menggunakan konsentrasi yang sama. Konsentrasi semua khamir yang digunakan pada uji
in vivo ini adalah 10
7
selml. Pencelupan buah berri dengan suspensi khamir menggunakan konsentrasi 10
7
cfuml Myrto et al. 2004. Suspensi sel khamir pada
konsentrasi rendah yaitu 10
6
sampai 10
7
cfuml efektif dalam menghambat perkembangan penyakit Droby
et al .1997.
Gambar 11 Pengaruh beberapa konsentrasi kitosan dan thiram terhadap pertumbuhan
L. theobromae pada media PDA selama 7 hari inkubasi
Tabel 5 Jumlah sel khamir dengan turbidimeter pada tiga konsentrasi
No. Isolat Khamir
Jumlah Sel x10
6
sporaml pada Absorbans 0.125 0.301
0.602
1. Cryptococcus albidus var aerius Putih 1 IPB
9.05 13.95 23.6
2. C. albidus var aerius Putih 1 IPB
10 15.95 25.05
3. Candida edax Orange IPB
5.3 19.35 27.4
4. Cryptococcus terreus A Kuning IPB
4.95 17.4 31.25
5. Pichia guilliermondi A K1 4.8
10.05 16.2
6. Cryptococcus luteolus K2 2.75
5.55 10.7
7. Debaryomyces hansenii C K3
3.55 7.15
12.95 8.
Candida terestre K4 3.4 4.85
11.1 9.
C. edax K5 2 8.05
14.65 10.
C. albidus var aerius K6 2.75 7.45
15.6 12.
Bulleromyces albus K7 3 4.75
8.1 13.
Rhodotorula glutinis K8 4.7 9.35
18.9 14.
P. guilliermondii A K9 4.55 10.15
16.65 15.
C. albidus var aerius K10 6.15 10.05
16.2 16.
D. hansenii C K12 4.35
8.65 14.5
17. C. edax K13 7.6
13.25 20.55
18. P. guilliermondii A K14 2.7
5.55 8.95
19. Candida mexicana K15 3.15
6 9.15
20. Cryptococcus amylolentus K16 2
3.8 6.75
21. D. hansenii C K17 2.65
5.55 8.5
kitosan 0,1 kitosan 0,5
kitosan 1 kitosan 1,5
Kitosan 2
thiram 0,1 thiram 0,5
thiram 1 kontrol
Potensi Penggunaan Khamir, Kitosan, dan Thiram dalam Pengendalian L. theobromae pada Buah Mangga secara in vivo
Perlakuan Tunggal Khamir, Kitosan, dan Thiram
C. albidus var aerius IPB1, P. guilliermondi A1,
R. glutinis 8, D. hansenii C12, C. edax 13, dan C. amylolentus 16 memiliki persentase kejadian penyakit di bawah 50
dan tingkat hambatan relatif di atas 50. Kelima khamir tersebut paling efektif dalam menekan penyakit busuk buah dibandingkan perlakuan lainnya beda nyata pada taraf
5, Gambar 12, Lampiran 10 dan 11 setelah 4 hari inkubasi. Perlakuan kelima khamir tersebut beda nyata sehingga dapat digunakan sebagai acuan untuk perlakuan lanjutan
kombinasi uji in vivo.
25 50
75 100
Put ih
1 K1 K12 K8 K13 K16 K
9 Kuni
ng K10 K15
P ut
ih 2
K2 K
3 K14
O ra
ng e
K4 K6
K7 K5 K17
K ont
ro l
Th 0,3
K e
ja d
ian Penyaki
t d an T
ingkat Hamba
tan Rel a
ti f
KP THR
Gambar 12 Persentase kejadian penyakit dan tingkat hambatan relatif L. theobromae
dengan penggunaan beberapa khamir secara in vivo selama 4 hari
inkubasi Th : thiram, KP : kejadian penyakit, THR : tingkat hambatan relatif
Potensi kelima khamir tersebut yang tinggi diduga bahwa khamir tersebut mensekresikan enzim yang mampu menghambat menekan penyakit atau mampu
merangsang beberapa jenis respon pertahanan inang. Enzim tersebut mampu
mendegradasi dinding sel patogen. Jijakli Lepoivre 1998 juga menunjukkan bahwa P.
anomala strain K mampu menghasilkan enzim β 1,3-glukanase yang mampu
menurunkan kandungan dinding sel cendawan. Enzim ini mampu merangsang proses hidrolisis kandungan kitin poli
β-1,4-acetamido-2-deoxy-D-glucoside merupakan komponen terbesar penyusun dinding sel cendawan Chet Henis 1975.
Parasitisme khamir telah diusulkan sebagai mekanisme penghambatan cendawan. P. guilliermondii mampu menghambat pertumbuhan Botrytis cinerea Wisniewski et al.
1991 dan Penicillium digitatum pada buah anggur Droby et al. 1997. Beberapa
spesies Cryptococcus digunakan dalam pengendalian penyakit busuk pascapanen pada
buah apel dan pear Roberts 1990. C. albidus var aerius IPB1 memiliki penghambatan yang efektif dalam pengendalian penyakit busuk pangkal buah secara konsisten baik
pada uji in vitro maupun in vivo. Kemungkinan adanya mekanisme enzimatik yang
mampu mendegradasi dinding sel patogen oleh kedua khamir tersebut. C. albidus
mampu menghambat Penicillium glabrum pada strawberi Helbig 2002. R. glutinis
mampu menghambat pertumbuhan Penicillium expansum pada buah apel Lima et
al.1998. D. hansenii mampu menghambat pertumbuhan P. digitatum pada buah anggur Droby
et al. 1997. Penampilan fisik buah juga tetap kuning dengan perlakuan keempat khamir
tersebut Gambar 13. Hal ini kemungkinan terjadi akibat adanya aktivitas antagonis yang mampu merangsang respon pertahanan buah mangga seperti pada perlakuan K1
P. guilliermondi A. P. guilliermondii mampu menghambat produksi etilen Droby et al.
1997, produksi fitoaleksin Rodov et al. 1994, dan kadar fenilalanin amonia liase
Wisniewski Wilson 1992 pada buah jeruk. Konsentrasi kitosan 2 memiliki persentase kejadian penyakit dan tingkat
hambatan relatif paling rendah yaitu 29,17 dan 66,66 pada hari ke-4 inkubasi dan paling efektif dalam menekan penyakit busuk buah
dibandingkan konsentrasi uji lainnya dan kontrol beda nyata pada taraf 5, Gambar 14, Lampiran 12 dan 13 pada semua
waktu inkubasi. Penampilan fisik kulit buah juga masih kuning dengan perlakuan konsentrasi kitosan 2 Gambar 15. Perlakuan buah mangga dilakukan dengan
kitosan 2 efektif dalam mengurangi timbulnya kebusukan dan kerusakan berat, dan menunda perubahan warna, pH dan keasaman hasil titrasi
saat penyimpanan sehingga dapat meningkatkan mutu mangga Wang
et al. 2007. Pelapisan kitosan pada buah mangga digunakan untuk mengendalikan penyakit antraknosa dengan cara merangsang
aktivitas kitinase dan β-1,3-glukanase yang terlibat dalam mekanisme pertahanan
sistemik tanaman.
