ANALISIS KRIMINOLOGIS TERHADAP PELAKU KEJAHATAN PERKOSAAN YANG MENYAMAR SEBAGAI POLISI (Studi Di Wilayah Polres Lampung Selatan)

Dian Tri Puspa Sari

ABSTRAK
ANALISIS KRIMINOLOGIS TERHADAP PELAKU KEJAHATAN
PERKOSAAN YANG MENYAMAR SEBAGAI POLISI
(Studi Di Wilayah Polres Lampung Selatan)

Oleh
DIAN TRI PUSPA SARI

Kejahatan perkosaan merupakan kejahatan yang cukup mendapat perhatian
dikalangan masyarakat. Kejahatan yang sering menimpa kaum perempuan adalah
perkosaan. Pada kasus perkosaan, setiap orang dapat menjadi pelaku perkosaan
tanpa mengenal usia, status, pangkat, pendidikan, dan jabatan. Kejahatan
perkosaan banyak menggunakan macam-macam modus untuk menaklukkan
korbannya. Permasalahan dalam skripsi ini adalah apa faktor-faktor penyebab
pelaku kejahatan perkosaan yang menyamar sebagai polisi ditinjau dari sudut
pandang kriminologi, bagaimanakah upaya penanggulangan pelaku kejahatan
perkosaan yang menyamar sebagai polisi dan apakah faktor penghambat dalam
upaya penanggulangan terhadap pelaku kejahatan perkosaan yang menyamar
sebagai polisi.

Pendekatan masalah dalam penelitian ini menggunakan penelitian kriminologi,
pendekatan yuridis normatif dan yuridis empiris. Adapun sumber dan jenis data
adalah data primer yang diperoleh dari studi pustaka. Data yang diperoleh
kemudian di analisis secara kualitatif. Responden penelitian terdiri dari 1 (satu)
orang penyidik polres Kalianda Lampung Selatan, 1 (sau) orang lembaga
pemasyarakatan Klas IIA Kalianda, 1 (satu) orang pelaku, 1 (satu) orang Dosen
pada Fakultas Hukum Universitas Lampung.

Dian Tri Puspa Sari

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa
mempelajari perkembangan manusia dan faktor-faktor yang membentuk perilaku
seseorang sejak lahir sampai lanjut usia. Penyebab perkosaan bisa terjadi di
pergaulan/ lingkungan pada pokoknya terdiri dari pergaulan/ lingkungan tempat
tinggal, lingkungan sekolah, atau tempat kerja dan lingkungan pergaulan lainnya.
Selain itu yang mempengaruhi terjadinya perkosaan faktor keluarga dan faktor
ekonomi. Upaya dalam pengendalian dan penanganan terhadap kejahatan
perkosaan dengan modus menyamar jika mengacu kepada perumusan Pasal 285
Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP) termasuk usaha pencegahan dari
sisi formulasi aturan-aturan mengenai kejahatan perkosaan. Faktor penghambat

diketahui bahwa koordinasi antar-instansi terkait seperti kepolisian, penuntut
umum, dan Hakim Pengadilan belum tercipta dengan baik. Lapisan masyarakat
dan pihak-pihak terkait memikirkan bagaimana menentukan langkah-langkah
kongkret dalam hal pengantisipasian terhadap kejahatan perkosaan khususnya
dengan berbagai macam cara modus.
Saran

dalam

penelitian

ini

adalah

masyarakat

sangatlah

serius


dan

mengkhawatirkan terhadap kejahatan perkosaan dan diharapkan kepada pihak
terkait yaitu kepolisian, pengadilan, keluarga dan masyarakat lebih meningkatkan
kerjasama dalam hal penanggulangan kejahatan perkosaan oleh masyarakat yang
menyamar sebagai polisi.
Kata Kunci : Kriminologi, Perkosaan, Menyamar

ANALISIS KRIMINOLOGIS PELAKU KEJAHATAN
PERKOSAAN YANG MENYAMAR SEBAGAI POLISI
(Studi di Wilayah Polres Lampung Selatan)

Oleh

Dian Tri Puspa Sari

Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk mencapai
SARJANA HUKUM

Pada
Bagian Hukum Pidana
Fakultas Hukum Universitas Lampung

UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2015

ANALISIS KRIMINOLOGIS PELAKU KEJAHATAN
PERKOSAAN YANG MENYAMAR SEBAGAI POLISI
(Studi di Wilayah Polres Lampung Selatan)
(Skripsi)

Oleh
Dian Tri Puspa Sari

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2015


`

DAFTAR ISI

1. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ..............................................................................

1

B. Permasalahan dan Ruang Lingkup ...................................................

9

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian .....................................................

10

D. Kerangka Teoritis dan Konseptual ...................................................


11

E. Sistematika

Penulisan

.............................................................................
16

ll. TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Kejahatan Menurut Kriminologi ........................................... 18
B. Perkosaan

.................................................................................................
25

25
1. Pengertian Perkosaan ...........................................................................
2. Jenis Perkosaan ....................................................................................
29

3. Bentuk-bentuk Perkosaan ....................................................................
31
4. Tipe Pelaku Kejahatan Perkosaan ........................................................ 32
33
C. Masalah Korban Kejahatan Perkosaan .....................................................
1. Korban Kejahatan ..................................................................................
33
2. Akibat yang Diderita Kejahatan Perkosaan .........................................
33
3. Pelaku Kejahatan ..................................................................................
35
III. METODE PENELITIAN
A. Pendekatan Masalah ...............................................................................

36

B. Sumber dan Jenis Data ............................................................................ 37

C. Penentuan Narasumber ................................................................................ 39
D. Metode Pengumpulan dan Pengolahan Data ............................................... 39

E. Analisis Data ................................................................................................41
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Karakteristik Responden ........................................................................ .... 42
B. Faktor-faktor Penyebab Terhadap Kejahatan Perkosaan
Yang Menyamar Sebagai Polisi di tinjau dari
sudut pandang kriminologi........................................................................43
C. Upaya Penanggulangan Terhadap Kejahatan Perkosaan
Yang Menyamar Sebagai Polisi ...................................................................53
D. Apakah Faktor-faktor Penghambat dalam upaya penanggulangan
kejahatan terhadap pelaku perkosaan yang menyamar sebagai polisi ..........58
V. PENUTUP
A. Kesimpulan .................................................................................................. 62
B. Saran ............................................................................................................. 63
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

MOTO :

Salah satu sifat kegagalan hidup adalah membiarkan fikiran cemerlang
diperbudak oleh tubuh mendahulukan istirahat sebelum lelah .

( Dian Tri Puspa Sari)

Rugi Materi masih bisa dicari dan kembali namun rugi waktu takkan
pernah bisa kembali lagi, oleh karena itu pergunakanlah waktu sebaik
mungkin.
( Dian Tri Puspa Sari)

dan mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan sholat. Dan
sesungguhnya yang demikian itu berat, kecuali bagi orang yang khusyu.
(QS.Al-Baqarah : 45)

PERSEMBAHAN

Kupersembahkan Skripsi ini kepada :
Bapak dan mamah tercinta Sudiyanto dan Desyanti
Yang telah membesarkanku, membimbingku
Dan senantiasa mendoakan
Keberhasilanku
kakakku Heri Setiawan Basuki , dan Gilang Dwi Prasetyo
yang kusayangi

dan orang-orang terkasih yang senantiasa memberikan moril dan materil
sehingga penulis selalu bersemangat dalam membuat skripsi

Untuk Almamater
Universitas Lampung

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandar Lampung pada tanggal 15 Oktober 1993.
Penulis merupakan putri ketiga dari tiga bersaudara dari pasangan
ayahanda Sudiyanto dan ibunda Desyanti.

