PERBEDAAN PENYESUAIAN DIRI PENSIUNAN PEGAWAI YANG MENDAPATKAN PELATIHAN PERSIAPAN PENSIUN DAN TIDAK MENDAPATKAN PELATIHAN PERSIAPAN PENSIUN

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Pada dasarnya manusia bekerja untuk memenuhi kebutuhannya

baik

sandang, pangan, maupun papannya. Ada orang yang bekerja untuk mengisi
waktu luang, ada pula yang bekerja untuk mencari identitas, dan berbagai alasan
lainnya, apapun alasan manusia bekerja semua untuk memenuhi kebutuhannya.
Pekerjaan memiliki siklus tersendiri, siklus tersebut memiliki empat fase utama
yaitu seleksi dan masuk kerja, penyesuaian diri, pemeliharaan, dan pensiun
(Santrock,2002). Pensiun yang merupakan fase terakhir, dapat terjadi karena
beberapa alasan diantaranya sudah tiba waktunya usia pensiun, masa jabatan
sudah berakhir, di pecat atau diberhentikan dengan tidak hormat karena telah
berbuat kesalahan dalam institusi, karena pemutusan hubungan pekerjaan,
pensiun dini, berhenti karena sakit-sakitan, serta ada pula yang mengundurkan
diri.
Menurut Tarigan (2009) Pensiun dapat diartikan sebagai berhentinya
seseorang dari pekerjaannya yang selama ini dia tekuni dan menjadi sumber

hidup bagi keluarganya, serta tidak lagi bekerja di tempat itu selama-lamanya.
Berdasarkan data dari Badan Kepegawaian Daerah (2008), batas usia
pensiun (BUP) bagi pegawai negeri sipil adalah 56 tahun, BUP ini dapat saja
diperpanjang menjadi 58 tahun, 60 tahun, 63 tahun, 65 tahun, atupun 70 tahun,
namun hal ini masih akan diusulkan kepada presiden. Perpanjangan usia pensiun
dari normalnya 56 tahun dapat terjadi karena berbagai alasan, seperti karena
memangku suatu jabatan tertentu. Misalnya, seorang pegawai yang memangku
jabatan struktural eselon I atau eselon II dapat saja tetap memangku jabatannya
meski telah melewati BUP normal, yaitu 56 tahun. Hal ini juga berlaku bagi
jabatan-jabatan lainnya seperti hakim, guru, ataupun jabatan lainnya yang
ditentukan oleh presiden. Pada pegawai swasta, penentuan batas usia pensiun
agak berbeda dengan pegawai negeri sipil. Batas usia pensiun normal pada

1

2

pegawai swasta adalah 55 tahun, sedangkan usia pensiun maksimum adalah 60
tahun.
Di dalam menghadapi masa pensiunnya seseorang akan menanggapinya

dengan berbagai reaksi yaitu menerima, terpaksa menolak, atau menolak. Semua
bentuk reaksi tersebut tergantung dari kesiapan dari individu tersebut. Bagi
mereka yang lebih suka bekerja tapi terpaksa pensiun sering menunjukkan
kebencian dan akibatnya motivasi untuk melakukan penyesuaian diri terhadap
pensiun sangat rendah (Hurlock,1999).
Penolakan tersebut juga menimbulkan sebuah rasa kecemasan tersendiri
pada individu yang menghadapi masa pensiun, karena apabila dalam sebuah
keluarga, dimana masih terdapat anak yang dibiayai, maka hal ini akan
menghambat proses penyesuaian diri seseorang (Saragih, 2006).
Selain menimbulkan kecemasan, penolakan terhadap masa pensiun
seringkali mendatangkan masalah- masalah baru, sehingga pada masa pensiun itu
banyak yang mengalami gangguan baik secara mental maupun fisiknya. Seperti
yang dikatakan oleh Hemes dan Rahe (dalam Saragih, 2006), yang
mengungkapkan bahwa pensiun menempati ranking 10 besar untuk posisi stres.
Maka, tak jarang dari mereka yang dirawat di rumah sakit.
Setelah memasuki masa pensiun, individu tersebut juga merasa
kehilangan peran sosialnya di masyarakat, misalkan saja merasa sudah tidak
punya kekuasaan lagi dan merasa tidak dihormati lagi oleh lingkungan sekitar.
Ketika masih bekerja dahulu, seseorang tersebut merasa dihormati, di puja-puja,
disanjung, merasa bangga, serta bahagia. Selain itu ketika masih menjabat,

