Pelatihan Masa Persiapan Pensiun dan Signifikansinya terhadap Perubahan Sikap Menghadapi Masa Pensiun pada Pegawai Negeri Sipil di Kota Bandung.

(1)

iv ABSTRAK

Program Magister Psikologi Februari 2007

Gianti Gunawan 0432012

Judul Tesis : Pelatihan Masa Persiapan Pensiun Dan Signifikansinya Terhadap Perubahan Sikap Menghadapi Pensiun Pada Pegawai Negeri Sipil Di Kota Bandung.

Sub Judul Tesis: Suatu Evaluasi Nodul Dan Signifikansi Modifikasi Modul Pelatihan Masa Persiapan Pensiun Terhadap Perubahan Sikap Menghadapi Masa Pensiun Pada Pegawai Negeri Sipil Golongan Empat Di Pemerintah Daerah Kota Bandung.

Dalam penelitian ini dilaksanakan evaluasi terhadap kegiatan masa persiapan pensiun pada PNS di Kota Bandung dan mengajukan modul yang kiranya lebih sesuai, dalam arti dapat merubah sikap PNS dalam menghadapi pensiun ke arah yang positif..

Adapun yang menjadi sampel penelitian ini adalah PNS di Kota Bandung yang sedang dalam MPP. Penelitian ini dikelompokkan pada penelitian eksperimental semu (quasi experimental research), yang dalam pelaksanaannya menggunakan metode pretest dan post-test untuk mengetahui perubahan sikap.

Metode yang digunakan untuk mengevaluasi program MPP adalah kriteria dari Emil J Posavac & Raymond G. Carey(1992). Selanjutnya alat ukur yang digunakan untuk melihat perubahan sikap PNS berbentuk kuesioner.

Berdasarkan hasil pengumpulan data,dalam rangka evaluasi program MPP terdahulu, ditemukan bahwa program MPP terdahulu memiliki banyak kekurangan. Maka berdasarkan hasil evaluasi, peneliti menyusun program baru. Berdasarkan pengolahan data secara statistik dipreoleh hasil bahwa modul program MPP yang baru dapat memenuhi kebutuhan sebagian besar responden, baik dalam hal isi materi dan metode penyampaian. Tidak ada program yang keluar dari yang direncanakan. Dari sisi perubahan sikap, terutama aspek kognitif tampak perubahan ke arah yang positif dari PNS.

Saran yang diajukan adalah hendaknya pelatihan mengenai persiapan masa pensiun pada PNS di Kota Bandung ini dilakukan secara konsisten oleh pihak Pemerintah Daerah. Disamping itu perlu dilakukan monitoring yang disertai kesempatan konsultasi.. Hasil pelatihan ini akan lebih optimal apabila mengikutsertakan pasangan (suami / istri), agar tercapainya proses penyesuian diri yang lebih baik dalam menghadapi masa pensiun. Pelatihan juga perlu diakhiri dengan kunjungan-kunjungan ke tempat wirausaha yang disesuaikan dengan minat masing-masing. Pelatihan ini dapat juga diperkenalkan pada para PNS di Kota Bandung yang sudah menjelang pensiun kira-kira 5 tahun untuk memberikan kesadaran bahwa masa pensiun itu akan tiba, sehingga PNS dapat merencanakan langkah-langkah antisipatif untuk menghadapi pensiun sejak awal. Terakhir, modul ini sebaiknya diujikan pada PNS di luar Kota Bandung, sehinga lebih jelas apakah model modul seperti ini yang benar-benar dibutuhkan.


(2)

v ABSTRACT

The Program of Magister Psychology February 2007

Gianti Gunawan 0432012

Title: A module of Pre Retirement Phase And Its Significance to Change of Attitudes towards Pre-Retirement Phase of Government In Bandung.

Sub Title : A Module Evaluation and Its Significance to Change of Attitudes towards Pre-Retirement Phase of Government Employees at fourth level In Bandung.

The evaluation of pre-retirement period (MPP) activities of Government Employees (PNS) in Bandung City was conducted, and the suggested appropriate module in terms of its capability of transforming positive PNS’ attitude towards retirement phase was proposed.

For this particular research, samples were taken from a group of PNS inside their MPP. This research is categorized as a Quasi Experimental Research, in which Pre-test and Post-test Method was applied to assess the changes of attitude.

Criteria stated by Posavac & Carey (1992) were used as the evaluation method, while questionnaire is chosen as the assessment method to measure the changes of attitude of the samples.

Based on data collection to evaluate the preceding MPP program, it was revealed that the preceding program encountered many deficiencies. Align with the conclusion made, a new program was proposed. Statistical data processing demonstrated that the new module of proposed MPP program was able to meet the demands of most of the respondents in terms of content and presentation method. All programs were performed according to the plan. In terms of the changes of attitude, especially the cognitive aspects experienced positive transformation of attitude of the samples.

A number of recommendations based on the research can be put forward. Local Government is supposed to carry out trainings on MPP for PNS in Bandung City on regular basis. In addition, continual monitoring and open consultation should be implemented. The outcomes of the training would be somewhat more effective if spouses are involved; this would result in the achievement of a better adaptation process towards their retirement phase. The length of this particular training should be extended and finalized with a tour session to entrepreneur sites. For such purpose, the tour session might be designed according to each individual’s preferences. The MPP training could also be designed for active PNS in at least 5 year prior to his/her retirement in order to develop the sense of awarenes; therefore they could plan their retirement more anticipatively. Finally, the applicability of the proposed module should be assessed by its implementation for PNS outside Bandung City, so that further conclusion of the necessity of this module model could be abstract.


