Tabel diatas menunjukkan angka kematian ikan setiap harinya yaitu, hari pertama sampai hari ketiga tidak ada ikan uji yang mati dari setiap perlakuan.
Pada hari keempat penjumlahan ikan uji yang mati ada 5 ekor, pada hari kelima ada 5 ekor ikan, hari keenam ada 4 ekor ikan, hari ketujuh ada 5 ekor ikan, hari
kedelapan ada 6 ekor ikan, hari kesembilan ada 4 ekor ikan dan hari kesepuluh ada 5 ekor ikan uji yang mati. Kematian ikan uji yang tertinggi terjadi pada
perlakuan G kontrol diikuti dengan perlakuan G
1
3 ppt lalu perlakuan G
2
6 ppt dan yang terendah pada perlakuan G
3
9 ppt. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada Gambar 8.
Gambar 8. Diagram Tingkat Kelangsungan Hidup Ikan perhari
4. Kualitas Air
Kualitas air yang diukur selama penelitian berlangsung adalah suhu air, pH air, DO air dan nilai amoniak air. Dari pengamatan selama penelitian diketahui
bahwa lama pemeliharaan dapat mempengaruhi kualitas air. Adapun kualitas air selama penelitian dapat dilihat pada Tabel 5.
20 40
60 80
100 120
2 4
6 8
10 12
P ER
S EN
TA S
E
HARI-KE
KELANGSUNGAN HIDUP IKAN PERHARI
G0 G1
G2 G3
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5. Parameter Kualitas Air Selama Penelitian
Perlakuan G
G
1
G
2
G
3
U Suhu pH
DO Suhu
pH DO
Suhu pH
DO Suhu
pH DO
1 2
3
28,5 28,2
28,5 6,5
6,4 6,9
6,6 6,5
6,4 28,3
28,3 28,7
7,6 8,0
8,1 6,5
6,3 6,2
28,6 28,5
28,0 8,2
8,3 8,3
6,1 6,2
6,4 28,7
28,5 28,2
8,3 8,2
8,3 6,3
6,2 6,0
1 2
3
27,2 27,1
27,0 7,3
7,2 7,2
6,0 6,1
6,2 27,4
27,3 27,2
7,8 7,8
7,8 5,9
6,0 6,0
27,7 27,6
27,6 8,0
8,0 7,9
5,8 5,8
5,9 27,9
27,8 27,8
8,1 8,0
8,0 5,9
5,8 5,8
1 2
3
26,7 26,6
26,6 7,7
7,7 7,8
5,6 6,2
6,2 26,3
26,3 26,6
7,9 7,8
7,9 6,0
6,1 5,9
26,5 26,3
26,2 8,1
8,1 8,0
6,0 6,0
6,0 26,3
26,5 26,6
8,2 8,1
8,1 6,0
6,0 5,9
1 2
3
25,6 25,6
25,5 7,5
7,3 7,2
6,6 6,7
6,7 25,8
25,8 25,9
7,7 7,8
7,8 5,4
5,9 5,9
25,7 25,6
25,7 8,0
7,9 8,0
5,7 5,9
5,8 25,6
25,6 25,7
8,0 7,9
7,9 5,9
5,7 5,9
1 2
3
26,2 26,3
26,4 7,2
7,5 7,2
6,5 6,6
6,7 26,1
26,0 26,2
7,6 7,7
7,7 5,7
5,8 5,8
26,1 26,1
26,3 8,0
7,9 8,0
5,7 5,7
5,9 26,5
26,4 26,5
8,0 8,0
8,0 5,9
5,8 5,9
1 2
3
27,4 27,5
27,7 7,4
7,5 7,4
6,4 6,4
6,8 27,2
27,3 27,2
7,7 7,7
7,8 5,6
5,8 5,6
27,0 27,3
27,4 8,0
7,9 8,0
6,0 6,1
5,9 27,6
27,6 27,4
8,0 8,1
8,0 5,8
5,9 6,0
1 2
3
27,6 27,9
28,0 7,5
7,6 7,5
5,8 6,5
6,8 27,4
27,4 27,5
7,9 7,8
7,9 5,7
5,6 5,6
27,5 27,2
27,1 8,1
8,0 8,0
5,6 5,9
5,9 26,6
26,4 26,8
8,1 8,1
8,0 5,9
6,0 6,2
1 2
3
27,2 27,9
27,9 7,6
7,6 7,8
5,6 5,6
5,8 27,4
27,9 27,8
7,9 7,7
7,9 5,3
5,4 5,4
27,8 27,8
27,8 8,1
8,0 8,1
5,8 5,8
5,7 27,3
27,2 27,3
8,1 8,1
8,0 5,8
6,1 6,0
1 2
3
28,4 28,1
28,2 7,7
7,6 7,5
6,4 6,6
6,7 28,6
28,6 28,6
8,0 7,9
7,9 5,9
6,0 6,0
28,4 28,7
28,7 8,1
8,1 8,1
6,0 6,0
6,0 28,4
28,3 28,3
8,2 8,2
8,1 6,0
6,6 6,2
1 2
3
27,2 27,4
27,4 7,6
7,6 7,7
6,4 6,4
6,5 27,1
27,1 27,0
7,9 7,8
7,9 6,0
6,3 6,4
27,0 27,1
27,2 8,2
8,1 8,2
6,2 6,3
6,4 27,0
27,0 27,0
8,2 8,2
8,1 6,3
6,4 6,4
A
1 1
1 1
1 1
1 1
1 1
1 1
R 27,26 7,4
6,34 27,21
7,82 5,87
27,21 8,07
5,98 27,16
8,08 6,01
Keterangan : U = Ulangan, A = Amoniak, R = Rata-rata.
