Pengaruh inflasi dan investasi terhadap nilai tukar rupiah di Indonesia

PENGARUH INFLASI DAN INVESTASI
TERHADAP NILAI TUKAR RUPIAH
DI INDONESIA

Oleh
ISTIQOMAH
NIM: 106084003634

JURUSAN ILMU EKONOMI DAN STUDI PEMBANGUNAN
FAKULTAS ILMU EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2011

SURAT PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama Mahasiswa

: Istiqomah


NIM

: 106084003634

Jurusan

: Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul “PENGARUH
INFLASI DAN INVESTASI TERHADAP NILAI TUKAR RUPIAH DI
INDONESIA” adalah hasil karya saya sendiri yang merupakan hasil penelitian,
pengolahan, dan analisis saya sendiri dan bukan merupakan rekapitulasi maupun
saduran dari hasil karya atau penelitian orang lain.
Apabila terbukti skripsi ini merupakan plagiat atas rekapitulasi maka
skripsi dianggap gugur dan harus melakukan penelitian ulang ataupun menyususn
skripsi baru dan kelulusan serta gelar dibatalkan.
Demikian pernyataan ini dibuat dengan segala akibat yang timbul
dikemudian hari menjadi tanggung jawab saya.


Jakarta, 14 Februari 2011

(Istiqomah)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I.

IDENTITAS PRIBADI
1. Nama

:

Istiqomah

2. Tempat & Tgl Lahir

:

Jakarta, 19 November 1988


3. Alamat

:

Jln. Cendrawasih V No.21 Sawah
Baru – Ciputat

II.

4. Kebangsaan

:

Indonesia

5. Telepon

:


0856 880 1434/ 021 74630013

6. Jenis Kelamin

:

Perempuan

7. Agama

:

Islam

PENDIDIKAN
Pendidikan Formal

Tempat

Waktu


1. SD Negeri Sawah Baru II

1994 – 2001

2. SMP Negeri 03 Ciputat

2001 – 2003

3. SMA Almubarak Pondok Aren I
2003 – 2006
4. UIN SYARIF HIDAYATULLAH Jakarta
Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Jurusan
Ilmu Ekonomi
dan Studi
2006 – 2011
Pembangunan

i


Pendidkan Non Formal

Pelatihan/Seminar

Waktu

1. Peserta Pendidikan dan Pelatihan
April 2006
Komputer, Cendikia Indonesia Training
Center, Jakarta.
2. Seminar Ekonomi Islam " Ekonomi
Syariah sebagai Pondasi Pembangunan di Juni 2007
Indonesia".
3. Peserta Training Motivation
Lancar Kerja Sukses”.

”Kuliah Mei 2008

4. Seminar Ekonomi ”Dampak Kenaikan

BBM dari sudut pandang APBN”.
5. Kursus
Bahasa
Inggris,
Practical
Education Center (PEC).
6. Pelatihan
SPSS.17,
UIN
Syarif
Hidayatullah
7. KKN di Desa Situ Daun, Bogor

III.

Juni 2008
Agustus 2008 – April
2009
Desember 2009
Juli 2009 – Agustus

2009

LATAR BELAKANG KELUARGA
1. Ayah

:

Dwijo

2. Tempat & Tgl Lahir

:

Purworejo, 21 Februari 1959

3. Alamat

:

Jln. Cendrawasih V No.21 Sawah

Baru - Ciputat

4. Telepon

:

021 74630013

5. Ibu

:

Parmiyah

6. Tempat & Tgl Lahir

:

Purworejo, 20 Oktober 1960


7. Alamat

:

Jln. Cendrawasih V No.21 Sawah
Baru - Ciputat

8. Telepon

:

021 74630013

ii

Abstract

Exchange rate is defined as a currency that can be exchange per unit to another
currency, or the price of one currency to another currency.
The purpose of this research is to know the effect of Inflation and investment to

rupiah`s exchange rate in Indonesia. Variable which is used in this research is
rupiah`s Exchange Rate to US dollar`s (ER), Inflation, Domestic Direct
Investment (DDI), Foreign Direct Investment (FDI), and also Dummy crisis
variable (DM) of Indonesia. The data which is used in this research is time series
data in 1983-2009, the sources of the data are from Central Bank of Indonesia
and Indonesia Statistical Base. The writer used the OLS (Ordinary Least Square)
method for analysis in Eviews 5.1 program.
The results of this research is to indicate inflation, foreign direct investment and
dummy crisis that gave the positive influence to the rupiah`s exchange rate in
Indonesia significantly. Meanwhile, domestic direct investment has not positive
influence to the rupiah’s exchange rate in Indonesia significantly.

