PENGARUH JENIS DAN TINGKAT KERAPATAN GULMA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN SORGUM (Sorghum bicolor L.)

ABSTRAK
PENGARUH JENIS DAN TINGKAT KERAPATAN GULMA TERHADAP
PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN SORGUM
(Sorghum bicolor L.)

Oleh
DITA ANGGERAINI

Sorgum merupakan salah satu jenis tanaman serealia yang mempunyai potensi
besar untuk dikembangkan. Sorgum berguna sebagai sumber bahan pangan,
pakan ternak, maupun bahan baku bermacam industri. Sorgum berpotensi untuk
dikembangkan dengan penerapan budidaya yang tepat, salah satunya
pemeliharaan yang optimal. Pemeliharaan tanaman yang kurang optimal
mengakibatkan rendahnya produksi. Pemeliharaan salah satunya yaitu
pengendalian gulma. Gulma dapat menimbulkan persaingan dengan tanaman
budidaya untuk memperebutkan sarana tumbuh. Jenis dan kerapatan gulma
berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman sorgum.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) pengaruh jenis gulma terhadap
pertumbuhan dan produksi tanaman sorgum, (2) pengaruh kerapatan gulma
terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman sorgum, dan (3) adanya interaksi
antara jenis dan kerapatan gulma dalam mempengaruhi pertumbuhan gulma, serta

pertumbuhan dan produksi tanaman sorgum. Penelitian ini dilaksanakan di
Lampung Selatan dan Laboratorium Gulma Universitas Lampung pada bulan

Dita Anggeraini
Desember 2014 sampai April 2015. Perlakuan disusun secara faktorial dalam
Rancangan Petak Berjalur dengan 3 kali ulangan. Faktor pertama adalah tiga jenis
gulma yaitu Asystasia gangetica, Cyperus rotundus, dan Rottboelia exaltata.
Faktor kedua adalah kerapatan 0, 10, 20, 40, dan 80 gulma/m2. Bila asumsi
terpenuhi, data dianalisis ragam dan dilanjutkan dengan uji beda nyata terkecil
(BNT) pada taraf 5%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Jenis gulma
mempengaruhi pertumbuhan dan komponen hasil yang meliputi tinggi tanaman
dan diameter batang 3 MST, bobot 100 butir pada KA14%, serta bobot basah dan
kering brangkasan, (2) Kerapatan 80 gulma/m2 mempengaruhi tinggi tanaman 3
dan 9 MST, jumlah daun 6 MST, diameter batang 3, 6, dan 9 MST, bobot 100
butir pada KA 14%, bobot biji kering sorgum , dan bobot brangkasan basah
tanaman, dan (3) Jenis dan kerapatan gulma mempengaruhi pertumbuhan dan
komponen hasil tanaman sorgum, serta terdapat interaksi dalam mempengaruhi
persentase penutupan gulma 3, 6, dan 9 MST, bobot kering tajuk gulma, bobot
kering akar dan umbi gulma, dan bobot kering total gulma.


Kata kunci: sorgum, gulma, persaingan

PENGARUH JENIS DAN TINGKAT KERAPATAN GULMA TERHADAP
PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN SORGUM
(Sorghum bicolor L.)

Oleh
DITA ANGGERAINI

Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar
SARJANA PERTANIAN
pada
Jurusan Agroteknologi

FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2015


SURAT PER}IYATAAI{

Saya yang bertandatangan di bawah

ini, menyatakan bahwa skripsi saya yang

berjudul : '(Pengaruh Jenis dan Tingkat Kerapatan Gulma terhadap
Pertu-uqbp,hau dan Prcduhsi

T&nauan Sorgum- ($orghwn bicotsrL)"

merupakqn hasil karya sendiri dan bukan hasil karya orang lain. Semua hasil
yang tertuang dalam skripsi ini telah mengikuti kaidah penulisan karya ilmiah
Uldver$itfl$ Lampung, Apabila drkenudianhari terbukti bahwa skripsi

ini

merupakgn hasil salinan atau dibuat oleh orang lai4 maka saya bersedia
menerima sanksi sesuai dengan ketentuan akademik yang berlaku.


Bandar larnpung, September 2015
P-enulis,

Dita Anggeraini
r\tPM tt+4121o66

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandung, Jawa Barat pada tanggal 29 Mei 1993, sebagai
anak kedua dari lima bersaudara, dari Bapak M. Nasir dan Ibu Riniati.
Pendidikan Taman Kanak-kanak (TK) Dwi Tunggal diselesaikan tahun 1999,
Sekolah Dasar (SD) diselesaikan di SD Negeri 1 Beringin Raya, Bandar Lampung
pada tahun 2005, Sekolah Menengah Pertama (SMP) di SMP Negeri 14 Bandar
Lampung pada tahun 2008, dan Sekolah Menengah Atas (SMA) di SMA Negeri 7
Bandar Lampung pada tahun 2011. Penulis terdaftar sebagai mahasiswa Jurusan
Agroteknologi Fakultas Pertanian melalui jalur SNMPTN Undangan Tahun 2011.
Selama menjadi mahasiswa, penulis pernah menjadi asisten praktikum Dasardasar Pengendalian Tanaman, Pengelolaan Gulma Perkebunan, dan Klimatologi
Pertanian, serta aktif di Perhimpunan Mahasiswa Agroteknologi (Perma AGT)
Unila. Pada tahun 2014, penulis melakukan Praktik Umum di Laboratorium
Kultur Jaringan Kebun Raya Bogor, Jawa Barat, yang berjudul “Perbanyakan

Tanaman Kantong Semar (Nepenthes gracilis) Secara In Vitro di Pusat
Konservasi Tumbuhan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia Kebun Raya
Bogor”. Selain itu penulis juga melaksanakan Kuliah Kerja Nyata di Kalianda,
Lampung Selatan pada tahun 2014.

Skripsi ini penulis persembahkan untuk:
Orang tua tercinta
Keluarga
Almamater Universitas Lampung
Teman Seperjuangan
Bangsa Indonesia
Masa Depan Penulis

“Barang siapa yang memudahkan urusan orang lain, pasti Allah akan
memudahkan urusannya di dunia dan di akhirat.”

(HR. Muslim)
“Mulai” adalah kata yang penuh kekuatan. Cara terbaik untuk menyelesaikan
sesuatu adalah, “mulai”. Tapi juga mengherankan, pekerjaan apa yang dapat
kita selesaikan kalau kita hanya memulainya.

