Identifikasi Periode Kritis Dengan Uji Interval Bebas Gulma Dalam Berbagai Varietas Pada Tanaman Sorgum ( Sorgum bicolor L.) Muench Dilihat Pada Aspek Pertumbuhan Vegetatif

IDENTIFIKASI PERIODE KRITIS DENGAN UJI INTERVAL BEBAS GULMA PADA DUA VARIETAS
TANAMAN SORGUM (Sorghum bicholor L.) Muench DILIHAT PADA ASPEK PERTUMBUHAN VEGETATIF
TESIS
Oleh LENTINA SITINJAK 127001013/AGROEKOTEKNOLOGI
PROGRAM MAGISTER AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2015
Universitas Sumatera Utara

IDENTIFIKASI PERIODE KRITIS DENGAN UJI INTERVAL BEBAS GULMA PADA DUA VARIETAS
TANAMAN SORGUM (Sorghum bicholor L.) Muench DILIHAT PADA ASPEK PERTUMBUHAN VEGETATIF
TESIS
Diajukan Sebagai salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Magister Dalam Program Magister Agroekoteknologi Pada Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara
Oleh LENTINA SITINJAK 127001013/AGROEKOTEKNOLOGI
PROGRAM MAGISTER AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2015
Universitas Sumatera Utara

Judul Tesis
Nama NIM Program Studi

: IDENTIFIKASI PERIODE KRITIS DENGAN UJI


INTERVAL BEBAS GULMA PADA DUA

VARIETAS

TANAMAN

SORGUM

(Sorghum bicolor L.) Muench DILIHAT PADA

ASPEK PERTUMBUHAN VEGETATIF

: Lentina Sitinjak : 127001013 : Magister Agroekoteknologi

Menyetujui : Komisi Pembimbing

(Prof. Ir. Edison Purba, Ph.D) Ketua

(Dr. Ir. Lollie Agustina P. Putri, M.Si) Anggota


(Prof. Dr. Ir. Abdul Rauf, MP) Ketua Program Studi

(Prof. Dr. Ir. Darma Bakti, MS) Dekan Fakultas Pertanian

Tanggal Lulus : 11 Pebruari 2015

Universitas Sumatera Utara

Telah diuji Pada Tanggal : 11 Pebruari 2015

PANITIA PENGUJI TESIS :

Pembimbing: Ketua Anggota Penguji

: Prof. Ir. Edison Purba, Ph.D : Dr. Ir. Lollie Agustina P. Putri, M.Si : 1. Prof. Dr. Ir. Abdul Rauf, MP 2. Dr. Ir. Marheni, MP 3. Dr. Diana Sofia Hanafiah, SP, MP

Universitas Sumatera Utara

ABSTRACT

Lentina Sitinjak. Identification of the Critical Period of competition in Two Varieties of Sorghum (Sorghum bicholor L.) Muench. Competition on Vegetatif Growth, under the supervilory of Edison Purba as Chairman and Lollie Agustina P. Putri as the member.
This study aims to determine the critical period of weed competition two varieties of sorghum during vegetative phase. The research was conducted in the area of Balai Benih Induk, Tanjung Selamat, Medan, with the altitude of 30 m above sea level, and the soil pH 5.6. The study was carried on for 3 months starting from September 6, 2014 until November 19, 2014.
The method used was a randomized block design (RBD), repeated 3 times. The treatments consist of two factors, namely: duration of weed free and sorgum varieties. Treatments for weed presence consisted of ten treatments which made in two aspect namely duration of weed free after planting and duration of unweeded after planting. Duration of weed free after planting were as follow : 2, 4, 6, 8 and 12 week after planting, where as duration unweeded plot were 2, 4, 6, 8, 12 week after planting (WAP). Varieties consist of two namely Numbu and Kawali.
The results showed that the critical period of competition based on vegetative growth was not appeared Numbu varieties and the critical period of competition based on vegetative growth the Kawali varieties is 2 week after planting until 6 week after planting. Keywords: Critical Period of competition, Weed free, Varieties, Sorghum
Universitas Sumatera Utara

ABSTRAK
Lentina Sitinjak. Identifikasi Periode Kritis dengan Uji Interval Bebas Gulma pada Dua Varietas Tanaman Sorgum (Sorghum bicholor L.) Muench Dilihat pada Aspek Pertumbuhan Vegetatif, dibawah bimbingan Edison Purba sebagai Ketua Komisi Pembimbing dengan Anggota Lollie Agustina P. Putri.
Penelitian ini bertujuan untuk menentukan periode kritis persaingan dengan gulma dua varietas sorgum pada fase vegetatif. Penelitian ini dilaksanakan di lahan Penelitian Balai Benih Induk Tanjung Selamat, Medan,dengan ketinggian -/+ 30 m dpl, dan kemasaman tanah pH 5.6, selama 3 bulan mulai dari 6 September 2014 sampai 19 Nopember 2014.
Metode penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK), diulang sebanyak 3 kali. Perlakuan terdiri atas 2 (dua) faktor, yaitu : Perlakuan Bebas Gulma (G) yang terdiri dari 10 interval pentiangan yaitu: Bebas Gulma sampai 2 MST (G1), Bebas Gulma sampai 4 MST (G2), Bebas Gulma sampai 6 MST (G3), Bebas Gulma sampai 8 MST (G4), Bebas Gulma sampai 12 MST (G5), bergulma sampai 2 MST(G6), bergulma sampai 4 MST (G7), bergulma sampai 6 MST (G8), bergulma sampai 8 MST (G9) dan bergulma sampai 12 MST (G10), Varietas (V) yang terdiri dari dua varietas yaitu varietas Numbu (V1) dan varietas Kawali (V2 ).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan bebas gulma pada masa pertumbuhan vegetatif tidak dapat menunjukkan periode kritis untuk varietas Numbu, dan pada varietas Kawali perlakuan bebas gulma pada masa vegetatif dapat menunjukkan periode kritis berada pada umur 2 MST sampai 6 MST.
Kata kumci : Periode Kritis, Bebas Gulma dan Varietas
Universitas Sumatera Utara

KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur saya haturkan kepada Allah Yang Maha Rahim, Tuhan yang Maha Esa, yang telah memberikan saya Rakhmat kesehatan selama penulisan hasil penelitian ini. Adapun judul penelitian saya adalah Identifikasi Periode Kritis Dengan Uji Interval Bebas Gulma Dalam Berbagai Varietas Pada Tanaman Sorgum ( Sorgum bicolor L.) Muench Dilihat Pada Aspek Pertumbuhan Vegetatif. Pada penelitian yang saya laksanakan diperoleh berbagai data pada parameter yang ditentukan, yang menunjukkkan teridentifikasi atau tidaknya periode kritis pada tanaman sorgum yang dilihat dari berbagai aspek pertumbuhan vegetatif pada dua varietas tanaman yang di ujikan.
Saya juga mengucapkan terimakasih kepada Bapak Prof. Ir. Edison Purba, Ph.D sebagai Ketua komisi pembimbing dan Ibu Dr. Ir. Lollie Agustina P. Putri, M.Si sebagai anggota komisi pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan saran dalam penulisan hasil penelitian ini.
Demi kesempurnaan tesis ini, saya mengharapkan masukan berupa saran atau hal yang perlu ditambahkan, sehingga hasil penelitian ini dapat menjadi sumber informasi yang baik bagi petani sorgum dan berbagai pihak yang memerlukan.
Medan. Pebruari ’15 Penulis
Lentina Sitinjak