Penulis menyelesaikan Sekolah Dasar (SD) di SD Al-Azhar 1 Bandar
lampung pada tahun 2005. Penulis melanjutkan Aekolah Menengah
Pertama ( SMP) di SMP KARTIKA-JAYA II Bandar Lampung dan
diselesaikan pada tahun 2008. Kemudian melanjutkan Sekolah Menengah
Atas (SMA) di SMA N 12 Bandar Lampung dan diselesaikan pada tahun
2011.

Tahun 2011 penulis terdaftar sebagai mahasiswa Hukum Universitas

Lampung, pada Januari 2014 penulis melakukan Kuliah Kerja Nyata
(KKN) di Palas Desa Sukabakti Kalianda Lampung Selatan.

SANWACANA

Alhamdulillahirabil’alamin, segala puji dan syukur penulis panjatkan kejadirat
Allah SWT, sebab hanya dengan kehendaknya maka penulis dapat menyelesaikan
skripsi yang berjudul : Analisis Kriminologi Terhadap Pelaku Kejahatan
Perkosaan Yang Menyamar Sebagai Polisi ( Studi di Wilayah Polres Lampung
Selatan), sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum pada
Fakultas Hukum Universitas Lampung.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa selama proses penyusunan sebagai dengan
terselesaikannya skripsi ini, penulis mendapatkan bantuan dan bimbingan dari
berbagai pihak. Oleh karena itu penulis menyampaikan terima kasih kepada :
1.

Bapak Prof. Dr. Heryandi S.H.,M.S selaku dekan Fakultas Hukum
Universitas Lampung.

2.

Ibu Diah Gustiniati S.H.,M.H selaku Ketua Bagian Hukum Pidana Fakultas
Hukum Universitas Lampung, sekaligus pembimbing 1 skripsi, atas
bimbingan dan saran yang diberikan selama proses penyusunan skripsi.

3.

Bapak Budi Rizki Husin S.H.,M.H. selaku pembimbing II yang telah
meluangkan waktu, tenaga, pikirannya untuk memberikan bimbingan dan
pengarahan dalam penulisan skripsi ini.

4.

Bapak Dr. Maroni M.S. selaku pembahas I yang telah meluangkan waktu dan
pikirannya untuk memberikan saran dan kritik dalam penulisan skripsi ini.

5.

Bapak Deni Achmad S.H.,M.H. selaku pembahas II yang telah memberikan
saran dan kritik dalam penulisan skripsi ini.

6.

Seluruh Dosen Fakultas Hukum

Universitas

Lampung yang telah

memberikan ilmu kepada penulis selama menempuh studi.
7.

Seluruh staf dan karyawan Fakultas Hukum Universitas Lampung : Babe ,
mbak Sri dan bude Siti.

8.

Kepala Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA kalianda yang telah memberikan
izin dan memberikan bantuan kepada penulis selama pelaksanaan penelitian.

9.

Kepala Polisi Resor di Kalianda Lampung Selatan, yang telah memberikan
izin dan memberikan bantuan kepada penulis selama pelaksanaan penelitian.

10. Bapak dan mamak tercinta yang selalu berdoa untuk keberhasilan penulis dan
memberikan bantuan moril maupun materil dalam penulisan skripsi ini.
11. Kakakku Heri Setiawan Basuki, Nika Ayu , Gilang dwi Prasetyo yang telah
mendoakan dan menemani penulis dalam penulisan skripsi ini.
12. Teman – teman Bagian Hukum : Desi Dwi Katrin, Ellyzabet Berliana, Dian
Anggraeni, Elsha, Fitri Agista, dopdon dan teman-teman yang tidak
semuanya disebutkan namanya.
13. My Love, Eby Kurniawan yang telah mendoakan, membantu dalam penulisan
skripsi ini, dan memberikan motivasi kepada penulis disetiap kondisi suka
maupun duka.

14. Teman- teman SMA hingga sekarang yang memberikan supportnya yang
tiada hentinya Ariyantini, Desma Parayu dan Mega.
15. Semua pihak yang telah membantu secara langsung maupun tidak langsung
yang tidak bisa disebutkan satu persatu.
16. Almamater tercinta yang sudah memberikan banyak wawasan dan
pengalaman berharga.
Akhir kata, penulis menyadari skripsi ini masi9h jauh dari kesempurnaan, akan
tetapi penulis berharap semoga skripsi ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita
semua.
Amin.
Bandar Lampung, November 2015
Penulis

Dian Tri Puspa Sari

l. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kejahatan perkosaan merupakan kejahatan yang cukup mendapat perhatian
dikalangan masyarakat. Di koran atau majalah diberitakan terjadi tindak pidana
perkosaan. Jika mempelajari sejarah, sebenarnya kejahatan ini sudah sejak dulu,
atau dapat dikatakan sebagai suatu bentuk kejahatan klasik yang akan selalu
mengikuti perkembangan kebudayaan manusia itu sendiri, ia akan selalu ada dan
berkembang setiap saat walaupun mungkin tidak terlalu berbeda jauh dengan
sebelumnya. Kejahatan perkosaan di kota-kota besar yang relatif lebih maju
kebudayaan dan kesadaran atau pengetahuan hukumnya, tapi juga terjadi di
pedesaan yang relatif masih memegang tradisi dan adat istiadat.1
Kejahatan yang sering menimpa kaum perempuan adalah perkosaan. Setiap
peristiwa perkosaan tidak serta merta terjadi begitu saja, melainkan hal itu tidak
dapat dilihat sebagai suatu kasus yang berdiri sendiri. Sebab, kejahatan perkosaan
juga erat kaitannnya dengan budaya dan struktur sosial sebuah masyarakat

1

Muladi.1997. Perlindungan Wanita Terhadap Tindakan Kekerasan Wacana Perkosaan Dalam.
Yogyakarta. Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia.

2

perkosaan selalu melibatkan dua belah pihak, yaitu pelaku dan korban, dan yang
pasti lazimnya pelaku adalah laki-laki dan korbannya adalah perempuan.
Pada kasus perkosaan, setiap orang dapat menjadi pelaku perkosaan tanpa
mengenal usia, status pangkat, pendidikan, dan jabatan. Berdasarkan data usia
pelaku tindak kejahatan perkosaan, dapat dikatakan bahwa pelaku perkosaan
sesungguhnya tidak mengenal batas usia. 2
Selama individu masih mempunyai daya seksual, dari anak-anak hingga kakekkakek masih sangat mungin untuk dapat melakukan tindak kejahatan perkosaan.3
Demikian pula dengan korban, setiap perempuan dapat menjadi korban dari kasus
perkosaan tanpa mengenal usia, kedudukan, pendidikan, status.4 Sementara itu di
Indonesia, kasus perkosaan menempati peringkat nomor 2 setelah Pembunuhan.
5

Data dari kalyanamitra menunjukkkan bahwa setiap 5 jam, ditemui 1 kasus

perkosaan.6
Perkosaan merupakan perbuatan pecelecehan seksual yang paling ekstrim.
Rentang pelecehan seksual sangat luas meliputi main mata, siulan nakal, komentar
yang berkonotasi seks, humor porno, cubitan, colekan, tepukan atau sentuhan di
bagian tubuh tertentu gerakan tertentu atau isyarat bersifat seksual, ajakan

2

Suharman. 1997. Kekerasan Terhadap Perempuan. Yogyakarta. Perkumpulan Keluarga
Berencana Indonesia.
3
Eko Prasetyo. 1997. Refleksi Sebuah Ketimpangan Kekuasaan Rejim Kehidupan Yang Kelakilakian Dalam Wacana Perkosaan. Yogyakarta. Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia.
4
Haryanto. 1997. Dampak sosio-psikologis Korban Tondak Perkosaan Terhadap Wanita.
Yogyakarta. Pusat Studi Wanita Universitas Gadjah Mada.
5
M Darwin,. 2000. Potret Kekerasan Terhadap Perempuan Dan Penanganan Melalui Media.
Yogyakarta. Universitas Islam Indonesia.
6
A.Z Abar. 1995. Perkosaan Eskalasi Emosi Publik Dan Media Massa. Yogyakarta.Bernas.