(Clifford Warren)
“Bukanlah hidup jika tidak ada masalah
Bukanlah sukses jika tidak melalui rintangan
Bukanlah menang jika tidak dengan pertarungan
Bukanlah lulus jika tidak ada ujian
Bukanlah berhasil jika tidak berusaha”
(Anonim)

SANWACANA

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT karena atas izin, rahmat, dan
hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Pada kesempatan ini
penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. Bapak Ir. Dad R.J. Sembodo, M.S., selaku ketua tim penguji dan pembimbing
pertama yang telah memberikan saran, pengarahan, semangat, motivasi,
kesabaran, dan waktu yang sangat berharga dalam membimbing penulis selama
penelitian hingga penyelesaian skripsi.
2. Bapak Ir. Sunyoto, M.Agr., selaku sekretaris tim penguji dan pembimbing
kedua yang telah memberikan saran, pengarahan, bimbingan, dan kesabaran
selama penulis menyelesaikan skripsi.

3. Bapak Ir. Herry Susanto, M.P., selaku penguji bukan pembimbing dan
pembimbing akademik yang telah memberikan saran, bantuan, arahan untuk
perbaikan skripsi dan bimbingan selama menjadi mahasiswa Agroteknologi.
4. Bapak Prof. Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S., selaku Dekan Fakultas Pertanian
dan Bapak Dr. Ir. Kuswanta Futas Hidayat, M.P., selaku Ketua Program Studi
Agroteknologi.
5. Seluruh dosen-dosen Program Studi Agroteknologi yang telah memberikan
ilmu pengetahuan dan pengalaman yang berharga selama penulis mmenjadi
mahasiswa di Fakultas Pertanian Universitas Lampung.

ii
6. Ayah, Ibu, kakak, dan adik, serta seluruh keluarga besar penulis yang telah
memberikan kasih sayang, dukungan, semangat, bantuan, moril, dan materiil,
serta doa yang tiada henti sampai penulis berhasil menyelesaikan skripsi ini.
7. Teman-teman seperjuangan: Dwi Haryati, Eka Erliyana, Chintya Ayu
Alvionita, Deasy Maya Sari, Agatha Christia, Dini Ari Murti, Hesti Tanu
Aryani, Ria Pratiwi, Risa Nurfaizah, Tio Paragon Ritonga, dan Dera Fungky
Ellezandi untuk kerjasama dan bantuan meraka kepada penulis selama
menyelesaikan skripsi ini.
8. Pak Khoiri, Pak Gono, serta pekerja lain yang tidak bisa disebutkan satu

persatu yang telah membantu dalam penelitian ini di lapangan.
9. Teman-teman yang membantu dalam menyelesaikan skripsi: Eka Rentina
Simarmata, Edi Susanto, Dedi Setiawan, bang Mustajab, dan bang Nico, serta
teman-teman Agroteknologi 2011 kelas B yang tidak bisa disebutkan satupersatu.

Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Amiin.

Bandar Lampung, September 2015
Penulis,

Dita Anggeraini

DAFTAR ISI

Halaman
................................................................................

v

DAFTAR GAMBAR


............................................................................

x

I. PENDAHULUAN

............................................................................

1

DAFTAR TABEL

1.1 Latar Belakang dan Masalah

......................................................

1

1.2 Tujuan Penelitian ...........................................................................


4

1.3 Landasan Teori

5

...........................................................................

1.4 Kerangka Pemikiran

...................................................................

7

.....................................................................................

9

..................................................................


10

2.1 Tanaman Sorgum

........................................................................

10

2.2 Morfologi Sorgum

.......................................................................

11

...........................................................................

11

1.5 Hipotesis

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.3 Syarat Tumbuh

2.4 Gulma Secara Umum

.................................................................

2.5 Kompetisi Gulma dengan Tanaman

12

...........................................

13

.........................................................

15

2.6.1 Gulma Golongan Rumputan ............................................
2.6.2 Gulma Golongan Berdaun Lebar .....................................
2.6.3 Gulma Golongan Teki ......................................................

15
16
17

2.6 Deskripsi Gulma Dominan

2.7 Periode Kritis

..............................................................................

19

..............................................................

20

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian .........................................................

20

3.2 Bahan dan Alat

20

III. BAHAN DAN METODE

...........................................................................

vi
3.3 Metode Penelitian
3.4 Analisis Data

.......................................................................

21

..............................................................................

21

3.5 Pelaksanaan Penelitian

................................................................

21

3.5.1 Persiapan Lahan dan Pembuatan Petak Perlakuan .........
3.5.2 Penanaman Benih Sorgum ................................................
3.5.3 Penanaman Gulma ...........................................................
3.5.4 Pemeliharaan ...................................................................

21
22
23
23

3.6 Pengamatan

................................................................................

24

......................................................

29

.................................................................

29

4.1.1 Persentase Penutupan Gulma ..........................................
4.1.2 Bobot Kering Gulma .........................................................

29
35

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Pertumbuhan Gulma

4.2 Pertumbuhan Tanaman

.............................................................

40

4.2.1 Tinggi Tanaman Sorgum
.................................................
4.2.2 Jumlah Daun Tanaman Sorgum ......................................
4.2.3 Diameter Batang Tanaman Sorgum ................................

40
43
46

4.3 Komponen Hasil dan Hasil Tanaman

........................................

49

4.3.1 Panjang Malai Sorgum ...................................................
4.3.2 Bobot 100 Butir pada Kadar Air 14% ............................
4.3.3 Bobot Biji Kering per Malai ...........................................
4.3.4 Bobot Brangkasan Basah dan Kering Tanaman Sorgum ..
4.3.5 Produksi Sorgum ..............................................................

49
51
53
55
57

.....................................................

61

...............................................................................

61

.........................................................................................

62

.............................................................................

63

.........................................................................................

66

V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran

PUSTAKA ACUAN
LAMPIRAN

DAFTAR TABEL

Tabel
1.

Halaman
Pengaruh jenis dan tingkat kerapatan gulma pada penutupan
gulma 3 MST. ..............................................................................

32

Pengaruh jenis dan tingkat kerapatan gulma pada penutupan
gulma 6 MST. .. ............................................................................

33

Pengaruh jenis dan tingkat kerapatan gulma pada penutupan
gulma 9 MST. . .............................................................................

34

Pengaruh jenis dan tingkat kerapatan gulma pada bobot kering
tajuk gulma. .................................................................................

37

Pengaruh jenis dan tingkat kerapatan gulma pada bobot kering
akar dan umbi gulma. . .................................................................

38

Pengaruh jenis dan tingkat kerapatan gulma pada bobot kering
total gulma. ..................................................................................

39

Pengaruh jenis dan tingkat kerapatan gulma pada tinggi tanaman
sorgum pada umur 3, 6, dan 9 MST. . ..........................................

40

Pengaruh jenis dan tingkat kerapatan gulma pada jumlah daun
tanaman sorgum pada umur 3, 6, dan 9 MST. ...........................

44

Pengaruh jenis dan tingkat kerapatan gulma pada diameter
batang tanaman sorgum pada umur 3, 6, dan 9 MST. .................