Khamir 1 Khamir 2
Khamir 3 Khamir 4
Khamir 5
Khamir 8 Khamir 7
Khamir 6
Khamir 9 Khamir 10
Khamir 12
Khamir 14 Khamir 13
Khamir 15
Khamir 16 Khamir 17
Gambar 13 Pengaruh beberapa khamir dalam menekan penyakit busuk buah pada irisan kulit buah mangga selama 4 hari inkubasi
Pelapisan kitosan pada mangga dapat menunda pematangan ripening,
menghambat produksi etilen, mengurangi respirasi, kerusakan berat, kadar asam askorbat, dan keasaman hasil titrasi
tetapi tidak dapat mempertahankan kekerasan buah mangga Pumchai
et al. 2005. Kitosan polimer berasal dari hewan telah memiliki kandungan antifungal yang
tinggi dalam merangsang inang dalam menghasilkan enzim pertahanan kitinase dan membentuk pertahanan jaringan arbei. Selain itu pula dapat menunda pemasakan arbei,
buah tomat dan lada pada saat digunakan sebagai pelapis Mari Guizzardi 1998.
Orange IPB
Putih 2 IPB Putih 1 IPB
Kuning IPB
Thiram 0,3 Kontrol
10 20
30 40
50 60
70 80
90 100
Kontrol Ki 0,01
Ki 0,025 Ki 0,05
Ki 0,1 Ki 0,5
Ki 1 Ki 1,5
Ki 2 Th 0,3
Jenis Perlakuan K
e ja
d ian
Pen yaki
t d a
n T
in g
kat H
a m
b at
an R
e la
ti f
KP THR
Gambar 14 Persentase kejadian penyakit dan tingkat hambatan relatif L. theobromae
dengan penggunaan beberapa konsentrasi kitosan dan thiram secara in
vivo selama 4 hari inkubasi Ki : kitosan, Th : thiram, KP : kejadian penyakit, THR : tingkat hambatan relatif
Beberapa laporan telah menunjukkan bahwa kitosan mempunyai potensi untuk pengendalian penyakit pascapanen. Kitosan memiliki aktivitas antimikroba dan telah
digunakan secara efisien dalam pengendalian pembusukan pascapanen buah-buahan Wang
et al 2007. Pelapis edible mengalami peningkatan penggunaan karena lebih praktis dibandingkan dengan penggunaan kemasan lain seperti plastik. Salah satu yang
mempunyai potensi baik sebagai pelapis edibel maupun sebagai fungisidal adalah
kitosan yang berasal dari turunan polisakarida El-Ghaouth et al 2000. Kitosan larut air
dengan berat molekul rendah 5 kDa berasal dari kulit udang menunjukkan aktivitas elisitor dengan merangsang pertahanan lokal dan sistemik
Solanum tuberosum dan Lycopesicon esculentum terhadap serangan Phytophthora infestans. Kitosan tersebut
merangsang akumulasi fitoaleksin jaringan tanaman inang, kitinase, β glukanase, dan
lipoksigenase Vasyukova et al. 2001.
Kitosan 0,025 Kitosan 0,01
Kitosan 0,05 Kitosan 0,1
Kitosan 0,5 Kitosan 1
Kitosan 1,5 Kitosan 2
Gambar 15 Pengaruh beberapa konsentrasi kitosan dan thiram dalam menekan penyakit busuk buah pada irisan kulit buah mangga selama 4 hari masa
inkubasi
Penggunaan thiram hanya digunakan sebagai pembanding saja lampiran 12 dan 13. Sehingga pada uji lanjutan kombinasi tidak dipakai karena tujuan penelitian ini
menghindari penggunaan bahan kimia dalam pengendalian penyakit pascapanen. Selain itu pula penggunaan fungisida pada buah-buah ekspor harus dihindari karena
adanya penolakan di pasar internasional apabila terdapat residu pestisida pada buah. Thiram 80 WG mampu mengendalikan penyakit antraknosa dan kudis pada buah
mangga Sopina 1988.
Perlakuan Kombinasi
Kombinasi potensial C. albidus var aerius IPB1, R. glutinis 8, D. hansenii C12, dan
C. edax13 dengan kitosan 2 menunjukkan persentase kejadian penyakit kurang dari 25 dan tingkat hambatan relatif lebih dari 75 pada hari ke-4 inkubasi sehingga paling
efektif dalam menekan penyakit busuk buah dibandingkan kombinasi P. guilliermondi
A1 dan kitosan 2 serta kontrol beda nyata pada taraf 5, Gambar 16, dan Lampiran 14. Kombinasi merupakan teknik perlakuan efektif digunakan dalam pengendalian
penyakit cendawan pascapanen. Kombinasi kitosan dengan beberapa khamir antagonis perlu dikaitkan dengan keamanan bagi manusia dan efeknya terhadap kualitas buah-
buahan Mari Guizzardi 1998. Kombinasi 0,2 glikokitosan dengan C. saitoana lebih
efektif dalam pengendalian P. digitatum pada buah jeruk dan apel dibandingkan
perlakuan tunggal Janisiewicz Korsten 2002. Penampilan fisik buah juga tetap kuning dengan perlakuan keempat khamir
potensial dan kitosan 2 Gambar 17. Hal ini disebabkan adanya aktivitas antagonis yang mampu merangsang respon pertahanan buah mangga seperti pada perlakuan
P.
