ANALISIS KRIMINOLOGIS UPAYA PENANGGULANGAN KEJAHATAN PENGGELAPAN MOBIL RENTAL

(1)

ABSTRAK

ANALISIS KRIMINOLOGIS UPAYA PENANGGULANGAN KEJAHATAN PENGGELAPAN MOBIL RENTAL

Oleh

AHMADA BASYARA ZAHRAH

Kasus penggelapan mobil rental di Bandar Lampung akhir-akhir ini semakin

sering terjadi, hal ini dapat dilihat berdasarkan data dari Polresta Bandar Lampung

yang mencatat angka kasus penggelapan mobil rental selalu mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Mobil rental sering menjadi sasaran aksi penggelapan karena kendaraan mobil hingga saat ini masih merupakan barang dengan nilai ekonomis yang relatif tinggi. Berdasarkan pemikiran tersebut penelitian ini berusaha memaparkan hal-hal yang berkaitan dengan kasus kejahatan penggelapan mobil rental yang terjadi di dalam masyarakat. Penulis melakukan pengumpulan data dari Polresta Bandar Lampung, dan untuk mempersempit serta membatasi pembahasannya maka dirumuskan permasalahan yang berhubungan dengan penulisan ini adalah apakah faktor-faktor penyebab terjadinya kejahatan penggelapan mobil rental di Bandar Lampung dan bagaimanakah upaya kepolisian Polresta Bandar Lampung dalam menangulangi kejahatan penggelapan mobil rental di wilayah Bandar Lampung.

Metode penulisan yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari metode pendekatan normatif dan empiris. Pendekatan normatif dilakukan dengan melihat, menelaah dan menginterprestasikan hal-hal yang bersifat teoritis yang menyangkut asas-asas hukum yang berupa konsepsi, peraturan perundang-undangan, pandangan, doktrin hukum dan sistem hukum yang berkaitan, sedangkan pendekatan empiris dilakukan dengan penelitian dilapangan dengan melihat fakta-fakta tentang kebijakan penanggulangan kejahatan terdahap penggelapan mobil rental. Metode analisis secara kualitatif, lokasi penelitian di Polresta Bandar Lampung dan di Lembaga Permasyarakatan Rajabasa serta menggunakan data baik primer maupun sekunder.


(2)

Ahmada Basyara Zahrah Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan sebab-sebab yang datang dari dalam si pelaku kejahatan (sebab-sebab Intern) dan sebab-sebab yang datang atau pengaruh dari luar si pelaku kejahatan (sebab-sebab ekstern), upaya yang dilakukadilakukan oleh pihak kepolisian Polresta Bandar Lampung dalam menanggulangi kejahatan penggelapan mobil rental adalah dengan cara penal (represif) dan non penal (preventif). Upaya penal (represif) dengan cara penindakan secara tegas berdasarkan hukum terhadap para pelaku tindak pidana tersebut. Hukuman yang diberikan harus setimpal dengan kualitas kesalahan dan tentunya sesuai dengan peraturan hukum yang berlaku. Sedangkan upaya non penal (preventif) dengan cara melakukan penyuluhan kepada masyarakat agar selalu waspada akan kejahatan penggelapan mobil dan khususnya menghimbau para pemilik usaha rental mobil agar lebih meningkatkan standar keamanan dalam usahanya seperti tidak merentalkan mobilnya kepada orang yang mencurigakan, memeriksa dan mencatat identitas penyewa dengan jelas, mewajibkan penyewa untuk memberikan KTP atau STNK dan BPKB atas nama si penyewa sebagai jaminan atas mobil yang dirental, memasang GPS Tracker pada mobil rental agar keberadaan mobil dapat dilacak dengan mudah.

Saran yang dianjukan sebagai hasil penelitian adalah menghimbau kepada seluruh pengusaha yang memiliki usaha mobil rental agar memasang GPS Tracker agar saat terjadi penggelapan mobil rental dapat di ketahui keberadaannya dan kepada pihak kepolisian agar juga mempunyai alat pendeteksi GPS Tracker

untuk mempermudah melacak mobil rental yang digelapkan. Pihak kepolisian harus meningkatkan kualitas dan tingkat profesionalisme anggotanya agar lebih tanggap dalam mengungkap dan memproses kasus penggelapan mobil rental yang terjadi, mengingat modus-modus operandi yang dilakukan pelaku sangat beraneka ragam dan mengalami perkembangan.


(3)

Oleh

AHMADA BASYARA ZAHRAH

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar SARJANA HUKUM

Pada

Bagian Hukum Pidana

Fakultas Hukum Universitas Lampung

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2014


(4)

(Skripsi)

Oleh

AHMADA BASYARA ZAHRAH

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2014


(5)

(6)

(7)

DAFTAR ISI

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ... 1

B. Permasalahan dan Ruang Lingkup... 7

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 8

D. Kerangka Teoritis dan Konseptual ... 9

E. Sistematika Penulisan ... 13

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Kriminologi ... 15

B. Kejahatan Penggelapan ... 18

C. Pengertian Mobil Rental ... 25

D. Upaya Penanggulangan Kejahatan ... 30

III. METODE PENELITIAN A. Pendekatan Masalah... 33

B. Sumber dan jenis Data ... 33

C. Penentuan Populasi dan Sempel ... 35

D. Metode Pengumpulan dan Pengelolahan Data ... 36


(8)

B. Faktor-faktor penyebab terjadinya kejahatan penggelapan mobil rental di Bandar Lampung...40 C. Upaya Kepolisian Polresta Bandar Lampung dalam Menangulangi Kejahatan Penggelapan Mobil Rental di Wilayah Bandar Lampung ...50

V. PENUTUP

A. Simpulan...60 B. Saran...62

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(9)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kebutuhan masyarakat akan transportasi sangatlah tinggi. Transportasi merupakan sarana pendukung kegiatan manusia sehari-hari. Transportasi sudah menjadi kebutuhan manusia yang mendasar karena tanpa transportasi manusia dapat terisolasi dan tidak dapat melakukan suatu mobilisasi atau pergerakan.

Transportasi adalah alat pemindahan manusia atau barang dari satu tempat ke tempat lainnya dengan menggunakan sebuah kendaraan yang digerakkan oleh manusia atau mesin.1 Transportasi merupakan suatu sarana yang berkorelasi positif terhadap pertumbuhan ekonomi suatu wilayah, dimana semakin baik sarana dan prasarana transportasi maka akan mempercepat laju pertumbuhan ekonomi suatu wilayah, memperkuat persatuan dan kesatuan serta mempengaruhi hampir semua aspek kehidupan. Transportasi juga memiliki peranan yang sangat penting dalam pembangunan, baik sebagai unsur perangsang maupun sebagai penunjang, khususnya transportasi darat.

Transportasi darat terdiri dari kendaraan bermotor, kereta api, bus yang di gerakan oleh manusia. Moda transportasi darat dipilih berdasarkan faktor-faktor seperti

1


(10)

jenis dan spesifikasi kendaraan, jarak perjalanan, tujuan perjalanan, ketersediaan moda, ukuran kota dan kerapatan permukiman, faktor sosial-ekonomi.

Pertambahan jumlah penduduk akan meningkatkan kebutuhan, baik secara kualitatif maupun kuantitatif. Jumlah penduduk terus bertambah akan menyebabkan aktivitas masyarakat pun meningkat. Aktivitas manusia tersebut akan mempengaruhi lingkungannya, seperti sarana dan prasarana jaringan jalan yang digunakan dalam menunjang kegiatannya. Kebutuhan kendaraan semakin hari semakin meningkat, mereka menginginkan segala sesuatunya secara praktis dan mudah.

Transportasi umum seperti bus dan angkutan kota banyak yang dinilai tidak layak beroperasi karena kurang perawatan dan tidak nyaman ditumpangi, maka saat ini penggunaan transportasi pribadi berupa mobil lebih banyak diminati oleh setiap orang yang tinggal di Indonesia. Transportasi pribadi selain lebih nyaman dan aman, menggunakan mobil juga lebih efisien karena dapat mengangkut seluruh anggota keluarga atau orang banyak sekaligus. Hal ini dapat dilihat dari data penjualan kendaraan bermotor khususnya mobil pribadi yang terus meningkat. Saat ini tidak semua orang mampu membeli mobil pribadi dan akhirnya kebingungan saat akan bepergian bersama keluarga atau rekan-rekannya. Peluang inilah yang dimanfaatkan pelaku usaha untuk memulai bisnis rental mobil.

Bisnis rental mobil adalah bisnis yang menawarkan jasa penyewaan mobil kepada pihak yang membutuhkan, baik perorangan, maupun perusahaan.2 Laba yang dihasilkan dari bisnis ini dapat dikatakan cukup menjanjikan karena hingga saat

2 Eva Wahyu Fitria a, tugas ata kuliah li gku ga bis is usaha re tal obil , “TMIK, Yogyakarta, hlm. 6.


(11)

ini rental mobil masih banyak diminati oleh sebagian orang terutama jika musim liburan sekolah dan mudik tiba.

Bisnis rental mobil memang menjanjikan keuntungan yang besar namun bukan berarti bisnis ini tidak memiliki resiko. Bahkan resiko yang dihadapi juga tidak kecil, malah sedikit saja ketidak telitian akan berhujung pada bangkrutnya usaha rental mobil. Contoh-contoh resiko yang ada hadapi dalam bisnis ini seperti kerusakan mobil baik yang terjadi dari pihak penyewa, supir, atau ausnya suku cadang mobil, hilangnya mobil yang disewakan hingga terjadi pemalsuan surat kendaraan yang disewakan.

Akhir-akhir ini banyak terjadi penggelapan mobil rental. Di Bandar Lampung saja sudah banyak kasus selama periode 2012 sampai 2013 dari Januari-Mei.3

Tabel 1: Kejahatan Penggelapan Mobil Rental di Bandar Lampung 2012-2013 dari Januari-Mei.