(3)

x

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR JUDUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

ABSTRAK ... iv

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI... x

DAFTAR TABEL... xiv

DAFTAR LAMPIRAN... xvi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 9

1.3 Maksud, Tujuan, dan Kegunaan Penelitian... 9

1.4 Metodologi ... 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori ... 11

2.2 Masa Pensiun ... 11

2.2.1 Definisi Pensiun ... 12

2.2.2 Pensiun di Kalangan PNS ... 13

2.2.3 Batas Usia Pensiun dan Masa Persiapan Pensiun (MPP) 15 2.2.4 Tahapan Masa Pensiun... 17


(4)

xi

2.2.6 Perkembangan Karir Pada Masa Kehidupan... 22

2.3 Usia Tengah Baya ... 24

2.4 Sikap (Attitude) ... 33

2.4.1 Definisi... 34

2.4.2 Ciri-Ciri Sikap... 35

2.4.3 Proposisi Tentang Sikap... 36

2.4.4 Kaitan Sikap Dengan Perilaku ... 43

2.4.5 Pembentukan Sikap... 45

2.4.6 Perubahan Sikap... 53

2.4.7 Pengukuran Sikap ... 57

2.4.8 Fungsi Sikap... 60

2.4.9 Deskripsi Umum Sikap Menghadapi Pensiun... 60

2.5 Program Pelatihan ... 63

2.5.1 Definisi... 63

2.5.2 Identifikasi Kebutuhan Pelatihan ... 64

2.5.3 Metode Pelatihan... 66

2.5.4 Pemandu... 69

2.5.5 Tahap Evaluasi ... 70

2.5.6 Pelatihan Bagi yang Menghadapi Pensiun... 72

2.6 Evaluasi Program ... 73

2.6.1 Definisi Evaluasi Program ... 73

2.6.2 Alasan Evaluasi Program Dilaksanakan ... 73


(5)

xii

2.6.4 Tahapan Evaluasi Program ... 75

2.6.5 Tujuan Evaluasi Program... 76

2.7 Kerangka Pemikiran... 77

2.8 Asumsi Penelitian ... 86

2.9 Hopitesis Penelitian... 86

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian ... 87

3.1.1 Metode Evaluasi Modul ... 87

3.1.2 Metode Rancangan Modul Baru ... 89

3.2 Subyek Penelitian... 90

3.3 Tahapan Dalam Pelaksanaan Modul... 90

3.4 Waktu Penelitian ... 93

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Responden ... 94

4.1.1 Tabel Jenis Kelamin Responden ... 94

4.1.2 Tabel Pendidikan Terakhir Responden ... 95

4.1.3 Tabel Lamanya Bekerja Sebagai PNS di Kota Bandung 95 4.2 Hasil Penelitian ... 96

4.2.1 Evaluasi Modul Terdahulu... 96

4.2.2 Pendapat Responden Terhadap Modifikasi Modul ... 98

4.3 Pembahasan Hasil Penelitian ... 109

BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan ... 114


(6)

xiii

5.2 Saran... 115

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(7)

xiv

DAFTAR TABEL

3.1 Tabel Kurikulum dan Silabus MPP 3.2 Tabel Waktu Pelatihan

4.1 Tabel Jenis Kelamin Responden 4.2 Tabel Pendidikan Terakhir Responden 4.3 Tabel Lamanya Bekerja Responden 4.4 Tabel Evaluasi Modul Terdahulu

4.5 Tabel Pengembangan Pengertian Tentang MPP 4.6 Tabel Pengembangan Kemampuan Dasar

4.7 Tabel Pengembangan Efektifitas Persiapan Pensiun

4.8 Tabel Kemampuan Melakukan Perubahan Menuju Perbaikan 4.9a Saran Perbaikan Modul Adaptasi Finansial dan Sosial 4.9b Saran Perbaikan Modul Stress Management

4.10 Tabel Pendapat Secara Umum 4.11 Tabel Pemenuhan Kebutuhan PNS 4.12 Tabel Pengelolaan Stres

4.13 Komposisi Teknik Penyampaian 4.14 Tabel Alur Modul

4.15a Materi yang Paling Disukai (Adaptasi Finansial dan Sosial) 4.15b Materi yang Paling Disukai (Stress Management)

4.16 Materi yang Tidak Disukai


(8)

xv

4.17b Materi yang Paling Bermanfaat (Stress Management) 4.18 Tabel Tanggapan Responden Terhadap Modul Baru


(9)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Lembar Evaluasi Program Adaptasi Finansial dan Sosial Lampiran 2 Lembar Evaluasi Program Stress Management

Lampiran 3 Materi Program Adaptasi Finansial dan Sosial Lampiran 4 Materi Program Stress Management

Lampiran 5 Hasil Kuesioner Terhadap Modifikasi Modul Lampiran 6 Data hasil ”Focus Group Discussion”


(10)

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Memasuki masa pensiun dapat merupakan problem psikologis yang sulit bagi mereka yang akan menjalaninya. Pada saat seseorang menjalani masa pensiun diperlukan penyesuaian kembali terhadap beberapa perubahan yang terjadi, bukan saja penyesuaian dalam hal finansial, lebih dalam lagi meliputi penyesuaian terhadap perubahan pekerjaan seperti meninggalkan status dalam masyarakat, kedudukan yang sebelumnya ia banggakan, fasilitas-fasilitas yang dimilikinya, serta terhadap perubahan kondisi fisik, peran, kehidupan keluarga, dan minat.

Seperti yang dikatakan Schwartz (Hurlock, 1991), pensiun dapat merupakan akhir suatu pola hidup atau masa transisi ke pola hidup baru. Pensiun selalu menyangkut perubahan peran, nilai, dan perubahan pola hidup individu secara menyeluruh.