Thiram 0,3 Kontrol
guilliermondi A1. P. guilliermondii pada buah anggur dapat merangsang produksi etilen Droby
et al 1997, dan kadar fenilalanin amonia liase Wisniewski Wilson 1992. Potensi penghambatan khamir tertinggi sampai terendah terhadap pertumbuhan
patogen yang konsisten pada semua pengujian ditunjukkan oleh C. edax 13, C. albidus
var aerius IPB1, dan R. glutinis 8. Ketiga khamir ini sangat potensial digunakan sebagai agen hayati dalam pengendalian
L. theobromae pada buah mangga selama penyimpanan.
25 50
75 100
Kontrol K8
K13 K12
K1 K1 + Ki
2 Putih 1
Ki 2 K13 + Ki
2 K8 + Ki
2 K12 + Ki
2 Putih 1 +
Ki 2 Th 0,3
Jenis Perlakuan Kej
a d
ian P
e n
y ak
it da
n T ing
k a
t H a
m b
a ta
n R
e la
ti f
KP THR
Gambar 16 Persentase kejadian penyakit dan tingkat hambatan relatif L. theobromae
dengan kombinasi penggunaan khamir dan kitosan 2 secara in vivo
selama 4 hari inkubasi Ki : kitosan, Th : thiram KP : kejadian penyakit, THR : tingkat hambatan relatif
Gambar 17 Pengaruh kombinasi khamir dan kitosan 2 dalam menghambat
pertumbuhan L. teobromae pada irisan kulit buah mangga selama 4 hari
masa inkubasi
Khamir 1 + Kitosan 0,2
Khamir 12 + Kitosan 0,2 Khamir 8 + Kitosan 0,2
Khamir 13 + Kitosan 0,2
Putih 1 IPB + Kitosan 0,2 Kontrol
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Pengujian secara in vitro dan in vivo menunjukkan C. albidus var aerius IPB1 paling efektif dalam penghambatan pertumbuhan patogen dan menekan penyakit busuk
buah dengan mekanisme antibiosis. Konsentrasi kitosan efektif secara in vitro dan in vivo secara langsung menghambat pertumbuhan patogen dan menekan penyakit busuk
buah adalah 2 vv dengan tingkat hambatan relatif 89,74 dan 66,67 bersifat sebagai fungisidal. Perlakuan kombinasi C. albidus var aerius 1, R. glutinis, D. hansenii
C 12, C. edax 13 dan kitosan 2 paling efektif dalam menekan penyakit busuk buah pada hari ke-4 inkubasi dibandingkan perlakuan lainnya. Potensi penghambatan khamir
tertinggi sampai terendah dalam menghambat pertumbuhan patogen dan menekan penyakit busuk buah yang konsisten pada semua pengujian ditunjukkan oleh C. albidus
var aerius IPB1, C. edax 13, dan R. glutinis 8. Ketiga khamir ini sangat potensial digunakan sebagai agen hayati dalam pengendalian L. theobromae Pat. pada buah
mangga saat penyimpanan.
Saran
Penelitian lanjutan diperlukan untuk pengujian perlakuan tunggal khamir dan kitosan maupun kombinasi saat prapanen. Hasil penelitian terdapat satu khamir uji R.
glutinis 8 berpotensi dalam pengendalian L. theobromae pada buah mangga tidak memiliki mekanisme antibiosis dan kitinolitik sehingga perlu dilakukan penelitian lanjutan
untuk mengetahui mekanisme yang terjadi. Selain itu juga perlu dilakukan pengujian dengan memperpanjang pengamatan inkubasi masa simpan sampai 1 bulan pada
kondisi temperatur rendah dan modifikasi kondisi lingkungan sebagai model selama transportasi.
DAFTAR PUSTAKA
Abidin. 2007. Inovasi Perawatan Konservasi Gigi melalui Teknologi Tissue Engineering. Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar Tetap dalam Bidang
Ilmu Konservasi Gigi pada Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Sumatera Utara, Medan.
Affandi. 2005. Pengenalan dan Pengenalan OPT Pascapanen Tanaman Buah. Makalah disampaikan pada Pertemuan Penyusunan Pedoman Pengenalan
dan Pengendalian OPT Pascapanen Tanaman Hortikultura; 14-15 November 2005 di Cisarua. Bogor.
Anonim. 2000. Batas Pestisida Maksimum untuk Bahan Pangan. Import Control Section. Singapore.
Anonim. 2003. Boletin de Nuevas Adquisiciones Sept2002-Enero2003. Universidad Nacional Agraria UNA, les presenta el Boletín de Nuevas
Adquisiciones No. 1. Arnold LD, Solomon NA. 1986. Manual of Industrial Microbiology and
Biotechnology. American Society for Microbiology, Washington. Arras G, Nicolussi P, Ligios C. 1999. Non-toxicity of some antifungal yeasts
Pichia guilliermondii, Rhodotorula glutinis, and Candida oleophila in laboratory animals. Ann Microbiol Enzymol 49:125–131.
Baldwin EA, Burns JK, Kazokas W, Brecht JK, Hagenmaler RD, Bender RJ, Pesis. 1999. Effectof two edible coatings with different permeability
characteristics on mango Mangifera indica L ripening during storage. Postharvest Biol Tech 17:215-226.
Baker KF, Cook RJ. 1974. Biological Control of Plant Pathogens. San Fransisco:WH Freeman.
Bastaman S. 1989. Studies on degradation and extraction of chitin and chitosan from prawn shells [thesis]. The Department of Mechanical Manufacturing,
Aeronautical and Chemical Engineering. The Queen’s University of Belfast. Bhuiyan S. 2005. Postharvest mango in Australia. Department of Primary
Industry, Fisheries and Mines. Northern Territory Government. New Zealand.
[CABI] CAB International. 2003. Crop Protection Compendium CD-ROM Wallingford, UK : CABI. 2 CD-ROM dengan penuntun didalamnya.
[CABI] CAB International. 2007. Crop Protection Compendium CD-ROM Wallingford, UK : CABI. 2 CD-ROM dengan penuntun didalamnya.
Chanchaichaovivat A, Ruenwongsa P, Panijpan B. 2007. Screening and identification of yeast strains from fruits and vegetables: Potential for
biological control of postharvest chilli anthracnose Colletotrichum capsici. Biological Control 42:326–335.
Chen, Liang J. 1980. Summary of Botryodiplodia theobromae Pat. Matsushima Mycological Memoirs 1 :11.
