theobromae pada media PDA selama 7 hari inkubasi

menggunakan konsentrasi yang sama. Konsentrasi semua khamir yang digunakan pada uji in vivo ini adalah 10 7 selml. Pencelupan buah berri dengan suspensi khamir menggunakan konsentrasi 10 7 cfuml Myrto et al. 2004. Suspensi sel khamir pada konsentrasi rendah yaitu 10 6 sampai 10 7 cfuml efektif dalam menghambat perkembangan penyakit Droby et al .1997. Gambar 11 Pengaruh beberapa konsentrasi kitosan dan thiram terhadap pertumbuhan

L. theobromae pada media PDA selama 7 hari inkubasi

Tabel 5 Jumlah sel khamir dengan turbidimeter pada tiga konsentrasi No. Isolat Khamir Jumlah Sel x10 6 sporaml pada Absorbans 0.125 0.301 0.602 1. Cryptococcus albidus var aerius Putih 1 IPB 9.05 13.95 23.6 2. C. albidus var aerius Putih 1 IPB 10 15.95 25.05 3. Candida edax Orange IPB 5.3 19.35 27.4 4. Cryptococcus terreus A Kuning IPB 4.95 17.4 31.25 5. Pichia guilliermondi A K1 4.8 10.05 16.2 6. Cryptococcus luteolus K2 2.75 5.55 10.7 7. Debaryomyces hansenii C K3 3.55 7.15 12.95 8. Candida terestre K4 3.4 4.85 11.1 9. C. edax K5 2 8.05 14.65 10. C. albidus var aerius K6 2.75 7.45 15.6 12. Bulleromyces albus K7 3 4.75 8.1 13. Rhodotorula glutinis K8 4.7 9.35 18.9 14. P. guilliermondii A K9 4.55 10.15 16.65 15. C. albidus var aerius K10 6.15 10.05 16.2 16. D. hansenii C K12 4.35 8.65 14.5 17. C. edax K13 7.6 13.25 20.55 18. P. guilliermondii A K14 2.7 5.55 8.95 19. Candida mexicana K15 3.15 6 9.15 20. Cryptococcus amylolentus K16 2 3.8 6.75 21. D. hansenii C K17 2.65 5.55 8.5 kitosan 0,1 kitosan 0,5 kitosan 1 kitosan 1,5 Kitosan 2 thiram 0,1 thiram 0,5 thiram 1 kontrol Potensi Penggunaan Khamir, Kitosan, dan Thiram dalam Pengendalian L. theobromae pada Buah Mangga secara in vivo Perlakuan Tunggal Khamir, Kitosan, dan Thiram C. albidus var aerius IPB1, P. guilliermondi A1, R. glutinis 8, D. hansenii C12, C. edax 13, dan C. amylolentus 16 memiliki persentase kejadian penyakit di bawah 50 dan tingkat hambatan relatif di atas 50. Kelima khamir tersebut paling efektif dalam menekan penyakit busuk buah dibandingkan perlakuan lainnya beda nyata pada taraf 5, Gambar 12, Lampiran 10 dan 11 setelah 4 hari inkubasi. Perlakuan kelima khamir tersebut beda nyata sehingga dapat digunakan sebagai acuan untuk perlakuan lanjutan kombinasi uji in vivo. 25 50 75 100 Put ih 1 K1 K12 K8 K13 K16 K 9 Kuni ng K10 K15 P ut ih 2 K2 K 3 K14 O ra ng e K4 K6 K7 K5 K17 K ont ro l Th 0,3 K e ja d ian Penyaki t d an T ingkat Hamba tan Rel a ti f KP THR Gambar 12 Persentase kejadian penyakit dan tingkat hambatan relatif L. theobromae dengan penggunaan beberapa khamir secara in vivo selama 4 hari inkubasi Th : thiram, KP : kejadian penyakit, THR : tingkat hambatan relatif Potensi kelima khamir tersebut yang tinggi diduga bahwa khamir tersebut mensekresikan enzim yang mampu menghambat menekan penyakit atau mampu merangsang beberapa jenis respon pertahanan inang. Enzim tersebut mampu mendegradasi dinding sel patogen. Jijakli Lepoivre 1998 juga menunjukkan bahwa P. anomala strain K mampu menghasilkan enzim β 1,3-glukanase yang mampu menurunkan kandungan dinding sel cendawan. Enzim ini mampu merangsang proses hidrolisis kandungan kitin poli β-1,4-acetamido-2-deoxy-D-glucoside merupakan komponen terbesar penyusun dinding sel cendawan Chet Henis 1975. Parasitisme khamir telah diusulkan sebagai mekanisme penghambatan cendawan. P. guilliermondii mampu menghambat pertumbuhan Botrytis cinerea Wisniewski et al. 1991 dan Penicillium digitatum pada buah anggur Droby et al. 1997. Beberapa spesies Cryptococcus digunakan dalam pengendalian penyakit busuk pascapanen pada buah apel dan pear Roberts 1990. C. albidus var aerius IPB1 memiliki penghambatan yang efektif dalam pengendalian penyakit busuk pangkal buah secara konsisten baik pada uji in vitro maupun in vivo. Kemungkinan adanya mekanisme enzimatik yang mampu mendegradasi dinding sel patogen oleh kedua khamir tersebut. C. albidus mampu menghambat Penicillium glabrum pada strawberi Helbig 2002. R. glutinis mampu menghambat pertumbuhan Penicillium expansum pada buah apel Lima et al.1998. D. hansenii mampu menghambat pertumbuhan P. digitatum pada buah anggur Droby et al. 1997. Penampilan fisik buah juga tetap kuning dengan perlakuan keempat khamir tersebut Gambar 13. Hal ini kemungkinan terjadi akibat adanya aktivitas antagonis yang mampu merangsang respon pertahanan buah mangga seperti pada perlakuan K1 P. guilliermondi A. P. guilliermondii mampu menghambat produksi etilen Droby et al. 1997, produksi fitoaleksin Rodov et al. 1994, dan kadar fenilalanin amonia liase Wisniewski Wilson 1992 pada buah jeruk. Konsentrasi kitosan 2 memiliki persentase