakat itu akan
berarti kebebasan untuk perusahaan dan yang lebih rendah berarti
18

Sumati Arora, Democracy in India: A Succes or Failur? http://theviewspaper.net/democracy-inindia-a-success-or-failure/ diakses pada 27 Maret 2012.

9

kesetaraan (setidaknya antara masyarakat) dan perwakilan. India
merupakan negara yang memiliki komitmen dalam untuk sistem
demokrasi dan nilai-nilai demokrasi memberikan dorongan terhadap
perubahan dan melihat perjuangan kontemporer dan gerakan rakyat
sebagai bagian dari proses demokrasi.
Tabel 1: tabel perbandingan penelitian terdahulu
No.

Nama/Judul Penelitian

Metodologi

1.

Nadezhda
Snvedova/Kendala
Partisipasi Perempuan di
Parlemen

Deskriptif. Teori
demokrasi dan
kesetaraan gender.

2.

Shefali Jha/Democracy
in India – The Satate–
Institutional Domain

Teori kebudayaan dan
stratifikasi sosial.

3.

Shirin Rai/Kelas, Kasta, Model penelitian:

Hasil
Tidakterwakilinya
perempuan dalam
sosial-politik
dikarenakan adanya
perbedaan berdasarkan
kelas, ras, etnis, latar
belakang budaya dan
pendidikan. Meskipun
sebagian perempuan
telah berhasil
memerangi diskriminasi,
namun di daerah lain
masih banyak terjadi
diskriminasi terhadap
perempuan.
Kesenjangan dalam
politik disebabkan oleh
adanya perbedaan
kasta, kelas, dan ras.
Budaya tersebut yang
menyebabkan adanya
stratifikasi sosial dan
permasalahan dalam
pemerintahan. Oleh
karena itu pemerintah
India masih berusaha
menyelesaikannya.
Mayoritas perempuan

10

dan Gender :
Perempuan dalam
Parlemen di India

4.

5.

6.

deskriptif.
Teori: Persamaan
Gender.

dalamparlemen India
adalah perempuan
darikalangan elite,
karena merekalebih
memiliki peluang
daripada perempuan
dari kasta rendah.
Sumati Arora/
Analisis demokrasi
Demokrasi di India
Demokrasi India :
Samuel Huntington
merupakan bentuk
Sebuah Kesuksesan
yang unik, karenamasih
atau Kegagalan.
melekatnya sistem
kasta. Demokrasi juga
memberikan dorongan
munculnya gerakan
rakyat.
Tess Lanning/
Deskriptif. Teori :
Feminisme berusaha
Feminisme dan
kesetaraan gender
masuk disetiap
Pembaharuan
perubahan sosial politik
Demokrasi.
negara agar mereka
turut di dalamnya.
Dengan adanya
pebaharuan demokrasi
akibat krisis global,
kaum perempuan pada
abad terakhir ini
memiliki ruang dalam
perpolitikan negara.
Fike Nilam Sari/
Deskriptif. Teori :
Ternyata meskipun
Pengaruh
Konsep demokratisasi, India merupakan
Demokratisasi terhadap teori feminisme.
negara demokrasi yang
Keterlibatan Perempuan
besar, pemberdayaan
India di Parlemen
perempuan dalam
pemerintahan masih
sangat kurang, hal
tersebut dikarenakan
adanya kasta dan
budaya patriarkhi yang
masih melekat pada
masyarakatnya.

11

1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.4.1. Tujuan Penelitian
a. Mengetahui demokratisasi di India dan posisi perempuan dalam
parlemennya.
b. Mengetahui pengaruh demokratisasi terhadap keterlibatan perempuan
India dalam parlemen.
c. Mengetahui hambatan yang menyebabkan demokratisasi tidak
signifikan terhadap keterlibatan perempuan India di parlemen.
1.4.2. Manfaat Penelitian
Penelitian ini dapat bermanfaat untuk :
1. Mahasiswa Hubungan Internasional yang ingin mencari gambaran
secara umum bagaimana pengaruh demokratisasi terhadap keterlibatan
perempuan India di parlemen.
2. Untuk peneliti selanjutnya agar dapat mencari pembahasan-pembahasan
yang baru yang belum sempat terbahas dalam penelitian ini.
3. Secara umum penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan referensi
atau bacaan tentang perkembangan feminisme di India.

