Penerapan Sistem Informasi Manajemen Daerah (SIMDA) Keuangan untuk Menunjang Akuntabilitas Keuangan Pemerintah Kota Batu
Penerapan Sistem Informasi Manajemen Daerah (SIMDA)
Keuangan untuk Menunjang Akuntabilitas Keuangan Pemerintah
Kota Batu
(Studi pada Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah Kota Batu)
SKRIPSI
Disusun sebagai salah satu syarat untuk memproleh gelar kesarjanaan
Strata Satu (S1) Ilmu Pemerintahan
Oleh :
Abdul Rachman Radjak Ruddin
201210050311003
JURUSAN ILMU PEMERINTAHAN
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2016
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb
Puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT atas limpahan kasih sayang,
rahmat, dan hidayah Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan penelitian dan
menyusun laporan publikasi skripsi ini yang berpa hasil dengan judul, “Penerapan
Sistem Informasi Manajemen Daerah (SIMDA) Keuangan untuk Menunjang
Akuntabilitas Keuangan Pemerintah Kota Batu (Studi Pada Badan Pengelola
Keuangan dan Aset Daerah (BPKAD) Kota Batu)”. Penyusun menyadari sepenuhnya,
mengingat keterbatasan kemampuan dan pengetahuan yang ada pada penyusun, tentu
masih jauh dari sempurna sehingga semua ini tidak akan memberikan hasil yang
memuaskan apabila tidak ada bantuan serta bimbingan dari berbagai pihak. Harapan
saya, semoga hasil penelitian ini dapat berguna dan bermanfaat. Sekian terima kasih
Malang, 2 Februari 2016
Penulis
UCAPAN TERIMA KASIH
Alhamdulillah, saya sangat bersyukur dengan selesainya penelitian skripsi dengan
judul,”Penerapan SIMDA Keuangan untuk Menunjang Akuntabilitas Keuangan
Pemerintah Kota Batu (Studi pada Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah
Kota Batu)”. Selesainya skripsi ini tidak lepas dari dukungan dan bantuan pihakpihak yang selalu memberikan dorongan dan motivasi kepada saya, untuk dari itu
saya ucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada pihak-pihak dibawah ini,
1. Bapak Kaharuddinsyah, selaku ayah kandung saya. Terima kasih karena
selama ini menjadi Menteri Keuangan saya, saya ucapkan terima kasih karena
telah bekerja keras sehingga mampu menyekolahkan saya hingga perguruan
tinggi. Terima kasih karena sudah mendidik saya menjadi anak yang tangguh
dan mandiri.
2. Ibu Agus Miati, selaku ibu kandung saya. Saya ucapkan terima kasih yang tak
terhingga kepada beliau karena telah melahirkan saya kedunia ini, mencintai
saya dengan tulus tanpa mengharapkan imbalan apapun. Terima kasih karena
selalu menyediakan pelukan hangat ketika saya butuh dan terima kasih untuk
semua kepercayaan terhadap saya, dorongan untuk saya dan selalu siap ada
untuk saya dalam keadaan dan kondisi apapun.
3. Bapak Fauzan, selaku Rektor Universitas Muhammadiyah Malang
4. Bapak Drs. Asep Nurjaman, M.Si selaku Dekan FISIP UMM sekaligus
menjadi dosen penguji skripsi saya, yang memberikan masukan untuk
menghasilkan skripsi yang lebih baik
5. Ibu Hevi Kurnia Hardini, S.IP, MA. Gov selaku Ketua Jurusan sekaligus
dosen pembimbing II yang sudah banyak membantu serta selalu siap untuk
mendengarkan keluh kesah saya.
6. Bapak Drs. Krisno Hadi MA. Selaku dosen Pembimbing I saya, yang sudah
sabar menghadapi saya dan tidak pernah lelah untuk membimbing saya. Serta
selalu memberikan masukan-masukan yang sangat berarti untuk penelitian
saya.
7. Ibu Sri Muchsidayati, SE. selaku Kabid Anggaran BPKAD yang sudah
banyak membantu penelitian saya, dan selalu bersedia meluangkan waktu
untuk wawancara dengan saya, serta nasihat-nasihat yang selalu diberikan
untuk saya.
8. Ibu Puji Astutik, SE. selaku Kabid Perbendaharaan BPKAD yang turut
membantu saya dalam penelitian skripsi saya
9. Bapak Fajar Utomo, SE. selaku Kasubid II Bidang Anggaran yang selalu
membantu saya ketika saya butuh data, terima kasih banyak untuk bantuannya
10. Bapak Fatra Adjie Isvara selaku administrator SIMDA Keuangan BPKAD,
yang selalu bersedia menjawab quisioner yang saya berikan dan selalu
memberikan jawaban-jawaban yang fantastis.
11. Ibu Atik Handayani, selaku Kasubid II Bidang Belanja Akuntansi BPKAD,
yang turut serta membantu dan berbagi pengalaman hidup yang mengesankan
kepada saya.
12. Mas Adiyaksa, selaku staff Bidang Anggaran yang selalu memberikan
motivasi dan semangat kepada saya.
13. Mas Gigih Wicaksaana, S.TP,M.SI, selaku Kasubid I Bidang Anggaran yang
selalu mengingatkan dan menanyakan perkembangan skripsi saya.
14. Dessy Wulan Sari, sepupu saya tercinta. Terima kasih sudah mau
mendengarkan curhat saya. Saya berharap kamu bisa lebih sukses dari saya.
15. Dessy Pratiwi Irma, teman seperjuangan saya yang hebat dan luar biasa.
Penulis
“JANGAN BERFIKIR APA
YANG BISA KAMU
DAPATKAN, TAPI
BERFIKIRLAH APA YANG
BISA KAMU BERIKAN”
DAFTAR ISI
Halaman Persetujuan
Halaman Pengesahan
Berita Acara Bimbingan Skripsi
Surat Pernyataan
Motto
Ucapan Terima Kasih
Kata Pengantar
Daftar Isi
Daftar Tabel
Daftar Gambar
Abstraksi
Abstract
BAB I PENDAHULUAN
1.LatarBelakang
2.RumusanMasalah
3.TujuanPenelitian
4. ManfaatPenelitian
5. DefinisiKonsepdanOperasional
6 MetodePenelitian
6.1 JenisPenelitian
6.2 Sumber Data
6.3 Teknik Pengumpulan Data
6.4 Subjek Penelitian
6.5 LokasiPenelitian
6. 6 Analisa Data
1
12
13
13
14
18
18
19
29
22
22
23
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
1. Reformasi Tata Kelola Keuangan Daerah
2. Tahapan dalam Implementasi Teknologi Informasi (e-Government)
3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengembangan e-Government
3.1 Support
3.2 Capacity
3.3 Value
4. e-Government Bidang Keuangan
4.1 Pengertian SIMDA Keuangan
4.2 Dasar Penggunaan Aplikasi SIMDA Keuangan di Batu
4.3 Keuantungan Menggunakan Aplikasi SIMDA Keu
5. Akuntabilitas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah
5.1 Pengertian Akuntabilitas Keuangan
6. Sifat Akuntabilitas
7. Pengertian dan Ruang Lingkup Keuangan Daerah
36
29
31
31
32
33
36
36
37
40
41
41
45
46
8. Tujuan Pengelolaan Keuangan Daerah
9. Pengertian Laporan Keuangan Pemerintah Daerah
10. Tujuan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah
11. Komponen Laporan Keuangan Pemerintah Daerah
48
49
51
53
BAB III DESKRIPSI WILAYAH
1. Sejarah Pembentukan Kota Batu
2. Pembagaian Wilayah Administratif
3. Sejarah Berdirinya BPKAD Kota Batu
3.1 Pembentukan BPKAD Kota Batu
3.2 Dasar Hukum Pembentukan BPKAD Kota Batu
3.3 Tupoksi BPKAD Kota Batu
3.4 Struktur Organisasi BPKAD Kota Batu
3.5 SDM pada BPKAD Kota Batu
3.6 Tugas Pokok Tiap Bidang
3.7 Penerapan SIMDA Keu di BPKAD Kota Batu
55
57
61
61
62
62
64
65
67
70
BAB IV ANALISA DATA DAN HASIL PENELITIAN
1. Penerapan SIMDA Keuangan untuk Menunjang
Akuntabilitas Keuangan Pemerintah Kota Batu
2. Faktor Penghambat Penerapan SIMDA Keuangan
3. Faktor Pendukung Penerapan SIMDA Keuangan
72
99
104
BAB V PENUTUP
1. Kesimpulan
2. Saran
109
111
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel I. Opini LKPD Tahun 2009-2013 Pada Pemerintah Kota dan Kabupaten
6
Tabel II. Opini BPK-RI Terhadap Kota Batu, Tahun 2009-2014
7
Tabel III. Pembagian Kecamatan, Kelurahan, dan Desa di Kota Batu
57
Tabel IV. Pembagian Luas Wilayah Berdasarkan Kecamatan di Kota Batu
58
Tabel V. Jumlah Pegawai BPKAD Kota Batu
65
Tabel VI. Susunan Pegawai BPKAD Kota Batu Berdasarkan Golongan
65
Tabel VII. Susunan Pegawai BPKAD Kota Batu Berdasarkan Jabatan Struktural 66
Tabel VIII. Susunan Pegawai BPKAD Berdasarkan Latar Pendidikan
66
Tabel IX. Jadwal Pemeriksaan BPK Terhadap LKPD Kota Batu 2013-2014
77
Tabel X. Pembagian Tugas Penyusunan Laporan SKPD Kota Batu
78
Tabel XI. Rencana Penyusunan APBD Kota Batu Tahun 2014
79
Tabel XII. Alokasi Anggaran Penyusnan LKPD dan SIMDA T.A 2013-2014
96
DAFTAR GAMBAR
Gambar I. Peta Kota Batu
56
Gambar II. Proyeksi Penduduk BPS Jatim Tahun 2010-2020 Kota Batu
59
Gambar III. Persebaran Penduduk Kota Batu Berdasarkan Kecamatan
60
Gambar IV. Struktur Organisasi BPKAD Kota Batu
64
Gambar V. Proses Pertanggungjawaban Keuangan Daerah
75
Gambar VI. Mekanisme Pergeseran Anggaran
81
Gambar VII. Penggunaan Aplikasi SIMDA Keuangan di SKPD
88
Gambar VIII. Proses Penyusunan Laporan Keuangan ditingkat SKPD
88
Gambar IX. Penggunaan SIMDA Keuangan pada SKPKD
89
Gambar X. Penyusunan LKPD di BPKAD
90
Gambar XI. Laporan Pembukuan Pemerintah Daerah dengan SIMDA Keuangan 90
Gambar XII. Surat Pernyataan Tanggung Jawab SIMDA Keuangan
93
Gambar XIII. Tampilan SIMDA Keuangan Pemerintah Kota Batu
94
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Prakter.Jakarta:
Rineka Cipta
Bastian, Indra. 2001.Akuntansi Sektor Publik.Yogyakarta: BPFE
Bastian Indra.2006.“Akuntansi Sektor Publik: Suatu Pengantar”, Jakarta: Erlangga
Budiman, Fuad, dan Arza, Fefri Indra. 2013. Pendekatan Technology Acceptance
Model dalam kesuksesan Sistem Informasi Manajemen Daerah. Jurnal
WRA, 1(1), 87-110
Bungi Burhan.2003. Analisa Data Penelitian Kualitatif, Pemahaman Fisiologis dan
Metodologis Kearah Penguasaan Modal Aplikasi. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Parsada
Devas,
Nick,
dkk.1987.“Keuangan
Pemerintahan
Daerah
di
Indonesia”.
Jakarta:Penerbit UI-Press.
Indrajit
Richardus
Eko.2004.“e-Government
Strategi
Pembangunan
dan
Pengembangan Sistem Pelayanan Publik Berbasis Teknologo Digital”.
Yogyakarta:Andi Offset
Halim Abdul.2008.“Akuntansi Keuangan Daerah Edisi Revisi 3”, Jakarta:Salemba
Empat
Hanitijo Rony.1994. Metode Penelitian Hukum dan Jurimeter.Jakarta: Ghalis
Mardiasmo.2002.“Akuntansi Sektor Publik”, Yogyakarta:Penerbit Andi
Miles, Matthew B dan Huberman, A Michael. 1992. Analisis Data Kualitatif. Jakarta:
Universitas Indonesia Press
Moleong J Lexy. 2004. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosda
Nasution.1964. Azaz-azaz Kurikulum. Bandung: Penerbit Terate
Nazir Moh. 2003. Metode Penelitian. Jakarta: PT.Ghalia Indonesia
Riyanto Yatim.1996.Metodologi Penelitian Pendidikan Tinjauan Dasar.Surabya: SIC
1996
Salim, Peter. 1987. The Contempory English-Indonesia Dictionary. Jakarta; Modern
English Press, Edisi Ketiga
Rizan Machmud. 2003. Hubungan Sistem Informasi Manajemen dan Pelayanan
Dengan Kinerja Pegawai Pada Rutan Makassar. Dalam Jurnal Capacity
STIE AMKOP Makassar Vol.9 No.1 ISSN: 1907-3313
Peraturan
Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 Tentang Keuangan Negara
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 Tentang Perbendaharaan Negara
Undang Undang Nomor 15 Tahun 2004 Tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan
Tanggung Jawab Keuangan Negara
Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 Tentang Perimbangan Keuangan antara
Pemerintah Pusat dan Daerah.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan
Keuangan Daerah
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 60 Tahun 2008 Tentang Sistem
Pengendalian Intern Pemerintah
Peraturan Pemerintah No 71 Tahun 2010 Tentang Standar Akuntansi Pemerintahan
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 56 Tahun 2005 Tentang Sistem
Informasi Keuangan Daerah
Peraturan Mentri Dalam Negeri No 13 Tahun 2006 Tentang Pedoman Pengelolaan
Keuangan Daerah
Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2001 Tentang Pengembangan
dan Pendayagunaan Telematika di Indonesia
Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2003 Tentang Kebijakan dan
Strategi Nasional Pengembangan e-Government
Internet
Badan Pemeriksa Keuangan, “Ikhtisar hasil pemerikasaan semester I tahun 2014”,
diakses
dari
http://www.bpk.go.id/assets/files/ihps/2014/I/ihps_i_2014_1414644515.pdf
pada tanggal 6 November 2015 pkl 20.00 WIB
BPKP, “ModulAkuntabilitas Instansi Pemerintah Revisi ke 4 Tahun 2007”, diakses
dari http://pusdiklatwas.bpkp.go.id/namafile/500/Modul_AIP_ok1.pdf pada
tanggal 7 November 2015 pkl 21.18 WIB
Pengenalan
Sistem
Informasi
Manajemen
Daerah
(SIMDA)
diakses
dari
http://www.bpkp.go.id/sakd/konten/333/Versi-2.1.bpkp pada tanggal 14
September 2015 pkl 10.30 WIB
Devita, Inggriani, “Evaluasi Penerapan Sistem Informasi Manajemen Daerah
(SIMDA) Keuangan pada DPPKA Kabupaten Kepulaian Sangihe” Jurnal
EMBA
Vol.3.