Bagi mereka yang belum siap menghadapi pensiun dan belum siap untuk menyesuaikan diri terhadap perubahan-perubahan yang akan terjadi, dapat menganggap bahwa masa ini merupakan suatu periode penuh kepahitan dan kegetiran, karena mereka terpaksa harus kehilangan hal-hal yang pernah menjadi miliknya. Mereka kehilangan posisi yang dibanggakan, yang memberi suatu status sosial di masyarakat. Terlebih bagi seseorang yang sebelumnya menduduki posisi


(11)

2

penting dalam pemerintahan maupun dalam suatu perusahaan, keadaan ini akan sangat dirasakan.

Problem-problem psikologis seperti tersebut di atas dapat pula dialami oleh seorang Pegawai Negeri Sipil (PNS) pada saat ia menghadapi pensiun. Kendati pensiun merupakan suatu masa yang pasti tiba dan sudah diketahui sejak seseorang diangkat sebagai PNS, pandangan-pandangan, gambaran-gambaran, dan antisipasi terhadap apa dan bagaimana masa pensiun akan semakin dirasakan pada saat seorang PNS memasuki masa persiapan pensiun (MPP), karena pensiun sudah di ambang pintu dan tidak terelakkan lagi. Kemungkinan kehilangan hal-hal yang dibanggakan dan menyenangkan dapat dirasakan sebagai sesuatu yang mengancam, lebih-lebih karena ia harus menyesuaikan diri dengan cara hidup baru yang belum diketahuinya. Menghadapi masa pensiun ini akan memunculkan sikap positif atau negatif, tergantung dari individu masing-masing.

Sikap merupakan suatu organisasi yang relatif menetap dari proses-proses motivasi, emosi, persepsi, dan kognisi yang tertuju pada beberapa aspek tertentu di dunia (Krech, Kruchfield, Ballachey, 1962). Sikap seseorang terhadap pensiun, akan mendasari, mengarahkan, dan mempengaruhi perilakunya dalam menghadapi pensiun (Fishbein, 1975). Seseorang yang memiliki sikap positif, akan memandang pensiun sebagai suatu situasi yang tidak mengancam atau membahayakan dirinya. Sedangkan seseorang yang memiliki sikap negatif akan memandang pensiun sebagai sesuatu yang mengancam dan membahayakan dirinya.


(12)

3

Ditinjau dari pandangan Erikson (1989), individu yang berada pada usia MPP perkembangan psikologisnya berada pada tahap ke tujuh siklus hidup manusia yaitu tahap generativity vs stagnation. Di tahap ini individu diharapkan mampu mengembangkan produktivitasnya, tidak hanya sebatas pada menghasilkan keturunan dan produktif dalam karya, tetapi juga produktif dalam pengembangan minat, perhatian untuk mendidik anak dan pengembangan generasi muda. Melalui pengembangan produktivitasnya, ia akan dapat merasakan hidup yang bermanfaat dan mengisinya dengan penuh kegairahan, bermakna dan tidak membosankan, serta akan tetap dapat membina hubungan antar pribadi dengan keluarga dan lingkungannya. Hal terpenting di`sini adalah bahwa individu tersebut, dalam hal ini`seorang PNS, merasa puas dengan hidupnya karena ia merasa telah mengisi hidupnya dengan sesuatu yang bermakna. Seorang PNS yang pada saat memasuki masa pensiun tidak mampu mengembangkan produktivitasnya, berada pada tahap stagnation, akan mengeluh, menyesali hidupnya, senantiasa cemas, kehilangan kepercayaan diri, putus asa, tidak menemukan arti hidup, menginginkan kesempatan masa mudanya terulang kembali, tidak mampu mengembangkan segi spiritualnya, dan merasa ”takut akan kematian”.

Berdasarkan wawancara terhadap 12 orang PNS yang sedang mengalami MPP, penyesuaian paling besar pada saat menghadapi masa pensiun adalah masalah finansial, pada saat pendapatan menurun secara drastis. Hal ini sejalan dengan pendapat Ward (Turner dan Helms, 1987) bahwa banyak orang tua menjadi ”miskin” untuk pertama kali dalam kehidupannya pada saat memasuki


(13)

4

masa pensiun. Bagi banyak orang yang pensiun, jaminan uang pensiun merupakan sumber utama pendapatan mereka untuk dapat hidup secara layak.

Saat seseorang memasuki masa pensiun, ia juga kehilangan kontak sosial dan hubungan kerja yang biasa dilakukan. Pensiunan perlu menyesuaikan pada kenyataan bahwa hubungan dengan teman-teman kelompok kerjanya sekarang telah berakhir dan ia perlu membangun hubungan persahabatan baru. Mereka yang melakukan penyesuaian dengan baik biasanya dengan cepat mengembangkan minat-minat baru.

Batas usia seseorang memasuki masa pensiun sangat bervariasi, dipengaruhi oleh peraturan yang berlaku di tempat kerja, jabatan yang dipegang atau keahlian yang dimilikinya. Menurut Peraturan Pemerintah No. 32 tahun 1979 (Nainggolan, 1986), batas usia pensiun bagi PNS yang memegang jabatan struktural adalah 56 tahun. Tapi bagi PNS yang memiliki jabatan fungsional, termasuk guru, Dokter, atau widyaiswara, masa pensiunnya adalah usia 65 tahun. Bila ditinjau dari tahap perkembangan karir menurut Super (Winkel, 1991), sebenarnya seorang PNS yang memasuki MPP pada usia 55 tahun, masih berada pada tahap pembinaan karir, dimana yang bersangkutan sedang melakukan penyesuaian dan penghayatan terhadap karir yang telah dicapai. Tetapi berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 32 tahun 1979 ditetapkan untuk pensiun pada usia 56 tahun, sehingga ia dipaksa untuk memasuki tahap kemunduran karir.

