ANALISIS KRIMINOLOGIS TERHADAP PENYEBAB ANAK YANG MELAKUKAN KEJAHATAN PERKOSAAN DAN UPAYA PENANGGULANGANNYA

(1)

ABSTRAK

ANALISIS KRIMINOLOGIS TERHADAP PENYEBAB ANAK YANG MELAKUKAN KEJAHATAN PERKOSAAN DAN UPAYA PENANGGULANGANNYA

Oleh ITA MAYASARI

Sesuai dengan perkembangan zaman kerap sekali terjadi kejahatan perkosaan yang dilakukan anak, itu terjadi karena ada faktor penyebabnya antara lain karena tidak adanya pengawasan yang dilakukan oleh orang tua, terpengaruh oleh pergaulan lingkungan sekitar, perkembangan pembangunan yang cepat, arus globalisasi dibidang komunikasi dan informasi, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta perubahan gaya dan cara hidup serta adanya kesempatan yang diperoleh anak tersebut. Permasalahan yang diteliti oleh penulis adalah apa saja faktor-faktor penyebab anak melakukan kejahatan perkosaan dan bagaimanakah upaya penanggulangan terhadap anak yang melakukan kejahatan perkosaan.

Pendekatan masalah dalam penelitian ini adalah pendekatan yuridis normatif dan yuridis empiris. Data yang digunakan adalah data primer yang diperoleh dengan cara wawancara serta data sekunder yang diperoleh melalui studi kepustakaan. Sedangkan pengolahan data yang diperoleh dengan cara identifikasi, editing, klasifikasi dan penyusunan data, serta penarikan kesimpulan. Data hasil pengolahan tersebut dianalisis secara deskriptif kualitatif yaitu menguraikan data secara bermutu dalam bentuk kalimat yang teratur, logis dan efektif sehingga memudahkan interpretasi data dan pemahaman hasil analisis guna menjawab permasalahan yang ada.

Setelah melakukan penelitian diperoleh hasil sebagai berikut, faktor penyebab anak dibawah umur melakukan kejahatan perkosaan yaitu karena faktor keluarga, faktor lingkungan pergaulan serta faktor perkembangan zaman (kemajuan teknologi). Upaya penanggulangan kejahatan perkosaan yang dilakukan anak adalah tindakan preventif dengan cara non penal artinya mengupayakan mengenal diri dan menanamkan kepercayaan pada diri dengan cara mengidentifikasi minat, bakat, potensi, dan menyalurkan pada aktifitas positif dalam mengisi waktu luang dan tindakan refresif dengan cara penal artinya tindakan yang dilakukan oleh aparatur penegak hukum sesudah terjadi kejahatan atau tindak pidana antara lain dengan cara penyuluhan ke sekolah-sekolah atau kemasyarakat agar menjaga dan memperhatikan pergaulan anak-anak supaya prilaku anak-anak tidak menyimpang, karena anak adalah generasi penerus bangsa.

Ita Mayasari

Adapun saran yang diberikan penulis demi kelancaran penegakan hukum: Untuk mengurangi kejahatan perkosaan yang dilakukan anak upaya dari pihak keluarga, upaya pemerintah dan juga upaya lingkungan masyarakat memang harus lebih diefektifkan lagi, setidaknya untuk meminimalisir kejahatan anak; Peningkatan keefektifan kerja para aparat penegak hukum perlu ditingkatkan kembali; Dalam menangani perkara anak perlu ada hal-hal yang diperhatikan, seperti pemberian sanksi yang ada batasan. Hakim yang berperan dalam menyelesaikan perkara


(2)

anakpun dalam memvonis dan memberikan hukuman harus memberikan hukuman yang porsinya pun berbeda dengan porsi hukuman orang dewasa. Karena seorang anak melakukan kesalahan tidak lepas dari lingkungan sekitar yang mempengaruhi untuk melakukan perbuatan salah tersebut.


(3)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Anak dalam konteks manusia dapat disamakan dengan keturunan manusia. Jika dalam konteks pengertian yang lebih luas anak adalah mahluk hidup yang diberikan Tuhan kepada manusia melalui hasil pernikahan guna meneruskan kehidupan selanjutnya. Anak adalah putera kehidupan, masa depan bangsa dan negara serta bagian dari generasi muda sebagai salah satu sumber daya manusia yang merupakan potensi dan penerus cita-cita perjuangan bangsa, yang memiliki peranan strategi dan mempunyai ciri dan sifat khusus.1 Lingkup pengertian anak bisa berbeda-beda salah satu contohnya saja yang dapat diambil menurut Undang-undang No. 4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak, Pasal 1 ayat 2, menyebutkan : “Anak adalah seorang yang belum mencapai umur 21 tahun dan belum pernah menikah”

Untuk mewujudkan sumber daya manusia indonesia yang berkualitas dan mampu memimpin serta memelihara persatuan dan kesatuan bangsa dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, diperlukan perhatian dan pembinaan secara terus menerus serta perlindungan dalam rangka menjamin pertumbuhan dan perkembangan fisik, mental, dan sosial serta spiritualnya dari hal yang membahayakan mereka.

Perhatian terhadap anak sudah lama ada sejalan dengan peradaban manusia itu sendiri, yang dari ke hari semakin berkembang. Keyakinan untuk memberikan perhatian dan pembinaan pada 1


(4)

generasi muda adalah suatu yang wajar dan merupakan tanggungjawab kita bersama, karena generasi muda merupakan penerus cita-cita bangsa dan sumber instansi dalam pembangunan Indonesia. Oleh karena itu, perlu ditingkatkan pembinaannya serta diarahkan menjadi kader penerus perjuangan bangsa dan manusia pembangunan yang berjiwa Pancasila. Cara yang dilakukan dalam pembinaan dan pengembangan generasi muda dilakukan secara nasional, menyeluruh dan terpadu serta dimulai sedini mungkin dan mencakup tahap-tahap pertumbuhan generasi muda, remaja dan pemuda. Guna untuk meningkatkan kualitas generasi muda, pembinaan dan pengembangannya merupakan tanggungjawab bersama antara orang tua, keluarga, lingkungan pemuda serta pemerintah.

Sesuai dengan perkembangan zaman kerap sekali terjadi kejahatan perkosaan yang dilakukan oleh anak, itu terjadi karena ada faktor penyebabnya antara lain karena tidak adanya pengawasan yang dilakukan oleh orang tua, terpengaruh oleh pergaulan lingkungan sekitar, dan adanya kesempatan yang di peroleh oleh anak tersebut.

Dilihat dari aspek yuridis, pelaku kejahatan adalah jika seseorang melanggar peraturan atau undang-undang pidana dan dinyatakan bersalah oleh pengadilan serta dijatuhi hukuman. Pengertian perkosaan adalah merupakan suatu tindakan kriminal berwatak seksual yang terjadi ketika seorang manusia (atau lebih) memaksa manusia lain untuk melakukan hubungan seksual dalam bentuk penetrasi vagina atau anus dengan penis, anggota tubuh lainnya seperti tangan, atau dengan benda-benda tertentu secara paksa baik dengan kekerasan atau ancaman kekerasan.2

Penyimpangan tingkah laku anak atau perbuatan melanggar hukum seperti kejahatan perkosaan yang dilakukan oleh anak, juga bisa disebabkan adanya dampak negatif dari perkembangan

2


(5)

pembangunan yang cepat, arus globalisasi dibidang komunikasi dan informasi, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta perubahan gaya dan cara hidup sebagian orang tua, telah membawa sosial yang mendasar dalam kehidupan bermasyarakat yang sangat berpengaruh terhadap nilai dan perilaku anak.

Penyimpangan yang dilakukan oleh anak itu bisa terjadi dari dua faktor. Menurut Tri Andrisman penyebab anak melakukan kenakalan, baik itu berupa tindak pidana maupun melanggar norma-norma sosial (agama, susila, dan sopan santun) dipengaruhi oleh faktor intern (dalam diri anak itu sendiri) maupun faktor ekstern (di luar diri anak). Penyebab dari dalam si anak sendiri (internal) yaitu faktor yang datangnya dari dalam tubuh diri sendiri tanpa pengaruh lingkungan sekitar. Penyebab dari luar si anak (eksternal) dikarenakan karena tekanan luar seperti dari keluarga, ekonomi, juga lingkungan masyarakat.3

Hal-hal lain penyebab kenakalan anak dari berbagai pendapat para ahli yaitu, kurangnya penyaluran emosi. Kurang tersedianya fasilitas sarana dan prasarana di rumah maupun di sekolah guna penyaluran bakat, minat, maupun kreatifitas. Akibatnya anak mencari kesibukan diluar rumah dengan melakukan tindakan-tindakan yang negatif. Lemahnya kemampuan pengawasan diri terhadap pengaruh lingkungan, kurangnya kemampuan menyesuaikan diri terhadap lingkungan, dan kurangnya dasar-dasar keagamaan didalam diri sehingga sukar mengukur norma luar atau memilih norma yang lebih baik di lingkungan masyarakat dengan kata lain anak yang demikian mudah terpengaruh oleh lingkungan yang kurang baik.

Kenakalan anak menurut Fuad Hasan adalah perbuatan anti sosial yang dilakukan oleh anak remaja yang bilamana dilakukan orang dewasa dikualifikasikan sebagai tindak kejahatan.