No.2
2015,
hal
114-122
diakses
dari
http://download.portalgaruda.org/article.php?article=332156&val=1025&titl
e=EVALUASI%20PENERAPAN%20SISTEM%20INFORMASI%20MAN
AJEMEN%20DAERAH%20%28SIMDA%29%20KEUANGAN%20PADA
%20DPPKA%20KABUPATEN%20KEPULAUAN%20SANGIHE
pada
tanggal 7 November 2015 pkl 21:37 WIB
Fajar Andi Fahri, “Strategi Pengembangan e-Government dalam Pelaksanaan
Diseminasi
Informasi
Kota
Palembang”
diakses
dari
http://eprints.mdp.ac.id/1055/1/78Jurnal_fahriandifajar_2010240070.pdf
pada tanggal 26 Novembar 2015 pukul 10.24 WIB
Nugroho
Eko.2008.“Sistem
Informasi
Manajemen:
Konsep,
Aplikasi,
dan
Perkembangan”. Yogyakarta:Andi
Wisnu Stevanus dan Surendro Kridanto, “Kajian Teori: Model e-Goverment
Readiness Pemerintahan Kabupaten/Kotamadya dan Keberhasilan eGovernment”. Diakses dari www.bridges.org tanggal 26 November 2015
pukul 11.08 WIB hal 3
Jumadi Simangunsong, “Pengembangan e-Government di Indonesia” Jakarta:Jurnal,
2010
diakses
dari
https://jumadifran.files.wordpress.com/2010/09/pengembangan-egovernment-di-indoensia2.pdf tanggal 27 November 2015 pukul 11.02 WIB
Wawancara
Patra Adjie Isvara, Penanggung jawab administrator SIMDA Keuangan Bidang
Anggaran BPKAD Kota Batu, Wawancara, BPKAD Kota Batu 23
September 2015
Eddy Murtono Kepala BPKAD Kota Batu, Wawancara, BPKAD Kota Batu 11
Desember 2015
Andang Budhi Harsa, Kepala Bidang Akuntansi BPKAD Kota Batu, Wawancara,
BPKAD Kota Batu 30 November 2015
Atik Handayani, Kasubid I Sub Bidang Pelaporan dan Pertanggungjawaban
Pendapatan dan Pembiayan Bidang Akuntansi BPKAD Kota Batu,
Wawancara, BPKAD Kota Batu 5 Desember 2015
Arie Chrisdianto, Kasubid II Sub Bidang Pelaporan dan Pertanggungjawaban Belanja
Bidang Akuntansi BPKAD Kota Batu,Wawancara, BPKAD Kota Batu 6
Desember 2015
Sri Muchsidayati, Kabid Anggaran BPKAD Kota Batu, Wawancara, BPKAD Kota
Batu 12 Desember
Rudi Hariyono, administrator SIMDA Keuangan BPKAD Kota Batu, Wawancara,
BPKAD Kota Batu 19 Desember 2015
Sri Puji Astutik, Kabid Perbendaharaan BPKAD Kota Batu, Wawancara, BPKAD
Kota Batu 12 Desember 2015
Pratama Adi Wicayaksa, Staff Bidang Anggaran BPKAD Kota Batu,Wawancara
BPKAD Kota Batu 8 Desember 2015
Gigih Wicaksana, Kasubid I Bidang Anggaran BPKAD Kota Batu, Wawancara,
BPKAD Kota Batu 20 Desember 2015
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Fenomena yang terjadi dalam perkembangan sektor publik di Indonesia
dewasa ini adalah menguatnya tuntutan akuntabilitas atas lembaga-lembaga
publik,baik dipusat maupun daerah. Akuntabilitas merupakan salah satu aspek
penting dalam good governance. Konsep ini bukan merupakan hal baru di
Indonesia. Karena hampir seluruh instansi maupun lembaga-lembaga pemerintah
menekankan konsep akuntabilitas dalam menjalankan fungsi administratif dan
kepemerintahnnya. Akuntabilitas dapat diartikan sebagai bentuk kewajiban
mempertanggungjawabkan keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan misi
organisasi dalam mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan sebelumnya,
melalui media pertanggungjawaban yang dilaksanakan secara periodik.1
Adanya tuntutan yang semakin besar terhadap pelaksanaan akuntabilitas,
khusunya dalam akuntablitas keuangan, menimbulkan implikasi bagi manajemen
pada instansi pemerintah untuk memberikan informasi salah satunya adalah
informasi dalam laporan keuangan. Pembuatan laporan keuangan adalah suatu
kebutuhan yang merupakan syarat pendukung adanya akuntabilitas berupa
pertanggungjawaban pemerintah atas aktivitas pengelolaan sumber daya keuangan
yang memenuhi prinsip tepat waktu dan disusun mengikuti Standar Akuntansi
Pemerintahan.
1
Indra Bastian, “Akuntansi Sektor Publik”,Yogyakarta: BPFE 2001, hal 10
1
Sebelum terjadinya reformasi keuangan di Indonesia, laporan keuangan
yang
dihasilkan hanya berupa Perhitungan Anggaran Negara (PAN) dengan
menggunakan sistem pencatatan tunggal. Selain itu juga belum ditetapkannya
Standar Akuntansi Pemerintahan. Hal ini mengakibatkan pengolahan data belum
terintegrasi secara memadai dan penyusunan laporan keuangan masih bersifat
sentralisasi.
Reformasi manajemen keuangan negara ditandai dengan munculnya tiga
paket Undang-Undang, yakni UU Nomor 17 Tahun 2002, UU Nomor 1 Tahun
2004, dan UU 15 Tahun 2004.2 Dengan munculnya tiga paket UU tersebut,
Menteri Keuangan menyelenggarakan akuntansi dan pelaporan keuangan, selaku
pengelola fiskal. Menteri Keuangan juga mempunyai kewajiban untuk menyusun
Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP) dalam rangka memenuhi
pertanggungjawaban pelaksanaan APBN.
Dalam upaya mewujudkan tuntutan akan akuntabilitas pengelolaan
keuangan negara pemerintah telah berhasil menyusun Laporan Keuangan
Pemerintah Pusat (LKPP) tahun 2004 yang terbit pada tahun 2005, yaitu 60 tahun
sejak Indonesia merdeka. Keberhasilan ini menjadi satu hallmark dalam sejarah
reformasi tata kelola pemerintahan Indonesia. LKPP ini merupakan bentuk
pertanggungjawaban atas pengelolaan keuangan yang dilaksanakan oleh
pemerintah. Akan tetapi LKPP ini belum mencapai semua tuntutan dan
persyaratan akan suatu laporan keuanagn yang andal,
2
untuk
menopang
Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 Tentang Keuangan Negara
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 Tentang Perbendaharaan Negara
Undang Undang Nomor 15 Tahun 2004 Tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab
Keuangan Negara
2
tercapinya prinsip-prinsip tata kelola keuangan negara yang baik khususnya
terkait dengan akuntabilitas keuangan negara. Hal ini dapat dilihat dalam opini
yang diberikan oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), dimana pada tahun 2004
hingga tahun 2008 LKPP mendapatkan opini disclaimer.
Sedangkan untuk tahun-tahun selanjutnya, yakni pada tahun 2009-2013
BPK memberikan opini Wajar Dengan Pengecualian (WDP). Opini WDP
diberikan terhadap LKPP Tahun 2013, karena BPK masih menemukan
permasalahan-permasalahan yang merupakan bagian dari kelemahan-kelemahan
pengendalian intern dan ketidakpatuhan terhadap ketentuan perundang-undangan.3
Akuntabilitas meliputi berbagi dimensi, antara lain akuntabilitas hukum,
akuntabilitas manajerial, akuntabilitas program, akuntabilitas kebijakan, dan
akuntabilitas finansial (keuangan). Terkait dengan akuntabilita keuangan,sesuai
Pasal I UU no 15 tahun 20044 dijelaskan bahwa Tanggung Jawab Keuangan
Negara merupakan kewajiban Pemerintah untuk melaksanakan pengelolaan
keuangan negara secara tertib, taat pada peraturan perundang-undangan, efesien,
ekonomis, efektif, dan transparan dengan memperhatikan rasa keadilan dan
kepatutan
Lebih jauh, Lembaga Administrasi Negara (LAN) RI seperti yang dikutip
Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP)menjelaskan tentang
akuntabilitas keuangan merupakan pertanggung jawaban mengenai integritas
keuangan, pengungkapan dan ketaatan terhadap peraturan perundangan. Sasaran
Badan Pemeriksa Keuangan, “Ikhtisar hasil pemerikasaan semester I tahun 2014”,
diakses dari http://www.bpk.go.id/assets/files/ihps/2014/I/ihps_i_2014_1414644515.pdf pada
tanggal 6 November 2015 pkl 20.00 WIB
4
Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 Tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan
Tanggung Jawab Keuangan Negara
3
3
pertanggung jawaban ini adalah laporan keuangan yang disajikan dan peraturan
perundangan yang berlaku yang mencakup penerimaan, penyimpanan, dan
pengeluaran uang oleh instansi pemerintah.5
Sejak diberlakukakannya otonomi daerah di Indonesia, pemerintah daerah
merupakan organisasi sektor publik yang diberi kewenangan oleh pemerintah
pusat untuk mengatur pemerintahannya sendiri. Kewenangan pemerintah daerah
dalam pelaksanaan otonomi daerah diatur dalam Undang-Undang Nomor 23
Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah. Dalam undang-undang tersebut,
memberikan kebebasan kepada pemerintah daerah untuk mengatur dan mengurus
rumah tangga daerahnya sendiri, menetapkan kebijaksanaan sendiri serta
melakukan pembiayaan dan pertanggungjawaban keuangan sendiri. Kewenangan
yang luas, utuh dan bulat pada akhirnya harus dipertanggungjawabkan kepada
pemberi wewenang dan masyarakat. Tahun 1999 pemerintah melakukan reformasi
dibidang pemerintah daerah dan pengelolaan keuangan daerah dengan
ditetapkannya UU No 22 Tahun 1999.6
Oleh karena itu, pemerintah daerah
beserta seluruh Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) selaku pengguna
anggaran (PA) diwajibkan untuk menyusun laporan keuangan sebagai bentuk
pertanggungjawaban keuangan daerah.
Sama halnya dengan pemerintah pusat, Pemerintah Daerah memilki
kewajiban untuk menyusun dan melaporkan atas sumber daya finansial untuk
mempertanggungjawabkan penggunaan anggaran dalam bentuk laporan keuangan
BPKP, “ModulAkuntabilitas Instansi Pemerintah Revisi ke 4 Tahun 2007”, diakses dari
http://pusdiklatwas.bpkp.go.id/namafile/500/Modul_AIP_ok1.pdf pada tanggal 7 November 2015
pkl 21.18 WIB
6
Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 Tentang Perimbangan Keuangan antara
Pemerintah Pusat dan Daerah.
5
4
yang disebut Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD), LKPD ini
merupakan bentuk implementasi akuntabilitas yang diperiksa oleh lembaga yang
berwenang secara berkala atas penggunaan anggaran daerah ke pemerintah
diatasnya selaku pemberi wewenang. Di dalam LKPD ada beberapa laporan yang
harus disajikan, antara lain:
-
Laporan Realisasi Anggaran
-
Laporan Arus Kas
-
Neraca
-
Catatan Atas Laporan Keuangan
Adapun LKPD yang telah disusun akan diperiksa dan diaudit oleh
lembaga yang berwenang yakni Badan Pemeriksa Keuangan (BPK). Tujuan dari
pemeriksaan keuangan adalah untuk memberikan pendapat/opini atas kewajaran
informasi keuangan yang disajikan dalam laporan keuangan. Menurut UndangUndang Nomor 15 Tahun 20047 Penjelasan Pasal 16 ayat (1), opini merupakan
pernyataan profesional pemeriksa mengenai kewajaran informasi keuangan yang
disajikan dalam laporan keuangan. Kriteria pemberian opini adalah
-
Keseuaian dengan Standar Akuntansi Pemerintah
-
Kecukupan Pengungkapan
-
Kepatuhan terhadap Undang-Undang
-
Efektivitas Sistem Pengendalian Intern (SPI)
Adapun hasil dari pemeriksaan BPK berupa opini terhadap LKPD tahun
2009-2013 dapat dilihat dalam tabel berikut
7
Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 Tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab
Keuangan Negara
5
Tabel 1. Opini LKPD Tahun 2009-2013 Pada Pemerintah Kota dan
Kabupaten
Pemerintahan
Kabupaten
Kota
Tahun
WTP
WDP
TW
TMP
Total
WTP
WDP
TW
TMP
Total
2009
7
240
37
95
379
7
66
8
11
92
2010
16
254
23
103
396
12
67
3
11
93
2011
36
268
6
89
399
21
62
2
7
92
2012
72
256
6
67
401
31
52
0
7
90
2013
102
214
9
14
339
36
50
0
2
88
Sumber : BPK RI 2014
Opini yang dikeluarkan atas suatu laporan keuangan merupakan cermin
bagi kualitas pengelolaan dan penyajian suatu laporan keuangan. Adanya
kenaikan persentase opini WTP serta penurunan persentase opini WDP dan TMP,
secara umum menggambarkan adanya perbaikan yang dicapai oleh entitas
pemerintah daerah dalam menyajikan keuangan yang wajar sesuai dengan prinsip
yang berlaku.
Selanjutnya pada pemerintah Kota Batu yang menjadi fokus pada
penelitian ini, akuntabilitas keuangan dapat dilihat berdasarkan opini yang
tertuang melalui Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) Badan Pemeriksa Keuangan
(BPK) tiga tahun terakhir, dimana Pemerintah Kota Batu mendapatkan predikat
Wajar Dengan Pengecualian (WDP). Berdasarkan hasil temuan BPK-RI atas
laporan keuangan pemerintah daerah Kota Batu dalam kurun waktu 5 tahun
terakhir, mendapatkan opini yang dapat dijelaskan dalam tabel sebagai berikut.
6
Tabel II Opini BPK-RI Terhadap Kota Batu, Tahun 2009-2014
No.
