Pengambilan karang untuk bahan bangunan dan souvenir.

pakai oleh nelayan di desa Sidodadi adalah pancing, bubu, bagan tancap, rampus, payang, sero, jukung dan bagan rakit. Pengetahuan masyarakat mengenai jenis alat tangkap yang merusak dan tidak merusak terumbu karang, data survei menunjukkan bahwa responden secara jelas bisa membedakan alat tangkap yang dapat merusak dan tidak dapat merusak terumbu karang. Menurut sebagian besar responden alat tangkap bom, sianida dan trawl dianggap dapat merusak terumbu karang. Seluruh responden berpendapat bahwa bom merupakan alat tangkap yang merusak terumbu karang. Pengetahuan mengenai dampak penggunaan bom terhadap terumbu karang ini berdasarkan pengamatan langsung. Penggunaan bom umumnya dilakukan oleh orang luar Desa Sidodadi walaupun berdasarkan informasi dari responden intensitasnya sudah berkurang dibandingkan tahun 90-an. Gambar 30 Persepsi responden terhadap kegiatan pengeboman ikan karang Hal ini bisa dipahami bahwa masyarakat setempat menilai kondisi terumbu karang berdasarkan kerusakan yang secara langsung dapat dilihat akibatnya, seperti patahan karang yang berukuran kecil di lokasi yang lakukan pengeboman. Sedangkan kerusakan atau kematian karang akibat perubahan salinitas karena suplai air tawar ke dalam perairan melalui muara sungai, sedimentasi dan pertumbuhan algae yang menutupi karang belum menjadi alasan oleh masyarakat sebagai penyebab kerusakan terumbu karang di lokasi penelitian. Selain itu, sulitnya menangkap pelaku pengemboman ikan diduga karena sulitnya mendapatkan barang bukti yang kuat, seperti tertangkap tangan sedang mengebom. Akibatnya walaupun indentitas para pelaku pengeboman telah diketahui, namun karena kurangnya bukti menjadikan pelaku tidak dapat ditangkap. Meskipun saat ini kegiatan menangkap ikan dengan menggunakan bom tersebut sudah jauh berkurang, namun hasil dari wawancara secara mendalam kepada masyarakat nelayan setempat, diduga masih ada potensi untuk munculnya kembali marak kegiatan pengeboman ikan. Menurut informasi dari instansi terkait bahwa pengeboman, penggunaan sianida, jangkar kapal dan bagan tancap diduga sebagai penyebab rusaknya terumbu karang karena dioperasikan di sekitar atau dekat kawasan terumbu karang atau setidak-tidaknya di lokasi dekat dengan pantai kawasan pulau-pulau kecil yang merupakan habitat terumbu karang. Sedangkan terkait dengan penggunaan alat tangkap trawl, menurut informasi dari instansi terkait bahwa sudah tidak lagi digunakan untuk menangkap ikan dengan menggunakan trawl, karena adanya larangan dari masyarakat dan pemerintah. Terkait dengan keberadaan aturan lokal dalam upaya perlindungan terumbu karang oleh masyarakat, berdasarkan penjelasan dari informasi masyarakat lokal nelayan dan tokoh masyarakat bahwa belum ada aturan local seperti peraturan daerah dan peraturan desa yang mengatur tentang pelarangan kegiatan yang merusak karang dan pengambilan karang dengan tujuan untuk melindungi keberadaan terumbu karang tempat mereka menangkap ikan fishing ground. Alat tangkap alternatif yang ramah lingkungan perlu diciptakan dalam menangkap ikan karang. Selain itu merubah pola pikir masyarakat dari kebiasan merusak menjadi kebisaan menjaga perlu ditingkatkan dengan melakukan kegiatan-kegiatan sosialisasi dan pelatihan terhadap masyarakat bagaimana dampak negatif penggunaan bom baik bagi pelaku sendiri, nelayan terhadap kelerstarian sumberdaya khususnya ekosistem terumbu karang.

6.7.6. Pengembangan wisata bahari

Persepsi masyarakat di sekitar perairan Pulau Tegal dan Sidodadi tentang adanya pengembangan wisata bahari di daerah ini sangat positif 87 responden setuju dengan pengembangan wisata bahari, karena mereka setuju mendukung dengan adanya kegiatan ini. Mereka menganggap dengan adanya pengembangan kegiatan wisata bahari merupakan cara untuk mengurangi aktifitas pengeboman yang seperti terjadi selama ini secara tidak langsung telah terjadi pengawasan terhadap terumbu karang. mereka mengharapkan ikut berpartisipasi dalam