individu tersebut juga mendapatkan tambahan berbagai fasilitas dan limpahan
materi. Namun, keadaan berubah ketika memasuki masa pensiun, semua itu akan
hilang, fasilitas- fasilitas yang diberikan oleh instansinya akan dikembalikan, dan
yang paling terlihat adalah dalam hal materi, karena setelah pensiun, maka
otomatis pendapatan yang diterima hanyalah dari uang pensiun tiap bulan yang
jumlahnya tentu jauh lebih sedikit dibandingkan ketika masih menjabat dahulu.
Keterkaitan tentang finasial ini juga di dukung oleh hasil survey pada
tahun 2008, Rendy, CEO Axa Retirement Score, di beberapa kota besar, seperti
Medan, Surabaya, Jakarta, dan Bandung. Adapun respondennya adalah pekerja

3

aktif dan juga para pensiunan yang jumlahnya berkisar kira-kira 18.202 orang.
Hasil survey tersebut menunjukkan 60% pekerja Indonesia hanya mengandalkan
Jamsostek untuk bekal hidup di hari tuanya dan 21% hanya mengandalkan
saham, obligasi, dan reksadana. Tidak hanya itu, dari survey tersebut juga
diperoleh informasi 65% responden yang pensiunan mengatakan bahwa gaji
pensiun tidak mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari dengan layak dan wajar
(Tarigan,2009).
Hal inilah yang menyebabkan perubahan gaya hidup pada masa pensiun

seperti yang diungkapkan oleh Hurlock (1999) menyatakan bahwa masa pensiun
merupakan akhir dari pola hidup seseorang dalam bekerja atau dapat pula disebut
sebagai transisi ke pola hidup yang baru.
Setelah berhenti dari pekerjaannya, para pensiunan akan kehilangan
aktivitas keseharian. Status dan peranan

dalam lingkungan pekerjaan

ditinggalkan kesempatan untuk berkreasi produktif dan menerima penghormatan
dari pekerjaan hilang, teman akan berubah, pada waktu bekerja didasarkan atas
hubungan kerja, setelah pensiunpun jika ada didasarkan atas persahabatan. Ini
berarti awal dari pengembangan jalinan hubungan sosial dengan sekitarnya,
dimana lingkungan sekitar akan berlainan dengan kebiasaan, norma,dan
pemikiran kelompok pekerja di perusahaan.
Keadaan di masa aktif bekerja mempengaruhi di saat pensiun. Di saat
aktif bekerja karyawan mempunyai jadwal pekerjaan yang terencana dan ketat.
Hubungan kerja banyak dilakukan dengan teman sekerja, dengan pekerjaan
menempatkannya pada suatu peran dan fungsi dalam masyarakat. Keadaan ini di
masa pensiun berkurang bahkan putus sama sekali, pada sebagian individu yang
memasuki masa pensiunnya akan merasakan kekosongan dan jenuh sehingga

yang dilakukan hanya berdiam diri di rumah, membayangkan tentang
pekerjaannya dulu, dan tidak tahu harus berbuat apa.
Pengaruh keluarga terhadap keputusan untuk pensiun sangat menentukan
ketika seseorang memasuki masa pensiun beberapa hal akan berubah, tidak ada
lagi uang yang dibawa oleh suami, tidak ada lagi penghargaan pada suami akan
statusnya sebagai pencari nafkah, serta berubahnya hak dan kewajiban setelah
pensiun (Price, dalam Saragih, 2006). Keadaan tersebut akan menimbulkan

4

konflik antara suami dan isteri, suami akan berubah menjadi sangat sensitif,
karena merasa tidak berguna dan tidak bisa lagi memenuhi keinginan anak dan
isterinya.
Pengambilan keputusan dan kekuasaan dalam rumah tangga juga akan
terpengaruh dengan pensiunnya si suami, terutama apabila suami adalah satusatunya sumber nafkah keluarga.
Mengingat begitu besarnya konflik yang timbul, maka diperlukan sebuah
penyesuaian diri terhadap masa pensiun. Penyesuaian diri menurut Hurlock
(1999), menunjuk pada keberhasilan individu memainkan peranannya untuk
mengadakan hubungan dengan orang lain atau keluarga dan memperlihatkan
sikap, serta tingkah laku yang menyenangkan. Penyesuaian diri yang berhasil