kejadian penyakit dan tingkat hambatan relatif paling rendah yaitu 29,17 dan 66,66 pada hari ke-4 inkubasi dan paling efektif dalam menekan penyakit busuk buah dibandingkan konsentrasi uji lainnya dan kontrol beda nyata pada taraf 5, Gambar 14, Lampiran 12 dan 13 pada semua waktu inkubasi. Penampilan fisik kulit buah juga masih kuning dengan perlakuan konsentrasi kitosan 2 Gambar 15. Perlakuan buah mangga dilakukan dengan kitosan 2 efektif dalam mengurangi timbulnya kebusukan dan kerusakan berat, dan menunda perubahan warna, pH dan keasaman hasil titrasi saat penyimpanan sehingga dapat meningkatkan mutu mangga Wang et al. 2007. Pelapisan kitosan pada buah mangga digunakan untuk mengendalikan penyakit antraknosa dengan cara merangsang aktivitas kitinase dan β-1,3-glukanase yang terlibat dalam mekanisme pertahanan sistemik tanaman. Khamir 1 Khamir 2 Khamir 3 Khamir 4 Khamir 5 Khamir 8 Khamir 7 Khamir 6 Khamir 9 Khamir 10 Khamir 12 Khamir 14 Khamir 13 Khamir 15 Khamir 16 Khamir 17 Gambar 13 Pengaruh beberapa khamir dalam menekan penyakit busuk buah pada irisan kulit buah mangga selama 4 hari inkubasi Pelapisan kitosan pada mangga dapat menunda pematangan ripening, menghambat produksi etilen, mengurangi respirasi, kerusakan berat, kadar asam askorbat, dan keasaman hasil titrasi tetapi tidak dapat mempertahankan kekerasan buah mangga Pumchai et al. 2005. Kitosan polimer berasal dari hewan telah memiliki kandungan antifungal yang tinggi dalam merangsang inang dalam menghasilkan enzim pertahanan kitinase dan membentuk pertahanan jaringan arbei. Selain itu pula dapat menunda pemasakan arbei, buah tomat dan lada pada saat digunakan sebagai pelapis Mari Guizzardi 1998. Orange IPB Putih 2 IPB Putih 1 IPB Kuning IPB Thiram 0,3 Kontrol 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 Kontrol Ki 0,01 Ki 0,025 Ki 0,05 Ki 0,1 Ki 0,5 Ki 1 Ki 1,5 Ki 2 Th 0,3 Jenis Perlakuan K e ja d ian Pen yaki t d a n T in g kat H a m b at an R e la ti f KP THR Gambar 14 Persentase kejadian penyakit dan tingkat hambatan relatif L. theobromae dengan penggunaan beberapa konsentrasi kitosan dan thiram secara in vivo selama 4 hari inkubasi Ki : kitosan, Th : thiram, KP : kejadian penyakit, THR : tingkat hambatan relatif Beberapa laporan telah menunjukkan bahwa kitosan mempunyai potensi untuk pengendalian penyakit pascapanen. Kitosan memiliki aktivitas antimikroba dan telah digunakan secara efisien dalam pengendalian pembusukan pascapanen buah-buahan Wang et al 2007. Pelapis edible mengalami peningkatan penggunaan karena lebih praktis dibandingkan dengan penggunaan kemasan lain seperti plastik. Salah satu yang mempunyai potensi baik sebagai pelapis edibel maupun sebagai fungisidal adalah kitosan yang berasal dari turunan polisakarida El-Ghaouth et al 2000. Kitosan larut air dengan berat molekul rendah 5 kDa berasal dari kulit udang menunjukkan aktivitas elisitor dengan merangsang pertahanan lokal dan sistemik Solanum tuberosum dan Lycopesicon esculentum terhadap serangan Phytophthora infestans. Kitosan tersebut merangsang akumulasi fitoaleksin jaringan tanaman inang, kitinase, β glukanase, dan lipoksigenase Vasyukova et al. 2001. Kitosan 0,025 Kitosan 0,01 Kitosan 0,05 Kitosan 0,1 Kitosan 0,5 Kitosan 1 Kitosan 1,5 Kitosan 2 Gambar 15 Pengaruh beberapa konsentrasi kitosan dan thiram dalam menekan penyakit busuk buah pada irisan kulit buah mangga selama 4 hari masa inkubasi Penggunaan thiram hanya digunakan sebagai pembanding saja lampiran 12 dan 13. Sehingga pada uji lanjutan kombinasi tidak dipakai karena tujuan penelitian ini menghindari penggunaan bahan kimia dalam pengendalian penyakit pascapanen. Selain itu pula penggunaan fungisida pada buah-buah ekspor harus dihindari karena adanya penolakan di pasar internasional apabila terdapat residu pestisida pada buah. Thiram 80 WG mampu mengendalikan penyakit antraknosa dan kudis pada buah mangga Sopina 1988. Perlakuan Kombinasi Kombinasi potensial C. albidus var aerius IPB1, R. glutinis 8, D. hansenii C12, dan C. edax13 dengan kitosan 2 menunjukkan persentase kejadian penyakit kurang dari 25 dan tingkat hambatan relatif lebih dari 75 pada hari ke-4 inkubasi sehingga paling efektif dalam menekan penyakit busuk buah dibandingkan kombinasi P. guilliermondi A1 dan kitosan 2 serta kontrol beda nyata pada taraf 5, Gambar 16, dan Lampiran 14. Kombinasi merupakan teknik perlakuan efektif digunakan dalam pengendalian penyakit cendawan pascapanen. Kombinasi kitosan dengan beberapa khamir antagonis perlu dikaitkan dengan keamanan bagi manusia dan efeknya terhadap kualitas buah- buahan Mari Guizzardi 1998. Kombinasi 0,2 glikokitosan dengan C. saitoana lebih efektif dalam