3

berkencan dengan iming-iming atau ancaman, ajakan melakukan hubungan
seksual sampai perkosaan.
Jadi perkosaan adalah suatu tindakan kriminal atau kejahatan yang berbentuk
hubungan seksual yang dilangsungkan bukan berdasarkan kehendak bersama.
Karena bukan berdasarkan kehendak bersama, hubungan seksual di dahului oleh
ancaman dan kekerasan fisik atau dilakukan terhadap korban yang tidak berdaya,
di bawah umur, atau yang mengalami keterbelakangi mental atau dalam kondisi
lain yang menyebabkan tidak dapat menolak apa yang terjadi atau tidak dapat
bertanggung jawab atas apa yang terjadi kepadanya.7
Adapun beberapa tehknik metode modus kejahatan perkosaan ialah :
1.

Memberi obat bius agar tidak sadarkan diri

2.

Memberi ancaman pada korban agar tidak berdaya

3.

Melakukan penganiayaaan agar tidak sadarkan diri atau tidak berdaya

4.

Menghipnotis korban agar mau melakukan apa yang diinginkan pemerkosa

5.

Memberi obat perangsang agar korban jadi birahi/ bernafsu

6.

Dijadikan wanita penghibur/ pelacur bayaran

7.

Dicekoki minuman keras agar mabuk setengah sadar

8.

Diculik lalu digagahi di tempat yang tersembunyi

9.

Ditipu akan diberikan sesuatu atau dijanjikan sesuatu, dll8

7

N Idrus. 1999. MaritaL Rape ( Kekerasan Seksual Dalam Perkawinan ). Yogyakarta. Universitas
Gadjah Mada.
8
http.riogumelar27.wordpress.com.makalahperkosaan pkl.19.00

4

Kasus pemerkosaan

di atur dalam pasal 285 Kitab Undang-Undang Hukum

Pidana (KUHP) disebutkan bahwa :
“ barang siapa dengan kekerasan atau ancaman kekerasan memaksa seorang
wanita bersetubuh dengan dia di luar pernikahan, diancam karena melakukan
perkosaan dengan pidana penjara paling lama dua belas tahun”
Pada pasal ini perkosaan didefinisikan bila dilakukan hanya di luar perkawinan.
Selain itu kata-kata bersetubuh memiliki arti bahwa secara hukum perkosaan
terjadi pada saat sudah terjadi penetrasi. Pada saat belum terjadi penetrasi maka
peristiwa tersebut tidak dapat dikatakan perkosaan akan tetapi masuk dalam
kategori pencabulan.9
Kasus kejahatan perkosaan yang dilakukan yang terjadi di Lampung termasuk
dalam tingkat tinggi, adapun jumlah korban dari perkosaan dijelaskan dalam tabel
korban sebagai berikut:

9

Soerodibroto. 1994. KUHP Dan Kuhp Dilengkapi Dengan Yurisprudensi. Jakarta. PT Raja
Grafindo Persada.

5

1. Tabel jumlah korban dari perkosaan ialah :

No

TAHUN

KORBAN
DEWASA

KORBAN
ANAK

KASUS

1

2008

144

60

206

2

2009

299

95

394

3

2010

418

144

562

4

2011

702

205

917

5

2012

807

355

1162

6

2013

922

404

1326

http:/Tempo.co/read/news pkl. 19.30

Dalam tindak pidana perkosaan tidak dapat dipungkiri bahwa korban mengalami
penderitaan mental yang mendalam (karena adanya ancaman dan kekerasan),
terlebih bila perkosaan tersebut berakibat pada hamilnya korban. Seperti halnya
jumlah pemerkosaan di Lampung semakin menambah dari tahun ke tahun. Tahun
2008 terjadi 206 kasus pemerkosaan sampai tahun 2013 kasus pemerkosaan
sampai

1326.

Meningkatnya

dua

kali

lipat

dari

tahun

sebelumnya.

fakta mengenai perlindungan korban di Indonesia selama ini menujukkan bahwa
perlindungan yang diberikan terhadap hak-hak korban masih relatif kecil.

6

II. table beberapa kasus perkosaan oleh orang yang bermodus menyamar sebagai
penegak hukum (polisi).10

No

TAHUN

KASUS

1

2008

11

2

2009

17

3

2010

21

4

2011

29

5

2012

35

6

2013

48

Sumber:www.tempo.co/read/news

Banyak modus

yang dilakukan untuk menggarap korbannya, untuk saat ini

penipu mengaku sebagai anggota polisi. Pelaku sengaja menyamar sebagai polisi
dalam menjerat mangsanya yang mayoritasnya perempuan, alasannya sederhana,
kaum perempuan kerap memberikan penilaian positif terhadap profesi anggota
kepolisian. Di Lampung tahun 2008 ada 11 kasus yang menyamar sebagai polisi,
sampai tahun berikutnya menambah hingga tahun 2013 sampai 48 kasus
pemerkosaan.
Salah satu contoh kasus yang terjadi di Lampung dilakukan seorang pelaku
bernama Dira Alias Rizal alias Itang Bin Manaf (60 tahun) melakukan perkosaan
dengan menculik terhadap Siti ( 20 Tahun). Pelaku mengakui sebagai Aparat
Penegak Hukum . pelaku bisa keluar dengan korban dari rumah korban bersama
ayahnya korban pergi dengan menaiki 1 (satu) sepeda motor tetapi saat dijalan
pelaku menurunkan ayahnya korban diwarung dekat rumahnya di Damar Lega
Bandar Dalam Kalianda, Lampung Selatan. Setelah itu pelaku mambawa kabur

10

http.www.google.co.id.fftp.unpad.ac.id/koran/mediaindonesia/mediaindonesia.pkl.19.00

7

korban pergi ke Menggala selama 2(dua) hari, setelah itu pelaku berpindah tempat
di Merapi, Kalirejo Lampung Tengah di rumah kawannya hingga berbulanbulan.pelaku mengikatkan tubuh korban ke tubuhnya dengan kain. Selama 41 hari
itu pelaku memperkosa korban berkali-kali, bahkan tak segan-segan menyiksa dan
mengancam korban bila tidak mau melayani nafsu bejatnya.
Peristiwa itu berawal saat motor milik ayah korban hilang. Keesokan harinya
pelaku datang dan berpura-pura sebagai anggota Buser Polres setempat. Pelaku
berjanji akan menemukan motor ayah korban yang hilang. Di dalam kasus
tersebut pelaku memalsukan identitasnya dengan mengaku dirinya sebagai
seorang anggota Kepolisian untuk mengelabui korbannya.
Pemalsuan identitas dapat digolongkan sebagai tindak pidana penipuan yaitu
sebuah kebohongan yang dibuat untuk keuntungan pribadi tetapi merugikan orang
lain, meskipun ia memiliki arti hukum yang lebih dalam, detail jelasnya bervariasi
di berbagai wilayah hukum. Adapun yang mengatur tentang penipuan ini di dalam
pasal 378 KUHP.11
Modus baru kejahatan perkosaan dengan menyamar sebagai Aparat Penegak
Hukum ini yang belakangan banyak diberitakan. Kejadian ini harus menjadi
evaluasi bagi seluruh pihak terkait khususnya Kepolisian. Perlu dicari mengapa
kejahatan semakin menghawatirkan. Tidak hanya serta merta pelaku melakukan
perkosaan tetapi juga diikuti serangkaian tindak pidana lainnya, seperti
penganiayaan. Para pelaku harus diganjar hukuman seberat-beratnya untuk
memberikan efek jera.

