Service Per Conception Days Open Conception Rate

commit to user Nilai rata-rata PPM sapi potong di Kecamatan Eromoko yaitu 5,83 + 2,34 bulan. Hampir memiliki nilai yang sama dengan nilai PPM menurut penelitian Wahyudi 2014 yaitu 5,80 + 3,30 bulan. Menurut Salisbury dan Vandenmark 1985 sapi betina seharusnya dikawinkan 60-80 hari atau 2- 2,5 bulan setelah beranak , karena diperlukan waktu minimal 50-60 hari atau 1,5-2 bulan untuk mencapai involusi uteriyang sempurna pada sapi. Panjangnya nilai PPM sebagian besar disebabkan oleh faktor kesengajaan peternak jika dilihat dari kemampuan peternak dalam mendeteksi estrus. Faktor yang sering terjadi ketika proses penelitian dilapangan yaitu peternak melakukan penundaan perkawinan dengan melakukan penundaan penyapihan pedet. Ada anggapan bahwa pedet yang disapih terlalu cepat akan mengakibatkan pertumbuhan pedet terhambat, selain itu juga betina yang dikawinkan ditakutkan menjadi tergangu kebuntingannya dengan adanya pedet yang menyusu. Seperti penelitian Subiharta et al, 2011 di wilayah lain di Jawa Tengah, peternak tetap menunda perkawinan induk sampai pedet disapih meskipun induk dalam keadaan estrusdengan alasan induk masih menyusui anaknya.

3. Service Per Conception

Service per ConceptionSCadalah angka yang menunjukkan jumlah inseminasi untuk menghasilkan kebuntingan dari sejumlah pelayanan service inseminasi yang dibutuhkan oleh ternak betina sampai terjadi kebuntingan.. Tabel 7. SC Sapi Potong di Kecamatan Eromoko Desa SC Simpangan Baku Basuhan 1,21 0,41 Sumberharjo 1,85 0,59 Ngunggahan 1,56 0,63 Kecamatan 1,52 0,60 Sumber : Data Primer terolah. commit to user Hasil perhitungan Tabel 7. menunjukkan nilai SC sapi potong di Kecamatan Eromoko 1,52 + 0,60 kali, lebih kecil dibandingkan nilai SC menurut Wahyudi 2014 yaitu 1,80 + 0,68 kali dan memiliki nilai yang hampir sama menurut Della 2015 yaitu 1,52 + 0,19 kali. Menurut Toelihere 1985, SC sapi induk berkisar1,6 sampai 2,0. Penundaan PPM dapat meningkatkan SC. Penundaan dimaksud untuk memperbaiki skor kondisi tubuh induk dan memberi kesempatan involusi uterus. Makin rendah nilai SC, makin tinggi kesuburan hewan-hewan betina. Sebaliknya makin tinggi nilai SC, makin rendahlah nilai kesuburan kelompok betina tersebut. Peran inseminator juga berpengaruh terhadap nilai SC yang dihasilkan.

4. Days Open

Days open DO adalah jangka waktu yang dihitung dari beranak sampai awal kebuntingan selanjutnya tanggal inseminasi buatan atau perkawinan terakhir yang menyebabkan kebuntingan. Tabel 8. Days Open Bulan Sapi Potong di Kecamatan Eromoko Desa DO Simpangan baku Basuhan 6,33 1,13 Sumberharjo 6,60 1,93 Ngunggahan 8,06 3,70 Kecamatan 6,88 2,39 Sumber : Data Primer terolah. Dari Tabel 12. dapat diketahui bahwa rata-rata DO sapi potong di Kecamatan Eromoko adalah 6,88 + 2,39 bulan. Nilai DO erat kaitannya dengan nilai PPE dan PPM, Bertambah lamanya waktu PPE dan PPM akibat manajemen umur sapih menyebabkan waktu DO lebih lama meskipun nilai rasio SC sapi potong di kecamatan Eromoko normal.

5. Conception Rate

Conception rateCR adalah persentase dari sapi yang bunting pada inseminasi pertama disebut juga sebagai angka konsepsi. commit to user Tabel 8. CR Sapi Potong di Kecamatan Eromoko Desa CR Basuhan 75 Sumberharjo 25 Ngunggahan 50 Kecamatan 51,67 Sumber : Data Primer terolah Rata-rata nilai CR sapi potong di Kecamatan Eromoko tergolong masih sudah baik meskipun belum optimal yaitu 51,67. Angka konsepsi yang baik apabila telah mencapai 60 atau lebih Hardjopranjoto, 1995.sedangkan yang dapat dimaklumi untukukuran Indonesia denganmempertimbangkan kondisi alam,manajemen dan distribusi ternak yangmenyebar sudah dianggap baik jika nilai CRmencapai 45-50. Menurut Toelihere 1985 angka konsepsi ditentukan oleh tiga faktor yaitu kesuburan pejantan dan betina, teknik inseminasi dan faktor lingkungan. Tingkat kesuburan sapi betina dapat dilihat dari rendahnya nilai SC. Faktor lain yang mempengaruhi tingginya CR yaitu kerjasama yang baik antara peternak dengan inseminator.

6. Calving Interval