1.5 Kerangka Pemikiran
1.5.1 Peringkat Analisa
Peneliti menggunakan level analisa deduksionis yang memiliki unit
analisa atau variabel dependennya adalah demokratisasi suatu negara,
sedangkan unit eksplanasinya adalah keterlibatan perempuan India di

12

parlemen. Alasan mengapa menggunakan analisa deduksionis karena adanya
pengaruh dari demokratisasi terhadap perempuan (individu), dan penulis
dapat menjabarkan pola perkembangan persentase terhadap keterlibatan
perempuan India di parlemen.

1.6 Konsep Teori
1.6.1 Konsep Demokratisasi
Menurut Robert Dahl, ciri khas demokrasi adalah sikap tanggap
pemerintah terhadap keinginan warganegaranya, dengan menggambarkan
tatanan:

seberapa tinggi

tingkat

kontestasi

dan kompetisi

yang

dimungkinkan, serta seberapa banyak warganegara yang memperoleh
kesempatan berpartisipasi dalam kesempatan tersebut19. Dari pengertian
tersebut, jelas bahwa demokrasi harus memberikan kesempatan yang sama
terhadap warga negaranya untuk ikut serta dalam partisipasi politik, tidak
memandang

apapun,

baik

laiki-laki

dan

perempuan.

Sedangkan

demokratisasi menurut Dahl adalah jalan menuju sistem dimana kontestasi
dan partisipasi publik sama-sama tinggi20.
Demokrasi

Prosedural

atau

demokrasi

formal

merupakan

demokrasi yang lebih fokus pada institusi, struktur dan prosedur,
sedangkan demokrasi Substantif lebih berpusat pada kondisi demokrasi

19
20

Mohtar Mas’oed, Negara, Kapital dan Demokrasi (Yogyakarta: Pustaka Pelajar 2003) hal. 16.
Ibid hal. 17.

13

dan bagaimana mencapai tujuan yang nyata dalam demokrasi seperti
kebebasan, kesetaraan ekonomi, dan keadilan yang sama21.
Demokrasi

sosialis

banyak

yang

beranggapan

merupakan

komunisme, tetapi pada pengertiannya tidak sama. Karena pada abad ke19 banyak sosialis yang membedakan diri dari demokrasi sosial karena
mereka tidak menerima demokrasi. Demokrasi sosialis lebih pada upaya
untuk menerapkan kebijakan tertentu atau menjunjung nilai-nilai tertentu
seperti kesejahteraan, kesetaraan dan solidaritas22.
Demokrasi Liberal menurut Jeremy Bentham dan James Mill
terdapat perubahan antara liberalism ke dalam bentuk liberal demokrasi,
dan jika keduanya digabungkan, liberalism menyangkut perekonomian
kapitalis sementara liberal demokrasi berarti perjuangan untuk masyarakat
dimana

masing-masing

memiliki

kebebasan

untuk

mewujudkan

aspirasinya23. Jadi demokrasi liberal merupakan demokrasi yang
berdasarkan pada pengakuan hak-hak kebebasan individu.
Pada dekade terakhir, banyak negara-negara besar bertransisi
menuju negara demokrasi. Transisi tersebut mengalami proses yang sangat
panjang karena negara-negara yang mengalami harus mengubah sistem
pemerintahan yang lama menuju tatanan global. Pada masa sekarang ini,
mayoritas negara-negara di dunia telah menggunakan sistem pemerintahan
21

Shalendra D. Sharma, Development and Democracy in India (Lynne Rienner Publisher, United
State of America: 1999).
22
Sheri Berman, Understanding Social Democracy
http://www8.georgetown.edu/centers/cdacs/bermanpaper.pdf diakses pada 20 Desember 2014.
23
Asher Horowits, Liberalism, Democracy and John Stuart Mill
http://www.yorku.ca/horowitz/courses/lectures/39_mill_liberalism_democracy.html diakses
pada 20 Desember 2014.