11

Lamintang. 1997. Dasar-dasar Hukum Pidana Indonesia. Bandung. Sinar baru.hlm 262

8

Kejahatan merupakan suatu tindakan anti sosial yang merugikan, tidak pantas,
tidak dapat dibiarkan, yang dapat menimbulkan kegoncangan dalam masyarakat.
Perkosaan diartikan secara umum yaitu sebagai suatu tindakan kriminal-seksual
dimana pelaku memaksakan kehendaknya tanpa disetujui oleh korban.
Masalah kejahatan khususnya perkosaan hakikatnya merupakan suatu komponen
yang perlu diperhatikan dalam patut dikaji. Lazimnya hanya memperhatikan
dalam analisi kejahatan hanya ko,ponen penjahat, Undang-Undang dan pengak
hukum serta intraksi antara ketiga komponen itu. Masalah konstelasi masyarakat
dan faktor lainnya kalaupun dikaji, lebih banyak disoroti oleh sosiologi,
psikologis, dan kriminologi.
Dalam hal ini komponen korban hampir terlupakan dalam analisis ilmiah. Suatu
tindakan kejahatan(crime) mesti melibatkan dua pihak, yaitu si pelaku kejahatan
(perpetrator) dan korban (victim). Sebagai contoh kasus perkosaan baru dapat
diproleh oleh pengadilan apabila si korban melakukan kejadian tersebut. Sejauh
mana si korban mempersepsi kasus memperkosaan itu sebagai salah satu
kejahatan tergantung pada bagaimana akibat tindakan perkosaan tersebut pada
dirinya.

9

Berdasarkan hal – hal tersebut di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan
penelitian yang dituangkan dalam bentuk skripsi dengan judul “ Analisis
Kriminologis Pelaku Kejahatan Perkosaan Yang Menyamar Sebagai Polisi (Studi
di Wilayah Polres Lampung Selatan)”.
B. Rumusan Masalah dan Ruang Lingkup
1.Permasalahan

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka permaslahan penelitian yang
diangkat dalam penelitian ini adalah :
1.

Apa faktor-faktor penyebab pelaku kejahatan perkosaan yang menyamar
sebagai polisi?

2.

Bagaimanakah upaya penanggulangan terhadap pelaku kejahatan perkosaan
yang menyamar sebagai polisi ditinjau dari sudut pandang kriminologi?

3.

Apakah faktor penghambat dalam upaya penanggulangan terhadap pelaku
kejahatan perkosaan yang menyamar sebagai polisi?

2. Ruang Lingkup
Agar tidak terjadi perluasan dalam pembahasan sehingga memungkinkan
penyimpangan dari judul, maka penulis membatasi ruang lingkup dalam
penelitian ini terbatas pada hukum materil dengan substansi kajian hukum pidana

10

dan Analisis Kriminologi pelaku kejahatan perkosaan yang menyamar sebagai
polisi. Penelitian dilaksanakan pada tahun 2014-2015.

C.Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini sebagai berikut :
1.

Untuk mengetahui dan memahami faktor penyebab kejahatan perkossaan
yang menyamar sebagai polisi

2.

Untuk mengetahui dan memahami upaya penanggulangan terhadap pelaku
kejahatan perkosaan yang menyamar sebagai polisi

3.

Untuk mengetahui dan memahami faktor penghambat upaya penanggulangan
terhadap kejahatan perkosaan yang menyamar sebagai polisi.

2. Kegunaan Penelitian
Dari penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai berikut :
1. Kegunaan Teoritis
Secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan kajian ilmu
pengetahuan hukum khususnya di dalam Hukum Pidana, dalam rangka
memberikan penjelasan mengenai analisis kriminologi terjadap pelaku
kejahatan perkosaan

11

2. Kegunaan praktis
Penulisan ini dimaksudkan untuk menambah wawasan berfikir dan
memberikan informasi bagi para pembaca dan memberikan sumbangan
pemikiran kepada pihak-pihak terkait dalam rangka studi yang berhubungan
dengan tindakan pidana perkosaan.

D. Kerangka Teoritis dan Konseptual
1. Kerangka teoritis
Kerangka teoritis adalah konsep-konsep yang merupakan abstraksi dan hasil
pemikiran atau kerangka acuan yang pada dasarnya bertujuan untuk mengadakan
identifikasi terhadap dimensi-dimensi sosial yang dianggap relavan oleh peneliti.12
Pada kriminologi terdapat teori yang menjelaskan peranan dari faktor struktur
sosial dalam mendukung timbulnya kejahatan, antara lain:13
a. Teori Anomi : Teori ini mencari sebab kejahatan dari sosio-kultural dengan
beronrientasi pada kelas sosial
b. Teori Differential association : Teori ini mengetengahkan suatu penjelasan
sistematik mengenai penerimaan pola-pola kejahatan
c. Teori Labelling : teori ubtuk mengukur mengapa terjadinya kejahatan.

12
13

Soerjono Soekanto. 2010. Pengantar Penelitian Hukum. Jakarta. UI Press.Hlm 125
Sri Indah Utari. 2012. Aliran dan Teori D lam Kriminologi. Yogyakarta. Thafa Media. Hlm 20.

12

Untuk mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan seseorang melakukan
pengulangan tindak pidana perkosaan, penulis menggunakan teori yang
dikemukakan oleh Abdul Syani, yaitu : 14
1. Faktor internal dapat dibagi menjadi dua, yaitu :
a. sifat khusus dari individu, seperti : sakit jiwa, daya emosional, rendahnya
mental dan Anomi
b. sifat umum dari indiviidu, seperti: umur, gender, kedudukan didalam
masyarakat, pendidikan dan hiburan.
2. Faktor eksternal, antara lain:
a. Faktor ekonomi, dipengaruhi oleh kebutuhan hidup yang tinggi namun
keadaan ekonominya rendah
b. Faktor agama, dipengaruhi oleh rendahnya pengetahuan agama
c. Faktor bacaan, dipengaruhi oleh bacaan buku yang dibaca
d. Faktor film, dipengaruhi oleh film/tontonan yang disaksikan.