3


(6)

Pengaruh sosial dan kultural memainkan peranan yang besar dalam pembentukan atau pengkondisian tingkah laku kriminal anak. Perilaku anak ini menunjukkan tanda-tanda kurang atau tidak adanya konformitas (kesesuaian) terhadap norma-norma sosial, karena itu perilaku atau perbuatan anak disebut sebagai “anti sosial”.4

Secara umum anak dianggap ada dalam satu periode transisi dengan tingkah laku anti sosial yang potensial, disertai dengan banyak pergolakan hati atau kekisruhan batin pada fase-fase remaja. Menurut Kartini Kartono, segala gejala keberandalan dan kejahatan yang muncul itu merupakan akibat dari proses perkembangan pribadi anak yang mengandung unsur dan usaha:

a. kedewasaan seksual;

b. pencaharian suatu identitas kedewasaan; c. kurang atau tidak adanya disiplin diri.5

Jika kita hubungkan dengan kenyataan kejahatan perkosaan yang dilakukan oleh anak, upaya penanggulangan kejahatan perkosaan yang dilakukan oleh anak selama ini cenderung belum berhasil. Banyak fenomena anak sebagai pelaku kekerasan seksual, seperti kasus pada 26 Juli 2006 anak yang berumur 11 tahun yang menjadi korban pelecehan seksual oleh empat teman sekelasnya di Sekolah Dasar Negeri (SDN) Gandusari II Trenggalek, Jawa Timur.6Kasus lainnya yaitu perkosaan yang tergolong langka di Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah. Yakni, lima bocah laki-laki yang masih bau kencur (11 tahun ke bawah) memperkosa dua bocah perempuan yang umurnya 5 tahun dan 7 tahun.7 Juga contoh kasus perkosaan yang dilakukan oleh Racmad Rizki alias Rizki bin Herman Alamsyah berumur 17 tahun yang memperkosa pacarnya.

4

Ibid, Hlm. 7

5

Kartini Kartono,Patologi Sosial, Rajawali, Jakarta, 1992. Hlm. 9

6

http://issuu.com/radarjogja/docs/radar_jogja_02_februari_2011

7


(7)

Berdasarkan latar belakang di atas membuat penulis tertarik untuk meneliti tulisan dengan judul “Analisis Kriminologis Terhadap Penyebab Anak Yang Melakukan Kejahatan Perkosaan dan Upaya Penanggulangannya”

B. Permasalahan dan Ruang Lingkup

1. Permasalahan

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut diatas, maka yang menjadi permasalahan dalam penulisan ini adalah sebagai berikut :

a. Apakah faktor-faktor penyebab anak yang melakukan kejahatan perkosaan ?

b. Bagaimanakah upaya penanggulangan terhadap anak yang melakukan kejahatan perkosaan ? 2. Ruang Lingkup

Berdasarkan permasalahan tersebut maka ruang lingkup permasalahan penelitian ini adalah kajian hukum pidana formil di bidang kriminologi, berkaitan dengan kasus yang dilakukan oleh Racmad Rizki alias Rizki bin Herman Alamsyah khususnya yang berkaitan dengan penyebab anak melakukan kejahatan perkosaan dan upaya penanggulangannya terhadap anak yang melakukan kejahatan perkosaan.

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian


(8)

Tujuan utama dari penulisan skripsi ini adalah untuk memenuhi persyaratan tugas akhir untuk memperoleh gelar sarjana hukum pada Fakultas Hukum Universitas Lampung. Maka berdasarkan permasalahan di atas, tujuan yang ingin dicapai adalah :

a. Untuk mengetahui faktor-faktor penyebab anak yang melakukan kejahatan perkosaan b. Untuk mengetahui upaya penanggulangan kejahatan perkosaan yang dilakukan anak

2. Kegunaan Penelitian a. Kegunaan Teoritis

Secara teoritis kegunaan penelitian ini adalah untuk memperluas cakrawala pandangan peneliti dan pihak-pihak yang ingin mengetahui faktor penyebab anak dibawah umur melakukan kejahatan perkosaan dan bagaimanakah upaya penanggulangan terhadap anak yang melakukan kejahatan perkosaan.

b. Kegunaan Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan masukan kepada praktisi hukum khususnya, serta kepada masyarakat umumnya untuk mengetahui dan turut serta berpartisipasi dalam penanggulangan perkosaan terhadap anak yang dilakukan oleh anak.

D. Kerangka Teoritis dan Konseptual

1. Kerangka Teoritis.

Soerjono Soekanto berpendapat setiap penelitian akan ada kerangka teoritis yang menjadi kerangka acuan dan bertujuan untuk mengidentifikasikan terhadap dimensi sosial yang dianggap


(9)

relevan oleh peneliti.8

Kerangka teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori tentang faktor penyebab anak melakukan kenakalan yang disebabkan beberapa hal, mengutip dari buku Tri Andrisman menurutnya penyebab anak melakukan kenakalan, baik berupa tindak pidana maupun melanggar norma-norma sosial (agama, susila, dan sopan santun) dipengaruhi oleh faktor intern (dalam diri anak itu sendiri) maupun faktor ekstern (di luar diri anak), yaitu:

1. Faktor Intern :

a. Mencari identitas/jati diri

b. Masa puber (Perubahan hormon-hormon seksual). c. Tidak ada disiplin diri

d. Peniruan 2. Faktor Ekstern :

a. Tekanan ekonomi

b. Lingkungan sosial yang buruk.9

Teori kejahatan menurut pendapat Bonger mengutip (dalam buku Kartini Kartono) lebih menekankan pada kondisi ekonomi pada kemiskinan sehingga menimbulkan demoralisasi pada individu serta membelenggu naluri sosialnya sehingga pada akhirnya membuat individu melakukan tindak pidana.10

Penanggulangan kejahatan dapat dilakukan dengan kebijakan criminal (Criminal Policy). Kebijakan penanggulangan kejahatan dapat dilakukan melalui dua pendekatan, yaitu pendekatan

8

Soerjono Soekanto,Pengantar Penelitian Hukum, UI Pres, Jakarta, 1986. Hlm.125

9

Tri Andrisman,Hukum Peradilan Anak, Fakultas Hukum, Universitas Lampung, 2011. Hlm. 7

10


(10)

penal (penerapan hukum pidana) dan pendekatan non penal (pendekatan diluar hukum pidana). Membicarakan masalah penegakan disini tidak membicarakan bagaimana hukumannya, melainkan apa yang dilakukan oleh aparatur penegak hukum dalam menanggapi masalah-masalah dalam penegakan hukum. Masalah-masalah-masalah tersebut seperti yang telah disebutkan oleh para ahli, yaitu :

a. Masalah Prevensi (Pencegahan)

Prevensi yaitu bersifat mencegah (supaya jangan terjadi).11 Prevensi diartikan secara luas maka banyak badan atau pihak yang terlibat di dalamnya, ialah pembentuk undang- undang, polisi, kejaksaan, pengadilan, serta orang biasa.

b. Masalah Tindakan Represif

Tindakan represif adalah segala tindakan yang dilakukan oleh aparatur penegak hukum sesudah terjadi kejahatan atau tindak pidana.12 Telah dikemukakan diatas, bahwa tindakan represif sebenarnya juga dapat dipandang sebagai prevensi dalam pengertian yang luas. c. Tindakan Kuratif

Sudarto berpendapat tindakan kuratif pada hakekatnya juga merupakan usaha preventif dalam arti yang seluas-luasnya, ialah dalam usaha penanggulangan kejahatan.13 Maka untuk mengadakan pembedaan sebenarnya tindakan kuratif itu menurut penulis, merupakan segi lain dari tindakan represif, dan lebih dititik- beratkan kepada tindakan terhadap orang yang melakukan kejahatan.

2. Konseptual

Menurut Soerjono Soekanto pengertian kerangka konsep adalah kerangka yang menggambarkan 11

W.J.S. Poerwadarminta,Kamus Umum Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, 1987. Hlm. 768

12

http ://wikipedia.com

13


(11)

hubungan antara konsep-konsep khusus yang merupakan kumpulan arti-arti yang berkaitan dengan istilah-istilah yang ingin diketahui.14

a. Analisis

Analisis adalah analisa atau penyelidikan terhadap suatu peristiwa. (Karangan, perubahan dan sebagainya untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya, sebab musabab duduk perkaranya, dan sebagainya).15

b. Kriminologi

Menurut Bonger (dalam buku Topo Santoso) definisi kriminologi adalah sebagai ilmu pengetahuan yang bertujuan menyelidiki gejala kejahatan seluas-luasnya.16

c. Kejahatan

Huge D Barlow (dalam buku Topo Santoso) menyatakan bahwa definisi dari kejahatan adalah tindakan manusia yang melanggar hukum pidana.17

d. Perkosaan

Pengertian Pasal 285 KUHP, "Barangsiapa dengan kekerasan atau ancaman kekerasan memaksa seorang wanita bersetubuh dengan dia di luar perkawinan, diancam karena perkosaan dengan pidana penjara paling lama dua belas tahun".

e. Anak

14

Soerjono Soekanto,Pengantar Penelitian Hukum, UI Pres, Jakarta. Hlm. 232

15

W.J.S. Poerwadarminta,Kamus Umum Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, 1987. Hlm. 40

16

Topo Santoso,Kriminologi, Rajawali Pers, Jakarta, 2009. Hlm. 9

17


(12)

Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak menjelaskan anak adalah orang yang dalam perkara anak nakal telah mencapai umur 8 tahun tetapi belum mencapai umur 18 tahun dan belum pernah kawin.

E. Sistematika Penulisan.

Guna memudahkan dalam membaca dan memahami isi skripsi ini, maka penulis menyusun kedalam 5 (lima) bab yang isinya mencerminkan susunan dari materi yang perinciannya sebagai berikut :

I. PENDAHULUAN

Bab ini berisikan latar belakang penulisan, permasalahan dan ruang lingkup, tujuan dan kegunaan penulisan, kerangka teoritis dan konseptual serta sistematika penulisan.

II. TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini berisikan tentang pemahaman kepada pengertian-pengertian umum tentang pokok-pokok bahasan, yaitu tentang pengertian kriminologi, pengertian anak, pengertian kejahatan perkosaan, beberapa teori kriminologi penyebab terjadi kenakalan anak.

III. METODE PENELITIAN

Bab ini menguraikan metode penulisan, yaitu pendekatan masalah, sumber dan jenis data, penentuan populasi dan sampel dan metode pengumpulan data, serta analisis data.

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab ini berisikan jawaban dari permasalahan yang telah dirumuskan yang memuat tentang karakteristik respoonden, faktor penyebab anak melakukan kejahatan perkosaan, upaya penanggulangan kejahatan perkosaan yang dilakukan anak, hasil penelitian dan pemabahasan serta pendapat para responden dan pendapat terpidana kasus perkosaan anak.


(13)

V. PENUTUP

Bab ini berisikan kesimpulan yang dapat diambil penulis dan saran-saran yangang diberikan penulis yang berkaitan dengan permasalahan yang dibahas.


(14)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Kriminologi

Dipandang dari sudut sifat dan objeknya maka dalam membahas pengertian kriminologi dapat dilihat dari dua sudut yaitu pengertian kriminologi dalam arti sempit dan dalam arti luas. Kriminologi dalam arti sempit adalah mempelajari kejahatan artinya kejahatan yang dibuat oleh orang-orang yang melakukanya, kriminologi dalam arti luas adalah meliputi kriminologi dalam arti sempit, kriminalistik dan patologi.

Istilah kriminologi sendiri apabila dilihat dari sudut bahasa berasal dari dua kata yaitu crimen

dan logos. Crimen berarti kejahatan dan logos berarti ilmu pengetahuan, sehingga secara sederhana kriminologi dapat diartikan sebagai ilmu pengetahuan tentang kejahatan. Berdasarkan ensiklopedia kriminologi diartikan sebagai ilmu pengetahuan yang mempelajari kejahatan. Adapun yang menjadi tugas kriminologi dalam mempelajari kejahatan adalah :

a) Apa yang dirumuskan sebagai kejahatan dan fenomenanya yang terjadi didalam kehidupan masyarakat, kejahatan apa dan siapa penjahatnya merupakan bahan penelitian para ahli kriminologi,

b) Faktor–faktor yang menjadi penyebab timbulnya atau dilakukanya kejahatan.1

Menurut W.A Bonger kriminologi adalah ilmu pengetahuan yang bertujuan menyelidiki kejahatan seluas-luasnya, pengertian kejahatan seluas-luasnya berarti mencakup seluruh gejala patologi sosial, seperti pelacuran, narkotika, korupsi, kalusi, pemalsuan indentitas dan lain sebagainya. Penelitian gejala-gejala kejahatan meliputi penelitian sebab-sebab dari gejala

1


(15)

tersebut.2

Wolf Gang Savitr dan Jahnston (dalam buku B. Simanjuntak) merumuskan pengertian kriminologi adalah suatu ilmu pengetahuan yang mempergunakan metode ilmiah dalam mempelajari dan menganalisa keteraturan, keseragaman, pola-pola dan fakta sebab musabab yang berhubungan dengan kejahatan dan penjahat serta reaksi sosial terhadap kedua-duanya.3

Ruang lingkup kriminologi seperti yang telah dikemukakan oleh Edwin H. Sutherland dan Donal R. Cressey (dalam buku Mulyana W. Kusumah), bertolak dari pandangan bahwa kriminologi adalah kesatuan pengetahuan mengenai kejahatan sebagai gejala sosial, mengemukakan ruang lingkup kriminologi yang mencakup proses-proses pembuatan hukum, pelanggaran hukum dan reaksi atas pelanggaran hukum.4

Menurut Sutherland, kriminologi dapat dibagi dalam tiga bagian utama yaitu :

a) Sosiologi hukum sebagai analisa ilmiah atau kondisi-kondisi berkembangnya hukum pidana,

b) Etiologi kriminal, yang mencoba melakukan analisa ilmiah mengenai sebab sebab kejahatan,

c) Penologi yang menaruh perhatian pada pengendalian kejahatan, sebelum kejahatan itu terjadi.5

Objek bahasan kriminologi sangatlah luas karena itu kriminologi memerlukan sumbangan dari berbagai ilmu pengetahuan yang lain. Adapun ilmu pengetahuan bagian dari kriminologi merupakan kumpulan dari banyak ilmu pengetahuan yang dikutip dari pendapat W.A Bonger dari buku Soedjono Dirdjosisworo, yaitu terdiri dari :

a) Antropologi kriminil, ialah ilmu pengetahuan tentang manusia yang jahat,

b) Sosiologi kriminil ialah ilmu pengetahuan tentang kejahatan sebagai suatu gejala 2

B. Simanjunak,Pengantar Krimiologi Dan Patologi Sosial, S.I. : S.n., 1981. Hlm. 2

3

Ibid, hlm.5

4

Mulyana W. Kusumah,Kejahatan Dan Penyimpangan, YLBHI, Jakarta, 1981. Hlm. 3

5


(16)

masyarakat, jadi intinya tentang : sampai dimana letak sebab-sebab kejahatan dalam masyarakat (ethiologi social),

c) Pysikolog kriminil ialah ilmu pengetahuan tentang kejahatan dipandang dari sudut ilmu jiwa,

d) Psycho dan Neuro- Phathologi kriminil ialah ilmu pengetaahuan tentang penjahat yang sakit jiwa,

e) Penologi ialah ilmu pengetahuan tentang timbul dan bertumbuhnya hukum, f) Kriminologi yang dilaksanakan adalah Hugiene kriminil dan politik criminal,

g) Kriminalistik ( Police Scientique) ilmu pengetahuan untuk dilaksanakan yang menyelidiki tehnik dan pengusutan kejahatan.6

Herman Mannheim dalam buku Soedjono Dirjosisworo mengemukakan bahwa arti penting penelitian kriminologi sedikitnya mencakup :

a) Akan menelusurkan atau paling sedikit mengurangi kepercayaan yang salah terutama yang menyangkut sebab-sebab kejahatan serta mencari berbagai cara pembinaan narapidana yang baik,

b) Dalam sisi positifnya suatu penelitian dapat bermanfaat untuk meningkatkan pembinaan pelanggaran hukum dan lebih jauh menggantikan cara dalam pembinaan pelanggaran hukum,

c) Karena hasil penelitian kriminologi lambat laun memberikan hasil terutama melalui penelitian kelompok kontrol dan penelitian ekologis yang menyediakan bahan keterangan yang sebelumnya tidak bersedia mengenai non dilikuen dan mengenai ciri-ciri berbagai wilayah tempat tinggal dalam hubungan dengan kejahatan.7

Kriminologi merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang kejahatan. Nama kriminologi yang ditemukan oleh P. Topinard (1830-1911) seorang ahli antropologi Perancis, secara harfiah berasal dari kata “crimen” yang berarti kejahatan atau penjahat dan “logos” yang berarti ilmu pengetahuan, maka kriminologi dapat berarti ilmu pengetahuan tentang kejahatan atau penjahat.

Sutherland merumuskan kriminologi sebagai keseluruhan ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan pebuatan jahat sebagai gejala social (The body of knowledge regarding crime as a social phenomenon). Menurut Sutherland kriminlogi mencakup proses-proses pembuatan hukum,

6

Soedjono Dirjosisworo,Pengantar Ilmu Hukum, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1997. Hlm. 28

7


(17)

pelanggaran hukum dan reaksi atas pelanggaran hukum.

B. Pengertian Anak

Anak merupakan bagian dari generasi muda yang memiliki peranan strategis dan mempunyai ciri-ciri dan sifat khusus. Oleh karena itu anak memerlukan perlindungan dalam rangka menjamin pertumbuhan dan perkembangan fisik, mental dan sosial secara utuh, serasi selaras, dan seimbang, karena anak merupakan generasi penerus bangsa.

Pengertian anak saat ini dirumuskan untuk suatu perbuatan tertentu, kepentingan tertentu sehingga akan menentukan batasan usia seseorang yang disebut anak menjadi sangat beragam. misalnya Istilah atau pengertian Anak, dalam UUPA diatur dalam Ketentuan Umum Pasal 1 angka (1) sebagai berikut:

”Anak adalah orang yang dalam perkara anak nakal telah mencapai umur 8 (delapan) tahun tetapi belum mencapi umur 18 (delapan belas) tahun dan belum pernah kawin”. Ketentuan-ketentuan pasal selanjutnya ada istilah ”anak”, maka pengertiannya mengacu pada Pasal 1 angka (1) Ketentuan Umum. Tidak perlu dijelaskan kembali yang dimaksud dengan anak. Jadi Ketentuan Umum ini bertujuan untuk efisiensi berbahasa, tidak perlu selalu mengulang-ulang pengertian yang sama artinya.

Kaitannya dengan batasan usia atau tingkatan usia, dapat dibandingkan dengan pengaturan anak dalam peraturan perundangan lain, sebagai berikut:

1. Pasal 1 ayat 2 Undang-Undang No. 4 Tahun 1979 Tentang Kesejahteraan Anak menyebutkan bahwa anak adalah seseorang yang belum berumur 21 tahun dan belum pernah menikah. 2. Undang-Undang No. 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak menyebutkan bahwa anak

adalah seseorang yang belum berusia 18 tahun termasuk anak yang masih berada dalam kandungan.