akan menunjuk pada kondisi mental yang stabil dalam arti mampu
menyelesaikan masalahnya secara realistis.
Individu yang dikatakan berhasil didalam menyesuaikan dirinya terhadap
pensiun adalah yang sehat, memiliki pendapatan yang layak aktif, berpendidikan
baik, memiliki relasi sosial yang luas termasuk diantaranya teman-teman dan
keluarga, dan biasanya merasa puas dengan kehidupannya sebelum pensiun
(Palmore dkk, dalam Santrock 2002).
Seseorang

yang

akan

menghadapi

masa

pensiun

tidak


hanya

merencanakan masalah tentang finansialnya saja, tetapi juga masalah-masalah
lain yang berhubungan dengan segala aspek di dalam kehidupannya, misalnya
saja apa yang akan dilakukan untuk mengisi waktu luang untuk tetap aktif dan
untuk bersosialisasi (Choi, dalam Santrock 2002).
Oleh karena itu, salah satu kewajiban perusahaan adalah perlu ikut
memikirkan masa depan karyawan yang akan memasuki masa pensiun dan terus
membina hubungan dengan karyawan yang telah memasuki masa pensiun. Salah
satu kebijakannya adalah diberikannya masa persiapan pensiun (MPP), yang
diberikan 1 sampai 2 tahun sebelum pensiun. Menurut Moore dalam Sulanty
(2008) mendefinisikan program persiapan pensiun adalah membantu karyawan
untuk pensiun baik secara finansial dan psikologisnya.
Selama masa MPP mereka dibebastugaskan dari pekerjaannya. Bagi
beberapa instansi atau perusahaan karyawan yang akan memasuki masa pensiun,

5

dibekali


dengan pelatihan skill & knowledge entrepreneurship atau

kewirausahaan. Pembekalan untuk persiapan mental karyawan melalui
pemberian pengetahuan dan keterampilan praktis dalam menghadapi masa
pensiun dirasakan sangat perlu, sehingga karyawan memiliki acuan, langkahlangkah apa yang harus dilakukan setelah masa pensiun tiba dan rasa khawatir
dalam menghadapi situasi yang tidak menentu tersebut dapat diminimalisasi.
Selain dengan pembekalan kewirausahaan, mereka juga mendapatkan pelatihan
yang mengarah kepada kebutuhan psikologisnya, seperti menejemen stress,
konseling, outbond, sampai diajarkan tentang penyaluran hobby dan hubungan
sosialnya setelah pensiun.
Pelatihan tersebut pada dasarnya disiapkan oleh instansi atau perusahaan
agar para pegawainya memiliki penyesuaian diri yang baik di dalam menghadapi
pensiun. Penyesuaian diri ini sangat penting sebab penyesuaian diri merupakan
dasar dari pertahanan terhadap stress dan kecemasan menghadapi pensiun, karena
seseorang yang pensiun biasanya akan mengalami banyak perubahan, baik dari
segi fisik maupun psikologisnya. Menurut Hurlock (1999) semakin banyak
kuantitas perubahan yang dialami seseorang maka semakin buruk penyesuaian
diri yang dilakukan.
Pentingnya pelatihan sebagai bekal untuk membentuk penyesuaian diri

yang baik juga di buktikan melalui penelitian Ruth Sulanty pada karyawan PT
PLN (Persero) distribusi Jakarta Raya dan Tangerang (2008) yang berjumlah
sebanyak 28 orang. Penelitian ini berjudul “Persepsi Pegawai Tentang
Pelaksanaan Program Pelatihan Agrobisnis Pertanian dalam Rangka Pembekalan
Pegawai yang Akan Menjalani Masa Persiapan Pensiun Pada PT PLN (Persero)
Distribusi Jakarta Raya dan Tangerang” hasil dari penelitian ini adalah program
pelatihan agrobisnis pertanian dalam rangka pembekalan pegawai yang akan
menjalani masa persiapan pensiun pada PT PLN (Persero) Distribusi Jakarta
Raya dan Tangerang sudah berjalan dengan baik sesuai dengan fungsi dan
tujuannya, yaitu membantu peserta dalam mempersiapkan karir kedua atau
pensiun dan pelatihan ini dapat mengingatkan peserta dalam tanggung jawab
peserta terhadap diri, keluarga dan masyarakat.