Berdasarkan uraian di atas, tampak jelas bahwa pada saat memasuki pensiun, individu dituntut mampu melakukan penyesuaian terhadap perubahan psikologis, finansial, dan sosial (Turner dan Helms, 1987). Cara seseorang


(14)

5

memandang dan menerima masa pensiun tidak saja akan berpengaruh terhadap yang akan menjalani pensiun, tetapi juga akan berpengaruh pada pola kehidupan keluarganya, yaitu hubungan dengan pasangan, anak, cucu, dan hubungan seksual dengan partnernya / pasangan hidupnya (Hurlock, 1991).

Berbagai perubahan dan penyesuaian yang khas sifatnya akan dihadapi seseorang saat memasuki masa pensiun. Keadaan ini menuntut pengertian dan perlakuan tersendiri dari orang lain maupun dirinya sendiri. Maka dari itu, perlu diberikan perhatian terhadap penduduk usia lanjut sebagai warga negara yang memiliki pengalaman luas serta kearifan dan pengetahuan yang dapat dimanfaatkan untuk pembangunan.

Walaupun seseorang telah memasuki masa pensiun diharapkan dapat tetap berperan dalam pembangunan dengan menempatkan dirinya sebagai sesepuh dan panutan, khususnya dalam pembinaan generasi muda dan pembangunan masyarakat/lingkungan. Hal ini sejalan dengan pandangan Erikson (1989), dengan mengembangkan produktivitasnya, individu saat memasuki masa pensiun akan tetap dapat membina hubungan antar pribadi dengan keluarga dan lingkungannya. Pada masa pensiun nanti, ia memiliki waktu untuk membina generasi muda dengan menurunkan pengalaman dan pengetahuannya. Oleh karena itu pemahaman secara komprehensif terhadap permasalahan pensiun merupakan hal yang esensial dalam usaha pembinaan terhadap kesiapan para calon pensiunan, khususnya yang telah memasuki masa persiapan pensiun. Memahami masa pensiun menjadi sangat penting bagi keluarga, pimpinan kantor, dan siapa saja yang merasa berkepentingan dan menaruh perhatian terhadap permasalahan


(15)

6

pensiun. Studi dan kajian mengenai masa pensiun diperlukan untuk memahami masalah pensiun secara objektif.

Selambat-lambatnya satu tahun tiga bulan sebelum mencapai batas usia pensiun, seorang PNS memasuki MPP. Pada saat ini seorang PNS diberhentikan dengan hormat karena mencapai usia pensiun dan dibebastugaskan dari jabatannya untuk paling lama satu tahun dengan tetap mendapat penghasilan secara penuh kecuali tunjangan jabatan.

MPP bertujuan agar PNS selama satu tahun dapat mempersiapkan diri untuk memasuki masa pensiun. Saat MPP seseorang diharapkan mampu mengembangkan produktivitasnya dan mengisi hidup dengan hal-hal yang bermakna, antara lain melalui pengembangan minatnya dalam mendidik anak-anak, menurunkan pengalaman dan pengetahuannya bagi keluarga dan lingkungan, serta menjadi panutan generasi muda. Selain itu, PNS yang dalam masa pensiun diharapkan dapat membuka diri terhadap lingkungan melalui keterlibatan dalam kegiatan sosial kemasyarakatan, atau mengembangkan hobi yang selama ini tidak sempat ditekuni karena tidak adanya waktu untuk kegiatan tersebut, atau lebih mengembangkan kehidupan spiritualnya.

Setiap tahunnya Pemerintah Daerah Kota Bandung mengumpulkan dana dari setiap kedinasan untuk pelaksanaan MPP bagi PNS di Kota Bandung. Pelaksanaan MPP yang selama ini berlangsung adalah 100 jam, dengan setiap pertemuannya adalah 45 menit. Waktu ini telah berkurang 20 jam dari tahun sebelumnya. Penyebabnya karena dana yang dikumpulkan dinas tidak tentu setiap tahunnya, dan selama ini semakin menurun. MPP ini dilakukan dengan metode


(16)

7

ceramah dan kunjungan ke tempat-tempat wirausaha. Materi yag diberikan adalah manajemen secara umum dan pengenalan bidang-bidang kewirausahaan, seperti bidang perikanan dan hortikultura.

Akan tetapi pada kenyataannya masih ada para PNS yang telah memasuki MPP, tidak mengajukan surat permohonan berhenti, sebaliknya mereka tetap aktif bekerja, ingin menunda masa pensiun, bahkan sampai tiba saat pensiun pun mereka tetap datang setiap hari ke kantor seperti pada saat masih aktif bekerja. Alasan yang dikemukakan ialah tidak ingin kehilangan uang tunjangan bila berhenti bekerja. Berdasarkan wawancara yang dilakukan terhadap enam orang PNS yang telah memasuki MPP, ditemukan bahwa mereka menganggap pensiun sebagai sesuatu yang tidak menyenangkan, merugikan, mengancam dan yang akan menimbulkan problem bagi dirinya baik dalam segi psikologis, finansial, maupun dalam hubungan dengan keluarga dan masyarakat. Namun enam orang lagi mengatakan bahwa masa pensiun merupakan masa yang mereka nantikan, mereka merasa sudah saatnya mereka lebih banyak bersantai dan menikmati hidup karena kondisi fisik yang sudah semakin menurun, mereka juga merasa akan memiliki waktu lebih banyak untuk mengembangkan minat yang sempat tertunda, ataupun sekadar merencanakan liburan istimewa dengan keluarga.