(18)

3. Resolusi Perserikatan Bangsa-Bangsa Nomor 45/113 yang berlaku pada tanggal 14 Desember 1990, yang dimaksud dengan anak adalah seseorang yang belum berusia 18 tahun.

Ketiga ketentuan tenteng pengertian anak diatas terdapat perbedaan mengenai batasan umur, misalnya Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1979, pengertian anak sampai umur 21 tahun hal ini mungkin dikaitkan dengan asumsi dari pembentukan Undang-Undang, bahwa apabila anak sudah mencapai umur tersebut dianggap sudah dewasa dan mampu untuk mandiri sehingga dapat mensejahterakan dirinya.

Kemudian dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) Pasal 45 dan Pasal 72 diberikan batasan tentang pengertian anak sebagai berikut:

Pasal 45 KUHP:

”Menuntut orang yang belum cukup umur karena melakukan perbuatan sebelum enam belas tahun hakim dapat menentukan, memerintahkan supaya orang yang bersalah dikembalikan kepada orang tuanya, tanpa dipidana apapun, atau memerintahkan supaya yang bersalah diserahkan kepada Pemerintah, tanpa pidana apapun yaitu jika perbuatan merupakan kejahatan dan salah satu pelanggaran tersebut pasal, 489, 490, 492,497, 503, 505, 514, 517, 519, 525, 531, 532, 536 dan 540, serta belum lewat dua tahun sejak dinyatakan salah kerena melakukan kejahatan atau salah satu pelanggaran tersebut diatas dan putusannya menjadi tetap atau menjatuhakan pidana”.

Pasal 72 ayat (1) KUHP:

”Selama orang yang terkena kejahatan yang hanya dituntut atas pengaduan, belum cukup umur atau orang yang berbeda dibawah pengampuan karena sebab lainnya keborosan, maka yang berhak mengadu adalah wakilnya yang sah dalam perkara perdata”.

Kedua ketentuan Pasal diatas ternyata memberikan pengartian tentang anak lebih muda umurnya dibandingkan dengan ketentuan seperti yang disebutkan didalam UU Nomor 4 Tahun 1979, UU Nomor 23 Tahun 2002 dan Resolusi PBB.


(19)

Pengertian anak di bawah umur di sini mencakup batas usia anak. Batas usia anak memberikan pengelompokan terhadap seseorang untuk dapat disebut sebagai anak di bawah umur. Yang dimaksud dengan batas usia anak adalah pengelompokan usia maksimum sebagai wujud kemampuan anak dalam status hukum.

Anak merupakan individu yang berada dalam satu rentang perubahan perkembangan yang dimulai dari bayi hinga remaja. Masa anak merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan yang dimulai dari bayi (0-1 tahun) usia bermain/oddler (1-2,5 tahun), pra sekolah (2,5-5), usia sekolah (5-11 tahun) hingga remaja (11-18 tahun).

Rentang ini berbeda antara anak satu dengan anak yang lain mengingat latar belakang anak berbeda. Pada anak terdapat rentang perubahan pertumbuhan dan perkembangan yaitu rentang pertumbuhan cepat dan pertumbuhan lambat. Dalam proses perkembangan diri pada anak memiliki beberapa ciri-ciri, yaitu ciri fisik, kognitif, konsep diri, pola koping dan perilaku sosial.

Menurut Marlina anak adalah masa depan maupun generasi penerus bangsa yang memiliki keterbatasan dalam memahami dan melindungi diri dari berbagai pengaruh sistem yang ada.

Anak adalah individu yang rentan karena perkembangan kompleks yang terjadi di setiap tahap masa kanak-kanak dan masa remaja. Lebih jauh, anak juga secara fisiologis lebih rentan dibandingkan orang dewasa, dan memiliki pengalaman yang terbatas, yang mempengaruhi pemahaman dan persepsi mereka mengenai dunia.8

Menurut Maulana Hasan dan Wadong pada hakikatnya kedudukan atau status anak dalam hukum pidana meliputi dimensi-dimensi pengertian sebagai berikut :

8

Marlina,Peradilan Pidana Anak di IndonesiaPengembangan Konsep Diversi dan Restorative Justice, PT. Refika Aditama, Bandung, 2009. Hlm 15


(20)

1. Ketidakmampuan untuk pertanggung jawaban pidana;

2. Pengembalian hak-hak anak dengan jalan mensubstitusikan hak-hak yang timbul dari lapangan hukum keperdataan, tata negara dengan maksud untuk mensejahterakan anak; 3. Rehabilitasi, yaitu anak berhak mendapat proses perbaikan mental spritual akibat dari

tindakan hukum pidana yang dilakukan anak itu sendiri; 4. Hak-hak untuk menerima pelayanan dan asuhan.9

C. Pengertian Kejahatan

Menurut Moeljatno Kejahatan dalam bahasa Belanda disebut misdrijven yang berarti suatu perbuatan yang tercela dan berhubungan hukum, berarti tidak lain dari pada perbuatan melanggar hukum “Mengenai definisi” kejahatan adalah merupakan bagian dari perbuatan melawan hukum atau delik.10

Pengertian kejahatan menurut Bambang Poernomo mengatakan bahwa kejahatan adalah perilaku yang merugikan atau perilaku yang bertentangan dengan ikatan-ikatan sosial (anti sosial) atau perilaku yang tidak sesuai dengan pedoman masyarakat.11

Pengertian kejahatan menurut G.W Bawengan, dibedakan menjadi 3 (tiga), yaitu: 1. Pengertian secara praktis

Adalah setiap pelanggaran norma sosial yang ada di dalam masyarakat, dengan kata lain bahwa suatu perbuatan dikatakan kebaikan bila dia berada dalam sisi garis yang telah ditetapkan oleh norma, di lain pihak suatu perbuatan dikatakan kejahatan bila perbuatan itu telah lewat garis yang telah ditetapkan oleh norma.

2. Pengertian secara religius

Dalam ajaran agama dikenal dikotomi kebaikan dan kejahatan, suatu perbuatan dikatakan kebaikan bila perbuatan itu sesuai dengan yang telah ditetapkan oleh Allah SWT dan

9

Maulana Hasan Wadong,Pengantar Advokasi dan Hukum Perlindungan Anak, Grasindo, Jakarta. Hlm. 22

10

Moeljatno,Asas-Asas Hukum Pidana-Edisi Revisi, Rineka Cipta, Jakarta, 1993. Hlm. 71

11


(21)

sedangkan suatu perbuatan yang dikatakan kejahatan bila perbuatan itu melanggar perintah Allah SWT dan tidak menjauhi larangannya, perbuatan ini / kejahatan ini identik dengan dosa diancam dengan hukuman api neraka terhadap mereka yang melakukan dosa.

3. Pengertian secara yuridis

Pengertian “kejahatan secara yuridis dapat dilihat dalam KUHP”. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana membedakan antara perbuatan yang digolongkan sebagai suatu “pelanggaran” dan perbuatan yang digolongkan sebagai suatu “kejahatan”. KUHP sendiri terdiri dari tiga buku yaitu : Buku pertama berisi tentang peraturan umum, buku kedua berisikan tentang kejahatan, buku ketiga berisikan tentang pelanggaran.12

Perbuatan yang dapat dikategorikan sebagai suatu kejahatan berdasarkan hal tersebut di atas maka hanya perbuatan yang bertentangan dari pasal-pasal buku kedua adalah perbuatan kejahatan. Selain Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) kita juga mengenal sumber hukum pidana khusus, misalnya Undang-Undang Tindak Pidana Korupsi, Hukum Pidana Militer dan lain-lain. Perbedaan antara kejahatan dengan pelanggaran adalah bahwa kejahatan merupakan delik hukum, yaitu suatu peristiwa yang bertentangan dengan asas-asas hukum yang hidup di dalam keyakinan manusia dan terlepas dari Undang-Undang. Sedangkan pelanggaran adalah perbuatan yang melanggar delik undang-undang, yaitu suatu peristiwa yang untuk kepentingan umum dinyatakan oleh Undang-Undang sebagai hal yang terlarang.

Berdasarkan para ahli itu dapatlah diambil garis besarnya bahwa kejahatan itu sebagai suatu gejala sosial akan berkembang sesuai dengan perkembangan dinamika masyarakat. Pengertian kejahatan ini dapatlah diketahui bahwa terdapat berbagai bentuk kejahatan salah satu bentuk kejahatan tersebut adalah kejahatan perkosaan. Kejahatan perkosaan dalam Buku kedua KUHP 12


(22)

termasuk dalam bab yang mengatur tentang kejahatan kesusilaan. Kejahatan perkosaan dikatakan kesusilaan sebab yang menjadi sasarannya rasa kesusilaan seseorang dan tidak sesuai dengan norma-norma kesusilaan yang ada dalam masyarakat.

D. Pengertian Perkosaan Secara Yuridis

Istilah perkosaan adalah terjemahan dari bahasa Belanda “verkracting”, oleh Wirjono Projodikuro istilah ini dianggap kurang tepat menurutnya dalam Bahasa Indonesia kata perkosaan saja sama sekali belum menunjukkan pada pengertian “perkosaan untuk bersetubuh”, sedang diantara orang-orang Belanda istilah “verkracting”,sudah merata berarti ”perkosaan untuk bersetubuh”. Dengan demikian maka sebaiknya kualifikasi tindak pidana dari Pasal 285 KUHP ini harus disebut “perkosaan untuk bersetubuh”.13

Ditinjau dari segi yuridis perkosaan itu diatur dalam Pasal 285 KUHP yaitu sebagai berikut “Barang siapa dengan kekerasan atau ancaman memaksa seseorang wanita bersetubuh dengan dia diluar pernikahan, diancam melakukan perkosaan dengan pidana paling lama dua belas tahun”.