pengendalian P. digitatum pada buah jeruk dan apel dibandingkan perlakuan tunggal Janisiewicz Korsten 2002. Penampilan fisik buah juga tetap kuning dengan perlakuan keempat khamir potensial dan kitosan 2 Gambar 17. Hal ini disebabkan adanya aktivitas antagonis yang mampu merangsang respon pertahanan buah mangga seperti pada perlakuan P. Thiram 0,3 Kontrol guilliermondi A1. P. guilliermondii pada buah anggur dapat merangsang produksi etilen Droby et al 1997, dan kadar fenilalanin amonia liase Wisniewski Wilson 1992. Potensi penghambatan khamir tertinggi sampai terendah terhadap pertumbuhan patogen yang konsisten pada semua pengujian ditunjukkan oleh C. edax 13, C. albidus var aerius IPB1, dan R. glutinis 8. Ketiga khamir ini sangat potensial digunakan sebagai agen hayati dalam pengendalian L. theobromae pada buah mangga selama penyimpanan. 25 50 75 100 Kontrol K8 K13 K12 K1 K1 + Ki 2 Putih 1 Ki 2 K13 + Ki 2 K8 + Ki 2 K12 + Ki 2 Putih 1 + Ki 2 Th 0,3 Jenis Perlakuan Kej a d ian P e n y ak it da n T ing k a t H a m b a ta n R e la ti f KP THR Gambar 16 Persentase kejadian penyakit dan tingkat hambatan relatif L. theobromae dengan kombinasi penggunaan khamir dan kitosan 2 secara in vivo selama 4 hari inkubasi Ki : kitosan, Th : thiram KP : kejadian penyakit, THR : tingkat hambatan relatif Gambar 17 Pengaruh kombinasi khamir dan kitosan 2 dalam menghambat pertumbuhan L. teobromae pada irisan kulit buah mangga selama 4 hari masa inkubasi Khamir 1 + Kitosan 0,2 Khamir 12 + Kitosan 0,2 Khamir 8 + Kitosan 0,2 Khamir 13 + Kitosan 0,2 Putih 1 IPB + Kitosan 0,2 Kontrol SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Pengujian secara in vitro dan in vivo menunjukkan C. albidus var aerius IPB1 paling efektif dalam penghambatan pertumbuhan patogen dan menekan penyakit busuk buah dengan mekanisme antibiosis. Konsentrasi kitosan efektif secara in vitro dan in vivo secara langsung menghambat pertumbuhan patogen dan menekan penyakit busuk buah adalah 2 vv dengan tingkat hambatan relatif 89,74 dan 66,67 bersifat sebagai fungisidal. Perlakuan kombinasi C. albidus var aerius 1, R. glutinis, D. hansenii C 12, C. edax 13 dan kitosan 2 paling efektif dalam menekan penyakit busuk buah pada hari ke-4 inkubasi dibandingkan perlakuan lainnya. Potensi penghambatan khamir tertinggi sampai terendah dalam menghambat pertumbuhan patogen dan menekan penyakit busuk buah yang konsisten pada semua pengujian ditunjukkan oleh C. albidus var aerius IPB1, C. edax 13, dan R. glutinis 8. Ketiga khamir ini sangat potensial digunakan sebagai agen hayati dalam pengendalian L. theobromae Pat. pada buah mangga saat penyimpanan. Saran Penelitian lanjutan diperlukan untuk pengujian perlakuan tunggal khamir dan kitosan maupun kombinasi saat prapanen. Hasil penelitian terdapat satu khamir uji R. glutinis 8 berpotensi dalam pengendalian L. theobromae pada buah mangga tidak memiliki mekanisme antibiosis dan kitinolitik sehingga perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk mengetahui mekanisme yang terjadi. Selain itu juga perlu dilakukan pengujian dengan memperpanjang pengamatan inkubasi masa simpan sampai 1 bulan pada kondisi temperatur rendah dan modifikasi kondisi lingkungan sebagai model selama transportasi. DAFTAR PUSTAKA Abidin. 2007. Inovasi Perawatan Konservasi Gigi melalui Teknologi Tissue Engineering. Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar Tetap dalam Bidang Ilmu Konservasi Gigi pada Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Sumatera Utara, Medan. Affandi. 2005. Pengenalan dan Pengenalan OPT Pascapanen Tanaman Buah. Makalah disampaikan pada Pertemuan Penyusunan Pedoman Pengenalan dan Pengendalian OPT Pascapanen Tanaman Hortikultura; 14-15 November 2005 di Cisarua. Bogor. Anonim. 2000. Batas Pestisida Maksimum untuk Bahan Pangan. Import Control Section. Singapore. Anonim. 2003. Boletin de Nuevas Adquisiciones Sept2002-Enero2003. Universidad Nacional Agraria UNA, les presenta el Boletín de Nuevas Adquisiciones No. 1. Arnold LD, Solomon NA. 1986. Manual of Industrial Microbiology and Biotechnology. American Society for Microbiology, Washington. Arras G, Nicolussi P, Ligios C. 1999. Non-toxicity of some antifungal yeasts Pichia guilliermondii, Rhodotorula glutinis, and Candida oleophila in laboratory animals. Ann Microbiol Enzymol 49:125–131. Baldwin EA, Burns JK, Kazokas W, Brecht JK, Hagenmaler RD, Bender RJ, Pesis. 