47

10. Pengaruh jenis dan tingkat kerapatan gulma pada panjang malai
tanaman sorgum. .........................................................................

49

11. Pengaruh jenis dan tingkat kerapatan gulma pada bobot 100
butir. ............................................................................................

51

12. Pengaruh jenis dan tingkat kerapatan gulma pada bobot biji per
malai. .....................................................................

53

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

vi
13. Pengaruh jenis dan tingkat kerapatan gulma pada bobot brangkasan
basah dan kering tanaman sorgum. .................................................

55

14. Pengaruh jenis dan tingkat kerapatan gulma pada produksi sorgum
dengan KA 14%. .............................................................................

58

15. Penutupan gulma pada 3 MST (%). .................................................

67

16. Alih skala data penutupan gulma pada 3 MST (%): √√√(x+0,5). ...

68

17. Uji tukey untuk kemenambahan model terhadap nilai tengah
persentase penutupan gulma pada 3 MST.
...................................

69

18. Analisis ragam persentase penutupan gulma pada 3 MST.

...........

69

..............................................

70

20. Alih skala data penutupan gulma pada 6 MST (%):√√√(x+0,5). .....

71

21. Uji tukey untuk kemenambahan model terhadap nilai tengah
persentase penutupan gulma pada 6 MST. ......................................

72

22. Analisis ragam persentase penutupan gulma pada 6 MST. .............

72

23. Persentase penutupan gulma pada 9 MST (%). ...............................

73

24. Alih skala data penutupan gulma pada 9 MST (%):√√√(x+0,5). .....

74

25. Uji tukey untuk kemenambahan model terhadap nilai tengah
persentase penutupan gulma pada 9 MST. ......................................

75

26. Analisis ragam persentase penutupan gulma pada 9 MST. .............

75

27. Bobot kering tajuk gulma (g/0,5 m2). ..............................................

76

28. Alih skala data bobot kering tajuk gulma (g/0,5 m2): √√√(x+0,5). ..

77

19. Penutupan gulma pada 6 MST (%).

29. Uji tukey untuk kemenambahan model terhadap nilai tengah pada
bobot kering tajuk gulma (g). .........................................................

78

30. Analisis ragam bobot kering tajuk gulma (g). ..................................

78

31. Bobot kering akar dan umbi gulma (g/0,5m2). .................................

79

32. Alih skala data bobot kering akar dan umbi gulma (g/0,5m2):
√√√(x+0,5). ...................................................................................

80

vii
33. Uji tukey untuk kemenambahan model terhadap nilai tengah bobot
kering akar dan umbi gulma. .........................................................

81

34. Analisis ragam bobot kering akar dan umbi gulma.

......................

81

35. Bobot kering total gulma (g/0,5m2). ................................................

82

36. Alih skala data bobot kering total gulma (g/0,5m2):√√√(x+0,5). ...

83

37. Uji tukey untuk kemenambahan model terhadap nilai tengah bobot
kering total gulma. ...........................................................................

84

38. Analisis ragam bobot kering total gulma. .......................................

84

39. Tinggi tanaman sorgum pada 3 MST.

.............................................

85

40. Uji tukey untuk kemenambahan model terhadap nilai tengah tinggi
tanaman pada 3 MST. ......................................................................

86

41. Analisis ragam tinggi tanaman sorgum pada 3 MST. ......................

86

42. Tinggi tanaman sorgum pada 6 MST. ..............................................

87

43. Uji tukey untuk kemenambahan model terhadap nilai tengah tinggi
tanaman sorgum pada 6 MST. .........................................................

88

44. Analisis ragam tinggi tanaman sorgum pada 6 MST.

....................

88

............................................

89

46. Uji tukey untuk kemenambahan model terhadap nilai tengah tinggi
tanaman sorgum pada 9 MST. .......................................................

90

47. Analisis ragam tinggi tanaman sorgum pada 9 MST.

....................

90

..................................

91

49. Alih skala data jumlah daun tanaman sorgum 3 MST:
√√√(x+0,5).
..................................................................................

92

45. Tinggi tanaman sorgum pada 9 MST.

48. Jumlah daun tanaman sorgum pada 3 MST.

50. Uji tukey untuk kemenambahan model terhadap nilai tengah jumlah
daun tanaman sorgum pada 3 MST. ................................................

93

51. Analisis ragam jumlah daun tanaman sorgum pada 3 MST. ...........

93

52. Jumlah daun tanaman sorgum pada 6 MST.

94

...................................

viii
53. Uji tukey untuk kemenambahan model terhadap nilai tengah jumlah
daun tanaman sorgum pada 6 MST. .................................................

95

54. Analisis ragam jumlah daun tanaman sorgum pada 6 MST.

..........

95

...................................

96

56. Alih skala data jumlah daun tanaman sorgum 9 MST :
√√√(x+0,5). ....................................................................................

97

55. Jumlah daun tanaman sorgum pada 9 MST.

57. Uji tukey untuk kemenambahan model terhadap nilai tengah jumlah
daun tanaman sorgum pada 9 MST. ................................................

98

58. Analisis ragam jumlah daun tanaman sorgum pada 9 MST. ...........

98

59. Diameter batang tanaman sorgum pada 3 MST. ..............................

99

60. Uji tukey untuk kemenambahan model terhadap nilai tengah diameter
batang tanaman sorgum pada 3 MST. .............................................

100

61. Analisis ragam diameter batang tanaman sorgum pada 3 MST. .......

100

62. Diameter batang tanaman sorgum pada 6 MST.

101

.............................

63. Uji tukey untuk kemenambahan model terhadap nilai tengah diameter
batang tanaman sorgum pada 6 MST. ............................................

102

64. Analisis ragam diameter batang tanaman sorgum pada 6 MST. .......

102

65. Diameter batang tanaman sorgum pada 9 MST.

103

.............................

66. Uji tukey untuk kemenambahan model terhadap nilai tengah diameter
batang tanaman sorgum pada 9 MST. .............................................

104

67. Analisis ragam diameter batang tanaman sorgum pada 9 MST. .......

104

68. Panjang malai tanaman sorgum. ......................................................

105

69. Uji tukey untuk kemenambahan model terhadap nilai tengah panjang
malai tanaman sorgum. ....................................................................

106

70. Analisis ragam panjang malai tanaman sorgum. .............................

106

71. Bobot 100 butir pada tanaman sorgum.

..........................................

107

72. Uji tukey untuk kemenambahan model terhadap nilai tengah bobot
100 butir pada tanaman sorgum. ...................................................

108

ix
73. Analisis ragam bobot 100 butir pada tanaman sorgum.
74. Bobot biji per malai pada tanaman sorgum.

..................

108

..................................

109

75. Uji tukey untuk kemenambahan model terhadap nilai tengah bobot biji
malai. ...............................................................................................