No Bulan

2012 2013

PM DP PM DP

1. Januari 6 kasus 5 kasus 7 kasus 6 kasus

2. Febuari 7 kasus 5 kasus 7 kasus 5 kasus

3. Maret 4 kasus 4 kasus 10 kasus 9 kasus

4. April 12 kasus 10 kasus 7 kasus 5 kasus

5. Mei 10 kasus 7 kasus 6 kasus 6 kasus

Jumlah 39 kasus 31 kasus 37 kasus 31 kasus

Sumber data: POLRESTA Bandar Lampung. Tgl 12 Juni 2013. Keterangan

a. PM : Perkara Masuk b. DP : Diproses

3


(12)

Banyaknya kasus penggelapan mobil rental saat ini disebabkan oleh sistem penyewaan mobil rental yang masih tidak teratur seperti sistem pendataan manual dan tidak teliti sehingga terkadang tidak diketahui apakah mobil sewaan sudah dikembalikan atau belum, lalu terlalu percayanya pihak pengusaha mobil rental kepada si penyewa sehingga tidak telitinya dalam malaksanakan prosedur yang ada.

Penggelapan adalah salah satu bentuk dari kriminalitas. Penggelapan diatur dalam Buku II, Titel XXIV, Pasal 372 – 377 KUHP. Kejahatan penggelapan, merupakan suatu perbuatan dengan melawan hukum memiliki barang atau harta benda milik orang lain yang seluruhnya atau sebagian dalam penguasaanya bukan karena kejahatan . Untuk Pasal 372 memberi pengertian tentang penggelapan, pada Pasal 373 mengatur tentang jenis penggelapan dan penggelapan ringan, Pasal 374 dan Pasal 375 mengatur tentang penggelapan dalam bentuk yang diperberat, Pasal 376 mengatur tentang penggelapan dalam kalangan keluarga.4

Pasal 372 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana tentang penggelapan

menjelaskan penggelapan: Barangsiapa dengan sengaja memiliki dengan

melanggar hukum suatu barang yang seluruhnya atau sebagian kepunyaan orang lain dan yang ada dalam kekuasaannya (onder zich hebben) secara lain daripada dengan melakukan suatu kejahatan. Unsur milik barang dengan melanggar hukum.5

4

Tri Andrisman, Delik Tertentu dalam KUHP, Universitas Lampung, Bandar Lampung.2011,hlm 171.

5 Wirjono Prodjodikoro, Tindak-tindak Pidana Tertentu Di Indonesia, PT. Refika Aditama, Bandung, 2003, hal 31


(13)

Penggelapan termasuk kejahatan terhadap harta kekayaan yang unsur-unsurnya adalah mengambil barang orang lain sebagian atau menyeluruh; pengambilan barang tersebut dengan tujuan untuk di gelapkan; dan perbuatan mengambil itu dilakukan secara melawan hukum.

Saat ini salah satu kasus penggelapan yang biasa terjadi akhir-akhir ini adalah

penggelapan Mobil Rental, khususnya di Bandar Lampung dari sekian banyak

harta benda yang dimiliki orang, kendaraan mobil khususnya mobil rental adalah salah satu diantara harta benda yang biasa menjadi objek sasaran aksi penggelapan yang mana di daerah tersebut penulis mengambil lokasi penelitian sebab dari hasil pantauan penulis sering terjadinya penggelapan mobil rental. Dibawah ini adalah contoh data penggelapan mobil rental di Bandar Lampung.

Tabel 2: Data pengelapan mobil rental di Bandar Lampung N

O

Korban TKP No. Laporan

Polisi

Tersangka 1. MUSANTO Terjadi pada hari Selasa

tanggal 13 Maret 2012 sekitar jam 10.00 wib di Jl. Cik di Toro Gg Melati II No. 06 Kel. Sumber Rejo Kemiling Bandar Lampung

LP/B/1680/IV/2 012/LPG/REST

A BALAM,

Tanggal 17 Maret 2012

AANG JUNAIDI

2. IMANSYA H

Terjadi pada tanggal 27 september 2012 di Jl. Imam Bonjol No 70 Kel.Langkapura Kec. Kemiling Bandar Lampung

LP/B/4958/XI/2 012/LPG/REST A BALAM, 16 November 2012

ASEP HENDRIA N

3. WARMAN Terjadi pada tanggal 26 Oktober 2012 Perum Palem asri Jl. P Tirtayasa Kec. Sukabumi Bandar Lampung

LP/B/5048/XI/2 012/LPG/REST A BALAM, 21 November 2012

ANDI SAM

4. TEDDY KUSUMA

Terjadi 29 Oktober 2012 di Jl. Dewi Sartika Gg Berkah No. 03 Kel. Gulak

LP/B/4999/XI/2 012/LPG/REST

A BALAM,

ARKAN MUSLIM


(14)

Galik Kec. Teluk Betung Utara Bandar Lampung

Tanggal 19 November 2012 5. CAHYONO Terjadi 5 Oktober 2011 di

Penginapan Palapa Jln P. Emir M. Nur Kec. Tanjung Karang Pusat Bandar Lampung

LP/B/4174/X/20 12/LPG/RESTA BALAM,

tanggal 27 Oktober 2011

TUTI MARLYA NTI

Sumber data: POLRESTA Bandar Lampung. Tgl 12 Juni 2013.

Pada saat ini sering terjadi kasus kejahatan penggelapan kendaraan mobil rental. Hasil dari penggelapan tersebut kemungkinan langsung di jual kepada orang lain atau di gadaikan kepada orang lain. Peran pengadilan sangat berpengaruh terhadap banyak sedikitnya kejahatan penggelapan kendaraan mobil rental, namun kejahatan di jaman modern ini telah menggunakan akal cerdas untuk menipu dan disertai dengan gerakan tangan yang cepat dan terorganisir.

Contoh tindak pidana penggelapan mobil rental di Bandar Lampung6, Dilakukan oleh tersangka ANDI SAM dengan cara tersangka merental atau menyewa 1 (satu) Unit Mobil Daihatsu Xenia, warna Silver, No Pol BE 2356 YA, Noka: MHKV1BA2JAK085766, Nosin: DG78800 milik korban saudara JUNING melalui saudara WARMAN yang merupakan pengelola rental dengan uang sewa perbulan senilai Rp. 6.000.000,- dengan alasan mobil tersebut akan di gunakan mengecek proyek miliknya selanjutnya pada tanggal 26 Juni 2012 pelapor saudara WARMAN menyerahkan mobil tersebut kepada saudara tersangka ANDI SAM Bin DULHADI dan rentalan tersebut berjalan lancar, kemudian pada tanggal 26 Oktober 2012 ternyata tersangka sdr. ANDI SAM tidak membayar uang sewa mobil milik korban tersebut dan saudara ANDI SAM pun tidak ada kabar dan sulit dihubungi berikut mobil milik korban sdr. JUNING yang dikelolah saudara

6


(15)

WARMAN belum juga dikembalikan, dan saat itu mobil tersebut tanpa sepengetahuan pemilik serta pengurus mobil saudara JUNING dan saudara WARMAN mobil tersebut dijaminkan oleh tersangka saudara ANDI SAM kepada saudara RUDI (DPO) sehubung saudara ANDI SAM telah meminjam uang kepada saudara RUDI (DPO) sebesar Rp. 30.000.000,- dan hingga saat ini mobil tersebut belum juga dikembalikan. Atas kejadian tersebut korban saudara JUNING mengalami kehilangan berupa 1 (satu) Unit Mobil Daihatsu Xenia, warna Silver, No Pol BE 2356 YA, Noka: MHKV1BA2JAK085766, Nosin: DG78800 An. DWI AYU SISWATI ditafsir kerugian sebesar Rp.100.000.000,- (seratus juta rupiah). (Data POLRESTA BALAM)

Kejahatan penggelapan kendaraaan bermotor akhir-akhir ini khususnya penggelapan mobil rental membuat pengusaha mobil rental resa dan takut untuk menyewakan kendaraan roda empat nya kepada si penyewa.

Berdasarkan Uraian di atas, maka saya tertarik untuk membahas penulisan skripsi

yang berjudul “Analisis Kriminologis Upaya Penangulangan Kejahatan

Pengelapan Mobil Rental”.

B. Permasalahan dan Ruang Lingkup 1. Permasalahan

a. Apakah faktor-faktor penyebab terjadinya kejahatan penggelapan mobil rental di Bandar Lampung?

b. Bagaimanakah upaya kepolisian Polresta Bandar Lampung dalam menangulangi kejahatan penggelapan mobil rental di wilayah Bandar Lampung?


(16)

2. Ruang Lingkup

Ruang lingkup penelitian ini termasuk dalam kajian hukum khususnya bagian Hukum Pidana, yang lebih spesifiknya di diatur dalam Buku II, Titel XXIV, Pasal 372 – 377 KUHP tentang penggelapan. Adanya permasalahan tersebut di perlukan data, pembahasan, dan analisis maka di pandang perlu untuk memberikan suatu pembatasan ruang lingkup tentang upaya penanggulangan kepolisian terhadap tindak pidana penggelapan mobil rental di wilayah Polresta Bandar Lampung Tahun 2012 sampai 2013.

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Tujuan dalam penelitian ini adalah:

a. Untuk mengetahui faktor-faktor penyebab sering terjadinya Kejahatan penggelapan mobil rental.

b. Untuk mengetahui upaya kepolisian Polresta Bandar Lampung dalam menangulangi Kejahatan penggelapan mobil rental di wilayah Bandar Lampung.

2. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang di dapat dalam penelitian ini:

a. Secara Teoritis, untuk sedikit menambah pengetahuan dan pikiran dalam mengembangkan ilmu hukum pada umumnya dan khususnya Analisis Kriminologis Upaya Penanggulangan Kejahatan Penggelapan Mobil Rental Oleh Penyewa.


(17)

b. Secara Praktis, penulisan ini dapat berguna bagi masyarakat pada umumnya dan aparatur penegak hukum pada khususnya dalam memperluas serta mamperdalam ilmu hukum khususnya ilmu hukum pidana dan untuk menambah wawasan dalam berfikir yang dapat di jadikan sebagai masukan dalam rangka menimalisisr penggelapan mobil rental.

c. Penulisan ini dapat berguna bagi para rekan-rekan fakultas hukum baik dalam menambah pengetahuan maupun bagi rekan-rekan yang ingin melakukan penelitian lanjutan di bidang yang sama dan pengusaha mobil rental.