Universitas Sumatera Utara

UCAPAN TERIMAKASIH
Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah Yang Maha Rahim, Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat yang diberikanNya, penulis dapat melaksanakan dan menyelesaikan penelitian dan penulisan tesis ini.
Dengan selesainya tesis ini , penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada Rektor Universitas Sumatera Utara, Prof. Dr. Syahril Pasaribu, DMT&H, MSc (CTM), Sp.A (K); Direktur Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, Bapak Prof. Dr. Ir. Rahim Matondang, MSc; Dekan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Bapak Prof. dr. Ir. Darma Bakti, MS atas kesempatan dan fasilitas yang diberikan kepada penulis untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan Program Magister pada Program Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.
Terimakasih yang tak terhingga dan penghargaan yang setinggi-tingginya saya ucapkan kepada Bapak Prof. Ir. Edison Purba, Ph.D selaku Ketua Komisi Pembimbing dan Ibu Dr. Ir. Lollie Agustina P. Putri, M.Si selaku Anggota Komisi Pembimbing, yang dengan penuh perhatian telah memberikan bimbingan dan saran. Terimakasih juga kepada Bapak Ketua Program Studi Agroekoteknologi Prof. Dr. Ir. Abdul Rauf, MP dan Ibu Sekretaris Program Studi Agroekoteknologi Dr. Ir. Lollie Agustina P. Putri, M.Si serta semua Dosen Program Pascasrjana Universitas Sumatera Utara Program Studi Agroekoteknologi yang telah membuka wawasan dan memberikan ilmu pengetahuan yang sangat berharga serta seluruh civitas akademik yang telah mendukung kelancaran studi bagi penulis.
Universitas Sumatera Utara

Ucapan terimakasih yang tulus penulis sampaikan kepada: 1. Ayahanda (alm) Ely Sitinjak dan Ibunda (alm) Theodora br Pasaribu, yang telah mendidik, membimbing dan membesarkan serta memberikan dukungan moril dan materil hingga ke pendidikan tinggi dan tetap mendoakan penulis menyelesaikan studi. 2. Manager Kebun Sampali PTP. NUSANTARA-II Tanjung Morawa, Medan, Bapak Marimin, yang telah mendukung saya dalam menyelesaikan penelitian dan penulisan tesis ini. 3. Emeritus Uskup Agung Medan, Mgr. A. G. Pius Datubara, Romo Yulius Sudharnoto O.Carm (P.Siantar), Pastor Leo Sipahutar ofm Cap (Medan), Pastor Octavianus Situngkir Ofm Cap (P.Siantar), Sr. Magdalena KSFL (Perdagangan) dan Kpt. Jakobus Ngaidi (Salvation Army, Palu) yang telah dengan setia mendukung dan mendoakan serta tetap memotivasi penulis selama menyelesikan pendidikan, penelitian hingga penulisan tesis. 4. Keluarga Besar Op. Manutur Sitinjak (Abang, Kakak serta para Ponakan) dan para sahabatku Diana Eka Sari Sembiring (Massachutset, Boston), Mami Teti (Riau), Roseni Saragih (Palembang), Ibu Hasan Limi (Riau), Ibu Mei Hua (Riau), serta teman-teman seangkatan AET (S2) Faperta Pascasarjana USU, Ilmu Pertanian Doktoral (S3) Faperta Pascasarjana USU yang selalu memberikan dukungan dan motivasi bagi penulis, dan bagi adik-adik mahasiswa Faperta (S1) USU dan adik-adik mahasiswa Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian (STPP) jl. Binjai yang telah membantu dalam pelaksanaan penelitian di lapangan. 5. Bapak dan Ibu Staf Laboratorium dan perpustakaan USU atas segala bantuan yang telah diberikan.
Ucapan terimakasih yang tulus penulis dapat menyelesaikan pendidikan dan semoga tesis in dapat bermanfaat nantinya.
Universitas Sumatera Utara

DAFTAR RIWAYAT HID UP
LENTINA SITINJAK dilahirkan di Perdagangan, kecamatan Bandar, kabupaten Simalungun pada tangal, 02 Maret 1972 dari pasangan Bapak Ely Sitinjak dan Ibu Theodora br Pasaribu. Penulis merupakan anak ke delapan dari delapan bersaudara.
Pada tahun 1978 memasuki Sekolah Dasar (SD) Katholik Cinta Rakyat Perdagangan dan lulus pada tahun 1984, pada tahun 1984 memasuki Sekolah Menengah Pertama (SMP) Katholik Cinta Rakyat Perdagangan dan lulus pada tahun 1987, setelah lulus SMP melanjutkan ke Sekolah Menengah Atas (SMA) Katholik Cinta Rakyat Perdagangan pada tahun 1987 dan lulus pada tahun 1990. Pada tahun 1990 memasuki Fakultas Pertanian Universitas Katholik Santo Thomas Medan, memilih jurusan Budidaya Pertanian (Agronomi) dan menyelesaikan pendidikan Strata satu pada tahun 1995 dengan Predikat Sangat Memuaskan. Pada tahun 2007 menyelesaikan Pendididkan Akta Mengajar - IV di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Darma Agung Medan Sumatera Utara dengan Predikat Cum Laude.
Pada tahun 1998 bekerja sebagai karyawan di PTP.Nusantara – II Tanjung Morawa sampai sekarang.
Sejak tahun 2007 – 2010 penulis aktif dalam kegiatan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) yang diiselenggarakan oleh Kementerian Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Pendidikan Non Formal dan Informal.
Tahun 2012 melanjutkan Pendidikan ke jenjang Strata Dua di Pascasarjana Pertanian Magister Agroekoteknologi Universitas Sumatera Utara, Medan. September 2014 penulis melaksanakan penelitian Tesis di Balai Benih Induk (BBI) Tanjung Selamat, Medan.
Universitas Sumatera Utara


DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRACT…………………………………………………………………….i ABSTRAK ..........................................................................................................ii KATA PENGANTAR ........................................................................................iii UCAPAN TERIMAKASIH................................................................................iv DAFTAR RIWAYAT HIDUP............................................................................vi DAFTAR ISI.......................................................................................................vii DAFTAR TABEL...............................................................................................ix DAFTAR GAMBAR ..........................................................................................xi DAFTAR LAMPIRAN.......................................................................................xii
BAB I . PENDAHULUAN ................................................................................1 1.1. Latar Belakang .................................................................................1 1.2. Rumusan masalah.............................................................................4 1.3. Tujuan Penelitian..............................................................................5 1.4. Hypotesis Penelitian ........................................................................5 1.5. Manfaat Penelitian............................................................................5 1.6. Kerangka Berpikir ............................................................................6
BAB II . TINJAUAN PUSTAKA......................................................................7 2.1.Deskripsi TanamanSorgum ...............................................................7 2.1.1. Uraian Botanis ..................................................................7 2.1.2. Syarat Tumbuh ..................................................................10 2.1.3. Agronomi...........................................................................11 2.1.4. Varietas..............................................................................12 2.1.5. Ekologi Pertumbuhan ........................................................13 2.1.6. Manfaat sorgum.................................................................14 2.2. Gulma Sebagai Tumbuhan Pesaing..................................................15 2.3. Periode Kritis....................................................................................17 2.4. Menyiang..........................................................................................20
BAB III . BAHAN DAN METODE PENELITIAN..........................................22 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ..........................................................22 3.2. Bahan Dan Alat ................................................................................22 3.3. Metode Penelitian.............................................................................22 3.4. Pelaksanaan Penelitian .....................................................................25 3.4.1. Persiapan Lahan................................................................25 3.4.2. Penanaman........................................................................25 3.4.3. Pemeliharaan Tanaman .....................................................25 3.4.3.1. Penyiraman.......................................................25 3.4.3.2. Penjarangan ......................................................25 3.4.3.3. Penyiangan .......................................................25 3.4.3.4. Pemupukan .......................................................26 3.4.3.5. Pengendalian Hama dan Penyakit ....................26 3.4.4..Parameter Pengamatan ......................................................26
Universitas Sumatera Utara

3.4.4.1. Data Gulma ......................................................26 3.4.4.1.1. Jenis Gulma. ......................................26 3.4.4.1.2. Analisa vegetasi.................................27 3.4.4.1.3. Kerapatan gulma................................27 3.4.4.1.4. Bobot Kering Gulma .........................37
3.4.4.2.. Data Tanaman .................................................28 3.4.4.2.1. Tinggi Tanaman ............................................28 3.4.4.2.2. Diameter Batanng..........................................28 3.4.4.2.3. Jumlah Daun..................................................28 3.4.4.2.4. Luas Daun .....................................................28 3.4.4.2.5. Bobot Segar ...................................................28

BAB IV . HASIL DAN PEMBAHASAN .........................................................29

4.1. Identifikasi Gulma ...........................................................................29

4.2. Analisa Vegetasi Gulma Dominan...................................................29

4.3. Kerapatan Gulma ...........................................................................32

4.3. Tinggi Tanaman ...........................................................................32


4.4. Diameter Batang ...........................................................................40

4.5. Jumlah Daun ...........................................................................45

4.6. Luas Daun

...........................................................................51

4.7. Bobot Segar Tanaman ......................................................................53

4.8. Perbandingan komponen pertumbuhan vegetatif versus

bobot segar

...........................................................................55

4.8. Idenfikasi Periode Kritis...................................................................60

BAB V . KESIMPULAN DAN SARAN..........................................................65


5.1. Kesimpulan

...........................................................................65

5.2. Saran

...........................................................................65

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

...........................................................................66 ...........................................................................72

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR TABEL

NO.

Judul


Halaman

1. Varietas sorgum yang telah dilepas Badan Litbang Pertanian hingga thn 2001 yang di update terakhir tahun 20013........................ 12
2. Persentase populasi gulma pada areal penelitian berdasarkan SDR (Sum Dominance Ratio).................................................... .................. 30
3. Kerapatan lima jenis gulma terbanyak persatuan luas lahan penelitian .............................................................................................. 32
4. Tinggi tanaman pada berbagai perlakuan waktu bebas gulma pada pengamatan 2, 4, 6 dan 8 MST.................................................... 33
5. Tinggi tanaman sorgum varietas Numbu dan Kawali pada pengamatan 2 , 4 , 6 dan 8 MST ....................................................... 36
6. Persentase pertambahan tinggi tanaman (cm) dari umur 2 MST sampai 8 MST pada perlakuan G5 dan G10 untuk varietas Numbu dan Kawali .............................................................................. 38
7. Perlakuan bebas gulma dan varietas terhadap tinggi tanaman sorgum pada umur 2. 4, 6 dan 8 MST.................................................. 49
8. Diameter batang pada berbagai perlakuan waktu bebas gulma pada pengamatan2, 4, 6 dan 8 MST..................................................... 40
9. Diameter batang tanaman sorgum varietas Numbu dan Kawali pada pengamatan 2, 4, 6 dan 8 MST.................................................... 42
10. Persentase pertambahan diameter batang (cm) dari umur 2 MST sampai 8 MST pada perlakuan G5 dan G10 untuk varietas Numbu dan Kawali ........................................................................................... 43
11. Perlakuan bebas gulma dan varietas terhadap diameter batang untuk semua masa tanam ( 2 MST, 4 MST, 6 MST, 8 MST).............. 44
12. Jumlah daun pada berbagai perlakuan waktu bebas gulma pada pengamatan 2, 4, 6 dan 8 MST.................................................... 45
13. Jumlah daun sorgum varietas Numbu dan Kawali pada pengamatan 2, 4, 6 dan 8 MST................................................................................. 48
14. Persentase pertambahan jumlah daun dari umur 2 MST sampai
8 MST pada perlakuan G5 dan G10 untuk varietas Numbu
dan Kawali ........................................................................................... 49
15. Perlakuan bebas gulma dan varietas terhadap jumlah daun tanaman sorgum pada umur 2, 4, 6 dan 8 MST................................................. 50

16. Luas daun pada berbagai perlakuan waktu bebas gulma pada pengamatan 8 MST (57 HST) untuk varietas Numbu dan Kawali ..... 51
17. Persentase perbandingan luas daun (cm²) pada perlakuan G5 dan G10 untuk varietas Numbu dan Kawali pada umur 8 MST .... 53
18. Bobot segar dengan beberapa perlakuan waktu bebas gulma pada tanaman sorgum varietas Numbu dan Kawali pada umur 12 MST .............................................................................. 53
19. Persentase perbandingan bobot segar (kg) pada umur 12 MST pada perlakuan G5 dan G10 untuk varietas Numbu dan kawali.......... 54
20. Komponen pertumbuhan vegetatif dalam mendukung bobot segar tanaman pada akhir fase vegetatif (8 MST) ......................................... 57

Universitas Sumatera Utara

21. Bobot segar tanaman pada perlakuan G1-G5 versus bobot segar tanaman pada perlakuan G6-G10 untuk varietas Numbu (V1) dan varietas Kawali (V2) ..................................................................... 60
22. Jenis-jenis gulma dan kerapatan gulma yang terdapat pada perlakuan bebas gulma (G1-G3) sepanjang masa tanaman 2 MST hingga 6 MST pada varietas Kawali (V2)............................................ 63
23. Jenis-jenis gulma dan kerapatan gulma yang terdapat pada perlakuan bergulma (G6-G8) sepanjang masa tanaman 2 MST hingga 6 MST pada varietas Kawali (V2)............................................ 64
Universitas Sumatera Utara

DAFTAR GAMBAR

No.

