MODEL PELATIHAN KEWIRAUSAHAAN MASA PERSIAPAN PENSIUN : Studi Deskriptif pada Model Pelatihan Kewirausahaan Masa Persiapan Pensiun PT. Pupuk Kaltim oleh Muvi Consulting di Bandung.

(1)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Proses kehidupan manusia dimulai dari usia anak menuju usia remaja, dewasa dan menuju usia lanjut, sebuah perjalanan hidup yang memang tidak bisa ditawar-tawar lagi. Pada periode usia produktif akan dikeluarkan segala kemampuan dan potensi dirinya. Mereka akan bekerja memaksimalkan tenaganya supaya mampu memberikan hasil untuk kehidupan keluarganya. Setelah lama bekerja di sebuah perusahaan atau mungkin mereka menjadi seorang wirausaha sekalipun, mereka tetap akan bertemu dengan masa pensiun yaitu sebuah keadaan yang memaksanya untuk berhenti bekerja, karena umur yang sudah lanjut usia, pensiun akan menjadi sebuah permasalahan tersendiri bagi mereka yang tidak mempersiapkan dirinya untuk pensiun atau tidak memiliki bekal untuk memasuki masa pensiun.

Perusahaan di satu sisi ingin memberikan keleluasaan untuk kepada karyawanya untuk istirahat menikmati hidup pada hari tuanya, di sisi lain sebenarnya karyawan sebagai pekerja di perusahaan juga sudah lama bekerja mengabdi kepada perusahaan dan memang sebenarnya mereka pun ingin menikmati hari tuanya. Namun, tidak sedikit yang tidak bisa menikmati masa pensiunya karena masih banyak keperluan yang harus dipenuhi sedangkan mereka tidak punya penghasilan tetap lagi, kalau pegawai negri sipil (PNS) masih dapat uang pensiunan tapi bagaimana dengan pekerja yang tidak dapat uang pensiunan, kebutuhan masih banyak sedangkan mereka tidak punya lagi


(2)

2

penghasilan tetap, ditambah lagi dengan tenaga sudah berkurang dan kesehatan sudah mulai terganggu.

Pensiun merupakan masa transisi, seseorang yang memasuki tahap pensiun sedang melangkah dari satu tahap perkembangan dewasa menengah ke tahap perkembangan dewasa akhir/lanjut usia. Kondisi perpindahan tahap perkembangan ini mengarah kepada transisi peran dimana seseorang yang memiliki identitas sebagai pekerja akan berubah menjadi pensiunan atau tidak bekerja lagi. Transisi ini dapat mengakibatkan krisis dimana terdapat proses merelakan semua yang diperoleh dari peran sebelumnya yang sangat penting artinya bagi kesejahteraan. Individu yang pensiun tersebut perlu untuk melakukan penyesuaian diri terhadap terjadinya transisi tersebut.(Ebersole & Hess, 1990 dalam Sulistyorini, 2000).

Penyesuaian diri menurut Schneider (1999), merupakan kemampuan untuk mengatasi tekanan kebutuhan, frustasi dan kemampuan untuk mengembangkan mekanisme psikologis yang tepat (Partosuwido, 1993). Hambatan dalam penyesuaian diri dapat dilihat dari tanda-tanda kecemasan tinggi, rasa rendah diri, depresi, ketergantungan pada orang lain dan tanda-tanda psikosomatis (Kristiyanti dkk, 2001). Seseorang dapat menyesuaikan diri dengan datangnya pensiun dengan beberapa cara. Salah satunya adalah dengan mengembangkan pola-pola perilaku tertentu yang sesuai dengan keinginan individu itu sendiri. Hornstein & Wapner (1985), dalam Hoyer, 1999) mengembangkan empat pola penyesuaian diri yang cenderung dijalani yaitu: transition to old age, dimana individu menganggap pensiun sebagai saat santai dan akhir dari beban kerja yang penuh tekanan, new beginning,dimana individu memandang pensiun sebagai kesempatan untuk mengembangkan kegiatan-kegiatan yang terpendam dan


(3)

merasa kembali bervitalitas dan bersemangat. Pola ketiga adalah continuation, dimana pensiun tidak membawa dampak personal bagi individu karena hanya merupakan pengurangan intensitas dan pola kerja. Pola penyesuaian yang terakhir adalah imposed disruption dimana pensiun dipandang sebagai hal yang negatif karena hilangnya identitas diri yang berharga sehingga individu merasa frustrasi dan kehilangan.

Proses belajar manusia berlangsung hingga akhir hayat (long life education) dalam belajar tidak ada kata berhenti, namun ada korelasi negatif antara perubahan usia dengan kemampuan belajar orang dewasa. Artinya, setiap individu orang lanjut usia , makin bertambah usianya, akan semakin sukar baginya belajar (karena semua aspek kemampuan fisiknya semakin menurun), misalnya daya ingat, kekuatan fisik, kemampuan menalar, kemampuan berkonsentrasi, dan lain-lain. Semuanya memperlihatkan penurunannya sesuai pertambahan usianya pula. Menurut Lunandi (1987), kemajuan pesat dan perkembangan berarti tidak diperoleh dengan menantikan pengalaman melintasi hidup saja. Kemajuan yang seimbang dengan perkembangan zaman harus dicari melalui pendidikan sehingga proses belajar dan pembelajaran orang lanjut usia memiliki karakteristik yang berbeda, dimana semua unsur pembelajaranya harus benar-benar diadaptasikan dengan emosional dan strukutur kemampuan fisiknya supaya memiliki manfaat yang baik untuk mereka.

Sebenarnya tidak semua orang pensiun setelah mereka pensiun ingin langsung berwirausaha, ada juga yang setelah pensiun ingin istirahat dan meningkmati hari tuanya dengan melakukan pendekatan secara spiritual kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, namun kenyataanya sifat manusia menurut Jhon Gray (2000) yang serba kekurangan dan selalu membutuhkan penghargaan pengkauan orang lain, hidup tanpa kegiatan seolah-olah


(4)

4

kosong dan merasa tidak berguna, namun disaat mau belajar kondisi fisik mereka sudah mulai menurun dan juga saat yang sama orang yang memasuki masa pensiun sedang berada pada posisi secara kejiwaan masuk pada post power syndrome, Sehinga dibutuhkan sebuah pendekatan pembelajaran yang harus memperhatikan usia dan kebutuhan peserta didik.

Masa pensiun memiliki karakteristik tersendiri baik dari cara belajar dan juga cara mereka mengisi hidup dan menikmati kehidupanya, berwirausaha mungkin menjadi salah satu pilihan yang terbaik bagi mereka, tidak untuk berlebihan ternyata Colonel Sanders founder dari KFC restoran cepat saji yang sekarang outletnya hampir berada diseluruh dunia ternyata ia memulai usahanya di umur ia yang sudah pensiun saat itu umunya 60 tahun dan bisa sukses, dari fakta ini menunjukan bahwa pensiun bukan akhir segalanya tatapi bisa jadi awal yang tepat untuk berwirausaha.

Fokus penelitian ini mengkaji permasalahan mengenai Model Pelatihan Kewirauahaan Masa Persiapan Pensiun, pesertanya adalah karyawan yang akan menjelang pensiun dari perusahaan PT. Pupuk Kaltim. PT. Pupuk Kaltim merupakan perusahaan BUMN yang bergerak dalam penyedia pupuk nasional memiliki komitmen yang baik terhadap karyawanya sehingga ia membuat sebuah program kewirausahaan masa persiapan pensiun bekerja sama dengan PT. Mulia Visitama Indonesia sebagai konsultan dan pelaksana kegiatan pelatihan.

Muvi Consulting yang telah berpengalaman memberikan pelatihan di berbagai perusahaan nasional, ia memiliki model pelatihan kewirausahaan yang aplikatif karena selain memiliki desain pelatihan yang unik dimana peserta pelatihan selain diberikan


(5)

treatment mengenai spiritual, emosional, kesehatan dan juga usaha yang tepat untuk orang-orang yang sudah pensiun.

Proses penyelenggaran pelatihan harus mencakup pengalaman belajar, aktivitas terencana dan desain sebagai jawaban atas kebutuhan-kebutuhan yang berhasil di identifikasikan secara ideal, pelatihan juga harus di desain untuk mewujudkan tujuan-tujuan orang-orang maupun perorangan. Model pelatihan mencakup asesmen kebutuhan pelatihan, perencanaan pelatihan, pelaksanaan pelatihan dan evaluasi pelatihan. hal ini dilakukan agar pelatihan dapat terencana dengan baik dan mampu memberikan manfaat yang optimal.

Pendekatan pembelajaran untuk pensiun yang berhaluan pada pendekatan pembelajaran andargogi yang bersifat partisipatif harus memiliki model supaya mudah dipahami dan memudahkan dalam proses penyelenggaraanya. Knowles (Marzuki 1992:63) memberikan pengertian mengenai learning design model adalah suatu proses perencanaan, suatu proses berupa arus kejadian (kegiatan) untuk mencapai tujuan tertentu, secara runtut yang diarahkan oleh skema konseptual, seperti langkah suatu pelaksanaan, penampilan suatu peran, fungsi dari unit organisasi, dan lain-lain”. Beberapa riset menunjukan bahwa pelatihan yang efektif secara signifikan berpengaruh terhadap peningkatan proses kerja yang luar bisa pesatnya. Studi yang dialakuan Tall dan Hall (Amalia 2003:3), menghasilkan bahwa “ dengan berbagai macam faktor seperti teknik pelatihan yang benar, persiapan dan perencanaan yang matang, serta komitmen terhadap esensi pelatihan, hasil pelatihan akan sangat memuaskan”.