Upaya penanggulangan tindak pidana perkosaan yang menyamar sebagai polisi,
penulis menggunakan teori penanggulangan kejahatan, yaitu:

14

Abdul Syani. 1987. Sosiologis Kriminalitas. Bandung. Remaja Karya.hlm37

13

1. Pre-Emtif yang dimaksud dengan upaya pre-emtif adalah upaya-upaya awal
yang dilakukan oleh pihak kepolisian untuk mencegah terjadinya tindak
pidana. Usaha-usaha yang dilakukan dalam penanggulangan kejahatan secara
pre-emtif adalah menanamkan nilai-nilai norma tersebut terinternalisasi
dalam diri seseorang. Meskipun ada kesempatan untuk melakukan
pelanggaran/ kejahatan tapi tidak ada niatnya untuk melakukan hal tersebut
maka tidak akan terjadi kejahatan. Jadi, dalam usaha pre-emtif faktor niat
menjadi hilang meskipun ada kesempatan.
2. Preventif, upaya-upaya preventif ini adalah merupakan tindak lanjut dari
upaya pre-emtif yang masih dalam tataran pencegahan sebelum terjadinya
kejahatan. Dalam upaya preventif yang titekankan adalah menghilangkan
kesempatan untuk dilakukannya kejahatan. Contoh ada orang ingin mencuri
motor tetapi kesempatan itu dihilangkan karena motor-motor yang ada
ditempatkan di tempat penitipan motor, dengan demikian kesempatan
menjadi hilang dan tidak terjadi kejahatan.
3. Represif, upaya ini dilakukan pada saat telah terjadi tindak pidana/ kejahatan
yang tindakannya berupa penegakan hukum 9 law enforcement) dengan
menjatuhkan hukuman.

14

Faktor yang berpengaruh terhadap penegak hukum yang dikemukakan oleh
Soerjono

Soekanto.

Menurut

Soerjono

Soekanto

faktor-faktor

yang

mempengaruhi hukum adalah sebagai berikut :15
a. Faktor hukumnya sendiri (Undang-undang)
b. Faktor penegak hukum, yakni pihak-pihak yang membentuk maupun
menerapkan hukum
c. Faktor sarana dan fasibilitas yang mendukung penegak hukum
d. Faktor masyarakat yakni lingkungan dimana hukum tersebut berlaku atau
diterapkan
e. Faktor kebudayaan.
Kelima faktor tersebut diatas saling berkaitan erat karena merupakan esensi dari
penegak hukum. Dengan demikian, maka kelima faktor tersebut diatas sangat
tepat digunakan sebagai faktor yang mempengaruhi penegakan hukum.

2.Konseptual
Kerangka

konseptual

merupakan

kerangka

yang

menghubungkan

atau

menggambarkan konsep-konsep khusus yang merupakan kumpulan dari arti yang
berkaitan dengan istilah.

16

Agar tidak terjadi kesalahpahaman pada pokok

permasalahan, maka dibawah ini penulis memberikan beberapa konsep yang dapat

15
16

Soerjono Soekanto. Op.cit. hlm 127
Soerjono Soekanto. Op.cit. hlm 32

15

dijadikan pegangan dalam memahami tulisan ini. Berdasarkan judul akan
diuraikan berbagai istilah sebagai berikut :
a. Analisis adalah memecah atau menguraikan suatu keadaan atau masalah
kedalam beberapa bagian atau elemen dan memisahkan bagian tersebut untuk
dihubungkan dengan keseluruhan atau dibandingkan dengan yang lain.17
b. Kriminologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang kejahatan.
Kriminologi

baru

berkembang

tahun

1850

bersama-sama

sosiologi,

antropologi, dan psikologi.
c. Pelaku adalah orang yang melakukan suatu perbuatan kejahatan.18
d. Korban adalah menderita jasmaniah dan rohaniah sebagai akibat tindakan orang
lain yang mencari pemenuhan kepentingan diri sendiri dan orang lain yang
bertentangan dengan kepentingan dan hak asasi yang menderita.19
e. Kejahatan adalah perbuatan anti sosial yang oleh negara ditentang dengan sadar
melalui penjatuhan hukuman. Kejahatan adalah perbuatan yang melanggar
hukum pidana
f. Perkosaan ditinjau dari segi yuridis, kata perkosaan dapat ditemukan dalam
KUHP(Kitab Undang-undang Hukum Pidana) pada buku ll Bab XIV ( tentang

17

Departemen Pendidikan Nasional. 1997. Kamus Besar Indonesia. Jakarta. Balai Pustaka. Hlm
276
18
Bimo Walgito. 2010. Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta. Hlm 67
19
Tri Andrisman,. 2011. Hukum Pidana Asas-asas dan Dasar Aturan Umum Hukum Pidana
Indonesia. Universitas Lampung. Hlm 197

16

kejahatan terhadap kesusilaan). Perkosaan berdasakan Kitab Undang-undang
Hukum Pidana dalam pasal 285 yakni :
“Barang siapa dengan kekerasan atau ancaman kekerasan memaksa seorang
wanita bersetubuh dengan dia di luar perkawinan, diancam karena melakukan
perkosaan,

denan

pidana

penjara

paling

lama

12(dua

belas)

tahun.”

E. Sistematika Penulisan
Adapun sistematika penulisan hukum terbagi 5 (lima) bab yang saling berkaitan
dan berhubungan. Sistematika dalam penulisan ini adalah sebagai berikut :
I.PENDAHULUAN
Bab pendahuluan ini, penulis menguraikan mengenai latar belakang masalah,
perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian san
sistematika penulisan.

II. TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini berisi tentang analisis kriminologi tindak pidana perkosaan yang
dilakukan oleh polisi gadungan

III. METODE PENELITIAN
Bab ini memuat tentang pendekatan masalah, sumber dan jenis data, prosedur
pengumpulan data, serta tahap akhir berupa analisis data.

17

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Bab ini menyajikan hasil penelitian dan pembahasan berdasarkan rumusan
masalah, yaitu mengenai faktor apa sajakah yang menyebabkan terjadinya
penggulangan tindak pidana perkosaan yang dilakukan oleh masyarakat yang
menyamar sebagai polisi dan upaya-upaya apa sajakah yang dilakukan untuk
menanggulangi pengulangan tindak pidana perkosaan yang dilakukan oleh
masyarakat yang menyamar sebagai polisi dan faktor penghambat upaya
penanggulangan tindak kejahatan perkosaan yang dilakukan oleh masyarakat yang
menyamar sebagai polisi.

V. PENUTUP
Bab ini merupakan kumpulan tulisan mengenai kesimpulan dan saran.

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Kejahatan menurut Kriminologi

Kejahatan bukan merupakan peristiwa hereditas (bawaan sejak lahir, warisan)
juga bukan merupakan warisan biologis.1
Tindak kejahatan bisa dilakukan siapapun baik wanita maupun pria dengan
timgkat pendidkan yang berbeda.2 Tindak kejahatan bisa dilakukan secara sadar
yaitu difikirkan, direncanakan, dan diarahkan pada maksud tertentu secara sadar
benar. Kejahatan suatu konsepsi yang bersifat abstrak, dimana kejahatan tidak
dapat diraba dan dilihat kecuali akibatnya saja.
Definisi kejahatan menurut Kartono bahwa : “secara yuridis formal,kejahatan
adalah bentuk tingkah laku yang bertentangan dengan moral kemanusiaan
(immoril), merupakan masyarakat, asosial sifatnya dan melanggar hukum serta
undang-undang pidana.3

1

Wirjono Prodjodikoro. 2003. Asas-asas Hukum Pidana Di Indonesia. Bandung. Repika
Aditama.hlm 1
2
Muladi dan Barda Nawawi Arief. 1998. Teori-teori dan Kebijakan Pidana. Bandung. Alumni.
Hlm 2
3
Roeslan Saleh. 1983. Perbuatan Pidana dan Pertanggungjawaban Pidana. Jakarta. PT Aksara
Baru. Hlm 13