110

76. Analisis ragam bobot biji per malai pada tanaman sorgum.

...........

110

.....................................

111

78. Uji tukey untuk kemenambahan model terhadap nilai tengah bobot
brangkasan basah tanaman sorgum. ................................................

112

79. Analisis ragam bobot brangkasan basah tanaman sorgum.

.............

112

....................................

113

81. Uji tukey untuk kemenambahan model terhadap nilai tengah bobot
brangkasan kering tanaman sorgum. ...............................................

114

82. Analisis ragam bobot brangkasan kering tanaman sorgum. ............

114

83. Produksi per petak panen.

115

77. Bobot brangkasan basah tanaman sorgum.

80. Bobot brangkasan kering tanaman sorgum.

...............................................................

84. Uji tukey untuk kemenambahan model terhadap nilai tengah produksi
per petak panen. .............................................................................

116

85. Analisis ragam produksi per petak panen.

116

.....................................

DAFTAR GAMBAR

Gambar

Halaman

1. Jenis gulma daun lebar, teki, dan rumput.
2. Tata letak perlakuan.

..................................

3

..................................................................

22

3. Tata letak lubang tanam per petak perlakuan.
4. Petak panen tanaman sorgum.

............................

23

...................................................

27

5. Pengambilan gulma di petak perlakuan.

....................................

28

6. Grafik pengaruh jenis gulma pada tinggi tanaman sorgum umur 3,
6, dan 9 MST. . ...........................................................................

42

7. Grafik pengaruh tingkat kerapatan gulma pada tinggi tanaman
sorgum umur3, 6, dan 9 MST. ...................................................

42

8. Grafik pengaruh jenis gulma pada jumlah daun tanaman sorgum
umur 3, 6, dan 9 MST. ...............................................................

45

9. Grafik pengaruh tingkat kerapatan pada jumlah daun tanaman
sorgum umur 3, 6, dan 9 MST. ...................................................

46

10. Grafik pengaruh jenis gulma pada diameter batang tanaman
sorgum umur 3, 6, dan 9 MST. ................................................

48

11. Grafik pengaruh tingkat kerapatan gulma pada diameter batang
tanaman sorgum umur 3, 6, dan 9 MST. ....................................

48

12. Grafik pengaruh jenis gulma pada panjang malai sorgum.

........

50

13. Grafik pengaruh tingkat kerapatan gulma pada panjang malai
sorgum. .......................................................................................

50

14. Grafik pengaruh jenis gulma pada bobot 100 butir sorgum.

52

.....

xi
15. Grafik pengaruh tingkat kerapatan gulma pada bobot 100 butir
sorgum. . ......................................................................................

52

16. Grafik pengaruh jenis gulma pada bobot biji per malai.

. ..........

54

17. Grafik pengaruh tingkat kerapatan gulma pada bobot biji per
malai. .........................................................................................

54

18. Grafik pengaruh jenis gulma pada bobot brangkasan basah dan
kering tanaman sorgum. . ..........................................................

56

19. Grafik pengaruh tingkat kerapatan gulma pada bobot brangkasan
basah dan kering tanaman sorgum. . .........................................

57

20. Grafik pengaruh jenis gulma pada produksi sorgum
perhektar. ..................................................................................

59

21. Grafik pengaruh tingkat kerapatan gulma pada produksi sorgum
perhektar. ..................................................................................

59

22. Gambar pertumbuhan gulma Asystasia gangetica pada
kerapatan 10 gulma/m2. ............................................................

117

23. Gambar pertumbuhan gulma Asystasia gangetica pada
kerapatan 20 gulma/m2. ............................................................

117

24. Gambar pertumbuhan gulma Asystasia gangetica pada
kerapatan 40 gulma/m2. ............................................................

117

25. Gambar pertumbuhan gulma Asystasia gangetica pada
kerapatan 80 gulma/m2.
...........................................................

117

26. Gambar pertumbuhan gulma Cyperus rotundus pada
kerapatan 10 gulma/m2.
...........................................................

118

27. Gambar pertumbuhan gulma Cyperus rotundus pada
kerapatan 20 gulma/m2.
...........................................................

118

28. Gambar pertumbuhan gulma Cyperus rotundus pada
kerapatan 40 gulma/m2.
...........................................................

118

29. Gambar pertumbuhan gulma Cyperus rotundus pada
kerapatan 80 gulma/m2.
...........................................................

118

30. Gambar pertumbuhan gulma Rottboelia exaltata pada
kerapatan 10 gulma/m2.
...........................................................

119

xii
31. Gambar pertumbuhan gulma Rottboelia exaltata pada
kerapatan 20 gulma/m2.
...........................................................

119

32. Gambar pertumbuhan gulma Rottboelia exaltata pada
kerapatan 40 gulma/m2.
...........................................................

119

33. Gambar pertumbuhan gulma Rottboelia exaltata pada
kerapatan 80 gulma/m2. ............................................................

119

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang dan Masalah

Sorgum merupakan salah satu jenis tanaman serealia yang mempunyai potensi
besar untuk dikembangkan di Indonesia karena mempunyai daerah adaptasi yang
luas. Tanaman sorgum mempunyai ketahanan tumbuh lebih baik dibanding tanaman
serealia lain di lahan kering dengan iklim kering, daya adaptasi agroekologi yang
luas, tahan terhadap kekeringan, produksi tinggi, perlu input lebih sedikit serta
lebih tahan terhadap hama dan penyakit (Sumarno dan Karsono 1996 dalam
Lindung, 2011).

Tanaman sorgum mempunyai prospek yang sangat baik untuk dikembangkan
secara komersial di Indonesia, tetapi perkembangannya tidak sebaik padi dan
jagung. Hal ini dikarenakan masih sedikitnya daerah yang memanfaatkan tanaman
sorgum sebagai bahan pangan. Peluang tersebut didukung bahwa sorgum berguna
sebagai sumber bahan pangan, pakan ternak, maupun bahan baku bermacam
industri.

Sebagai bahan pangan dan pakan ternak alternatif, sorgum memiliki kandungan
nutrisi yang baik, bahkan kandungan protein bijinya lebih tinggi dari pada beras.
Kandungan protein biji sorgum ternyata lebih tinggi sebesar 11 g per 100 g

2
dibandingkan kandungan protein beras sebesar 6,8 g per 100 g (Supriyanto, 2014).
Potensi sorgum untuk industri pakan ternak (pengganti jagung) juga cukup tinggi.
Sorgum berpotensi menggantikan terigu dan sebagai bahan perekat (Nurharini,
2013).

Sorgum berpotensi baik untuk dikembangkan dengan penerapan teknologi
budidaya yang tepat seperti penggunaan varietas unggul, pemupukan yang tepat,
serta pemeliharaan yang optimal. Pemeliharaan tanaman yang kurang optimal
akan mengakibatkan rendahnya produksi tanaman sorgum. Pemeliharaan
tanaman salah satunya yaitu pengendalian gulma.