Pelatihan bukanlah sekedar sebuah kegiatan biasa yang hanya asal terselenggara, tetapi ia harus benar-benar memiliki nilai manfaat dan mudah untuk di aplikasikan,


(6)

6

Muvi Consulting merupakan lembaga professional yang memiliki komitmen hal itu ia buktikan dengan pembelajaran pelatihan yang unik dan dengan sistem penyelenggaraan pelatihan yang professional.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas serta hasil pengamatan sementara pada studi di lapangan khusunya observasi langsung pada pelatihan kewirausahaan masa persiapan pensiun PT. Pupuk Kaltim, yang diselenggarakan oleh Muvi Consulting di Bandung, peneliti mengidentifikasi permasalahan dan beberapa hal yang nampak terjadi dalam proses pelatihan di lembaga tersebut, seperti yang di uraikan dibawah ini sebagai berikut :

1. Penyelenggaraan pelatihan dilaksanakan 7 hari dengan efektif 5 hari 4 malam, apa yang bisa dilakukan selama 5 untuk mengubah paradigma pemikiran, dan memberikan keterampilan wirausaha, padahal peserta adalah sudah bertahun-tahun terbiasa dengan hidup sebagai pekerja yang setiap bulan mendapat gajian dan berada dalam kondisi aman (comport zone) sangat berbeda dengan mereka yang hidupnya sebagai wirausahawan.

2. Proses pembelajaran pelatihan pensiunan tentunya berbeda dengan proses pembelajaran orang dewas biasa, mesikpun peserta termasuk warga belajar orang dewasa, namun dari segi usia mereka menjelang usia lanjut, peserta juga berada dalam keadaan emosional yang tidak seperti biasanya atau biasa disebut post power syndrom sehingga model pembelajaranya, memerlukan pendekatan tersendiri, harus


(7)

benar-benar dapat mengelola emosi mereka. Mampu memberikan treatmen psikologis yang tepat supaya proses belajarnya bisa lebih baik lagi. Permasalahan lainya yang ada pada usia pensiun adalah penurunan-penurunan fisik seperti penglihatan menurun, pendengaran menurun, dan staminanya juga menurun, sehingga proses pembelajaranya pun harus memperhatikan kondisi fisik dan kesehatan peserta. 3. Apa yang bisa didapatkan dalam pelatihan yang relatif singkat apakah ada perubahan

terhadap keterampilan berwirausaha, semangat untuk memulai bisnis, sedangkan alokasi waktu pembelajaran yang disediakan relatif singkat.

4. Proses pelatihan tentunya yang sangat mendasar adalah bagaimana setiap peserta memiliki kesiapan mental dan siap secara ikhlas memasuki episode pensiun. proses pendekatan pembelajaran tentunya memerlukan seni tersendiri supaya ada perubahan dari yang tadinya tidak siap, menjadi lebih siap untuk memasuki kehidupan pensiun dengan tetap produktif.

Masalah penelitian perlu serlaras dengan dasar pemikiran, dan untuk memenuhi hal itu, maka peneliti merumuskan permasalahan yang akan dijadikan fokus penelitian yaitu sebagai berikut :

“Bagaimana Model Pelatihan Kewirausahaan Dalam Menghadapi Persiapan Pensiun PT. Pupuk Kaltim yang Diselenggarakan oleh Muvi Consulting di Bandung ?”

1. Pembatasan masalah

Berdasarkan identifikasi masalah dan dari perumusan masalah maka pembatasan permasalahan penelitiannya adalah sebagai berikut :


(8)

8

1. Model dan proses penyelenggaraan pelatihan kewirausahaan masa persiapan pensiun meliputi perencanaan, pelaksanaan, evaluasi pada pelatihan masa persiapan pensiun.

2. Pembelajaran dalam pelatihan masa persiapan pensiun PT. Pupuk Kaltim yang diselenggarakan oleh Muvi Consuting, meliputi konsep, kurikulum dan metode pembelajaran dan proses pembelajaran.

3. Hasil pembelajaran pada perubahan pengetahuan, sikap dan keterampilan peserta pelatihan

4. Kesiapan peserta untuk menjalani pensiun

2. Pertanyaan penelitian

Berdasarkan pembatasan dan perumusan masalah diatas, maka peneliti mengajukan pertanyaan – pertanyaan penelitian sebagai berikut :

1. Bagaimana model dan proses penyelenggaraan pelatihan kewirausahaan

masa persiapan pensiun PT. Pupuk Kaltim yang diselenggarakan oleh Muvi Consulting

2. Bagaimana proses pembelajaran pelatihan kewirausahaan masa persiapan pensiun PT. Pupuk Kaltim yang diselengarakan oleh Muvi Consulting.

3. Bagaimana hasil pembelajaran pada perubahan pengetahuan, sikap dan keterampilan peserta pelatihan kewirausahaan masa persiapan pensiun PT. Pupuk Kaltim.

4. Bagaimana kesiapan peserta pelatihan kewirausahaan masa persiapan pensiun PT. Pupuk Kaltim untuk menjalani pensiun.


(9)

Supaya adanya penafsiran yang sama, dan agar tidak terjadi perbedaan penafsiran, maka berikut ini dijelaskan beberapa istilah yang digunakan.

1. Model dapat diartikan sebagai “ suatu pola atau aturan tentang sesuatu yang akan

dihasilkan. Pengertian kedua adalah suatu contoh sebagai tiruan daripada aslinya. Pengertian kegita, adalah seperangkat faktor atau variable yang saling berhubungan satu sama lain merupakan unsur yang menggambarkan suatu kesamaan sistem “ (Saleh Marzuki, 1992:63).

2. Penyelenggaraan pelatihan adalah proses tahapan-tahapan kegiatan pelatihan

secara komperhensip dalam dalam mencapai output pelatihan dan pengertian pelatihan itu sendiri, adalah suatu upaya yang terencana dan sistematis yang dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan atau sikap individu melalui pengalaman belajar dan ditunjukan untuk mencapai kinerja yang efektif (Greg Keasley ). Pelatihan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pelatihan kewirausahaan masa persiapan pensiun PT. Pupuk Kaltim yang diselenggarakan oleh Muvi Consluting.

3. Pembelajaran

Pembelajaran adalah suatu sistem yang bertujuan untuk membantu proses belajar siswa, yang berisi serangkaian peristiwa yang dirancang, disusun sedemikian rupa untuk mempengaruhi dan mendukung terjadinya proses belajar siswa yang bersifat internal. Gagne dan Briggs (1979:3).


(10)

10

Hasil pembelajaran merupakan potret atau gambaran dari sebuah output kegiatan pelatihan yang menunjukan sebuah perubahan pada pengetahuan peserta, sikap dan keterampilan peserta, yang dengan melihat perbedaan pada awal pelatihan dan setalah selesai pelatihan

5. Pensiun

Pensiun adalah masa akhir dalam bekerja, dalam karyawa PNS usia 60 dan pensiun perusahaan biasanya usia 55 tahun, batasan usia biasanya tergantung dari perusahaan itu sendiri. Schwartz (dalam Hurlock, 1980) berpendapat bahwa pensiun merupakan akhir pola hidup atau masa transisi ke pola hidup yang baru. Pensiun selalu menyangkut perubahan peran, perubahan keinginan, nilai, dan perubahan secara keseluruhan terhadap pola hidup setiap individu

.

Jadi kesiapan merupakan

kesadaraan secara mental untuk menerima proses episode pensiunan dalam hidupnya dengan kematangan jiwa, kesiapan secara spiritual dan persiapan kemandirian usaha. Sehingga mampu menjadi pensiun menjadi episode kehidupan yang tetap produktif.

D. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran mengenai Model Pelatihan

Kewiruasahaan Masa Persiapan pensiun PT. Pupuk Kaltim

2. Tujuan khusus

1. Untuk mendapatkan data mengenai proses penyelenggaraan Model Pelatihan Kewirausahaan Masa Persiapan Pensiun.


(11)

3. Untuk mengetahui hasil pembelajaran pada perubahan pengetahuan, sikap dan keterampilan peserta pelatihan masa persiapan pensiun.

4. Untuk mengetahui gambaran kesiapan peserta menjelang pensiun.

E. Manfaat Penelitian

1. Manfaat teoritis

Manfaat dari penelitian ini mudah-mudah mampu memperluas dan memperdalam jangkauan pengembangan ilmu tentang pembelajaran pelatihan masa pesiapan pensiun, sehingga mampu memberikan manfaat bagi ilmu pengetahuan dan memberikan inspirasi bagi peneliti selanjutnya.

2. Mafaat praktis

a. Memberikan bahan kajian pelatihan untuk pensiun dan usia lanjut.

b. Sebagai bahan alterntive model pelatihan kewirusahaan masa persiapan pensiun. c. Sebagai bahan masukan untuk pengembangan model pembelajaran bagi pensiun.

F. Metode Penelitian

1. Pendekatan dan metode penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah deskriftif analitis dengan pendekatan kualitatif, pendekatan penelitian ini digunakan adalah untuk memperoleh gambaran realistik dan menyeluruh mengenai pembelajaran pelatihan kewirausahaan Masa Persiapan Pensiun PT. Pupuk Kaltim oleh Muvi Consulting.


(12)

12 2. Teknik pengumpulan data

Alat pengumpul data adalah peneliti sendiri, dan dilengkapi dengan instrument pembantu atau teknik yang dipergunakan untuk menyaring data dipergunakan wawancara mendalam, observasi dan studi dokumentasi dengan melakukan terjun kelapangan. Cara yang dilakukan untuk memperoleh data berdasarkan pada penjelasan dari setiap instrument pembantu.

Akurasi penulisan diperoleh dengan pengumpulan data dan dianalisis dan selanjutnya dintrepretasikan dengan teknik deskriptif analitis untuk menjadi sebuah penelitian yang menyeluruh dan sempurna.

3. Subjek penelitian

Lexi Moleong (1989:165) mengemukakan bahwa “ pada penelitian kualitatif tidak ada sampel acak tetapi sampel yang bertujuan (purposive sampling) selain itu Nasution (1996:32) menegaskan bahwa “ dalam penelitian naturalistik yang dijadikan sampel hanyalah sumber yang dapat memberikan informasi. Sampel dapat berupa, peristiwa, manusia, situasi yang diobservasi. Sampel juga berupa responden yang dapat di wawancarai, sampel yang dipilih secara purposive berkaitan dengan tujuan tertentu “. Subjek penelitian ditentukan berdasarkan purposive sampling (sampel bertujuan) yaitu disesuaikan dengan tujuan penelitian dengan teknik yang mengkhususkan pada permasalahan yang terjadi pada suatu lokasi tertentu dan pada kondisi tertentu.

Subjek penelitian pertama 5 peserta mewikili, 1 level pimpinan, 1 level staff, 3 staff biasa. Kedua 5 panitia penyelenggaraa pelatihan kewirausahaan masa persiapan


(13)

pensiun meliputi 1 Orang Direktur Utama, 1 Orang manajer operasional, 3 orang penyelenggara lapangan dan 3 narasumber (trainer).