Chet I, Henis Y. 1975. Microbiology control of plant pathogen. Adv App Microbiol 19:85-111.
Dasuki IM. 1989. Kerusakan lepas pasca panen buah mangga dan pencegahannya. Hortikultura 5 : 38 -41.
[DKP] Departemen Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia. 2003. Perkembangan ekspor komoditi hasil perikanan Indonesia 1998-2002. url:
http:www. dkp.go.id. Direktorat Budidaya Tanaman Buah. 2006. Standar Prosedur Operasional SPO
Mangga Gedong Gincu Kabupaten Cirebon. Direktorat Jenderal Hortikultura. Departemen Pertanian.
[Ditlitbanghorti] Direktorat Penelitian dan Pengembangan Hortikultura. 2005. Penyakit Pascapanen. http:www.litbanghortikultura.go.idpnlt_pandu.php
[28 Jan 2008]. [Ditlinhorti] Direktorat Perlindungan Tanaman Hortikultura. 2005. Pedoman
Pengenalan dan Pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan OPT Pascapanen Tanaman Hortikultura. Direktorat Jenderal Hortikultura.
Departemen Pertanian. [Ditlinhorti] Direktorat Perlindungan Tanaman Hortikultura. 2006. Pedoman
Surveilans dalam Rangka Menyusun Pest List OPT Mangga. Direktorat Jenderal Hortikultura. Departemen Pertanian.
Direktorat Sarana Produksi. 2006. Pestisida Terdaftar Pertanian dan Kehutanan. Direktorat Jenderal Tanaman Pangan. Departemen Pertanian.
Dirou J, Stovold G. 2005. Fungicide management program to control mango anthracnose. PRIMEFACT 19.
Droby S, Chalutz E. 1994. Mode of Action of Biocontrol Agents of Postharvest Disease. Di dalam : Wilson CL, Wisniewski ME Eds.. Biological Control of
Postharvest Diseases of Fruits and Vegetables Theory and Practice. CRC Press, Boca Raton, FL, pp. 63–75.
Droby, S., Wisniewski, M. E., Cohen, L., Weiss, B., Touitou, D., Eilam, Y., and Chalutz, E. 1997. Influence of CaCl
2
on Penicillium digitatum, grapefruit peel tissue, and biocontrol activity of Pichia guilliermondii. Phytopathology
87:310-315. Druvefors UA. 2004. Yeast biocontrol of grain spoilage moulds : mode of action
of Pichia anomala [dissertation]. Department of Microbiology, Swedish University of Agricultural Sciences Uppsala.
El-Ghaouth A, Smilanick JL, Wilson CL. 2000. Enhancement of the performance of Candida saitoana by the addition of glycolchitosan for the control of
postharvest decay of apple and citrus fruit. Postharvest Biol Technol 19:103-110.
El Ghaouth, Arul J, Asselin A. 1992. Potential use of chitosan in postharvest preservation of fruit and vegetable. 440-450 p. Di dalam : Brines JB,
Sandford PA, and Zikakis JP eds. Chitin and Chitosan. Elsevier Applies Science, London.
Filonow AB, Vishniac HS, Anderson AJ, Janisiewicz WJ. 1996. Biological control of Botrytis cinerea in apple by yeasts from various habitats and their
putative mechanisms of antagonism. Biological control 7, 212-220.
Gandjar I, Sjamsuridzal W, Oetari A. 2006. Mikologi Dasar dan Terapan. Yayasan Obor Indonesia, Jakarta.
Gorawar MM, Yashoda RH, dan Kulkarni S. 2006. Screening of genotypes and effect of fungicides against leaf blight of turmeric. Department of Plant
Pathology, College of Agriculture, University of Agricultural Sciences, Dharwad, Karnataka-580 005, India. Indian J Crop Sci 11-2: 158-160.
Grant LA, Burns J. 1994. Application of coatings. Di dalam : Krochta JM, Baldwin EA, Nisperos-Carriedo MO, Eds. Edible Coating and Films to
Improve Food Quality. Lancaster. Technomic Pub. Co. Inc. Greener IK, Fennema OR. 1994. Evaluation of edible bilayer film for use as
moisture barrier for food. J Food Sci 54:1400-1406. Hadiwiyono. 1999. Jamur akar gada Plasmodiphora brassicae Wor. pada
cruciferae : uji toleransi inang dan pengendaliannya secara hayati dengan Trichoderma. Di dalam : Prosiding Kongres Nasional XV dan Seminar
Ilmiah Perhimpunan Fitopatologi Indonesia; Purwokerto, 16-18 September 1999. Purwokerto: Universitas Jenderal Soedirman. Hlm 365-371.
Hadwiger LA, Chiang C, Victory S, and Horovitz D. 1989. The molecular biology of chitosan in plantpathogen interaction and its application in agriculture.
Di dalam : Skjak B, Antoren T, and Sandford P. 1989. Chitin and chitosan. Elsavier Applied Science, London. 119-138 p.
Helbig, J. 2002. Ability of the antagonistic yeast Cryptococcus albidus to control
Botrytis cinerea in strawberry. Biocontrol 47:85-99.
Hirano S. 1989. Production and application of chitin and chitosan in Japan. Di dalam : Sanford P, Anthonsen T, Skjak-Braek G, editor. Chitin and
Chitosan, Chemistry, Biochemistry, Physical Properties and Application. New York: Elsevier Science Publishing Co, Inc.
Hussein HS, Mackie RI, Merchen NR, Baker DH, Parsons CM. 1996. Effects of oleaginous yeast on growth performance, fatty acid composition of muscles,
and energy utilization by poultry. Bioresour Tech 55:125–130. Janisiewicz WJ , Korsen L. 2002. Biological control of postharvest diseases of
fruits. Annu Rev Phytopathol 40:11-441.
Jijakli HM, Lepoivre P. 1998. Characterization of an Exo-ß-1,3-Glucanase produced by Pichia anomala strain K, antagonist of Botrytis cinera on
apples. Phytopatology 88:335-343.
Johnson LF, Curl EA. 1972. Methods for Research on The Ecology of Soil Borne Plant Pathogens. Burgess Publishing Company. Canada.
Kurt ID, Varum KM, Smidsord O. 1991. Chitosan crosslinked with Mo VI polyxyanions effect of chemical properties. Di dalam : Brine CJ, Sandford
PA, Zikakis JP Eds.. Advances in Chitin and Chitosan. London New York. Elsevier Applied Science.