1999. Effectof two edible coatings with different permeability characteristics on mango Mangifera indica L ripening during storage. Postharvest Biol Tech 17:215-226. Baker KF, Cook RJ. 1974. Biological Control of Plant Pathogens. San Fransisco:WH Freeman. Bastaman S. 1989. Studies on degradation and extraction of chitin and chitosan from prawn shells [thesis]. The Department of Mechanical Manufacturing, Aeronautical and Chemical Engineering. The Queen’s University of Belfast. Bhuiyan S. 2005. Postharvest mango in Australia. Department of Primary Industry, Fisheries and Mines. Northern Territory Government. New Zealand. [CABI] CAB International. 2003. Crop Protection Compendium CD-ROM Wallingford, UK : CABI. 2 CD-ROM dengan penuntun didalamnya. [CABI] CAB International. 2007. Crop Protection Compendium CD-ROM Wallingford, UK : CABI. 2 CD-ROM dengan penuntun didalamnya. Chanchaichaovivat A, Ruenwongsa P, Panijpan B. 2007. Screening and identification of yeast strains from fruits and vegetables: Potential for biological control of postharvest chilli anthracnose Colletotrichum capsici. Biological Control 42:326–335. Chen, Liang J. 1980. Summary of Botryodiplodia theobromae Pat. Matsushima Mycological Memoirs 1 :11. Chet I, Henis Y. 1975. Microbiology control of plant pathogen. Adv App Microbiol 19:85-111. Dasuki IM. 1989. Kerusakan lepas pasca panen buah mangga dan pencegahannya. Hortikultura 5 : 38 -41. [DKP] Departemen Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia. 2003. Perkembangan ekspor komoditi hasil perikanan Indonesia 1998-2002. url: http:www. dkp.go.id. Direktorat Budidaya Tanaman Buah. 2006. Standar Prosedur Operasional SPO Mangga Gedong Gincu Kabupaten Cirebon. Direktorat Jenderal Hortikultura. Departemen Pertanian. [Ditlitbanghorti] Direktorat Penelitian dan Pengembangan Hortikultura. 2005. Penyakit Pascapanen. http:www.litbanghortikultura.go.idpnlt_pandu.php [28 Jan 2008]. [Ditlinhorti] Direktorat Perlindungan Tanaman Hortikultura. 2005. Pedoman Pengenalan dan Pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan OPT Pascapanen Tanaman Hortikultura. Direktorat Jenderal Hortikultura. Departemen Pertanian. [Ditlinhorti] Direktorat Perlindungan Tanaman Hortikultura. 2006. Pedoman Surveilans dalam Rangka Menyusun Pest List OPT Mangga. Direktorat Jenderal Hortikultura. Departemen Pertanian. Direktorat Sarana Produksi. 2006. Pestisida Terdaftar Pertanian dan Kehutanan. Direktorat Jenderal Tanaman Pangan. Departemen Pertanian. Dirou J, Stovold G. 2005. Fungicide management program to control mango anthracnose. PRIMEFACT 19. Droby S, Chalutz E. 1994. Mode of Action of Biocontrol Agents of Postharvest Disease. Di dalam : Wilson CL, Wisniewski ME Eds.. Biological Control of Postharvest Diseases of Fruits and Vegetables Theory and Practice. CRC Press, Boca Raton, FL, pp. 63–75. Droby, S., Wisniewski, M. E., Cohen, L., Weiss, B., Touitou, D., Eilam, Y., and Chalutz, E. 1997. Influence of CaCl 2 on Penicillium digitatum, grapefruit peel tissue, and biocontrol activity of Pichia guilliermondii. Phytopathology 87:310-315. Druvefors UA. 2004. Yeast biocontrol of grain spoilage moulds : mode of action of Pichia anomala [dissertation]. Department of Microbiology, Swedish University of Agricultural Sciences Uppsala. El-Ghaouth A, Smilanick JL, Wilson CL. 2000. Enhancement of the performance of Candida saitoana by the addition of glycolchitosan for the control of postharvest decay of apple and citrus fruit. Postharvest Biol Technol 19:103-110. El Ghaouth, Arul J, Asselin A. 1992. Potential use of chitosan in postharvest preservation of fruit and vegetable. 440-450 p. Di dalam : Brines JB, Sandford PA, and Zikakis JP eds. Chitin and Chitosan. Elsevier Applies Science, London. Filonow AB, Vishniac HS, Anderson AJ, Janisiewicz WJ. 1996. Biological control of Botrytis cinerea in apple by yeasts from various habitats and their putative mechanisms of antagonism. Biological control 7, 212-220. Gandjar I, Sjamsuridzal W, Oetari A. 2006. Mikologi Dasar dan Terapan. Yayasan Obor Indonesia, Jakarta. Gorawar MM, Yashoda RH, dan Kulkarni S. 2006. Screening of genotypes and effect of fungicides against leaf blight of turmeric. Department of Plant Pathology, College of Agriculture, University of Agricultural Sciences, Dharwad, Karnataka-580 005, India. Indian J Crop Sci 11-2: 158-160. Grant LA, Burns J. 1994. Application of coatings. Di dalam : Krochta JM, Baldwin EA, Nisperos-Carriedo MO, Eds. Edible Coating and Films to Improve Food Quality. Lancaster. Technomic Pub. Co. Inc. Greener IK, Fennema OR. 1994. Evaluation of edible bilayer film for use as moisture barrier for food. J Food Sci 54:1400-1406. Hadiwiyono. 