4. Prosedur pengumpulan data

Sumber data yang diperoleh dalam rancangan penelitian adalah sumber data primer, yaitu diperoleh langsung dari sumber data yang dijadikan responden penelitan. Angket diberikan secara lansung kepada responden dan diberi tenggang waktu untuk mengisinya. Jenis angket yang digunakan adalah angket tertutup, responden diberi sejumlah pertanyaan dengan diberi gambaran hal-hal yang ingin diungkap dari semua varibel yang sertai alternatif jawaban pilihan. Responden cukup memberikan tanda silang(x) dengan apa yang diketahui dan dirasakan sesuai dengan pilihan pertanyaan yang disediakan.

Selain itu juga menggunakan pendekatan observasi dan wawancara dengan pelaksana dan juga peserta, juga studi dokumentasi pelatihan baik secara lansung hadir pada pelatihan juga malakukan studi pada dokumentasi video dan juga pelaporan kegiatan langsung pada penyelenggara.

5. Pengolahan dan teknik analisis data

Pengolahan dan analisis data terdiri dari beberapa tahap baik menggunakan hasil uji kuisioner juga menggunakan pendekatan observasi lapangan dan juga wawancara


(14)

14

langsung pada penyelenggara dan peserta. Selain itu juga menggunakan angket pada peserta pasca pelatihan untuk menganalisis pasca kegiatan.

G. Kerangka Pemikiran

Beberapa premis yang melandasi penelitian ini adalah :

1. Pembelajaran dalam pelatihan memerlukan suatu kajian khusus yang diarahkan pada pencapaian keberhasilan performa, sehingga dapat memenuhi kriteria standar dalam penyelenggaraannya.

2. Perencanaan kegiatan pelatihan kewirausahaan masa persiapan pensiun, pihak penyelengaara perlu melakukan asesmen kebutuhan sehingga perekrutan peserta pelatihan dapat benar-benar sesuai dengan tujuan pelatihan yang telah diprogramkan. 3. Penyusunan program, kurikulum, proses pelaksanaan pelatihan, evaluasi merupakan faktor-faktor yang turut menentukan terhadap outcomes daripada suatu kegiatan pelatihan. Serta pemantauan terhadap keluaran dari kegiatan pelatihan tersebut akan menjadi umpan balik pada lembaga untuk suatu perencanaan dan penentuan kebijakan lembaga.

4. Penyelenggara perlu memperhatikan proses perencanaan pelatihan, pelaksanaan dan evaluasi hasil pelatihan sehingga kegiatan pelatihan yang dilaksanakan oleh Muvi Consulting benar-benar sesuai dengan kebutuhan pelatihannya.

Paradigma ini dibuat untuk memberikan gambaran ruang lingkup dari penelitian ini. Paradigma penelitian ini mengambil model komponen-komponen penelitian seperti yang dikemukakan oleh D.Sudjana, (2001:34), yang dipergunakan sebagai alat untuk


(15)

melakukan pemilahan dan analisis komponen pendidikan pada proses pelatihan kewirausahaan masa persiapan pensiun di Muvi Consulting.

Gambar 1.1. Paradigma penelitian

H. Sistematika Penulisan

Umpan balik

Input Proses Output Outcome

Peserta pelatihan MPP. PT. Pupuk kaltim yang diselenggarakan oleh Muvi Consulting

Pembelajaran psikologi pensiun k kesehatan Pembelajaran spiritual Memiliki kesiapan mental untuk pensiun Tetap produktif setelah pensiun Memiliki keterampilan berwirausaha Input lain Pembelajaran kewirausahaan pensiun Evaluasi Pelatihan


(16)

16

Pembahasan dan penyusunan penulisan tesis ini peneliti membuat rencana penelitian untuk membagi pokok-pokok pembahasan yang terdiri dari :

BAB I berisi : Pendahuluan yaitu meliputi latar balakang, identifikasi masalah dan rumusan masalah, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, anggapan dasar, penjelasan istilah, metode penelitian,dan teknik pengumpulan data, populasi dan sampel, serta sistematika penulisan.

BAB II berisi : Landasan teoritis yaitu konsep yang berhubungan dengan judul dan permasalahan penelitian .

BAB III berisi : Metode Penelitian yaitu: membahas mengenai metode dan teknik pengumpulan data, populasi dan sampel penelitian, penyusunan instrument penelitian, prosedur pengumpulan data serta prosedur pengolahan data.

BAB IV berisi : Pengolahan dan hasil penelitian berisi tentang kondisi objektif daerah penelitian , gambaran umum responden, penyajian hasil pengolahan data, dan hasil analisa penafsiran serta pembahasan hasil penelitian.

BAB V berisi : dalam bab ini berisikan beberapa kesimpulan dan saran-saran atau rekomendasi sehubungan dengan permasalahan penelitian.


(17)

(18)

71

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Pendekatan dan Metode Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana proses pembelajaran dalam pelatihan kewirausahaan masa persiapan pesiun PT. Pupuk Kaltim oleh Muvi consulting Bandung, tentunya mempermudah dalam mencapai tujuan penelitian, peneliti melakukan serangkaian kegiatan observasi lapangan serta pelaksanaan wawancara. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode studi kasus, disebut dengan pendekatan kualitatif, karena dalam penelitian ini data yang dikumpulkan adalah deskripsi berupa kata-kata tertulis dari responden dan pelaku responden (objek) yang diamati.

Pendekatan kualitatif dipandang tepat dalam penelitan ini. Penggunaan pendekatan kualitatif ini diharapkan dapat menghasilkan suatu gambaran utuh mengenai permasalahan yang sedang diteliti. Adapun alasan lain pengguanaan metode ini adalah : 1) peneliti mampu mengumpulkan data atau informasi mengenai keadaan sekarang dan informasi di lakukan subjek peneltian; 2) dapat mempelajari subjek penelitian secara mendalam dapat informasi secara menyeluruh dan lengkap dari masing-masing subjek penelitian; 3) penelitian dapat menelusuri tentang pembelajaran dalam pelatihan kewirausahaan masa persiapan pensiun, (4) penelitian juga mendapatkan gambaran mengenai penyelenggaraan pelatihan kewirausahaan masa persiapan pensiun, hasil


(19)

pembelajaran pada perubahan pengetahuan, sikap dan keterampilan, bagaimana kesiapan peserta pelatihan untuk menjalani pensiun.

Studi kasus ini merupakan penelitian yang mendalam mengenai unit kehidupan social tertentu seperti individu, kelompok, keluarga, lembaga atau masyarakat. Alasan menggunakan studi kasus dalam penelitan ini karena ingin meneliti secara mendalam dan utuh dari individu – individu atau lembaga yang menyelenggarakan pengelolaan pelatihan di Muvi Consulting, yaitu para peserta diklat, fasilitator, dan penyelenggara diklat.

B. Tahapan Penelitian

Penelitian ini dilakukan dalam beberapa tahap seperti yang dikemukakan oleh Nasution (2003:33), yaitu: (1) Tahap orientasi; (2) Tahap eksplorasi; dan (3) Tahap member chek

a. Tahap Orientasi

Tahap ini merupakan studi pendahuluan dengan tujuan memperoleh informasi yang seluas-luasnya mengenai hal-hal yang bersifat umum yang berkenaan dengan masalah penelitian. Pada tahap ini, penulis menciptakan hubungan yang harmonis dengan responden penelitian. Kegiatan ini bertujuan untuk menemukan permasalahan, baik melihat langsung ke lapangan, berdiskusi dengan pihak-pihak yang terkait, maupun melalui studi kepustakaan. Selanjutnya, penulis menetapkan subjek penelitian, mencari dan menetapkan instrumen penelitian, serta menetapkan metode analisis data.


(20)

73

b. Tahap Eksplorasi

Tahap eksplorasi merupakan tahap mengumpulkan data. Kegiatan yang dilakukan sudah mengarah kepada hal-hal yang dianggap mempunyai hubungan dengan fokus masalah. Informasi yang dikumpulkan tidak lagi bersifat umum, tetapi sudah lebih mengarah dan terstruktur serta masih terbuka. Pengumpulan data dilakukan berdasarkan prinsip penelitian kualitatif, yaitu berusaha memahami makna dari peristiwa manusia dalam situasi tertentu. Dengan demikian penekananya terletak pada pemahaman yang timbul dari tafsiran terhadap interaksi, perilaku, dan peristiwa.

Dalam rangkaian ini, wawancara dengan responden dan observasi dilakukan secara terarah/terfokus, spesifik, dan intensif. Dengan kata lain pertanyaan-pertanyaan yang diajukan kepada responden diarahkan pada fokus penelitian, yang diharapkan memberi jawaban secara spesifik, luas dan komprehensif (mendalam). Di samping melakukan pengamatan terhadap perilaku lingkungan responden, penulis membuat catatan lapangan hasil wawancara serta observasi yang diupayakan secara teliti, rinci, selektif, dan sistematis.

Kegiatan eksplorasi dilakukan untuk menggambarkan dan menspesifikasikan data yang diperoleh pada tahap orientasi agar dalam tahap selanjutnya lebih terinci dan terarah pada hal-hal yang diperlukan dalam rangka menganalisis masalah penelitian.


(21)

c. Tahap Member Check

Member check dilakukan untuk mengecek kebenaran data yang diberikan, sehingga data yang diperoleh dapat dipercaya kebenarannya. Menurut Nasution (2003:112) data itu harus diakui dan diterima kebenarannya oleh sumber informasi, dan selanjutnya data tersebut juga harus dibenarkan oleh sumber data atau informan lain.

Pengecekan data ini dilakukan dengan cara tiga cara berikut ini ;

1. Mengkonfirmasikan kembali hasil (data) kepada semua sumber data. Data-data yang telah di dapatkan dianalisa terlebih dahulu untuk mendapakan keterangan yang jelas dan faktual, semua data yang dikumpulkan di konfirmasi terlebih dahulu kepada pihak yang memberikan informasi

2. Meminta hasil koreksi yang telah dicatat dari observasi kepada sumber data. Data-data yang telah di konfimasi selanjutya adalah dikoreksi, dan semua hasil koreksi di pilah sesuai dengan data yang diperlukan dalam penulisan.