Judul

Halaman


1. Tanaman sorgum dan akar ................................................................... 8 2. Batang sorgum dengan penampang melintang, terlihat
empulur pada batang ............................................................................ 8 3. Daun tanaman sorgum dan daun bendera pada pucuk tanaman
membungkus Malai.............................................................................. 9 4. Bunga sorgum mulai dari pembentukan malai hingga menjadi biji .... 9 5. Biji sorgum dalam fase pengisian biji.................................................. 10 6. Persentase populasi gulma pada areal penelitian berdasarkan
SDR (Sum Dominan Ratio).................................................................. 31 7. (A)Bobot segar tanaman pada perlakuan G1-G5 versus
bobot segar tanaman pada perlakuan G6-G10 untuk varietas Numbu (V1)............................................................................ 62 (B)Bobot segar tanaman pada perlakuan G1-G5 versus bobot segar tanaman pada perlakuan G6-G10 untuk varietas Kawali (V2) ............................................................................ 62

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR LAMPIRAN

No.

Judul

Halaman

1. Deskripsi varietas sorgum .................................................................... 72

2. Bagan plot penelitian............................................................................ 74


3. Bagan sampel dalam plot .................................................................... 75

4. Bagan keseluruhan sampel dalam plot ................................................ 76

5. Informasi Iklim dari Badan Klimatologi dan Geofisika ...................... 77

6. Taksonomi jenis gulma yang ditemukan pada lahan penelitian........... 78

7. Analisis sidik ragam perlakuan bebas gulma dan perlakuan varietas

terhadaptinggi tanaman pada umur 2 MST......................................... 79

8. Analisis sidik ragam perlakuan bebas gulma dan perlakuan varietas

terhadap tinggi tanaman pada umur 4 MS .......................................... 79

9. Analisis sidik ragam perlakuan bebas gulma dan perlakuan

varietas terhadap tinggi tanaman pada umur 6 MST .......................... 79

10. Analisis sidik ragam perlakuan bebas gulma dan perlakuan

varietas terhadapTinggi tanaman pada umur 8 MST ......................... 80

11. Analisis sidik ragam perlakuan bebas gulma dan perlakuan

varietas terhadap diameter batang tanaman pada umur 2 MST ......... 80

12. Analisis sidik ragam perlakuan bebas gulma dan perlakuan

varietas terhadap diameter batang tanaman pada umur 4 MST ......... 80

13. Analisis sidik ragam perlakuan bebas gulma dan perlakuan

varietas terhadap diameter batang tanaman pada umur 6 MST ......... 81

14. Analisis sidik ragam perlakuan bebas gulma dan perlakuan

varietas terhadap diameter batang tanaman pada umur 8 MST ......... 81

15. Analisis sidik ragam perlakuan bebas gulma dan perlakuan

varietas terhadap jumlah daun tanaman pada umur 2 MST.............. 81

16. Analisis sidik ragam perlakuan bebas gulma dan perlakuan

varietas terhadap jumlah daun tanaman pada umur 4 MST.............. 82

17. Analisis sidik ragam perlakuan bebas gulma dan perlakuan

varietas terhadap jumlah daun tanaman pada umur 6 MST.............. 82

18. Analisis didik ragam perlakuan bebas gulma dan perlakuan

Varietas terhadap jumlah daun tanaman pada umur 8 MST ............. 82

19. Analisis sidik ragam perlakuan bebas gulma dan perlakuan

varietas terhadap luas daun tanaman pada umur 8 MST .................. 83

20. Analisis sidik ragam perlakuan bebas gulma dan perlakuan

varietas terhadap bobot segar tanaman pada umur 12 MST .............. 83

Universitas Sumatera Utara

ABSTRACT
Lentina Sitinjak. Identification of the Critical Period of competition in Two Varieties of Sorghum (Sorghum bicholor L.) Muench. Competition on Vegetatif Growth, under the supervilory of Edison Purba as Chairman and Lollie Agustina P. Putri as the member.
This study aims to determine the critical period of weed competition two varieties of sorghum during vegetative phase. The research was conducted in the area of Balai Benih Induk, Tanjung Selamat, Medan, with the altitude of 30 m above sea level, and the soil pH 5.6. The study was carried on for 3 months starting from September 6, 2014 until November 19, 2014.
The method used was a randomized block design (RBD), repeated 3 times. The treatments consist of two factors, namely: duration of weed free and sorgum varieties. Treatments for weed presence consisted of ten treatments which made in two aspect namely duration of weed free after planting and duration of unweeded after planting. Duration of weed free after planting were as follow : 2, 4, 6, 8 and 12 week after planting, where as duration unweeded plot were 2, 4, 6, 8, 12 week after planting (WAP). Varieties consist of two namely Numbu and Kawali.
The results showed that the critical period of competition based on vegetative growth was not appeared Numbu varieties and the critical period of competition based on vegetative growth the Kawali varieties is 2 week after planting until 6 week after planting. Keywords: Critical Period of competition, Weed free, Varieties, Sorghum
Universitas Sumatera Utara

ABSTRAK
Lentina Sitinjak. Identifikasi Periode Kritis dengan Uji Interval Bebas Gulma pada Dua Varietas Tanaman Sorgum (Sorghum bicholor L.) Muench Dilihat pada Aspek Pertumbuhan Vegetatif, dibawah bimbingan Edison Purba sebagai Ketua Komisi Pembimbing dengan Anggota Lollie Agustina P. Putri.
Penelitian ini bertujuan untuk menentukan periode kritis persaingan dengan gulma dua varietas sorgum pada fase vegetatif. Penelitian ini dilaksanakan di lahan Penelitian Balai Benih Induk Tanjung Selamat, Medan,dengan ketinggian -/+ 30 m dpl, dan kemasaman tanah pH 5.6, selama 3 bulan mulai dari 6 September 2014 sampai 19 Nopember 2014.
Metode penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK), diulang sebanyak 3 kali. Perlakuan terdiri atas 2 (dua) faktor, yaitu : Perlakuan Bebas Gulma (G) yang terdiri dari 10 interval pentiangan yaitu: Bebas Gulma sampai 2 MST (G1), Bebas Gulma sampai 4 MST (G2), Bebas Gulma sampai 6 MST (G3), Bebas Gulma sampai 8 MST (G4), Bebas Gulma sampai 12 MST (G5), bergulma sampai 2 MST(G6), bergulma sampai 4 MST (G7), bergulma sampai 6 MST (G8), bergulma sampai 8 MST (G9) dan bergulma sampai 12 MST (G10), Varietas (V) yang terdiri dari dua varietas yaitu varietas Numbu (V1) dan varietas Kawali (V2 ).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan bebas gulma pada masa pertumbuhan vegetatif tidak dapat menunjukkan periode kritis untuk varietas Numbu, dan pada varietas Kawali perlakuan bebas gulma pada masa vegetatif dapat menunjukkan periode kritis berada pada umur 2 MST sampai 6 MST.
Kata kumci : Periode Kritis, Bebas Gulma dan Varietas
Universitas Sumatera Utara