D. Kerangka Teoritis dan Konseptual 1. Kerangka Teoritis

Kerangka teoritis adalah kerangka acuan yang pada dasarnya mengadakan identifikasi terhadap dimensi-dimensi sosial yang dianggap relevan oleh peneliti dan merupakan abstraksi-abstraksi dari hasil pemikiran.7

Sesuai dengan judul yang diteliti yakni “ Analisis Kriminologis Upaya Penanggulangan Kejahatan Penggelapan Mobil Rental ” maka yang digunakan adalah teori mengenai sebab-sebab kejahatan dan penanggulangan kejahatan.

Menurut Syariffudin Pettanse8 sebab-sebab kejahatan itu dapat dicari dua faktor yaitu:

1. Sebab-sebab yang datang dari dalam si pelaku kejahatan (sebab-sebab Intern) yaitu: Hivotesa atavisme, Heredity (Keturunan), Bodity Psichology, Belum Dewasa, Sex Crime, Kleptopmani, Endocrime Gland.

7 Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, UI, Jakarta, 2007, hlm 124 8


(18)

2. Sebab-sebab yang datang atau pengaruh dari luar si pelaku kejahatan (sebab-sebab Ekstern). Sampai saat ini yang paling bnyak di pelajari oleh para ahli adalah mencari sebab-sebab kejahatan yang timbul oleh faktor dari luar si pelaku (faktor ekstren) sebab faktor inilah menurut sarjana merupakan faktor yang menentukan dan mondominir perbuatan individu kearah kejahatan. Faktor intern dasar penyidikannya berpangkal mencari sebab-sebab kejahatan dari lingkungan sosial.

Sebab-sebab kejahatan dari faktor ekstern dapat dicari dari masalah-masalah sebagai berikut:

1. Waktu Kejahatan

Adalah untuk mengetahui pada saat mana kejadian itu banyak dilakukan serta kerena tempo waktu yang berkembang maka tindakan penjahat akan mempengaruhi atau di pengaruhi waktu9.

2. Tempat Kejahatan

Adalah bahwa penjahat itu selalu memilih tempat yang menguntungkan. Misalnya: tempat yang gelap, sunyi, dan jauh daripatroli atau penjagaan polisi10.

3. Lingkungan

Adalah sebab-sebab kejahatan dari lingkungan dimana individu atau si penjahat itu berada11.

9 Ibid. 10 Ibid. 11


(19)

Menurut Barda Nawawi Arief12 upaya atau kebijakan untuk melakukan pencegahan dan penanggulangan kejahatan termasuk bidang kebijakan kriminal (criminal policy). Kebijakan criminal ini pun tidak terlepas dari kebijakan yang lebih luas yaitu kebijakan sosial (social policy) yang terdiri dari kebijakan/upaya-upaya untuk kesejahteraan sosial (social policy).

Kebijakan penanggulangan kejahatan (politik kriminal) dilakukan dengan menggunakan sarana penal (hukum pidana), maka kebijakan hukum (penal policy), khususnya pada tahap kebijakan yudikatif/aplikatif (penegakan hukum pidana in concreto) harus memperhatikan dan mengarahkan pada tercapainya tujuan dari kebijakan sosial itu, berupa social welfare dan social defence. Jadi kebijakan yang dilakukan oleh kepolisian dalam penangulangan kejahatan penggelapan mobil rental dilakukan dengan sarana penal yaitu upaya penanggulangan kejahatan menitik beratkan kepada sifat reprenssive

(penindasan/penangkalan/penumpasan) sesudah kejahatan terjadi.

Upaya non penal adalah upaya menitik beratkan pada sifat preventif

(pencegahan/pengadilan) sebelum kejahatan terjadi.13 Identifikasi upaya pencegahan dan penanggulangan kejahatan sebagai berikut:

1. Pencegahan dan penangulangan kejahatan harus menunjang tujuan (goal), kesejahteraan masyarakat (social walfare), dan perlindungan masyarakat

(social defence).

12

Barda Nawawi Arief, Berbagai Aspek Kebijakan Penegakan Pembangunan Hukum Pidana, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 2006, hlm 78

13 Ibid.


(20)

2. Pencegahan dan penanggulangan kejahatan harus dilakukan dengan pendekatan integral yaitu ada keseimbangan sarana penal dan non penal. Dilihat dari sudut politik kriminal, kebijakan yang paling strategis melalui sarana non penal kerena bersifat preventif dan kebijakan penal mempunyai kelemahan kerena bersifat refrensif serta harus didukung dengan biaya tinggi.

2. Konseptual

Kerangka konseptual adalah adalah kerangka yang menggambarkan hubungan antara konsep-konsep khusus yang yang merupakan kumpulan dari arti-arti yang berkaitan dengan istilah-istilah yang ingin diketahui14

Penjelasan dari istilah yang dipergunakan dalam penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut:

a. Analisis adalah penyelidikan terhadap suatu peristiwa (karangan, perbuatan dan sebagainya) untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya (sebab musabab, duduk perkara dan sebagainya)15

b. Kriminologi adalah sarana untuk mengetahui sebab-sebab kejahatan dan akibatnya, mempelajari cara-cara mencegah kemungkinan timbulnya kejahatan. 16

c. Kejahatan adalah Perbuatan yang dilarang oleh suatu aturan hukum larangan mana disertai ancaman (sanksi) yang berupa pidana tertentu, bagi barang siapa melanggar larangan tersebut.17

14

Soejono Soekanto, Pengantar penelitian hukum, UI pres, Jakarta, 1986, hlm 232

15

Suharno dan Ana Retnoningsih, Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2005.

16

Indah Sri Utari, Aliran dan Teori dalam Kriminologi, Thafa Media. Semarang, 2012, hlm 4. 17


(21)

d. Penggelapan adalah Barangsiapa dengan sengaja memiliki dengan melawan hak sesuatu barang yang sama sekali atau sebagiannya termasuk kepunyaan orang lain dan barang yang sama sekali atau sebagiannya termasuk kepunyaan orang lain dan barang itu ada dalam tangannya bukan kerena kejahatan, dihukum kerena penggelapan.18

e. Mobil Rental adalah kendaraan berupa mobil yang disewa atau dicarter

untuk jangka waktu tertentu yaitu secara harian, mingguan maupun bulanan, berdasarkan suatu perjanjian tertulis atau tidak tertulis antara pemilik kendaraan angkutan.19

f. Penyewa Mobil adalah Proses Penyewaan Mobil yang berjalan terjadi pada saat pelanggan datang untuk menyewa mobil dengan mengisi Formulir.20

E. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan ini memuat uraian secara keseluruhan yang akan di sajikan dengan tujuan agar pembaca dapat dengan mudah memahami dan memperoleh gambaran secara menyeluruh tentang skripsi ini. Sistematika penulisan terdiri dari lima bab,yaitu :

I. PENDAHULUAN

Bab yang memuat latar belakang, permasalahan dan ruang lingkup, tujuan dan kegunaan penelitian, kerangka teoritis dan konseptual, serta sistematika penulisan.

18

R.Soesilo, Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, Politea, Bogor, 1996, hlm. 258. 19

http://sewamobil.asia/post/31330053121/pengertian-sewa-dan-penghasilan-lain di akses pada 23 Angustus pukul 21:30.

20 http://basisdataita.blogspot.com/2012/12/makalah-sementara.html di akses pada 23 Agustus pukul 15:20.


(22)

II. TINJAUAN PUSTAKA

bab ini berisi telaah kepustakaan sebagai berikut : pengertian Analisis Kriminologis, pengertian kebijakan penanggulangan, pengertian tindak pidana, pengertian penggelapan, dan pengertian tentang kendaran bermotor.

III. METODE PENELITIAN

Bab ini merupakan metode penelitian yang menguraikan langkah-langkah atau cara yang dilakukan dalam penelitian, yang meliputi pendekatan masalah, sumber dan jenis data, prosedur pengumpulan dan pengolahan data, serta analisis data.

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab ini merupakan hasil penelitian dan pembahasan yang berisikan uraian tentang analisis kriminologis upaya penangulangan tindak pidana penggelapan mobil rental oleh penyewa dan pembahasan tentang faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya pengelapan mobil rental di Bandar Lampung.

V. PENUTUP

Bab ini merupakan bagian penutup yang merupakan kesimpulan tentang hal-hal yang telah diuraikan dalam bab-bab tedahulu guna menjawab permasalahan yang telah diajukan. Dalam bab ini diberikan juga sumbangan pemikiran serta saran-saran terhadap dalam penulisan ini.


(23)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Kriminologi

Pertama kali istilah Kriminologi digunakan oleh Raffaele Gorofalo1 pada tahun 1885 dengan nama criminologia. Sekitar waktu yang sama, antropolog Prancis Topinard Paulus2 juga menggunakan istilah Prancis criminology untuk maksud yang sama dengan Garofalo. Kriminologi (berasal dari bahasa Latin crimen; dan Yunani-logia) yang menunjuk pada studi ilmiah tentang sifat, tingkat, penyebab, dan pengendalian perilaku kriminal baik yang terdapat dalam diri individu maupun dalam kehidupan sosial, budaya, politik, dan ekonomi. Dengan demikian, cakupan studi kriminologi, tidak hanya menyangkut peristiwa kejahatan, tetapi juga meliputi bentuk, penyebab, konsekuensi dari kejahatan, serta reaksi sosial terhadapnya, termasuk reaksi lewat peraturan perundangan dan kebijakan-kebijakan pemerintah di berbagai bidang.

Kriminologi mencakupan studinya yang begitu luas dan beragam, menyebabkan kriminologi menjadi sebuah kajian interdisipliner terhadap kejahatan. Kriminologi tidak hanya berhenti pada deskripsi tentang peristiwa dan bentuk kejahatan di atas permukaaan, tetapi juga menjakau penelusuran mengenai penyebab atau akar kejahatan itu sendiri baik yang berasal dari individu maupun yang bersumber dari

1 Indah Sri Utari,

Aliran dan Teori dalam Kriminologi, Thafa Media, Semarang, 2012, hlm. 1. 2


(24)

kondisi sosial, budaya, politik, dan ekonomi; termasuk di dalamnya berbagai kebijakan pemerintah (termasuk kebijakan perumusan hukum dan penegakan hukum).