Tahun
Opini
1
2009
Tidak Memberikan Pendapat (TMP)
2
2010
Tidak Memberikan Pendapat (TMP)
3
2011
Wajar Dengan Pengecualian
4
2012
Wajar Dengan Pengecualian
5
2013
Wajar Dengan Pengecualian
6
2014
Wajar Dengan Pengecualian
Sumber: BPK-RI Tahun 2015
Peningkatan opini dari TMP menjadi WDP dikota Batu terjadi pada tahun
2011, hal ini disebabkan entitas tersebut telah melaksanakan perbaikan atas
kelemahan LKPD tahun sebelumnya. Entitas telah melakukan hal-hal berikut,
yaitu:
-
Melakukan upaya perbaikan dengan melakukan inventarisasi dan penilaian
kembali atas aset tetap
-
Melakukan perubahan metode pencatatan investasi permanen
-
Menyajikan saldo piutang lain-lain berdasarkan dokumen pendukung
pencatatan piutang yang memadai
-
Meningkatkan
pengendalian
atas
kelengkapan
dokumen
pertanggungjawaban belanja daerah
-
Menyetorkan uas ke kas daerah serta melakukan rekonsiliasi antara
DPKAD dengan SKPD
7
Sedangkan opini WDP yang terjdadi pada tahun-tahun selanjutnya, pada
umumnya laporan keuangan telah disajikan dan diungkapkan secara wajar dalam
semua hal material, kecuali untuk dampak hal-hal yang berhubungan dengan akun
yang dikecualikan, diantaranya: aset tetap tidak didukung dengan pencatatan dan
pelaporan yang memadai, penatausahaan kas yang tidak sesuai dengan ketentuan,
penyertaan modal yang belum ditetapkan dengan peraturan daerah, saldo dana
bergulir belum disajikan dengan metode nilai bersih yang dapat direalisasikan (net
realizable value), penatausahaan persediaan tidak memadai, dan pelaksanaan
belanja modal serta belanja barang dan jasa tidak sesuai dengan ketentuan.
Dalam rangka melaksanakan pertanggungjawaban keuangan, pemerintah
daerah memiliki kewajiban untuk memanfaatkan teknologi informasi agar dapat
mempermudah proses penyusunan laporan dan data keuangannya. Kewajiban
pemanfaatan teknologi informasi oleh pemerintah daerah diatur dalam PP Nomor
56 tahun 2005 tentang Sistem Informasi Keuangan Daerah yang merupakan
pengganti dari PP Nomor 11 Tahun 2001 tentang informasi keuangan daerah yang
isinya sebagai berikut:
“untuk menindaklanjuti terselenggaranya proses pembangunan yang
sejalan dengan prinsip tata pemerintahan yang baik, pemerintah pusat dan
pemerintah daerah berkewajiban untuk mengembangkan dan memanfatkan
kemajuan teknologi informasi untuk meningkatkan kemampuan mengelola
keuangan daerah dan menyalurkan informasi keuangan daerah kepada
pelayanan publik.”
Selain itu pemerintah juga berupaya untuk mewujudkan akuntabilitas
keuangan negara yang berkualitas dalam mentrasformasikan manajemen
8
pemerintahan menuju pemerintahan yang baik dan bersih serta sesuai dengan
amanat PP Nomor 60 Tahun 2008 pasal 29 ayat (2) dan Inpres Nomor 4 Tahun
2011 melalui Aplikasi Sistem Informasi Manajemen Daerah (SIMDA) yang
diciptakan guna mewujudkan akuntabilitas dalam penyajian Laporan Keuangan
Pemerintah Daerah (LKPD). SIMDA atau Sistem Informasi Manajemen Daerah
merupakan aplikasi/software sistem informasi manajemen berbasis desktop
application. Program pengelolaan SIMDA yang telah diimplementasikan meliputi
SIMDA Keuangan, SIMDA Barang Milik Daerah (BMD), SIMDA Gaji dan
SIMDA Pendapatan. Sampai dengan bulan januari 2014, program aplikasi
SIMDA telah diimplementasi di 364 Pemda dari 527 Pemerintah Daerah yang ada
atau sebanyak 69,07%,8Salah satu program aplikasi SIMDA dalam bentuk
pemanfaatan teknologi informasi yang direalisasikan berupa sistem informasi
yang terkomputerisasi yang dikenal dengan Sistem Informasi Manajemen Daerah
(SIMDA) Keuangan. SIMDA Keuangan ini dirancang oleh Badan Pengawas
Keuangan dan Pembangunan (BPKP) yaang dibangun, dikembangkan, dan
digunakan untuk melakukan proses pengelolaan keuangan pemerintah daerah.
BPKP sesuai dengan fungsinya sebagai internal auditor dan sebagai penegmban
amanat pembina penyelenggara Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP)
sesuai PP Nomor 60 Tahun 20089 mengembangkan SIMDA Keuangan dengan
mengacu pada ketentuan perundang-undangan dan praktik pengelolaan keuangan
pemerintah daerah berdasarkan Permendagri Nomor 13 tentang Pedoman
Pengelolaan Keuangan Daerah.
8
Pengenalan Sistem Informasi Manajemen Daerah (SIMDA) diakses dari
http://www.bpkp.go.id/sakd/konten/333/Versi-2.1.bpkp pada tanggal 14 September 2015 pkl 10.30
WIB
9
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 60 Tahun 2008 Tentang Sistem
Pengendalian Intern Pemerintah
9
Dalam rangka mengemban amanat PP Nomor 56 Tahun 200510 untuk
memanfaatkan teknologi informasi melalui penerapan SIMDA Keuangan,
sebanyak 85 % Pemerintah
Provinsi Jawa Timur telah menerapkan SIMDA
Keuangan, salah satunya adalah Pemerintah Kota Batu yang telah berhasil
menerapkan SIMDA Keuangan secara menyeluruh.
Tujuan dari penerapan SIMDA Keuangan ini adalah untuk menghasilkan
laporan keuangan dan informasi keuanagn secara tepat waktu, lengkap, akurat,
dan dapat dipertanggungjawabkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku serta
agar terselenggaranya pengelolaan keuangan daerah dengan menyediakan sistem
pengelolaan keuanagn daerah berbasis teknologi informasi.11 Selain itu,
Penerapan SIMDA Keuangan juga untuk membantu dalam hal
kemudahan
penyusunan laporan keuangan daerah. Aplikasi SIMDA Keuangan ini secara
terintegrasi mengelola keuangan pemerintahan daerah. Dengan menggunakan
aplikasi SIMDA Keuangan akan menghasilkan informasi laporan keuangan
dengan kualitas relevansi, akurasi dan ketepatan waktu yang lebih baik daripada
menggunakan sistem manual. Aplikasi SIMDA Keuangan juga telah mencakup
secara keseluruhan, kemudian data diolah secara otomatis untuk menuju ke proses
selanjutnya hingga membentuk sebuah laporan keuangan yang sesuai dengan
Standar Akuntansi Pemerintah.
10
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 56 Tahun 2005 Tentang Sistem
Informasi Keuangan Daerah
11
Devita, Inggriani, “Evaluasi Penerapan Sistem Informasi Manajemen Daerah (SIMDA)
Keuangan pada DPPKA Kabupaten Kepulaian Sangihe” Jurnal EMBA Vol.3. No.22015, hal 114122
diakses
dari
http://download.portalgaruda.org/article.php?article=332156&val=1025&title=EVALUASI%20P
ENERAPAN%20SISTEM%20INFORMASI%20MANAJEMEN%20DAERAH%20%28SIMDA
%29%20KEUANGAN%20PADA%20DPPKA%20KABUPATEN%20KEPULAUAN%20SANG
IHE pada tanggal 7 November 2015 pkl 21:37 WIB
10
Akan tetapi dalam pelaksanaannya masih saja ditemukan beberapa kendala
yang dihadapi dalam menerapkan aplikasi SIMDA Keuangan, baik itu dari segi
fisik (sistem) maupun dari segi non fisik (SDM). Dilihat dari segi fsik, kendala
yang masih dihadapi dalam penerapan SIMDA Keuangan di Kota Batu ialah
kapasitas jaringan internet yang tersedia disisi SKPD selaku client. Meskipun
kapasitas bandwith untuk akses di BPKAD telah ditingkatkan tiap tahun, namun
masing-masing SKPD belum bisa mengikuti kebutuhan minimal kapasitas
koneksinya. Hal ini tentunya tergantung dari faktor yakni kualitas jaringan
koneksi di SKPD (baik hardware maupun kapasitas bandwith yang disewa),
maupun perilaku pengguna sarana konektivitas itu sendiri. Apabila koneksi
internet di SKPD dikhususkan untuk tersambung ke server SIMDA Keuangan di
BPKAD, mungkin bisa lancar. Namun apabila disaat yang bersamaan digunakan
untuk terhubung dan berselancar di dunia maya, bisa dipastikan akses ke server
BPKAD akan terganggu
Selanjutnya dilihat dari segi non fisik (SDM) kendala yang dihadapi ialah
kualitas dan klasifikasi kompetensi yang dimiliki oleh pemakai sistem. Hingga
saat ini, operator-operator SIMDA Keuangan di SKPD masih banyak yang belum
memiliki kompetensi yang sesuai, hal ini dikarenakan oleh latar pendidikan yang
bukan dari programmer (IT), sehingga yang terjadi penggunaan sistem ini tidak
berlangsung secara optimal dan juga tingkat kemalasan yang masih tinggi dan
tidak mau belajar, karna untuk SIMDA Keuangan sendiri seringkali mengalami
perubahan-perubahan sesuai dengan peraturan yang berlaku. Selain itu juga
dengan hadirnya aplikasi SIMDA Keuangan ini membuat para pengguna terkesan
meremehkan dalam artian mengampangkan suatu pekerjaan, yang akhirnya akan
11
berdampak pada hasil dari pekerjaan yang tidak maksimal, karena input data
dilakukan dalam waktu singkat dan tergesa-gesa yang mengakibatkan integritas
dan validitas data masih diragukan kebenarannya.
Berdasarkan hal tersebut, untuk memperoleh gambaran lebih jauh tentang
penerapan SIMDA Keuangan khususnya dalam faktor-faktor pendukung dan
penghambat penerapan SIMDA SIMDA Keuangan serta kualitas informasi
laporan keuangan yang dihasilkan dari penerapan SIMDA Keuangan untuk dapat
membantu terwujudnya akuntabilitas keuangan berupa LKPD dengan memenuhi
kriteria akuntabilitas keuangan berupa integritas, pengungkapan dan ketaatan
kepada undang-undang, peneliti mengambil judul sebagai berikut. “Penerapan
Sistem Informasi Manajemen Keuangan Daerah (SIMDA) Keuangan untuk
Menunjang Akuntabilitas Keuangan Daerah Pemerintah Kota Batu.”
2.Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dari judul dan latar belakang yang dijelaskan diatas,
maka peneliti merumuskan permasalahan terkait dengan penerpan SIMDA
Keuangan di Pemerintah Kota Batu sebagai berikut:
a) BagaimanaPenerapan
SIMDA
Keuangan
untuk
Menunjang
AkuntabilitasKeuangan Pemerintah Kota Batu?
b) Faktor-Faktor Apa Saja yang Mendukung dan Menghambat Penerapan
SIMDA Keuangan?
12
3. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian terkait dengan penerapan SIMDA Keuangan
untuk menunjang akuntabilitas Pemerintah Kota Batu adalah;
a) Untuk Mengetahui Penerapan SIMDA Keuangan untuk Menunjang
AkuntabilitasKeuangan Pemerintah Daerah Kota Batu.
b) Untuk mengetahui Faktor-Faktor yang Mendukung dan Menghambat
Penerapan SIMDA Keuangan.
4. Manfaat Penelitian
4. 1 Manfaat Teoritik
a) Menambah wawasan dan pengalaman bagi peneliti mengenai
penerapan Sistem Informasi Manajemen Daerah (SIMDA)
Keuangan untuk menunjang akuntabilitas keuangan Pemerintah
Daerah Kota Batu.
b) Sebagai wahana bagi peneliti untuk mengaplikasikan teori-teori
yang telah dipelajari serta, hasil penelitian ini dapat dijadikan
sebagai bahan pertimbangan untuk penelitian selanjutnya.
4.2 Manfaat Praktik
a) Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan
pemikiran, saran dan masukan bagi instansi terkait dalam rangka
mengoptimalkan penerapan sistem informasi manajemen (SIMDA)
Keuangan untuk menunjang akuntabilitas keuangan Pemerintah
Kota Batu.
13
5. Definisi Konsep
5.1 Sistem Informasi Manajemen Daerah
Secara umum, Sistem Informasi Manajemen (SIM) merupakan
suatu sistem yang dapat membantu manajemen di dalam pengumpulan
data, pengolahan serta analisis evaluasi data dan menyajikan ke dalam
batas informasi yang bernilai dan akhirnya sampai pada pengambilan
keputusan dimana informasi ini berguna untuk mendukung fungsi operasi
manajemen.12Aplikasi
Sistem
Informasi
Manajemen Daerah
yang
dikembangkan oleh Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan
(BPKP).Aplikasi SIMDA merupakan salah satu produk dari teknologi
sistem informasi yang digunakan oleh banyak pemerintah daerah di
Indonesia
dalam
menyelenggarakan
pengelolaan
keuangan
daerahnya.Aplikasi SIMDA merupakan aplikasi database yang bertujuan
untuk mempermudah pengelolaan keuangan daerah di lingkungan Satuan
Kerja Perangkat Daerah (SKPD).Aplikasi SIMDA dikembangkan dengan
memperhatikan dan mengimplementasikan Sistem Pengendalian Intern
Pemerintah (SPIP).Oleh sebab itu pengendalian terhadap aplikasi menjadi
suatu keharusan untuk menjadi pedoman bagi peerintah daerah dalam
mengimplementasikan Aplikasi SIMDA untuk menghasilkan Laporan
Keuangan Perintah Daerah (LKPD).13
Rizan Machmud, “Hubungan Sistem Informasi Manajemen dan Pelayanan dengan
kinerja pegawai pada rutan Makassar” (Makassar: Jurnal Capacity) hal 78-85.
13
Budiman, Fuad, dan Arza, “Pendekatan Teknologi Acceptance Model dalam
Kesuksesan Implementasi Sistem Informasi Manajemen Daerah”, Jurnal WRA, hal 87-110
12
14
5.2 Pengertian Akuntabilitas
Istilah akuntabilitas berasal dari istilah dalam bahasa Inggris
accountability
yang
berarti
pertanggungjawab
untukdipertanggungjawabkanataukeadaan
untuk
atau
keadaan
diminta
pertanggungnganjawab.14 Sedangkan pengertian Akuntabilitas Keuangan
menurut Lembaga Administrasi Negara (LAN) yang seperti dikutip
Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan (BPKP) menyebutkan
bahwa akuntabilitas keuangan merupakan pertanggungjawaban mengenai
integritas keuangan, pengungkapan dan ketaatan terhadap peraturan
perundang-undangan. Sasaran pertanggungjawaban ini adalah laporan
keuangan yang disajikan dan peraturan perundang-undangan yang berlaku
yang mencakup penerimaan, penyimpanan, dan pengeluaran uang oleh
instansi pemerintah. Dengan dilaksanakannya ketiga komponen tersebut
dengan baik akan dihasilkan suatu informasi yang dapat diandalkan dalam
pengambilan keputusan, informasi tersebut akan tercermin didalam
laporan keuangan yang merupakan media pertanggungjawaban. Integritas
keuangan, pengungkapan dan ketaatan terhadap peraturan perundangundangan menjadi indikator dari akuntabilitas keuangan.