Keywords : exchange rate, inflation, DDI, FDI, dummy crisis

iii

Abstraksi

Nilai tukar didefinisikan sebagai mata uang yang dapat ditukaran dengan satu unit
mata uang lain, atau merupakan harga dari suatu mata uang dengan mata uang
lain.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh inflasi dan investasi
terhadap nilai tukar rupiah di Indonesia. variabel yang digunakan adalah nilai
tukar rupiah terhadap dollar AS (ER), Inflasi, Penanaman Modal Dalam Negeri
(PMDN), Penanaman Modal Asing (PMA), dan juga variabel dummy crisis (DM)
di Indonesia. Data yang digunakan adalah data time series yaitu periode 19832009, yang bersumber dari Bank Indonesia dan Badan Pusat Statistik. Untuk
menganalisis penulis menggunakan metode OLS (Ordinary Least Square) pada
program Eviews 5.1.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan inflasi, penanaman modal asing, dan
dummy krisis berpengaruh secara signifikan dan positif terhadap nilai tukar rupiah
di Indonesia. Sedangkan, penanaman modal dalam negeri berpengaruh positif dan
tidak signifikan terhadap nilai tukar rupiah di Indonesia.

Kata kunci : nilai tukar, inflasi, PMDN, PMA dan dummy crisis

iv

KATA PENGANTAR

Alhamdu Lillahi Robbil ‘Alamin
Puji syukur kepada Allah SWT atas segala kekuatan dan kesabaran yang
diberikan kepada penulis sehingga mampu menyelesaikan skripsi dengan judul
“Pengaruh Inflasi Dan Investasi Terhadap Nilai Tukar Rupiah Di Indonesia”.
penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan program
sarjana ekonomi di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Sripsi ini merupakan sebuah karya yang tidak mungkin terselesaikan tanpa
adanya bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan
terimakasih sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Dwijo dan Ibu Parmiyah, sumber motivasi bagi penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini. Terimakasih atas semua doa dan dukungan yang
telah diberikan padaku sampai detik ini. Semoga suatu saat aku dapat
membalas kebaikan yang diberikan dan dapat menjadi kebanggan bagi Bapak
dan Ibu. Amin.
2. Prof. Dr. Abdul Hamid, MS selaku Dekan Fakultas Ekonomi Dan Bisnis UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Drs. Lukman M.Si. selaku ketua jurusan IESP Fakultas Ekonomi dan Bisnis
UIN Syarif hidayatullah Jakarta.

v

4. Pheni Chalid Sf, MA, Ph.D. selaku dosen pembimbing I skripsi yang telah
banyak memberikan saran dan pembelajaran kepada penulis.
5. M. Hartana I. Putra M.Si. selaku dosen pembimbing II skripsi yang juga telah
banyak memberikan saran kepada penulis.
6. Seluruh Dosen FEB atas ilmunya yang bermanfaat yang telah diberikan, esp
for: Ibu Utami Baroroh, M.Si selaku Sekertaris Jurusan Ilmu Ekonomi dan
Studi Pembangunan yang telah memberi motivasi dan penguji seminar
proposal yang luar biasa dan Ibu Lili yang begitu baik dan murah hati untuk
memudahkan saya dalam urusan di akademik jurusan IESP.
7. Asri, Uwie, Fatmy dan V-bie, yang telah banyak memberikan semangat bagi
penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih karena kalian telah
menjadi sahabat terbaik yang menemani hari-hari ku selama lebih dari 4 tahun
ini.
8. Rekan-rekan IESP angkatan 2006 yang sama-sama berjuang untuk lulus
skripsi. Terimakasih karena kalian telah memberikan banyak kenangan manis
dalam catatan kehidupan penulis.
9. Teman-teman kkn green bean’09, terima kasih untuk hari-hari yang indah
yang terlupakan posko Situ Daun-Bogor.
10. Kepada seluruh pihak yang secara langsung maupun tidak langsung telah
membantu penulis dalam penulisan skripsi ini.

