commit to user
1. Deteksi Estrus
Tabel 6. Deteksi Estrus Sapi Potong di Kecamatan Eromoko Deteksi Estrus
Orang S
31 86,11
PV 18
48,64 NMM
14 38,88
TL 9
24,32 L
28 77,78
Sumber : Data Primer terolah.
Keterangan : S
: Suara TL
: Tingkah Laku PV : Perubahan Vulva L
: Lendir NMM : Nafsu Makan Menurun
Peternak sapi potong di kecamatan Eromoko memiliki kemampuan yang memadai dalam mendeteksi estrus pada ternak betina.
Peternak mendeteksi estrusmelelui suara 86,11, lendir 77,78, perubahan vulva 48,54, nafsu makan menurun 38,88, dan sebanyak
24,32 medeteksi estrus melalui tingkah lakunya. Kemampuan mendeteksi estrus sangat berpengaruh terhadap keputusan peternak dalam
melakukan perkawinan ternak betina yang dimiliki. Deteksi estrus yang dilakukan peternak di Kecamata Eromoko sudah spesifik dengan
melakukan pengamatan melalui perubahan vulva.
2. Post Partum Mating
Post partum mating PPM adalah jangka waktu yang menunjukkan perkawinan atau inseminasi buatan pertama kali setelah
beranak. Tabel 6. PPM Bulan Sapi Potong di Kecamatan Eromoko
Desa PPM Bulan
Simpangan Baku Basuhan
5,33 1,13
Sumberharjo 5,55
1,96 Ngunggahan
6,94 3,59
Kecamatan 5,83
2,34 Sumber
: Data Primer terolah.
commit to user Nilai rata-rata PPM sapi potong di Kecamatan Eromoko yaitu 5,83
+ 2,34 bulan. Hampir memiliki nilai yang sama dengan nilai PPM menurut penelitian Wahyudi 2014 yaitu 5,80 + 3,30 bulan. Menurut Salisbury dan
Vandenmark 1985 sapi betina seharusnya dikawinkan 60-80 hari atau 2- 2,5 bulan setelah beranak , karena diperlukan waktu minimal 50-60 hari
atau 1,5-2 bulan untuk mencapai involusi uteriyang sempurna pada sapi. Panjangnya nilai PPM sebagian besar disebabkan oleh faktor
kesengajaan peternak jika dilihat dari kemampuan peternak dalam mendeteksi estrus. Faktor yang sering terjadi ketika proses penelitian
dilapangan yaitu peternak melakukan penundaan perkawinan dengan melakukan penundaan penyapihan pedet. Ada anggapan bahwa pedet yang
disapih terlalu cepat akan mengakibatkan pertumbuhan pedet terhambat, selain itu juga betina yang dikawinkan ditakutkan menjadi tergangu
kebuntingannya dengan adanya pedet yang menyusu. Seperti penelitian Subiharta et al, 2011 di wilayah lain di Jawa Tengah, peternak tetap
menunda perkawinan induk sampai pedet disapih meskipun induk dalam keadaan estrusdengan alasan induk masih menyusui anaknya.
3. Service Per Conception