Adanya gulma dapat menimbulkan persaingan antara tanaman dengan gulma.
Adanya persaingan gulma dapat mengurangi kemampuan tanaman untuk tumbuh
sehat dan normal. Persaingan atau kompetisi antara gulma dan tanaman yang
dibudidayakan, dalam menyerap unsur hara dan air dari dalam tanah, dan
penerimaan cahaya matahari untuk proses fotosintesis, menimbulkan kerugian
dalam produksi baik kualitas maupun kuantitas.

Pada lahan kering gulma tumbuh lebih awal dan populasinya lebih padat dan
menang bersaing dengan tanaman yang dibudidayakan, sehingga gulma seringkali
menjadi masalah utama setelah faktor air dalam sistem produksi tanaman di lahan
kering. Pada kondisi terjadi kekeringan pada bulan pertama tanaman
dibudidayakan, gulma mampu tumbuh dengan baik, dan dapat menghambat
pertumbuhan tanaman.

3
Faktor-faktor yang menentukan tingkat kompetisi gulma adalah jenis gulma,
kerapatan gulma, waktu kehadiran gulma, allelokimia, dan kultur teknis yang
diterapkan (Sembodo, 2010). Pada penelitian ini, akan diuji menggunakan jenis
gulma dan kerapatan gulma yang berbeda di pertanaman sorgum.

Perbedaan spesies gulma akan menentukan kemampuan bersaing karena sistem
fotosintesisnya bisa berbeda, kondisi perakaran berbeda dan keadaan morfologi
tanaman juga berbeda. Kerapatan gulma sangat berpengaruh terhadap
pertumbuhan tanaman budidaya. Semakin rapat gulma, persaingan yang terjadi
antara gulma dan tanaman pokok semakin hebat, pertumbuhan tanaman pokok
semakin terhambat, dan hasilnya semakin menurun. Hubungan antara kerapatan
gulma dan pertumbuhan atau hasil tanaman pokok merupakan suatu korelasi
negatif (Moenandir, 1993).

Penelitian ini menggunakan beberapa jenis gulma yang biasa tumbuh di lahan
kering yaitu Asystasia gangetica, Cyperus rotundus, dan Rottboelia exaltata.

a

b

Gambar 1. Jenis gulma daun lebar, teki, dan rumput
Keterangan:
a : Asystasia gangetica
b : Cyperus rotundus
c : Rottboelia exaltata

c

4
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui tingkat kompetisi antara beberapa jenis
gulma yang tumbuh di pertanaman sorgum pada tingkat kerapatan yang berbeda
terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman sorgum.

Percobaan ini dilakukan untuk menjawab masalah yang dirumuskan dalam
pertanyaan sebagai berikut:
1.

Bagaimana pengaruh jenis gulma terhadap pertumbuhan dan produksi
tanaman sorgum?

2.

Bagaimana pengaruh kerapatan gulma terhadap pertumbuhan dan produksi
tanaman sorgum?

3.

Apakah ada interaksi antara jenis dan kerapatan gulma terhadap
pertumbuhan gulma, serta pertumbuhan dan produksi tanaman sorgum?

1.2 Tujuan Penelitian

Berdasarkan identifikasi dan perumusan masalah, tujuan penelitian dirumuskan
sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pengaruh jenis gulma terhadap pertumbuhan dan produksi
tanaman sorgum.
2. Untuk mengetahui pengaruh kerapatan gulma terhadap pertumbuhan dan
produksi tanaman sorgum.
3. Untuk mengetahui adanya interaksi antara jenis dan kerapatan gulma dalam
mempengaruhi pertumbuhan gulma, serta pertumbuhan dan produksi tanaman
sorgum.

5
1.3 Landasan Teori

Gulma merupakan tumbuhan yang merugikan manusia sehingga manusia
berusaha untuk mengendalikannya. Cahaya, air, dan nutrisi adalah unsur-unsur
utama yang selalu diperebutkan bagi dua jenis tumbuhan yang berbeda dan
keberadaannya berdekatan. Peristiwa perebutan tersebut dikenal dengan istilah
persaingan. Hal ini terjadi apabila unsur yang diperlukan tersebut dalam jumlah
yang terbatas. Persaingan itu terjadi apabila tumbuhan tersebut berdekatan
sehingga akan terjadi interaksi.

Gulma dan tanaman memiliki kebutuhan sarana tumbuh (cahaya, air, ruang
tumbuh, dan hara) yang sama. Semakin lama jangka waktu kehadiran gulma
bersama tanaman akan semakin besar penurunan hasil akibat proses kompetisi
yang terjadi (Moenandir, 1993).

Gulma memiliki sifat yang berbeda dengan tanaman, yaitu kompetetif, persisten,
dan merugikan. Faktor-faktor yang menentukan derajat kompetisi gulma adalah
jenis gulma, kerapatan gulma, waktu kehadiran gulma, allelokimia, dan kultur
teknis. Gulma selalu ada sepanjang masa karena jumlah biji yang dihasilkan
banyak, memiliki masa hidup yang panjang karena adanya sifat dorman, dan
mudah terangkut ke lain tempat (Sembodo, 2010).

Kompetisi ialah satu bentuk hubungan antar dua individu atau lebih yang
mempunyai pengaruh negatif bagi kedua pihak. Kompetisi dalam suatu
komunitas tanaman terjadi karena terbatasnya ketersediaan sarana tumbuh yang

6
dibutuhkan oleh tanaman untuk tumbuh normal (Aldrich, 1984 dalam Marpaung,
2013).

Sifat-sifat karakteristik yang dimiliki oleh gulma maupun tanaman budidaya
sangat mempengaruhi derajat kompetisi dan dimodifikasi oleh faktor lingkungan
seperti iklim, perilaku tanah, dan organisme pengganggu tanaman.

Kompetisi untuk memperebutkan sarana tumbuh disebut kompetisi langsung.
Jenis kompetisi yang lain yaitu kompetisi tak langsung yang terjadi melalui proses
penghambatan pertumbuhan akibat adanya senyawa kimia (allelokimia) yang
dikeluarkan oleh tumbuhan yang berada di dekatnya. Proses penghambatan
pertumbuhan akibat adanya senyawa allelokimia ini disebut allelopati
(Moenandir, 1990).

Kompetisi terjadi sejak awal pertumbuhan tanaman. Semakin dewasa tanaman,
maka tingkat kompetisinya semakin meningkat hingga suatu saat akan mencapai
klimaks kemudian akan menurun secara bertahap. Saat tanaman peka terhadap
kompetisi gulma disebut periode kritis (Soejono, 2009).