Lima G, De Curtis F, Castoria R, De Cicco V. 1998. Activity of the yeasts Cryptococcus laurentii and Rhodotorula glutinis against postharvest rots on
different fruits. Biocontrol Sci Technol. 8: 257-267.
McHugh TH, Krochta JM. 1994. Permeability properties of edible films. Di dalam: Krochta JM, Baldwin EA,Nisperos-Carriedo MO, Eds.. Edible
Coatings and Films to Improve Food Quality. Lancaster. Technomic Pub. Co. Inc.
Mari M, Guizzardi M. 1998. The postharvest phase: emerging technologies for the control of fungal diseases. Phytoparasitica 261:59-66.
Myrto D, Eleftherios CT, Polymnia A, Sotirios T. 2004. Laboratory and field evaluation of epiphytic vine yeasts against sour rot of grapes caused by
Aspergillus carbonarius. Di dalam : Michele all’Adige S, Trentino. Management of Plant Diseases and Arthropod Pests by Bcas and Their
Integration in Agricultural Systems. Istituto Agrario di S. Michele all’Adige IASMA, Ital. Abstract.
Nurrachman. 2004. Pengaruh Pelapisan Kitosan terhadap Fisiologi Pascapanen Buah Apel Malus sylvestris L. [tesis]. Sekolah Pascasarjana Institut
Pertanian Bogor. Patil RS, Ghormade V, Deshpande MV. 1999. Chitinolytic enzyme : an
exploration. J Enzyme Microbial Tech 26:473-483. Ploetz RC, Zentmyer GA, Nishjima WT, Rohrbach KG, Ohr HD. 1994.
Compedium of Tropical Fruit Diseases. The American Phytopatological Society St Paul, Minnesota. APS Press.
Poffley M, Owens G, Kulkarni V, Smith ESC, Condé B. 1999. Mango Management–Flowering to Market. Resource Protection Division, Darwin.
Pordesimo AN, LL Ilag and S Sangchote. 1984. Postharvest Pathology of Mango. Di dalam : Mendoza DB Jr and RBH Wills Ed. Mango Fruit Development.
Postharvest Physiology and Marketing in ASEAN. AFHB. Kuala Lumpur. Prabawati S, Murtiningsih, Yulianingsih. 1993. Pengaruh ketuaan dan perlakuan
setelah panen terhadap penampakan dan perkembangan busuk pangkal buah stem end rot buah mangga Arumanis. Hortikultura 3 3:34 -46.
Pumchai S, Jitareerat P, Kanlayanarat S, dan Sangchote S. 2005. Effect of chitosan on controlling of anthracnose disease in mangoes cv. Nam Dok
Mai. Di dalam : The Second Asian Conference on Plant Pathology. Integrated Meetings Specialist Pte Ltd, Singapore.
Roberts RG. 1990. Postharvest biological control of gray mold of apple by Cryptococcus laurentii. Phytopathology 80:526-530.
Rodov V, Ben-Yehoshua S, Fang D, Dhallewin G, Castia T. 1994. Accumulation of phytoalexins scoparone and scopoletin in citrus fruits subjected to
various postharvest treatments. Acta Hort Nat Phenols in Plant Resistance 381:517-523.
Rogis A, Pamekas T, Mucharromah. 2007. Karakteristik dan ui efikasi bahan senyawa alami kitosan terhadap patogen pascapanen antraknosa. J Ilmu-
Ilmu Pertanian Indonesia 91:58-63. Semangun, Haryono. 2004. Penyakit-Penyakit Tanaman Hortikultura di
Indonesia. Yogyakarta: Gajah mada University. Sepiah M. 1986. Effectiveness of hot water, hot benomyl and cooling of
postharvest disease of mango cv Arumanis. ASEAN Food J 23:117–120. Shurtleff MC, Averre CW. 1997. The Plant Disease Clinic and Field Diagnosis of
Abiotic Diseases. The American Phytopatological Society St Paul, Minnesota. APS Press.
Sopina OS. 1988. Application Summary for Application no. 41496 : Field Evaluation of Thiram 80 WG for The Control of Mango Anthracnose and
Scab. Australian Pesticides Veterinary Medicines Authority. Australia. Tomlin CDS. 1997. The Pesticide Manual Eleventh Ed.. British Crop Protection
Council. UK. Tsigos I, Martinou A, Kafetzopoulos, Bouriotis V. 2000. Chitin deacetylases :
new, versatile tools in biotechnology. TIBTECH 18:305-311. Vasyukova NI, Zinov’eva SV, Il’inskaya LI, Perekhod EA, Chalenko GI.
Gerasimova NG, Il’ina AV, Varlamov VP, Ozeretskovskaya OL. 2001. Modulation of plant resistance to diseases by water-soluble chitosan. App
Biochem Microbiol 371:103–109. Wang J, Wang B, Jiang B, dan Zhao Y. 2007. Quality and shelf life of mango
Mangifera indica l. cv. `Tainong coated by using chitosan and polyphenols. SAGE Publications. Food Sci Tech Int 13 4:317-322.
Warnasuriya D, Liyanage AW, Weerawansa GG, Athauda PK, dan Jayatissa PM. 1985. Isolation and characterization of yeasts of some fruits and fruit
products of Sri Lanka. J Natn Sci Coun Sri Lanka 131:71-75. Wilson CL, Pusey, PL. 1985. Potential for biological control of postharvest plant
diseases. Plant Disease 69:375-378.
Wilson CL, A El Ghaouth, E. Chalutz, S. Droby, C. Stevens, Y. Lu, V. Khan, and J. Arul. 1994. Potential of induces resistance to control postharvest
diseases of fruit and vegetables. Plant Dis. J. 78 9: 837-844. Wisniewski M, Biles C, Droby S, McLaughlin R, Wilson C, Chalutz E. 1991. Mode
of action of the postharvest biocontrol yeast, Pichia guilliermondii. Characterization of attachment to Botrytis cinerea. Physiol Molecular Plant
Pathol 39:245-258. Wisniewski ME, Wilson CL. 1992. Biological control of postharvest diseases of
fruits and vegetables : recent advances. Hort Sci 27: 94-98. Yanai K, Takaya N, Kojima N, Horiuchi H, Ohta A, Takagi M. 1992. Purification
of two chitinases from Rhizopus oligosporus and isolation and sequensing of the encoding genes. J Bacteriol 57:7398-7406.