Berdasarkan hasil dari Focus Group Discussion (FGD) yang dilakukan pada tanggal 28 Juni 2006, diketahui bahwa ternyata MPP tidak banyak dimanfaatkan oleh para PNS. Alasan yang dikemukakan para peserta MPP adalah mereka kurang mendapat dukungan dari atasan untuk mengikuti program yang disediakan. Selain itu , tidak ada kebijakan yang jelas dari pusat mengenai waktu


(17)

8

pelaksanaan MPP, serta pemilihan topik pelatihan tidak didasarkan pada identifikasi kebutuhan pelatihan para PNS sehingga program pelatihan yang disusun tidak menarik bagi peserta. Dari FGD tersebut diperoleh usulan topik dari peserta adalah sebagai berikut; topik mengenai Wira usaha dipilih oleh sebanyak 83.3% responden, adaptasi terhadap perubahan dipilih oleh 50% responden, dan sisanya sebanyak 33% mengusulkan topik mengenai Stress Management.

Berdasarkan evaluasi terhadap modul MPP tersebut, dapat dikatakan bahwa modul MPP Pemerintah Daerah Kota Bandung masih memiliki kekurangan-kekurangan. Temuan-temuan dari FGD yang telah dilakukan sejalan dengan pendapat dari Gomez, Balkin, dan Cardy (1998); Ciriello dan Freeman (1991); serta Stones (1998), yang mengemukakan bahwa program pelatihan yang dibutuhkan oleh orang yang menghadapi pensiun mencakup Stress Management, adaptasi terhadap perubahan, serta konseling pribadi dan karir. Topik-topik ini muncul karena kebanyakan PNS yang menghadapi pensiun mengalami stress ketika menghadapi perubahan. Mereka membutuhkan cara yang dapat membantu memecahkan masalahnya, baik yang berkaitan dengan keluarga maupun masa depan karirnya. Sementara itu, Gomez, Balkin, & Cardy (1998) menambahkan bahwa berdasarkan pengalamannya, sebanyak 20% dari orang yang pensiun beralih profesi menjadi wira usahawan.

Berdasarkan pemikiran di atas, peneliti tertarik melakukan studi mengenai masa pensiun. Tetapi karena permasalahan pensiun sangat luas dan kompleks, kajian dibatasi pada aspek yang berkaitan dengan evaluasi modul yang telah ada


(18)

9

serta merancang modul baru yang lebih sesuai dengan kebutuhan dan signifikansi untuk dapat mengubah sikap terhadap masa pensiun pada PNS di Kota Bandung.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, pada penelitian ini ingin diketahui apakah modifikasi modul yang dibuat berdasarkan hasil evaluasi modul terdahulu signifikan terhadap perubahan sikap menghadapi pensiun pada pegawai Negeri Sipil di Kota Bandung?

1.3 Maksud, Tujuan dan Kegunaan Penelitan

Maksud penelitian ini adalah untuk melakukan evaluasi terhadap modul masa persiapan pensiun pada PNS di Kota Bandung dan mengajukan modul yang kiranya lebih sesuai. Sedangkan tujuan penelitian ini adalah untuk mempersiapkan suatu program treatment bagi PNS di Kota Bandung yang menghadapi pensiun.

Penelitian ini memiliki kegunaan dari segi praktis, yaitu memberikan informasi bagi para PNS yang sedang menghadapi masa pensiun sehingga dapat menjadi masukan dan membantu mereka mengatasi masalahnya serta dapat hidup mandiri. Selain itu penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai masukan bagi lingkungan keluarga, agar lebih dapat memahami dan mengetahui bentuk dukungan apa yang sebaiknya diberikan kepada orang tua yang memasuki masa pensiun. Bagi bagian kepegawaian, penelitian ini dapat dijadikan dasar pertimbangan dalam usaha pembinaan karyawan yang memasuki masa pensiun.


(19)

10

1.4 Metodologi

Penelitian ini mencoba mengevaluasi modul MPP membuat modul baru, serta melihat signifikansinya terhadap perubahan sikap menghadapi masa pensiun pada PNS di Kota Bandung. Rancangan penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:

Evaluasi Diajukan PNS yang Signifikansi Modul Modul MPP terhadap


(20)

114

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh melalui pengolahan data mengenai terhadap 16 orang PNS di Kota Bandung, dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut :

1. Modul MPP Pemerintah Daerah Kota Bandung masih memiliki kekurangan-kekurangan.

2. Sebagian besar PNS di Kota Bandung memberi penilaian yang positif bahwa dengan modifikasi modul MPP dapat memenuhi kebutuhan mereka yang akan menghadapi masa pensiun, mereka dapat mengembangkan pengertian tentang Masa Persiapan Pensiun serta mengembangkan kemampuan dasar dan mempersiapkan diri secara efektif untuk beradaptasi terhadap perubahan-perubahan (Psikologis, finansial, dan sosial) yang terjadi setelah pensiun nanti. Dengan kata lain, tampak perubahan sikap PNS yang MPP ke arah yang positif, terutama aspek kognitifnya, dalam menghadapi masa pensiun.

3. Instruktur / Fasilitator dinilai menguasai materi yang disampaikan, sistematis dalam menjelaskan, dan mampu menciptakan suasana belajar yang kondusif.


(21)

115

4. Dari segi metodologi, pelatihan ini dinilai sudah baik komposisinya antara ceramah, studi kasus, simulasi, dan tugas.

5. Seluruh responden menyatakan bahwa pelatihan ini akan bermanfaat bagi dirinya.

6. Dari segi fasilitas, sebagian besar responden menyatakan bahwa sarana dan prasarana yang disediakan pada pelaksanaan modifikasi modul sudah cukup baik.

5.2 Saran

Berdasarkan hasil dan pembahasan yang telah dikemukakan sebelumnya maka peneliti mengajukan beberapa saran, yaitu :

1. Hendaknya modul mengenai menghadapi masa persiapan pensiun pada PNS di Kota Bandung ini dilakukan secara konsisten oleh pihak Pemerintah Daerah agar menyelenggarakan pelatihan secara teratur.