PENDAHULUAN
Latar Belakang Sorgum merupakan tanaman pangan penting dengan posisinya berada
pada peringkat ke-5 setelah gandum, padi, jagung dan barley (Suarni dan Herman Subagio, 2012). Dari segi kandungan nutrisinya, sorgum tidak kalah unggul dari tanaman pangan lainnya seperti padi, gandum, jagung dan barley. Sorgum memiliki komposisi karbohidrat yang tinggi sangat berpotensi untuk dikembangkan menjadi bahan tanaman alternatif atau disebut juga dengan bahan tanaman pengganti dalam diversifikasi pangan. Maka sorgum bisa disebutkan menjadi tanaman pengganti pangan. Thakur (1980) memaparkan dalam tabel bahwa sorgum memiliki kandungan karbohidrat sebanyak 74.0 %/100 gr bahan dan ini merupakan peringkat ke dua setelah padi. Demikian juga kandungan protein sebesar 10.4 %/100 g bahan dan juga merupakan peringkat ke dua setelah gandum. Hal ini dikuatkan Suarni (2004) yang menyatakan kandungan karbohidrat pada tanaman sorgum tidak kalah jauh dari tanaman pangan lainnya, maka layak dijadikan sebagai tanaman pengganti untuk bahan pangan lainnya seperti padi, gandum dan jagung.
Sorgum merupakan tanaman serealis yang memiliki daya adaptasi yang tinggi terhadap berbagai kondisi alam yang kritis atau tekanan stress abiotik. Sorgum mampu bertahan hidup/toleran terhadap berbagai faktor tumbuh yang minimalis misalnya membutuhkan air sedikit. Berdasarkan data House (1995), mengatakan bahwa sorgum cocok dikembangkan di lahan kering karena kebutuhan airnya sangat sedikit. Selain toleran terhadap kekeringan sorgum relatif tahan terhadap gangguan hama dan penyakit (Sirappa, 2003). Irawan et al
Universitas Sumatera Utara

(2011) memaparkan bahwa kebutuhan sorgum akan air memiliki angka terkecil (322 kg) menyusul, jagung (368 kg), barley (434 kg), gandum (515kg) dan padi (>514 kg). Data ini menguatkan bahwa sorgum ini tahan tumbuh di daerah yang kering atau sedikit curah hujan. Thakur (1980) mengatakan bahwa sorgum lebih banyak tumbuh di daerah marginal, dimana tidak cocok pada tanaman lain. Adaptasi tanaman sorgum terhadap lahan marginal dibuktikan oleh kemampuannya tumbuh baik pada tanah dengan salinitas tinggi, tahan pada tanah alkalis dan toleran terhadap genangan (Almodares et al. 2007a, Almodares et al. 2008, Vasilakoglou et al. 2011). Sorgum dapat bertoleransi pada kisaran kondisi tanah yang sangat luas, tumbuh baik pada tanah-tanah berat yang sering kali tergenang, berpasir , pH tanah berkisar 5.0 – 5.5 dan lebih bertoleransi terhadap tanah salin dibanding jagung. Tanaman sorgum dapat berproduksi pada tanah yang terlalu kritis bagi tanaman lainnya (Laemeheriwa, 1990).
Berdasarkan daya adaptasinya yang cukup tinggi, sorgum cocok tumbuh di Indonesia (Sirappa, 2003). Iklim dan media tumbuh/tanah di Indonesia sesuai dengan syarat tumbuh tanaman sorgum (Musa et al, 2006). Di Indonesia terutama di Indonesia bagian timur, beberapa daerah telah menanam tanaman sorgum sebagai tanaman pangan. Indonesia merupakan negara agraris karena terkenal dengan lahan pertaniannya yang sangat luas mencakup daerah yang subur hingga daerah yang tergolong marginal. Lahan marginal yang cukup mendominasi di Indonesia adalah lahan kering (drought area) banyak ditemukan di daerah bagian Timur Indonesia seperti Nusa Tenggara, lahan masam (acid soil) dan lahan berkadar garam tinggi/tanah salin (saline soil). Berbagai upaya diakukan untuk meningkatkan produksi tanaman pangan di berbagai daerah
Universitas Sumatera Utara

marginal ini agar dapat memenuhi kebutuhan hidup masyarakatnya, termasuk diantaranya dengan mendapatkan tanaman yang cocok tumbuh dan berproduksi yang memiliki daya adaptasi yang tinggi seperti tanaman sorgum ini. Efendi et al (2013) mengatakan, daya adaptasi yang luas merupakan keunggulan utama sorgum dapat dikembangkan di Indonesia. Dengan menanam sorgum maka produktivitas lahan akan meningkat dan juga mendukung upaya pengembangan pertanian berkelanjutan dan peningkatan produksi pangan Indonesia.
Di Indonesia sudah mulai dilakukan budidaya tanaman sorgum mencakup wilayah Indonesia Bagian Timur dan beberapa daerah di Pulau Jawa. Namun kenyataannya produksi dan kualitas yang diperoleh sangat rendah. Permasalahan produktivitas biji sorgum menunjukkan kecenderungan yang masih rendah yaitu kisaran 0.37 – 1,8 ton/ha (Sirappa, 2003). Rata-rata produksi sorgum tertinggi dicapai di Amerika Serikat yaitu 3,6 – 7,0 ton/ha (Sumarno dan Karsono, 1996). Dan Negara lain penghasil sorgum termasuk Indonesia masih mencapai produk rata-rata dibawah 1 ton/ha, yang disebabkan oleh sistem budidaya yang masih minim (Sirappa, 2003). Teknologi budidaya merupakan tantangan pengembangan tanaman sorgum yang diperoleh melalui penelitian teknologi budidaya sorgum spesifik lokasi, penelitian terapan dan penelitian terpadu dilahan petani, meliputi :1) varietas, 2) teknologi budidaya spesifik lokasi, 3) perlindungan tanaman secara terpadu, 4) pengaturan saat tanam (Sirappa, 2003).
Pengendalian gulma merupakan salah satu cara yang dipilih dalam penelitian ini sebagai upaya untuk meningkatkan produksi tanaman sorgum. Tujuan pokok pengolahan tanah adalah menyediakan tempat tumbuh bagi bibit tanaman, daerah perakaran yang baik, membenamkan sisa tanaman dan
Universitas Sumatera Utara

memberantas gulma (Musa et al, 2006). Interaksi antara tanaman sorgum sebagai tanaman budidaya dengan gulma sebagai tanaman pengganggu mengakibatkan persaingan antara kedua tanaman dalam mendapatkan nutrisi tanah berupa air dan hara, dan juga dalam mendapatkan intensitas cahaya, sehingga mengakibatkan pertumbuhan tanaman sorgum terganggu. Ada fase-fase dimana tanaman sorgum sangat rentan dengan kehadiran gulma sebagai tanaman pesaing bagi sorgum yang membutuhkan nutrisi tanah dan intensitas cahaya matahari seratus persen, maka gulma harus dikendalikan dari tanaman sorgum agar tanaman sorgum mendapatkan kebutuhan zat nutrisinya. Fase inilah yang disebut periode kritis yang harus di teliti secara ilmiah. Dari hasil penelitian Monteiro et al (2011) diperoleh jumlah produksi kentang yang mereka teliti pada plot yang bebas gulma mencapai hasil sebanyak 22 ton/ha dan produksi yang diperolah dari plot yang tanpa pengendalian gulma/bergulma diperoleh sebanyak 3 ton/ha. Dari hasil produksi ini kentang yang dikelola tanpa pengendalian gulma mengalami kehilangan produksi sebanyak 86%. Penelitian ini menunjukkan demikian besarnya pengaruh gulma dalam menghilangkan produksi komoditi yang dibudidayakan petani.
Rumusan Masalah Produktivitas biji sorgum di Indonesia menunjukkan kecenderungan
masih rendah 0,37 – 1,8 ton/ha, sementara iklim dan kondisi alam memungkinkan untuk mendukung produktivitas yang tinggi.
Sistem budidaya yang masih minim dalam pengelolaan budidaya sorgum, maka di perlukan informasi teknik budidaya yang tepat untuk tanaman sorgum di Indonesia, antara lain menghalangi persaingan dengan gulma pada fase
Universitas Sumatera Utara