Yoshioka H, Nonako K, Fokuda, Kazama S. 1995. Chitosan derived polymer- surfactants and their molecular properties. J Biotech Bioche 59:10.
Yulianingsih, Broto W., Sabari SD. 1990. Inventarisasi penyakit pascapanen buah mangga Arumanis, Gedong, dan Cengkir. Hortikultura 29: 46 – 49.
Zhang D, Quantrick PC. 1997. Effect of chitosan coating on enzymatic browning and decay during postharvest storage of litchi Lichi chinensis fruit.
Postharvest Biol Tech 12:195-202. Zhang H, Zheng X, and Yu T. 2007. Biological control of postharvest diseases
of peach with Cryptococcus laurentii. Food Control 18:287-291. Zwieten MV, Stovold G, Zwieten LV. 2007. Alternatives to Copper for Disease
Control in the Australian Organic Industry. A report for the Rural Industries Research and Development Corporation. Australia.
LAMPIRAN
Lampiran 1 Komposisi media Martin Agar, Potato Dextrose Agar, dan koloidal kitin agar Media Martin AgarPeptone Dextrose Rose Bengal Agar Martin 1950
• Agar 20
gram • KH
2
PO
4
1 gram
• MgSO
4
.7H
2
O 0,5
gram • Pepton
5 gram
• Dektrosa
10 gram
• Rose bengal 1 3,3
ml • Air destilata
1000 ml • Streptomycin 30 mg
Semua bahan kecuali rose bengal dan streptomycin dilarutkan dalam akuades. Campuran tersebut dipanaskan perlahan dan diaduk sampai mendidih lalu diautoklaf
pada tekanan 1 atm dan suhu 121
o
C selama 15 menit. Setelah tidak terlalu panas 40
o
C ditambahkan rose bengal dan streptomycin.
Media Potato Dextrose Agar PDA Bahan PDA instan sebanyak 39 gram dilarutkan dalam akuades dan dicampur sampai
merata. Lalu diautoklaf pada tekanan 1 atm dan suhu 121
o
C selama 15 menit. Media Koloidal Kitin Agar Shurtleff dan Averre 1997
Untuk 1 liter akuades atau larutan garam mineral ditambahkan 1 – 2,5 gram koloidal kitin dan 20 gram agar. Adapun larutan garam mineral terdiri dari :
• K
2
HPO
4
0,7 gram
• KH
2
PO
4
0,5 gram
• MgSO
4
.7H
2
O kristalin 0,5 gram
• FeSO
4
0,01 gram
• ZnSO4 0,001 gram.
Lampiran 2 Proses preparasi untuk identifikasi khamir dengan metode BIOLOG
TM
Lampiran 3 Pembacaan dengan Biolog MicroStation Reader untuk identifikasi khamir
Lampiran 4
Lebar zona hambatan beberapa khamir terhadap pertumbuhan L. theobromae pada media PDA pada 5, 10, dan 15 hari inkubasi
No. Perlakuan Khamir Lebar Zona Hambatan terhadap L. theoromae cm Hari ke-
5 10
15 1.
Putih 1 IPB 2,1 35,00 a
2,1 35,00 a 2,1 35,00 a
2. Putih 2 IPB
1,97 32,83 ab 1,37 22,83 d
0,93 16,17 fg 3.
Kuning IPB 1,8 30,00 bc
1,8 30,00 bc 1,8 30,00 bc
4. Oranye IPB
1,83 30,50 bc 1,83 30,50 bc
1,83 30,50 bc 5.
K1 0,37 6,17 ij
0,00 0,00 k 0,00 0,00 k
6. K2
1,67 27,83 c 1,53 25,50 d
1,4 23,33 d 7.
K3 0,5 8,33 i
0,23 3,83 jk 0,07 1,17 k
8. K4
1,2 22,83 de 0,5 13,33 gh
0,2 3,33 jk 9.
K5 0,7 4,50 j
0,13 2,17 jk 0,07 1,17 k
10. K6
1,47 24,50 d 1,17 19,50 ef
1,1 18,33 f 11.
K7 0,5 8,33 i
0,13 2,17 jk 0,00 0,00 k
12. K8
0,47 7.83 i 0,13 2,17 jk
0,07 1,17 k 13.
K9 1,00 16,67 fg
0,77 12,83 h 0,53 8,83 i
14. K10
1,17 19,50 ef 0,93 16,17 fg
0,77 12,83 h 15.
K12 0,4 6,67 i
0,4 6,67 i 0,4 6,67 i
16. K13
1,43 23,83 d 1,00 16,67 fg
0,8 13,33 gh 17.
K14 1,03 17,17 fg
1,03 17,17 fg 1,03 17,17 fg
18. K15
1,07 17,83 f 0,93 16,17 fg
0,93 16,17 fg 19.
K16 0,97 16,17 fg
0,6 10,00 h 0,33 5,83 ij
20. K17
0,57 9,50 i 0,33 5,50 ij
0,27 4,50 j 21.
Kontrol 0,00 0,00 k
0,00 0,00 k 0,00 0,00 k
Ket : nilai rataan yang diikuti huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata dengan uji DMRT pada taraf 5. Nilai dalam tanda kurung adalah nilai persentase tingkat hambatan relatif .