19

Definisi kejahatan menurut Kartono bahwa :
“secara sosiologis, kejahatan adalah semua ucapan, perbuatan dan tingkah laku
yang secara ekonomis, politis dan osial psikologis sangat merugikan masyarakat,
melanggar norma-norma susila dan menyerang keselamatan warga masyarakat
(baik yang telah tercantum dalam undang-undang pidana).”4
Dalam kehidupan bermasyarakat terdapat berbagai macam kejahatan tergantung
pada sasaran kejahatannya, sebagaimana dikemukakan oleh Mustofa yang dikutip
dari buku Tri Andrisman bahwa :
“jenis kegiatan menurut sasaran kejahatannya yaitu : kejahatan terhadap badan
(pembunuhan, perkosaan, penganiayaan, kejahatan terhadap harta benda
(perampokan,

pencurian,

penipuan),kejahatan

terhadap

ketertiban

(pemabukan, perjudian) kejahatan terhadap keamanan negara.’’

umum

5

Sebagian kecil dari bertambahnya kejahatan dalam masyarakat disebabkan karena
beberapa faktor luar, sebagian besar disebabkan karena ketidakmampuan dan
tidak adanya keinginan dari orang-orang dalam masyarakat untuk menyesuaikan
diri dengan norma-norma yang berlaku dalam masyarakat. Menurut Bidianto
bahwa : “salah satu penyebab tingginya tingkah kejahatan di Indonesia adalah
tingginya angka pengangguran, maka kejahatan akan semakin bertambah jika
masalah pengangguran tiak segera diatasi.”

4
5

Muladi dan Barda Nawawi. Op.cit. hlm 4
Tri Andrisman. Op.cit. hlm 9

20

Sebenarnya masih banyak penyebab kejahatan yang terjadi di Indonesia misalnya:
kemiskinan yang meluas, kurangnya fasilitas pendidikan, bencana alam,
urbanisasi dan industrialisasi, serta kondisi lingkungan yang memudahkan orang
melakukan kejahatan.
Menurut Sutrisno dan Sulis bahwa : “penyebab kejahatan dapat dilihat dari
beberapa faktor yaitu bakat si penjahat, alam sekitarnya dan unsur kerohanian.”
Bakat seorang penjahat dapat dilihat menurut kejiwaan/kerohaniaan ada penjahat
yang pada kejiwaannya lekas marah, jiwanya tidak berdaya menahan tekanantekanan luar, lemah jiwanya. Ada juga yang sejak lahirnya telah memperoleh
cacat rohaniah.6 Selain itu ada istilah kleptonia yaitu mereka yang acap kali
menjadi orang yang sangat tamak, apa yang dilihatnya diinginkannya dan
dicurinya.”7
Selain itu, bakat seorang penjahat juga dapat dilihat menurut jenis kelamin,
berdasarkan jenis kelamin bahwa persentase yang dilakukan wanita dan laki-laki
lebih berbeda. Hal itu dapat dilihat dari statistik bahwa persentase kejahatan yang
dilakukan oleh laki-laki lebih banyak daripada wanita.8 Hal itu tentu berhubungan
dengan perbedaan sifat-sifat yang dimiliki wamita dengan sifat laki-laki yang
sudah dipunyai sejak lahir, juga diketahui bahwa fisik wanita lebih rendah
dibandingkan dengan laki-laki.9

6

Adam Chazawi. 2002. Pelajaran Hukum Indonesia. Jakarta. Raja Grafindo Persada. Hlm71
Tongat. 2009 .Dasar-dasar Hukum Indonesia Dalam Perspektif Pembaharuan. Malang. UMM
Press. Hlm 105
8
Ibid. Hlm 106
9
Ibid. Hlm 107

7

21

Menurut faktor alam sekitarnya si p0enjahat dapat dilihat dari segi pendidikan dan
pengajaran sehari-harinya, keburukan-keburukan dan ketidakteraturan maupun
kekacauan pendidikan pengajaran yang dialami.10
Lingkungan keluarga dan masyarakat juga dapat memberikan dampak kejahatan,
misalnya kemiskinan dan padatnya keluarga, kenakalan dan padatnya keluarga,
dan kejahatan orang tua, perpecahan dalam keluarga kurangnya perasaan aman
karena ketegangan dalam rumah, ketidakharmonisan dalam keluarga.11
Nama kriminologi ditemukan oleh Paul Topinard (1830-1911) seorang ahli
antropologi Prancis. Kriminologi merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari
tentang kejahatan. Secara harfiah berasal dari kata “crime” yang berarti kejahatan
atau penjahat dan “logos” yang berarti ilmu pengetahuan, kriminologi dapat
berarti ilmu kejahatan atau penjahat.12
Menurut Moeljatno kriminologi merupakan ilmu pengetahuan tentang kejahatan
dan kelakuan buruk dan tentang orangnya yang tersangkut pada kejahtan dan
kelakuan buruk itu.13 Dengan kejahatan yang dimaksud pula pelangggaran, artinya
perbuatan menurut Undang-undang diancam dengan pidana, dan kriminalitas
meliputi kejahatan dan kelakuan buruk. 14
Ilmu kriminologi menunjuk pada studi ilmia tentang sifat, tingkah, penyebab dan
pengendalian prilaku kriminal baik yang terdapat dalam pengendalian prilaku
kriminal, diri individu maupun dalam kehidupan sosial, budaya, politik dan
10

P.A.F. Lamintang. 1997. Dasar-dasar Hukum Pidana Indonesia. Bandung. Citra Aditya Bakti.
Hlm 182
11
Moeljatno. 1993. Asas-asas. Hukum Pidana. Jakarta. Rineka Cipta. Hlm 54
12
Yesmil anwar dan Adang. 2012. Kriminologi. Bandung. PT Refika Aditama. Hlm 2
13
Moeljatno. 1986. Kriminologi. Bandung. Bina Aksara. Hlm 3
14
Ibid. Hlm 4

22

ekonomi. Dalam artian, cakupan studi kriminologi tidak hanya berfokus dalam
berbagai peristiwa kejahatan namun, cakupan studi kriminologi juga meliputi
bantuk, penyebab, konsekuensi, psikologis, dari berbagai kejahatan serta berbagai
bentuk reaksi sosial yang diakibatkan oleh kejahatan.
Adapun yang menjadi tugas kriminologi dalam mempelajari kejahatan adalah :
a. Apa yang dirumuskan sebagai kejahatan dan fenomenanya yang terjadi
didalam kehidupan masyarakat, kejahatan apa dan siapa penjahatnya
merupakan bahan penelitian para ahli kriminologi
b. Faktor-faktor yang menjadi penyebab timbulnya atau dilakukannya kejahatan.
Menurut W.A Bonger kriminologi adalah ilmu pengetahuan yang bertujuan
menyelidiki kejahatan seluas-luasnya. Pengertian kejahatan seluas-luasnya berati
mencakup seluruh gejala patologi sosial, seperti pelacuran, narkotika, korupsi,
kalusi, pemalsuan identitas dan lain sebagainya. Penelitian gejala-gejala meliputi
penelitian sebab-sebab dari gejala tersebut.
Wolf Gang Savitr dan Jahnston merumuskan pengertian kriminologi adalah suatu
ilmu pengetahuan yang mempergunakan metode ilmiah dalam mempelajari dan
menganalisa keteraturan, keseragaman, pola-pola dan fakta sebab musabab yang
berhubungan dengan kejahatan dan penjahat serta reaksi sosial terhadap keduakeduanya.