Mengenai definisi kriminologi itu sendiri, terdapat berbagai versi yang merumuskan oleh para sarjana. Dibawah ini penulis mengutip pendapat beberapa ahli mengenai kriminologi.

a. M. P. Vrij kriminologi sebagai ilmu yang mempelajari kejahatan, mula-mula mempelajari kejahatan itu sendiri, kemudian sebab-sebab serta akibat dari kejahatan tersebut.3

b. W. A. Bonger Kriminologi sebagai ilmu yang bertujuan menyelidiki gejala kejahatan seluas-luasnya (kriminologi teoritis atau kriminologi murni). Kriminologi teoritis adalah ilmu pengetahuan yang berdasarkan pengalaman, yang seperti ilmu-ilmu pengetahuan lainnya yang sejenis, memperhatikan gejala-gejala dan mencoba menyelidiki sebab-sebab dari gejala tersebut dengan cara-cara yang ada padanya. Menyelidiki sebab-sebab dari gejala kejahatan-kejahatan itu dinamakan etiologi. Di luar kriminologi murni atau kriminologi teoritis tersebut, terdapat kriminologi praktis atau serapan.4

c. Soedjono Dirdjosisworo Kriminologi sebagai ilmu pengetahuan yang mempelajari sebab, akibat, perbaikan dan pencegahan kejahatan sebagai gejala manusia dengan menghimpun sumbangan-sumbangan berbagai ilmu pengetahuan. sarana untuk mengetahui sebab-sebab kejahatan dan

3 Ibid, hlm. 3. 4


(25)

akibatnya, mempelajari cara-cara mencegah kemungkinan timbulnya kejahatan.5

Herman Mannheim6 mengemukakan tiga pendekatan dalam kriminologi dalam upaya mempelajari kejahatan. Pertama, pendekatan deskriptif, yakni pendekatan dengan cara melakukan observasi dan pengumpulan data yang berkaitan dengan fakta-fakta tentang kejahatan dan pelaku kejahatan seperti bentuk tingkah laku kriminal, bagaimana kejahatan dilakukan, frekuensi kejahatan pada waktu dan tempat yang berbeda, ciri-ciri khas pelaku kejahatan, seperti usia, jenis kelamin dan sebagainya, serta perkembangan karir seseorang pelaku kejahatan.

Heman Mannheim7 menegaskan adanya beberapa syarat yang harus dipenuhi apabila menggunakan pendekatan deskriptif, yaitu:

a. Pengumpulan fakta tidak dapat dilakukan secara random oleh kerena itu, fakta-fakta yang diperoleh harus dilakukan secara selektif.

b. Harus dilakukan penafsiran, evaluasi dan memberikan pengertian secara umum terhadap fakta-fakta yang diperoleh. Tanpa dilakukan penafsiran, evaluasi dan memberikan pengertian secara umum, maka fakta-fakta tersebut akan mempunyai arti.

Kedua, pendekatan sebab-akibat, dalam pendekatan sebab-akibat, fakta-fakta yang terdapat dalam masyarakat dapat ditafsirkan untuk mengetahui sebab-musabab kejahatan, baik dalam kasus-kasus yang bersifat individual maupun yang bersifat umum.

5

Ibid, hlm. 4. 6

Seperti dikutip oleh Made Darma Weda, Kriminologi, RajaGrafindo Persada, Jakarta, 1996, hlm. 2

7


(26)

Ketiga, pendekatan secara normatif. Kriminologi dikatakan sebagai idiographic-discipline dan nomothetic-discipline. Dikatakan sebagai idiographic discipline,

oleh kerena kriminologi mempelajari fakta-fakta, sebab akibat, dan kemungkinan-kemungkinan dalam kasus yang bersifat individual. Sedangkan yang dimaksud dengan nomotethic-discipline adalah bertujuan untuk menemukan dan mengungkapkan hukum-hukum yang bersifat ilmiah, yang diakui keseragaman dan kecenderungan-kecenderungannya.

B. Kejahatan Penggelapan

Penggelapan adalah kejahatan yang hampir sama dengan pencurian dalam pasal 362 KUHP, bedanya ialah pada pencurian barang yang dimiliki itu belum berada di tangan pencuri dan masih harus “diambilnya” sedangkan pada penggelapan waktu dimilikinya barang itu sudah ada di tangan si pembuat tidak dengan jalan kejahatan. 8

Menurut Lamintang, tindak pidana penggelapan adalah penyalahgunaan hak atau penyalahgunaan kepercayaan oleh seorang yang mana kepercayaan tersebut diperolehnya tanpa adanya unsur melawan hukum.9

Tindak Pidana adalah Perbuatan yang dilarang oleh suatu aturan hukum larangan mana disertai ancaman (sanksi) yang berupa pidana tertentu, bagi barang siapa melanggar larangan tersebut.10

8

R.Soesilo, Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, Politea, Bogor, 1996, hlm. 258. 9

http://herybastyani.blogspot.com/2013/06/analisis-kasus-penggelapan.html tgl: 16-7-2013, jam: 22:38

10


(27)

Jadi berdasarkan pendapat tersebut di atas pengertian dari tindak pidana yang dimaksud adalah bahwa perbuatan pidana atau tindak pidana senantiasa merupakan suatu perbuatan yang tidak sesuai atau melanggar suatu aturan hukum atau perbuatan yang dilarang oleh aturan hukum yang disertai dengan sanksi pidana yang mana aturan tersebut ditujukan kepada perbuatan sedangkan ancamannya atau sanksi pidananya ditujukan kepada orang yang melakukan atau orang yang menimbulkan kejadian tersebut. Setiap orang yang melanggar aturan-aturan hukum yang berlaku, dengan demikian dapat dikatakan terhadap orang tersebut sebagai pelaku perbuatan pidana atau pelaku tindak pidana. Akan tetapi haruslah diingat bahwa aturan larangan dan ancaman mempunyai hubungan yang erat, oleh karenanya antara kejadian dengan orang yang menimbulkan kejadian juga mempunyai hubungan yang erat pula.

Menurut Bambang Poernomo, bahwa tindak pidana adalah suatu perbuatan yang oleh suatu aturan hukum pidana dilarang dan diancam dengan pidana bagi barang siapa yang melanggar larangan tersebut.11

Tindak pidana adalah merupakan suatu dasar yang pokok dalam menjatuhi pidana pada orang yang telah melakukan perbuatan pidana atas dasar pertanggung jawaban seseorang atas perbuatan yang telah dilakukannya, tapi sebelum itu mengenai dilarang dan diancamnya suatu perbuatan yaitu mengenai perbuatan pidanya sendiri, yaitu berdasarkan azas legalitas (Principle of legality) asas yang menentukan bahwa tidak ada perbuatan yang dilarang dan diancam dengan pidana jika tidak ditentukan terlebih dahulu dalam perundang-undangan, biasanya ini

11


(28)

lebih dikenal dalam bahasa latin sebagai Nullum delictum nulla poena sine praevia lege (tidak ada delik, tidak ada pidana tanpa peraturan lebih dahulu), ucapan ini berasal dari von feurbach, sarjana hukum pidana Jerman. Asas legalitas ini dimaksud mengandung tiga pengertian yaitu:

a. Tidak ada perbuatan yang dilarang dan diancam dengan pidana kalau hal itu terlebih dahulu belum dinyatakan dalam suatu aturan undang-undang. b. Untuk menentukan adanya perbuatan pidana tidak boleh digunakan

analogi.

c. Aturan-aturan hukum pidana tidak boleh berlaku surut.

Tindak pidana merupakan bagian dasar dari pada suatu kesalahan yang dilakukan terhadap seseorang dalam melakukan suatu kejahatan. Jadi untuk adanya kesalahan hubungan antara keadaan dengan perbuatannya yang menimbulkan celaan harus berupa kesengajaan atau kelapaan. Dikatakan bahwa kesengajaan

(dolus) dan kealpaan (culpa) adalah bentuk-bentuk kesalahan sedangkan istilah dari pengertian kesalahan (schuld) yang dapat menyebabkan terjadinya suatu tindak pidana adalah karena seseorang tersebut telah melakukan suatu perbuatan yang bersifat melawan hukum sehingga atas perbuatannya tersebut maka dia harus bertanggungjawabkan segala bentuk tindak pidana yang telah dilakukannya untuk dapat diadili dan bilamana telah terbukti benar bahwa telah terjadinya suatu tindak pidana yang telah dilakukan oleh seseorang maka dengan begitu dapat dijatuhi hukuman pidana sesuai dengan pasal yang mengaturnya.12

12


(29)

Dalam kita menjabarkan sesuatu rumusan delik kedalam unsur-unsurnya, maka yang mula-mula dapat kita jumpai adalah disebutkan sesuatu tindakan manusia, dengan tindakan itu seseorang telah melakukan sesuatu tindakan yang terlarang oleh undang-undang. Setiap tindak pidana yang terdapat di dalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP) pada umumnya dapat dijabarkan ke dalam unsur-unsur yang terdiri dari unsur-unsur subjektif dan unsur-unsur objektif.

Unsur subjektif adalah unsur-unsur yang melekat pada diri si pelaku atau yang berhubungan dengan diri si pelaku, dan termasuk ke dalamnya yaitu segala sesuatu yang terkandung di dalam hatinya, sedangkan unsur objektif adalah unsur-unsur yang ada hubungannya dengan keadaan, yaitu di dalam keadaan-keadaan mana tindakan-tindakan dari si pelaku itu harus di lakukan.13

Unsur-unsur subjektif dari suatu tindak pidana itu adalah: 1. Kesengajaan atau ketidaksengajaan (dolus atau Culpa);

2. Maksud atau Voornemen pada suatu percobaan atau pogging seperti yang dimaksud dalam Pasal 53 ayat 1 KUHP;

3. Macam-macam maksud atau oogmerk seperti yang terdapat misalnya di dalam kejahatan-kejahatan pencurian, penipuan, pemerasan, pemalsuan dan lain-lain;

4. Merencanakan terlebih dahulu atau voorbedachte raad seperti yang terdapat di dalam kejahatan pembunuhan menurut Pasal 340 KUHP;

5. Perasaan takut yang antara lain terdapat di dalam rumusan tindak pidana menurut Pasal 308 KUHP.

13

P.A.F. Lamintang, Dasar-dasar Hukum Pidana Indonesia, Bandung, PT. Citra Aditya Bakti, 1997, Hlm. 193.