6

Penelitian lainnya yaitu penelitian oleh Hamidah dan Endang Retno
(2004) dengan judul “Pengembangan Model Persiapan Pensiun untuk
Meningkatkan Kesehatan Lansia dan Menurunkan Stres Menghadapi Pensiun”
penelitian eksperimen ini menggunakan 30 orang karyawan yang akan memasuki
masa pensiun. Adapun hasilnya terdapat perbedaan yang signifikan antara stres

dan skor kesejahteraan psikologis pada karyawan yang ikut pelatihan antara
sebelum dan sesudah pelatihan.
Dennis (1986) juga melakukan penelitian tentang pelatihan Masa
Persiapan Pensiun, penelitian ini menghimpun berbagai teori Masa Persiapan
Pensiun dan pada akhirnya Dennis memodifikasi bentuk pelatihan Masa
Persiapan Pensiun serta memberikan saran kepada setiap perusahaan untuk
mengadakan pelatihan Masa Persiapan Pensiun karena hal ini sangat penting.
Pegawai yang mengikuti pelatihan persiapan pensiun sebelum memasuki
masa pensiun diharapkan memiliki penyesuaian diri yang baik karena mereka di
berikan bekal pengetahuan dalam hal fisik dan psikologis, serta persiapan secara
finansial. Hal ini senada dengan yang diungkapkan oleh Santrock (2002) program
ini biasanya membantu orang-orang dewasa memutuskan kapan dan bagaimana
mereka seharusnya pensiun dengan mengakrabkan mereka dengan keuntungankeuntungan dan dana pensiun yang diharapkan dapat mereka terima, atau
melibatkan mereka dalam diskusi mengenai isu-isu yang lebih komprehensif,
seperti kesehatan fisik dan mental. Melalui program ini mereka diharapkan lebih
siap dalam menghadapi pensiunnya karena sejak awal sudah mengerti sedikit
tentang makna pensiun, sehingga tidak merasa cemas.
Namun tidak semua instansi atau perusahaan mengadakan pelatihan
persiapan pensiun, berbagai alasan diungkapkan, seperti kekurangan biaya dan
kurangnya perhatian terhadap para pegawainya bahkan ada pegawai yang tetap

bekerja pada masa persiapan pensiunnya. Para pegawai yang tetap bekerja
tersebut memiliki alasan tersendiri, yaitu mereka tidak nyaman apabila belum
waktunya pensiun tetapi sudah menganggur dirumah. Tanpa diberikannya
pelatihan persiapan pensiun, mereka tidak memiliki pengetahuan dan bekal
tentang kehidupan pensiun. Mereka hanya akan berangan-angan saja tentang
pensiun, dan pada akhirnya mereka juga tidak memiliki persiapan dalam hal

7

mental, fisik, serta materinya, hal inilah yang akan menimbulkan penyesuaian
diri yang buruk, hal ini terjadi karena menurut Hurlock (1998), penyesuaian
seseorang terhadap sembarang masalah akan lebih mudah dan lebih cepat apabila
sebelumnya, ia sudah siap untuk menghadapi masalah tersebut daripada harus
menghadapi dan menanggulangi masalah yang belum diketahui dan tanpa
diharapkan sebelumnya.
Berdasarkan informasi tersebut maka penulis tertarik untuk mengangkat
fenomena tersebut menjadi sebuah permasalahan dalam penelitian ini. Penulis
ingin mengetahui “Perbedaan Penyesuaian Diri terhadap Pensiun pada Pegawai
yang Mendapatkan Pelatihan Persiapan Pensiun dan Tidak Mendapatkan
Pelatihan Persiapan Pensiun”.
B. Rumusan Masalah
Mencermati uraian yang tersaji dalam latar belakang masalah, maka dapat
di rumuskan permasalahan sebagai berikut: “Apakah ada perbedaan penyesuaian
diri terhadap pensiun pada pegawai yang mendapatkan pelatihan persiapan
pensiun dan tidak mendapatkan pelatihan persiapan pensiun

C. Tujuan Penelitian
Mengacu pada rumusan masalah tersebut, maka tujuan dari penelitian
yang diharapkan akan tercapai adalah untuk mengetahui perbedaan penyesuaian
diri terhadap pensiun pada pegawai yang mendapatkan pelatihan persiapan
pensiun dan tidak mendapatkan pelatihan persiapan pensiun.