vi

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu
kritik dan saran yang bersifat membangun sangatlah diharapkan penulis dalam
mencapai kesempurnaan skripsi ini.
Akhir kata penulis mengharapkan semoga penelitian ini dapat berguna dan
bermanfaaat bagi penulis dan pihak lain yang membutuhkan. Terima Kasih

Jakarta, Februari 2011

ISTIQOMAH
penulis

vii

DAFTAR ISI

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ................................................................

i

ABSTRACT..............................................................................................

iii

ABSTRAKSI ...........................................................................................

iv

KATA PENGANTAR .............................................................................

v

DAFTAR ISI ...........................................................................................

viii

DAFTAR TABEL ...................................................................................

xi

DAFTAR GAMBAR ..............................................................................

xii

DAFTAR LAMPIRAN ...........................................................................

xiii

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................

1

A. Latar Belakang .....................................................................................

1

B. Rumusan Masalah .................................................................................

7

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ……………………… ........................

10

BAB II LANDASAN TEORI .................................................................

12

A. Nilai Tukar (Kurs) ................................................................................

12

1. Pengertian Nilai Tukar.......................................................................

12

2. Perubahan Nilai Tukar .......................................................................

14

3. Sistem Nilai Tukar Mata Uang ..........................................................

17

4. Perkembangan Kebijakan Sistem Nilai Tukar di Indonesia ..............

20

5. Teori Nilai Tukar ...............................................................................

23

B. Inflasi ....................................................................................................

25

1. Pengertian Inflasi ...............................................................................

26

2. Penggolongan Inflasi .........................................................................

27

3. Penyebab Inflasi.................................................................................

31

4. Indikator Inflasi .................................................................................

30

C. Investasi ................................................................................................

32

viii

1. Pengertian Investasi ...........................................................................

32

2. Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) .......................................

33

3. Penanaman Modal Asing PMA .........................................................

34

D. Krisis Ekonomi .....................................................................................

37

E. Penelitian Terdahulu .............................................................................

38

F. Kerangka Berpikir .................................................................................

45

G. Hipotesis ...............................................................................................

48

BAB III METODOLOGI PENELITIAN .............................................

50

A. Ruang Lingkup Penelitian ....................................................................

50

B. Metode Pengumpulan Sampel ..............................................................

50

C. Metode Pengumpulan Data ...................................................................

51

D. Metode Analisis ...................................................................................

52

1. Uji Asumsi Klasik ............................................................................

54

a. Uji Normalitas..............................................................................

54

b. Uji Autokorelasi ..........................................................................

55

c. Uji Heterokedastisitas ..................................................................

56

d. Uji Linieritas ................................................................................

56

e. Uji Multikolinieritas ....................................................................

57

2. Uji Statistik ......................................................................................

58

a. Uji Signifikansi Individual (uji t - Statistik) ................................

58

b. Uji Fisher (uji F - Statistik)..........................................................

59

c. Uji Koefisien Determinasi ( R2)...................................................

60

E. Operasional Variabel ............................................................................

60

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN .............................................

63

A. Analisis Deskriptif

...........................................................................

63

1. Nilai Tukar .......................................................................................

63

2. Inflasi................................................................................................

66

3. Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) .....................................

70

4. Penanaman Modal Asing (PMA) .....................................................

72

5. Variabel Dummy (Krisis Ekonomi) .................................................

74

B. Analisis Pembahasan dan Hasil Rgresi ................................................

75

ix

1. Uji Asumsi Klasik ...........................................................................

75

a. Hasil Uji Normalitas ...................................................................

75

b. Hasil Uji Autokorelasi ................................................................

76

c. Hasil Uji Heteroskedastisitas ......................................................

77

d. Hasil Uji Linieritas .....................................................................

78

e. Hasil Uji Multikolinearitas .........................................................

78

2. Hasil Uji Regresi Metode OLS .......................................................

80

3. Uji Statistik .....................................................................................

81

a. Uji Parsial (Uji-t) ........................................................................

81

b. Uji F-statistik ..............................................................................

85

c. Uji Koefisien Determinasi (R2)...................................................