1999. Jamur akar gada Plasmodiphora brassicae Wor. pada cruciferae : uji toleransi inang dan pengendaliannya secara hayati dengan Trichoderma. Di dalam : Prosiding Kongres Nasional XV dan Seminar Ilmiah Perhimpunan Fitopatologi Indonesia; Purwokerto, 16-18 September 1999. Purwokerto: Universitas Jenderal Soedirman. Hlm 365-371. Hadwiger LA, Chiang C, Victory S, and Horovitz D. 1989. The molecular biology of chitosan in plantpathogen interaction and its application in agriculture. Di dalam : Skjak B, Antoren T, and Sandford P. 1989. Chitin and chitosan. Elsavier Applied Science, London. 119-138 p. Helbig, J. 2002. Ability of the antagonistic yeast Cryptococcus albidus to control Botrytis cinerea in strawberry. Biocontrol 47:85-99. Hirano S. 1989. Production and application of chitin and chitosan in Japan. Di dalam : Sanford P, Anthonsen T, Skjak-Braek G, editor. Chitin and Chitosan, Chemistry, Biochemistry, Physical Properties and Application. New York: Elsevier Science Publishing Co, Inc. Hussein HS, Mackie RI, Merchen NR, Baker DH, Parsons CM. 1996. Effects of oleaginous yeast on growth performance, fatty acid composition of muscles, and energy utilization by poultry. Bioresour Tech 55:125–130. Janisiewicz WJ , Korsen L. 2002. Biological control of postharvest diseases of fruits. Annu Rev Phytopathol 40:11-441. Jijakli HM, Lepoivre P. 1998. Characterization of an Exo-ß-1,3-Glucanase produced by Pichia anomala strain K, antagonist of Botrytis cinera on apples. Phytopatology 88:335-343. Johnson LF, Curl EA. 1972. Methods for Research on The Ecology of Soil Borne Plant Pathogens. Burgess Publishing Company. Canada. Kurt ID, Varum KM, Smidsord O. 1991. Chitosan crosslinked with Mo VI polyxyanions effect of chemical properties. Di dalam : Brine CJ, Sandford PA, Zikakis JP Eds.. Advances in Chitin and Chitosan. London New York. Elsevier Applied Science. Lima G, De Curtis F, Castoria R, De Cicco V. 1998. Activity of the yeasts Cryptococcus laurentii and Rhodotorula glutinis against postharvest rots on different fruits. Biocontrol Sci Technol. 8: 257-267. McHugh TH, Krochta JM. 1994. Permeability properties of edible films. Di dalam: Krochta JM, Baldwin EA,Nisperos-Carriedo MO, Eds.. Edible Coatings and Films to Improve Food Quality. Lancaster. Technomic Pub. Co. Inc. Mari M, Guizzardi M. 1998. The postharvest phase: emerging technologies for the control of fungal diseases. Phytoparasitica 261:59-66. Myrto D, Eleftherios CT, Polymnia A, Sotirios T. 2004. Laboratory and field evaluation of epiphytic vine yeasts against sour rot of grapes caused by Aspergillus carbonarius. Di dalam : Michele all’Adige S, Trentino. Management of Plant Diseases and Arthropod Pests by Bcas and Their Integration in Agricultural Systems. Istituto Agrario di S. Michele all’Adige IASMA, Ital. Abstract. Nurrachman. 2004. Pengaruh Pelapisan Kitosan terhadap Fisiologi Pascapanen Buah Apel Malus sylvestris L. [tesis]. Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Patil RS, Ghormade V, Deshpande MV. 1999. Chitinolytic enzyme : an exploration. J Enzyme Microbial Tech 26:473-483. Ploetz RC, Zentmyer GA, Nishjima WT, Rohrbach KG, Ohr HD. 1994. Compedium of Tropical Fruit Diseases. The American Phytopatological Society St Paul, Minnesota. APS Press. Poffley M, Owens G, Kulkarni V, Smith ESC, Condé B. 1999. Mango Management–Flowering to Market. Resource Protection Division, Darwin. Pordesimo AN, LL Ilag and S Sangchote. 1984. Postharvest Pathology of Mango. Di dalam : Mendoza DB Jr and RBH Wills Ed. Mango Fruit Development. Postharvest Physiology and Marketing in ASEAN. AFHB. Kuala Lumpur. Prabawati S, Murtiningsih, Yulianingsih. 1993. Pengaruh ketuaan dan perlakuan setelah panen terhadap penampakan dan perkembangan busuk pangkal buah stem end rot buah mangga Arumanis. Hortikultura 3 3:34 -46. Pumchai S, Jitareerat P, Kanlayanarat S, dan Sangchote S. 2005. Effect of chitosan on controlling of anthracnose disease in mangoes cv. Nam Dok Mai. Di dalam : The Second Asian Conference on Plant Pathology. Integrated Meetings Specialist Pte Ltd, Singapore. Roberts RG. 1990. Postharvest biological control of gray mold of apple by Cryptococcus laurentii. Phytopathology 80:526-530. Rodov V, Ben-Yehoshua S, Fang D, Dhallewin G, Castia T. 1994. Accumulation of phytoalexins scoparone and scopoletin in citrus fruits subjected to various postharvest treatments. Acta Hort Nat Phenols in Plant Resistance 381:517-523. Rogis A, Pamekas T, Mucharromah. 2007. Karakteristik dan ui efikasi bahan senyawa alami kitosan terhadap patogen pascapanen antraknosa. J Ilmu- Ilmu Pertanian Indonesia 91:58-63. Semangun, Haryono. 