Mikat Makani dan Menyembelih Dam
Mikat Makani dan Menyembelih Dam
MIKAT MAKANI, WAKTU MENYEMBELIH BINATANG UNTUK DAM DAN
BEBERAPA MASALAH DALAM IBADAH HAJI
Pertanyaan Dari:
Suparmin, Klaten, Jawa Tengah
Tanya:
1. Calhaj Indonesia datang di Arab Saudi sudah pada bulan Zulhijjah, apakah kena dam atau
tidak bila mereka baru berihram setelah bermalam di Madinah (dari Bir Ali bagi Calhaj
gelombang I) atau dari Jeddah bagi Calhaj gelombang II, apakah mereka sudah melewati mikat
makani atau belum?
2. Bagi Calhaj haji tamattu’ gelombang I mana yang lebih afdal datang langsung menuju
Makkah atau datang terus menuju Madinah?
3. Kapan waktu menyembelih binatang sebagai Dam haji tamattu’?
4. Bolehkah thawaf ifadah dilakukan sesudah tanggal 10 Zulhijjah?
5. BiIa setelah umrah dilakukan (haji tamattu’) kemudian sambil menunggu waktu ihram haji ia
ziarah ke Madinah (keluar mikat) kemudian kembali lagi ke Makkah sebelum tanggal 8
Zulhijjah, apakah ia harus ihram lagi dari mikat (Bir Ali)?
Jawab:
Saudara Suparmin, jawaban untuk pertanyaan Saudara yang pertama, bahwa mereka tidak
dikenakan Dam. Adapun Calhaj Indonesia baik gelombang I maupun gelombang II diwajibkan
membayar Dam adalah dikarenakan mereka melakukan haji tamattu’, bukan karena mereka
bermalam di Madinah. Mereka belum meIewati mikat makani baik yang ihramnya dari Bin Ali
maupun yang ihramnya dari Jeddah.
Mengenai mana yang lebih afdal, kami tidak menemukan adanya nas yang menerangkan
mana yang lebih utama antara langsung ke Makkah atau ke Madinah lebih dahulu. Sebenarnya
ziarah ke Masjid Nabawi atau ke makam Rasul bukan termasuk salah satu rukun atau wajib haji.
Jadi seandainya tidak ke Madinah pun ibadah haji tetap sah. Untuk Calhaj Indonesia ziarah ke
Madinah dimasukkan dalam rangkaian ibadah haji adalah dalam rangka memberi kesempatan
kepada Calhaj yang ingin mengerjakan salat arba’in dan ziarah ke beberana tempat yang
bersejarah. Adapun teknik operasionalnya jamaah haji Indonesia dibagi menjadi dua gelombang.
Gelombang I ziarah ke Madinah dilakukan sebelum berhaji, sedang untuk gelombang II
dilakukan setelah melaksanakan ibadah haji.
Pertanyaan Saudara yang ketiga, bahwa waktu menyembelih binatang dam itu pada hari
Nahr (tanggal 10 Zulhijjah) atau pada hari-hari Tasyriq (tanggal 11, 12 dan 13 Zulhijjah).
Mengenai boleh tidaknya tawaf Ifadah dilakukan sesudah tanggal 10 Zulhijjah, terdapat
perbedaan di kalangan para ulama. Menurut as-Syafi’i dan Ahmad bahwa awal waktunya adalah
tengah malam hari Nahr, sedang akhirnya tidak ada batas, hanya saja ia belum tahallul. Kalau
dikerjakan pada hari-hari Tasyriq tidak wajib membayar Dam, tetapi makruh. Adapun waktu
yang utama adalah waktu Duha hari Nahr. Menurut Maliki dan Hanafi, waktunya adalah mulai
terbit fajar hari Nahr. Adapun berakhirnya, menurnt Abu Hanifah adalah hari terakhir dari hari
Tasyriq dan membayar Dam, sedangkan menurut Maliki sampai berakhirnya bulan Zulhijjah dan
harus membayar Dam.
Mengenai Calhaj yang melakukan haji tamattu’ setelah melakukan ihram umrah kemudian
pergi ziarah ke Madinah dan kembali lagi ke Makkah sebelum tanggal 8 Zulhijjah, ia tidak perlu
ihram lagi dari Bir Ali, karena umrahnya sudah selesai dan ia sudah melepas pakaian ihramnya
menggantinya dengan pakaian biasa. Adapun pada tanggal 8 Zulhijjah memang ia harus sudah
siap di Makkah dengan memakai pakaian ihram untuk pergi ke Mina dan terus ke Arafah,
adapun mikatnya Makkah bukan Bir Ali. Untuk lebih memperoleh wawasan silahkan membaca
buku Tuntunan Manasik Haji, susunan Tim Majelis Tarjih dan Pengembangan Pemikiran Islam
PP Muhammadiyah.