Derajat kompetisi tertinggi terjadi pada saat periode kritis pertumbuhan. Hal
tersebut disebabkan keberadaan gulma sangat berpengaruh negatif terhadap
pertumbuhan dan produksi tanaman. Periode kritis ialah periode atau saat dimana
gulma dan tanaman budidaya berada dalam keadaan saling berkompetisi secara
aktif (Zimdahl, 1980 dalam Syam, Yenni, dan Khainur, 2013).

Keberadaan gulma di suatu lahan kering tidak dikehendaki karena (1)
menurunkan hasil produksi akibat bersaing dalam pengambilan unsur hara, air,

7
sinar matahari, dan ruang tumbuh dengan tanaman pokok, (2) menurunkan
kualitas hasil produksi tanaman pokok, (3) menimbulkan senyawa beracun yang
dapat mengganggu pertumbuhan tanaman, (4) menjadi inang alternative bagi
hama dan pathogen, dan (5) meningkatkan biaya usahatani (Sukman dan Yakup,
2002).

1.4 Kerangka Pemikiran

Berdasarkan landasan teori yang telah dikemukakan, berikut ini disusun kerangka
pemikiran untuk memberikan penjelasan teoritis terhadap perumusan masalah.
Sorgum merupakan salah satu jenis tanaman serealia yang mempunyai potensi
besar untuk dikembangkan di Indonesia karena mempunyai daerah adaptasi yang
luas. Tanaman sorgum mempunyai ketahanan tumbuh lebih baik dibanding tanaman
serealia lain. Sorgum berpotensi baik untuk dikembangkan dengan penerapan
teknologi budidaya yang tepat seperti penggunaan varietas unggul, pemupukan
yang tepat, serta pemeliharaan yang optimal. Pemeliharaan tanaman yang kurang
optimal akan mengakibatkan rendahnya produksi tanaman sorgum. Sehingga
harus dilakukan pemeliharaan dengan cara pengendalian gulma untuk mengurangi
kehilangan hasil pertanian.

Pengendalian gulma sangat penting untuk dilakukan karena gulma dapat secara
langsung menurunkan produksi tanaman akibat kompetisi yang disebabkannya.
Gulma merupakan salah satu faktor pembatas produksi tanaman. Gulma
menyerap hara dan air lebih cepat dibanding tanaman pokok.

8
Kompetisi merupakan persaingan antara dua organisme atau lebih untuk
memperebutkan hal yang sama dalam hal antara lain unsur hara, cahaya, tempat
tumbuh, CO2, air, dan lain-lain. Kemampuan tanaman bersaing dengan gulma
ditentukan oleh spesies gulma, jenis tanaman yang ditanam, tingkat kesuburan
tanah, saat dan lama persaingan, serta kerapatan gulma. Perbedaan spesies gulma
akan menentukan kemampuan bersaing karena sistem fotosintesisnya bisa
berbeda, kondisi perakaran berbeda dan keadaan morfologi tanaman juga berbeda.
Pertumbuhan gulma yang cepat menyebabkan kompetisi unsur hara, air, cahaya,
dan ruang tumbuh sangat tinggi. Sementara pada waktu bersamaan tanaman
dalam kondisi yang peka terhadap persaingan penggunaan sarana tumbuh,
sehingga persaingan gulma mengakibatkan pertumbuhan tanaman terhambat dan
pada akhirnya produksi akan menurun.

Besarnya persaingan antara gulma dan tanaman ditentukan oleh kerapatan gulma
dan lamanya tumbuh bersama tanaman budidaya serta jenis gulma. Semakin
tinggi kerapatan gulma, semakin besar pula penekananya terhadap produksi
tanaman.

Persaingan yang terjadi antara gulma dan tanaman pada awal pertumbuhan akan
mengurangi kuantitas hasil, sedangkan persaingan yang terjadi menjelang panen
akan berpengaruh terhadap kualitas hasil. Besar kecilnya persaingan antara gulma
dan tanaman juga ditentukan oleh cara penanaman, umur varietas yang ditanam,
tingkat ketersediaan unsur hara, dan laju pertumbuhan.

Untuk mengetahui sebarapa besarkah pengaruh jenis gulma dan populasi mana
yang mempengaruhi pertumbuhan dan produksi tanaman sorgum, maka diambil

9
beberapa spesies gulma untuk mewakili setiap jenis gulma yang ada, yaitu gulma
berdaun lebar (Asystasia gangetica), gulma teki (Cyperus rotundus), dan gulma
rumput (Rottboelia exaltata).

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui tingkat kompetisi antara beberapa jenis
gulma yang tumbuh di pertanaman sorgum pada tingkat kerapatan yang berbeda
terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman sorgum.

1.5 Hipotesis

Dari kerangka pemikiran yang telah dikemukakan dapat disimpulkan hipotesis
sebagai berikut:
1. Antar jenis gulma pengaruhnya berbeda terhadap pertumbuhan dan produksi
tanaman sorgum.
2. Semakin rapat gulma maka semakin menekan pertumbuhan dan produksi
tanaman sorgum.
3. Adanya interaksi antara jenis dan kerapatan gulma dalam mempengaruhi
pertumbuhan gulma, serta pertumbuhan dan produksi tanaman sorgum.

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tanaman Sorgum

Sorgum (Sorghum bicolor L. Moench) banyak ditanam di daerah beriklim panas
dan daerah beriklim sedang. Sorgum dibudidayakan pada ketinggian 0-700 m di
atas permukaan laut. Ketinggian tempat optimum untuk pertanaman sorgum 500
mdpl. Semakin tinggi tempat pertanaman akan semakin memperlambat waktu
berbunga dari tanaman sorgum. Sorgum memerlukan suhu lingkungan 23°-34° C
tetapi suhu optimum berkisar antara 23° C dengan kelembaban relatif 20-40%.
Sorgum tidak terlalu peka terhadap keasaman (pH) tanah, tetapi pH tanah yang
baik untuk pertumbuhannya adalah 5,5-7,5 (Sucipto, 2010). Tanaman sorgum
tahan terhadap kekeringan, sebagai perbandingan satu kilogram bahan kering
sorgum hanya memerlukan sekitar 332 kg air selama pembudidayaan (Suprapto
dan Mudjisihono, 1987 dalam Lindung, 2011).