Lampiran 5 Analisis ragam persentase penghambatan beberapa khamir terhadap pertumbuhan L. theobromae secara in vitro
Sumber Keragaman db
Jumlah Kuadrat
Kuadrat Tengah
F-Hitung P-Value Perlakuan 20
79728.571 3986.429
122.01 .0001
Galat 1 42
1372.222 32.672
Hari 2 1048.236
524.118 117.11
.0001 PerlakuanHari 40
892.504 22.313
4.99 .0001
Galat 2 84
375.926 4.475
Total 188 83417.460
Keterangan : = nyata pada taraf 5
Lampiran 6 Uji antagonis beberapa khamir terhadap L. theobromae pada media PDA setelah 5 hari inkubasi
Putih 1 Putih 2
kuning
orange K1
K2
K3 K4
K5
K6 K7
K8
K9 K10
K12
K13 K14
K15
K16 K17
Lampiran 7 Analisis ragam pengaruh perlakuan beberapa konsentrasi kitosan terhadap diameter koloni L. theobromae setelah 12 hari inkubasi secara in vitro
Sumber Keragaman db
Jumlah Kuadrat
Kuadrat Tengah
F-Hitung P-Value
Perlakuan 8 349.272
43.659 120.15
.0001 Galat 1
18 6.541
0.363 Hari 3
327.423 109.141
1348.92 .0001
PerlakuanHari 24 54.268
2.261 27.95
.0001 Galat 2
54 4.369
0.081 Total 107
741.872
Keterangan : = nyata pada taraf 5
Konsentrasi lain setelah hari ke-3 relatif konstan kecuali konsentrasi 1.5 dan 2. Uji lanjut hanya dilakukan konsentrasi 1.5 dan 2 dengan uji regresi yaitu :
1.5 : persamaan regresi y = 1.5x + 0.535, R2 = 0.888 2 : persamaan regresi y = 1.133x - 0.465, R2 = 1
Lampiran 8 Pengaruh perlakuan beberapa konsentrasi thiram terhadap diameter koloni L. theobromae setelah 18 hari inkubasi secara in vitro
Sumber Keragaman db
Jumlah Kuadrat
Kuadrat Tengah
F-Hitung P-Value
Perlakuan 7 925.986
132.284 221.42
.0001 Galat 1
16 9.559
0.597 Hari 5
343.128 68.626
354.78 .0001
PerlakuanHari 35 124.476
3.556 18.39
.0001 Galat 2
80 15.474
0.193 Total 143
1418.623 Keterangan : = nyata pada taraf 5
Uji Regresi terhadap konsentrasi thiram 0,5, 0,7, dan 1 sebagai berikut : 0.5 : persamaan regresi y = 1.0006x - 0.3587 dengan R2 = 0.9847
0.7 : persamaan regresi y = 0.5606x - 0.2287 dengan R2 = 0.9763 1 : persamaan regresi y= 0.412x - 0.132 dengan R2 = 0.99
Lampiran 9 Persamaan regresi beberapa khamir untuk perlakuan in vivo
Keterangan : A = Absorbans; T = Transmitans
2 Lampiran 10 Penggunaan beberapa khamir dalam menekan penyakit busuk buah
secara in vivo selama 5 hari inkubasi
No. Isolat Uji
Persentase Kejadian Penyakit L. theobromae Pengamatan Hari ke- 1
2 3
4 5
1 K1
0.00 i 0.00 0.00 i 100
33.33 fg 52.94 54.17 de 45.83
75,00 ab 25 2
K2 0.00 i 0.00
29.17 gh 12.5 62.50 cd 11.76
91.67ab 8.33 100.00 a 0.00
3 K3
0.00 i 0.00 8.33 ef 20.01
63.33 ab 10.59 91.67 ab 8.33
100.00 a 0.00 4
K4 0.00 i 0.00
37.5 fg 80.00 54.17cd 23.52
95.83 a 4.17 100.00 a 0.00
5 K5
0.00 i 0.00 25.00 gh 40.00
66.67 bc 5.87 100.00 a 0.00
100.00 a 0.00 6
K6 0.00 i 0.00
30.00 ef 28.00 66.67bc 5.87
95.83 ab 4.17 100.00 a 0.00
7 K7
0.00 i 0.00 33.33 fg 20.01
66.66 cd 5.87 95.83 ab 4.17
100.00 a 0.00 8
K8 0.00 i 0.00
8.88 i 80.00 50.00 ef 29.40
70.83 cd 29.17 79.17 ab 20.83
9 K9
0.00 i 0.00 16.67 hi 59.99
45.83ef 35.3 75.00 bc 25.00
100.00 a 0.00 10
K10 0.00 i 0.00
12.50 hi 70.00 45.83 ef 35.30
79.17 bc 20.83 100.00 a 0.00
11 K12
0.00 i 0.00 0.00 i 100
33.33 fg 52.94 62.51cd 37.5
75.00 bc 25 12
K13 0.00 i 0.00
8.33 i 80.01 25.00 de 64.70
70.83 cd 29.17 83.33 ab 16.67
13 K14
0.00 i 0.00 8.33 i 80.01
62.5 de 11.76 91.67 ab 8.33
95.83 a 4.17 14
K15 0.00 i 0.00
16.67 hi 60.00 50.00 ab 29.41
87.50 ab 12.5 95.83 a 4.17
15 K16
0.00 i 0.00 16.67 hi 60.00
45.83 de 35.30 70.83 cd 29.17
75.00 bc 25 16
K17 0.00 i 0.00
8.33 i 80.01 62.5 ef 11.76
100.00 a 0.00 100.00 a 0.00
17 Putih 1
0.00 i 0.00 0.00 i 100
16.67 hi 76.46 29.17 gh 70.83
50.00 ef 50.00 18
Putih 2 0.00 i 0.00
12.5 hi 70.00 33.33 bc 52.94
87.50 ab 12.50 100.00 a 0.00
19 Orange
0.00 i 0.00 20.83 gh 50.01
50.00 ab 29.40 91.67 ab 8.33
95.83 a 4.17 20
Kuning 0.00 i 0.00
8.33 i 80.01 50.00 ef 29.41
75.00 bc 25.00 75.00 bc 25.00
21 Kontrol
0.00 i 41.67 ef
70.83 cd 100.00 a
100.00 a
Ket : nilai rataan yang diikuti huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata dengan uji DMRT pada taraf 5. Nilai dalam tanda kurung adalah nilai persentase tingkat hambatan relatif .
No. Nomor Isolat
Persamaan Regresi Linear
R Jumlah Selml
A T
1. Putih 1 IPB
y = 5.02 + 30.7x 99.9
10
7
0.162 68.9 2.
Putih 2 IPB y = 6.24 + 31.4x
99.9 10
7
0.119 76 3.
Orange IPB y = 2.2 + 44.2x
90.9 10
7
0.176 66.75
4. Kuning IPB
y = - 0.69 + 54.2x 98.6
10
7
0.197 63.5 5.
K1 y = 2.29 + 23.5x
98.9 10
7
0.328 47 6.
K2 y = 0.606 + 16.7x
100 10
7
0.563 27.3 7.
K3 y = 1.15 + 19.7x
100 10
7
0.449 35.6 8.