23

Ruang lingkup kriminologi seperti yang telah dikemukakan oleh Edwin H
Sutherland dan Donald R.Cressy : bertolak dari pandangan bahwa kriminologi
adalah kesatuan pengetahuan mengenai kejahatan sebagai gejala sosial,
mengemukakan ruang lingkup kriminologi yang mencakup proses-proses
perbuatan hukum, pelanggaran hukum dan reaksi atas pelanggaran hukum.
Menurut Sutherland, kriminologi dapat dibagi dalam tiga bagian utama yaitu :
a. Sosiologi hukum sebagai analisa ilmiah atau kondisi-konsisi berkembangnya
hukum pidana
b. Etiologi kriminal, yang mencoba melakukan analisa ilmiah mengenai sebabsebab kejahatan
c. Penologi yang menaruh perhatian pada pengendalian kejahatan.
Objek bahasan kriminologi sangatlah luas karena itu kriminologi memerlukan
sumbangan dari berbagai ilmu pengetahuan yang lain. Adapun ilmu pengetahuan
bagian dari kriminologi merupakan kumpulan dari banyak ilmu pengetahuan yang
terdiri dari :
a. Antropologi kriminal ialah ilmu pengetahuan tentang manusia yang jahat
b. Sosiolofgi kriminal ialah ilmu pengetahuan tentang kejahatan sebagai suatu
gejala masyarakat, jadi intinya tentang sampai dimana letak sebab kejahatan
dalam masyarakat (ethiologi social)
c. Pysikolog kriminal ialah ilmu pengetahuan tentang kejahatan dipandang dari
sudut ilmu jiwa

24

d. Psyco dan neuo phatologi kriminal ialah ilmu pengetahuan tentang penjahat
yang sakit jiwa
e. Penologi ialah ilmu pengetahuan tentang timbul dan bertumbuhnya hukum
f. Kriminologi yang dilaksanakn adalah Hugiene kriminil dan politik kriminal
g. Kriminalistik (police scientique) ilmu pengetahuan untuk dilaksanakan yang
menyelidiki tekhnik dan pengusutan kejahatan.
Sebagai studi mengenai kejahatan. Penjahat serta reaksi masyarakat atas kejahatan
dan penjahat dengan bidang cukup yang meliputi proses pembentukan hukum dan
penegakan hukum. Prinsip-prinsip dalam penelitian kriminologi menurut Herman
Manheim adalah : “...terutama memperhatikan penemuan sebab-sebab kejahatan
serta akibat berbagai cara pembinaan. Riset mengenai frekuensi dan distribusi
berdasarkan umur, jenis kelamin, wilayah serta faktor-faktor sosial atau psikologi
lain yang memainkan peranan penting.”15
Herman Mainheim mengemukakan bahwa arti penting penelitian kriminologi
sedikitnya mencakup :
a. Akan menelusurkan atau paling sedikit mengurangi kepercayaan yang salah
terutama yang mencakup sebab-sebab kejahatan serta mencari berbagai cara
pembinaan narapidana yang baik
b. Dalam sisi positifnya suatu penelitian dapat bermanfaat untuk meningkatkan
pembinaan pelanggaran hukum dan lebih jauh menggantikan cara dalam
pembinaan pelanggaran hukum.

15

W Mulyana Kusuma. 1988. Kejahatan dan penyimpangan. YLBHI. Jakarta

25

c. Karena hasil penelitian kriminologi lambat laun memberikan hasil terutama
melalui penelitian kelompok kontrol dan penelitian ekologis yang menyediakan
bahan keterangan yang sebelumnya tidak beersedia mengenai non dilikuendan
mengenai ciri-ciri berbagai wilayah tempat tinggal dalam hubungan dengan
kejahatan.

B.Perkosaan
1. Pengertian Kejahatan Perkosaan
Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia, istilah perkosaan berasal dari kata
perkosa yang berarti : (1) gagah;kuat (2)paksa;kekerasan; dengan paksa; dengan
kekerasan; menjadi memperkosa yang artinya (1) menundukkan dan sebagainya
dengan kekerasan, mengagahi, memaksa dengan kekerasan (2) melanggar,
menyerang dan sebagainya dengan kekerasan. Kemudian menjadi kata perkosaan
yang artinya perbuatan memperkosa ,penggahan, paksaan, dan pelanggaran
dengan kekerasan.16
Bismar Siregar dalam bukunya Keadilan Hukum dan berbagai aspek hukum
nasional, memberikan perumusan (batasan) pengertian perkosaan. Perkosaan
dimaksudkan sebagai pemaksaan kehendak seseorang pada umumnya pria, tetapi
dimaksudkan sebagai pemaksaan kehendak seseorang pada umumnya pria, tetapi
bukan mustahil juga wanita kepada orang lain. Paksaan ini didorong oleh

16

W.J.S. Poerwadarminta. 2003. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta. Balai Pustaka. Hlm
741

26

keinginan yang tidak terkendali walaupun ada saluran resmi atau halal tetapi
dilakukan secara tidak halal.17
Perkosaan adalah tindakan kekerasan atau kejahatan seksual yang berupa
hubungan seksual yang berupa hubungan seksual yang dilakukan oleh laki-laki
terhadap perempuan dengan kondisi :
1. Tidak ada kehendak persetujuan perempuan
2. Dengan “persetujuan” perempuan namun dibawah ancaman
3. Dengan “persetujuan” perempuan namun dibawah penipuan
The encyclopedia American Edition, Volume23, dikatakan bahwa perkosaan
(rape) dalam hukum adalah suatu perbuatan yang bertentangan dengan hukum
dimana terjadi perstubuhan tanpa adanya persetujuan dari korban.18
Perempuan dan anak-anak adalah merupakan korban tindak pidana perkosaan
pada umumnya. Tak seorangpun wanita aman dari perkosaan, sebuah advokasi
bagi korban perkosaan di Florida (AS) menemukan bahwa korban perkosaan
termuda berusia dua bulan dan tertua berumur 85 tahun. Hasil penelitian tim
peneliti dari Univeritas Airlangga bekerja sama dengan Polda Jawa Timur tahun
1990/1991 di wilayah Kediri, Surabaya, Besuki menemukan data bahwa korban
perkosaan berusia 2,5 tahun hingga 60 tahun, sedang usia, kelas sosial, kelas
ekonomi, tingkat pendidikan, dan cara berpakaian yang dapat menjamin seorang
wanita bahwa ia tidak akan diperkosa. Seorang wanita bagaimanapun keadaannya
dapat menjadi korban perkosaan. Jika melihat hasil penelitian yang tersebut maka

17

Bismar Siregar. 1986. Keadilan Hukum Dalam Berbagai Aspek Hukum Nasional. Jakarta.
Rajawali. Hlm 137
18
Topo Santoso. 1997. Seksualitas dan Hukum Pidana. Jakarta. Ind-Hill Co. Hlm 33

