4. Kualitas Air
Dalam budidaya air tawar maupun air payau harus memperhatikan kualitas air yang cocok bagi kehidupan normal hewan budidaya. Beberapa faktor penting
yang dapat mempengaruhi kualitas air dan kehidupan biota laut yang dibudidaya antara lain temperatursuhu, pH, DO kandungan oksigen, salinitas dan amonia
Romimohtarto, 1999. a.
Temperatur Temperatursuhu merupakan parameter kualitas air yang penting pada
masa pemeliharaan. Setiap perubahan suhu mempengaruhi proses-proses biologi terutama terhadap respon struktural dan fungsional. Suhu air yang
meningkat dapat berpengaruh secara langsung atau tidak langsung pada perkembangan, pertumbuhan, proses biologi meliputi: metabolisme,
osmoregulasi dan respirasi Romimohtarto, 1999. Artemia mempunyai toleransi yang cukup luas terhadap suhu, yaitu 6 - 35ºC Harefa, 1997.
Artemia tidak dapat bertahan hidup selain pada kisaran tersebut tetapi hal ini tergantung dari masing-masing strain dan kebiasaan tempat hidupnya
Mudjiman, 1988. Artemia dalam bentuk kista kering mampu bertahan pada suhu –273 – 100ºC, tidak demikian untuk kista basah. Penetasan kista secara
optimal memerlukan suhu 25 - 30ºC Anonim, 2002. b.
pH Keasaman pH medium adalah salah satu faktor lingkungan yang
tidak dapat ditolerir oleh Artemia Harefa, 1997. Media air laut yang digunakan untuk pertumbuhan optimal adalah 7 – 8,5 Utomo dkk., 2002;
Harefa, 1997. Menurut Harefa 1997, penurunan pH sampai di bawah 7 dapat menyebabkan kematian. Penetasan kista memerlukan pH yang sedikit
bersifat basa, yaitu 8 – 9, karena fase Emergency-2 E-2 yang dipacu enzim penetasan tersebut mempunyai aktivitas maksimal pada pH di atas 8.
c. Kandungan Oksigen O
2
Menurunnya kadar O
2
terlarut dapat mengurangi efisiensi pengambilan O
2
sehingga dapat menurunkan kemampuan organisme untuk hidup normal dalam lingkungannya Romimohtarto, 1999. Artemia merupakan organisme
yang sangat efisien dalam mensintesis hemoglobin sehingga mampu hidup pada kondisi dengan kandungan O
2
terlarut yang rendah, bahkan sampai 1 mgl Harefa, 1997. Tetapi Artemia mempunyai kisaran DO untuk
pertumbuhan optimal, yaitu 3 – 7 mgl Utomo dkk., 2002. Dengan penyesuaian diri Artemia terhadap perubahan kadar O
2
ini maka disebut hewan euroksibion Mudjiman, 1988; Harefa, 1997.
d. Salinitas
Salinitas adalah salah satu kualitas air yang sering dinyatakan dalam permil atau gl. Perkembangan Artemia membutuhkan kadar garam yang
tinggi karena organisme lain yang merupakan predator Artemia sudah tidak dapat hidup lagi Mudjiman, 1988. Budidaya Artemia memanfaatkan
salinitas antara 70 – 140 gl. Untuk menghasilkan biomassa hanya membutuhkan salinitas 80 gl sedangkan untuk menghasilkan kista dibutuhkan
salinitas antara 120 – 140 gl Soni, 2004a. Salinitas yang tidak sesuai dapat
menggagalkan pembiakan dan menghambat pertumbuhan Romimohtarto, 1999.
e. Amonia
Sumber utama amonia adalah bahan dalam bentuk sisa pakan, kotoran ikan maupun dalam bentuk plankton dan bahan organik tersuspensi. Hal
tersebut berkaitan dengan nutrisi pada pakan yang mengandung protein karena amonia merupakan hasil metabolisme protein. Artemia masih dapat tumbuh
dengan baik apabila kandungan amonia pada media budidaya kurang dari 80 mgl, tetapi kandungan amonia hingga 90 mgl masih bisa ditoleransi
Isnansetyo dan Kurniastuty, 1995.
B. Kerangka Pemikiran