Klasifikasi botani Sorghum bicolor L. Moench yaitu:
Kingdom

: Plantae

Divisi

: Magnoliophyta

Class

: Liliopsida

Ordo

: Cyperales

Family

: Poaceae

Genus

: Sorghum

Spesies

: Sorghum bicolor (L.) Moench

11
2.2 Morfologi Sorgum

Daun sorgum berbentuk mirip seperti daun jagung, tetapi daun sorgum dilapisi
oleh sejenis lilin yang agak tebal dan berwarna putih. Lapisan lilin ini berfungsi
untuk menahan atau mengurangi penguapan air dari dalam tubuh tanaman
sehingga mendukung resistansi terhadap kekeringan (Mudjisihono,1987 dalam
Lindung, 2011). Ukuran daun meningkat dari bawah (pertama ketika mulai
tumbuh) ke atas umumnya sampai daun ketiga atau keempat kemudian menurun
sampai daun bendera. Jumlah daun pada saat dewasa berkorelasi dengan panjang
periode vegetatif tetapi, umumnya berkisar antara 7-18 helai daun atau lebih.

Tinggi batang sorgum beragam mulai kurang dari 150 cm hingga lebih dari 3
meter. Batang tanaman sorgum beruas-ruas dan berbuku-buku, tidak bercabang,
dan pada bagian tengah batang terdapat seludang pembuluh yang diselubungi oleh
lapisan keras (sel-sel parenkim). Sistem perakaran sorgum terdiri dari akar-akar
primer dan sekunder yang panjangnya hampir dua kali panjang akar jagung pada
tahap pertumbuhan yang sama sehingga merupakan faktor utama penyebab
toleransi sorgum terhadap kekeringan (Nurharini, 2013).

2.3 Syarat Tumbuh

Tanaman sorgum dapat berproduksi walaupun dibudidayakan di lahan kurang
subur, air yang terbatas dan masukkan (input) yang rendah, bahkan di lahan yang
berpasir pun sorgum dapat dibudidayakan. Namun, apabila ditanam pada daerah
yang berketinggian di atas 500 m dpl tanaman sorgum akan terhambat
pertumbuhannya dan memiliki umur yang panjang.

12
2.4 Gulma Secara Umum

Gulma merupakan tumbuhan yang kehadirannya tidak dikehendaki oleh manusia
karena dapat mengganggu pertumbuhan tanaman yang dibudidayakan dan
mengurangi hasil panen. Tidak hanya itu, gulma juga dapat menimbulkan
kerugian lainnya, yaitu mengakibatkan persaingan dengan tanaman pokok,
mengotori kualitas produk pertanian, menghasilkan allelokimia, sebagai vektor
hama dan penyakit menaikkan biaya usaha pertanian, dan menurunkan
produktivitas air.

Gulma dapat dikelompokkan berdasarkan siklus hidup, cara berkembangbiak,
habitat, tempat tumbuh, sistematika, asal, dan morfologi. Berdasarkan
morfologinya gulma dikelompokkan menjadi tiga golongan, yaitu golongan
rumput (grasses), golongan teki (sedges), dan golongan berdaun lebar (broad
leaves).

Keberadaan gulma di suatu lahan kering tidak dikehendaki karena (1)
menurunkan hasil produksi akibat bersaing dalam pengambilan unsur hara, air,
sinar matahari, dan ruang tumbuh dengan tanaman pokok, (2) menurunkan
kualitas hasil produksi tanaman pokok, (3) menimbulkan senyawa beracun yang
dapat mengganggu pertumbuhan tanaman, (4) menjadi inang alternative bagi
hama dan pathogen, dan (5) meningkatkan biaya usahatani (Sukman dan Yakup,
2002).

13
2.5 Kompetisi Gulma dengan Tanaman

Kompetisi ialah satu bentuk hubungan antar dua individu atau lebih yang
mempunyai pengaruh negatif bagi kedua pihak. Kompetisi dalam suatu
komunitas tanaman terjadi karena terbatasnya ketersediaan sarana tumbuh yang
dibutuhkan oleh tanaman untuk tumbuh normal (Aldrich, 1984 dalam Marpaung,
2013).

Sifat-sifat karakteristik yang dimiliki oleh gulma maupun tanaman budidaya
sangat mempengaruhi derajat kompetisi dan dimodifikasi oleh faktor lingkungan
seperti iklim, perilaku tanah, dan organisme pengganggu tanaman.

Kompetisi terjadi sejak awal pertumbuhan tanaman. Semakin dewasa tanaman,
maka tingkat kompetisinya semakin meningkat hingga suatu saat akan mencapai
klimaks kemudian akan menurun secara bertahap. Saat (periode) tanaman peka
terhadap kompetisi gulma disebut periode kritis. Peride kritis pada tanaman
sorgum saat 4-5 minggu setelah tanam (Sembodo, 2010). Di luar periode tersebut
gulma tidak menurunkan hasil tanaman sehingga boleh diabaikan (Soejono,
2009).

Kompetisi antara tanaman pokok dengan gulma yang memperebutkan sumber
daya alam karena persediannya terbatas pada lahan dan dalam waktu sama,
sehingga menimbulkan dampak negatif terhadap pertumbuhan dan hasil salah
satu jenis tumbuhan atau lebih. Sumber daya alam tersebut misalnya cahaya,
hara, air, CO2, dan ruang tumbuh.

14
a. Persaingan memperebutkan cahaya
Persaingan untuk cahaya, hampir dialami oleh semua komunitas tumbuhan
kecuali bila bibit dan biji mulai tumbuh pada saat awal. Kejadian tersebut
nampak karena daun dari masing-masing tumbuhan saling menutup satu dengan
lain. Dengan sendirinya secara sederhana dapat digambarkan bahwa tumbuhan
yang pendek akan ternaungi oleh tumbuhan yang tinggi. Intensitas cahaya yang
diserap oleh tumbuhan yang ternaungi menjadi kecil. Tanaman yang tumbuh
lebih dulu (lebih tinggi), dan tajuknya lebih rimbun akan memperoleh cahaya
lebih banyak. Sedangkan tumbuhan yang lebih muda, lebih pendek dan kurang
tajuknya, akan ternaungi oleh tumbuhan yang lebih tinggi sehingga
pertumbuhannya menjadi lambat karena kekurangan cahaya matahari (Sukman
dan Yakup, 2002).

b. Persaingan memperebutkan hara
Peran utama unsur nitrogen adalah untuk merangsang pertumbuhan vegetatif
(batang dan daun), meningkatkan jumlah anakan, dan meningkatkan jumlah
bulir/rumpun. Apabila kekurangan unsur nitrogen dapat menyebabkan daun
terlihat kekuning-kuningan, dan pertumbuhannya kerdil. Nitrogen dibutuhkan
dalam jumlah yang banyak, sehingga nitrogen lebih cepat habis terpakai. Gulma
menyerap lebih banyak unsur hara daripada pertanaman. Dapat dikatakan bahwa
gulma lebih banyak membutuhkan unsur hara daripada tanaman yang dikelola
manusia.

15
c.