3. Melakukan triangulasi dengan pihak-pihak yang relevan. Pada tahap ini, data yang terkumpul dirangkum dan didiskusikan lagi dengan sumber-sumber data yang relevan untuk mengecek kebenarannya.

Tahapan-tahapan penelitian di atas membentuk sebuah alur penelitian. Alur penelitian tersebut dibuat sebagai panduan awal penelitian dan akan berkembang sesuai dengan kondisi yang ditemui di lapangan, untuk memudahkan dalam menjelaskan rangkaian kegiatan penelitian ini, penulis membuat alur gambaran penelitan yang dapat dilihat pada gambar 3.1 berikut ini:


(22)

Gambar 3. 1 Alur Penelitian


(23)

C. Sumber Data

Menurut Suharsimi Arikunto (1987:211) bahwa subjek penelitan adalah : dapat berupa manusaia atau apa saja yang menajadi urusan manusia sebjek penelitian ini dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu sumber informasi dan informan, sumber informai adalah orang yang media kasus atau yang menceritakan tentang keadaan dirinya sendiri atau yang memberikan data utama tentang dirinya sendiri, sednagnkan informan adalah orang yang memberikan infomasi (data) tetang sumber informasi, atau dapat juga dikatakan bhawa informan adalah subjek yang memberian data pelengkap tentang sumber informasi yang menyangkut dengan data penelitian, yang menjadi sumber penelitian disini adalah :

a. Pihak penyelenggara pelatihan

Penulis langsung melakukan observasi dan mewawancari orang – orang yang sangat berkompeten untuk dimintai keterangan dan data mengenai penyelenggaraan pelatihan termasuk sistem dan proses pelatihan, dan juga mengenai organisasi Muvi Consulting itu sendiri, yang menjadi objek penelitian langsung diataranya adalah Direktur utama Muvi Consulting 1 orang , Asmen operasional pelatihan 1 orang , Program officer (penanggungjawab pelaksanaan peltaihan) 1 orang , Trainer (pengajar) / pelatihan sebanyak 2 orang


(24)

77

Dan dari pihak peserta penulis melakukan observasi dan wawancara langung dengan peserta pelatihan 5 orang, diambil lima peserta ini karena mereka dapat menjadi bagian reprensentatif dari peserta yang lain dimana kelima peserta itu adalah 1 orang menjabat level pimpinan, 1 orang menjabat level midle manager, dan 3 orang adalah staff biasa, dan dari 3 orang ini juga diantaranya 1 orang belum punya usaha sebelumnya, dan 2 orang sudah punya usaha, dari komponen subek penelitian ini diharapkan peneliti bisa melihat dari berbagai sisi latar belakang peserta.

D. Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data

Pendekatan penelitian ini adalah kulitataif sehingga yang menjadi instrument utamanya adalah peneliti sendiri. Artinya, peneliti berperan sebagai instrument penelitian yang dapat menentukan kelancaran, keberhasilan, hambatan atau kegagalan dalam upaya pengumpulan data. Sejalan dengan pendapat Meleong, Lexy J. (1993:102) yang mengemukakan bahwa peneliti sebagai instrument harus berupaya penerapkan rambu-rambu, yaitu peneliti harus memahami latar belakang penelitian, mempersiapkan diri, meyakini hubungan di lapangan dan melibatkan diri sambil mengumpulkan data.

Peneliti berupaya semaksimal mungkin memahami, mendalami dan menerapkan rambu-rambu yag telah dikemukakan tersebut agar tujuan penelitian dapat dicapai secara maksimal. Proses pengumpulan datanya mengutamakan persfektif emic, artinya me-mentingkan pandangan subjek penelitian, yaitu bagaimana mereka memandang dan menafsirkan kehidupan pendirianya.


(25)

Upaya mengungkap karakteristik penelitian melalui pendekatan kualitatif, maka tehnik pengumpulan data yang gunakan adalah observasi, wawancara dan studi dokumentasi.

a. Tehnik wawancara

Teknik wawancara digunakan dengan mengajukan serangkaian pertanyaan secara lisan atau Tanya jawab kepada responden untuk memperolah informasi/data yang dijadikan data utama dari lapangan. Peneliti mengadakan wawancara lansung dengan responden tentang pembelajaran dalam pelatihan kewirausahaan masa persiapan pensiun yang meliputi : sistem penyelenggaraan pelatihan kewirausahaan masa persiapan pensiun, hasil pembelajaran pada perubahan pengetahuan, sikap dan keterampilan, bagaimana kesiapan peserta pelatihan untuk menjalani pensiun. Adapun yang di wawancara adalah Direktur Utama Muvi Consulting, Asmen operasional, program officer, 2 orang trainer dan 5 peserta pelatihan. Adapun materi wawancara adalah tentang sistem penyelenggaran pelatihan, sistem pembelajaran dalam pelatihan, hasil pembelajaran pada perubahan pengetahuan, sikap dan keterampilan, dan bagaimana kesiapan peserta pelatihan untuk menjalani pensiun. (materi wawancara terlampir).

b. Teknik Observasi

Observasi adalah pengamatan dan pencatatan dengan sitematik fenomena-fenomena yang diteliti. Observasi menjadi penelitian ilmiah apabila: 1) mengacu kepada tujuan dan sasaran penelitian yang akan dirumuskan; 2) direncanakan secara sitematik; 3) dicatat dan dihubungkan secara sitematik dengan proposisi-proposisi lebih umum dan; 4) dapat dicek dan dikontrol ketelitiannya (Mantra, 2004: 82).


(26)

79

Dalam melakukan observasi, seorang peneliti yang menggunakan pendekatan kualitatif perlu melibatkan diri dalam kehidupan subyek. Keterlibatan ini sedikit banyak disebabkan oleh hubunganya dengan subyek itu. Peneliti berusaha menangkap proses interpretatif dengan tetap menjaga jarak seperti yang dilakukan oleh apa yang disebut pengamat “obyektif” serta menolak untuk berperan sebagai unit yang berfungsi (acting unit) (Furchan, 1992: 26-27).

Observasi merupakan tehnik bagaimana mengumpulkan data penelitian dengan melakukan pengamatan lansung pada objek yang diteliti dengan tujuan untuk mengetahui sistem penyelenggaraan pelatihan. Selain itu juga sistem pembelajaran dalam pelatihan meliputi proses pembelajaran, hasil pembelajaran pelatihan pada perubahan pengetahuan sikap dan keterampilan, dan kesiapan peserta pelatihan menjelang pensiun. Observasi ini dilakukan dengan observasi partispatif, dimana peneliti mengikuti proses pelatihan kewirausahaan masa persiapan pensiun PT. Pupuk Kaltim dari mulai awal kegiatan hingga sampai akhir kegiatan.

c. Studi Dokumentasi

Studi dokumentasi ini dilakukan untuk melengkapi data/infromasi yang diperoleh dari wancara dan observasi, studi dokumentasi ini khusus ditujukan untuk memperoleh data dari penyelengaraan tentang arsip penyelenggaraan, serta dokumen hasil perencanaan yang telah dilaksanakan kemudian dokumentasi pembelajaran yang dibuat oleh trainer selain itu dokumen yang digunakan adalah pedoman diklat, materi diklat, hasil evaluasi pelatian dan data lain yang bisa mendukung pada penelitian.


(27)

E. Pengelolaan dan Analisis Data

Pada dasarnya kegiatan pengelolaan dan analisis data dalam penelitan kualitatif dimulai sejak pengumpulan data dilakukan, namun analisis tersebut masih brsifat parsial, sedangkan analisis yang diharpakan adalah analisis yang brsifat konteksual. Untk memperoleh anlisis yang bersifat kontekstual, maka langkah-langkah analisis data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Mengumpulkan catatan-catatan lapangan yang berasala dari hasil wawancara, observasi dan studi dokumentasi, serta triangulasi.

b. Mengelompokan data yang sejenis

c. Menyusun data sesuai dengan permasalahan dan tujuan penelitian d. Mengalisisi hubungan data yang satu dengan yang lain

e. Memberikan komentar berupa tanggapan, dan tafsiran terhadap data secara konteksual.

f. Mendeskripsikan dalam bentuk pernyataan-pernyataan umum, sekaligus meyusun temuan-temuan penelitan, baik yang berhubungan dengan persmaslahan penelitian mapun tidak.

g. Menyusun temuan yang berupa gagasan yang bersifat inovasi h. Menyimpulkan laporan penelitian secara umum.

Perlu dikumukakan, bahwa hasil peneltian yang telah diolah dan dianalisis tersebut harus memiliki keabsahan yang tinggi, untuk menentukan keabsahan tersebut, harus memenuhi kriteria sebagai berikut :


(28)

81

a. Kredibilitas

Kredibilitas adalah ukuran kebenaran dalam penelitian kualitatif kredibilitas ini disebut juga degan validitas internal. Kredibilitas dalam suatu penelitian adalah keadaan diamana terjadi kecocokan antara konsep peneliti dengan konsep yang terdapat dalam responden. Peneliti dalam memenuhi kriteria krdibilitas dilakukan dengan cara mengadakan beberapa tahapan penelitian supaya hasil penelitian memiliki keabsahan yang akurat diantaranya adalah :

1. Mengadakan triangulasi yaitu mencocokan kebenaran data dengan cara

membandingkan hasil temuan antara satu teknik pengumpulan data dengan teknik lainnya.

2. Melakukan member check di mana setelah mengadakan observasi dan

wawancara dilakukan penelitian kembali, kesesuaian dan kebenaran data yang diberikan informan atau meminta penjelasan dan informan baru.

3. Debriefing, yaitu dengan mengekspos hasil sementara atau hasil akhir yang

diperoleh dalam bentuk diskusi analitik dengan rekan-rekan sejawat (debriefer). Melalui diskusi ini banyak diterima saran-saran dan masukan-masukan untuk perbaikan hasil penelitian berkenaan dengan data yang diperoleh. Diskusi ini peneliti lakukan dengan beberapa orang guru yang sudah mengetahui dan memahami latar dan konteks objek penelitian.