Berdasarkan Pasal 285 KUHP ada empat unsur yang harus dipenuhi pada delik perkosaan yaitu : 1. Pelaku adalah laki-laki yang dapat melakukan persetubuhan.

2. Korban yakni perempuan yang bukan istrinya 3. Adanya kekerasan atau ancaman kekerasan 4. Terjadinya persetubuhan

Unsur-unsur yang terdapat dalam Pasal 285 KUHP tersebut berlaku secara komulatif artinya 13


(23)

untuk dapat dikatakan melakukan suatu perkosaan harus memenuhi keempat unsur tersebut. Dalam perkosaan hukum hanya mengatur perkosaan yang dilakukan oleh kekerasan atau ancaman kekerasan. Hal ini akan merugikan korban sebab pembuktian mengenai adanya ancaman kekerasan akan sangat sulit dibuktikan, karena secara pisik tidak tampak pada korban.

Menurut Simons yang dimaksud dengan kekerasan ialah setiap penggunaan tenaga badan yang tidak terlalu, tidak berarti atau setiap pemakaian tenaga badan yang tidak terlalu ringan, yang dimaksud dengan pemakaian tenaga badan yang tidak terlalu ringan disini adalah penggunaan tenaga badan tersebut dapat membuat korban luka atau membuat korban luka atau membuat korban tunduk dengan keadaan fisik korban sudah tak memungkinkan lagi untuk melawan misalnya tenaga korban sudah habis untuk melawan pelaku.14

Selama beberapa tahun terakhir ini bangsa Indonesia banyak menghadapi masalah

kekerasan, baik yang bersifat masal maupun yang dilakukan secara individual. Masyarakat mulai merasa resah dengan adanya berbagai kerusuhan yang terjadi di

beberapa daerah di Indonesia. Kondisi seperti ini membuat perempuan dan anak-anak menjadi lebih rentan untuk menjadi korban kekerasan. Perempuan yang berada di daerah aman juga dapat menjadi korban kekerasan, dengan kata lain masalah kekerasan terhadap perempuan ini merupakan masalah yang universal.

E . Faktor Penyebab Kenakalan Anak

14


(24)

Kenakalan anak menurut Fuad Hasan15 adalah perbuatan anti sosial yang dilakukan oleh anak remaja yang bilamana dilakukan orang dewasa dikualifikasikan sebagai tindak kejahatan. Pengauh sosial dan kultural memainkan peranan yang besar dalam pembentukan atau pengkondisian tingkah laku kriminal anak. Perilaku anak ini menunjukkan tanda-tanda kurang atau tidak adanya konformitas (kesesuaian) terhadap norma-norma sosial, karena itu perilaku atau perbuatan anak disebut sebagai “anti sosial”.

Secara umum anak dianggap ada dalam satu periode transisi dengan tingkah laku anti sosial yang potensial, disertai dengan banyak pergolakan hati atau kekisruhan batin pada fase-fase remaja dan adolesens (dewasa). Menurut Kartini Kartono, segala gejala keberandalan dan kejahatan yang muncul itu merupakan akibat dari proses perkembangan pribadi anak yang mengandung unsur dan usaha:

a. kedewasaan seksual;

b. pencaharian suatu identitas kedewasaan; c. adanya ambisi materiil yang tidak terkendali; d. kurang atau tidak adanya disiplin diri.16

Ada beberapa faktor lagi yang perlu ditambahkan sebagai faktor penyebab anak melakukan kenakalan, baik berupa tindak pidana maupun melanggar norma-norma sosial (agama, susila, dan sopan santun) dipengaruhi oleh faktor intern (dalam diri anak itu sendiri) maupun faktor ekstern (di luar diri anak), menurut Tri Andrisman menjelaskan sebagai berikut :

1. Faktor Intern

a. Mencari identitas/jati diri

b. Masa puber (Perubahan hormon-hormon seksual) c. Tidak ada disiplin diri

15

Sudarsono,Kenakalan Remaja: Prevensi, Rehabilitasi, Resosialisasi, Rineka Cipta, Jakarta. Hlm. 48

16


(25)

d. Peniruan 2. Faktor Ekstern

a. Tekanan ekonomi

b. Lingkungan sosial yang buruk.17

Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui, bahwa anak-anak nakal (delinkuen) mempunyai karakterisktik umum yang sangat berbeda dengan anak-anak normal (non-delinkuen). Perbedaan itu dapat ditinjau dari segi :

a. Struktur intelektualnya

Pada umumnya intelegensi mereka tidak berbeda dengan intelegensi anak-anak normal; namum jelas terdapat fungsi-fungsi kognitif khusus yang berbeda. Biasanya anak-anak delinkuen ini mendapatkan nilai lebih tinggi untuk tugas-tugas prestasi daripada nilai untuk keterampilan verbal.

b. Konstitusi fisik dan psikis

Anak-anak delinkuen lebih “idiot secara moral”, dan memiliki perbedaan cirri karakteristik jasmaniah sejak lahir, jika dibandingkan dengan anak-anak normal. Bentuk tubuh mereka lebih “mesomorphs”, yaitu relatife berotot, kekar, kuat (60%), dan pada umumnya bersifat lebih agresif.

c. Ciri karakteristik individual

Anak-anak delinkuen mempunyai sifat kepribadian khusus yang menyimpang, seperti:

1. Hampir semua anak muda jenis ini cuma berorientasi pada “masa sekarang”, bersenang-senang dan berpuas diri untuk hari ini.

2. Kebanyakan dari mereka terganggu secara emosional.

17


(26)

3. Kurang tersosialisasi dalam masyarakat norma, sehingga tidak mampu mengenal norma-norma kesusilaan, dan tidak bertanggung jawab secara sosial.

4. Senang menceburkan diri dalam kegiatan tanpa pikir” yang merangsang rasa kejantanan, walaupun mereka menyadari besarnya resiko bahaya yang terkandung di dalamnya.

5. Pada umumnya mereka sangat impulsif, dan suka menyerempet bahaya. 6. Hati nurani tidak atau kurang lancar fungsinya.

7. Kurang memiliki disiplin dan kontrol diri, sebab mereka tidak pernah dituntun atau dididik untuk melakukan hal tersebut.

F. Beberapa Teori Kriminologi Penyebab Terjadi Kenakalan Anak

Disorganisasi sosial adalah suatu proses sosial kontinu yang memanifestasikan aspek tekanan batin, ketegangan, bencana batin dari pada suatu sistem sosial.18 Disorganisasi sosial ada kaitannya dengan gejala diorganisasi individual, karena individu dan Masyarakat merupakan aspek yang berbeda dari proses yang sama dalam interaksi sosial, sisi lain kekutan dinamis yang dapat menumbuhkan disornagisasi sosial juga dapat menjadi penyebab disorganisasi individu, masyrakat yang disorganisasi pada umumnya juga terdiri dari individu yang lebih kurang bersifat disorganisasi.

Shanon yang menyatakan disorganisasi sosial disebabkan oleh proses industrialisasi dan urbanisasi yang terjadi pada masyarakat perkotaan. Sebagai konsekuensinya muncul nilai-nilai baru dalam organisasi sosial, kebudayaan dan relasi sosial, dimana masyarakat tidak selalu berhasil melakukan penyesuaian terhadapnya. Delinkuensi (delinquency) berasal dari bahasa Latin “delinquere”, yang diartikan terabaikan, mengabaikan, yang kemudian diperluas menjadi 18


(27)

jahat, anti sosial, kriminal, pelanggar aturan, pembuat ribut, pengacau, penteror dan tidak dapat diatur. Kartono dalam mengartikan delinkuensi lebih mengacu pada suatu bentuk perilaku menyimpang, yang merupakan hasil dari pergolakan mental serta emosi yang sangat labil dan defektif.19

Menurut Sutherland disorganisasi sosial dan delinkuensi anak, terbagi menjadi 5 teori : a) Teori Diferensial Asosiasi

Dalam menjelaskan proses terjadinya perilaku kejahatan terdapat 9 proposisi :

1. Perilaku kejahatan adalah prilaku yang dipelajari secara negatif, berarti prilaku itu tidak diwarisi ;

2. Perilaku kejahatan yang dipelajar dalam interaksi dengan orang lain dalam suatu proses komunikasi ;

3. Bagian yang terpenting dalam proses mempelajari prilaku kejahatan ini terjadi dalam kelompok personal yang intim ;

4. Apabila prilaku kejahatan dipelajari, maka yang dipelajari meliputi ; 5. Teknik melakukan kejahatan;

6. Motif-motif tertentu, dorongan dan alasan-alasan pembenar dari perilaku jahat tersebut;

7. Arah dari motif dan dorongan itu dipelajari melalui defenisi-defenisi dari peraturan hukum;

8. Seseorang menjadi delikuensi (nakal) karena akses dari pola pikir yang lebih melihat dari aturan hukum sebagai pemberi peluang dilakukanya kejahatan dari pada melihat hukum sebagai sesuatu yang harus diperhatikan dan dipatuhi;

9. Diferensial Asosiasi bervariasi dalam hal frekuensi jangka waktu prioritas serta intensitasnya;

10. Proses mempelajari prilaku kejahatan yang diperoleh melalui hubungan dengan pola-pola kejahatan dan inti dari kejahatan yang menyangkut seluruh mekanisme yang lazim terjadi dalam suatu proses belajar pada umumnya;