2004. Penyakit-Penyakit Tanaman Hortikultura di Indonesia. Yogyakarta: Gajah mada University. Sepiah M. 1986. Effectiveness of hot water, hot benomyl and cooling of postharvest disease of mango cv Arumanis. ASEAN Food J 23:117–120. Shurtleff MC, Averre CW. 1997. The Plant Disease Clinic and Field Diagnosis of Abiotic Diseases. The American Phytopatological Society St Paul, Minnesota. APS Press. Sopina OS. 1988. Application Summary for Application no. 41496 : Field Evaluation of Thiram 80 WG for The Control of Mango Anthracnose and Scab. Australian Pesticides Veterinary Medicines Authority. Australia. Tomlin CDS. 1997. The Pesticide Manual Eleventh Ed.. British Crop Protection Council. UK. Tsigos I, Martinou A, Kafetzopoulos, Bouriotis V. 2000. Chitin deacetylases : new, versatile tools in biotechnology. TIBTECH 18:305-311. Vasyukova NI, Zinov’eva SV, Il’inskaya LI, Perekhod EA, Chalenko GI. Gerasimova NG, Il’ina AV, Varlamov VP, Ozeretskovskaya OL. 2001. Modulation of plant resistance to diseases by water-soluble chitosan. App Biochem Microbiol 371:103–109. Wang J, Wang B, Jiang B, dan Zhao Y. 2007. Quality and shelf life of mango Mangifera indica l. cv. `Tainong coated by using chitosan and polyphenols. SAGE Publications. Food Sci Tech Int 13 4:317-322. Warnasuriya D, Liyanage AW, Weerawansa GG, Athauda PK, dan Jayatissa PM. 1985. Isolation and characterization of yeasts of some fruits and fruit products of Sri Lanka. J Natn Sci Coun Sri Lanka 131:71-75. Wilson CL, Pusey, PL. 1985. Potential for biological control of postharvest plant diseases. Plant Disease 69:375-378. Wilson CL, A El Ghaouth, E. Chalutz, S. Droby, C. Stevens, Y. Lu, V. Khan, and J. Arul. 1994. Potential of induces resistance to control postharvest diseases of fruit and vegetables. Plant Dis. J. 78 9: 837-844. Wisniewski M, Biles C, Droby S, McLaughlin R, Wilson C, Chalutz E. 1991. Mode of action of the postharvest biocontrol yeast, Pichia guilliermondii. Characterization of attachment to Botrytis cinerea. Physiol Molecular Plant Pathol 39:245-258. Wisniewski ME, Wilson CL. 1992. Biological control of postharvest diseases of fruits and vegetables : recent advances. Hort Sci 27: 94-98. Yanai K, Takaya N, Kojima N, Horiuchi H, Ohta A, Takagi M. 1992. Purification of two chitinases from Rhizopus oligosporus and isolation and sequensing of the encoding genes. J Bacteriol 57:7398-7406. Yoshioka H, Nonako K, Fokuda, Kazama S. 1995. Chitosan derived polymer- surfactants and their molecular properties. J Biotech Bioche 59:10. Yulianingsih, Broto W., Sabari SD. 1990. Inventarisasi penyakit pascapanen buah mangga Arumanis, Gedong, dan Cengkir. Hortikultura 29: 46 – 49. Zhang D, Quantrick PC. 1997. Effect of chitosan coating on enzymatic browning and decay during postharvest storage of litchi Lichi chinensis fruit. Postharvest Biol Tech 12:195-202. Zhang H, Zheng X, and Yu T. 2007. Biological control of postharvest diseases of peach with Cryptococcus laurentii. Food Control 18:287-291. Zwieten MV, Stovold G, Zwieten LV. 2007. Alternatives to Copper for Disease Control in the Australian Organic Industry. A report for the Rural Industries Research and Development Corporation. Australia. LAMPIRAN Lampiran 1 Komposisi media Martin Agar, Potato Dextrose Agar, dan koloidal kitin agar Media Martin AgarPeptone Dextrose Rose Bengal Agar Martin 1950 • Agar 20 gram • KH 2 PO 4 1 gram • MgSO 4 .7H 2 O 0,5 gram • Pepton 5 gram • Dektrosa 10 gram • Rose bengal 1 3,3 ml • Air destilata 1000 ml • Streptomycin 30 mg Semua bahan kecuali rose bengal dan streptomycin dilarutkan dalam akuades. Campuran tersebut dipanaskan perlahan dan diaduk sampai mendidih lalu diautoklaf pada tekanan 1 atm dan suhu 121 o C selama 15 menit. Setelah tidak terlalu panas 40 o C ditambahkan rose bengal dan streptomycin. Media Potato Dextrose Agar PDA Bahan PDA instan sebanyak 39 gram dilarutkan dalam akuades dan dicampur sampai merata. Lalu diautoklaf pada tekanan 1 atm dan suhu 121 o C selama 15 menit. Media Koloidal Kitin Agar Shurtleff dan Averre 1997 Untuk 1 liter akuades atau larutan garam mineral ditambahkan 1 – 2,5 gram koloidal kitin dan 20 gram agar. Adapun larutan garam mineral terdiri dari : • K 2 HPO 4 0,7 gram • KH 2 PO 4 0,5 gram • MgSO 4 .7H 2 O kristalin 0,5 gram • FeSO 4 0,01 gram • ZnSO4 0,001 gram. Lampiran 2 Proses preparasi untuk identifikasi khamir dengan metode BIOLOG TM Lampiran 3 Pembacaan dengan Biolog MicroStation Reader untuk identifikasi khamir Lampiran 4 Lebar zona hambatan beberapa khamir terhadap pertumbuhan L. theobromae pada media PDA pada 5, 10, dan 15 hari inkubasi No. Perlakuan Khamir Lebar Zona Hambatan terhadap L. theoromae cm Hari ke- 5 10 15 1. Putih 1 IPB 2,1 35,00 a 2,1 35,00 a 2,1 35,00 a 2. Putih 2 IPB 1,97 32,83 ab 1,37 22,83 d 0,93 16,17 fg 3. Kuning IPB 1,8 30,00 bc 1,8 30,00 bc 1,8 30,00 bc 4. Oranye IPB 1,83 30,50 bc 1,83 30,50 bc 1,83 30,50 bc 5. K1 0,37 6,17 ij 0,00 0,00 k 0,00 