pertumbuhan vegetatif. Dan sampai sejauh ini belum diketahui saat pengendalian gulma yang tepat terhadap tanaman sorgum ini.
Sampai saat ini belum ditemukan laporan atau publikasi yang menjelaskan periode kritis pada tanaman sorgum. Metcalfe et al (1980) hanya memaparkan bahwa fase awal pertumbuhan tanaman sorgum relatif lambat/daya kecambah rendah, sehingga memiliki daya kompetisi yang sangat rendah dengan tanaman yang lain atau gulma Maka perlu diketahui periode kritis pada tanaman sorgum untuk dapat mengantisipasi daya kompetisi yang rendah ini, sehingga tanaman sorgum mendapatkan air dan unsur hara yang cukup untuk pertumbuhan, perkembangan dan produktivitas bijinya.
Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah menentukan periode kritis
persaingan dengan gulma, dua varietas sorgum pada fase vegetatif.
Hipotesis Penelitian a. Tanaman sorgum memiliki periode kritis persaingan dengan gulma sebagai tanaman penyaing pada fase vegetatif. b. Ada perbedaan periode kritis persaingan dengan gulma pada sorgum varietas Numbu dan varietas Kawali.
Manfaat Penelitian a) Mengatasi permasalahan umum yang terjadi pada tanaman sorgum yaitu rendahnya produktivitas biji sorgum dari aspek agronomisnya dengan pengendalian gulma untuk dua varietas yang diujikan, pada fase vegetatif.
Universitas Sumatera Utara

b) Sebagai sumber informasi, agar petani dapat mengendalikan gulma pada waktu yang tepat, sehingga tidak terhambat pertumbuhan sorgum dan sorgum memiliki pertumbuhan yang optimum dalam persaingan dengan gulma pada fase vegetatif.
c) Sebagai sumber informasi data pertumbuhan vegetatif sorgum varietas Numbu dan varietas Kawali.

Kerangka Berpikir

Sorgum

Tan. Peng.Pangan

↓Produksi Rendah

Daya Adaptasi Tinggi

Identifikasi Periode Kritis Pd Aspek Pert. vegetatif
Uji Interval Bebas Gulma (Penyiangan)

Var. Numbu

Var. Kawali

Parameter Pengamatan
Analisa Data
Periode Kritis Pada Aspek Pert. Vegetatif

Universitas Sumatera Utara

TINJAUAN PUSTAKA
Deskripsi Tanaman Sorgum Tanaman sorgum (Sorgum bicolor L.) berasal dari negara Afrika.
Tanaman ini sudah lama dikenal manusia sebagai penghasil pangan, dibudidayakan di daerah kering seperti di Afrika. Sorgum merupakan tanaman sereal yang besar di Ethiopia Timur. Sekitar 44% (149.030 ha) daerah Ethiopia Timur di budidayakan sorgum dan dianggap sebagai sarana utama untuk bertahan hidup bagi manusia di beberapa bagian semi kering Ethiopia Timur di mana seringkali tanaman gagal tumbuh karena rendahnya curah hujan (CSA, 1996). Dari benua Afrika menyebar luas ke daerah tropis dan subtropik. Tanaman ini memiliki adaptasi yang luas, toleran terhadap kekeringan, sehingga sorgum menyebar ke seluruh dunia. Negara penghasil utama sorgum adalah Amerika, Argentina, RRC, India, Nigeria dan beberapa Negara Afrika Timur, Yaman dan Australia (Goldsworthy dan Fisher, 1992).
Tanaman sorgum mirip dengan jagung, di Indonesia biji sorgum dikenal sebagai tanaman palawija dengan berbagai nama daerah, antara lain yaitu jagung pari, oncer/cantel (Jawa), gandrung, gandum (Minang kabau), jagung cetrik, degem, kumpay (Sunda), wataru hamu garai.
Uraian Botanis Taksonomi
Tanaman sorgum dapat diklasifikasikan sebagai berikut, kingdom Plantae, devisio Spermatophyta, subdevisio Angiospermae, class
Universitas Sumatera Utara

Monocotyledoneae, ordo Poales, family Graminaceae, genus Sorghum, species Shorgum bicolor (L.) Moench.
Gambar 1. Tanaman sorgum dan akar Morfologi
Doggett (1970) dan Huldquist (1973), dalam Goldsworthy dan Fisher (1992) mengatakan bahwa batang sorgum padat. Batang berbentuk silinder mencapai ketinggian sekitar 3-4 m. Diameter batang berkisar antara 1.25 – 6.25 cm. Memiliki empulur yang ada berasa manis. Permukaan batang memuliki lapisan lilin dengan warna hijau ke abu-abuan ( Thakur, 1980).
Gambar 2. Batang sorgum dengan penampang melintang, terlihat empulur pada batang
Daun-daun biasanya terdapat secara berselang dalam dua baris pada sisi-sisi batang yang berlawanan dan masing-masing terdiri atas satu pelepah dan helaian. Pelepah daun membungkus batang dan melekat pada satu buku. Daundaun yang dewasa (helaian) dapat mencapai 300 mm sampai 1350 mm dengan lebar yang bervariasi dari 15 sampai 150 mm pada bagian yang paling lebar. Pada
Universitas Sumatera Utara

spesies-spesies liar, daun dapat sepanjang 300 – 750 mm tetapi biasanya sangat sempit 5-70 mm (Goldsworthy dan Fisher, 1992).
Gambar 3. Daun tanaman sorgum dan daun bendera pada pucuk tanaman membungkus malai
Berbeda dengan jagung, bunga jantan dan betina pada sorgum berada pada ujung malai. Malai terbuka dan relatif tebal. Sekitar 95% bunga sorgum menyerbuk sendiri (Metcalfe dan Elkins, 1980).
Gambar 4. Bunga sorgum mulai dari pembentukan malai hingga menjadi biji Anatomi biji
Biji berbentuk bola dengan ujung tumpul. Pericarp dan testa menjadi satu. Memiliki anekaragam warna mulai dari putih jernih atau putih pucat sampai berbagai tingkat warna merah dan cokelat keunguan tua. Endospermnya keras dan seperti tanduk pada lapisan luarnya, putih dan seperti tepung ke bagian
Universitas Sumatera Utara