11. Sementara prilaku kejahatan merupakan pernyataan kebutuhan dan nilai umum, akan tetapi hal tersebut tidak dijelaskan oleh kebutuhan dan nilai-nilai umum itu, sebab prilaku yang bukan kejahatan juga merupakan pernyataan dari kebutuhan dan nilai-nilai yang sama20

b) Teori anomie

Istilah anomie pada dasarnya berasal dari seorang Sosiolog Inggris yang berarti suatu keadaan tanpa norma. Kosep Anomie oleh R. Merthon diformulasikan dalam rangka 19

Soetomo,Disorganisasi Sosial, P3KS Press, Jakarta, 2008. Hlm. 89

20


(28)

menjelaskan keterkaitan antara kelas-kelas sosial dengan kecendrungan pengadaptasianya dalam sikap dan prilaku kelompok. Mengenai penyimpangan dapat dilihat dari struktur sosial dan kultural.21

c) Teori Sub Budaya Delinkuen

Maksud utama dari teori ini dalam rangka melihat kepada peningkatan perilaku delinkuen didaerah kumuh. Fokus perhatianya terarah kepada suatu pemahaman bahwa merupakan cerminan ketidakpuasan mereka terhadap norma-norma dan nilai-nilai dari kelompok kelas menengah yang mendominasi kultur.

d) Teori Konflik kebudayaan

Teori Konflik kebudayaan dikemukakan oleh Thorsten Sellin, yang menyatakan

Conducts norms ( norma-norma yang mengatur kehidupan kita sehari-hari) merupakan aturan-aturan yang mereflesikan sikap-sikap dari kelompok yang masing-masing dan kita miliki. Tujuan dari norma-norma tersebut adalah untuk mendefenisikan apa yang dianggap tingkah laku tak pantas atau abnormal. Seorang individu yang mengikuti norma mungkin saja dipandang telah melakukan suatu kejahatan apabila norma-norma kelompoknya itu bertentangan dengan norma-norma kelompoknya itu bertentangan dengan norma-norma dari masyarakat dominan.22

e) Teori kontrol/Teori Kontrol Sosial

Teori ini berangkat dari suatu asumsi/anggapan bahwa individu didalam masyarakat mempunyai kecendrungan yang sama akan suatu kemungkinannya. Penyebab tingkah tingkah laku delikuen terhadap anak ini adalah murni sosiologis atau sosial fisikologis sifatnya.

G. Upaya Penanggulangan

Usaha yang dilakukan dalam menangatasi perilaku menyimpang dapat dilakukan dengan cara: 1. Usaha di lingkungan keluarga

a. Menciptakan keluarga yang harmonis, terbuka dan jauh dari kekacauan. Dengan keadaan keluarga yang seperti ini, mengakibatkan anak-anak lebih sering tinggal dirumah daripada keluyuran di luar rumah. Tindakan ini lebih mendekatkan hubungan orang tua dengan anaknya.

21

Ibid, Hlm. 59

22


(29)

b. Memberikan kemerdekaan kepada anak untuk mengemukakan pendapatnya dalam batas-batas kewajaran tertentu. Dengan tindakan seperti ini, anak-anak dapat berani untuk menentukan langkahnya, tanpa ada keraguan dan paksaan dari berbagai pihak. Sehingga mereka dapat menjadi lebih bertanggung jawab terhadap apa yang mereka kerjakan. 2. Usaha di lingkungan sekolah

a. Menegakkan disiplin sekolah yang wajar dan dapat diterima siswa. Disiplin yang baik dan wajar dapat diterapkan dengan pembentukan aturan-aturan yang sesuai dan tidak merugikan berbagai pihak.

b. Pelaksanaan peraturan dengan adil dan tidak pandang bulu. Tindakan dilakukan dengan cara memberikan sanksi yang sesuai terhadap semua siswa yang melanggar peraturan tanpa melihat keadaan orang tua siswa.

3. Usaha di lingkungan masyarakat

a. Menegur anak-anak yang sedang melakukan tindakan-tindakan yang telah melanggar norma.


(30)

III. METODE

PENELITIAN

Penelitian hukum menurut Abdulkadir. M. merupakan kegiatan ilmiah yang didasarkan pada metode, sistematika, dan pemikiran tertentu, yang bertujuan untuk mempelajari satu atau beberapa gejala hukum tertentu, dengan jalan menganalisisnya.1

A. Pendekatan Masalah

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan Yuridis Normatif dan Pendekatan Yuridis Empiris. Pendekatan Yuridis Normatif dan Pendekatan Yuridis Empiris: 1. Pendekatan Yuridis Normatif

Pendekatan Yuridis Normatif yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara mempelajari bahan-bahan pustaka yang berupa literature dan perundang-undangan yang berkaitan dengan permasalahan yang akan dibahas, dalam hal ini adalah yang berkaitan dengan kriminologis penyebab anak dibawah umur melakukan kejahatan perkosaan.

2. Pendekatan Yuridis Empiris

Pendekatan Yuridis Empiris yaitu yaitu pendekatan yang dilakukan dengan cara menggali informasi dan melakukan penelitian dilapangan guna mengetahui secara lebih jauh mengenai permasalahan yang dibahas. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan informasi lapangan yang lebih akurat.

B. Sumber Data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini berupa Data primer dan Data sekunder:

1


(31)

1. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh dari pihak-pihak yang terkait dalam penelitian langsung di lapangan di Kejaksaan Tinggi Lampung, LSM LADA, Dosen Hukum Pidana Unvesitas Lampung, dan Terpidana kasus perkosaan yang diperoleh melalui kegiatan wawancara dengan informan yang mengetahui tentang masalah dalam penelitian ini.

2. Data Sekunder

Data Sekunder adalah data yang diperoleh dengan mempelajari peraturan perundang-undangan, buku-buku hukum, dan dokumen yang berhubungan dengan permassalahan yang dibahas. Kegiatan pengumpulan data dilakukan melalui tahapan-tahapan berikut :

a. Penentuan sumber data sekunder, berupa perundang-undangan, dokumen hukum, catatan hukum, dsb;

b. Menginvertarisasi data yang relevan dengan rumusan masalah dengan cara membaca, mempelajari, mengutip/mencatat, dan memahami maknanya;

c. Pengkajian data yang sudah terkumpul dengan cara menelaah litertur-literatur dan bahan kepustakaan lainnya agar mempermudah pembahasan penelitian ini serta untuk menentukan relevansinya dan rumusan masalah.

Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini antara lain : 1. Bahan Hukum Primer

Bahan-bahan hukum yang mengikat, seperti : a) Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP)

b) Undang-undang No. 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak c) Undang-undang No. 4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak d) Undang-undang No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak


(32)

2. Bahan Hukum Sekunder

Bahan hukum sekunder yaitu berupa bahan hukum yang meliputi peraturan pelaksana, Kepres dan Peraturan Pemerintah.

3. Bahan Hukum Tersier

Bahan-bahan penunjang lain yang ada relevansinya dengan pokok permasalahan, memberikan informasi, petunjuk dan penjelasan terhadap bahan hukum primer dan sekunder, bukan merupakan bahan hukum, namun secara signifikan dapat dijadikan bahan analisa terhadap penerapan kebijakan hukum dilapangan, seperti hasil penelitian , buletin, majalah , artikel-artikel di internet dan bahan-bahan lainnya yang sifatnya seperti karya ilmiah berkaitan dengan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini.

C. Penentuan Populasi dan Sampel

Populasi adalah seluruh obyek atau seluruh individu atau seluruh gejala atau seluruh kejadian atau seluruh unit yang akan diteliti.2

Penulisan ini penentuan responden menggunakan metode pengambilan sampel secara purvosive sampling yang berarti bahwa dalam penentuan sample disesuaikan dengan tujuan yang hendak dicapai dan dianggap telah mewakili populasi.

Dalam penelitian ini diambil responden sebanyak 8 orang, yaitu :

1) Aparat Kejaksaan Tinggi Lampung : 2 orang

2) LSM LADA : 2 orang

3) Dosen Hukum Pidana Universitas Lampung : 2 orang

4) Terpidana Kasus Perkosaan : 2 orang

2


(33)

======== Jumlah : 8 orang

D. Tekhnik Pengumpulan Data dan Metode Pengolahan Data

1. Tekhnik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data yang benar dan akurat dalam penelitian ini ditempuh prosedur sebagai berikut:

1. Studi Kepustakaan(Library Reasearch)

Studi kepustakaan adalah mengumpulkan data yang dilakukan dengan cara membaca, mengutip, mencatat dan memahami berbagai literatur yang ada hubungannya dengan materi penelitian, berupa buku-buku, peraturan perundang-undangan, majalah-majalah serta dokumen lain yang berhubungan dengan masalah yang dibahas.

2. Studi Lapangan(Field Research)

Studi Lapangan adalah mengumpulkan data dengan mengadakan penelitian langsung pada tempat atau objek penelitian.

2. Pengolahan Data

Data yang terkumpul, diolah melalui pengolahan data dengan tahap-tahap sebagai berikut: 1. Identifikasi

Identifikasi data yaitu mencari dan menetapkan data yang diperlukan dalam penelitian ini. 2. Editing


(34)

Editing yaitu meneliti kembali data yang diperoleh dari kepustakaan, hal ini perlu untuk mengetahui apakah data tersebut sudah cukup dan dapat dilakukan untuk proses selanjutnya. Semua data yang diperoleh kemudian disesuaikan dengan permasalahan yang ada dalam penulisan ini, editing dilakukan pada data yang sudah terkumpul diseleksi dan diambil data yang diperlukan.