D. Manfaat Penelitian
Dari penelitian yang akan dilakukan maka diharapkan adanya manfaat
yang akan diambil yaitu:
1. Manfaat penelitian secara teoritis adalah:
Untuk memberi sumbangan terutama pada Psikologi Pendidikan dan
Perkembangan. Serta menambah atau memperkuat teori-teori tentang
penyesuaian diri terhadap masa pensiun.

8

2. Manfaat secara praktis adalah:
Sebagai bahan masukan yang dapat memberikan wacana mengenai
permasalahan dan fenomena pada masa pensiun sehingga responden dapat
memiliki pengetahuan yang memadai mengenai bentuk penyesuaian diri yang
baik pada masa pensiun, dengan harapan responden selanjutnya dapat
menyesuaikan diri dalam mengadapi masa pensiunnya, baik secara fisik,
mental maupun finansialnya.
Serta kepada instansi pemerintah untuk juga mengadakan program
masa persiapan pensiun seperti pelatihan kewirausahaan, menajemen stress,
outbond, dan juga konseling, supaya para pegawai yang akan pensiun untuk
lebih siap menghadapi pensiun.

PERBEDAAN PENYESUAIAN DIRI PENSIUNAN PEGAWAI
YANG MENDAPATKAN PELATIHAN PERSIAPAN PENSIUN
DAN TIDAK MENDAPATKAN PELATIHAN PERSIAPAN
PENSIUN

SKRIPSI

Oleh :
Shinta Dewi Pristiana
06810023

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2012

PERBEDAAN PENYESUAIAN DIRI PENSIUNAN PEGAWAI
YANG MENDAPATKAN PELATIHAN PERSIAPAN PENSIUN
DAN TIDAK MENDAPATKAN PELATIHAN PERSIAPAN
PENSIUN

SKRIPSI

Diajukan kepada Universitas Muhammadiyah Malang
sebagai salah satu persyaratan memperoleh
Gelar Sarjana Psikologi

Oleh :
Shinta Dewi Pristiana
06810023

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2012

KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr.Wb
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas karunia-Nya,
sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Pada kesempatan
ini, dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih kepada
pihak-pihak yang telah mendukung dan membantu hingga selesainya skripsi ini,
diantaranya :
1.

Dra. Cahyaning Suryaningrum M.Si selaku Dekan Fakultas Psikologi
Universitas Muhammadiyah Malang

2.

Yudi Suharsono M.Si selaku pembimbing I yang telah banyak meluangkan
waktu untuk memberikan bimbingan dan arahan sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini dengan baik, sekaligus selaku dosen wali kelas A
yang telah mendukung dan memberi pengarahan sejak awal perkuliahan
hingga selesainya skripsi ini.

3.

Diana Savitri M.Psi selaku dosen pembimbing II yang telah menyumbangkan
waktu dan pikiran guna kesempurnaan skripsi ini, serta dengan sabar dan
semangat membimbing penulis untuk segera merampungkan skripsi ini.

4.

M. Salis Yuniardi M.Psi selaku Ketua Program Studi Psikologi yang telah
memberikan motivasi kepada seluruh mahasiswa untuk segera menyelesaikan
skripsi.

5. Seluruh dosen Fakultas Psikologi UMM yang telah membagikan banyak ilmu
yang bermanfaat bagi penulis serta seluruh staf Tata Usaha yang selalu
membantu melayani keperluan akademis penulis.
6. Bapak, Ibu, kakakku Whempy, Wiwik, Dio keponakanku,dan sepupuku
Anissa, serta suamiku Ardijana Susadyo yang selalu memberikan doa, kasihsayang, semangat selalu membantu disepanjang hidup penulis.
7. Segenap pensiunan yang tergabung dalam HPK kota Nganjuk dan segenap
pensiunan pegawai di kota Malang yang telah menjadi subyek penelitian.
8. Segenap teman-teman Psikologi angkatan 2006 khususnya kelas A

9. Keluarga besar BCT blok 4 no 53.Terima kasih telah menjadi keluarga
penulis di Malang.
10. Semua pihak dan rekan-rekan yang tidak bisa disebutkan satu-persatu
Semoga Allah SWT senantiasa membalasnya dengan limpahan berkah dan
nikmat atas seluruh kebaikan yang telah diberikan kepada penulis. Penulis
sepenuhnya sadar, bahwa karya tulis ini masih jauh dari sempurna. Karenanya,
penulis menerima kritik serta saran yang membangun. Penulis berharap karya ini
bisa bermanfaat, khususnya bagi penulis serta pembaca. Amien.