(30)

Unsur-unsur objektif dari sutau tindak pidana itu adalah: 1. Sifat melanggar hukum atau wederrechtelicjkheid;

2. Kwalitas dari si pelaku, misalnya kedaan sebagai seorang pegawai negeri di dalam kejahatan jabatan menurut pasal 415 KUHP atau keadaan sebagai pengurus atau komisaris dari suatu Perseroan Terbatas di dalam kejahatan menurut Pasal 398 KUHP.

3. Kausalitas yakni hubungan antara suatu tindak pidana sebagai penyebab dengan sesuatu kenyataan sebagai akibat.

Seorang ahli hukum yaitu Simons merumuskan unsur-unsur tindak pidana sebagai berikut14 :

1. Diancam dengan pidana oleh hokum 2. Bertentangan dengan hokum

3. Dilakukan oleh orang yang bersalah

4. Orang itu dipandang bertanggungjawab atas perbuatannya.

Bab XXIV (buku II) KUHP mengatur tentang penggelapan (verduistering), terdiri dari 5 pasal (372 s/d 376)

Pasal 372:

“Barang siapa dengan sengaja dan melawan hukum mengaku sebagai milik sendiri barang sesuatu yang seluruhnya atau sebagian adalah kepunyaan orang lain, tetapi yang ada dalam kekuasaannya bukan kerena kejahatan diancam kerena penggelapan, dengan pidana penjara paling lama empat tahun atau denda paling banyak enam puluh ribu rupiah.”

14


(31)

Unsur pokok dari penggelapan ialah bahwa barang yang di gelapkan harus ada di bawah kekuasaan si pelaku, dengan cara lain daripada dengan melakukan kejahatan. Jadi barang itu oleh yang punya di percayakan atau dapat dianggap dipercayakan kepada si pelaku.

Pada pokoknya, dengan perbuatan penggelapan si pelaku tidak memenuhi kepercayaan yang dilimpahkan kepadanya oleh yang berhak atas suatu barang. Jadi tidak benar, apabila kebetulan suatu barang de facto dan dibawah kekuasaan si pelaku. Misalnya seekor kuda milik X masuk ke dalam perkarangan si Y dan bercampur dengan kuda-kuda milik si Y, maka kuda-kuda itu de facto ada dibawah kekuasaan si Y. akan tetapi oleh kerena tidak ada pelimpahan kepercayaan oleh X kepada Y, maka dalam hal ini tidak ada unsur “dibawah kekuasaan” dari tindak pidana penggelapan.

Lain halnya apabila si Y memperlakukan kuda itu sebagai miliknya, misalnya menggiring lalu mengikat kuda itu ke kandang si Y, maka perbuatan si Y termasuk dalam istilah “pencurian”, bukannya “penggelapan”.

Untuk penggelapan barang tidak perlu bahwa si pelaku de facto selalu dapat menguasai barang itu. Misalnya X diserahi oleh si Y untuk menyimpan suatu barang milik Y. Kemudian si X menyerahkan lagi barang itu jepada Z untuk disimpan. Pada saat itu si X de facto tidak menguasai barang itu, akan tetapi apabila X kemudian menyuruh si Z untuk menjual barang itu tanpa persetujuan si


(32)

Y, maka si X tetap dianggap menguasai barang itu dan oleh kerenanya dapat dikatakan telah menggelapkan barang, dan kena Pasal 372 KUHP.15

Unsur di atas adalah barang di bawah kekuasaan si pelaku unsur pokok dari penggelapan barang yang membedakan dari tindak-tindak pidana lain mengenai kekayaan orang.16

Jenis-Jenis Tindak pidana Penggelapan:

Berikut jenis-jenis tindak pidana penggelapan berdasarkan Bab XXIV Pasal 372 sampai dengan 377 KUHP.

1) Penggelapan biasa

Yang dinamakan penggelapan biasa adalah penggelapan yang diatur dalam Pasal 372 KUHP: Barangsiapa dengan sengaja dan melawan hukum mengaku sebagai milik sendiri (zich toeegenen) barang sesuatu yang seluruhnya atau sebagian adalah kepunyaan orang lain, tetapi yang ada dalam kekuasaannya bukan karena kejahatan, diancam karena penggelapan dengan pidana penjara paling lama empat tahun.

2) Penggelapan Ringan

Pengelapan ringan adalah penggelapan yang apabila yang digelapkan bukan ternak dan harganya tidak lebih dari Rp.25. Diatur dalam Pasal 373 KUHP.

15

Tri Andrisman, Delik Tertentu dalam KUHP, Universitas Lampung, Bandar Lampung.2011,hlm 171.

16

Wirjono Prodjodikoro, Tindak-tindak Pidana Tertentu Di Indonesia, Bandung: PT Refika Aditama, 2003, hal 31.


(33)

3) Penggelapan dengan Pemberatan

Penggelapan dengan pemberatan yakni penggelapan yang dilakukan oleh orang yang memegang barang itu berhubungan dengan pekerjaannya atau jabatannya atau karena ia mendapat upah (Pasal 374 KUHP).

4) Penggelapan dalam Lingkungan Keluarga

Penggelapan dalam lingkungan keluarga yakni penggelapan yang dilakukan dilakukan oleh orang yang karena terpaksa diberi barang untuk disimpan, atau oleh wali, pengampu, pengurus atau pelaksana surat wasiat, pengurus lembaga sosial atau yayasan, terhadap barang sesuatu yang dikuasainya. (Pasal 375 KUHP).17

Saat ini salah satu kasus penggelapan semakin marak terjadi akhir-akhir ini adalah penggelapan mobil rental. Di Bandar Lampung khususnya, kasus penggelapan mobil rental semakin meningkat dari tahun ke tahun. Mobil rental merupakan sasaran empuk para pelaku kejahatan karena mobil memiliki nilai ekonomis yang tinggi apabila dijual kembali, selain itu menggelapkan sebuah mobil rental dirasa tidak terlalu sulit karena banyak pengusaha mobil rental yang tidak membekali mobil-mobil rentalnya dengan alat keamanan yang memadai.

C. Pengertian Rental Mobil

Mobil adalah kendaraan darat yang digerakkan oleh tenaga mesin, beroda empat atau lebih (selalu genap), biasanya menggunakan bahan bakar minyak (bensin atau solar) untuk menghidupkan mesinnya. Mobil kependekan dari otomobil yang

17


(34)

berasal dari bahasa Yunani 'autos' (sendiri) dan Latin 'movére' (bergerak)18 sedangkan Rental Mobil adalah penyedia layanan penyewaan mobil dengan cara sewa harian ataupun kontrak dengan menggunakan driver ataupun lepas kunci.19

Langkah-Langkah Menyewa Mobil:20 a. Menghubungi penyedia rental mobil

Jika sudah menemukan penyedia rental mobil yang tepat baik individu atau perusahaan, hubungi segera, jangan ditunda-tunda apalagi jika anda ingin menyewa di musim ramai seperti saat mudik lebaran atau liburan panjang karena nanti kehabisan/armada yang diinginkan tidak tersedia. Anda hubungi melalui kontak informasi yang tersedia di brosur, website, atau dari manapun anda memperoleh informasi tentang penyedia rental mobil tersebut atau untuk lokal, langsung datangi saja.

b. Memilih armada

Pilih mobil rental yang tepat dan sesuai dengan kebutuhan serta keinginan. Banyak bahan pertimbangan yang harus anda perhatikan dalam pemilihan armada ini. Berapa kapasitas penumpang yang dibutuhkan? untuk penumpang berjumlah 5 orang, anda dapat memilih MPV jenis Honda Jazz, Toyota Yaris, Suzuki Swift, dll, untuk kapasitas 6-8 orang, Toyota Avanza, Daihatsu Xenia, Kijan Innova, dan Grand Livina adalah MPV pilihan. Anda dalam memilih armada, juga harus mempertimbangkan fitur dan spesifikasi mobil serta desain/penampilannya.

18

https://id.wikipedia.org/wiki/Mobil tgl: 14-7-2013 jam: 11.25 19

http://www.okkarent.com/v2/kemitraan.html diakses pada 23 Agustus 2013 pukul 21:10.

20 http://www.rentalmobilmurah.net/2013/08/langkah-langkah-menyewa-mobil diakses pada 23


(35)

c. Memesan dan melakukan pembayaran

Segeralah pesan jenis armada yang anda inginkan setelah menemukan pilihan yang tepat. Anda lakukan pemesanan rental mobil dapat dilakukan segera setelah anda mempertimbangkan armada yang diinginkan. Pada umumnya, anda juga harus langsung melakukan pembayaran baik tatap muka atau melalui transfer bank (jika lokasi jauh). Besarnya dana yang diberikan dapat sekaligus atau DP 50% (sisanya setelah pengembalian mobil).

d. Melengkapi dan menyerahkan dokumen

Saat melakukan pemesanan dan melakukan pembayaran, Anda juga harus langsung melengkapi dokumen-dokumen yang diperlukan, sebagai berikut:

1. Fotokopi Identitas Diri (KTP diri, istri/suami, dan orang tua) dan passport (untuk WNA)

2. Fotokopi KK (Kartu Keluarga)

3. Fotokopi Identitas Kepegawaian

4. Fotokopi SIM A

Resiko Usaha Jasa Rental Mobil:

Pada umumnya, bisnis usaha jasa rental mobil merupakan bisnis yang sangat menjanjikan apabila pengelolaanya lancar, aman dan jelas. Tetapi resiko yang dihadapi juga tidak kecil, malah sedikit saja ketidaktelitian akan berhujung pada bangkrutnya usaha jasa rent car anda. Berikut contoh-contoh resiko yang ada hadapi dalam bisnis ini21:

1. Kerusakan mobil. Dapat terjadi dari pihak penyewa, supir, atau ausnya suku cadang mobil.

2. Hilangnya mobil yang disewakan.

3. Terjadi pemalsuan surat kendaraan yang disewakan.

21


(36)

Resiko tersebut dapat kita minimalisir dengan cara22 :

1. Sebelum melakukan transaksi penyewaan, kita harus mengetahui alasan an latar belakang konsumen dalam menyewa mobil kita.