4. Quasi–statistics, laporan kualitatif memerlukan dukungan kuantitatif, yaitu

melaporkan alasan pemakaian data-data kuantitatif untuk menarik sejumlah kesimpulan. Namun, pemakaian angka-angka ini bukan hanya mengetes atau


(29)

mendukung klaim keterlibatan statistik, tetapi juga membantu menghitung bukti-bukti dari lapangan yang mungkin berpotensi sebagai data atau temuan yang mengancam kredibilitas penelitian.

b. Depentabilitas

Depentabilitas adalah nilai konsistensi dari hasil penelitian, bahwa apakah hasil penelitian tersebut bila dilakukan lagi apakah hasilnya tetap sama, jadi depentabilitas adalah merupakan tingkat konsistensi dari fenomena atau permasalahan yang ditelaah. Pada dasarnya bahwa fenomena atau kenyataan social bersifat unik dan tidak stabil sehingga sangat sulit utuk direkonstruksi kembali seperti semula. Namun untuk mengantisipasi hal tersebut, serta untuk meyakinkan keabsahan hasil penelitian, maka peneliti melakukan pemerikasaan untuk meyakinkan bahwa apa yang dianalisis dan dilaporkan dalam laporan peneltian ini memang demikian adanya, untuk mempertahankan kebenaran dan objektifitas hasil penelitian, maka pengolahan dilakukan dengan delapan langkah diatas.

c. Transferbilitas

Transferbilias adalah tingkat keterpakaian hail peneltian oleh orang atu pihak lain yang ingin mengembangan kegiatan yang sejenis atau juga popular digunakan dalam penelitian kuantitatif dengan istilah valitidias

1. Mengingat luas dan kompleksnya permasalahan yang berkaitan dengan pengelolaan pelatihan maka bagi peneliti lain disarankan untuk mengadakan penelitian yang berfokus pada salah satu fungsi-fungsi manajemen pelatihan, yakni perencanaan


(30)

83

pelatihan, hal ini mengingat bagian yang paling menentukan antara dan sebagai penentu arah dalam manajemen adalah perencanaan

2. Mengingat penelitan ini hanya pada upaya untuk menggambarkan dan mengkaji tentang pengelolaan pelatihan, disarankan untuk mendapatkan penelitian tentang sejauh mana pengelolaan pelatihan dilakukan dapat meningkatkan efektivitas pembelajaran dalam pelatihan. Transferbiltias ini sangat bergantung pada pemakai (user ) dalam han menyangkut dan kondisi tertentu.

d. Konfirmabilitas

Konfirmabilitas adalah berkaitan dengan tingkat objektifitas hasil penelitian yang dilakukan.mengingat penelitian adalah istrumen utama dalam pengumpulan data maka tingkat objektivitasnya sangat bergantung pada sikap objektif peneliti itu sendiri, dalam penelitian ini peneltiti selalu menjungjung tinggi sikap objektivitas semaksimal mungkin, melalui penggunaan metode dan teknik pengumpulan data yang tepat dan sesuai dengan objek kajian serta pendekatan dalam penelitian.

F. Tahap Pelaporan

Laporan penelitian disusun setelah selesai pengolahan dan analisis data diakukan, karena pada dasarnya penyusunan laporan hasil penelitian yang dimaksud disini adalah menyangkut tentang penulisan tesis sebagai karya ilmiah, dalam mengalisis data untuk disajikan dalam laporan hasil penelitian , ditempuh langkah-langkah sebagai berikut:


(31)

a. Reduksi Data

Langkah awal dalam menganalisis data adalah melakukan reduksi data, hal ini diakukan untuk mempermudah bagi peneliti memahami dan menelaah data yang telah dikumpulkan, yaitu dilakukan dengan cara mencakup aspek-aspek dan permasalahan yang diteliti, sehingga mempermudah untuk menganalisis, dalam hal ini menganalisis pembelajaran dalam pelatihan kewirausahaan masa persiapan pensiun PT. Pupuk Kaltim oleh Muvi Consulting. Dalam mereduksikan data tersebut peneliti menyusun dan merangkum secara sistematis persalah pokok yang berkaitan dengan focus peneltiain sehingga akan jelas polanya, untuk itu dalam penyajian data hasil penlitian menyajkan berdsarakan aspek-aspek yang akan ditelaah, setelah itu peneliti akan dapat kesimpulan sehingga data yang terkumpul memiliki makna teksutal dan kontekstual.

b. Penyajian Data

Untuk memudahkan pemahaman terhadap aspek-aspek yang telah direduksi, maka aspek-aspek tersebut dijasajikan secara singkat dan jelas, baik bagian demi bagian maupun keseluruhanya, penyajian ini akan dijadikan sebagai dasar untuk menafsirkan dan mengambil kesimpulan hasil penelitian.

c. Verifikasi dan pengambilan keputusan

Verifikasi adalah kegiatan mempelajari data yang telah direduksi dan disajikan pada langkah sebelumnya, dan dengan pertimbangan yang terus menerus sesuai dengan perkembangan data dan fenomena yang ada di lapangan, yang pada ahirnya menghasilkan kesimpulan untuk mengambil suatu kesimpulan.


(32)

(33)

BAB V

KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

Pada bab terdahulu telah di deskripsikan dan di analisa data-data mengenai pelaksanaan model pelatihan kewirausahaan masa persiapan pensiun bagi karyawan PT. Pupuk Kaltim yang diselenggarakan oleh Muvi Consulting. Maka pada bab ini peneliti membuat kesimpulan, implikasi, rekomendasi dan keterbatasan penelitian.

A. Kesimpulan

Hasil analisis kualitatif penelitian ini menunjukan bahwa model pelatihan masa persiapan pensiun PT. Pupuk Kaltim yang telah dilaksanakan oleh Muvi Consulting telah mendekati kebenaran teori, karena telah melalui tahapan-tahapan yang sistematis berdasarkan kebutuhan sistem pelatihan tersebut.

1. Model Pelatihan Kewirausahaan Pensiun.

Model Kewirausahaan masa persiapan pensiun PT. Pupuk Kaltim yang diselenggarakan oleh Muvi Consulting, menggunakan model 3 langkah, yaitu tahap perencanaan, tahap pelaksanaan dan tahap evaluasi. Pada tahap perencanaan tahapan yang dilakukan adalah (1) identifikasi kebutuhan pelatihan, (2) penentuan tujuan program, (3) penentuan kurikulum, (4) penentuan materi dan silabus materi, (5) penentuan metode pelatihan, (6) penentuan media pembelajaran, (7) recruitment peserta, (8) penentuan pemateri. Pada tahap pelaksanaan pelatihan yang dilakukan adalah . (1)


(34)

153

penentuan tempat dan waktu pelatihan, (2) penentuan fasilitas pelatihan, (3) penyampaian materi, (4) pengendalian pelatihan. Pada tahap evaluasi, meliputi (1) evaluasi pelaksanaan, (2) evaluasi pemateri, (3) evaluasi peserta.

Model pelatihan ini sejalan dengan pendapat Simamora (2001:296) membagi model pelatihan kedalam tiga tahapan: yaitu tahap perencanaan, tahap pelaksanaan dan tahap evaluasi. Model ini juga sejalan dengan pendapat William B.Werther dan Keith Davis (Zawawi 2000 : 24) beliau mengemukakan bahwa langkah-langkah pelatihan terdiri dari : pertama, menilai kebutuhan pelatihan, kedua, menentukan tujuan pelatihan, ketiga menentukan isi program dan prinsip-prinsip belajar, Keempat, melaksanakan program pelatihan dan kelima, evaluasi.

2. Proses Penyelenggaraan Pelatihan Kewirausahaan Masa Persiapan Pensiun

Inti dari kegiatan sebuah pelatihan adalah proses penyelenggaranya, karena meskipun desain pelatihanya bagus, tetapi jika proses penyelenggaraanya tidak baik maka bisa membuat pelatihan tidak menghasilkan output dan outcome yang diharapkan.

Proses penyelenggaraan pelatihan kewirausahaan masa persiapan pensiun PT. Pupuk Kaltim ini berjalan dengan baik sesuai sekenario pelatihan yang telah disiapkan, ini ditandai dengan berberapa testimoni dari peserta pelatihan yang menganggap pelatihan ini sangat bermafaat bagi mereka. Proses penyelengaraan pelatihan ini tentunya sangatlah rinci proses-prosesnya namun tetap bisa digambarkan dalam kesimpulan sebagai berikuti:


(35)

a. Perencanaan pelatihan

Proses perencanaan pelatihan khususnya mengenai identifikasi masalah, yang dilakukan oleh Muvi Consulting adalah dengan cara menduga kebutuhan-kebutuhan dari peserta pelatihan, dan ditambah dengan wawancara bagian marketing dengan klien atau perusahaan yang akan mengirimkan peserta pelatihan dari sinilah didapatkan permintaan-permintaan atau kebutuhan perusahaan terhadap program yang akan dijalankan.

Perencanaan pelatihan pensiun yang diselenggarakan oleh Muvi Consulting selalu berlandaskan pada hasil analisis identifikasi kebutuhan peserta pelatihan yang akan mendekati masa pensiun. Rancangan program pelatihan kewirausahaan masa persiapan pensiun menggunakan langkah-langkah perencanaaan melalui tiga tahapan, yaitu tahap pertama persiapan menyusun program pelatihan meliputi identifkasi pengkajian kebutuhan pelatihan, perumusan tujuan pelatihan, dan rekruitment peserta pelatihan. Tahap kedua adalah menentukan tujuan pelatihan, metode, materi pelatihan dan media pembelajaran, tahap ketiga menentukan jadwal kegiatan, fasilitas pelatihan serta sumber dana yang digunakan untuk membiayai seluruh proses kegiatan pelatihan ini.

Perencanaan pada penyelenggaraan program pelatihan kewirausahan masa persiapan pensiun dilakukan dengan maksud untuk memperoleh suatu kejelasan tentang gambaran pelaksanaan pogram pelatihan secara keseluruhan. Perencanaan akan mengarahkan strategi pelaksanaan kepada tujuan pelatihan, output dan outcome pelatihan.