dalamnya. Endosperm biasanya putih namun bisa kuning yang disebabkan oleh pigmen-pigmen karotenoid. Diameter biji bervariasi dari 4-8 mm dan beratnya sekitar 10-60 mg (Golsworthy dan Fisher, 1992)
Gambar 5. Biji sorgum dalam fase pengisian biji Syarat Tumbuh Iklim
Sorgum adalah tanaman yang kuat dan mampu bertahan pada iklim yang ekstrim lebih dari tanaman serelia lain. Sorgum dapat bertahan pada bermacammacam temperatur dari 15.5⁰C – 40.5⁰C, dengan curah hujan sekitar 35 – 150 mm/thn (Thakur, 1980). Sorgum dapat tumbuh hingga ketinggian 1500 m dpl dan dapat tumbuh dan menghasilkan di dataran rendah ditempat tanaman jagung tidak dapat tumbuh (Rismunandar, 1986). Sepanjang hidupnya tanaman sorgum memerlukan sinar matahari penuh, oleh karena itu saat tanam yang cocok adalah musim kemarau. Tanaman sorgum mampu beradaptasi pada daerah yang luas mulai 45⁰LU sampai dengan 40⁰LS mulai dari daerah dengan iklim tropis kering sampai daerah beriklim basah (Sumarno dan karsono, 1996), dengan kelembapan relatif 20 – 40 % (Sudaryono, 1996). Tanaman sorgum masih dapat menghasilkan biji pada lahan marginal (Sumarno dan Karsono, 1996).
Universitas Sumatera Utara

Tanah Sorgum juga dapat tumbuh pada tanah-tanah berpasir, ia dapat tumbuh
pada pH tanah berkisar 5.0 – 5.5 dan lebih bertoleransi terhadap tanah salin dibanding jagung. Tanaman sorgum dapat berproduksi pada tanah yang terlalu kritis bagi tanaman lainnya (Laemeheriwa, 1990). Sorgum cocok pada tanah liat berlempung yang kaya akan humus. Walaupun sorgum lebih mampu bertahan pada kondisi yang tergenang dibanding tanaman jagung, namun drainase yang lebih baik, cocok untuk pertumbuhannya (Thakur, 1980).
Agronomi Cara budidaya tanaman sorgum mudah dengan biaya relatif murah, dapat
ditanam secara monokultur maupun tumpang sari dan mempunyai kemampuan untuk tumbuh kembali setelah dilakukan pemangkasan pada batang bawah dalam satu kali tanam dengan hasil yang tidak jauh berbeda, tergantung pemeliharaan tanamannya. Selain itu tanaman sorgum lebih resisten terhadap serangan hama dan penyakit sehingga resiko gagal panen relatif kecil (Sumarno dan Karsono, 1996). Sorgum sebaiknya ditanam pada akhir musim hujan atau awal musim kemarau. Hal ini dilakukan agar tanaman bisa tumbuh optimal dan malai terisi sempurna, selain untuk menghindari serangan cendawan. Agar diperoleh produksi yang tinggi sebaiknya dipilih benih yang bersertifikat dengan daya kecambah benih minimal 90% dengan bentuk dan warna yang seragam, seperti varietas Numbu dan Kawali. Sebelum penanaman tanah hendaknya diolah sedalam 15-20 cm untuk menggemburkan tanah, memperbaiki drainase, mendorong aktivitas mikro tanah sekaligus mematikan gulma.
Universitas Sumatera Utara

Varietas Data pada Tabel 1 adalah varietas yang sudah dilepas oleh pemerintah
(Badan Litbang Pertanian Penelitian, Jagung, Sorgum dan Gandum oleh Balai Penelitian Serealia di Marros Sulawesi Selatan, data hingga tahun 2001.

Tabel 1. Varietas sorgum yang telah dilepas Badan Litbang Pertanian hingga thn 2001 yang di update terakhir tahun 2013

Varietas

TT (cm)

Umur (hari)

Hasil (Ton/ha)

Warna Biji

No.6c (1970) UPCA-S2(1972) KD4 (1973) Keris (1983) UPCA-S1 (1985) Badik (1986) Negari Genjah (1986) Mandau (1991) Sangkur (1991) Kawali (2001) Numbu (2001)

165-238 180-210 140-180
80-125 140-160 145 +/-145
153 150-180 +/- 135 +/-180

96-106 105-110 90-100
70-80 90-100 80-85 81

4.6-6.0 4.0-4.9 +/-4.0 2.5 +/-4.0 3.0-3.5 3.4-4.0

91 82-96 +/-100-110 +/-100-105

4.5-5.0 3.6-4.0 2.96 3.11

Coklat Coklat Putih kapur Putih kotor Putih kapur Putih kapur
Coklat muda Coklat muda Krem Krem

Sumber http://balitsereal.litbang.deptan.go.id

Kebanyakan dari varietas sorgum merupakan hasil persilangan galur

murni dari varietas lokal atau hasil seleksi dari persilangan beberapa varietas

sorgum (Thakur, 1980). Varietas sorgum di Indonesia masih sedikit dan

rendahnya perkembangan tanaman sorgum, hal ini disebabkan oleh rendahnya

keragaman genetik dan produktivitas dari tanaman tersebut. Umur panen tanaman

merupakan salah satu pertimbangan bagi petani dalam memilih varietas. Petani

umumnya memilih varietas genjah (umur 89-95 hari). Dalam deskripsi varietas

tanaman, sering kali suatu varietas dikelompokkan berdasarkan umur panen yaitu

genjah, sedang dan dalam. Dikatakan varietas berumur dalam jika umur panen

Universitas Sumatera Utara

lebih dari 95 hari (Soebandi, 1988). Varietas Numbu beradaptasi baik pada lahan kering masam, dengan hasil 5 ton/ha, tahan terhadap penyakit karat dan bercak daun. Varietas Kawali dicirikan oleh tanaman yang pendek (135 cm) dan malai yang agak tertutup, sehingga kurang disenangi oleh burung. Kedua varietas ini mempunyai umur dalam, berkisar antara 100-110 hari (Singgih dan Hamdani 2002).
Ekologi Pertumbuhan Sorgum relatif lebih dapat beradaptasi pada kisaran kondisi ekologi yang
luas. Tanaman sorgum, mempunyai keistimewaan lebih tahan terhadap kekeringan dan genangan bila dibandingkan dengan tanaman palawija lainnya serta dapat tumbuh hampir disetiap jenis tanah. Tanaman ini dapat tumbuh baik pada tanah-tanah berat yang sering kali tergenang. Sorgum juga dapat tumbuh pada tanah-tanah berpasir. la dapat tumbuh pada pH tanah berkisar 5,0-5,5 dan lebih bertoleransi terhadap salin (garam) tanah dari pada jagung (Laemeheriwa, 1990). Suhu optimum untuk pertumbuhan sorgum berkisar antara 23°C-30°C dengan kelembaban relatif 20-40%. Pada daerah-daerah dengan ketinggian 800 m diatas permukaan laut dimana suhunya kurang dari 20°C, pertumbuhan tanaman akan terhambat. Selama pertumbuhan tanaman, curah hujan yang diperlukan adalah berkisar antara 375 - 425 mm.
Laju pertumbuhan tanaman sorgum lebih cepat, umurnya hanya empat bulan sedangkan tebu 7-9 bulan, kebutuhan benih sorgum 5-10 kg/ha, sedangkan tebu 4.500-6.000 stek batang/ha. Menurut Almodares dan Hadi (2008), sorgum selain lebih adaptif terhadap perubahan iklim (kekeringan dan genangan) juga
Universitas Sumatera Utara