14

demokrasi. Tetapi terdapat ketidaksesuaian antara demokrasi dengan
keadaan-keadaan sosial internal maupun eksternal negara-negara tersebut,
masih banyak masyarakat yang mengalami ketidakadilan sosial seperti
perbudakan, penganiayaan, bahkan kasus yang dapat menyebabkan
kematian, serta hak-hak sipil dan politik.
Adanya

struktur

naotonomik24

juga

dapat

menciptakan

ketidakadilan sosial dalam masyarakat. Seperti halnya di India, perempuan
tidak memiliki hak yang sama dalam ranah perpolitikan negara,
ketidakadilan

sosial

dalam

masyarakatnya

sendiri

yang

dialami

perempuan, dan kurangnya penyebaran fasilitas untuk melahirkan,
sehingga mengakibatkan angka kematian perempuan yang cukup tinggi.
Oleh karena itu, syarat pokok bagi kesejahteraan perempuan sebagai
anggota masyarakat yang secara potensial adalah bebas dan sederajat,
umumnya tidak ada, dan hal tersebut membuat adanya dominasi laki-laki
dalam parlemen, keluarga dan kekerasan terhadap perempuan25.
Dalam hukum publik yang demokratis memerlukan hal-hal seperti
hak-hak sipil dan politik yang secara keseluruhan merupakan hak
berbicara, kebebasan pers serta kebebasan memberikan suara dalam
pemilihan umum. Sehingga masyarakat dapat memberi perintah terhadap

24

Struktur naotonomi adalah struktur dimana hubungan kekuasaan secara sistematis menghasilkan
ketidaksamaan kesempatan hidup yang menunjuk pada produksi dan distribusi kesempatan
hidup yang tidak sama yang membatasi dan menghilangkan kemungkinan-kemungkinan
partisipasi politik. David Held, Demokrasi dan Tatanan Global. (2004. Yogyarakarta: Pustaka
Pelajar) Hal. 211.
25
Ibid hal 220

15

diri mereka sendiri melalui wakilnya di pemerintahan yang berasal dari
hak untuk pemerintahan yang demokratis.
Dalam pemerintahan dan masyarakat yang demokratis terdapat
hak-hak khusus yang terkait meliputi pemeliharaan anak dan pendidikan
universal, yang tidak memandang kelas, suku, gender, dan usia. Hak-hak
tersebut juga merupakan syarat utama bagi penegakan kesempatan yang
sama pada kaum perempuan untuk memasuki pekerjaan non-rumah tangga
dan kerangka kerja perhimpunan kewarganegaraan dan kehidupan politik
yang lebih luas26.

1.6.2 Teori Feminisme
Dengan adanya demokratisasi, maka semakin terbuka bagi kaum
feminis untuk memperjuangkan hak mereka, entah itu melalui gerakan
feminis yang terorganisir atau tidak, maupun melalui LSM. Pada teori
feminisme, terdapat beberapa periode yaitu adanya feminisme gelombang
pertama, feminisme gelombang kedua, postfeminisme, dan feminisme
gelombang ketiga. Pada feminisme gelombang pertama, para perempuan
lebih bertujuan pada persamaan gender. Pada gelombang kedua, mereka
sudah mulai membela hak mereka dalam hal ekonomi, gaji, dan politik.
Dan yang terakhir adalah feminisme gelombang ketiga yang lebih modern
dan luas cakupannya.

26

Ibid hal. 243

16

Feminisme gelombang ketiga muncul dengan terbitnya buku yang
ditulis oleh Germaine Greer pada tahun 1999 yang berjudul The Whole
Woman, yaitu buku sambungan dari feminisme gelombang kedua. Dalam
bukunya, Greer menyatakan bahwa buku yang ditulisnya merupakan
reaksi dalam melawan postfeminisme27. Penerbitan buku ini juga
menjelaskan bahwa perdebatan mengenai masa depan feminisme belum
berakhir, feminisme gelombang kedua masih belum mati.
Seperti halnya ideologi-ideologi lain, feminisme juga harus
menyesuaikan diri untuk merespons keadaan darurat perubahan dunia,
meskipun juga kegagalan dalam menyelamatkan gerakan ini pada
perempuan muda harus diperhatikan28. Tetapi, seiring perkembangan
waktu, gerakan feminisme ini mungkin akan mendapatkan jalan untuk
mengakomodasi diri. Gerakan feminisme merupakan salah satu hasil dari
gerakan sosial, dimana gerakan sosial sering diidentikkan dengan masalah
politik, karena memang gerakan sosial lahir dari sebuah kepentingan
individu atau kelompok masyarakat baik terorganisir maupun tidak29.
Jumlah kelompok perempuan gelombang ketiga berkembang pesat
di AS. Editor dari buku The Third Wave Agenda, Lesli Heywood dan
Jennifer Drake, mengemukakan bahwa perbedaan mendasar antara
feminisme gelombang kedua dengan gelombang ketiga adalah bahwa
feminisme gelombang ketiga dengan lancar merasakan kontradiksi, oleh
27