Tim Fatwa Majelis Tarjih dan Tajdid
Pimpinan Pusat Muhammadiyah
E-mail: [email protected] dan [email protected]
http://www.fatwatarjih.com
MIKAT MAKANI, WAKTU MENYEMBELIH BINATANG UNTUK DAM DAN
BEBERAPA MASALAH DALAM IBADAH HAJI
Pertanyaan Dari:
Suparmin, Klaten, Jawa Tengah
Tanya:
1. Calhaj Indonesia datang di Arab Saudi sudah pada bulan Zulhijjah, apakah kena dam atau
tidak bila mereka baru berihram setelah bermalam di Madinah (dari Bir Ali bagi Calhaj
gelombang I) atau dari Jeddah bagi Calhaj gelombang II, apakah mereka sudah melewati mikat
makani atau belum?
2. Bagi Calhaj haji tamattu’ gelombang I mana yang lebih afdal datang langsung menuju
Makkah atau datang terus menuju Madinah?
3. Kapan waktu menyembelih binatang sebagai Dam haji tamattu’?
4. Bolehkah thawaf ifadah dilakukan sesudah tanggal 10 Zulhijjah?
5. BiIa setelah umrah dilakukan (haji tamattu’) kemudian sambil menunggu waktu ihram haji ia
ziarah ke Madinah (keluar mikat) kemudian kembali lagi ke Makkah sebelum tanggal 8
Zulhijjah, apakah ia harus ihram lagi dari mikat (Bir Ali)?
Jawab:
Saudara Suparmin, jawaban untuk pertanyaan Saudara yang pertama, bahwa mereka tidak
dikenakan Dam. Adapun Calhaj Indonesia baik gelombang I maupun gelombang II diwajibkan
membayar Dam adalah dikarenakan mereka melakukan haji tamattu’, bukan karena mereka
bermalam di Madinah. Mereka belum meIewati mikat makani baik yang ihramnya dari Bin Ali
maupun yang ihramnya dari Jeddah.
Mengenai mana yang lebih afdal, kami tidak menemukan adanya nas yang menerangkan
mana yang lebih utama antara langsung ke Makkah atau ke Madinah lebih dahulu. Sebenarnya
ziarah ke Masjid Nabawi atau ke makam Rasul bukan termasuk salah satu rukun atau wajib haji.
Jadi seandainya tidak ke Madinah pun ibadah haji tetap sah. Untuk Calhaj Indonesia ziarah ke
Madinah dimasukkan dalam rangkaian ibadah haji adalah dalam rangka memberi kesempatan
kepada Calhaj yang ingin mengerjakan salat arba’in dan ziarah ke beberana tempat yang
bersejarah. Adapun teknik operasionalnya jamaah haji Indonesia dibagi menjadi dua gelombang.
Gelombang I ziarah ke Madinah dilakukan sebelum berhaji, sedang untuk gelombang II
dilakukan setelah melaksanakan ibadah haji.
Pertanyaan Saudara yang ketiga, bahwa waktu menyembelih binatang dam itu pada hari
Nahr (tanggal 10 Zulhijjah) atau pada hari-hari Tasyriq (tanggal 11, 12 dan 13 Zulhijjah).
Mengenai boleh tidaknya tawaf Ifadah dilakukan sesudah tanggal 10 Zulhijjah, terdapat
perbedaan di kalangan para ulama. Menurut as-Syafi’i dan Ahmad bahwa awal waktunya adalah
tengah malam hari Nahr, sedang akhirnya tidak ada batas, hanya saja ia belum tahallul. Kalau
dikerjakan pada hari-hari Tasyriq tidak wajib membayar Dam, tetapi makruh. Adapun waktu
yang utama adalah waktu Duha hari Nahr. Menurut Maliki dan Hanafi, waktunya adalah mulai
terbit fajar hari Nahr. Adapun berakhirnya, menurnt Abu Hanifah adalah hari terakhir dari hari
Tasyriq dan membayar Dam, sedangkan menurut Maliki sampai berakhirnya bulan Zulhijjah dan
harus membayar Dam.
Mengenai Calhaj yang melakukan haji tamattu’ setelah melakukan ihram umrah kemudian
pergi ziarah ke Madinah dan kembali lagi ke Makkah sebelum tanggal 8 Zulhijjah, ia tidak perlu
ihram lagi dari Bir Ali, karena umrahnya sudah selesai dan ia sudah melepas pakaian ihramnya
menggantinya dengan pakaian biasa. Adapun pada tanggal 8 Zulhijjah memang ia harus sudah
siap di Makkah dengan memakai pakaian ihram untuk pergi ke Mina dan terus ke Arafah,
adapun mikatnya Makkah bukan Bir Ali. Untuk lebih memperoleh wawasan silahkan membaca
buku Tuntunan Manasik Haji, susunan Tim Majelis Tarjih dan Pengembangan Pemikiran Islam
PP Muhammadiyah.
Tim Fatwa Majelis Tarjih dan Tajdid
Pimpinan Pusat Muhammadiyah
E-mail: [email protected] dan [email protected]
http://www.fatwatarjih.com