2. Meminta jaminan terhadap konsumen berupa KTP, SIM, atau surat berharga lainnya yang membuat kita dapat menghubungi konsumen secara langsung dan mudah.

3. Memeriksa kondisi kendaraan yang akan disewakan sebelum digunakan oleh konsumen.

4. Menyewakan sopir dalam penyewaan. Sopir merupakan control secara langung dari usaha bisnis anda.

5. Membuat kontrak perjanjian yang point-pointnya berisi peraturan persewaan yang lebih menguntungkan penyedia jasa usaha rent car. Contoh: Bensin ditanggung oleh konsumen dan kerusakan mobil yang diakibatkan oleh konsumen wajib digani sebesar 75%.

Mempunyai Usaha rental mobil memang menyenangkan apalagi jika usaha rental mobil ini mampu dikelola dgn baik bahkan semakin hari semakin berkembang dan menguntungkan. akan tetapi tidak dapat dipungkiri terkadang dalam usaha rental mobil ada masalah tersendiri yaitu mobil sewaan kita hilang, kecelakaan atau bahkan di bawa kabur oleh pihak penyewa lalu di gelapkan.

Beberapa macam-macam modus operandi kejahatan penggelapan mobil rental adalah23:

1. Membius supir. Biasanya pelaku pencurian berpura-pura menjadi penyewa

mobil, lalu mengajak supir untuk makan bersama dan secara diam-diam mencampuran pil obat tidur ke makanan supir. Setelah supir dalam keadaan

22 Ibid.

23


(37)

tidak sadarkan diri, kunci diambil dari kantong dan mobil diambil dari parkir dan dibawa untuk dijual.

2. Melamar jadi supir. Modus ini biasanya pelaku berpura-pura melamar

menjadi supir setelah diterima menjadi supir pada rental mobil tersebut ia melancarkan aksinya dengan membawa mobil tersebut.

3. Menjadi penyewa mobil rental. Pelaku biasanya menyewa mobil rental

terlebih dahulu lalu membawa kabur mobil tersebut kemudian mengganti identitas mobil (Plat, STNK, dll).

Kendala yang dihadapi dalam penyelesaian kasus penggelapan mobil milik rental mobil adalah sebagi berikut24:

a. Hambatan eksternal Polres

1) Sulitnya menemukan barang bukti.

2) Adanya jaringan sindikat pelaku penggelapan mobil rental yang terkoordinir dan terorganisir.

3) Keterlambatan korban dalam melaporkan.

b. Hambatan internal Polres

1) Adanya kemungkinan oknum aparat ikut terlibat dalam kasus penggelapan mobil rental.

D. Upaya Penanggulangan Kejahatan

Menurut Sudarto, politik kriminal adalah suatu usaha yang rasional dari masyarakat dalam menanggulangi kejahatan.25 Marc ancel,26 member pengertian,

24


(38)

“the rational organization of the control of crime by society” (Organisasi rasional pengontrol oleh masyarakat). Menurut Barda Nawawi Arief, 27 politik kriminal pada hakekatnya juga merupakan bagian integral dari politik sosial (kebijakan atau upaya untuk mencapai kesejahteraan sosial bahwa upaya penanggulangan kejahatan perlu ditempuh dengan pendekatan kebijakan, dalam arti:

a. Ada keterpaduan (integralitas) antara politik kriminal dan politik sosial. b. Ada keterpaduan (integralitas) antara upaya penggulangan kejahatan

dengan penal dan non-penal.

Fenomena kejahatan sebagai salah satu bentuk dari “perilaku menyimpang” selalu ada dan melekat pada tiap bentuk masyarakat. Menurut Benedict S. Alper kejahatan merupakan the oldest sosial problem.28 Sebagai bentuk masalah sosial bahkan masalah kemanusiaan maka kejahatan perlu segera ditanggulangi. Upaya penanggulangan kejahatan atau biasa disebut sebagai kebijakan kriminal.

Menurut Marc Ancel kebijakan kriminal (criminal policy) adalah suatu usaha yang rasional dari masyarakat dalam menanggulangi kejahatan.29 Secara garis besar kebijakan kriminal ini dapat ditempuh melalui dua cara yaitu :30

1. Upaya Penal, merupakan upaya penanggulangan kejahatan yang lebih menitikberatkan pada upaya – upaya yang sifatnya repressive

25

Sudarto dalam H.R.Abdussalam, Kriminologi, Restu Agung, Jakarta, 2007, hlm. 13. 26

Marc ancel dalam H.R.Abdussalam, ibid. 27

Barda Nawawi arief, Bunga Rampai KebijakanHukum Pidana, Citra aditya Bakti, bandung, 2002,

hlm. 3-4. 28

Barda Nawawi Arief, Kebijakan Legislatif Dalam Penanggulangan Kejahatan Dengan Pidana Penjara, Badan Penerbit UNDIP, Semarang, 1996, hlm 11

29 Barda Nawawi arief,

Bunga Rampai KebijakanHukum Pidana, Op.Cit, hlm. 1. 30


(39)

(penindasan/pemberantasan/penumpasan) dengan menggunakan sarana penal (hukum penal);

2. Upaya Non-Penal, merupakan upaya penanggulangan kejahatan yang lebih menitik beratkan pada upaya-upaya yang sifatnya preventif (pencegahan/penangkalan/pengendalian) sebelum kejahatan tersebut terjadi. Sasaran utama dari kejahatan ini adalah menangani faktor-faktor kondusif penyebab terjadinya kejahatan.

G.P. Hoefnagels menggambarkan ruang lingkup upaya penanggulangan kejahatan

(criminal policy) sebagai berikut :31

a. penerapan hukum pidana (criminal law application);

b. pencegahan tanpa pidana (prevention without punishment), dan;

c. mempengaruhi pandangan masyarakat mengenai kejahatan dan pemidanaan lewat media massa (influencing view society on crime and punishment/ massmedia).

Berdasarkan ruang lingkup kebijakan kriminal di atas, penerapan hukum pidana

(criminal law application) merupakan salah satu upaya penanggulangan kejahatan. Penanggulangan kejahatan dengan menggunakan pidana sebenarnya bukan sebuah metode yang baru, melainkan cara yang paling tua, setua peradaban manusia sendiri. Bahkan, ada yang secara ekstrem meyebutkan sebagai “older

philosophy of crime control”.32

31 ibid 32

Barda Nawawi Arief, Kebijakan Legislatif Dalam Penanggulangan Kejahatan Dengan Pidana Penjara, Op. Cit, hlm 18


(40)

Upaya penanggulangan kejahatan perlu ditempuh dengan pedekatan kebijakan. Artinya, terdapat keterpaduan (integralitas) antara politik kriminal dan politik sosial, sekaligus terdapat keterpaduan (integralitas) antara upaya penanggulangan kejahatan dengan “penal” dan “non-penal”.33

Berdasarkan keterangan di atas maka dalam kejahatan penggelapan ini dapat ditanggulangi dengan cara pencegahan operasi adalah prosedur non teknis yang dirancang untuk berpadu dengan kegiatan operasi organisasi sehari-hari. Artinya, menciptakan budaya perusahaan mana di masalah keamanan menjadi bagian yang sangat penting. Umumnya, tindakan pencegahan yang digambarkan di bagian ini mudah diterapkan dan tidak mahal. Namun hal ini tidak akan berfungsi, kecuali pegawai tau benar prosedur, tujuan dan akibatnya jika di abaikan.

Masalah dengan tindakan pencegahan operasi adalah mudahnya pengabaian tindakan ini, bahkan oleh para ahli keamana sekalipun. Ahli keamanan cenderung memusatkan perhatian pada computer atau fasilitas, dan mengabaikan pemecahan masalah operasional.34

33

Barda Nawawi Arief, Bunga Rampai Kebijakan Hukum Pidana, Op. Cit, hlm 4 34


(41)

III. METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Masalah

Pembahasan terhadap masalah penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan masalah yuridis normatif dan yuridis empiris. Pendekatan yuridis normatif adalah pendekatan masalah yang di teliti dengan sifat hukum yang normatif meliputi asas-asas hukum, sistematika hukum, sinkronisasi hukum, perbandingan hukum atau sejarah hukum1 , sedangkan pendekatan yuridis empiris adalah usaha mendekati masalah yang di teliti dengan sifat hukum yang nyata atau sesuai dengan kenyataan yang hidup dalam masyarakat harus di lakukan di lapangan dengan menggunakan metode dan teknik penelitian lapangan, mengadakan kunjungan kepada masyarakat dan berkomunikasi dengan para anggota masyarakat.2

B. Sumber Dan Jenis Data

Sumber data dalam penulisan skripsi ini di peroleh dari dua sumber, yaitu data lapangan dan kepustakaan dengan jenis data:

1

Hilman Hadikususma, Metode Pembuatan Kertas Kerja atau Skripsi Ilmu Hukum, Mandara Maju,

Bandung, 2013, hlm 60. 2


(42)

1. Data Primer adalah data yang di peroleh dengan melakukan penelitian kepustakaan dan dokumentasi saja tanpa terjun ke dalam masyarakat di lapangan. 3

2. Data Sekunder adalah data yang diperoleh dari bahan pustaka.4 Sumber dari data sekunder yakni berupa :

a. Bahan Hukum Primer, yaitu:

1) Undang-Undang No.1 Tahun 1946 tentang Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP).

2) Undang-Undang No.8 Tahun 1981 Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP).

3) Peraturan Pemerintah No.27 Tahun 1983 Peraturan Pelaksana KUHAP.

b. Bahan hukum sekunder, yaitu bahan-bahan yang memberikan penjelasan mengenai bahan hukum primer seperti literatur-literatur, makalah-makalah, dan lain-lain yang berhubungan dengan permasalahan yang diteliti.5

c. Bahan hukum tersier, yaitu bahan hukum penunjang yang mencakup bahan-bahan yang memberi petunjuk dan penjelasan terhadap bahan hukum primer dan sekunder, seperti : kamus dan pendapat para sarjana.