Sarah Gamble, Pengantar Memahami Feminisme dan Postfeminisme (Yogyakarta: Jalasutra
2004) Hal. 63.
28
Ibid hal 64
29
Nanang Martono, Sosiaologi Perubahan Sosial, Perspektif Klasik, Modern, Posmodern, dan
Poskolonial (Bandung: Nusa Media 2011) hal. 223.

17

karena itu mereka telah dididik dalam persaingan struktur feminis, mereka
menerima pluralisme sebagai takdir30.
Spesifikasi pada teori ini adalah feminisme liberal yang akar
teorinya

bertumpu

pada

kebebasan

dan

kesetaraan

rasionalitas.

Menekankan hak-hak individu dan kebebasan yang sama bagi perempuan
dan laki-laki serta mengecilkan perbedaan seksual. Feminisme liberal
berakar

dalam

tulisan-tulisan

yang

salah

satunya

adalah

Mary

Wollstonecraft dengan karyanya yang berjudul A Vindication of the Rights
of Man, dikembangkan dari filsafat politik liberal, dengan alasan bahwa
melalui hukum dan politik, perempuan dapat mengubah hukum dan politik
sehingga akan dapat mencapai keadilan gender31. Menurut Wollstonecraft,
perbedaan dua jenis kelamin tersebut tidak dapat digunakan sebagai dasar
untuk pembagian perbedaan hak dan peran. Misalnya saja dalam hal
pendidikan, keduanya harus dididik untuk meningkatkan rasionalitas
mereka sebagai kemampuan untuk bertindak dan bertanggungjawab penuh
terhadap moral mereka.
Feminis liberal fokus pada negara ideal dimana negara tersebut
menghormati semua warganya sehingga dapat melindungi hak dan
memberikan kesempatan yang sama bagi perempuan dan laki-laki.
Feminis liberal tidak menuntut adanya perubahan, tetapi lebih pada
30

Ibid hal 64
Katharine Sarikakis, Feminist Theory and Research
http://homepage.univie.ac.at/katharine.sarikakis/wp-content/uploads/2011/09/Feminist-Theoryand-Research1.pdf diaksespada 26 November 2014.
31

18

reformasi norma dan sistem yang ada sehingga dapat mecakup peran
perempuan yang bertujuan untuk mewujudkan kesetaraan bagi perempuan
di ruang publik. Jadi, dalam pandangan feminisme liberal, perempuan
adalah makhluk rasional, memiliki kemampuan yang sama dengan lakilaki, sehingga harus diberi hak yang sama pula dengan laki-laki. Tetapi,
permasalahannya terletak pada kebijakan negara yang bias gender. Gender
seringkali identik dengan perempuan, padahal sebenarnya gender adalah
permasalahan bersama yaitu laki-laki dan perempuan, karena menyangkut
peran, fungsi, dan hubungan antara keduanya baik di lingkungan domestik
maupun publik. Seperti halnya di India, gerakan perempuan menuntut
persamaan hak dengan laki-laki, tetapi pemerintah lebih cenderung
memilih laki-laki untuk berada di parlemen.
Kesetaraan gender bukan merupakan melakukan perlawanan
terhadap laki-laki ataupun menentang kodrat sebagai perempuan. Secara
biologis kodrat perempuan dan laki-laki jelas berbeda dan brsifat tetap,
tetapi secara konstruksi sosial kodrat tersebut dapat berubah. Kodrat yang
dihasilkan dari interpretasi sosial dan simbolik memiliki perbedaan yang
bersifat tidak kekal, sangat mungkin untuk berubah dan berbeda-beda,
serta non-kodrati yang bersifat relatif, tidak berlaku umum, perannya dapat
berubah dan dipertukarkan, atau dikenal sebagai gender yang merupakan
konsep sosial menurut Sadli dan Patmonodewo32.