86

4. Interprestasi Ekonomi .....................................................................

87

a. Inflasi ..........................................................................................

87

b. Investasi ......................................................................................

88

1). Penanaman Modal dalam Negeri (PMDN). ..........................

88

2). Penanaman Modal Asing (PMA) .........................................

89

c. Dummy Krisis .............................................................................

90

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ..................................................

92

A. Kesimpulan .......................................................................................

92

B. Implikasi ............................................................................................

94

C. Saran ..................................................................................................

94

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................

96

LAMPIRAN-LAMPIRAN

x

DAFTAR TABEL

Nomor

Keteangan

Hal

1.1

Data Nilai Tukar, IHK dan Investasi........................................

4

2.1

Penelitian Terdahulu ................................................................

39

3.1

Daerah Autokorelasi…….........................................................

55

4.1

Hasil Uji Autokorelasi……......................................................

76

4.2

Hasil Uji Heteroskedastisitas ...................................................

77

4.3

Hasil Uji Linieritas…………...................................................

78

4.4

Hasil Uji Multikolinearitas ......................................................

79

4.5

Hasil Olah Data Metode OLS ..................................................

80

4.6

Hasil Uji t-Statistik…………...................................................

81

xi

DAFTAR GAMBAR

Nomor

Ketrangan

Hal

2.1

Demand Pull Inflation.............................................................

28

2.2

Cost-Push Inflation.................................................................

29

2.3

Kerangka Berpikir………………...........................................

48

4.1

Perkembangan Nilai Tukar Rupiah/Dollar AS periode
1983-2009..............................................................................

64

4.2

Perkembangan IHK periode 1983-2009.................................

68

4.3

Perkembangan PMDN periode 1983-2009.............................

70

4.4

Perkembangan PMA periode 1983-2009...............................

72

4.5

Hasil Uji Normalitas……………………................................

75

xii

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor

Keteangan

Hal

1

Data Penelitian……................................................................

100

2

Hasil Data Setelah Diestimasi.................................................

102

3

Hasil Regresi Log Linier …………........................................

104

4

Hasil Normalitas Menggunakan JB Test ................................

105

5

Hasil Uji Autokorelasi ............................................................

106

6

Hasil Uji Heteroskedastisitas..................................................

107

7

Hasil Uji Linieritas…………..................................................

108

8

Hasil Uji Multkolinieritas ......................................................

109

)
xiii

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Uang merupakan salah satu hal penting dalam kegiatan perekonomian
diseluruh dunia. Uang adalah seperangkat asset dalam perekonomian yang
digunakan oleh orang secara rutin untuk membeli barang-barang atau jasa dari
orang lain (Mankiw, 2006:169). Uang memiliki beberapa fungsi diantaranya
yaitu sebagai alat tukar, satuan hitung, dan penyimpan nilai atau daya beli.
Dalam fungsinya sebagai alat tukar, manusia menggunakan uang dalam
berbagai kegiatan ekonomi. Kegiatan perdagangan merupakan salah satu
kegiatan ekonomi yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia.
Esensi dari perdagangan adalah proses pertukaran. Setiap proses pertukaran
tersebut memiliki adanya satu kesamaan yaitu penetapan nilai tukar, sehingga
dibutuhkan alat pertukaran atau mata uang yang dapat diterima oleh semua
pelaku ekonomi dengan mudah.
Kegiatan perdagangan tidak hanya dilakukan antara masyarakat disuatu
daerah atau wilayah tertentu, tetapi juga dilakukan antar suatu negara dengan
negara lain. Hal ini dilakukan untuk memenuhi berbagai kebutuhan dari suatu
negara, kegiatan ini biasa disebut dengan perdagangan internasional. Dalam
melakukan kegiatan perdagangannya, setiap negara memiliki alat tukarnya
atau mata uang masing-masing, sehingga untuk memperlancar proses