5.3 Pengertian Keuangan Daerah
Halim mengartikan keuangan daerah sebagai semua hak dan
kewajiban yang dapat dinilai dengan uang, demikian pula segala sesuatu
baik berupa uang maupun barang yang dapat dijadikan kekayaan daerah
Peter Salim, “The Contempory English-Indonesia Dictionary”, Jakarta; Modern
English Press, Edisi Ketiga-1987, hal 16
14
15
sepanjang itu belum dimilki/dikuasi oleh Negara atau daerah yang lebih
tinggi serta pihak-pihak lain sesuai ketentuan/peraturan undang-undang
yang berlaku.
Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 58
Tahun 2005, dalam ketentuan umumnya menyatakan bahwa keuangan
daerah adalah semua hak dan kewajiban daerah dalam rangka
penyelenggaraan pemerintah daerah yang dapat dinilai dengan uang
termasuk didalamnya segala bentuk kekayaan daerah tersebut.15
6. Definisi Operasional
6.1 Indikator pengelolaan keuangan daerah yang baik:16
a) Tertib, yang dimaksud tertib adalah bahwa keuangan daerah
dikelola secara tepat waktu dan tepat guna yang di dukung dengan
bukti-bukti administrasi yang dapat dipertanggungjawabkan.
b) Taat pada peraturan perundang-undangan, pengelolaan keuangan
daerah harus berpedoman pada peraturan perundang-undangan
c) Efesien, merupakan pencapaian keluaran yang maksimum dengan
masukan tertentu atau penggunaan masukan terendah untuk
mencapai keluaran tertentu
d) Ekonomis,merupakan pemerolehan masukan dengan kualitas
masukan dengan kualitas dan kuantitas tertentu pada tingkat harga
yang rendah
15
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan
Keuangan Daerah
16
Permendagri No 13 Tahun 2006 Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah
16
e) Efektif, merupakan pencapaian hasil program dengan target yang
telah ditetapkan, yaitu dengan cara membandingkan keuaran dan
hasil
f) Transparan, merupakan prinsip keterbukaan yang memungkinkan
masyarakt untuk mengetahui dan mendapatkan akses informasi
seluas-luasnya tentang keuangan daerah
6.2 Faktor Pendukung Penerapan SIMDA Keuangan di Pemerintah
Kota Batu
a) Aplikasi SIMDA Keuangan mudah digunakan (user- friendly)
b) Aplikasi SIMDA Keuangan bisa digunakan secara gratis oleh
Pemerintah Daerah
c) Selalu dilakukan update dari aplikasi SIMDA Keuangan untuk
mengoptimalkan fungsi penggunaan aplikasi tersebut.
d) Struktur birokrasi khusunya dalam pengawasan aplikasi SIMDA
Keuangan
6.3 Faktor Penghambat Penerapan SIMDA Keuangan di Pemerintah
Kota Batu
a) Belum optimalnya kapasitas koneksi internet di setiap SKPD
selaku client
b) Kebijakan dari setiap Satuan Perangkat Kerja Daerah (SKPD)
c) Pemikiran (mindset) yang terkesan menggampangkan pekerjaan
dan tidak mau belajar
17
7. Metodologi Penelitian
7.1 Pendekatan dan Jenis Penelitian
Dalam penelitian ini, pendekatan yang dilakukan adalah melalui
pendekatan kualitatif.Artinya data yang dikumpulkan bukan berupa
angka-angka, melainkan data tersebut berasal dari naskah wawancara,
catatan lapangan, dokumen pribadi, catatan, memo, dan dokumen resmi
lainnya.Sehingga yang menjadi tujuan dari penelitian kualitatif ini adalah
ingin menggambarkan realita empirik dibalik fenomena secara mendalam,
rinci dan tuntas.Oleh karena itu penggunaan pendekatan kualitatif dalam
penelitian ini adalah mencocokan antara realita empirik dengan teori yang
berlaku dengan menggunakan metode deskriptif.17 Metode kualitatif
adalah metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi
obyek yang alamiah, dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci,
teknik pengumpulan data dilakukan secara gabungan,analisis data bersifat
induktif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada
generalisasi.
Adapun jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif.Menurut
Whitney dalam Moh.Nazir bahwa metode deskriptif adalah pencarian
fakta dengan interpretasi yang tepat.Penelitian deskriptif mempelajari
masalah-masalah dalam masyarakat, serta cara-cara yang berlaku dalam
masyarakat serta situasi-situasi tertentu, termasuk tentang hubunganhubungan, kegiatan-kegiatan, sikap-sikap, pandangan-pandangan, serta
17
Lexy J Moleong, “Metode Penelitian Kualitatif”, Remaja Rosda, Bandung, 2004, hal
131
18
proses-prose yang sedang berlangsung dan pengaruh-pengaruh dari suatu
fenomena.18
7.2 Sumber Data
7.2.1 Data Primer
Menurut S. Nasution data primer adalah data yang dapat diperoleh
langsung dari lapangan atau tempat penelitian.19 Peneliti menggunakan data
yang diperoleh dari sumber pertama dalam halini pegawai-pegawai pada
Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah (BPKAD) Kota Batu dan
Instansi lain baik staf maupun pejabat yang menjadi sampel dalam penelitian
ini.
7.2.2 Data Sekunder
Data Sekunder adalah data-data yang didapat dari sumber bacaan dan
berbagai sumber lainnya yang terdiri dari surat-surat pribadi, buku harian,
note, sampai doukumen-dokumen resmi dari berbagai instansi pemerintah.
Data sekunder dapat juga berupa majalah, buletin, publikasi dari berbagi
organisasi,
hasil-hasil
studi,
hasil
survey,
studi
histories,
dan
sebagainya.Peneliti menggunakan data sekunder untuk ini untuk memperkuat
penemuan dan melengkapi informasi yang telah dikumpulkan.
18
19
Moh. Nazir, “Metode Penelitian”, PT.Ghalia Indonesia, Jakarta, 2003 hal 16
Nasution,”Azaz-azaz Kurikulum”, Penerbit Terate, Bandung, 1964, hal 34
19
7.3 Teknik Pengumpulan Data
7.3.1 Observasi
Sebagai metode ilmiah, observasi dapat diartikan sebagai pengamatan,
meliputi pemusatan perhatian terhadap suatu obyek dengan menggunakan
seluruh alat indra.20 Jadi observasi merupakan suatu penyelidikan yang
dilakukan secara sistematik dan sengaja diadakan dengan menggunakan alat
indta terutama terhadap kejadian yang berlangsung dan dapat dianalisa pada
waktu kejadian itu terjadi. Dibandingkan metode survey, metode observasi
lebih obyektif. Karna metode ini dilakukan dengan cara melakukan
pengamatan secara langsung terhadap fenomena yang akan diteliti. Dimana
dilakukan pengamatan atau pemusatan perhatian terhadap obyek dengan
menggunakan seluruh alat indra, jadi mengobservasi dilakukan melalui
penglihatan, penciuman, pendengaran, peraba dan pengecap.21 Dalam
penelitian ini, diteliti secara langsung penerapan SIMDA Keuangan terhadap
akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah Pemerintah Kota Batu, dengan
menggunakan alat pengumpulan data berupa rekaman suara, gambar, dan
catatan berkala.
7.3.2 Wawancara
Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu
dilakukan oleh kedua belah pihak, yaitu pewawancara (interviuwer) yang
mengajukan pertanyaan kepada yang diwawancarai (interviewee) yang
Suharsimi Arikunto, “Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Prakter”, Rineka Cipta,
Jakarta, 2002, hal 133
21
Ibid, hal 128
20
20
memberikan
atas
itu.
Wawancara
digunakan
oleh
peneliti
untuk
menggunakan menilai keadaan sesorang. Dalam wawancara tersebut biasa
dilakukan secara individu maupun dalam bentuk kelompok, sehingga didapat
data informatik yang orientik. Metode interview adalah sebuah dialog atau
tanya jawab yang dilakukan dua orang atau lebih yaitu pewawancara dan
terwawancara (narasumber) dilakukan secara berhadap-hadapan (face to
face)22.
Sedangkan interview yang penulis gunakan adalah jenis interview
pendekatan yang menggunakan petunjuk umum, yaitu mengharuskan
pewawancara membuat kerangka dan garis-garis besar atau pokok-pokok
yang ditanyakan dalam proses wawancara, penyusunan pokok-pokok ini
dilakukan sebelum wawancara. Dalam hal ini pewawancara harus dapat
menciptakan suasana santai tetapi serius yang artinya bahwa interview
dilakukan dengan sungguh-sungguh, tidak main-main tetapi tidak kaku.23
Wawancara yang digunakan oleh peneliti ialah untuk mengungkapkan data
tentang penerapan SIMDA Keuangan terhadap akuntabilitas pengelolaan
keuangan daerah Kota Batu. Dalam penelitian ini digunakan alat
pengumpulan data yang berupa pedoman wawancara atau instrumen yang
berbentuk pertanyaan-pertanyaan yang ditujukan kepada pegawai/staff Badan
Pengelola Keuangan Daerah (BPKAD) Kota Batu.
22
Rony Hanitijo, “Metode Penelitian Hukum dan Jurimeter”. Ghalis, Jakarta, 1994, hal
57
23
Op cit., Arikunto. hal 136
21
7.3.3 Dokumentasi
Dokumentasi berasal dari kata dokumen, yang berarti barang tertulis.
Metode dokumentasi berarti cara pengumpulan data dengan mencatat datadata yang sudah ada.24 Metode dokumentasi adalah mencari data mengenai
hal-hal atau variabel yang berupa catatan buku, surat, traskip, majalah,
prasasti, notulen, rapat, lengger, agenda dan sebagainya.Teknik atau studi
dokumentasi adalah cara pengumpulandata melalui peninggalan arsip-arsip
dan termasuk juga buku-buku tentang pendapat, teori, dalil-dalil atau hukumhukum dan lain-lain berhubungan dengan masalah penelitian.
7.4 Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah Pejabat dan para staf di lingkungan
Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah (BPKAD) Kota Batu, yakni
Kepala Badan BPKAD, Kabid Bidang Anggaran, Kabid Bidang Akuntansi,
Kabid Perbendaharaan, Kasub I Bidang Anggaran, Kasubid I dan II
Akuntansi dan administrator SIMDA Keuangan
7.5 Lokasi Penelitian
Penentuan lokasi penelitian dimaksudkan untuk mempersempit ruang
lingkup dalam pembahasan dan sekalgus untuk mempertajam fenomena yang
ingin dikaji. Penelitian ini memilih Badan Pengelola Keuangan dan Aset
Daerah (BPKAD) Kota Batu dengan alasan peneliti magang diinstansi
tersebut sehingga akan menghemat waktu, tenaga dan biaya.
Yatim Riyanto, “Metodologi Penelitian Pendidikan Tinjauan Dasar”, SIC, Surabya,
1996, hal 83
24
22
7.6 Teknik Analisis Data
Dalam suatu penelitian sangat diperlukan suatu analisis data yang berguna
untuk memberikan jawaban terhadap permasalahan yang diteliti. Analisis data
dalam penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Penelitian dengan
menggunakan metode kualitatif bertolak dari asumsi tentang realitas atau
fenomena sosial yang bersifat unik dan komplek. Terdapat regularitas atau
pola tertentu, namun penuh dengan variasi (keragaman).25
Analisa data adalah proses mengatur urutan data, mengorganisasikan
kedalam suatu pola, kategori dan satuan uraian dasar.26 Sedangkan metode
kualitatif merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif
berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat
diamati.27
Dalam proses analisis data terhadap komponen-komponen utama yang
harus benar-benar dipahami. Komponen tersebut adalah reduksi data, kajian
data dan penarikan kesimpulan atau verivikasi. Untuk menganalisis berbagai
data yang sudah ada digunakan metode deskriptif analitik. Metode ini
digunakan untuk menggambarkan data yang sudah diperoleh melalui proses
analitik yang mendalam dan selanjutnya diakomodasikan dalam bentuk
bahasa secara runtut atau dalam bentuk naratif. Analisi data dilakukan secara
induktif, yaitu dimulai dari lapangan atau fakta empiris dengan cara terjun ke
Burhan Bungi, “Analisa Data Penelitian Kualitatif, Pemahaman Fisiologis dan
Metodologis Kearah Penguasaan Modal Aplikasi”, PT. Raja Grafindo Parsada, Jakarta, 2003, hal
53
26
Lexy J. Moleong, “Metode Kualitatif”, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2004, hal 103
27
Ibid, hal 3
25
23
lapangan, mempelajari fenomena yang ada di lapangan. Analisis data dalam
penelitian kualitatif dilakukan secara bersamaan dengan cara proses
pengumpulan data. Menurut Miles dan Humberman tahapan analisis data
adalah sebagai berikut:28
7.6.1 Pengumpulan Data
Penelitian mencatat semua data secara obyektif dan apa adanya sesuai
dengan hasil observasi dan wawancara dilapangan.
7.6.2 Reduksi Data
Reduksi data yaitu memilih hal-hal pokok yang sesuai dengan fokus
penelitian.
Reduksi
menggolongkan,
data
merupakan
mengarahkan,
suatu
membuang
bentuk
yang
analisis
tidak
perlu
yang
dan
mengorganisasikan data-data yang telah direduksi, memberikan gambaran
yang lebih tajam tentang hasil pengamatan dan mempermudah peneliti untuk
mencarinya sewaktu-waktu diperlukan.
7.6.3 Display Data (Penyajian Data)
Penyajian data adalah sekumpulan informasi yang tersusun yang
memungkinkan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan.
Penyajian data merupakan analisis dalam bentuk matrik, network, cart, atau
grafis, sehingga data dapat dikuasai.
28
Miles, M.B dan Huberman, A.M, “Analisis Data Kualitatif”, UI-Press, Jakarta, 1992,
hal 37
24
7.6.4 Verifikasi dan Penarikan Kesimpulan
Setelah data disajikan, maka dilakukan penarikan kesimpulan atau
verivikasi. Untuk itu diusahakan mencari pola, model, tema, hubungan,
persamaan, hal-hal yang sering muncul, hipotesis dan sebagainya. Jadi dari
data tersebut berusaha diambil kesimpulan. Verifikasi dapat dilakukan dengan
keputusan, didasarkan pada reduksi data, dan penyajian data yang merupakan
jawaban atas masalah yang diangkat dalam penelitian.