(36)

155

b. Penyelenggaraan pelatihan

Tujuan utama pelaksanaan pelatihan adalah untuk meningkatkan pengetahuan, pelaksanaan pelatihan kewiruasahaan masa persiapan pensiun ini menggunakan sebuah pendekatan pelatihan yang mengkolaborasikan suasana pelatihan dengan kehidupan sehari-hari yaitu sebuah proses pembelajaran yang berasal dari pengalaman atau belajar sambil bekerja yang biasa disebut learning by doing. Pendekatan terapi juga diberikan supaya peserta dapat merasakan langsung manfaat dari pelatihan, khususnya materi-materi yang bersifat psikologis. Materi kewirausahaan peserta diberikan contoh-contoh yang usaha yang mudah untuk dijalankan dan pandu oleh pemateri dari kalangan pengusaha bukan dari pekerja, sehingga materi yang disampaikan bersifat praktis dan mudah diaplikasikan.

Hasil observasi yang peneliti lakukkan dapat dikemukakan bahwa pelaksanaan pelatihan kewirausahaan MPP ini telah dilaksanakan sesuai ketetapan yang dirumuskan sebelumnya dalam perencanaan pelatihan. Keadaan ini dapat dilihat dari kelancaran pada penyelenggaraan program pelatihan dan testimoni dari peserta pelatihan yang menyatakan bahwa pelatihan ini sangat baik dan bermanfaaat bagi mereka.

c. Evaluasi pelatihan

Berkenaan dengan evaluasi pelatihan aspek yang dievaluasi pelatihan ini adalah mengenai evaluasi program kegiatan, tempat, fasilitas, fasilitor, materi dan pemateri, sedangkan evaluasi yang dilakukan terhadap peserta tidak dilakukan dengan khusus Muvi Consulting hanya mengandalkan dari kesan pesan peserta terhadap pelatihan, itupun disatukan dengan evaluasi instruktur.


(37)

Program pelatihan kewirauahaan masa persiapan pensiun secara keseluruhan telah dilaksanakan dengan benar sesuai prosedur pelatihan meskipun ada kekurangan dalam proses evaluasi pelatihanya.

3. Proses Pembelajaran Pelatihan Kewirausahaan Masa persiapan pensiun

Proses pembelajaran pelatihan dalam pelatihan ini mengunakan pendekatan pembelajaran orang dewasa dengan pendekatan pada pembelajaran kontekstual dan pembelajaran partisipatif.

Pola pembelajaran yang dilakukan dalam pelatihan ini, tidak hanya memperhatikan dari segi motodologinya. Mereka juga sangat memperhatikan suasana kelas, penataan kelas, aspek visual dan media pembelajaran. Penyelenggara sangat memahami akan konsep pembelajaran yang bisa diterima oleh otak yaitu visual, kinestik dan audiotory. Proses pembelajaran ini kombinasikan dengan metode pembelajaran partisipatif dimana peserta aktif terlibat dalam setiap aktivitas, sedangkan materi-materi pelajaran di sampaikan dengan gaya pembelajaran kontekstual, sehingga proses ini sangat membatu peserta untuk memahami pelajaran dengan lebih cepat.

Strategi pembelajaran yang dilakukan adalah, customer fokus yaitu penyelenggara sangat memperhatikan kepuasan pelangganya, kedua grab your audience yaitu pelatihan ini dirancang sedemikian rupa sehingga peserta langsung larut dalam materi pelatihan. Pembelajaran dilengkapi dengan suara-suara musik pengiring materi pelatihan.


(38)

157

Strategi berikutnya adalah transplantation learning konsep pembelajaran ini dipakai intuk mensiasati waktu pembelajaran yang pendek tetapi mereka harus bisa usaha yaitu dengan model kemitraan dan pematerinya juga adalah harus pengusaha bukan pekerja. Strategi pembelajaran lainya adalah learning therapeutic, dimana peserta diberikan terapi-terapi langsung tidak hanya teori mengenai pengendalian emosi tapi langsung diterapi dengan pendekatan hypnotherapy dan Emotional Freedom Technic.

4. Hasil pembelajaran pada perubahan pengetahuan, sikap dan keterampilan.

Tujuan utama pelatihan adalah melakukan sebuah perubahan pengetahuan, sikap dan ketermpilan, dari tadinya tidak tahu menjadi tahu, dari tadinya tidak mampu menjadi mampu. Peserta pelatihan diberikan berbagai materi dan juga pencerahan mengenai kewirausahaan, di dalam proses pembelajarannya dilengkapi dengan pendekatan koseling satu persatu peserta melakukan konseling bisnisnya, ini dilakukan untuk memberikan pengetahuan baru dan pemantapan dalam wirausaha.

Hasil observasi dan wawancara dengan peserta pelatihan di dapatkan bahwa mereka sangat antusias mengikuti semua materi yang disampaikan, dan merekapun mendaptakan pencerahan yang positif. Hasil wawancara dapat diungkap bahwa mereka ada yang baru kali ini belajar tentang wirausaha, karena sebelumnya mereka hanya mendapatkan seminar atau pelatihan yang hanya berhubungan dengan pekerjaanya saja. Peserta ini merasa mendapatkan pembelajaran yang berharga untuk persiapan pensiunya demikian apa yang disampaikan oleh Bapak AH (peserta pelatihan).


(39)

Perubahan sikap peserta setelah mendapatkan pembelajaran adalah sangat positif dimana peserta dalam belajar ini diberikan paradigma-paradigma mengenai hakikat kehidupan, hakikat rizki dan juga hakikat pensiun, sehingga secara kontekstual mereka lebih bisa menyadari akan pensiunnya. Materi motivasi-motivasi wirausaha juga diberikan dengan sangat lugas dan praktis, sehingga peserta mendapatkan pencerahan dengan lengkap lagi mengenai wirausaha dan secara mental mereka mendapatkan motivasogram pelatihan yang singkat tapi bisa menunjukan mereka pada jalan bisnis yang benar seuai dengan minat dan bakatanya. Program ini disebut assemement talent mapping (penelusuran minta dan bakat usaha) program ini sangat membantu peserta pelatihan untuk menemukan jalan yang tepat kalau suatu saat akan memulai usaha, dan menemukan usaha mana yang tepat sesuai dengan potensi dirinya.

5. Kesiapan peserta pelatihan untuk menjalani pensiun

Tujuan inti dari pelatihan ini adalah untuk memberikan pembekalan sebelum memasuki masa pensiun, sehingga di dalam model pelatihan ini. Penyelenggara memberikan materi-materi pelatihan yang bersifat membantu peserta untuk mendapatkan pembekalan-pembekalan secara psikologis, mental dan juga spiritual. Hasil wawancara dengan peserta pelatihan didapatkan berbagai macam kesan, mengenai pelatihan ini, secara umum mereka berpendapat dengan pelatihan ini jauh lebih siap lagi untuk pensiun, dibandingkan sebelum mereka mengikuti pelatihan.

Secara spiritual juga mereka lebih siap lagi karena mendapatkan pencerahan mengenai hakikat rizki dan juga pembiasaan-pembiasaan ibadah yang di pandu oleh pelaksana pelatihan. Respon peserta terhadap pelatihan ini mereka menyampaikan


(40)

159

bahwa mereka jau lebih siap dan ikhlas lagi, ada yang menyampaikan siap tidak siap tetap saja pensiun akan terjadi, ikhlas tidak ikhlas tetap saja pensiun pasti terjadi, jadi peserta memilih untuk lebih ikhlas lagi menjalani pensiun ini.

Data mengenai kewirausahaan dapat di ungkapkan bahwa mereka merasa mendapatkan pencerahan mengenai tahapan-tahapan memulai bisnis. Peserta pelatihan mendapatkan panduan bagaimana memilih usaha dengan tepat sesuai dengan karakter, atau bakatnya. Program ini sangat membantu peserta pelatihan untuk menemukan bisnis yang sesuai dengan hobi dan bakatnya. Mereka jauh lebih siap lagi untuk pensiun dan usaha selepas pensiun, apabila dibandingkan dengan sebelum mengikuti pelatihan ini.

B. Implikasi penelitian 1. Implikasi teoritis

Temuan peneliti terhadap model pelatihan kewirausahaan masa persiapan pensiun PT. Pupuk Kaltim yang diselenggarakan oleh Muvi Consulting dapat memberikan mafaat bagi peneliti lain yang ingin melakukan penelitian sejenis seperti misalnya dampak pelatihan terhadap kesiapan untuk pensiun atau juga yang ingin meneliti lebih jauh bagaimana pengaruh pelatihan terhadap parktek wirausaha pasca pelatihan.

2. Implikasi praktis

Muvi Consulting telah berhasil menyelenggarakan pelatihan kewirausahaan masa persiapan pensiun, hal ini dapat di lihat dari bervariasinya materi-materi yang disampaikan yang telah dicantumkan dalam pelatihan., dengan disesuaikan pada kebutuhan peserta pelatihan. Begitu pula dengan pelatihan-pelatihan lainya yang telah


(41)

beberapa kali diselenggarakan oleh Muvi Consulting dengan peserta pelatihan yang berbeda.

Penyususnan program pelatihan kewirausahaan masa persiapan pensiun telah dilaksanakan dengan prinsip-prinsip pelatihan yang efektif dan professional dimulai dari perencanaan. SDM penyelenggara pelatihan yang terlibat langsung pada pelatihan tersebut adalah individu yang memang memiliki kompetensi dibidangnya.

Berdasarkan uraian diatas maka temuan penelitan ini diharapkan memberikan implikasi terhadap kepentingan praktis, yaitu dijadikan pendoman bagi pelatihan yang ingin mencoba menyelenggarakan model pelatihan sejenis.

C. Rekomendasi

Kesimpulan dan implikasi hasil penelitian ini menjadi dasar untuk hadirnya beberapa rekomendasi yang penulis tujukan kepada pihak-pihak terkait rekomendasi ditujukan kepada:

1. Penyelengara pelatihan.

Proses pelatihan hendaknya memperhatikan langkah-langkah pembelajaran, ada delapan langkah yang harus diperhatikan dalam pembelajaran khususnya dalam pelatihan, (1) identifikasi kebutuhan pembelajaran, (2) tujuan pembelajaran (3) kurikulum pembelajaran, (4) materi pembelajaran, (5) metode pembelajaran, (6) media pembelajaran, (7) sarana dan prasarana, (8) evaluasi pembelajaran. Berikut ini adalah beberapa catatan yang menjadi rekomendasi penulis untuk penyelenggara pelatihan.