2. Perlu dilakukan monitoring yang disertai kesempatan konsultasi dari pihak instansi pemerintah dan trainer secara kontinu. Tujuannya untuk melihat sejauhmana gagasan-gagasan PNS yang telah dipikirkan untuk persiapan pensiun sudah terlaksana.

3. Hasil pelatihan akan lebih optimal apabila mengikutsertakan pasangan (suami / istri). Tujuannya agar tercapainya proses penyesuian diri yang lebih baik dalam menghadapi masa pensiun dan muncul perasaan saling memahami dan saling mendukung.


(22)

116

4. Waktu pelatihan perlu ditambah, dengan diakhiri kunjungan-kunjungan ke tempat wirausaha. Kunjungan ke tempat wira usaha disesuaikan dengan minat masing-masing sehingga PNS mendapat implementasinya atau gambaran konkrit mengenai usaha yang akan dilakukan.

5. Setelah melakukan kunjungan ke tempat wira usaha yang berbeda-beda, para PNS dapat mendisukusikan apa yang mereka peroleh. Akan lebih baik bila sebelumnya diberi arahan, agar para PNS dapat mengumpulkan informasi yang penting saat melakukan kunjungan.

6. Pelatihan ini dapat diperkenalkan juga pada para PNS di Kota Bandung yang masih aktif namun sudah menjelang pensiun kira-kira 5 tahun untuk memberikan kesadaran bahwa masa pensiun itu akan tiba. Dengan demikian, PNS dapat merencanakan langkah-langkah antisipatif untuk menghadapi pensiun sejak awal.

7. Modul ini sebaiknya diujikan pada PNS di luar Kota Bandung, sehinnga lebih jelas apakah model modul seperti ini yang benar-benar dibutuhkan.

Diharapkan dengan adanya usulan-usulan di atas, modifikasi modul MPP yang disusun untuk para PNS yang dalam MPP di Kota Bandung dapat mencapai tujuan utamanya, yaitu mengubah sikap menghadapi pensiun ke arah yang positif. Saran-saran yang penulis sampaikan ini tentunya hanya berkaitan dengan Pemerintah Kota Bandung. Untuk menyusun program pelatihan di tempat lain tentunya harus dilakukan penyesuaian-penyesuaian, tergantung pada ciri khas organisasi, budaya, dan kebutuhan karyawan yang bersangkutan.


(23)

DAFTAR PUSTAKA

A.S, Munandar. (2001). Psikologi Industri dan Organisasi. Jakarta : UI.

Chaplin, J. P .(1999). Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta : PT RajaGrafindo Persada.

Craig, R. L. (1996). The ASTD Training & Development Handbook. Mc Graw Hill International Editions.

Erikson, H. E (1989). Identitas dan Siklus Hidup Manusia. (Agus Cremers SVD, Terj). Cetakan pertama. Jakarta : PT Gramedia

Fishbein, M. & Icek, Ajzen. (1975). Belief, attitude, Intention, and Behavior : An Introduction to Theory and Research. Manila : Addison – Weley Publishing Company, Inc.

Fiske, Susan T & Taylor, E. S. (1984). Social Cognition. USA : Mc Graw Hill, Inc.

Frezt, B. R., Klug, N.A., Ossana, S.M., Jones, S.M. & Merikangas, M.W. (1989). Intervention Targets for Reducing Preretirement AnxietY and Depression. Journal of Counselling Psychology 36 (3). 301-307

Greenberger, Dennis & Christine A. Padesky. Manajemen Pikiran, Metode Ampuh Menata Pikiran Untuk Mengatasi Depresi, Kemarahan, Kecemasan dan Perasaan Merusak Lainnya. (2004). Bandung: PT Mizan Pustaka. H, Nainggolan. (1986). Pembinaan Pegawai Negeri Sipil. Jakarta: PT Pertja. Hurlock, E. B. (1991). Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang

Rentang Kehidupan. (Istiwidayanti, Soedjarwo, Terj.). Cetakan Kelima. Jakarta : Penerbit Eralngga. (Buku asli diterbitkan 1980)

Hall, C. S. & Lindzey, G. (1981). Theories of Personality. Third Edition. New York : John Wiley & Sons.

Kapusdiklat BKN. (2003). Penyelesaian Penetapan Pemberhentian dan Pensiun. Jakarta : Pusat Pendidikan dan Pelatihan Pegawai Badan Kepegawaian Negara.

Kirkpatrick, D. L. (1994). Evaluating Training Program. Prentice Hall International, Inc.


(24)

Krech, D., Crutchfield, R.S. & Ballachey, E.L. (1962). Individual in Society. Tokyo : Mc. Graw Hill Book Company, Inc.

Mallinckrodt, B. & Frezt. B. R. (1988). Social Support and The Impact Of The Job Loss On Older Proffesionals. Journal of Counselling Psychology. 35 (3). 281-286.

Newstrom, J. W & Davis K. (1993). Organizational Behavior. Mc Graw Hill series in Management.

Pikunas, J. (1976). Human Development : An Emergent Science. Tokyo : Mc Graw Hill, Inc.

Posavac, Emil J. & Raymond G. Carey. (1992). Program Evaluation: Methods And Case Studies. Englewood Cliffs, New Jersey : Prentice Hall.

Santrock, John W. (2002). Life-Span Development. Dubuque, Iowa : Wm. C. Brown Publishers.

Spielberger, C.D. (1972). Current Trends in Theory and Research on Anxiety Vol.1. New York : Academic Press.