25
Keuangan untuk Menunjang Akuntabilitas Keuangan Pemerintah
Kota Batu
(Studi pada Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah Kota Batu)
SKRIPSI
Disusun sebagai salah satu syarat untuk memproleh gelar kesarjanaan
Strata Satu (S1) Ilmu Pemerintahan
Oleh :
Abdul Rachman Radjak Ruddin
201210050311003
JURUSAN ILMU PEMERINTAHAN
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2016
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb
Puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT atas limpahan kasih sayang,
rahmat, dan hidayah Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan penelitian dan
menyusun laporan publikasi skripsi ini yang berpa hasil dengan judul, “Penerapan
Sistem Informasi Manajemen Daerah (SIMDA) Keuangan untuk Menunjang
Akuntabilitas Keuangan Pemerintah Kota Batu (Studi Pada Badan Pengelola
Keuangan dan Aset Daerah (BPKAD) Kota Batu)”. Penyusun menyadari sepenuhnya,
mengingat keterbatasan kemampuan dan pengetahuan yang ada pada penyusun, tentu
masih jauh dari sempurna sehingga semua ini tidak akan memberikan hasil yang
memuaskan apabila tidak ada bantuan serta bimbingan dari berbagai pihak. Harapan
saya, semoga hasil penelitian ini dapat berguna dan bermanfaat. Sekian terima kasih
Malang, 2 Februari 2016
Penulis
UCAPAN TERIMA KASIH
Alhamdulillah, saya sangat bersyukur dengan selesainya penelitian skripsi dengan
judul,”Penerapan SIMDA Keuangan untuk Menunjang Akuntabilitas Keuangan
Pemerintah Kota Batu (Studi pada Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah
Kota Batu)”. Selesainya skripsi ini tidak lepas dari dukungan dan bantuan pihakpihak yang selalu memberikan dorongan dan motivasi kepada saya, untuk dari itu
saya ucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada pihak-pihak dibawah ini,
1. Bapak Kaharuddinsyah, selaku ayah kandung saya. Terima kasih karena
selama ini menjadi Menteri Keuangan saya, saya ucapkan terima kasih karena
telah bekerja keras sehingga mampu menyekolahkan saya hingga perguruan
tinggi. Terima kasih karena sudah mendidik saya menjadi anak yang tangguh
dan mandiri.
2. Ibu Agus Miati, selaku ibu kandung saya. Saya ucapkan terima kasih yang tak
terhingga kepada beliau karena telah melahirkan saya kedunia ini, mencintai
saya dengan tulus tanpa mengharapkan imbalan apapun. Terima kasih karena
selalu menyediakan pelukan hangat ketika saya butuh dan terima kasih untuk
semua kepercayaan terhadap saya, dorongan untuk saya dan selalu siap ada
untuk saya dalam keadaan dan kondisi apapun.
3. Bapak Fauzan, selaku Rektor Universitas Muhammadiyah Malang
4. Bapak Drs. Asep Nurjaman, M.Si selaku Dekan FISIP UMM sekaligus
menjadi dosen penguji skripsi saya, yang memberikan masukan untuk
menghasilkan skripsi yang lebih baik
5. Ibu Hevi Kurnia Hardini, S.IP, MA. Gov selaku Ketua Jurusan sekaligus
dosen pembimbing II yang sudah banyak membantu serta selalu siap untuk
mendengarkan keluh kesah saya.
6. Bapak Drs. Krisno Hadi MA. Selaku dosen Pembimbing I saya, yang sudah
sabar menghadapi saya dan tidak pernah lelah untuk membimbing saya. Serta
selalu memberikan masukan-masukan yang sangat berarti untuk penelitian
saya.
7. Ibu Sri Muchsidayati, SE. selaku Kabid Anggaran BPKAD yang sudah
banyak membantu penelitian saya, dan selalu bersedia meluangkan waktu
untuk wawancara dengan saya, serta nasihat-nasihat yang selalu diberikan
untuk saya.
8. Ibu Puji Astutik, SE. selaku Kabid Perbendaharaan BPKAD yang turut
membantu saya dalam penelitian skripsi saya
9. Bapak Fajar Utomo, SE. selaku Kasubid II Bidang Anggaran yang selalu
membantu saya ketika saya butuh data, terima kasih banyak untuk bantuannya
10. Bapak Fatra Adjie Isvara selaku administrator SIMDA Keuangan BPKAD,
yang selalu bersedia menjawab quisioner yang saya berikan dan selalu
memberikan jawaban-jawaban yang fantastis.
11. Ibu Atik Handayani, selaku Kasubid II Bidang Belanja Akuntansi BPKAD,
yang turut serta membantu dan berbagi pengalaman hidup yang mengesankan
kepada saya.
12. Mas Adiyaksa, selaku staff Bidang Anggaran yang selalu memberikan
motivasi dan semangat kepada saya.
13. Mas Gigih Wicaksaana, S.TP,M.SI, selaku Kasubid I Bidang Anggaran yang
selalu mengingatkan dan menanyakan perkembangan skripsi saya.
14. Dessy Wulan Sari, sepupu saya tercinta. Terima kasih sudah mau
mendengarkan curhat saya. Saya berharap kamu bisa lebih sukses dari saya.
15. Dessy Pratiwi Irma, teman seperjuangan saya yang hebat dan luar biasa.
Penulis
“JANGAN BERFIKIR APA
YANG BISA KAMU
DAPATKAN, TAPI
BERFIKIRLAH APA YANG
BISA KAMU BERIKAN”
DAFTAR ISI
Halaman Persetujuan
Halaman Pengesahan
Berita Acara Bimbingan Skripsi
Surat Pernyataan
Motto
Ucapan Terima Kasih
Kata Pengantar
Daftar Isi
Daftar Tabel
Daftar Gambar
Abstraksi
Abstract
BAB I PENDAHULUAN
1.LatarBelakang
2.RumusanMasalah
3.TujuanPenelitian
4. ManfaatPenelitian
5. DefinisiKonsepdanOperasional
6 MetodePenelitian
6.1 JenisPenelitian
6.2 Sumber Data
6.3 Teknik Pengumpulan Data
6.4 Subjek Penelitian
6.5 LokasiPenelitian
6. 6 Analisa Data
1
12
13
13
14
18
18
19
29
22
22
23
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
1. Reformasi Tata Kelola Keuangan Daerah
2. Tahapan dalam Implementasi Teknologi Informasi (e-Government)
3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengembangan e-Government
3.1 Support
3.2 Capacity
3.3 Value
4. e-Government Bidang Keuangan
4.1 Pengertian SIMDA Keuangan
4.2 Dasar Penggunaan Aplikasi SIMDA Keuangan di Batu
4.3 Keuantungan Menggunakan Aplikasi SIMDA Keu
5. Akuntabilitas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah
5.1 Pengertian Akuntabilitas Keuangan
6. Sifat Akuntabilitas
7. Pengertian dan Ruang Lingkup Keuangan Daerah
36
29
31
31
32
33
36
36
37
40
41
41
45
46
8. Tujuan Pengelolaan Keuangan Daerah
9. Pengertian Laporan Keuangan Pemerintah Daerah
10. Tujuan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah
11. Komponen Laporan Keuangan Pemerintah Daerah
48
49
51
53
BAB III DESKRIPSI WILAYAH
1. Sejarah Pembentukan Kota Batu
2. Pembagaian Wilayah Administratif
3. Sejarah Berdirinya BPKAD Kota Batu
3.1 Pembentukan BPKAD Kota Batu
3.2 Dasar Hukum Pembentukan BPKAD Kota Batu
3.3 Tupoksi BPKAD Kota Batu
3.4 Struktur Organisasi BPKAD Kota Batu
3.5 SDM pada BPKAD Kota Batu
3.6 Tugas Pokok Tiap Bidang
3.7 Penerapan SIMDA Keu di BPKAD Kota Batu
55
57
61
61
62
62
64
65
67
70
BAB IV ANALISA DATA DAN HASIL PENELITIAN
1. Penerapan SIMDA Keuangan untuk Menunjang
Akuntabilitas Keuangan Pemerintah Kota Batu
2. Faktor Penghambat Penerapan SIMDA Keuangan
3. Faktor Pendukung Penerapan SIMDA Keuangan
72
99
104
BAB V PENUTUP
1. Kesimpulan
2. Saran
109
111
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel I. Opini LKPD Tahun 2009-2013 Pada Pemerintah Kota dan Kabupaten
6
Tabel II. Opini BPK-RI Terhadap Kota Batu, Tahun 2009-2014
7
Tabel III. Pembagian Kecamatan, Kelurahan, dan Desa di Kota Batu
57
Tabel IV. Pembagian Luas Wilayah Berdasarkan Kecamatan di Kota Batu
58
Tabel V. Jumlah Pegawai BPKAD Kota Batu
65
Tabel VI. Susunan Pegawai BPKAD Kota Batu Berdasarkan Golongan
65
Tabel VII. Susunan Pegawai BPKAD Kota Batu Berdasarkan Jabatan Struktural 66
Tabel VIII. Susunan Pegawai BPKAD Berdasarkan Latar Pendidikan
66
Tabel IX. Jadwal Pemeriksaan BPK Terhadap LKPD Kota Batu 2013-2014
77
Tabel X. Pembagian Tugas Penyusunan Laporan SKPD Kota Batu
78
Tabel XI. Rencana Penyusunan APBD Kota Batu Tahun 2014
79
Tabel XII. Alokasi Anggaran Penyusnan LKPD dan SIMDA T.A 2013-2014
96
DAFTAR GAMBAR
Gambar I. Peta Kota Batu
56
Gambar II. Proyeksi Penduduk BPS Jatim Tahun 2010-2020 Kota Batu
59
Gambar III. Persebaran Penduduk Kota Batu Berdasarkan Kecamatan
60
Gambar IV. Struktur Organisasi BPKAD Kota Batu
64
Gambar V. Proses Pertanggungjawaban Keuangan Daerah
75
Gambar VI. Mekanisme Pergeseran Anggaran
81
Gambar VII. Penggunaan Aplikasi SIMDA Keuangan di SKPD
88
Gambar VIII. Proses Penyusunan Laporan Keuangan ditingkat SKPD
88
Gambar IX. Penggunaan SIMDA Keuangan pada SKPKD
89
Gambar X. Penyusunan LKPD di BPKAD
90
Gambar XI. Laporan Pembukuan Pemerintah Daerah dengan SIMDA Keuangan 90
Gambar XII. Surat Pernyataan Tanggung Jawab SIMDA Keuangan
93
Gambar XIII. Tampilan SIMDA Keuangan Pemerintah Kota Batu
94
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Prakter.Jakarta:
Rineka Cipta
Bastian, Indra. 2001.Akuntansi Sektor Publik.Yogyakarta: BPFE
Bastian Indra.2006.“Akuntansi Sektor Publik: Suatu Pengantar”, Jakarta: Erlangga
Budiman, Fuad, dan Arza, Fefri Indra. 2013. Pendekatan Technology Acceptance
Model dalam kesuksesan Sistem Informasi Manajemen Daerah. Jurnal
WRA, 1(1), 87-110
Bungi Burhan.2003. Analisa Data Penelitian Kualitatif, Pemahaman Fisiologis dan
Metodologis Kearah Penguasaan Modal Aplikasi. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Parsada
Devas,
Nick,
dkk.1987.“Keuangan
Pemerintahan
Daerah
di
Indonesia”.
Jakarta:Penerbit UI-Press.
Indrajit
Richardus
Eko.2004.“e-Government
Strategi
Pembangunan
dan
Pengembangan Sistem Pelayanan Publik Berbasis Teknologo Digital”.
Yogyakarta:Andi Offset
Halim Abdul.2008.“Akuntansi Keuangan Daerah Edisi Revisi 3”, Jakarta:Salemba
Empat
Hanitijo Rony.1994. Metode Penelitian Hukum dan Jurimeter.Jakarta: Ghalis
Mardiasmo.2002.“Akuntansi Sektor Publik”, Yogyakarta:Penerbit Andi
Miles, Matthew B dan Huberman, A Michael. 1992. Analisis Data Kualitatif. Jakarta:
Universitas Indonesia Press
Moleong J Lexy. 2004. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosda
Nasution.1964. Azaz-azaz Kurikulum. Bandung: Penerbit Terate
Nazir Moh. 2003. Metode Penelitian. Jakarta: PT.Ghalia Indonesia
Riyanto Yatim.1996.Metodologi Penelitian Pendidikan Tinjauan Dasar.Surabya: SIC
1996
Salim, Peter. 1987. The Contempory English-Indonesia Dictionary. Jakarta; Modern
English Press, Edisi Ketiga
Rizan Machmud. 2003. Hubungan Sistem Informasi Manajemen dan Pelayanan
Dengan Kinerja Pegawai Pada Rutan Makassar. Dalam Jurnal Capacity
STIE AMKOP Makassar Vol.9 No.1 ISSN: 1907-3313
Peraturan
Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 Tentang Keuangan Negara
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 Tentang Perbendaharaan Negara
Undang Undang Nomor 15 Tahun 2004 Tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan
Tanggung Jawab Keuangan Negara
Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 Tentang Perimbangan Keuangan antara
Pemerintah Pusat dan Daerah.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan
Keuangan Daerah
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 60 Tahun 2008 Tentang Sistem
Pengendalian Intern Pemerintah
Peraturan Pemerintah No 71 Tahun 2010 Tentang Standar Akuntansi Pemerintahan
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 56 Tahun 2005 Tentang Sistem
Informasi Keuangan Daerah
Peraturan Mentri Dalam Negeri No 13 Tahun 2006 Tentang Pedoman Pengelolaan
Keuangan Daerah
Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2001 Tentang Pengembangan
dan Pendayagunaan Telematika di Indonesia
Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2003 Tentang Kebijakan dan
Strategi Nasional Pengembangan e-Government
Internet
Badan Pemeriksa Keuangan, “Ikhtisar hasil pemerikasaan semester I tahun 2014”,
diakses
dari
http://www.bpk.go.id/assets/files/ihps/2014/I/ihps_i_2014_1414644515.pdf
pada tanggal 6 November 2015 pkl 20.00 WIB
BPKP, “ModulAkuntabilitas Instansi Pemerintah Revisi ke 4 Tahun 2007”, diakses
dari http://pusdiklatwas.bpkp.go.id/namafile/500/Modul_AIP_ok1.pdf pada
tanggal 7 November 2015 pkl 21.18 WIB
Pengenalan
Sistem
Informasi
Manajemen
Daerah
(SIMDA)
diakses
dari
http://www.bpkp.go.id/sakd/konten/333/Versi-2.1.bpkp pada tanggal 14
September 2015 pkl 10.30 WIB
Devita, Inggriani, “Evaluasi Penerapan Sistem Informasi Manajemen Daerah
(SIMDA) Keuangan pada DPPKA Kabupaten Kepulaian Sangihe” Jurnal
EMBA
Vol.3.