3

Ibid, hlm.65. 4

Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, UI, Jakarta, 2007, hlm.52.

5 Abdulkadir Muhammad,

Hukum dan Penelitian Hukum, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2004, hlm.82.


(43)

C. Penentuan Populasi dan Sampel

Populasi adalah seluruh objek atau seluruh individu atau seluruh gejala atau seluruh kejadian atau seluruh unit yang akan diteliti.6

Populasi adalah keseluruhan atau himpunan objek dengan cirri yang sama.7 Untuk penulisan skripsi ini penulis mengambil populasi penelitian yang ada kaitanya dengan masalah-masalah yang dibahas. Adapun populasi dalam penelitian ini adalah Polisi Polresta Bandar Lampung.

Sampel adalah sebagian yang diambil dari populasi dengan menggunakan cara-cara tertentu.8

Penentuan sampel dalam penulisan skripsi ini menggunakan metode pengambilan sampel berupa Purvosive Sampling, yaitu suatu metode pengambilan sempel berdasarkan atas pertimbangan maksud dan tujuan penulis yang telah ditetapkan. Berdasarkan metode sampling diatas, maka yang menjadi responden dalam penelitian ini sebanyak (5) orang dengan rincian sebagai berikut:

1. Penyidik Reskrim (Ranmor) Polresta Bandar Lampung : 2 orang

2. Pelaku Penggelapan mobil rental : 2 orang

3. Dosen Hukum Pidana Universitas Lampung : 1 orang Jumlah : 5 orang

6

Ibid. hlm.90. 7

Bambang sunggono, Metologi Penelitian Hukum, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1997, hlm 121.

8 Hadari Nawawi,

Metode Penelitian Bidang Sosial, Universitas Gajah Mada Pers, Yogyakarta,1987, hlm.141.


(44)

D. Metode Pengumpulan dan Pengolahan Data

1. Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara:

a. Studi Kepustakaan

Untuk memperoleh sumber data sekunder, penulis lakukan dengan cara membaca, mencatat atau mengutip dari perundang-undangan yang berlaku sesrta literatur-literatur dan dokumen-dokumen yang berkaitan dengan putusan tersebut.

b. Studi Lapangan

Untuk memperoleh data primer, studi lapangan ditempuah dengan cara melakukan wawancara untuk mendapatkan gambaran yang jelas tentang permasalahan yang penulis kaji.

2. Pengolahan Data

a. Editing yaitu, Seleksi data dilakukan untuk mengetahui apakah data yang diperlukan sudah mencakup atau belum dan data tersebut berhubungan atau tidak berhubungan dengan pokok permasalahan yang dibahas.

b. Sistematisasi data yaitu, Penyusunan data dimaksudkan untuk mendapatkan data dalam susunan yang sistemastis dan logis serta berdasarkan kerangka pikir. Dalam tiap tahap ini data dapat dimaksudkan ke dalam tabel apabila diperlukan.


(45)

c. Interpretasi, yaitu menghubungkan, membandingkan dan menguraikan data serta mendeskripsikan data dalam bentuk uraian, untuk kemudian ditarik kesimpulan.

E. Analisis Data

Pada kegiatan penulisan skripsi, data yang telah diperoleh kemudian dianalisis secara kualitatif dengan mendeskripsikan data yang dihasilkan dari penelitian di lapangan kedalam bentuk penjelasan secara sistematis sehingga memiliki arti dan memperoleh kesimpulan. Dari hasil analisis tersebut dapat disimpulkan secara induktif yaitu cara berfikir yang didasarkan pada fakta-fakta yang bersifat umum dilanjutkan dengan penarikan kesimpulan yang bersifat khusus dan selanjutnya dari berbagai kesimpulan tersebut dapat diajukan saran-saran.


(46)

V. PENUTUP

A. Simpulan

1. Faktor-faktor penyebab terjadinya kejahatan penggelapan mobil rental di Bandar lampung salah satunya yaitu faktor yang datang dari dalam si pelaku kejahatan (intern) dan faktor yang datang atau pengaruh dari luar si pelaku kejahatan (ekstern). Faktor yang datang dari dalam si pelaku disebabkan kerena umur seseorang masih terlalu muda atau sudah terlalu tua, sehingga mereka tidak dapat menggunakan akal perasaannya dengan sempurna, tidak dapat membedakan mana hal yang benar mana yang salah dari alasan ini maka timbul hal-hal yang mendorong ia melakukan kejahatan. Selain itu faktor yang sangat mempengaruhi seseorang melakukan kejahatan adalah faktor lingkungan yang didalamnya ada faktor ekonomi tetap menjadi alasan utama mengapa seseorang melakukan kejahat penggelapan mobil rental.

2. Upaya kepolisian Polresta Bandar Lampung dalam menanggulangi kejahatan penggelapan mobil rental di wilayah Bandar lampung yang dilakukan oleh pihak kepolisian Polresta Bandar Lampung ada dua cara yaitu non penal (Preventif) dan penal (Reprensif). Upaya non penal (preventif) dengan cara melakukan penyuluhan kepada masyarakat agar selalu waspada akan


(47)

kejahatan penggelapan mobil dan khususnya menghimbau para pemilik usaha rental mobil agar lebih meningkatkan standar keamanan dalam usahanya seperti tidak merentalkan mobilnya kepada orang yang mencurigakan, memeriksa dan mencatat identitas penyewa dengan jelas, mewajibkan penyewa untuk memberikan KTP atau STNK dan BPKB atas nama si penyewa sebagai jaminan atas mobil yang dirental, memasang GPS Tracker

pada mobil rental agar keberadaan mobil dapat dilacak dengan mudah.

Pihak kepolisian juga melakukan razia rutin memeriksa kelengkapan surat-surat kendaraan untuk mengantisipasi mobil-mobil hasil penggelapan beredar di masyarakat. Kepolisian juga mengharapkan kerjasama dari masyarakat untuk segera melapor apabila melihat seseorang atau sindikat yang dicurigai melakukan penggelapan mobil rental dan tidak main hakim sendiri. Sedangkan upaya represif dengan cara penindakan secara tegas berdasarkan hukum terhadap para pelaku tindak pidana tersebut. Hukuman yang diberikan harus setimpal dengan kualitas kesalahan dan tentunya sesuai dengan peraturan hukum yang berlaku. Serta memberi penyuluhan dan menumbuhkan kesadaran tiap pelaku kejahatan khususnya kejahatan mobil rental untuk tidak lagi melakukan penggelapan dengan alasan apapun karena ganjaran ataupun sanksi yang akan diterima oleh pelaku sangat berat.

B. Saran

1. Seluruh pengusaha yang memiliki usaha mobil rental harus memasang GPS Tracker agar saat terjadi penggelapan mobil rental dapat di ketahui


(48)

keberadaannya dan kepada pihak kepolisian agar juga mempunyai alat pendeteksi GPS Tracker untuk mempermudah melacak mobil rental yang digelapkan. GPS Tracker yang di pasang pada mobil sewaan harus memiliki teknologi yang lebih canggih kerena zaman sekarang pelaku lebih pintar untuk mematikan GPS yang terpasang di mobil sewaannnya dan Memberikan penyuluhan kepada setiap pengusaha rental mobil untuk selalu mengecek keberadaan mobil yang disewakankan kepada penyewa

2. Pihak kepolisian harus meningkatkan kualitas dan tingkat profesionalisme anggotanya dengan cara pelatihan dan pemberian pendidikan tambahan mengenai materi perundang-undangan, pendidikan tentang hal-hal yang berhubungan dengan teknologi untuk membantu dan meningkatkan kinerja anggota kepolisian agar lebih tanggap dalam mengungkap dan memproses kasus penggelapan mobil rental yang terjadi, mengingat modus-modus operandi yang dilakukan pelaku sangat beraneka ragam dan mengalami perkembangan.


(49)

DAFTAR PUSTAKA

BUKU-BUKU:

Abdulkadir, Muhammad. 2004. Hukum dan Penelitian Hukum. Citra Aditya Bakti. Bandung.

Andrisman , Tri. 2011. Delik Tertentu Dalam KUHP. Fakultas Hukum Unila. Bandar Lampung.

Arief, Barda Nawawi. 2006. Berbagai Aspek Kebijakan Penegakan Pembangunan Hukum Pidana. PT. Citra Aditya Bakti. Bandung.

______. 2002. Bunga Rampai Kebijakan Hukum Pidana, Citra Aditya Bakti, Bandung.

______. 1996. Kebijakan Legislatif Dalam Penanggulangan Kejahatan Dengan Pidana Penjara. Penerbit UNDIP. Semarang.

Bonger. 1982. Pengantar tentang Kriminologi. Ghalia Indonesia. Jakarta. Depdikbud. 1998. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Balai Pustaka. Jakarta. Effendi, D. 1999. Spionase Bisnis. Abdi Tandur. Jakarta.

Hadikususma, Hilman. 2013. Metode Pembuatan Kertas Kerja atau Skripsi Ilmu Hukum. Mandara Maju. Bandung.

Hamzah, Andi. 2004. Asas-Asas Hukum Pidana. PT. Rineka Cipta. Jakarta.

Lamintang, P.A.F. 1997. Dasar-dasar Hukum Pidana Indonesia. PT. Citra Aditya Bakti. Bandung.

Moeljatno. 2011. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana. PT. Bumi Aksara. Jakarta.

_______. 2000. Asas-asas Hukum Pidana. Rinekacipta. Jakarta.


(50)

Nawawi, Hadari. 1987. Metode Penelitian Bidang Sosial. Universitas Gajah Mada Pers. Yogyakarta.

Pettansse, Syariffudin. 1989. Kriminologi. Rajawali. Jakarta.

Poernomo, Bambang. 1992. Asas-asas Hukum Pidana. Ghalia Indonesia. Jakarta. Prodjodikoro, Wirjono. 2008. Tindak-tindak Pidana Tertentu Di Indonesia.

Refika Aditama. Bandung.

Soekanto, Soerjono. 2007. Pengantar Penelitian Hukum.Universitas Indonesia. Jakarta.

Soesilo, R. 1996. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana. Politea. Bogor Suharno dan Ana Retnoningsih. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Syani, Abdul. 1987. Pengantar Sosiologi. Rajawali. Jakarta.