0,00 k 6. K2 1,67 27,83 c 1,53 25,50 d 1,4 23,33 d 7. K3 0,5 8,33 i 0,23 3,83 jk 0,07 1,17 k 8. K4 1,2 22,83 de 0,5 13,33 gh 0,2 3,33 jk 9. K5 0,7 4,50 j 0,13 2,17 jk 0,07 1,17 k 10. K6 1,47 24,50 d 1,17 19,50 ef 1,1 18,33 f 11. K7 0,5 8,33 i 0,13 2,17 jk 0,00 0,00 k 12. K8 0,47 7.83 i 0,13 2,17 jk 0,07 1,17 k 13. K9 1,00 16,67 fg 0,77 12,83 h 0,53 8,83 i 14. K10 1,17 19,50 ef 0,93 16,17 fg 0,77 12,83 h 15. K12 0,4 6,67 i 0,4 6,67 i 0,4 6,67 i 16. K13 1,43 23,83 d 1,00 16,67 fg 0,8 13,33 gh 17. K14 1,03 17,17 fg 1,03 17,17 fg 1,03 17,17 fg 18. K15 1,07 17,83 f 0,93 16,17 fg 0,93 16,17 fg 19. K16 0,97 16,17 fg 0,6 10,00 h 0,33 5,83 ij 20. K17 0,57 9,50 i 0,33 5,50 ij 0,27 4,50 j 21. Kontrol 0,00 0,00 k 0,00 0,00 k 0,00 0,00 k Ket : nilai rataan yang diikuti huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata dengan uji DMRT pada taraf 5. Nilai dalam tanda kurung adalah nilai persentase tingkat hambatan relatif . Lampiran 5 Analisis ragam persentase penghambatan beberapa khamir terhadap pertumbuhan L. theobromae secara in vitro Sumber Keragaman db Jumlah Kuadrat Kuadrat Tengah F-Hitung P-Value Perlakuan 20 79728.571 3986.429 122.01 .0001 Galat 1 42 1372.222 32.672 Hari 2 1048.236 524.118 117.11 .0001 PerlakuanHari 40 892.504 22.313 4.99 .0001 Galat 2 84 375.926 4.475 Total 188 83417.460 Keterangan : = nyata pada taraf 5 Lampiran 6 Uji antagonis beberapa khamir terhadap L. theobromae pada media PDA setelah 5 hari inkubasi Putih 1 Putih 2 kuning orange K1 K2 K3 K4 K5 K6 K7 K8 K9 K10 K12 K13 K14 K15 K16 K17 Lampiran 7 Analisis ragam pengaruh perlakuan beberapa konsentrasi kitosan terhadap diameter koloni L. theobromae setelah 12 hari inkubasi secara in vitro Sumber Keragaman db Jumlah Kuadrat Kuadrat Tengah F-Hitung P-Value Perlakuan 8 349.272 43.659 120.15 .0001 Galat 1 18 6.541 0.363 Hari 3 327.423 109.141 1348.92 .0001 PerlakuanHari 24 54.268 2.261 27.95 .0001 Galat 2 54 4.369 0.081 Total 107 741.872 Keterangan : = nyata pada taraf 5 Konsentrasi lain setelah hari ke-3 relatif konstan kecuali konsentrasi 1.5 dan 2. Uji lanjut hanya dilakukan konsentrasi 1.5 dan 2 dengan uji regresi yaitu : 1.5 : persamaan regresi y = 1.5x + 0.535, R2 = 0.888 2 : persamaan regresi y = 1.133x - 0.465, R2 = 1 Lampiran 8 Pengaruh perlakuan beberapa konsentrasi thiram terhadap diameter koloni L. theobromae setelah 18 hari inkubasi secara in vitro Sumber Keragaman db Jumlah Kuadrat Kuadrat Tengah F-Hitung P-Value Perlakuan 7 925.986 132.284 221.42 .0001 Galat 1 16 9.559 0.597 Hari 5 343.128 68.626 354.78 .0001 PerlakuanHari 35 124.476 3.556 18.39 .0001 Galat 2 80 15.474 0.193 Total 143 1418.623 Keterangan : = nyata pada taraf 5 Uji Regresi terhadap konsentrasi thiram 0,5, 0,7, dan 1 sebagai berikut : 0.5 : persamaan regresi y = 1.0006x - 0.3587 dengan R2 = 0.9847 0.7 : persamaan regresi y = 0.5606x - 0.2287 dengan R2 = 0.9763 1 : persamaan regresi y= 0.412x - 0.132 dengan R2 = 0.99 Lampiran 9 Persamaan regresi beberapa khamir untuk perlakuan in vivo Keterangan : A = Absorbans; T = Transmitans 2 Lampiran 10 Penggunaan beberapa khamir dalam menekan penyakit busuk buah secara in vivo selama 5 hari inkubasi No. Isolat Uji Persentase Kejadian Penyakit L. theobromae Pengamatan Hari ke- 1 2 3 4 5 1 K1 0.00 i 0.00 0.00 i 100 33.33 fg 52.94 54.17 de 45.83 75,00 ab 25 2 K2 0.00 i 0.00 29.17 gh 12.5 62.50 cd 11.76 91.67ab 8.33 100.00 a 0.00 3 K3 0.00 i 0.00 8.33 ef 20.01 63.33 ab 10.59 91.67 ab 8.33 100.00 a 0.00 4 K4 0.00 i 0.00 37.5 fg 80.00 54.17cd 23.52 95.83 a 4.17 100.00 a 0.00 5 K5 0.00 i 0.00 25.00 gh 40.00 66.67 bc 5.87 100.00 a 0.00 100.00 a 0.00 6 K6 0.00 i 0.00 30.00 ef 28.00 66.67bc 5.87 95.83 ab 4.17 100.00 a 0.00 7 K7 0.00 i 0.00 33.33 fg 20.01 66.66 cd 5.87 95.83 ab 4.17 100.00 a 0.00 8 K8 0.00 i 0.00 8.88 i 80.00 50.00 ef 29.40 70.83 cd 29.17 79.17 ab 20.83 9 K9 0.00 i 0.00 16.67 hi 59.99 45.83ef 35.3 75.00 bc 25.00 100.00 a 0.00 10 K10 0.00 i 0.00 12.50 hi 70.00 45.83 ef 35.30 79.17 bc 20.83 100.00 a 0.00 11 K12 0.00 i 0.00 0.00 i 100 33.33 fg 52.94 62.51cd 37.5 75.00 bc 25 12 K13 0.00 i 0.00 8.33 i 80.01 25.00 de 64.70 70.83 cd 29.17 83.33 ab 16.67 13 K14 0.00 i 0.00 8.33 i 80.01 62.5 de 11.76 91.67 ab 8.33 95.83 a 4.17 14 K15 0.00 i 0.00 16.67 hi 60.00 50.00 ab 29.41 87.50 ab 12.5 95.83 a 4.17 15 K16 0.00 i 0.00 16.67 hi 60.00 45.83 de 35.30 70.83 cd 29.17 75.00 bc 25 16 K17 0.00 i 0.00 8.33 i 80.01 62.5 ef 11.76 100.00 a 0.00 100.00 a 0.00 17 Putih 1 0.00 i 0.00 0.00 i 100 16.67 hi 76.46 29.17 gh 70.83 50.00 ef 50.00 18 Putih 2 0.00 i 0.00 12.5 hi 70.00 33.33 bc 52.94 87.50 ab 12.50 100.00 a 0.00 19 Orange 0.00 i 0.00 20.83 gh 50.01 50.00 ab 29.40 91.67 ab 8.33 95.83 a 4.17 20 Kuning 