No.2
2015,
hal
114-122
diakses
dari
http://download.portalgaruda.org/article.php?article=332156&val=1025&titl
e=EVALUASI%20PENERAPAN%20SISTEM%20INFORMASI%20MAN
AJEMEN%20DAERAH%20%28SIMDA%29%20KEUANGAN%20PADA
%20DPPKA%20KABUPATEN%20KEPULAUAN%20SANGIHE
pada
tanggal 7 November 2015 pkl 21:37 WIB
Fajar Andi Fahri, “Strategi Pengembangan e-Government dalam Pelaksanaan
Diseminasi
Informasi
Kota
Palembang”
diakses
dari
http://eprints.mdp.ac.id/1055/1/78Jurnal_fahriandifajar_2010240070.pdf
pada tanggal 26 Novembar 2015 pukul 10.24 WIB
Nugroho
Eko.2008.“Sistem
Informasi
Manajemen:
Konsep,
Aplikasi,
dan
Perkembangan”. Yogyakarta:Andi
Wisnu Stevanus dan Surendro Kridanto, “Kajian Teori: Model e-Goverment
Readiness Pemerintahan Kabupaten/Kotamadya dan Keberhasilan eGovernment”. Diakses dari www.bridges.org tanggal 26 November 2015
pukul 11.08 WIB hal 3
Jumadi Simangunsong, “Pengembangan e-Government di Indonesia” Jakarta:Jurnal,
2010
diakses
dari
https://jumadifran.files.wordpress.com/2010/09/pengembangan-egovernment-di-indoensia2.pdf tanggal 27 November 2015 pukul 11.02 WIB
Wawancara
Patra Adjie Isvara, Penanggung jawab administrator SIMDA Keuangan Bidang
Anggaran BPKAD Kota Batu, Wawancara, BPKAD Kota Batu 23
September 2015
Eddy Murtono Kepala BPKAD Kota Batu, Wawancara, BPKAD Kota Batu 11
Desember 2015
Andang Budhi Harsa, Kepala Bidang Akuntansi BPKAD Kota Batu, Wawancara,
BPKAD Kota Batu 30 November 2015
Atik Handayani, Kasubid I Sub Bidang Pelaporan dan Pertanggungjawaban
Pendapatan dan Pembiayan Bidang Akuntansi BPKAD Kota Batu,
Wawancara, BPKAD Kota Batu 5 Desember 2015
Arie Chrisdianto, Kasubid II Sub Bidang Pelaporan dan Pertanggungjawaban Belanja
Bidang Akuntansi BPKAD Kota Batu,Wawancara, BPKAD Kota Batu 6
Desember 2015
Sri Muchsidayati, Kabid Anggaran BPKAD Kota Batu, Wawancara, BPKAD Kota
Batu 12 Desember
Rudi Hariyono, administrator SIMDA Keuangan BPKAD Kota Batu, Wawancara,
BPKAD Kota Batu 19 Desember 2015
Sri Puji Astutik, Kabid Perbendaharaan BPKAD Kota Batu, Wawancara, BPKAD
Kota Batu 12 Desember 2015
Pratama Adi Wicayaksa, Staff Bidang Anggaran BPKAD Kota Batu,Wawancara
BPKAD Kota Batu 8 Desember 2015
Gigih Wicaksana, Kasubid I Bidang Anggaran BPKAD Kota Batu, Wawancara,
BPKAD Kota Batu 20 Desember 2015
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Fenomena yang terjadi dalam perkembangan sektor publik di Indonesia
dewasa ini adalah menguatnya tuntutan akuntabilitas atas lembaga-lembaga
publik,baik dipusat maupun daerah. Akuntabilitas merupakan salah satu aspek
penting dalam good governance. Konsep ini bukan merupakan hal baru di
Indonesia. Karena hampir seluruh instansi maupun lembaga-lembaga pemerintah
menekankan konsep akuntabilitas dalam menjalankan fungsi administratif dan
kepemerintahnnya. Akuntabilitas dapat diartikan sebagai bentuk kewajiban
mempertanggungjawabkan keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan misi
organisasi dalam mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan sebelumnya,
melalui media pertanggungjawaban yang dilaksanakan secara periodik.1
Adanya tuntutan yang semakin besar terhadap pelaksanaan akuntabilitas,
khusunya dalam akuntablitas keuangan, menimbulkan implikasi bagi manajemen
pada instansi pemerintah untuk memberikan informasi salah satunya adalah
informasi dalam laporan keuangan. Pembuatan laporan keuangan adalah suatu
kebutuhan yang merupakan syarat pendukung adanya akuntabilitas berupa
pertanggungjawaban pemerintah atas aktivitas pengelolaan sumber daya keuangan
yang memenuhi prinsip tepat waktu dan disusun mengikuti Standar Akuntansi
Pemerintahan.
1
Indra Bastian, “Akuntansi Sektor Publik”,Yogyakarta: BPFE 2001, hal 10
1
Sebelum terjadinya reformasi keuangan di Indonesia, laporan keuangan
yang
dihasilkan hanya berupa Perhitungan Anggaran Negara (PAN) dengan
menggunakan sistem pencatatan tunggal. Selain itu juga belum ditetapkannya
Standar Akuntansi Pemerintahan. Hal ini mengakibatkan pengolahan data belum
terintegrasi secara memadai dan penyusunan laporan keuangan masih bersifat
sentralisasi.
Reformasi manajemen keuangan negara ditandai dengan munculnya tiga
paket Undang-Undang, yakni UU Nomor 17 Tahun 2002, UU Nomor 1 Tahun
2004, dan UU 15 Tahun 2004.2 Dengan munculnya tiga paket UU tersebut,
Menteri Keuangan menyelenggarakan akuntansi dan pelaporan keuangan, selaku
pengelola fiskal. Menteri Keuangan juga mempunyai kewajiban untuk menyusun
Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP) dalam rangka memenuhi
pertanggungjawaban pelaksanaan APBN.
Dalam upaya mewujudkan tuntutan akan akuntabilitas pengelolaan
keuangan negara pemerintah telah berhasil menyusun Laporan Keuangan
Pemerintah Pusat (LKPP) tahun 2004 yang terbit pada tahun 2005, yaitu 60 tahun
sejak Indonesia merdeka. Keberhasilan ini menjadi satu hallmark dalam sejarah
reformasi tata kelola pemerintahan Indonesia. LKPP ini merupakan bentuk
pertanggungjawaban atas pengelolaan keuangan yang dilaksanakan oleh
pemerintah. Akan tetapi LKPP ini belum mencapai semua tuntutan dan
persyaratan akan suatu laporan keuanagn yang andal,
2
untuk
menopang
Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 Tentang Keuangan Negara
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 Tentang Perbendaharaan Negara
Undang Undang Nomor 15 Tahun 2004 Tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab
Keuangan Negara
2
tercapinya prinsip-prinsip tata kelola keuangan negara yang baik khususnya
terkait dengan akuntabilitas keuangan negara. Hal ini dapat dilihat dalam opini
yang diberikan oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), dimana pada tahun 2004
hingga tahun 2008 LKPP mendapatkan opini disclaimer.
Sedangkan untuk tahun-tahun selanjutnya, yakni pada tahun 2009-2013
BPK memberikan opini Wajar Dengan Pengecualian (WDP). Opini WDP
diberikan terhadap LKPP Tahun 2013, karena BPK masih menemukan
permasalahan-permasalahan yang merupakan bagian dari kelemahan-kelemahan
pengendalian intern dan ketidakpatuhan terhadap ketentuan perundang-undangan.3
Akuntabilitas meliputi berbagi dimensi, antara lain akuntabilitas hukum,
akuntabilitas manajerial, akuntabilitas program, akuntabilitas kebijakan, dan
akuntabilitas finansial (keuangan). Terkait dengan akuntabilita keuangan,sesuai
Pasal I UU no 15 tahun 20044 dijelaskan bahwa Tanggung Jawab Keuangan
Negara merupakan kewajiban Pemerintah untuk melaksanakan pengelolaan
keuangan negara secara tertib, taat pada peraturan perundang-undangan, efesien,
ekonomis, efektif, dan transparan dengan memperhatikan rasa keadilan dan
kepatutan
Lebih jauh, Lembaga Administrasi Negara (LAN) RI seperti yang dikutip
Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP)menjelaskan tentang
akuntabilitas keuangan merupakan pertanggung jawaban mengenai integritas
keuangan, pengungkapan dan ketaatan terhadap peraturan perundangan. Sasaran
Badan Pemeriksa Keuangan, “Ikhtisar hasil pemerikasaan semester I tahun 2014”,
diakses dari http://www.bpk.go.id/assets/files/ihps/2014/I/ihps_i_2014_1414644515.pdf pada
tanggal 6 November 2015 pkl 20.00 WIB
4
Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 Tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan
Tanggung Jawab Keuangan Negara
3
3
pertanggung jawaban ini adalah laporan keuangan yang disajikan dan peraturan
perundangan yang berlaku yang mencakup penerimaan, penyimpanan, dan
pengeluaran uang oleh instansi pemerintah.5
Sejak diberlakukakannya otonomi daerah di Indonesia, pemerintah daerah
merupakan organisasi sektor publik yang diberi kewenangan oleh pemerintah
pusat untuk mengatur pemerintahannya sendiri. Kewenangan pemerintah daerah
dalam pelaksanaan otonomi daerah diatur dalam Undang-Undang Nomor 23
Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah. Dalam undang-undang tersebut,
memberikan kebebasan kepada pemerintah daerah untuk mengatur dan mengurus
rumah tangga daerahnya sendiri, menetapkan kebijaksanaan sendiri serta
melakukan pembiayaan dan pertanggungjawaban keuangan sendiri. Kewenangan
yang luas, utuh dan bulat pada akhirnya harus dipertanggungjawabkan kepada
pemberi wewenang dan masyarakat. Tahun 1999 pemerintah melakukan reformasi
dibidang pemerintah daerah dan pengelolaan keuangan daerah dengan
ditetapkannya UU No 22 Tahun 1999.6
Oleh karena itu, pemerintah daerah
beserta seluruh Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) selaku pengguna
anggaran (PA) diwajibkan untuk menyusun laporan keuangan sebagai bentuk
pertanggungjawaban keuangan daerah.
Sama halnya dengan pemerintah pusat, Pemerintah Daerah memilki
kewajiban untuk menyusun dan melaporkan atas sumber daya finansial untuk
mempertanggungjawabkan penggunaan anggaran dalam bentuk laporan keuangan
BPKP, “ModulAkuntabilitas Instansi Pemerintah Revisi ke 4 Tahun 2007”, diakses dari
http://pusdiklatwas.bpkp.go.id/namafile/500/Modul_AIP_ok1.pdf pada tanggal 7 November 2015
pkl 21.18 WIB
6
Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 Tentang Perimbangan Keuangan antara
Pemerintah Pusat dan Daerah.
5
4
yang disebut Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD), LKPD ini
merupakan bentuk implementasi akuntabilitas yang diperiksa oleh lembaga yang
berwenang secara berkala atas penggunaan anggaran daerah ke pemerintah
diatasnya selaku pemberi wewenang. Di dalam LKPD ada beberapa laporan yang
harus disajikan, antara lain:
-
Laporan Realisasi Anggaran
-
Laporan Arus Kas
-
Neraca
-
Catatan Atas Laporan Keuangan
Adapun LKPD yang telah disusun akan diperiksa dan diaudit oleh
lembaga yang berwenang yakni Badan Pemeriksa Keuangan (BPK). Tujuan dari
pemeriksaan keuangan adalah untuk memberikan pendapat/opini atas kewajaran
informasi keuangan yang disajikan dalam laporan keuangan. Menurut UndangUndang Nomor 15 Tahun 20047 Penjelasan Pasal 16 ayat (1), opini merupakan
pernyataan profesional pemeriksa mengenai kewajaran informasi keuangan yang
disajikan dalam laporan keuangan. Kriteria pemberian opini adalah
-
Keseuaian dengan Standar Akuntansi Pemerintah
-
Kecukupan Pengungkapan
-
Kepatuhan terhadap Undang-Undang
-
Efektivitas Sistem Pengendalian Intern (SPI)
Adapun hasil dari pemeriksaan BPK berupa opini terhadap LKPD tahun
2009-2013 dapat dilihat dalam tabel berikut
7
Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 Tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab
Keuangan Negara
5
Tabel 1. Opini LKPD Tahun 2009-2013 Pada Pemerintah Kota dan
Kabupaten
Pemerintahan
Kabupaten
Kota
Tahun
WTP
WDP
TW
TMP
Total
WTP
WDP
TW
TMP
Total
2009
7
240
37
95
379
7
66
8
11
92
2010
16
254
23
103
396
12
67
3
11
93
2011
36
268
6
89
399
21
62
2
7
92
2012
72
256
6
67
401
31
52
0
7
90
2013
102
214
9
14
339
36
50
0
2
88
Sumber : BPK RI 2014
Opini yang dikeluarkan atas suatu laporan keuangan merupakan cermin
bagi kualitas pengelolaan dan penyajian suatu laporan keuangan. Adanya
kenaikan persentase opini WTP serta penurunan persentase opini WDP dan TMP,
secara umum menggambarkan adanya perbaikan yang dicapai oleh entitas
pemerintah daerah dalam menyajikan keuangan yang wajar sesuai dengan prinsip
yang berlaku.
Selanjutnya pada pemerintah Kota Batu yang menjadi fokus pada
penelitian ini, akuntabilitas keuangan dapat dilihat berdasarkan opini yang
tertuang melalui Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) Badan Pemeriksa Keuangan
(BPK) tiga tahun terakhir, dimana Pemerintah Kota Batu mendapatkan predikat
Wajar Dengan Pengecualian (WDP). Berdasarkan hasil temuan BPK-RI atas
laporan keuangan pemerintah daerah Kota Batu dalam kurun waktu 5 tahun
terakhir, mendapatkan opini yang dapat dijelaskan dalam tabel sebagai berikut.
6
Tabel II Opini BPK-RI Terhadap Kota Batu, Tahun 2009-2014
No.
