Tantangan Perjuangan Perempuan Meraih Kursi Parlemen.

o Selasa
4

5

Rabu

6

20

o

~ibun
Jabar
o
.

21
.Apr
Mar


7

€a:>
OMei

o Minggu

o Kamis 0 Jumat -- Sabtu

8
23

9

OJun

10

24


12

11

25

27

26

0 JuJ 0 Ags

o Sep

14

13
28


0

15
29

Okt

ONov

16
30

31

ODes

Tantangan Perjuangan Perempuan

Meraih Kursi
ParleIllen

.

KEPEMIMPIN AN

perempuan
kini tengah
menjadi sebuah kontroversi di masyarakat. Begitu
ban yak perempuan yang
ingin memimpin namun
orang masih memandang
sebelah mata terhadap mereka, padahal setiap orang
dapat menjadi pemimpin
jika memang mampu, tanpa
membedakan
apakah ia
laki-laki atau perempuan.
Jenis kelamin (Gender)
menjadi hal yang sangat
sensitif terhadap masalah
kepemimpinan. Sebuah penelitian, menyebutkan bahwa sekalipun proporsi perempuan dalam posisi-posisi manajer (pemimpin)

meningkat tapi tetap saja
terdapat keraguan mengenai keahlian kepemimpinan
perempuan. Bagaimana fenomena ini terus terjadi?
Apakah sebuah konstruksi
sosial, atau malah sebuah
dogma?
Warisan pendidikan kita
juga ikut berkontribusi dalam hal ini. Pendidikan kita
yang selalu diikuti oleh ketimpangan gender, sepertinya menjadi sebuah legalitas absolut dimana mengarahkan seorang laki-laki
itu lebih unggul. Selain itu
fenomena yang berlangsung dari generasi ke generasi, menjadikan sebuah
keyakinan di masyarakat
yang akhirnya membentuk
sebuah kultur dimana kodrat perempuan tidak tepat
sebagai pemimpin.
Agama pun menjadi sala~ s~tu f~~t?r ~emicu di~knmmasl 1m, di IndonesIa
yang sebagian besar penduduknya beragama Islam,
kepemimpinan perempuan seringkali mend..ayat

oras I


IFFAH RACHMI
Mahasiswa Jumalistik Fakultas IImu
Komunikasi Universitas Padjadjaran

pertentangan
terutama
dari para ulama. Padahal
Allah menjadikan manusia
adalah sebagai kalifah di
muk. bumi. Dan tidak
disebutkan
laki-laki diciptakan untuk menjadi
kalifah dimuka bumi. Jelas
sekali bukan?
Pada kenyataannya jika kita mau
melihat sejarah,
kepemimpinan perempuan telah ada
sejak zaman
Nabi Sulaiman,

yang jatuh cinta
pada ratu negeri Sa'ba
bernama
Balqis.
Nabi Sulaiman pun
memperistri Ratu
Balqis untuk mempersatukan
dua kerajaan tanpa merendahkan
kedudukan Balqis
sebagai Ratu.
Kepemhnpinan ini
pun berlanjut, kita dapat melihat Inggris,
sebagai negara kolonial
paling berkuasa sebelum Perang Dunia II diperintah oleh seorang Ratu perempuan bernama Ratu Elizabeth. Dan pada pemerintahannya, negara ini mencapai kejayaan yang amat
besar.

- - ---

..


Keterwakilan Perempuan
Perempuan pada dasarnya memiliki hak dan kewajiban yang sarna sebagai
warga negara dalam mengatur kesejahteraan manusia. Namun realitas yang
ada perempuan masih terkungkung
dengan
tidak adanya

kesempatan untuk mengaktualisasikan
perannya.
Mereka terjepit oleh persoalan gender, yang membuat ruang geraknya terbatas, sehingga seringkali
mereka dianggap
tidak
layak
- - menjadi
..-- politisi yaitu

K lip i n 9

---


Hum Q 5 Un p Qd

dunia yang didominasi oleh
laki-laki.
Peran perempuan di ranah politik dirasa masih
minim mengingat sampai
saat ini hanya 12 persen saja
perempuan yang duduk di
DPR. Hal ini sangat tidak
memadai jika kita melihat
perspektif perlunya mengedepankan pengalaman bersarna antara laki-laki dan
perempuan untuk rpencapai suatu kebijakan politik.
Pada pemilu 2009 ini terdapat wacana untuk melibatkan perempuan dalam
dunia politik dengan memberikan kuota minimal 30
persen. Hal ini kemudian
menjadi kontroversi
ketika keluar keputusan Mahkamah Konstitusi soal herlakunya
perolehan
suara terbanyak dalam pemilu
legislatif ini.

Otomatis
perjuangan
kaum perempuan
mendapatkan kuota
minimal 30
perseri di parIe men semakin berat karena mereka harus
memperebutkan suara terbanyak dengan lakilaki dalam meraih kursi.
Jadi meskipun hampir
seluruh parpol memenuhi
kuota 30 persen perempuan dalam daftar calon legislatifnya,
namun kemungkinan jumlah perempuan yang terpilih dan
mas uk -jajaran legislatif
---

-

2009
- --

-- ------.--------


akan sulit untuk memenuhi
kuota minimal 30 persen.
Dalam rangkaian kampanye parpol-parpol pada
pemilu lagi$latif yang berakhir 9 Aprillalu, baik caleg
perempuan maupun lelaki
telah dibiar:kan berkompetisi secara bebas untuk
menunjukan siapa yang capable. Namun kelihatannya
budaya patriarki kita terlalu mengakar, karena perempuan masih dianggap
nomor dua setelah lakilaki.
Perempuan pun masih
belum diterima sepenuhnya oleh kelompoknya
sendiri sesama perempuan
ketika mengambil peran
lebih, perempuan dianggap hanya cukup menjadi
makmum. Sehingga untuk
mencapai persamaan dan
kesetaraan, antarperempuan dan laki-laki sangat
sulit untuk direalisasikan.
Bagaimanapun persamaan (egaliter) di segala bidang harus diperjuangkan.
Keterwakilan perempuan
dalam lembaga legislatif
nanti hendaknya
harus
menunjukkan angka yang
signifikan ;agar suara perempuan dapat didengar di
pemerintahan. Ini merupakan suatu tantangan bagi
kaum perempuan
untuk
menunjukan kiprahnya.
Saat ini gender masih mejadi persoalan dalam segala
aspek kehidupan termasuk
dalam bidang politik. Untuk itu kaum perempuan
masih perlu berjuang lebih
keras agar. porsi keterwakilannya
tidak hanya
sekadar m~menuhi kuota
tapi kemampuan dan sikap
politiknya menjadi aspirasi
b!~i rakyat.!2.__