3. Klasifikasi Data

Klasifikasi data yaitu menyusun data yang diperoleh menurut kelompok yang telah ditentukan secara sistematis sehingga data tersebut siap untuk dianalisis.

4. Penyusunan Data

Sistematisasi data yaitu penyusunan data secara teratur sehingga dalam data tersebut dapat dianalisa menurut susunan yang benar dan tepat.

5. Penarikan Kesimpulan

Penarikan kesimpulan yaitu langkah selanjutnya setelah data tersusun secara sistematis, kemudian dilanjutkan dengan penarikan suatu kesimpulan yang bersifat umum dari datum yang bersifat khusus.

E. Analisis Data

Data hasil pengolahan tersebut dianalisis secara deskriptif kualitatif yaitu menguraikan data secara bermutu dalam bentuk kalimat yang teratur, logis dan efektif sehingga memudahkan


(35)

interpretasi data dan pemahaman hasil analisis dan metode yang bersifat khusus yang dipakai dalam penarikan kesimpulan guna menjawab permasalahan yang ada.


(36)

V. PENUTUP

A. Kesimpulan

Setelah melakukan pembahasan terhadap data yang diperoleh dalam penelitian maka sebagaimana penutupan dari pembahasan atas permasalahan atas permasalahan dalam skripsi ini, penulis menarik kesimpulan:

1. Faktor penyebab anak dibawah umur melakukan kejahatan perkosaan yaitu dari faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern antara lain, faktor keluarga, masa puber, kurangnya landasan agama dan tidak ada disiplin diri, tidak ada pengawasan dari orangtua terhadap anak sehingga segala aktivitas anak tidak terkontrol. Faktor ekstern yaitu, faktor lingkungan pergaulan, pergaulan yang salah dan buruk dapat memicu anak berbuat hal yang tidak baik, faktor perkembangan zaman (kemajuan teknologi), yang menimbulkan keguncangan anak untuk menerima perubahan baru, kecanggihan alat elektronik yang dapat mudahnya mengakses segala bentuk produk asusila membuat anak dengan mudahnya tergiur untuk melakukan kejahatan perkosaan.

2. Upaya penanggulangan kejahatan perkosaan yang dilakukan anak adalah dengan tindakan preventif dengan cara non penal yaitu mengupayakan mengenal diri dan menanamkan kepercayaan pada diri dengan cara mengidentifikasi minat, bakat, potensi, dan menyalurkan pada aktifitas positif dalam mengisi waktu luang juga dengan penyuluhan ke sekolah-sekolah atau kemasyarakat agar menjaga dan memperhatikan pergaulan anak-anak supaya prilaku anak-anak tidak menyimpang. Tindakan Refresif Dengan Cara Penal artinya tindakan yang dilakukan oleh aparatur penegak hukum sesudah terjadi kejahatan atau tindak pidana antara


(37)

lain dengan cara pemeberian sanksi atau pidana.

B. Saran

Adapun saran yang diberikan penulis demi kelancaran penegakan hukum:

1. Untuk mengurangi kejahatan perkosaan yang dilakukan anak dibawah umur upaya-upaya yang telah disebutkan seperti diatas tadi seperti upaya dari pihak keluarga, upaya pemerintah dan juga upaya lingkungan masyarakat memang harus lebih diefektifkan lagi, setidaknya untuk meminimalisir kejahatan anak.

2. Peningkatan keefektifan kerja para aparat penegak hukum perlu ditingkatkan kembali.

3. Dalam menangani perkara anak perlu ada hal-hal yang diperhatikan, seperti pemberian sanksi yang ada batasan. Hakim yang berperan dalam menyelesaikan perkara anakpun dalam memvonis dan memberikan hukuman harus memberikan hukuman yang porsinya pun berbeda dengan porsi hukuman orang dewasa. Seorang anak melakukan kesalahan tidak lepas dari lingkungan sekitar yang mempengaruhi untuk melakukan perbuatan salah tersebut.


(38)

ANALISIS KRIMINOLOGIS TERHADAP PENYEBAB ANAK YANG MELAKUKAN KEJAHATAN PERKOSAAN

DAN UPAYA PENANGGULANGANNYA (Skripsi)

Oleh Ita Mayasari

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDARLAMPUNG 2013


(39)

DAFTAR ISI

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang……… 1

B. Permasalahan dan Ruang Lingkup……….. 5

1. Permasalahan……….. 5

2. RuangLingkup………... 6

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian………. 6

1. Tujuan Penelitian…….……… 6

2. Kegunaan Penelitian……… 6

D. Kerangka Teoritis dan Konseptual……….. 7

1. Kerangka Teoritis………. 7

2. Konseptual………... 9

E. Sistematika Penulisan……….. 10

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Kriminologi……….. . 12 B. Pengertian Anak……… ………. 15 C. Pengertian Kejahatan ...….……….. . 18

D. Pengertian Perkosaan Secara Yuridis...………. .. 21

E. Faktor Penyebab Kenakalan Anak………. . 22

F. Beberapa Teori Kriminologi Penyebab Terjadi Kenakalan Anak... 25

G. Upaya Penanggulangan……….. 28

III. METODE PENELITIAN A. Pendekatan Masalah………. 29

B. Sumber Data……… 30 C. Penentuan Populasi dan Sampel... 31

D. Tekhnik Pengumpulan Data dan Pengolahan Data... 32

1. Tekhnik Pengumpulan Data………. . . 32

2. PengolahanData……… 33 E. Analisis Data………. 34

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Responden... 35


(40)

B. Faktor Penyebab Anak Melakukan Kejahatan Perkosaan... 37 C. Upaya Penaggulangan Kejahatan Perkosaan yang Dilakukan

Anak... 48

V. PENUTUP

A. Kesimpulan... . 53 B. Saran... 54 DAFTAR PUSTAKA


(41)

1

DAFTAR PUSTAKA

Andi Hamzah, Penghantar Hukum Acara Pidana Indonesia, Jakarta: Ghalia Indonesia, 1985.

Bambang Poernomo,Orientasi Hukum Acara Pidana, Amarta, Yogyakarta, 1984. B. Simanjuntak,Pengantar Kriminologi dan Patologi Sosial, S.I :S.n, 1981 Burhan Asshofa,Metode Penelitian Hukum, Bandung : Alumni, 2000. G.W. Bawengan,Penyidikan Perkara Pidana dan Teknik Interogasi, Pradya Paramita, Jakarta, 1997.

Husein Sanusi,Penentuan Praktis Penulisan Skripsi, Fakultas Hukum, Universitas Lampung, Bandar Lampung, 1991.

Kartini Kartono,Patologi Sosial, Rajawali, Jakarta, 1981.

Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, Jakarta: Penerbit Rineka Cipta, 2004 Marlina, Peradilan Pidana Anak di Indonesia Pengembangan Konsep Diversi dan

Restorative Justice, PT Refika Aditama, Bandung,Kata Pengantar Halaman [XV], 2009.

Maulana Hasan Wadong,Pengantar Advokasi dan Hukum Perlindungan Anak, Jakarta: Grasindo, 2000.

Moeljatno,Asas-Asas Hukum Pidana-Edisi Revisi, Rineka Cipta, Jakarta, 1993. Muhammad Amin Suma, dkkPidana Islam Indonesia, Pustaka Firdaus, Jakarta

2001.

Muladi dan Barda Nawawi Arief, Teori-Teori dan Kebijakan Hukum Pidana. Bandung : Alumni, 1992.

Mulyana. W. Kusuma,Kejahatan dan Penyimpangan,YLBHI, Jakarta, 1988 Roeslan Saleh, Perbuatan Pidana dan Pertanggungjawaban Pidana, Angkasa,

Jakarta, 1981.


(42)

2

Soedjono Dirjosisworo, Pengantar Penelitian Kriminologi, Remaja Karya, Jakarta, 1984

Soedjono Dirjosisworo,Pengantar Ilmu Hukum, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1997.

Soejono Soekanto,Pengantar Penelitian Hukum, UI Pres, Jakarta,1986. Soemitro, Ronny, Hanitijo,Metode Penelitian Hukum dan Yurimetri,

Ghalia Indonesia, Jakarta, 1998.

Sudarto,Kapita Selekta Hukum Pidana, Bandung : Alumni, 1986. Tri Andrisman,Hukum Peradilan Anak, Fakultas Hukum, Universitas

Lampung, 2011.

Topo Santoso,Kriminologi. Jakarta: Rajawali Pers, 2009.

Wadong, Maulana Hassan,Pengantar Advokasi dan Hukum Perlindungan Anak, PT Geramedia Indonesia, Jakarta 2000

Wignjosoebroto, S.“Kejahatan Perkosaan Telaah Teoritik Dari Sudut Tinjau Ilmu-Ilmu Sosial, dalam Eko Prasetyo dan Suparman Marzuki, ed.

Perempuan Dalam Wacana Perkosaan, Yogyakarta: Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia, 1997

Wirdjono Prodjodikoro,Tindak-tindak Pidana Tertentu di Indonesia, PT. Eresco, Jakarta, 1986.

Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1997 Tentang Pengadilan Anak Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1979 Tentang Kesejahteraan Anak Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak

Universitas Lampung. 1997.Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Universitas Lampung. Unila Press.

http://google.co.id http://wikipedia.com


(43)

MOTTO

“Allah meninggikan orang-orang yang beriman diantara kamu dan orang-orang

yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat” ( Depag RI, 1989 : 421 )

Berangkat denan penuh keyakinan Berjalan dengan penuh keikhlasan Istiqomah dalam menghadapi cobaan


(44)

KUPERSEMBAHKAN KEPADA :

1. Yang terhormat Papa dan Mama tercinta dan tersayang yang senantiasa mendoakan demi keberhasilanku.

2. Saudara-saudaraku tercinta dan tersayang, kanjeng Irfan, adin Iwan, dan Gusti Indah. 3. Keponakan-keponakanku tercinta dan tersayang Fachri, Zahra, Raisa, Kalisha, Nadira,

Nashira, dan Naira.