Universitas Sumatera Utara
Pembahasan 1. Prevalensi
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada perbedaan prevalensi antara tiap perlakuan. Pada kontrol persentase ikan yang terserang Argulus sp. adalah 96,71
tidak jauh berbeda dengan perlakuan garam 1,70 gramliter yaitu 96,52 , pada perlakuan garam 4,75 gramliter yaitu 94 sedangkan prevalensi terendah
terdapat pada perlakuan garam 6,70 gramliter yaitu 60,17 . Tingginya nilai prevalensi Argulus sp. selama pemeliharaan dalam media
uji dipengaruhi oleh kondisi kualitas air yang kurang terjaga akibat banyaknya sisa metabolisme dan tingginya aktifitas Argulus sp. Terjadinya infeksi pada hari
pertama pengamatan disebabkan oleh tingginya aktifitas Argulus sp. mencari inang. Sedangkan adaptasi ikan uji belum sempurna ini terbukti pada hari
pertama ikan uji tidak banyak melakukan pergerakan dan sering berdiam diri di dasar inilah yang memudahkan Argulus sp. menginfeksi ikan uji. Argumen ini
didukung oleh Jasminandar 2011, tingginya infeksi penyakit disebabkan antara lain oleh pergerakan inang dan parasit. Jika parasit bergerak mencari inang disaat
daya tahan ikan yang tidak prima sehingga ikan tidak mampu mengeliminasi patogen pada tubuh ikan.
Jika dilihat secara keseluruhan bahwa prevalensi ikan disetiap perlakuan dan ulangan hampir sama. Hal ini dapat dilihat pada kontrol perbedaan antar
ulangan hanya 3 , perlakuan G
1
hanya 2 , perlakuan G
2
tidak ada perbedaan sedangkan G
3
hanya 4,5 . Jika dilihat tanpaknya tidak ada perbedaan antara perlakuan, namun
setelah di analisis dengan menggunakan analisis sidik ragam prevalensi ikan uji
Universitas Sumatera Utara
yang terinfeksi Argulus sp. menunjukkan bahwa F hitung lebih besar dari F tabel 1 . Hal ini berarti adanya pengaruh yang sangat nyata dari pemberian garam
terhadap nilai prevalensi Argulus sp. pada ikan uji. Untuk mengetahui pengaruh perlakuan maka dilakukan uji lanjut beda
nyata terkecil. Dari hasil uji lanjut beda nyata terkecil menunjukkan bahwa perlakuan G
3
9 ppt memberikan hasil paling baik dalam pengendalian serangan Argulus
sp. pada ikan mas dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Untuk lebih jelas perhitungan disajikan pada Lampiran 6.
Dari hasil analisis ini diketahui bahwa pemberian garam pada media uji dapat menurunkan prevalensi Argulus sp. pada ikan uji. Penurunan prevalensi
yang terbaik adalah pada perlakuan G
3
garam 6,70 gramliter. Dari sini dapat di tarik kesimpulan bahwa untuk menurunkan nilai prevalensi Argulus sp. pada ikan
pembudidaya ikan mas sebaiknya memberikan garam pada media budidaya. Namun interval pemberian garam tersebut perlu penelitian lebih lanjut.
Fungsi garam yang diberikan pada media budidaya adalah sebagai desinfektan, dan garam merupakan suatu zat yang kurang diminati oleh parasit air
tawar, begitu juga dengan pemberian garam dapat meningkatkan kadar lendir pada tubuh ikan. Dengan tingginya lendir tersebut maka Argulus sp. sulit untuk
menancapkan giginya di tubuh ikan Nurmatias, 1993. Dari diagram prevalensi yang disajikan pada gambar 4 tidak menunjukkan
adanya perbedaan yang nyata antara perlakuan namun dari hasil analisis uji lanjut beda nyata terkecil didapatkan hasil bahwa perlakuan G
dengan G
1
tidak berbeda nyata, perlakuan G
dengan G
2
dan perlakuan G
1
dengan G
2
berbeda nyata, sedangkan perlakuan G
, G
1
, G
2
dengan G
3
menunjukkan perbedaan sangat nyata.
Universitas Sumatera Utara
2. Intensitas