Wassalamu Alaikum Wr. Wb

Malang, 5 Maret 2012

Penulis

DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PERSETUJUAN .......................................................................
ii
LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................
iii
LEMBAR PERNYATAAN ........................................................................
iv
INTISARI .................................................................................................
v
ABSTRACT ...............................................................................................
vi
KATA PENGANTAR .................................................................................
vii
DAFTAR ISI ................................................................................................
ix
DAFTAR TABEL .......................................................................................
xi
DAFTAR LAMPIRAN ..............................................................................
xii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ..............................................................................
B. Rumusan Masalah .........................................................................
C. Tujuan Penelitian ..........................................................................
D. Manfaat Penelitian ........................................................................
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Pelatihan Persiapan Pensiun ..........................................................
1. Pengertian Pelatihan Persiapan Pensiun ...................................
2. Konsep Dasar Pelatihan Persiapan Pensiun ..............................
3. Tujuan Pelatihan Persiapan Pensiun .........................................
4. Proses Pelatihan Persiapan Pensiun ..........................................
B. Penyesuaian Diri ............................................................................
1. Pengertian Penyesuaian Diri .....................................................
2. Karakteristik Penyesuaian Diri ................................................
3. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Proses Penyesuaian Diri ..
4. Aspek-aspek Penyesuaian Diri ................................................
C. Pensiun ..........................................................................................
1. Pengertian Pensiun ...................................................................
2. Jenis-jenis Pensiun ...................................................................
3. Fase-fase Pensiun .....................................................................
4. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Penyesuaian Diri
Terhadap Masa Pensiun ...........................................................
5. Penyesuaian Diri Menghadapi Pensiun ...................................
D. Perbedaan Penyesuaian Diri Pensiunan Pegawai Yang
Mendapatkan Pelatihan Persiapan Pensiun dan Tidak
Mendapatkan Pelatihan Persiapan Pensiun....................................
E. Kerangka Pemikiran .....................................................................
F. Hipotesis ........................................................................................

1
7
7
7

9
9
10
10
12
15
15
17
18
19
20
20
20
21
22
24

26
29
30

BAB III METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian ....................................................................
B. Variabel Penelitian ........................................................................
C. Definisi Operasional .....................................................................
D. Populasi dan Sampel ....................................................................
E. Instrument Penelitian ....................................................................
F. Prosedur Penelitian ........................................................................
1. Persiapan Penelitian ...................................................................
2. Pelaksanaan Penelitian ..............................................................
G. Validitas dan Reliabilitas .............................................................
1. Validitas .....................................................................................
2. Reliabilitas ................................................................................
H. Analisa Data ..................................................................................
I. Hasil Uji Coba Alat Ukur ..............................................................

31
31
32
33
35
37
37
37
38
38
39
40
41

BAB IV ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data ............................................................................... 45
B. Analisa Data .................................................................................. 48
C. Pembahasan .................................................................................. 49
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ................................................................................... 52
B. Saran ............................................................................................. 52
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 54
LAMPIRAN ..................................................................................................... 55

DAFTAR TABEL
Halaman
Nomor Tabel
Tabel 1 Blue Print Penyesuaian Diri Pensiunan Pegawai ............................. 37
Tabel 2 Rancangan Analisa Data .................................................................. 41
Tabel 3 Analisa Kesahihan Butir Skala Penyesuaian Diri Pensiunan
Pegawai Pada Saat Uji Coba ............................................................ 42
Tabel 4 Distribusi Item-item Skala Penyesuaian Diri Pensiunan Pegawai
Setelah Uji Coba............................................................................... 43
Tabel 5 Analisa Hasil Try Out Reliabilitas Skala Penyesuaian Diri
Pensiunan Pegawai .......................................................................... 43
Tabel 6 Analisa Hasil Try Out Reliabilitas Skala Penyesuaian Diri
Pensiunan Pegawai Keseluruhan ...................................................... 44
Tabel 7.1. Deskripsi Data Penyesuaian Diri Pensiunan Pegawai Yang
Mendapatkan Pelatihan Persiapan Pensiun dan Tidak
Mendapatkan Pelatihan Persiapan Pensiun ..................................... 45
Tabel 7.2. Klasifikasi Data Penyesuaian Diri Pensiunan Pegawai yang
Mendapatkan Pelatihan Persiapan Pensiun ...................................... 47
Tabel 7.3. Klasifikasi Data Penyesuaian Diri Pensiunan Pegawai yang Tidak
Mendapatkan Pelatihan Persiapan Pensiun ...................................... 47
Tabel 8
Rangkuman Perhitungan t-test ......................................................... 48

DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Skala Penyesuaian Diri Pada Saat Try Out ........................................................... 56
Skala Penyesuaian Diri Pada Saat Penelitian ........................................................ 63
Hasil Uji Validitas Skala penyesuaian Diri Pensiunan Yang
Mendapatkan Pelatihan Persiapan Pensiun dan Tidak Mendapatkan
Pelatihan Persiapan Pensiun.................................................................................. 69
Hasil Uji Reliabilitas Skala penyesuaian Diri Pensiunan Yang
Mendapatkan Pelatihan Persiapan Pensiun dan Tidak Mendapatkan
Pelatihan Persiapan Pensiun.................................................................................. 73
Data Skor Penyesuaian Diri Pensiunan Pegawai Yang
Mendapatkan Pelatihan Persiapan Pensiun .......................................................... 79
Data Skor Penyesuaian Diri Pensiunan Pegawai Yang Tidak
Mendapatkan Pelatihan Persiapan Pensiun .......................................................... 80
Hasil Uji t-test ....................................................................................................... 81

DAFTAR PUSTAKA

Azwar, S. (2008). Penyusunan skala psikologi. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Becker,M.J.,Trail,T.F,Lamberts,M.B,Jimmerson,R.M.(1983). Is preretirement
planning important. Journal pf extension,10-14. Diperoleh dari
http://www.joe.org/joe/1983may/83-3-a2.pdf.
Berita Daerah.com.(2008). Batas usia pensiun pegawai negeri sipil. http:
http://www.bkn.go.id/in/berita/1133.html. Diakses pada April 2010.
Dennis,H.(1986). Retirement preparation programs:Issues in planning and
selection. Journal of carner development,vol/3(2)30-37. Diperoleh dari
http: ://jcd.sagepub.com/content/13/2/30.extract.
Fatimah,E.(2006). Psikologi perkembangan (perkembangan peserta didik).
Bandung: Pustaka Pelajar.
Fuller,G.(1986). Pre-retirement training:ending on a high. diperoleh dari
http://membersmd.managers.org.uk/Results.aspx?type=subject&briefingfil
ter=all&term=Retirement.
Gerungan.(2004). Psikologi sosial. Bandung:Refika Aditama.
Haber&Runyon.(1984). Psychology of adjusment. Illinois:The Dorsey Press.
Hamidah & Retno,E.S.(2004). Pengembangan model persiapan pensiun untuk
meningkatkan
kesehatan lansia dan menurunkan stres menghadapi
pensiun. Abstrak diakses 10 Juni 2010 dari http : // jurnal. Dikti. go.
id/jurnal/detil/id/24:45795/q/pengarang:%20Endang%20Retno%20/offset/
0/limit/15.
http://id.wikipedia.org/wiki/Pensiun,diakses tanggal 15 Desember 2010.
Hurlock,E.B.(1998). Psikologi perkembangan:psikologi
sepanjang rentang kehidupan. Jakarta:Erlangga.

suatu

pendekatan

Kerlinger, Fred N. (2003). Asas-asas penelitian behavioral. Yogyakarta : UGM
Press.
Martono, N.(2010). Metode penelitian kuantitatif:analisis isi dan analisis data
sekunder. Jakarta:Rajagrafindo Persada.

Santrock,J.W.(1995). Life-span “perkembangan masa hidup”jilid 2 edisi kelima.
Jakarta:Erlangga.
Saragih,J.(2006). Pola penyesuaian diri pada pensiunan. Diakses 12 Mei 2010
dari http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/1908/1/06009833.pdf.
Sugiyono.(2011). Metode
Bandung:Alfabeta.

penelitian

kuantitatif,

kualitatif,

dan

R&D.

Sugiyono.(2010). Statistika untuk penelitian. Bandung:Alfabeta.
Tarigan,N.(2009). Happy and healthy retiree:cara pensiun sehat dan bahagia.
Yogyakarta:Andi.
Winarsunu, T. (2009). Statistik dalam penelitian psikologi dan pendidikan.
Malang : UMM Press.