32

Dr. Umi Sambulah, Gender dan Demokrasi (2008. Malang: Averroes Press) hal. 4.

19

Oleh karena itu, pada abad 18 muncul tuntutan agar perempuan
mendapat pendidikan yang sama, pada abad 19 para perempuan
memperjuangkan kesempatan hak sipil dan ekonomi, dan abad 20 banyak
organisasi-organisasi perempuan yang bermunculan untuk menentang
diskriminasi

bidang

politik,

sosial,

ekonomi,

maupun

personal.

Pengalaman perempuan memiliki sedikit pengaruh terhadap praktek atau
pemikiran demokrasi, karena ide-ide feminis telah menjadi perdebatan
yang muncul atas sifat politik demokratis33.

1.7 Metodologi Penelitian
1.7.1. Tipe Penelitian
Penelitian ini termasuk ke dalam jenis penelitian deskriptif. Penulis
berusaha untuk menjelaskan bagaimana pengaruh demokratisasi terhadap
keterlibatan perempuan India di parlemen.
1.7.2. Teknik Pengumpulan Data
Penelitian ini menggunakan teknik studi pustaka atau library
research untuk mengumpulkan data. Sumber data diambil dari buku-buku,
dokumen-dokumen dan jurnal-jurnal, serta dilengkapi dengan informasi
yang didapat dari internet, majalah, dan surat kabar.
1.7.3. Teknik Analisa Data
Teknik analisa ini menggunakan data kualitatif yang dimulai
dengan menelaah seluruh data yang ada dari berbagai sumber, yaitu
33

Jane Mansbridge, Feminism and Democracy, http://prospect.org/article/feminism-anddemocracy diakses pada 26 November 2013.

20

pengumpulan data yang berhasil dikumpulkan oleh peneliti dengan data
yang berkaitan dengan topik penelitian ini. Selanjutnya adalah menyusun
satuan-satuan data yang kemudian dirangkai sedemikian rupa hingga
menjadi suatu kalimat dan paragraf yang utuh. Dan tahap terakhir dalam
penelitian ini yaitu mengadakan keabsahan data.
1.7.4. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang

lingkup

penelitian

difokuskan

pada

perkembangan

persentase keterlibatan perempuan dalam parlemen di India. Bagaimana
demokratisasi dapat mempengaruhi emansipasi dan persamaan gender
terhadap perempuan dalam perpolitikan dan parlemen India.
1.7.5. Batasan Materi
Batasan materi menunjukkan ruang sebuah peristiwa yakni
cakupan kawasan dan gejala atau daerah studi. Adapun batasan materi
dalam penulisan ini adalah penulis akan mengulas tentang perkembangan
persentase keterlibatan perempuan India di parlemen yang dipengaruhi
oleh demokratisasi serta kebijakan-kebijakan pemerintah yang pro
terhadap perempuan.
1.7.6. Batasan Waktu
Berdasarkan pemaparan dan data yang ada, batasan waktu yang
menjadi titik fokus dalam penulisan ini adalah pada tahun 1952-2013.
Karena pada tahun 1952 hingga 2013 demokrasi di India masih prosedural
dan keterwakilan perempuan di parlemen India dianggap masih relatif
rendah.

21

1.8 Asumsi Dasar
Dalam perkembangannya, demokratisasi memiliki pengaruh yang
relatif signifikan terhadap keterlibatan perempuan India di parlemen. Hal
itu ditandai dengan adanya peningkatan persentase meskipun hanya
beberapa persen dari tahun ke tahun. Signifikansi tersebut juga
dikarenakan adanya gerakan feminisme yang melakukan upaya-upaya
untuk meningkatkan jumlah kandidat perempuan di parlemen. Oleh karena
itu, gerakan feminisme tersebut dapat mempengaruhi pemerintah untuk
membuat kebijakan-kebijak