(42)

161

Pembagian waktu yang ada hendaknya penyelenggara membuat jadwal dan sekenario pelatihan yang bisa dipahami oleh semua pihak, dan didalam skenario pelatihan apabila ada perubahan-perubahan tidak merusak acara secara keseluruhan. Porsi kegiatan dalam pelatihan ini sarat akan materi sehingga waktu untuk praktek sangat kurang, pada saat kunjungan usaha dan praktek lebih terkesan rekreasi asal memenuhi target, sehingga penulis merekomendasikan untuk pengaturan materi dan praktek lebih seimbang lagi.

Konten pelatihan akan lebih baik jika materi difokuskan pada satu bidang khusus misalnya, pelatihan kewirausahaan warung, pelatihan budaya ikan, atau peternakan sapi, karena pelatihan dengan waktu yang 5 hari harus memasukan berbagai macam materi meliputi aspek psikologi, bisnis, keuangan, kesehatan dan lain-lain. Pihak penyelenggara bisa membagi dengan dua waktu misalkan tahap basic pelatihan kewirausahaan dalam tahap motivasi dan mental kesiapan untuk pensiun. Pada tahap dua diberikan pelatihan khusus bidang usaha yang akan di lakukan peserta pelatiha. Tahap ketiga adalah dilakukan coaching atau pendampingan usaha, sehingga peserta pelatihan akan terbimbing dengan baik dari awal sampai mereka mandiri dan berkembang.

Evaluasi pelatihan Muvi Consulting telah melakukan evaluasinya dengan cara membaca dari kesan dan pesan dari pelatihan, dan yang di evaluasi lebih lengkap lagi adalah evalusi untuk pemateri dan instruktur, selain itu juga evaluasi yang lengkap dilakukan untuk mengevaluasi pelaksanaan.

Komponen pelatihan terdiri penyelenggara, pemateri dan peserta pelatihan, semua itu adalah merupakan bagian dari komponen proses pelatihan, sehingga semua


(43)

komponen itu harus dievaluasi, guna melihat sejauh mana efisiensi waktu dan efektifitas pelatihan terhadap perubahan perilaku positif yang sesuai dengan tujuan pelatihan.

Evaluasi pelatihan kewirausahaan jauh baik baik lagi, apabila selain mengevaluasi dari perubahan sikap dan perilaku, juga mengevaluasi sejauh mana peserta memiliki kemampuan dalam memulai usaha dan mengembangkan usahanya, apabila dalam pelatihan kewirausahaan itu mereka membuat produk, maka produk yang dihasilkan seharusnya dievaluasi juga, apakah punya nilai jual atau tidak, apakah produk yang dihasilkan oleh peserta pelatihan laku di pasaran atau tidak.

Evaluasi seperti ini dapat memberikan masukan kepada Muvi Consulting sebagai penyelenggara untuk melakukan evaluasi menyeluruh dengan baik, dari data evaluasi ini juga bisa dipakai untuk mengambil keputusan perbaikan penyelenggaran pelatihan berikutnya.

2. Pelatih (pemateri

Kepada pelatih hendaknya materi yang disampaikan adalah disertai contoh-contoh yang konkrit atau dalam kehdiupan sehari-hari, untuk simulasi-simulasi pelatihan hendaknya benar-benar disesuaikan dengan tujuan pelatihan dan selalu memperhatikan waktu. Supaya porsi waktu inti materi yang disampaikan tidak terlalu banyak diambil oleh simulasi-simulasi pelatihan. Pembelajaran kepada orang dewasa sangat ditentukan oleh suasana keakraban pelatih dengan peserta, sehingga jauh sebelum memberikan materi hendaknya pelatih membangun keakraban terlebih dahulu dengan peserta pelatihan


(44)

163

Pembelajaran dengan iringi musik di dalam materi pelatihan sangat baik untuk memberikan suasana yang nyaman. Musik mampu memberikan warna pelatihan jadi lebih menarik, namun hendaknya pemateri perlu memperhatikan peserta yang tidak suka dengan suara musik, apalagi jika musik yang dijadikan pengiring pada materi pelatihan tidak sesuai dengan materi, musik ini bisa mengganggu konsentrasi belajar peserta pelatihan.

3. Peserta pelatihan.

Pelatihan kewirausahaan ini hanya dilakukan dalam waktu efektif 5 hari, dari jumlah waktu yang dipakai untuk memberikan sebuah pembelajaran kewirausahaan dari sisi waktu sangat terbatas. Pergunakan waktu dengan sebaik-baiknya, sebainya peserta memilih untuk konsetrasi belajara, untuk itu pekerjaan-pekerjaan yang kantor yang di delegasikan dulu kepada staff-nya, atau berikan kepada pimpinannya agar mereka diberikan penggati yang akan mengerkajakan aktivitas kantornya.

Metode pelatihan yang di selenggarakan sangat baik yaitu dengan membuat kemitraan dengan para pengusaha jadi apabila ingin melajutkan pembelajaran yang lebih rinci dan lebih teknis lagi jauh lebih baik jika warga belajar mengikuti program lanjutan yang di selenggarakan oleh Muvi Consulting.

Program lanjutan sangat penting karena di materi-materi yang disiapkan merupakan materi yang tepat untuk para pengusaha pemula. Program ini selenggaran untuk melengkapi pelatihan sebelumnya, dan berfungsi untuk membimbing bagaimana tahapan-tahapan memulai usaha.


(45)

4. Peneliti selajutnya

Penelitian ini diperoleh berdasarkan pendekatan kualitatif dengan metode studi kasus yang menekankan pada model pelatihan kewirausahaan masa persiapan pensiun, khususnya pada proses penyelenggaraan pelatihan, peneliti menyadari bahwa penelitian ini memiliki keterbatasan antara lain subjek penelitian terbatas pada model dan proses penyelenggaraan pelatihan. Penelitian terbatas pada kasus di satu lembaga pelatihan. Lokasi penelitian hanya pada satu lembaga pelatihan. Sasaran penelitian hanya pada satu angkatan pelatihan dan peserta pelatihan dalam satu anggkatan ini sangat beragam ada staff ada juga level pimpinanya.

Peneliti selanjutnya seyogyanya melakukan penelitian secara lebih luas baik dari pengembangan pendekatan penelitian, maupun dari kajian yang lebih mendalam terhadap fokus permasalahan penelitian yang sama, terutama dalam pengembangan model pelatihan kewirausahan yang betul-betul bisa di jalankan oleh peserta setelah selesai pelatihan, oleh karena itu kepada peneliti selanjutnya disaranakan menggunakan subjek dan wilayah penelitian yang lebih luas.

Peneliti selanjutnya diharapakan dapat mengembangkan penelitian tentang dampak program pelatihan kewirausahaan masa pensiun terhadap keberhasilan peserta pelaihan dalam memulai usaha, mengembangkan usaha dan keberlangsungan usahanya.


(46)

(47)

vii

DAFTAR ISI

ABSTRAK ……….………i

KATA PENGANTAR ……….……….…ii

UCAPAN TERIMAKASIH ………iii

DAFTAR ISI ………..………vii

DAFTAR TABEL ……….………viii

DAFTAR GAMBAR ………..……….ix

DAFTAR LAMPIRAN ………..……….……..x

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ………1

B. Perumusan Masalah……….6

C. Definisi Operasional………9

D. Tujuan Penelitian ……….……….10

E. Manfaat Penelitian ……….……….…..11

F. Metode Penelitian ……….………11

G. Kerangka Pemikiran ………..………14

H. Sistematika penulisan ………16

BAB II LANDASAN TEORITIS PENSIUN SEBAGAI FENOMENA SOSIAL DAN PELATIHAN KEWIRAUSAHAAN MASA PERSIAPAN PENSIUN A. Pensiun Sebagai fenomena Sosial……… 17

B. Kewirausahaan Untuk Masa Pensiun ………....27

C. Pembelajaran dalam Pelatihan Kewirausahaan Pensiun ……….……..…32

D. Pelatihan Sebagai salah satu Model Pembelajaran PLS………52


(48)

vii

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Pendekatan dan Metode Penelitian….……… 71

B. Tahapan Penelitan ………..…72

C. Sumber Data ………76

D. Instrument dan Teknik Pengumpulan Data ……….77

E. Tahap Pelaporan ……….83

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Muvi Consulting ……….…85

B. Deskripsi Data Penelitian ……….…93

C. Pembahasan dan Temuan Hasil Penelitian ……….………111

BAB IV KESIMPULAN A. Kesimpulan………..152

B. Implikasi Penelitian ………159

C. Rekomendasi ………...………160

DAFTAR PUSTAKA………...166

LAMPIRAN-LAMPIRAN………..169


(49)

165

DAFTAR PUSTAKA

Sudjana, D (2001) Metode & Teknik Pembelajaran Partisipatif .Bandung: Falah Production.

--- (2007) Manajemen dan Sistem Pelatihan .Bandung: Falah Production. --- (2004) Pendidikan Nonformal. Bandung: Falah Production.

--- (2006) Evaluasi Program Pendidikan Luar Sekolah .Bandung: PT.Rosda Abdulhak, I. (1995). Metodologi Pembelajaran dalam Pendidikan Orang Dewasa. Bandung: Cipta Intelektual.

--- (1996). Strategi Menbangun Motivasi Dalam Pembelajaran Orang Dewasa. Bandung: Percetakan AGTA Manunggal Utama.

Arif, Z (1990). Andragogi.Bandung. Angkasa.

---, dkk. (1981). Suatu Petunjuk Untuk Pelatih dalam Pendekatan Andragogi:Konsep, Pengalaman, dan Aplikasinya. BPKB Jayagiri.

Arikunto, S. (2002). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.

Departemen Pendidikan Nasional. (2007). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah Laporan Buku, Makalah, Skripsi, Tesis dan Disertasi. Bandung : Universitas Pendidikan Indonesia.

Gaffar, M. Fakry. (1993). Manajemen Pelatihan. Diklat Jurusan Administrasi Pendidikan FIP IKIP Bandung.

Iryanto, T. (1996). Kamus Bahasa Indonesia Surabaya: Indah.

Ismail, dkk. (2000). Membangun Kemandirian Umat di Pedesaan. Jakarta: PT. Abadi Publishing dan Printing.