0.00 i 0.00 8.33 i 80.01 50.00 ef 29.41 75.00 bc 25.00 75.00 bc 25.00 21 Kontrol 0.00 i 41.67 ef 70.83 cd 100.00 a 100.00 a Ket : nilai rataan yang diikuti huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata dengan uji DMRT pada taraf 5. Nilai dalam tanda kurung adalah nilai persentase tingkat hambatan relatif . No. Nomor Isolat Persamaan Regresi Linear R Jumlah Selml A T 1. Putih 1 IPB y = 5.02 + 30.7x 99.9 10 7 0.162 68.9 2. Putih 2 IPB y = 6.24 + 31.4x 99.9 10 7 0.119 76 3. Orange IPB y = 2.2 + 44.2x 90.9 10 7 0.176 66.75 4. Kuning IPB y = - 0.69 + 54.2x 98.6 10 7 0.197 63.5 5. K1 y = 2.29 + 23.5x 98.9 10 7 0.328 47 6. K2 y = 0.606 + 16.7x 100 10 7 0.563 27.3 7. K3 y = 1.15 + 19.7x 100 10 7 0.449 35.6 8. K4 y = 0.75 + 16.6x 96.2 10 7 0.557 27.75 9. K5 y = - 0.68 + 26x 98.4 10 7 0.411 38.8 10. K6 y = - 0.636 + 27x 100 10 7 0.394 40.35 11. K7 y = 1.6 + 10.7x 99.9 10 7 0.785 16.4 12. K8 y = 0.71 + 30x 99.8 10 7 0.310 49 13. K9 y = 1.9 + 25x 98.9 10 7 0.324 47.4 14. K10 y = 3.6 + 21x 100 10 7 0.305 49.5 15. K12 y = 1.94 + 21.1x 99.6 10 7 0.320 47.9 16. K13 y = 4.6 + 26.8x 99.4 10 7 0.202 62.8 17. K14 y = 1.31 + 12.9x 99 10 7 0.674 21.2 18. K15 y = 1.87 + 12.4x 98.5 10 7 0.656 22.1 19. K16 y = 0.777 + 9.94x 100 10 7 0.928 11.8 20. K17 y = 1.46 + 12x 97.9 10 7 0.712 19.4 21. B. theobromae Pat. y = 3.09 + 6.59x 100 10 7 1.049 8.9 Lampiran 11 Analisis ragam penggunaan beberapa khamir dalam menekan penyakit busuk buah pada buah mangga secara in vivo Sumber Keragaman db Jumlah Kuadrat Kuadrat Tengah F-Hitung P-Value Perlakuan 20 130817.601 6540.880 7.54 .0001 Galat 1 147 127501.851 867.360 Hari 3 501632.954 167210.985 708.55 .0001 PerlakuanHari 60 33143.116 552.385 2.34 .0001 Galat 2 441 104071.428 235.990 Total 671 897166.950 Keterangan : = nyata pada taraf 5 Lampiran 12 Pengaruh penggunaan beberapa konsentrasi kitosan dan dalam menekan penyakit busuk buah secara in vivo setelah 5 hari inkubasi No. Perlakuan Persentase Kejadian Penyakit L. theobromae Inkubasi Hari ke- Kitosan 1 2 3 4 5 1 0,01 0.00 h 0.00 25.00 ef 40.00 50.00 d 29.41 83.33 ab 4.77 100.00 a 0.00 2 0,025 0.00 h 0.00 12.5 fg 70.00 50.00 d 29.41 58.33 cd 33.34 83.33 ab 16.67 3 0,05 0.00 h 0.00 12.5 fg 70.00 45.83 d 35.30 54.17 cd 38.10 75.00 b 25.00 4 0,1 0.00 h 0.00 4.17 g 90.00 25.00 ef 64.70 50.00 d 42.86 88.67 bc 33.33 5 0,5 0.00 h 0.00 4.17 g 90.00 20.83 fg 70.60 45.83 d 47.62 66.67 bc 33.33 6 1 0.00 h 0.00 4.17 g 90.00 16.67 fg 76.46 37.50 e 57.14 66.67 bc 33.33 7 1.5 0.00 h 0.00 0.00 h 100.00 12.5 fg 82.35 33.33 e 61.91 58.33 cd 41.67 8 2 0.00 h 0.00 0.00 h 100.00 4.17 fg 94.11 29.17 e 66.66 54.17 d 45.83 9 Kontrol 0.00 h 41.67 de 70.83 bc 87.50 a 100.00 a Ket : nilai rataan yang diikuti huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata dengan uji DMRT pada taraf 5. Nilai dalam tanda kurung adalah nilai persentase tingkat hambatan relatif . Lampiran 13 Analisis ragam pengaruh penggunaan beberapa konsentrasi kitosan dan thiram dalam menekan penyakit busuk buah secara in vivo Sumber Keragaman db Jumlah Kuadrat Kuadrat Tengah F-Hitung P-Value Perlakuan 5 40720.408 8144.082 14.08 .0001 Galat 1 42 24293.570 578.418 Hari 3 109708.125 36569.375 113.39 .0001 PerlakuanHari 15 4488.499 299.233 0.93 0.5355 Galat 2 126 40634.583 322.497 Total 191 219845.186 Keterangan : = nyata pada taraf 5 Lampiran 14 Pengaruh perlakuan khamir dan kitosan dalam dalam menekan penyakit busuk buah secara in vivo setelah 5 hari inkubasi No. Jenis Persentase Kejadin Penyakit L. theobromae Inkubasi ke- Perlakuan 1 2 3 4 5 1. Kontrol 0.00 e 41.67 bc 70.83 ab 100.00 a 100.00 a 2. Putih 1 0.00 e 0.00 0.00 e 100.00 16.67 de 76.46 29.17 cd 70.83 50.00 bc 50.00 3. K1 0.00 e 0.00 0.00 e 100.00 33.33 cd 52.94 54.17 bc 45.83 75,00 ab 25.00 4. K8 0.00 e 0.00 8.88 e 78.70 50.00 bc 29.41 70.83 ab 29.17 79.17 a 20.83 5. K12 0.00 e 0.00 0.00 e 100.00 33.33 cd 52.94 62.51 ab 37.49 75.00 ab 25.00 6. K13 0.00 e 0.00 8.33 e 80.01 25.00 ab 64.70 70.83 ab 29.17 83.33 a 16.67 7. Chitosan 2 0.00 e 0.00 0.00 e 100.00 4.17 e 94.11 29.17 cd 70.83 54.17 bc 45.83 8. Putih 1 + C2 0.00 e 0.00 0.00 e 100.00 0.00 e 100.00 8.33 e 91.67 37.5 cd 62.5 9. K1 + C2 0.00 e 0.00 0.00 e 100.00 16.67 de 76.46 33.33 cd 66.67 58.33 ab 41.67 10. K8 + C2 0.00 e 0.00 0.00 e 100.00 0.00 e 100.00 16.67 de 83.33 33.33 cd 66.67 11. K12 + C2 0.00 e 0.00 0.00 e 100.00 0.00 e 100.00 16.67 de 83.33 50.00 bc 50.00 12. K13 + C2 0.00 e 0.00 0.00 e 100.00 0.00 e 100.00 25.00 de 75.00 50.00 bc 50.00 Ket : nilai rataan yang diikuti huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata dengan uji DMRT pada taraf 5. Nilai dalam tanda kurung adalah nilai persentase tingkat hambatan relatif .