Smith E.D. (1972). Handbook of Aging. New York : Harper & Row Publisher. Tracey, W. R. (1991). The Human Resources Glossary. American Management

Association. New york - USA

Turner, J. S. & Helms D. B. (1987). Lifespan Development. Third Edition. New York : Holt, Rinehart and Winston

Vaux, A (1988). Social Support Theory, Research, and Intervention. New York : Greenwood Press, Inc.

Williams, Stephen. (1997). Managing Pressure for Peak Performance, Menjadikan Tekanan Sebagai Pemicu Kinerja Puncak, Suatu Pendekatan Positif Terhadap Stress. Jakarta: PT Gramedia Pusaka Utama

Winkel, W.S. (1991). Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan. Jakarta : PT Grasindo.


(1)

1.4 Metodologi

Penelitian ini mencoba mengevaluasi modul MPP membuat modul baru, serta melihat signifikansinya terhadap perubahan sikap menghadapi masa pensiun pada PNS di Kota Bandung. Rancangan penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:

Evaluasi Diajukan PNS yang Signifikansi Modul Modul MPP terhadap


(2)

114

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh melalui pengolahan data mengenai terhadap 16 orang PNS di Kota Bandung, dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut :

1. Modul MPP Pemerintah Daerah Kota Bandung masih memiliki kekurangan-kekurangan.

2. Sebagian besar PNS di Kota Bandung memberi penilaian yang positif bahwa dengan modifikasi modul MPP dapat memenuhi kebutuhan mereka yang akan menghadapi masa pensiun, mereka dapat mengembangkan pengertian tentang Masa Persiapan Pensiun serta mengembangkan kemampuan dasar dan mempersiapkan diri secara efektif untuk beradaptasi terhadap perubahan-perubahan (Psikologis, finansial, dan sosial) yang terjadi setelah pensiun nanti. Dengan kata lain, tampak perubahan sikap PNS yang MPP ke arah yang positif, terutama aspek kognitifnya, dalam menghadapi masa pensiun.

3. Instruktur / Fasilitator dinilai menguasai materi yang disampaikan, sistematis dalam menjelaskan, dan mampu menciptakan suasana belajar yang kondusif.


(3)

4. Dari segi metodologi, pelatihan ini dinilai sudah baik komposisinya antara ceramah, studi kasus, simulasi, dan tugas.

5. Seluruh responden menyatakan bahwa pelatihan ini akan bermanfaat bagi dirinya.

6. Dari segi fasilitas, sebagian besar responden menyatakan bahwa sarana dan prasarana yang disediakan pada pelaksanaan modifikasi modul sudah cukup baik.

5.2 Saran

Berdasarkan hasil dan pembahasan yang telah dikemukakan sebelumnya maka peneliti mengajukan beberapa saran, yaitu :

1. Hendaknya modul mengenai menghadapi masa persiapan pensiun pada PNS di Kota Bandung ini dilakukan secara konsisten oleh pihak Pemerintah Daerah agar menyelenggarakan pelatihan secara teratur.

2. Perlu dilakukan monitoring yang disertai kesempatan konsultasi dari pihak instansi pemerintah dan trainer secara kontinu. Tujuannya untuk melihat sejauhmana gagasan-gagasan PNS yang telah dipikirkan untuk persiapan pensiun sudah terlaksana.

3. Hasil pelatihan akan lebih optimal apabila mengikutsertakan pasangan (suami / istri). Tujuannya agar tercapainya proses penyesuian diri yang lebih baik dalam menghadapi masa pensiun dan muncul perasaan saling memahami dan saling mendukung.


(4)

116

4. Waktu pelatihan perlu ditambah, dengan diakhiri kunjungan-kunjungan ke tempat wirausaha. Kunjungan ke tempat wira usaha disesuaikan dengan minat masing-masing sehingga PNS mendapat implementasinya atau gambaran konkrit mengenai usaha yang akan dilakukan.

5. Setelah melakukan kunjungan ke tempat wira usaha yang berbeda-beda, para PNS dapat mendisukusikan apa yang mereka peroleh. Akan lebih baik bila sebelumnya diberi arahan, agar para PNS dapat mengumpulkan informasi yang penting saat melakukan kunjungan.

6. Pelatihan ini dapat diperkenalkan juga pada para PNS di Kota Bandung yang masih aktif namun sudah menjelang pensiun kira-kira 5 tahun untuk memberikan kesadaran bahwa masa pensiun itu akan tiba. Dengan demikian, PNS dapat merencanakan langkah-langkah antisipatif untuk menghadapi pensiun sejak awal.

7. Modul ini sebaiknya diujikan pada PNS di luar Kota Bandung, sehinnga lebih jelas apakah model modul seperti ini yang benar-benar dibutuhkan.

Diharapkan dengan adanya usulan-usulan di atas, modifikasi modul MPP yang disusun untuk para PNS yang dalam MPP di Kota Bandung dapat mencapai tujuan utamanya, yaitu mengubah sikap menghadapi pensiun ke arah yang positif. Saran-saran yang penulis sampaikan ini tentunya hanya berkaitan dengan Pemerintah Kota Bandung. Untuk menyusun program pelatihan di tempat lain tentunya harus dilakukan penyesuaian-penyesuaian, tergantung pada ciri khas organisasi, budaya, dan kebutuhan karyawan yang bersangkutan.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

A.S, Munandar. (2001). Psikologi Industri dan Organisasi. Jakarta : UI.

Chaplin, J. P .(1999). Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta : PT RajaGrafindo Persada.

Craig, R. L. (1996). The ASTD Training & Development Handbook. Mc Graw Hill International Editions.

Erikson, H. E (1989). Identitas dan Siklus Hidup Manusia. (Agus Cremers SVD, Terj). Cetakan pertama. Jakarta : PT Gramedia

Fishbein, M. & Icek, Ajzen. (1975). Belief, attitude, Intention, and Behavior : An Introduction to Theory and Research. Manila : Addison – Weley Publishing Company, Inc.