(50)

166

Kartini, K. (1990). Pengantar Metodologi Riset Sosial. Bandung Mandar Maju. Moekizat. (1998). Perencanaan Sumber Daya Manusia. Bandung: CV Mondar Maju. Moleong, L. (1996) Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Nasution. MA. (1996). Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif. Bandung: Tarsito. Nazir, M. (1999). Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Notoatmodjo, S. (1991). Pengembangan Sumber Daya Manusia. Jakarta: Rineka Cipta. Roestamsjah. (1998). Dimensi Manusia dalam Pembangunan Berkelanjutan Jakarta : LIPI.

Saleh Marzuki. (1992). Strategi dan Model Pelatihan: Suatu Pengetahuan Dasar Bagi Instruktur dan Pengelola Lembaga Latihan, Kursus dan Penataran. FIP IKIP Malang. Siagian, S. P. (1998). Organisasi Kepemimpinan dan Perilaku Administrasi.Jakarta: Bumi Aksara.

Simamora, H. (2001). Pengembangan Sumber Daya Manusia. – Edisi Kedua. Yogyakarta: Bagian Penerbitan STIE YKPN.

Soekidjo, N ( 1992). Pengembangan Sumber Daya Manusia . Jakarta Rineka Cipta. Surakhmad, W. (1989). Pengantar Penelitian Ilmiah Dasar, Metode dan Teknik, Bandung : Tarsito.

Suruana, ( 2004). Kewirausahaan ; Pedoman Praktis, Kiat dan Proses Menuju Sukses. Bandung: Salemba Empat.

Sudrajat, I. (2005). Training Of Trainer. Bandung: lab. Kesejahteraan Sosial UNPAD Sudjana, D (2001) Wawasan, Sejarah Perkembangan, Falsafah, Teori Pendukung, Asas. Bandung: Falah Production.


(51)

167

---,(2004). Manajemen Program Pendidikan Untuk Pendidikan non Formal dan PSDM. Bandung: Falah Production.

---(2005). Strategi Pembelajaran Pendidikan Luar Sekolah. Bandung: Falah Production.

Danko, J.M. Effects of Retirement on Family Relationship and Health http://userpage.umbc.edu/~jdanko1/retbody.htm

Smith, Cecil, M. 2002 The Long Weekend : Transition & growth in Retirement [on– line].http//www.cedu.niv.edu

Price, C.A. Facts About Retirement. http://ohioline.osu.edu/ss-fact/0200.html Melvin, L. Silberman (2004). Active Learning.Bandung: Nusamedia.

Elaine, B (2007).Contextual Teaching & Learning. Jakarta: Mizan Learning center.

John Gray (2003). Mars and Venus in the Work Place. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Wiwoho, RH (2008) Understanding NLP. Jakarta. Indo NLP. Jakarta : Gramedia Hurlock, E. (1980). Psikologi Perkembangan, Suatu Pendekatan sepanjang RentangKehidupan. Jakarta: Erlangga

Tito, JS. (2008). Pensiun Bukan Akhir Segalanya. Jakarta: Gramedia Elizabeth B. Hurlock.(1980) Psikologi Perkembangan.Jakarta:.Erlangga. Barbara K. Given.(2007) Brain-Based Teaching. Bandung: PT.Mijan Pustaka.

Eddie Davies. (2005)The Training Manager’s A Handbook. Jakarta. PT Bhuana Ilmu Populer.

Adi W. Gunawan.((2007)The Secret Of Mindset.Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Ahmad Faiz Zainuddin.(2006) Spiritual Emotional Freedom Technique.Jakarta.PT. Arga Publishing.


(52)

168


(1)

vii

DAFTAR ISI

ABSTRAK ……….………i

KATA PENGANTAR ……….……….…ii

UCAPAN TERIMAKASIH ………iii

DAFTAR ISI ………..………vii

DAFTAR TABEL ……….………viii

DAFTAR GAMBAR ………..……….ix

DAFTAR LAMPIRAN ………..……….……..x

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ………1

B. Perumusan Masalah……….6

C. Definisi Operasional………9

D. Tujuan Penelitian ……….……….10

E. Manfaat Penelitian ……….……….…..11

F. Metode Penelitian ……….………11

G. Kerangka Pemikiran ………..………14

H. Sistematika penulisan ………16

BAB II LANDASAN TEORITIS PENSIUN SEBAGAI FENOMENA SOSIAL DAN PELATIHAN KEWIRAUSAHAAN MASA PERSIAPAN PENSIUN A. Pensiun Sebagai fenomena Sosial……… 17

B. Kewirausahaan Untuk Masa Pensiun ………....27

C. Pembelajaran dalam Pelatihan Kewirausahaan Pensiun ……….……..…32

D. Pelatihan Sebagai salah satu Model Pembelajaran PLS………52


(2)

vii BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Pendekatan dan Metode Penelitian….……… 71

B. Tahapan Penelitan ………..…72

C. Sumber Data ………76

D. Instrument dan Teknik Pengumpulan Data ……….77

E. Tahap Pelaporan ……….83

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Muvi Consulting ……….…85

B. Deskripsi Data Penelitian ……….…93

C. Pembahasan dan Temuan Hasil Penelitian ……….………111

BAB IV KESIMPULAN A. Kesimpulan………..152

B. Implikasi Penelitian ………159

C. Rekomendasi ………...………160

DAFTAR PUSTAKA………...166

LAMPIRAN-LAMPIRAN………..169


(3)

165

DAFTAR PUSTAKA

Sudjana, D (2001) Metode & Teknik Pembelajaran Partisipatif .Bandung: Falah Production.

--- (2007) Manajemen dan Sistem Pelatihan .Bandung: Falah Production.

--- (2004) Pendidikan Nonformal. Bandung: Falah Production.

--- (2006) Evaluasi Program Pendidikan Luar Sekolah .Bandung: PT.Rosda

Abdulhak, I. (1995). Metodologi Pembelajaran dalam Pendidikan Orang Dewasa. Bandung: Cipta Intelektual.

--- (1996). Strategi Menbangun Motivasi Dalam Pembelajaran Orang Dewasa. Bandung: Percetakan AGTA Manunggal Utama.

Arif, Z (1990). Andragogi.Bandung. Angkasa.

---, dkk. (1981). Suatu Petunjuk Untuk Pelatih dalam Pendekatan

Andragogi:Konsep, Pengalaman, dan Aplikasinya. BPKB Jayagiri.

Arikunto, S. (2002). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.

Departemen Pendidikan Nasional. (2007). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah Laporan Buku, Makalah, Skripsi, Tesis dan Disertasi. Bandung : Universitas Pendidikan Indonesia.

Gaffar, M. Fakry. (1993). Manajemen Pelatihan. Diklat Jurusan Administrasi Pendidikan FIP IKIP Bandung.

Iryanto, T. (1996). Kamus Bahasa Indonesia Surabaya: Indah.

Ismail, dkk. (2000). Membangun Kemandirian Umat di Pedesaan. Jakarta: PT. Abadi Publishing dan Printing.


(4)

166

Kartini, K. (1990). Pengantar Metodologi Riset Sosial. Bandung Mandar Maju.

Moekizat. (1998). Perencanaan Sumber Daya Manusia. Bandung: CV Mondar Maju.

Moleong, L. (1996) Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

Nasution. MA. (1996). Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif. Bandung: Tarsito.

Nazir, M. (1999). Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Notoatmodjo, S. (1991). Pengembangan Sumber Daya Manusia. Jakarta: Rineka Cipta.

Roestamsjah. (1998). Dimensi Manusia dalam Pembangunan Berkelanjutan Jakarta : LIPI.

Saleh Marzuki. (1992). Strategi dan Model Pelatihan: Suatu Pengetahuan Dasar Bagi Instruktur dan Pengelola Lembaga Latihan, Kursus dan Penataran. FIP IKIP Malang. Siagian, S. P. (1998). Organisasi Kepemimpinan dan Perilaku Administrasi.Jakarta: Bumi Aksara.

Simamora, H. (2001). Pengembangan Sumber Daya Manusia. – Edisi Kedua. Yogyakarta: Bagian Penerbitan STIE YKPN.

Soekidjo, N ( 1992). Pengembangan Sumber Daya Manusia . Jakarta Rineka Cipta.

Surakhmad, W. (1989). Pengantar Penelitian Ilmiah Dasar, Metode dan Teknik, Bandung : Tarsito.

Suruana, ( 2004). Kewirausahaan ; Pedoman Praktis, Kiat dan Proses Menuju Sukses. Bandung: Salemba Empat.

Sudrajat, I. (2005). Training Of Trainer. Bandung: lab. Kesejahteraan Sosial UNPAD

Sudjana, D (2001) Wawasan, Sejarah Perkembangan, Falsafah, Teori Pendukung, Asas. Bandung: Falah Production.


(5)

167

---,(2004). Manajemen Program Pendidikan Untuk Pendidikan non Formal dan PSDM. Bandung: Falah Production.

---(2005). Strategi Pembelajaran Pendidikan Luar Sekolah. Bandung: Falah Production.

Danko, J.M. Effects of Retirement on Family Relationship and Health http://userpage.umbc.edu/~jdanko1/retbody.htm

Smith, Cecil, M. 2002 The Long Weekend : Transition & growth in Retirement [on– line].http//www.cedu.niv.edu

Price, C.A. Facts About Retirement. http://ohioline.osu.edu/ss-fact/0200.html

Melvin, L. Silberman (2004). Active Learning.Bandung: Nusamedia.

Elaine, B (2007).Contextual Teaching & Learning. Jakarta: Mizan Learning center.

John Gray (2003). Mars and Venus in the Work Place. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Wiwoho, RH (2008) Understanding NLP. Jakarta. Indo NLP. Jakarta : Gramedia

Hurlock, E. (1980). Psikologi Perkembangan, Suatu Pendekatan sepanjang RentangKehidupan. Jakarta: Erlangga

Tito, JS. (2008). Pensiun Bukan Akhir Segalanya. Jakarta: Gramedia

Elizabeth B. Hurlock.(1980) Psikologi Perkembangan.Jakarta:.Erlangga. Barbara K. Given.(2007) Brain-Based Teaching. Bandung: PT.Mijan Pustaka.

Eddie Davies. (2005)The Training Manager’s A Handbook. Jakarta. PT Bhuana Ilmu Populer.

Adi W. Gunawan.((2007)The Secret Of Mindset.Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Ahmad Faiz Zainuddin.(2006) Spiritual Emotional Freedom Technique.Jakarta.PT. Arga Publishing.


(6)

168