Tahun
Opini
1
2009
Tidak Memberikan Pendapat (TMP)
2
2010
Tidak Memberikan Pendapat (TMP)
3
2011
Wajar Dengan Pengecualian
4
2012
Wajar Dengan Pengecualian
5
2013
Wajar Dengan Pengecualian
6
2014
Wajar Dengan Pengecualian
Sumber: BPK-RI Tahun 2015
Peningkatan opini dari TMP menjadi WDP dikota Batu terjadi pada tahun
2011, hal ini disebabkan entitas tersebut telah melaksanakan perbaikan atas
kelemahan LKPD tahun sebelumnya. Entitas telah melakukan hal-hal berikut,
yaitu:
-
Melakukan upaya perbaikan dengan melakukan inventarisasi dan penilaian
kembali atas aset tetap
-
Melakukan perubahan metode pencatatan investasi permanen
-
Menyajikan saldo piutang lain-lain berdasarkan dokumen pendukung
pencatatan piutang yang memadai
-
Meningkatkan
pengendalian
atas
kelengkapan
dokumen
pertanggungjawaban belanja daerah
-
Menyetorkan uas ke kas daerah serta melakukan rekonsiliasi antara
DPKAD dengan SKPD
7
Sedangkan opini WDP yang terjdadi pada tahun-tahun selanjutnya, pada
umumnya laporan keuangan telah disajikan dan diungkapkan secara wajar dalam
semua hal material, kecuali untuk dampak hal-hal yang berhubungan dengan akun
yang dikecualikan, diantaranya: aset tetap tidak didukung dengan pencatatan dan
pelaporan yang memadai, penatausahaan kas yang tidak sesuai dengan ketentuan,
penyertaan modal yang belum ditetapkan dengan peraturan daerah, saldo dana
bergulir belum disajikan dengan metode nilai bersih yang dapat direalisasikan (net
realizable value), penatausahaan persediaan tidak memadai, dan pelaksanaan
belanja modal serta belanja barang dan jasa tidak sesuai dengan ketentuan.
Dalam rangka melaksanakan pertanggungjawaban keuangan, pemerintah
daerah memiliki kewajiban untuk memanfaatkan teknologi informasi agar dapat
mempermudah proses penyusunan laporan dan data keuangannya. Kewajiban
pemanfaatan teknologi informasi oleh pemerintah daerah diatur dalam PP Nomor
56 tahun 2005 tentang Sistem Informasi Keuangan Daerah yang merupakan
pengganti dari PP Nomor 11 Tahun 2001 tentang informasi keuangan daerah yang
isinya sebagai berikut:
“untuk menindaklanjuti terselenggaranya proses pembangunan yang
sejalan dengan prinsip tata pemerintahan yang baik, pemerintah pusat dan
pemerintah daerah berkewajiban untuk mengembangkan dan memanfatkan
kemajuan teknologi informasi untuk meningkatkan kemampuan mengelola
keuangan daerah dan menyalurkan informasi keuangan daerah kepada
pelayanan publik.”
Selain itu pemerintah juga berupaya untuk mewujudkan akuntabilitas
keuangan negara yang berkualitas dalam mentrasformasikan manajemen
8
pemerintahan menuju pemerintahan yang baik dan bersih serta sesuai dengan
amanat PP Nomor 60 Tahun 2008 pasal 29 ayat (2) dan Inpres Nomor 4 Tahun
2011 melalui Aplikasi Sistem Informasi Manajemen Daerah (SIMDA) yang
diciptakan guna mewujudkan akuntabilitas dalam penyajian Laporan Keuangan
Pemerintah Daerah (LKPD). SIMDA atau Sistem Informasi Manajemen Daerah
merupakan aplikasi/software sistem informasi manajemen berbasis desktop
application. Program pengelolaan SIMDA yang telah diimplementasikan meliputi
SIMDA Keuangan, SIMDA Barang Milik Daerah (BMD), SIMDA Gaji dan
SIMDA Pendapatan. Sampai dengan bulan januari 2014, program aplikasi
SIMDA telah diimplementasi di 364 Pemda dari 527 Pemerintah Daerah yang ada
atau sebanyak 69,07%,8Salah satu program aplikasi SIMDA dalam bentuk
pemanfaatan teknologi informasi yang direalisasikan berupa sistem informasi
yang terkomputerisasi yang dikenal dengan Sistem Informasi Manajemen Daerah
(SIMDA) Keuangan. SIMDA Keuangan ini dirancang oleh Badan Pengawas
Keuangan dan Pembangunan (BPKP) yaang dibangun, dikembangkan, dan
digunakan untuk melakukan proses pengelolaan keuangan pemerintah daerah.
BPKP sesuai dengan fungsinya sebagai internal auditor dan sebagai penegmban
amanat pembina penyelenggara Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP)
sesuai PP Nomor 60 Tahun 20089 mengembangkan SIMDA Keuangan dengan
mengacu pada ketentuan perundang-undangan dan praktik pengelolaan keuangan
pemerintah daerah berdasarkan Permendagri Nomor 13 tentang Pedoman
Pengelolaan Keuangan Daerah.
8
Pengenalan Sistem Informasi Manajemen Daerah (SIMDA) diakses dari
http://www.bpkp.go.id/sakd/konten/333/Versi-2.1.bpkp pada tanggal 14 September 2015 pkl 10.30
WIB
9
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 60 Tahun 2008 Tentang Sistem
Pengendalian Intern Pemerintah
9
Dalam rangka mengemban amanat PP Nomor 56 Tahun 200510 untuk
memanfaatkan teknologi informasi melalui penerapan SIMDA Keuangan,
sebanyak 85 % Pemerintah
Provinsi Jawa Timur telah menerapkan SIMDA
Keuangan, salah satunya adalah Pemerintah Kota Batu yang telah berhasil
menerapkan SIMDA Keuangan secara menyeluruh.
Tujuan dari penerapan SIMDA Keuangan ini adalah untuk menghasilkan
laporan keuangan dan informasi keuanagn secara tepat waktu, lengkap, akurat,
dan dapat dipertanggungjawabkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku serta
agar terselenggaranya pengelolaan keuangan daerah dengan menyediakan sistem
pengelolaan keuanagn daerah berbasis teknologi informasi.11 Selain itu,
Penerapan SIMDA Keuangan juga untuk membantu dalam hal
kemudahan
penyusunan laporan keuangan daerah. Aplikasi SIMDA Keuangan ini secara
terintegrasi mengelola keuangan pemerintahan daerah. Dengan menggunakan
aplikasi SIMDA Keuangan akan menghasilkan informasi laporan keuangan
dengan kualitas relevansi, akurasi dan ketepatan waktu yang lebih baik daripada
menggunakan sistem manual. Aplikasi SIMDA Keuangan juga telah mencakup
secara keseluruhan, kemudian data diolah secara otomatis untuk menuju ke proses
selanjutnya hingga membentuk sebuah laporan keuangan yang sesuai dengan
Standar Akuntansi Pemerintah.
10
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 56 Tahun 2005 Tentang Sistem
Informasi Keuangan Daerah
11
Devita, Inggriani, “Evaluasi Penerapan Sistem Informasi Manajemen Daerah (SIMDA)
Keuangan pada DPPKA Kabupaten Kepulaian Sangihe” Jurnal EMBA Vol.3. No.22015, hal 114122
diakses
dari
http://download.portalgaruda.org/article.php?article=332156&val=1025&title=EVALUASI%20P
ENERAPAN%20SISTEM%20INFORMASI%20MANAJEMEN%20DAERAH%20%28SIMDA
%29%20KEUANGAN%20PADA%20DPPKA%20KABUPATEN%20KEPULAUAN%20SANG
IHE pada tanggal 7 November 2015 pkl 21:37 WIB
10
Akan tetapi dalam pelaksanaannya masih saja ditemukan beberapa kendala
yang dihadapi dalam menerapkan aplikasi SIMDA Keuangan, baik itu dari segi
fisik (sistem) maupun dari segi non fisik (SDM). Dilihat dari segi fsik, kendala
yang masih dihadapi dalam penerapan SIMDA Keuangan di Kota Batu ialah
kapasitas jaringan internet yang tersedia disisi SKPD selaku client. Meskipun
kapasitas bandwith untuk akses di BPKAD telah ditingkatkan tiap tahun, namun
masing-masing SKPD belum bisa mengikuti kebutuhan minimal kapasitas
koneksinya. Hal ini tentunya tergantung dari faktor yakni kualitas jaringan
koneksi di SKPD (baik hardware maupun kapasitas bandwith yang disewa),
maupun perilaku pengguna sarana konektivitas itu sendiri. Apabila koneksi
internet di SKPD dikhususkan untuk tersambung ke server SIMDA Keuangan di
BPKAD, mungkin bisa lancar. Namun apabila disaat yang bersamaan digunakan
untuk terhubung dan berselancar di dunia maya, bisa dipastikan akses ke server
BPKAD akan terganggu
Selanjutnya dilihat dari segi non fisik (SDM) kendala yang dihadapi ialah
kualitas dan klasifikasi kompetensi yang dimiliki oleh pemakai sistem. Hingga
saat ini, operator-operator SIMDA Keuangan di SKPD masih banyak yang belum
memiliki kompetensi yang sesuai, hal ini dikarenakan oleh latar pendidikan yang
bukan dari programmer (IT), sehingga yang terjadi penggunaan sistem ini tidak
berlangsung secara optimal dan juga tingkat kemalasan yang masih tinggi dan
tidak mau belajar, karna untuk SIMDA Keuangan sendiri seringkali mengalami
perubahan-perubahan sesuai dengan peraturan yang berlaku. Selain itu juga
dengan hadirnya aplikasi SIMDA Keuangan ini membuat para pengguna terkesan
meremehkan dalam artian mengampangkan suatu pekerjaan, yang akhirnya akan
11
berdampak pada hasil dari pekerjaan yang tidak maksimal, karena input data
dilakukan dalam waktu singkat dan tergesa-gesa yang mengakibatkan integritas
dan validitas data masih diragukan kebenarannya.
Berdasarkan hal tersebut, untuk memperoleh gambaran lebih jauh tentang
penerapan SIMDA Keuangan khususnya dalam faktor-faktor pendukung dan
penghambat penerapan SIMDA SIMDA Keuangan serta kualitas informasi
laporan keuangan yang dihasilkan dari penerapan SIMDA Keuangan untuk dapat
membantu terwujudnya akuntabilitas keuangan berupa LKPD dengan memenuhi
kriteria akuntabilitas keuangan berupa integritas, pengungkapan dan ketaatan
kepada undang-undang, peneliti mengambil judul sebagai berikut. “Penerapan
Sistem Informasi Manajemen Keuangan Daerah (SIMDA) Keuangan untuk
Menunjang Akuntabilitas Keuangan Daerah Pemerintah Kota Batu.”
2.Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dari judul dan latar belakang yang dijelaskan diatas,
maka peneliti merumuskan permasalahan terkait dengan penerpan SIMDA
Keuangan di Pemerintah Kota Batu sebagai berikut:
a) BagaimanaPenerapan
SIMDA
Keuangan
untuk
Menunjang
AkuntabilitasKeuangan Pemerintah Kota Batu?
b) Faktor-Faktor Apa Saja yang Mendukung dan Menghambat Penerapan
SIMDA Keuangan?
12
3. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian terkait dengan penerapan SIMDA Keuangan
untuk menunjang akuntabilitas Pemerintah Kota Batu adalah;
a) Untuk Mengetahui Penerapan SIMDA Keuangan untuk Menunjang
AkuntabilitasKeuangan Pemerintah Daerah Kota Batu.
b) Untuk mengetahui Faktor-Faktor yang Mendukung dan Menghambat
Penerapan SIMDA Keuangan.
4. Manfaat Penelitian
4. 1 Manfaat Teoritik
a) Menambah wawasan dan pengalaman bagi peneliti mengenai
penerapan Sistem Informasi Manajemen Daerah (SIMDA)
Keuangan untuk menunjang akuntabilitas keuangan Pemerintah
Daerah Kota Batu.
b) Sebagai wahana bagi peneliti untuk mengaplikasikan teori-teori
yang telah dipelajari serta, hasil penelitian ini dapat dijadikan
sebagai bahan pertimbangan untuk penelitian selanjutnya.
4.2 Manfaat Praktik
a) Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan
pemikiran, saran dan masukan bagi instansi terkait dalam rangka
mengoptimalkan penerapan sistem informasi manajemen (SIMDA)
Keuangan untuk menunjang akuntabilitas keuangan Pemerintah
Kota Batu.
13
5. Definisi Konsep
5.1 Sistem Informasi Manajemen Daerah
Secara umum, Sistem Informasi Manajemen (SIM) merupakan
suatu sistem yang dapat membantu manajemen di dalam pengumpulan
data, pengolahan serta analisis evaluasi data dan menyajikan ke dalam
batas informasi yang bernilai dan akhirnya sampai pada pengambilan
keputusan dimana informasi ini berguna untuk mendukung fungsi operasi
manajemen.12Aplikasi
Sistem
Informasi
Manajemen Daerah
yang
dikembangkan oleh Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan
(BPKP).Aplikasi SIMDA merupakan salah satu produk dari teknologi
sistem informasi yang digunakan oleh banyak pemerintah daerah di
Indonesia
dalam
menyelenggarakan
pengelolaan
keuangan
daerahnya.Aplikasi SIMDA merupakan aplikasi database yang bertujuan
untuk mempermudah pengelolaan keuangan daerah di lingkungan Satuan
Kerja Perangkat Daerah (SKPD).Aplikasi SIMDA dikembangkan dengan
memperhatikan dan mengimplementasikan Sistem Pengendalian Intern
Pemerintah (SPIP).Oleh sebab itu pengendalian terhadap aplikasi menjadi
suatu keharusan untuk menjadi pedoman bagi peerintah daerah dalam
mengimplementasikan Aplikasi SIMDA untuk menghasilkan Laporan
Keuangan Perintah Daerah (LKPD).13
Rizan Machmud, “Hubungan Sistem Informasi Manajemen dan Pelayanan dengan
kinerja pegawai pada rutan Makassar” (Makassar: Jurnal Capacity) hal 78-85.
13
Budiman, Fuad, dan Arza, “Pendekatan Teknologi Acceptance Model dalam
Kesuksesan Implementasi Sistem Informasi Manajemen Daerah”, Jurnal WRA, hal 87-110
12
14
5.2 Pengertian Akuntabilitas
Istilah akuntabilitas berasal dari istilah dalam bahasa Inggris
accountability
yang
berarti
pertanggungjawab
untukdipertanggungjawabkanataukeadaan
untuk
atau
keadaan
diminta
pertanggungnganjawab.14 Sedangkan pengertian Akuntabilitas Keuangan
menurut Lembaga Administrasi Negara (LAN) yang seperti dikutip
Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan (BPKP) menyebutkan
bahwa akuntabilitas keuangan merupakan pertanggungjawaban mengenai
integritas keuangan, pengungkapan dan ketaatan terhadap peraturan
perundang-undangan. Sasaran pertanggungjawaban ini adalah laporan
keuangan yang disajikan dan peraturan perundang-undangan yang berlaku
yang mencakup penerimaan, penyimpanan, dan pengeluaran uang oleh
instansi pemerintah. Dengan dilaksanakannya ketiga komponen tersebut
dengan baik akan dihasilkan suatu informasi yang dapat diandalkan dalam
pengambilan keputusan, informasi tersebut akan tercermin didalam
laporan keuangan yang merupakan media pertanggungjawaban. Integritas
keuangan, pengungkapan dan ketaatan terhadap peraturan perundangundangan menjadi indikator dari akuntabilitas keuangan.