27

dapat kita lihat bahwa yang lebih banyak menjadi koran perkosaan adalah anakanak dibawah umur.19
Pelaku perkosaan adalah laki-laki, pelaku disebutkan sebagai setiap orang.
Pembuat Undang-undang ternyata menganggap tidak perlu untuk menentukan
hukum bagi perempuan yang memaksa untuk bersetubuh, bukanlah mata-mata
karena paksaan oleh seorang perempuan terhadap laki-laki itu dipandang tidak
mungkin, akan tetapi justru karena perbuatan itu dipandang tidak mengakibatkan
sesuatu yang buruk atau merugikan.20
Subyek perkosaan hanya mungkin seorang pria, ini disimpulkan dari perbuatan
yaitu persetubuhan dengan obyek adalah wamita. Kemungkinan seorang wanita
yang memperkosa laki-laki belum dipertimbangkan untuk dijadikan delik dengan
alasan bahwa pada umumnya seorang pria terancam apabila dipakul, tidak
membuat bergairah, yang karenanya tidak mungkin untuk terjadinya persetubuhan
itu terjadi justru wanita itu akan lebih rugi karena kemungkinan ia hamil yang
mengundang kehinaan baginya.
Kejahatan perkosaan yang diatur dalam pasal 285 KUHP ternyata mempunyai
unsur-unsur objektif, masing-masing yakni :
1. Barang siapa
2. Dengan kekerasan
3. Dengan ancaman akan memakai kekerasan
4. Memaksa

19

http:/Hukum.kompasiana.com/2012/02/05/kriminalitas-meningkat-hukum-indonesia-gagalmelindungi-rakyatnya/ diakses 03-03-2015, pkl. 10.00
20
S.R. Sianturi. 1983. Tindak Pidana di KUHP. Jakarta. Alumni AHM-PTHM. HLM 232

28

5. Seorang wanita
6. Mengadakan hubungan kelamin di luar perkawinan
7. Dengan dirinya.
Kiranya sudah cukup jelas bahwa kata barang siapa ini menunjukkan orang, yang
apabila orang tersebut memenuhi semua unsur dari tindak pidana yang diatur
dalam Pasal 285 KUHP , maka ia dapat disebut sebagai pelaku dari tindak pidana
perkosaan.
Menurut Prof. Simons, yang dimaksudkan dengan kekerasan atau geweld ialah
elke uitoefening van lichamejlike kracht van niet al te geringe bekenis. Artinya
setiap penggunaan tenaga badan yang tidak terlalu tidak berarti atau het
aanwenden van lichamajlike kracht van niet al e geringe intensiteit,21 artinya
setiap pemakaian tenaga badan yang tidak terlalu ringan.

21

Ibid. Hlm 261

29

2. Jenis Perkosaan
Jenis perkosaan yang dapat terjadi dalam masyarakat menurut Kalyanamitra
digolongkan menjadi 5, yaitu :
1. Perkosaan oleh orang yang dikenal
Jenis pertama ini merupakan tindakan pidana yang dilakukan oleh orang yang
telah dikenal korban. Dapat dilakukan oleh orang yang biasa berhubungan
dengan korban dalam kesehariannya, misalnya oleh teman, tetangga, pacar,
rekan kerja atau perkosaan yang dilakukan oleh dokter atau dukun terhadap
pasiennya. Perkosaan oleh anggota keluarga ( bapak, saudara, pama,, suami)
juga masuk dalam kategori ini.
2. Perkosaan saat berkencan
Perkosan ini terjadi ketika korban berkencan dengan pacarnya. Mungkin
diawaki dengan tindakan bercumbu, namun korban tidak menghendaki
hubungan seks dan akhirnya dipaksa oleh pacarnya.
3. Perkosaan dengan ancaman halus
Jenis perkosaan ini terjadi pada korban yang bergantung terhadap pemerkosa,
yang biasanya kedudukan ekonomi atau sosial yang lebih tinggi daripada
korban. Misalnya perkosaan oleh majikan terhadap bawahan. Perkosaan ini
dapat disertai bujuk rayu tipuan dan janji-janji. Perkosaan yang dilakukan oleh
guru terhadap murid , germo terhadap seks, atau polisi dengan tahanan juga
termasuk dalam kategori ini. Kedudukan dan wewenang pemerkosa yang lebih
tinggi dari korban membuat pemerkosa dapat memanfaatkan korban.

30

4. Perkosaan di dalam perkawinan
Perkosaan ini mempunyai ciri yang hampir sama dengan perkosaan dengan
ancaman halus yaitu unsur ketergantungan. Namun lebih khusus lagi,
perkosaan dalam perkawinan merupakan perkosaan yang dilakukan suami
terhadap istri. Unsur-unsur seperti ketergantungan istri terhadap suami (takut
tidak diberi nafkah, takut diceraikan) membuat pihak suami dapat memaksa
terjadinya hubungan seks yang tidak dikehendaki istri. Karena hukum yang
saat ini tidak mengatur perkosaan jenis ini, maka menjadi sulit bagi istri untuk
mengajukan tuntutan hukum.
5. Perkosaan oleh orang yang tak dikenal
Walaupun tidak selalu perkosaan jenis ini sering menyertai tindakan kejahatan
lainnya, seperti perampokan, pencurian dan lain-lain. Penganiayaan dan
pembunuhan yang sering menyertai perkosaan jenis ini.22

22

Kalyanamitra, Bila Perkosaan Terjadi (Jakarta: Kalyanamitra, 1998) Hal.30-33

31

3.Bentuk-bentuk Perkosaan

Ketentuan yang ada dalam rancangan KUHP , bentuk perkosaan yang dicakup
selain perkosaan yang selama ini dianut oleh para penegak hukum dan juga
masyarakat adalah :
a.

Persetubuhan dengan paksaan terhadap istri (martial rape)

b.

Persetubuhan dengan anak dibawah umur ( statutory rape)

c.

Persetubuhan dengan tipu daya ( deceitful rape )

Berkenaan dengan kategirisasi bentuk perkosaan , dapat pula dilihat pendapat
penelitian asing. Mengidentifikasi tiga jenis perkosaan :
a.

Anger rape dalam hal ini serangan seksual menjadi sarana menyalurkan
kemarahan atau keberangan yang melibatkan secara fisik yang berlebihan
terhadap korban

b.

Power rape terjadi apabila pelaku ingin menunjukkan dominasinya terhadap
korban

c.

Sadistic rape adalah apabila pelaku mengkombinasikan seksualitas dan agresi
yang ditujukan pada keinginan psikotik untuk menyiksa atau menyakiti
korban.

32

4.Tipe Pelaku Kejahatan Perkosaan
Uraian diatas terlihat adanya lima tipe pekosaan yaitu :
a.

“Assaul tive type” tipe ini pelaku adalah mereka yang melakukan perkosaan
secara sadis yang mana tujuan dari kekerasan dan kekejaman adalah untuk
mendapatkan “seksual satisfaction”. Termasuk dalam tipe ini adalah mereka
yang dikategorikan sebagai “sex maniac”

b.

“Moral deliquents type”, pria yang tergolong memeliki kegemaran
melakukan “seksual interance”. Pandangan mereka terhadap wanita adalah
pemuas nafsu seksualnya.

c.

“Drunken variety type”, kejahatan perkosaan yang dilakukan selalu dibawah
pengaruh minuman beralkohol. Sangat jarang mereka melakukan perkosaan
tanpa ada minuman beralkohol.

d.

“Explosive type”, tipe ini adalah mereka yang memang sangat senang
menentang hukum, perkosaan yang mereka lakukan sering tanpa alasan dan
datangnya juga secara tiba-tiba. Umumnya mereka memiliki riwayat hidup
yang salah perlakuannya pada masa kanak-kanak.

e.

“The double standart variety type” tipe ini hanya melakukan perkosaan pada
golongan wanita terhormat.

33

C. Masalah Korban Kejahatan Perkosaan
1. Korban Kejahatan
Korban adalah mereka yang menderita jasmaniah dan rohaniah sebagai akibat