potensial dimanfaatkan sebagai bahan baku bioetanol melalui fermentasi bagase, nira batang, dan biji.
Manfaat Sorgum Selain sebagai pengganti bahan pangan, sorgum juga memiliki banyak
manfaat. Sorgum bisa dijadikan sebagai bahan bakar nabati (biofuel), merupakan salah satu bahan yang berpotensi sebagai bahan baku etanol (Murty dan Sahni, 1990; Goldsworthy dan Fisher, 1992). Sementara itu batang dari sorgum manis (sweet sorghum) dapat diperas niranya untuk bahan pembuatan gula atau jiggery, bir, kertas, plastic bio, sirup, pati dan bermacam-macam makanan olahan (Murty dan Sahni, 1990). Selain itu sorgum juga dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak unggas (biji) maupun ternak ruminansia untuk batang dan daunnya, serta sebagai bahan bangunan untuk batangnya (Goldsworthy dan Fisher, 1992). Beberapa varietas sorgum yang memiliki malai yang panjang bisa dimanfaatkan menjadi sapu. Sorgum mengandung komponen fitokimia seperti tannin, asam fenolat, antosianin, fitosterol dan polikosanol yang secara signifikan mempengaruhi kesehatan (Awika dan Rooney, 2004). Beberapa penelitian melaporkan bahwa komponen bioaktif yang terdapat dalam sorgum berfungsi sebagai anti oksidan dan dapat menurunkan kadar kolesterol darah (Cho et al, 2000). Ekstrak sorgum dapat meningkatkan poliferasi sel limfosit (2-71%). Ekstrak sorgum mampu menghambat pertumbuhan sel kanker kolon raji hingga 80.08%. Hasil penelitian menujukkan bahwa ekstrak sorgum mampu menghambat poliferasi sel kanker (Shih et al, 2007; Awika et al. 2009).
Beberapa jenis makanan dari sorgum berdasarkan cara pengolahannya (Reddy et al. 1995; Vogel dan Graham, 1979, dalam Sirappa, 2003) yaitu:
Universitas Sumatera Utara

1) makanan sejenis roti tanpa ragi misalnya chapatti dan tortilla, 2) makanan sejenis roti dengan ragi misalnya injera, kisia dan dosai, 3) makanan bentuk bubur kental misalnya to, tuwu, ugali, bagobe, sankati, 4) makanan bentuk bubur cair misalnya, ogi, ugi, ambili, edi, 5) makanan camilan misalnya pop sorgum, tape sorgum, emping sorgum, 6) sorgum rebus misalnya urap sorgum.
Gulma Sebagai TumbuhanPesaing Kompetisi sebagai sebuah aksi berusaha mendapatkan apa yang lain yang
bisa didapatkan dengan berusaha keras pada saat yang bersamaan (Zimdahl., 2004), juga merupakan interaksi antara tanaman-tanaman dan lingkungan dimana selama pertumbuhannya mengubah lingkungan sekitarnya dan perubahan lingkungan mempengaruhi pertumbuhan dan komponen tanaman (Aspinal dan Milthorpe, 1959 dalam Zimdahl, 2004).
Tingkat persaingan antara tanaman dan gulma bergantung pada empat faktor yaitu stadia pertumbuhan tanaman, kerapatan gulma, tingkat cekaman air dan hara serta species gulma (Fadly et al, 2004). Untuk meminimalkan dampak dari kehadiran gulma Bengal dayflower pada tanaman kacang, petani perlu menjaga tanaman kacang mereka agar bebas dari gulma Bengal dayflower antara 3 dan 7 minggu setelah munculnya kacang (Webster et al, 2007).
Pengaruh gulma terhadap tanaman dapat terjadi secara langsung yaitu dalam hal bersaing untuk mendapatkan unsur hara, air, cahaya dan ruang tumbuh. Secara tidak langsung sejumlah gulma merupakan inang dari hama dan penyakit (Moenandir et al, 1996). Daya saing tanaman dengan gulma tidak selalu meningkat dengan penambahan nutrient (Bhaskar dan Vyas, 1988), walaupun respon gulma berbeda terhadap nutrient yang bervariasi (Hoveland et al, 1976,
Universitas Sumatera Utara

dalam Ugen et al, 2002). Daya saing kacang dengan gulma terkait dengan i

Dokumen yang terkait

RESPONS PERTUMBUHAN DAN HASIL BEBERAPA VARIETAS TANAMAN SORGUM (Sorgum bicolor (L.) Moench) RATOON I TERHADAP APLIKASI BAHAN ORGANIK TANAMAN SORGUM PERTAMA

6 33 48

PENGARUH KERAPATAN TANAMAN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL BEBERAPA VARIETAS SORGUM (Sorghum bicolor (L.) Moench)

1 18 55

PENGARUH KERAPATAN TANAMAN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL BEBERAPA VARIETAS SORGUM (Sorghum bicolor (L.) Moench)

2 13 55

PENGARUH JENIS DAN TINGKAT KERAPATAN GULMA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN SORGUM (Sorghum bicolor L.)

1 11 56

PEngaruh Jarak Tanam dan Varietas terhadap Berbagai Penyakit Pada Tanaman Sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench.)

1 5 102

Identifikasi Periode Kritis Dengan Uji Interval Bebas Gulma Dalam Berbagai Varietas Pada Tanaman Sorgum ( Sorgum bicolor L.) Muench Dilihat Pada Aspek Pertumbuhan Vegetatif

0 0 12

Identifikasi Periode Kritis Dengan Uji Interval Bebas Gulma Dalam Berbagai Varietas Pada Tanaman Sorgum ( Sorgum bicolor L.) Muench Dilihat Pada Aspek Pertumbuhan Vegetatif

0 0 6

Identifikasi Periode Kritis Dengan Uji Interval Bebas Gulma Dalam Berbagai Varietas Pada Tanaman Sorgum ( Sorgum bicolor L.) Muench Dilihat Pada Aspek Pertumbuhan Vegetatif

0 0 15

IDENTIFIKASI PERIODE KRITIS DENGAN UJI INTERVAL BEBAS GULMA PADA DUA VARIETAS TANAMAN SORGUM (Sorghum bicholor L.) Muench DILIHAT PADA ASPEK PERTUMBUHAN VEGETATIF TESIS

0 0 16

PENGARUH KADAR AIR TANAH DAN BOKASHI DAUN GAMAL TERHADAP PERTUMBUHAN VEGETATIF TANAMAN SORGUM (Sorghum Bicolor L.)

0 0 8