K4 y = 0.75 + 16.6x
96.2 10
7
0.557 27.75
9. K5
y = - 0.68 + 26x 98.4
10
7
0.411 38.8 10.
K6 y = - 0.636 + 27x
100 10
7
0.394 40.35
11. K7
y = 1.6 + 10.7x 99.9
10
7
0.785 16.4 12.
K8 y = 0.71 + 30x
99.8 10
7
0.310 49 13.
K9 y = 1.9 + 25x
98.9 10
7
0.324 47.4 14.
K10 y = 3.6 + 21x
100 10
7
0.305 49.5 15.
K12 y = 1.94 + 21.1x
99.6 10
7
0.320 47.9 16.
K13 y = 4.6 + 26.8x
99.4 10
7
0.202 62.8 17.
K14 y = 1.31 + 12.9x
99 10
7
0.674 21.2 18.
K15 y = 1.87 + 12.4x
98.5 10
7
0.656 22.1 19.
K16 y = 0.777 + 9.94x
100 10
7
0.928 11.8 20.
K17 y = 1.46 + 12x
97.9 10
7
0.712 19.4 21. B. theobromae Pat.
y = 3.09 + 6.59x 100
10
7
1.049 8.9
Lampiran 11 Analisis ragam penggunaan beberapa khamir dalam menekan penyakit busuk buah pada buah mangga secara in vivo
Sumber Keragaman db
Jumlah Kuadrat
Kuadrat Tengah
F-Hitung P-Value
Perlakuan 20 130817.601
6540.880 7.54
.0001 Galat 1
147 127501.851 867.360
Hari 3 501632.954
167210.985 708.55
.0001 PerlakuanHari 60
33143.116 552.385
2.34 .0001
Galat 2 441 104071.428
235.990 Total 671
897166.950
Keterangan : = nyata pada taraf 5
Lampiran 12
Pengaruh penggunaan beberapa konsentrasi kitosan dan dalam menekan penyakit busuk buah secara in vivo setelah 5 hari inkubasi
No. Perlakuan Persentase Kejadian Penyakit L. theobromae Inkubasi Hari ke-
Kitosan 1
2 3
4 5
1 0,01 0.00 h 0.00 25.00 ef 40.00
50.00 d 29.41 83.33 ab 4.77
100.00 a 0.00 2 0,025 0.00 h 0.00
12.5 fg 70.00 50.00 d 29.41
58.33 cd 33.34 83.33 ab 16.67
3 0,05 0.00 h 0.00 12.5 fg 70.00
45.83 d 35.30 54.17 cd 38.10
75.00 b 25.00 4 0,1
0.00 h 0.00 4.17 g 90.00
25.00 ef 64.70 50.00 d 42.86
88.67 bc 33.33 5 0,5
0.00 h 0.00 4.17 g 90.00
20.83 fg 70.60 45.83 d 47.62
66.67 bc 33.33 6 1
0.00 h 0.00 4.17 g 90.00
16.67 fg 76.46 37.50 e 57.14
66.67 bc 33.33 7 1.5
0.00 h 0.00 0.00 h 100.00
12.5 fg 82.35 33.33 e 61.91
58.33 cd 41.67 8 2
0.00 h 0.00 0.00 h 100.00
4.17 fg 94.11 29.17 e 66.66
54.17 d 45.83 9 Kontrol
0.00 h 41.67 de
70.83 bc 87.50 a
100.00 a
Ket : nilai rataan yang diikuti huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata dengan uji DMRT pada taraf 5. Nilai dalam tanda kurung adalah nilai persentase tingkat hambatan relatif .
Lampiran 13 Analisis ragam pengaruh penggunaan beberapa konsentrasi kitosan dan thiram dalam menekan penyakit busuk buah secara in vivo
Sumber Keragaman db
Jumlah Kuadrat
Kuadrat Tengah
F-Hitung P-Value Perlakuan 5
40720.408 8144.082
14.08 .0001
Galat 1 42
24293.570 578.418
Hari 3 109708.125
36569.375 113.39
.0001 PerlakuanHari 15
4488.499 299.233
0.93 0.5355
Galat 2 126
40634.583 322.497
Total 191 219845.186
Keterangan : = nyata pada taraf 5
Lampiran 14 Pengaruh perlakuan khamir dan kitosan dalam dalam menekan penyakit busuk buah secara in vivo setelah 5 hari inkubasi
No. Jenis
Persentase Kejadin Penyakit L. theobromae Inkubasi ke- Perlakuan
1 2 3 4 5
1. Kontrol
0.00 e 41.67 bc
70.83 ab 100.00 a
100.00 a 2.
Putih 1 0.00 e 0.00
0.00 e 100.00 16.67 de 76.46
29.17 cd 70.83 50.00 bc 50.00
3. K1
0.00 e 0.00 0.00 e 100.00
33.33 cd 52.94 54.17 bc 45.83
75,00 ab 25.00 4.
K8 0.00 e 0.00
8.88 e 78.70 50.00 bc 29.41
70.83 ab 29.17 79.17 a 20.83
5. K12
0.00 e 0.00 0.00 e 100.00
33.33 cd 52.94 62.51 ab 37.49
75.00 ab 25.00 6.
K13 0.00 e 0.00
8.33 e 80.01 25.00 ab 64.70
70.83 ab 29.17 83.33 a 16.67
7. Chitosan 2
0.00 e 0.00 0.00 e 100.00
4.17 e 94.11 29.17 cd 70.83
54.17 bc 45.83 8.
Putih 1 + C2 0.00 e 0.00
0.00 e 100.00 0.00 e 100.00
8.33 e 91.67 37.5 cd 62.5
9. K1 + C2
0.00 e 0.00 0.00 e 100.00
16.67 de 76.46 33.33 cd 66.67
58.33 ab 41.67 10.
K8 + C2 0.00 e 0.00
0.00 e 100.00 0.00 e 100.00
16.67 de 83.33 33.33 cd 66.67
11. K12 + C2
0.00 e 0.00 0.00 e 100.00
0.00 e 100.00 16.67 de 83.33
50.00 bc 50.00 12.
K13 + C2 0.00 e 0.00
0.00 e 100.00 0.00 e 100.00
25.00 de 75.00 50.00 bc 50.00
Ket : nilai rataan yang diikuti huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata dengan uji DMRT pada taraf 5. Nilai dalam tanda kurung adalah nilai persentase tingkat hambatan relatif .