4. Seseorang yang Insya Allah kelak menjadi imam yang akan menuntun perjalanan hidupku.


(45)

ANALISIS KRIMINOLOGIS TERHADAP PENYEBAB ANAK YANG MELAKUKAN KEJAHATAN PERKOSAAN DAN

UPAYA PENANGGULANGANNYA

Oleh

Ita Mayasari

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Hukum

pada

Bagian Hukum Pidana

Fakultas Hukum Universitas Lampung

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG


(46)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua :

Dr. Eddy Rifai, S.H., M.H.

...

Sekertaris/Anggota :

Tri Andrisman, S.H., M.H.

...

Penguji Utama :

Diah Gustiniati, S.H., M.H.

...

2. Dekan Fakultas Hukum

Dr. Heryandi, S.H., M.S.

NIP 196211091987031003


(47)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandar Lampung, pada tanggal 30 Mei 1991, anak ke empat dari empat bersaudara dari H.Syukur Effendy, S.H. dan Hj.Yuhana. Pendidikan sekolah dasar diselesaikan di Sekolah Dasar Negeri 02 Rawa Laut Bandar Lampung pada tahun 2003, Sekolah Menengah Pertama Negeri 4 Bandar Lampung diselesaikan pada tahun 2006, dan Sekolah Menengah Atas Negeri 5 Bandar Lampung diselesaikan pada tahun 2009.

Pada tahun 2009 penulis diterima masuk Perguruan Tinggi Negeri dan sekaligus terdaftar sebagai mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Lampung, melalui Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN)


(48)

SANWACANA

Puji dan Syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas berkah dan rahmat Nya lah penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Kriminologis Terhadap Penyebab Anak Yang Melakukan Kejahatan Perkosaan Dan Upaya Penanggulangannya”, sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Lampung. Penulis berharap dengan diangkatnya judul skripsi ini akan dapat membantu mencari penyelesaian dari permasalahan yang terjadi.

Dalam penyelesaian skripsi ini, penulis banyak sekali mendapat bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Heryandi, S.H., M.S. selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Lampung. 2. Ibu Diah Gustiniati, S.H. , M.H. selaku Ketua Bagian Hukum Pidana pada Fakultas Hukum

Universitas Lampung.

3. Bapak Naek Siregar, S.H. , M.H. selaku pembimbing akademik, terima kasih atas bimbingannya.

4. Bapak Edi Riffai, S.H. , M.H. selaku pembimbing pertama dan Bapak Tri Andrisman, S.H. , M.H. selaku pembimbing kedua yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan dan pengarahan serta saran-saran guna kelengkapan skripsi ini.

5. Ibu Erna Dewi, S.H. , M.H. dan Bapak Maroni, S.H , M.H. yang telah meluangkan waktu untuk menjadi responden.

6. Ibu Rini Fathonah, S.H. , M.H selaku dosen yang telah banyak memberikan masukan serta saran dalam penyelesain skripsi ini.


(49)

7. Bapak dan Ibu dosen serta seluruh staf pengajar pada Fakultas Hukum Universitas Lampung yang telah banyak membantu penulis selama mengikuti perkuliahan.

8. Ibu Yusna Adia, S.H , M.H. selaku Kasi Pidana Tindak Umum Lain Kejaksaan Tinggi Lampung yang telah meluangkan waktu untuk memeberikan pendapat kepada penulis dalam penelitian.

9. Bapak Nurul Lukman selaku Koordinator Divisi Pekerja Anak pada LSM Lada yang telah bersedia menjadi responden dan telah meluangkan waktu untuk memberikan pendapat. 10. Kepada kedua Orang tuaku, serta seluruh keluarga besar yang telah memberikan dukungan

moral dan material dalam menyelesaikan skripsi ini.

11. Kepada seseorang disana yang kelak menjadi calon imamku yang senantiasa mendoakanku, memberikan dorongan motivasi dan dukungan baik disaat susah maupun senang, thanks for your care.

12. Kepada Kakbob (Ikhwan) yang telah banyak berjasa memberikan saran, dukungan, serta motivasi, terimakasaih telah banyak membantu.

13. My best kepompong : Sefti Agustina, Jian Renata, Fera Rahmawulan.

14. Kepada Jasmine Hanafi teman seperjuanganku SD,SMP, hingga kini, semoga kita bisa sukses sama-sama, Amin.

Akhirnya, harapan penulis semoga skripsi yang sangat sederhana ini dapat memberikan manfaat bagi para pembaca. Dalam penulisan ini tentunya masih banyak terdapat kekurangan, kekurangan yang ada semata-mata karena ketidakmampuan penulis dalam menuangkan ide-ide, dan semoga akan banyak penulis-penulis lain yang menyempurnakannya.


(50)

Penulis,


(1)

ANALISIS KRIMINOLOGIS TERHADAP PENYEBAB ANAK YANG MELAKUKAN KEJAHATAN PERKOSAAN DAN

UPAYA PENANGGULANGANNYA

Oleh

Ita Mayasari

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Hukum

pada

Bagian Hukum Pidana

Fakultas Hukum Universitas Lampung

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG


(2)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua :

Dr. Eddy Rifai, S.H., M.H.

...

Sekertaris/Anggota :

Tri Andrisman, S.H., M.H.

...

Penguji Utama :

Diah Gustiniati, S.H., M.H.

...

2. Dekan Fakultas Hukum

Dr. Heryandi, S.H., M.S.

NIP 196211091987031003


(3)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandar Lampung, pada tanggal 30 Mei 1991, anak ke empat dari empat bersaudara dari H.Syukur Effendy, S.H. dan Hj.Yuhana. Pendidikan sekolah dasar diselesaikan di Sekolah Dasar Negeri 02 Rawa Laut Bandar Lampung pada tahun 2003, Sekolah Menengah Pertama Negeri 4 Bandar Lampung diselesaikan pada tahun 2006, dan Sekolah Menengah Atas Negeri 5 Bandar Lampung diselesaikan pada tahun 2009.

Pada tahun 2009 penulis diterima masuk Perguruan Tinggi Negeri dan sekaligus terdaftar sebagai mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Lampung, melalui Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN)


(4)

SANWACANA

Puji dan Syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas berkah dan rahmat Nya lah penulis

dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Kriminologis Terhadap Penyebab Anak Yang Melakukan Kejahatan Perkosaan Dan Upaya Penanggulangannya”, sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Lampung. Penulis berharap dengan diangkatnya judul skripsi ini akan dapat membantu mencari penyelesaian dari permasalahan yang terjadi.

Dalam penyelesaian skripsi ini, penulis banyak sekali mendapat bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Heryandi, S.H., M.S. selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Lampung. 2. Ibu Diah Gustiniati, S.H. , M.H. selaku Ketua Bagian Hukum Pidana pada Fakultas Hukum

Universitas Lampung.

3. Bapak Naek Siregar, S.H. , M.H. selaku pembimbing akademik, terima kasih atas bimbingannya.

4. Bapak Edi Riffai, S.H. , M.H. selaku pembimbing pertama dan Bapak Tri Andrisman, S.H. , M.H. selaku pembimbing kedua yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan dan pengarahan serta saran-saran guna kelengkapan skripsi ini.

5. Ibu Erna Dewi, S.H. , M.H. dan Bapak Maroni, S.H , M.H. yang telah meluangkan waktu untuk menjadi responden.

6. Ibu Rini Fathonah, S.H. , M.H selaku dosen yang telah banyak memberikan masukan serta saran dalam penyelesain skripsi ini.


(5)

7. Bapak dan Ibu dosen serta seluruh staf pengajar pada Fakultas Hukum Universitas Lampung yang telah banyak membantu penulis selama mengikuti perkuliahan.

8. Ibu Yusna Adia, S.H , M.H. selaku Kasi Pidana Tindak Umum Lain Kejaksaan Tinggi Lampung yang telah meluangkan waktu untuk memeberikan pendapat kepada penulis dalam penelitian.

9. Bapak Nurul Lukman selaku Koordinator Divisi Pekerja Anak pada LSM Lada yang telah bersedia menjadi responden dan telah meluangkan waktu untuk memberikan pendapat. 10. Kepada kedua Orang tuaku, serta seluruh keluarga besar yang telah memberikan dukungan

moral dan material dalam menyelesaikan skripsi ini.

11. Kepada seseorang disana yang kelak menjadi calon imamku yang senantiasa mendoakanku, memberikan dorongan motivasi dan dukungan baik disaat susah maupun senang, thanks for your care.

12. Kepada Kakbob (Ikhwan) yang telah banyak berjasa memberikan saran, dukungan, serta motivasi, terimakasaih telah banyak membantu.

13. My best kepompong : Sefti Agustina, Jian Renata, Fera Rahmawulan.

14. Kepada Jasmine Hanafi teman seperjuanganku SD,SMP, hingga kini, semoga kita bisa sukses sama-sama, Amin.

Akhirnya, harapan penulis semoga skripsi yang sangat sederhana ini dapat memberikan manfaat bagi para pembaca. Dalam penulisan ini tentunya masih banyak terdapat kekurangan, kekurangan yang ada semata-mata karena ketidakmampuan penulis dalam menuangkan ide-ide, dan semoga akan banyak penulis-penulis lain yang menyempurnakannya.


(6)

Penulis,