5.3 Pengertian Keuangan Daerah
Halim mengartikan keuangan daerah sebagai semua hak dan
kewajiban yang dapat dinilai dengan uang, demikian pula segala sesuatu
baik berupa uang maupun barang yang dapat dijadikan kekayaan daerah
Peter Salim, “The Contempory English-Indonesia Dictionary”, Jakarta; Modern
English Press, Edisi Ketiga-1987, hal 16
14
15
sepanjang itu belum dimilki/dikuasi oleh Negara atau daerah yang lebih
tinggi serta pihak-pihak lain sesuai ketentuan/peraturan undang-undang
yang berlaku.
Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 58
Tahun 2005, dalam ketentuan umumnya menyatakan bahwa keuangan
daerah adalah semua hak dan kewajiban daerah dalam rangka
penyelenggaraan pemerintah daerah yang dapat dinilai dengan uang
termasuk didalamnya segala bentuk kekayaan daerah tersebut.15
6. Definisi Operasional
6.1 Indikator pengelolaan keuangan daerah yang baik:16
a) Tertib, yang dimaksud tertib adalah bahwa keuangan daerah
dikelola secara tepat waktu dan tepat guna yang di dukung dengan
bukti-bukti administrasi yang dapat dipertanggungjawabkan.
b) Taat pada peraturan perundang-undangan, pengelolaan keuangan
daerah harus berpedoman pada peraturan perundang-undangan
c) Efesien, merupakan pencapaian keluaran yang maksimum dengan
masukan tertentu atau penggunaan masukan terendah untuk
mencapai keluaran tertentu
d) Ekonomis,merupakan pemerolehan masukan dengan kualitas
masukan dengan kualitas dan kuantitas tertentu pada tingkat harga
yang rendah
15
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan
Keuangan Daerah
16
Permendagri No 13 Tahun 2006 Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah
16
e) Efektif, merupakan pencapaian hasil program dengan target yang
telah ditetapkan, yaitu dengan cara membandingkan keuaran dan
hasil
f) Transparan, merupakan prinsip keterbukaan yang memungkinkan
masyarakt untuk mengetahui dan mendapatkan akses informasi
seluas-luasnya tentang keuangan daerah
6.2 Faktor Pendukung Penerapan SIMDA Keuangan di Pemerintah
Kota Batu
a) Aplikasi SIMDA Keuangan mudah digunakan (user- friendly)
b) Aplikasi SIMDA Keuangan bisa digunakan secara gratis oleh
Pemerintah Daerah
c) Selalu dilakukan update dari aplikasi SIMDA Keuangan untuk
mengoptimalkan fungsi penggunaan aplikasi tersebut.
d) Struktur birokrasi khusunya dalam pengawasan aplikasi SIMDA
Keuangan
6.3 Faktor Penghambat Penerapan SIMDA Keuangan di Pemerintah
Kota Batu
a) Belum optimalnya kapasitas koneksi internet di setiap SKPD
selaku client
b) Kebijakan dari setiap Satuan Perangkat Kerja Daerah (SKPD)
c) Pemikiran (mindset) yang terkesan menggampangkan pekerjaan
dan tidak mau belajar
17
7. Metodologi Penelitian
7.1 Pendekatan dan Jenis Penelitian
Dalam penelitian ini, pendekatan yang dilakukan adalah melalui
pendekatan kualitatif.Artinya data yang dikumpulkan bukan berupa
angka-angka, melainkan data tersebut berasal dari naskah wawancara,
catatan lapangan, dokumen pribadi, catatan, memo, dan dokumen resmi
lainnya.Sehingga yang menjadi tujuan dari penelitian kualitatif ini adalah
ingin menggambarkan realita empirik dibalik fenomena secara mendalam,
rinci dan tuntas.Oleh karena itu penggunaan pendekatan kualitatif dalam
penelitian ini adalah mencocokan antara realita empirik dengan teori yang
berlaku dengan menggunakan metode deskriptif.17 Metode kualitatif
adalah metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi
obyek yang alamiah, dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci,
teknik pengumpulan data dilakukan secara gabungan,analisis data bersifat
induktif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada
generalisasi.
Adapun jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif.Menurut
Whitney dalam Moh.Nazir bahwa metode deskriptif adalah pencarian
fakta dengan interpretasi yang tepat.Penelitian deskriptif mempelajari
masalah-masalah dalam masyarakat, serta cara-cara yang berlaku dalam
masyarakat serta situasi-situasi tertentu, termasuk tentang hubunganhubungan, kegiatan-kegiatan, sikap-sikap, pandangan-pandangan, serta
17
Lexy J Moleong, “Metode Penelitian Kualitatif”, Remaja Rosda, Bandung, 2004, hal
131
18
proses-prose yang sedang berlangsung dan pengaruh-pengaruh dari suatu
fenomena.18
7.2 Sumber Data
7.2.1 Data Primer
Menurut S. Nasution data primer adalah data yang dapat diperoleh
langsung dari lapangan atau tempat penelitian.19 Peneliti menggunakan data
yang diperoleh dari sumber pertama dalam halini pegawai-pegawai pada
Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah (BPKAD) Kota Batu dan
Instansi lain baik staf maupun pejabat yang menjadi sampel dalam penelitian
ini.
7.2.2 Data Sekunder
Data Sekunder adalah data-data yang didapat dari sumber bacaan dan
berbagai sumber lainnya yang terdiri dari surat-surat pribadi, buku harian,
note, sampai doukumen-dokumen resmi dari berbagai instansi pemerintah.
Data sekunder dapat juga berupa majalah, buletin, publikasi dari berbagi
organisasi,
hasil-hasil
studi,
hasil
survey,
studi
histories,
dan
sebagainya.Peneliti menggunakan data sekunder untuk ini untuk memperkuat
penemuan dan melengkapi informasi yang telah dikumpulkan.
18
19
Moh. Nazir, “Metode Penelitian”, PT.Ghalia Indonesia, Jakarta, 2003 hal 16
Nasution,”Azaz-azaz Kurikulum”, Penerbit Terate, Bandung, 1964, hal 34
19
7.3 Teknik Pengumpulan Data
7.3.1 Observasi
Sebagai metode ilmiah, observasi dapat diartikan sebagai pengamatan,
meliputi pemusatan perhatian terhadap suatu obyek dengan menggunakan
seluruh alat indra.20 Jadi observasi merupakan suatu penyelidikan yang
dilakukan secara sistematik dan sengaja diadakan dengan menggunakan alat
indta terutama terhadap kejadian yang berlangsung dan dapat dianalisa pada
waktu kejadian itu terjadi. Dibandingkan metode survey, metode observasi
lebih obyektif. Karna metode ini dilakukan dengan cara melakukan
pengamatan secara langsung terhadap fenomena yang akan diteliti. Dimana
dilakukan pengamatan atau pemusatan perhatian terhadap obyek dengan
menggunakan seluruh alat indra, jadi mengobservasi dilakukan melalui
penglihatan, penciuman, pendengaran, peraba dan pengecap.21 Dalam
penelitian ini, diteliti secara langsung penerapan SIMDA Keuangan terhadap
akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah Pemerintah Kota Batu, dengan
menggunakan alat pengumpulan data berupa rekaman suara, gambar, dan
catatan berkala.
7.3.2 Wawancara
Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu
dilakukan oleh kedua belah pihak, yaitu pewawancara (interviuwer) yang
mengajukan pertanyaan kepada yang diwawancarai (interviewee) yang
Suharsimi Arikunto, “Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Prakter”, Rineka Cipta,
Jakarta, 2002, hal 133
21
Ibid, hal 128
20
20
memberikan
atas
itu.
Wawancara
digunakan
oleh
peneliti
untuk
menggunakan menilai keadaan sesorang. Dalam wawancara tersebut biasa
dilakukan secara individu maupun dalam bentuk kelompok, sehingga didapat
data informatik yang orientik. Metode interview adalah sebuah dialog atau
tanya jawab yang dilakukan dua orang atau lebih yaitu pewawancara dan
terwawancara (narasumber) dilakukan secara berhadap-hadapan (face to
face)22.
Sedangkan interview yang penulis gunakan adalah jenis interview
pendekatan yang menggunakan petunjuk umum, yaitu mengharuskan
pewawancara membuat kerangka dan garis-garis besar atau pokok-pokok
yang ditanyakan dalam proses wawancara, penyusunan pokok-pokok ini
dilakukan sebelum wawancara. Dalam hal ini pewawancara harus dapat
menciptakan suasana santai tetapi serius yang artinya bahwa interview
dilakukan dengan sungguh-sungguh, tidak main-main tetapi tidak kaku.23
Wawancara yang digunakan oleh peneliti ialah untuk mengungkapkan data
tentang penerapan SIMDA Keuangan terhadap akuntabilitas pengelolaan
keuangan daerah Kota Batu. Dalam penelitian ini digunakan alat
pengumpulan data yang berupa pedoman wawancara atau instrumen yang
berbentuk pertanyaan-pertanyaan yang ditujukan kepada pegawai/staff Badan
Pengelola Keuangan Daerah (BPKAD) Kota Batu.
22
Rony Hanitijo, “Metode Penelitian Hukum dan Jurimeter”. Ghalis, Jakarta, 1994, hal
57
23
Op cit., Arikunto. hal 136
21
7.3.3 Dokumentasi
Dokumentasi berasal dari kata dokumen, yang berarti barang tertulis.
Metode dokumentasi berarti cara pengumpulan data dengan mencatat datadata yang sudah ada.24 Metode dokumentasi adalah mencari data mengenai
hal-hal atau variabel yang berupa catatan buku, surat, traskip, majalah,
prasasti, notulen, rapat, lengger, agenda dan sebagainya.Teknik atau studi
dokumentasi adalah cara pengumpulandata melalui peninggalan arsip-arsip
dan termasuk juga buku-buku tentang pendapat, teori, dalil-dalil atau hukumhukum dan lain-lain berhubungan dengan masalah penelitian.
7.4 Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah Pejabat dan para staf di lingkungan
Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah (BPKAD) Kota Batu, yakni
Kepala Badan BPKAD, Kabid Bidang Anggaran, Kabid Bidang Akuntansi,
Kabid Perbendaharaan, Kasub I Bidang Anggaran, Kasubid I dan II
Akuntansi dan administrator SIMDA Keuangan
7.5 Lokasi Penelitian
Penentuan lokasi penelitian dimaksudkan untuk mempersempit ruang
lingkup dalam pembahasan dan sekalgus untuk mempertajam fenomena yang
ingin dikaji. Penelitian ini memilih Badan Pengelola Keuangan dan Aset
Daerah (BPKAD) Kota Batu dengan alasan peneliti magang diinstansi
tersebut sehingga akan menghemat waktu, tenaga dan biaya.
Yatim Riyanto, “Metodologi Penelitian Pendidikan Tinjauan Dasar”, SIC, Surabya,
1996, hal 83
24
22
7.6 Teknik Analisis Data
Dalam suatu penelitian sangat diperlukan suatu analisis data yang berguna
untuk memberikan jawaban terhadap permasalahan yang diteliti. Analisis data
dalam penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Penelitian dengan
menggunakan metode kualitatif bertolak dari asumsi tentang realitas atau
fenomena sosial yang bersifat unik dan komplek. Terdapat regularitas atau
pola tertentu, namun penuh dengan variasi (keragaman).25
Analisa data adalah proses mengatur urutan data, mengorganisasikan
kedalam suatu pola, kategori dan satuan uraian dasar.26 Sedangkan metode
kualitatif merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif
berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat
diamati.27
Dalam proses analisis data terhadap komponen-komponen utama yang
harus benar-benar dipahami. Komponen tersebut adalah reduksi data, kajian
data dan penarikan kesimpulan atau verivikasi. Untuk menganalisis berbagai
data yang sudah ada digunakan metode deskriptif analitik. Metode ini
digunakan untuk menggambarkan data yang sudah diperoleh melalui proses
analitik yang mendalam dan selanjutnya diakomodasikan dalam bentuk
bahasa secara runtut atau dalam bentuk naratif. Analisi data dilakukan secara
induktif, yaitu dimulai dari lapangan atau fakta empiris dengan cara terjun ke
Burhan Bungi, “Analisa Data Penelitian Kualitatif, Pemahaman Fisiologis dan
Metodologis Kearah Penguasaan Modal Aplikasi”, PT. Raja Grafindo Parsada, Jakarta, 2003, hal
53
26
Lexy J. Moleong, “Metode Kualitatif”, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2004, hal 103
27
Ibid, hal 3
25
23
lapangan, mempelajari fenomena yang ada di lapangan. Analisis data dalam
penelitian kualitatif dilakukan secara bersamaan dengan cara proses
pengumpulan data. Menurut Miles dan Humberman tahapan analisis data
adalah sebagai berikut:28
7.6.1 Pengumpulan Data
Penelitian mencatat semua data secara obyektif dan apa adanya sesuai
dengan hasil observasi dan wawancara dilapangan.
7.6.2 Reduksi Data
Reduksi data yaitu memilih hal-hal pokok yang sesuai dengan fokus
penelitian.
Reduksi
menggolongkan,
data
merupakan
mengarahkan,
suatu
membuang
bentuk
yang
analisis
tidak
perlu
yang
dan
mengorganisasikan data-data yang telah direduksi, memberikan gambaran
yang lebih tajam tentang hasil pengamatan dan mempermudah peneliti untuk
mencarinya sewaktu-waktu diperlukan.
7.6.3 Display Data (Penyajian Data)
Penyajian data adalah sekumpulan informasi yang tersusun yang
memungkinkan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan.
Penyajian data merupakan analisis dalam bentuk matrik, network, cart, atau
grafis, sehingga data dapat dikuasai.
28
Miles, M.B dan Huberman, A.M, “Analisis Data Kualitatif”, UI-Press, Jakarta, 1992,
hal 37
24
7.6.4 Verifikasi dan Penarikan Kesimpulan
Setelah data disajikan, maka dilakukan penarikan kesimpulan atau
verivikasi. Untuk itu diusahakan mencari pola, model, tema, hubungan,
persamaan, hal-hal yang sering muncul, hipotesis dan sebagainya. Jadi dari
data tersebut berusaha diambil kesimpulan. Verifikasi dapat dilakukan dengan
keputusan, didasarkan pada reduksi data, dan penyajian data yang merupakan
jawaban atas masalah yang diangkat dalam penelitian.
25