Fiske, Susan T & Taylor, E. S. (1984). Social Cognition. USA : Mc Graw Hill, Inc.

Frezt, B. R., Klug, N.A., Ossana, S.M., Jones, S.M. & Merikangas, M.W. (1989). Intervention Targets for Reducing Preretirement AnxietY and Depression. Journal of Counselling Psychology 36 (3). 301-307

Greenberger, Dennis & Christine A. Padesky. Manajemen Pikiran, Metode Ampuh Menata Pikiran Untuk Mengatasi Depresi, Kemarahan, Kecemasan dan Perasaan Merusak Lainnya. (2004). Bandung: PT Mizan Pustaka. H, Nainggolan. (1986). Pembinaan Pegawai Negeri Sipil. Jakarta: PT Pertja. Hurlock, E. B. (1991). Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang

Rentang Kehidupan. (Istiwidayanti, Soedjarwo, Terj.). Cetakan Kelima. Jakarta : Penerbit Eralngga. (Buku asli diterbitkan 1980)

Hall, C. S. & Lindzey, G. (1981). Theories of Personality. Third Edition. New York : John Wiley & Sons.

Kapusdiklat BKN. (2003). Penyelesaian Penetapan Pemberhentian dan Pensiun. Jakarta : Pusat Pendidikan dan Pelatihan Pegawai Badan Kepegawaian Negara.

Kirkpatrick, D. L. (1994). Evaluating Training Program. Prentice Hall International, Inc.


(6)

Krech, D., Crutchfield, R.S. & Ballachey, E.L. (1962). Individual in Society. Tokyo : Mc. Graw Hill Book Company, Inc.

Mallinckrodt, B. & Frezt. B. R. (1988). Social Support and The Impact Of The Job Loss On Older Proffesionals. Journal of Counselling Psychology. 35 (3). 281-286.

Newstrom, J. W & Davis K. (1993). Organizational Behavior. Mc Graw Hill series in Management.

Pikunas, J. (1976). Human Development : An Emergent Science. Tokyo : Mc Graw Hill, Inc.

Posavac, Emil J. & Raymond G. Carey. (1992). Program Evaluation: Methods And Case Studies. Englewood Cliffs, New Jersey : Prentice Hall.

Santrock, John W. (2002). Life-Span Development. Dubuque, Iowa : Wm. C. Brown Publishers.

Spielberger, C.D. (1972). Current Trends in Theory and Research on Anxiety Vol.1. New York : Academic Press.

Smith E.D. (1972). Handbook of Aging. New York : Harper & Row Publisher. Tracey, W. R. (1991). The Human Resources Glossary. American Management

Association. New york - USA

Turner, J. S. & Helms D. B. (1987). Lifespan Development. Third Edition. New York : Holt, Rinehart and Winston

Vaux, A (1988). Social Support Theory, Research, and Intervention. New York : Greenwood Press, Inc.

Williams, Stephen. (1997). Managing Pressure for Peak Performance, Menjadikan Tekanan Sebagai Pemicu Kinerja Puncak, Suatu Pendekatan Positif Terhadap Stress. Jakarta: PT Gramedia Pusaka Utama

Winkel, W.S. (1991). Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan. Jakarta : PT Grasindo.


Dokumen yang terkait

PENGARUH SIKAP MENGHADAPI PENSIUN TERHADAP PENYESUAIAN DIRI MENJELANG MASA PENSIUN

6 44 143

PERENCANAAN DAN PERSIAPAN MENGHADAPI MASA PENSIUN

0 5 15

HUBUNGAN ANTARA BERPIKIR POSITIF DENGAN KECEMASAN MENGHADAPI MASA PENSIUN PADA PEGAWAI NEGERI SIPIL HUBUNGAN ANTARA BERPIKIR POSITIF DENGAN KECEMASAN MENGHADAPI MASA PENSIUN PADA PEGAWAI NEGERI SIPIL PEMERINTAH KABUPATEN GROBOGAN.

0 0 16

PENGELOLAAN PELATIHAN KEWIRAUSAHAAN SEBAGAI SISTEM PEMBELAJARAN DALAM PERSIAPAN MASA PENSIUN.

3 14 40

MODEL PELATIHAN KEWIRAUSAHAAN MASA PERSIAPAN PENSIUN : Studi Deskriptif pada Model Pelatihan Kewirausahaan Masa Persiapan Pensiun PT. Pupuk Kaltim oleh Muvi Consulting di Bandung.

0 1 52

Suatu Evaluasi Modul dan Signifikansi Modifikasi Modul Pelatihan Masa Persiapan Pensiun (MPP) terhadap Perubahan Sikap Menghadapi Masa Pensiun pada Pegawai Negeri Sipil Golongan Empat di Pemerintah Daerah Kota Bandung.

0 0 18

Makna kerja pada Pegawai Negeri Sipil yang menjelang pensiun dan tidak memanfaatkan program MPP (Masa Persiapan Pensiun).

0 20 288

Makna kerja pada Pegawai Negeri Sipil yang menjelang pensiun dan tidak memanfaatkan program MPP (Masa Persiapan Pensiun)

4 20 286

PENGARUH SIKAP MENGHADAPI PENSIUN TERHADAP PENYESUAIAN DIRI MENJELANG MASA PENSIUN (Penelitian Pada Pegawai Negeri Sipil Yang Memiliki Jabatan Eselon IV-II di Kabupaten Tegal Tahun 2006).

0 0 2

PERENCANAAN DAN PERSIAPAN MENGHADAPI MASA PENSIUN Siti Nurina Hakim Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta ABSTRACT - PERENCANAAN DAN PERSIAPAN MENGHADAPI MASA PENSIUN

0 0 15