.

Sunggono, Bambang. 1997. Metologi Penelitian Hukum. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Utari, Sri Indah. 2012. Aliran dan Teori dalam Kriminologi. Thafa Media. Semarang.

PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN:

Undang-Undang No.1 Tahun 1946 tentang Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP)

Undang-Undang No.8 Tahun 1981 Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP)

Peraturan pemerintah No. 27 Tahun 1983 Peraturan Pelaksana KUHAP.

SUMBER LAIN:

Data POLRESTA. 2013. Bandar Lampung.

Kartonegoro, Diktat Kuliah Hukum Pidana. Balai Lektur Mahasiswa. Jakarta. https://id.wikipedia.org/wiki/Mobil 14 Juni 2013. 11:25

http://herybastyani.blogspot.com/2013/06/analisis-kasus-penggelapan.html 16 Juni 2013. 22:38


(51)

http://id.wikipedia.org/wiki/Transportasi diakses pada 14 Agustus 2013 pukul 9.47

http://basisdataita.blogspot.com/2012/12/makalah-sementara.html di akses pada 23 agustus pukul 15:20.

http://www.okkarent.com/v2/kemitraan.html di akses pada 23 Agustus 2013 pukul 21:10.

http://sewamobil.asia/post/31330053121/pengertian-sewa-dan-penghasilan-lain di akses pada 23 angustus pukul 21:30.

http://www.rentalmobilmurah.net/2013/08/langkah-langkah-menyewa-mobil diakses pada 23 agustus 2013 pukul 22:09.

http://sewakendaraan.com/index.php?option=com_content&view=article&id=48%3Am odus-penggelapan-mobil&catid=35%3Asekilas-berita&lang=en di akses 25 Agustus 2013 pukul 20:11.

file:///D:/My%20Documents/Downloads/rent-car.html di akses 25 Agustus 2013 pukul 20:42.


(1)

V. PENUTUP

A. Simpulan

1. Faktor-faktor penyebab terjadinya kejahatan penggelapan mobil rental di Bandar lampung salah satunya yaitu faktor yang datang dari dalam si pelaku kejahatan (intern) dan faktor yang datang atau pengaruh dari luar si pelaku kejahatan (ekstern). Faktor yang datang dari dalam si pelaku disebabkan kerena umur seseorang masih terlalu muda atau sudah terlalu tua, sehingga mereka tidak dapat menggunakan akal perasaannya dengan sempurna, tidak dapat membedakan mana hal yang benar mana yang salah dari alasan ini maka timbul hal-hal yang mendorong ia melakukan kejahatan. Selain itu faktor yang sangat mempengaruhi seseorang melakukan kejahatan adalah faktor lingkungan yang didalamnya ada faktor ekonomi tetap menjadi alasan utama mengapa seseorang melakukan kejahat penggelapan mobil rental.

2. Upaya kepolisian Polresta Bandar Lampung dalam menanggulangi kejahatan penggelapan mobil rental di wilayah Bandar lampung yang dilakukan oleh pihak kepolisian Polresta Bandar Lampung ada dua cara yaitu non penal (Preventif) dan penal (Reprensif). Upaya non penal (preventif) dengan cara melakukan penyuluhan kepada masyarakat agar selalu waspada akan


(2)

61

kejahatan penggelapan mobil dan khususnya menghimbau para pemilik usaha rental mobil agar lebih meningkatkan standar keamanan dalam usahanya seperti tidak merentalkan mobilnya kepada orang yang mencurigakan, memeriksa dan mencatat identitas penyewa dengan jelas, mewajibkan penyewa untuk memberikan KTP atau STNK dan BPKB atas nama si penyewa sebagai jaminan atas mobil yang dirental, memasang GPS Tracker pada mobil rental agar keberadaan mobil dapat dilacak dengan mudah.

Pihak kepolisian juga melakukan razia rutin memeriksa kelengkapan surat-surat kendaraan untuk mengantisipasi mobil-mobil hasil penggelapan beredar di masyarakat. Kepolisian juga mengharapkan kerjasama dari masyarakat untuk segera melapor apabila melihat seseorang atau sindikat yang dicurigai melakukan penggelapan mobil rental dan tidak main hakim sendiri. Sedangkan upaya represif dengan cara penindakan secara tegas berdasarkan hukum terhadap para pelaku tindak pidana tersebut. Hukuman yang diberikan harus setimpal dengan kualitas kesalahan dan tentunya sesuai dengan peraturan hukum yang berlaku. Serta memberi penyuluhan dan menumbuhkan kesadaran tiap pelaku kejahatan khususnya kejahatan mobil rental untuk tidak lagi melakukan penggelapan dengan alasan apapun karena ganjaran ataupun sanksi yang akan diterima oleh pelaku sangat berat.

B. Saran

1. Seluruh pengusaha yang memiliki usaha mobil rental harus memasang GPS Tracker agar saat terjadi penggelapan mobil rental dapat di ketahui


(3)

62

keberadaannya dan kepada pihak kepolisian agar juga mempunyai alat pendeteksi GPS Tracker untuk mempermudah melacak mobil rental yang digelapkan. GPS Tracker yang di pasang pada mobil sewaan harus memiliki teknologi yang lebih canggih kerena zaman sekarang pelaku lebih pintar untuk mematikan GPS yang terpasang di mobil sewaannnya dan Memberikan penyuluhan kepada setiap pengusaha rental mobil untuk selalu mengecek keberadaan mobil yang disewakankan kepada penyewa

2. Pihak kepolisian harus meningkatkan kualitas dan tingkat profesionalisme anggotanya dengan cara pelatihan dan pemberian pendidikan tambahan mengenai materi perundang-undangan, pendidikan tentang hal-hal yang berhubungan dengan teknologi untuk membantu dan meningkatkan kinerja anggota kepolisian agar lebih tanggap dalam mengungkap dan memproses kasus penggelapan mobil rental yang terjadi, mengingat modus-modus operandi yang dilakukan pelaku sangat beraneka ragam dan mengalami perkembangan.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

BUKU-BUKU:

Abdulkadir, Muhammad. 2004. Hukum dan Penelitian Hukum. Citra Aditya Bakti. Bandung.

Andrisman , Tri. 2011. Delik Tertentu Dalam KUHP. Fakultas Hukum Unila. Bandar Lampung.

Arief, Barda Nawawi. 2006. Berbagai Aspek Kebijakan Penegakan Pembangunan Hukum Pidana. PT. Citra Aditya Bakti. Bandung.

______. 2002. Bunga Rampai Kebijakan Hukum Pidana, Citra Aditya Bakti, Bandung.

______. 1996. Kebijakan Legislatif Dalam Penanggulangan Kejahatan Dengan Pidana Penjara. Penerbit UNDIP. Semarang.

Bonger. 1982. Pengantar tentang Kriminologi. Ghalia Indonesia. Jakarta. Depdikbud. 1998. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Balai Pustaka. Jakarta. Effendi, D. 1999. Spionase Bisnis. Abdi Tandur. Jakarta.

Hadikususma, Hilman. 2013. Metode Pembuatan Kertas Kerja atau Skripsi Ilmu Hukum. Mandara Maju. Bandung.

Hamzah, Andi. 2004. Asas-Asas Hukum Pidana. PT. Rineka Cipta. Jakarta.

Lamintang, P.A.F. 1997. Dasar-dasar Hukum Pidana Indonesia. PT. Citra Aditya Bakti. Bandung.

Moeljatno. 2011. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana. PT. Bumi Aksara. Jakarta.

_______. 2000. Asas-asas Hukum Pidana. Rinekacipta. Jakarta.


(5)

Nawawi, Hadari. 1987. Metode Penelitian Bidang Sosial. Universitas Gajah Mada Pers. Yogyakarta.

Pettansse, Syariffudin. 1989. Kriminologi. Rajawali. Jakarta.

Poernomo, Bambang. 1992. Asas-asas Hukum Pidana. Ghalia Indonesia. Jakarta. Prodjodikoro, Wirjono. 2008. Tindak-tindak Pidana Tertentu Di Indonesia.

Refika Aditama. Bandung.

Soekanto, Soerjono. 2007. Pengantar Penelitian Hukum.Universitas Indonesia. Jakarta.

Soesilo, R. 1996. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana. Politea. Bogor Suharno dan Ana Retnoningsih. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Syani, Abdul. 1987. Pengantar Sosiologi. Rajawali. Jakarta.

.

Sunggono, Bambang. 1997. Metologi Penelitian Hukum. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Utari, Sri Indah. 2012. Aliran dan Teori dalam Kriminologi. Thafa Media. Semarang.

PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN:

Undang-Undang No.1 Tahun 1946 tentang Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP)

Undang-Undang No.8 Tahun 1981 Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP)

Peraturan pemerintah No. 27 Tahun 1983 Peraturan Pelaksana KUHAP.

SUMBER LAIN:

Data POLRESTA. 2013. Bandar Lampung.

Kartonegoro, Diktat Kuliah Hukum Pidana. Balai Lektur Mahasiswa. Jakarta. https://id.wikipedia.org/wiki/Mobil 14 Juni 2013. 11:25

http://herybastyani.blogspot.com/2013/06/analisis-kasus-penggelapan.html 16 Juni 2013. 22:38


(6)

http://id.wikipedia.org/wiki/Transportasi diakses pada 14 Agustus 2013 pukul 9.47

http://basisdataita.blogspot.com/2012/12/makalah-sementara.html di akses pada 23 agustus pukul 15:20.

http://www.okkarent.com/v2/kemitraan.html di akses pada 23 Agustus 2013 pukul 21:10.

http://sewamobil.asia/post/31330053121/pengertian-sewa-dan-penghasilan-lain di akses pada 23 angustus pukul 21:30.

http://www.rentalmobilmurah.net/2013/08/langkah-langkah-menyewa-mobil diakses pada 23 agustus 2013 pukul 22:09.

http://sewakendaraan.com/index.php?option=com_content&view=article&id=48%3Am odus-penggelapan-mobil&catid=35%3Asekilas-berita&lang=en di akses 25 Agustus 2013 pukul 20:11.

file:///D:/My%20Documents/Downloads/rent-car.html di akses 25 Agustus 2013 pukul 20:42.