Persaingan memperebutkan air

Gulma juga membutuhkan banyak air untuk tumbuh dan berkembang. Jika
ketersediaan air dalam suatu lahan menjadi terbatas, maka persaingan air menjadi
tinggi. Air diserap dari dalam tanah kemudiaan sebagian besar diuapkan
(transpirasi) dan hanya sekitar satu persen saja yang dipakai untuk proses
fotosintesis. Persaingan memperebutkan air terjadi serius pada pertanian lahan
kering atau tegalan.

2.6 Deskripsi Gulma Dominan

2.6.1 Gulma Golongan Rumputan

Semua jenis gulma yang termasuk dalam family poaceae adalah kelompok
rumputan. Kelompok gulma ini ditandai dengan ciri utama daun, berbentuk pita,
dan terletak berselang seling pada ruas batang. Batang berbentuk silindris, beruas,
dan berongga. Akar gulma golongan ini tergolong dalam akar serabut (Sembodo,
2010).

Rottboelia exaltata
Rottboelia exaltata mempunyai batang yang tegak. Batangnya ditandai dengan
warna yang pucat, daun berwarna hijau, akar dekat pangkal tanaman. Kulit gabah
dan rambut mengandung silika. Selubung daun dapat menembus dan mengiritasi
kulit. Rottboelia exaltata tumbuh hingga ketinggian 4 meter atau lebih di air
dangkal. R. exaltata dapat bertahan dalam habitat dengan sinar matahari penuh,
naungan sedang, atau hampir naungan penuh semak dan hutan.

16
2.6.2 Gulma Golongan Berdaun Lebar

Gulma golongan berdaun lebar paling banyak dijumpai di lapangan dan paling
beragam jenisnya. Ciri-ciri yang dimiliki gulma daun lebar juga sangat beragam
tergantung familinya. Sebagai gamabaran umum, bentuk daun gulma golongan
ini adalah lonjong, bulat, menjari, atau berbentuk hati. Akar yang dimiliki
umumnya berupa akar tunjang. Beberapa gulma yang termasuk dalam jenis
pakuan atau pakis, memiliki perakaran serabut. Batang umumnya bercabang,
berkayu atau sekulen. Bunga gulma golongan ini ada yang majemuk dan ada
yang tunggal (Sembodo, 2010).

Asystasia gangetica
Asystasia gangetica merupakan gulma daun lebar yang penyebarannya melalui
biji. Mayoritas jenis gulma daun lebar mempunyai jalur fotosintesis C3 (tumbuh
dengan baik di area dimana intensitas sinar matahari cenderung sedang,
temperatur sedang). Asystasia gangetica merupakan tumbuhan perennial yang
tumbuh menjalar dan menempel pada tanaman pokok. Daun berbentuk oval dan
kadang-kadang berbentuk segitiga dengan panjang 2,5-16,5 cm dan lebar 0,5-5,5
cm. Batang dan daun berambut halus, bunga berwarna putih atau ungu, dan
bentuknya menyerupai lonceng dengan panjang 2-2,5 cm. Buah seperti kapsul,
berisi empat buah biji dan panjang sekitar 3 cm. Asystasia gangetica tumbuh
pada daerah tropis dan subtropis. Asystasia gangetica sangat menarik, cepat
tumbuh, dan menyebar.

17
2.6.3 Gulma Golongan Teki

Semua jenis gulma yang termasuk dalam family Cyperaceae adalah gulma
golongan tekian. Gulma yang termasuk dalam golongan ini memiliki ciri utama
letak daun berjejal pada pangkal batang, bentuk daun seperti pita, tangkai bunga
tidak beruas dan berbentuk silindris, segi empat, atau segitiga. Untuk jenis
tertentu, seperti Cyperus rotundus, batang membentuk umbi (Sembodo, 2010).

Cyperus rotundus
Cyperus rotundus merupakan gulma teki yang perkembangbiakkannya dengan biji
dan umbi. Cyperus rotundus termasuk gulma C4 yang tidak tahan terhadap
naungan. Teki sangat adaptif dan karena itu menjadi gulma yang sangat sulit
dikendalikan. Teki membentuk umbi dan geragih (stolon) yang mampu mencapai
kedalaman satu meter, sehingga mampu menghindar dari kedalaman olah tanah
(30 cm). Teki menyebar di seluruh penjuru dunia, tumbuh baik bila tersedia air
cukup, toleran terhadap genangan, mampu bertahan pada kondisi kekeringan.
Teki termasuk dalam tumbuahn berfotosintesis melalui jalur C4.

Batang teki berbentuk tumpul atau segitiga dan daun pada pangkal batang terdiri
dari 4-10 helai, bunganya memiliki benang sari yang berjumlah tiga helai, kepala
sari kuning cerah, dan tangkai putiknya bercabang tiga dan berwarna coklat.
Gulma teki tumbuh pada daerah dengan ketinggian 1-1000 meter dpl dengan
curah hujan antara 1500-4000 mm (Moenandir, 1990).

Tinggi rendahnya persaingan gulma terhadap tanaman pokok akan berpengaruh
terhadap baik buruknya pertumbuhan tanaman pokok, dan pada gilirannya akan

18
berpengaruh terhadap tinggi rendahnya hasil tanaman pokok. Tinggi rendahnya
persaingan antara gulma dan tanaman pokok di dalam memperebutkan air, hara
dan cahaya atau tinggi rendahnya hambatan terhadap pertumbuhan atau hasil
tanaman pokok jika dilihat dari segi gulmanya, dipengaruhi oleh beberapa faktor
seperti berikut ini:
a. Kerapatan Gulma
Kerapatan gulma yang semakin rapat, maka persaingan yang terjadi antara gulma
dan tanaman pokok akan semakin besar. Pertumbuhan tanaman pokok semakin
terhambat, dan hasilnya semakin menurun. Hubungan antara kerapatan gulma
dan pertumbuhan atau hasil tanaman pokok merupakan suatu korelasi negatif.

b. Jenis Gulma
Gulma mempunyai kemampuan bersaing yang berbeda-beda berdasarkan
jenisnya. Jenis gulma juga menghambat pertumbuhan tanaman pokok secara
berbeda. Setiap jenis gulma akan menurunkan hasil produksi tanaman pokok
yang berbeda pula.

c. Saat kemunculan gulma
Kemunculan gulma yang semakin awal pada pertumbuhan vegetatif tanaman
maka akan menimbulkan persaingan yang semakin hebat. Pertumbuhan tanaman
pokok akan semakin terhambat, dan hasil akan semakin menurun.

d. Lama Keberadaan Gulma
Semakin lama keberadaan gulma yang tumbuh bersama dengan tanaman pokok
maka akan semakin hebat pula persaingannya. Pertumbuhan tanaman pokok
semakin terhambat, dan hasilnya akan semakin menurun.

19
e. Kecepatan Tumbuh Gulma
Kecepatan tumbuh gulma akan mempengaruhi pertumbuhan vegetatif maupun
generative tanaman pokok. Semakin cepat gulma yang t