1

perdagangan tersebut mengharuskan adanya perbandingan nilai mata uang
suatu negara (dalam negeri) dengan mata uang negara lain.
Setiap negara selalu menjaga agar nilai tukar mata uang domestik
negaranya dalam keadaan yang stabil terhadap nilai tukar mata uang asing.
Nilai tukar dapat diartikan sebagai harga dari suatu mata uang domestik
terhadap mata uang negara lain. Dengan keadaan nilai tukar yang stabil
diharapkan keadaan ekonomi suatu negara juga dalam keadaan yang baik.
Terdepresiasinya nilai tukar mata uang domestik menyebabkan kekacauan
pada berbagai bidang ekonomi.
Perekonomian Indonesia pada awal tahun 1983 mengalami pergerakan
yang pasang surut, ini disebabkan karena menurunnya harga minyak dunia.
Pada masa itu, perekonomian Indonesia dihadapkan pada pertumbuhan
ekonomi yang menurun, dan defisit neraca pembayaran. Hal ini menyebabkan
nilai tukar rupiah over-valued dan menurunkan daya saing ekspor Indonesia di
luar negeri. dalam rangka meningkatkan daya saing ekspor, kebijakan nilai
tukar yang dilakukan adalah mendevaluasi kembali nilai tukar rupiah pada 30
maret 1983 sebesar 38,1 persen yaitu dari Rp.702,50 menjadi Rp.970 per
dollar

AS.

Selanjutnya

pada

September

1986

pemerintah

kembali

mendevaluasi nilai tukar rupiah sebesar 45 persen dari Rp.1.134 menjadi
Rp.1.644 per dollar AS (Simorangkir,2005:44)
Dampak krisis nilai tukar pada tahun 1997/1998 telah memberikan
dampak negatif terhadap seluruh sektor ekononomi di Indonesia. Terdepresiasi
nilai tukar yang sangat tinggi telah mengakibatkan harga barang-barang impor

2

membumbung tinggi dan inflasi meroket hingga mencapai 77,6 persen pada
tahun 1998. Depresiasi nilai tukar mengakibatkan banyak industri dalam
negeri mengalami kesulitan teruatama industri yang bahan bakunya berasal
dari impor. Kondisi tersebut ikut diperparah dengan besarnya kewajiban
hutang luar negeri perusahaan dan perbankan di Indonesia serta kerusuhan
sosia. Kesemua faktor tersebut berakumulasi dan mengakibatkan kegiatan
ekonomi mengalami kontraksi yang dalam hingga mencapai -13,1% pada
tahun 1998 (Simorangkir, 2005:45).
Setelah krisis ekonomi, kondisi perekonomian Indonesia mulai kembali
pulih dari masa keterpurukannya, tetapi dalam perjalanan tetap mengalami
berbagai tantangan. Dalam kurun waktu 5 tahun terakhir, nilai tukar rupiah
tetap mengalami pergerakan yang berfluktuatif. Tingkat nilai tukar mata uang
rupiah per dollar AS terus berfluktuatif dan pernah mengalami depresiasi yang
cukup tinggi pada tahun 2008. Hal ini disebabkan karena berbagai pengaruh
ekonomi dan non ekonomi baik dari dalam negeri maupun internasional.
Berdasarkan tabel 1.1 dibawah ini dapat dilihat bahwa pada tahun 2005
kurs tedepresiasi menjadi Rp. 9.8f30 per dollar AS, jika dibandingkan dengan
tahun 2004 yaitu sebesar Rp.9.290 per dollar AS. Pada tahun 2006 nilai tukar
rupiah terapresias yaitu menjadi Rp.9.020 per dollar AS, tetapi di tahun 2007
nilai tukar rupiah per dollar AS kembali terdepresiasi terhadap dollar AS
menjadi Rp.9.419 dan kembali terdepresiasi cukup tajam pada tahun 2008
yaitu Rp.10.950 per dollar AS. Terdepresiasinya nilai tukar tersebut
merupakan dampak dari krisis keuangan global yang melanda Amerika, dan

3

ikut berdampak pada beberapa negara lain. Krisis keuangan global tersebut
memberi tekanan pada rupiah, krisis ini memicu ketatnya likuiditas global.
Kemudian pada tahun 2009 kurs kembali terapresiasi menjadi Rp.9.400 per
dollar AS.
Tabel 1.1
Perkembangan Nilai Tukar Rupiah/Dollar AS (Kurs),
Indek Harga Konsumen (IHK), Penanaman Modal Dalam Negeri
(PMDN) dan Penanaman Modal Asing (PMA) di Indonesia
Periode 2005 – 2009

TAHUN

NILAI TUKAR

IHK

INVESTASI

(RP/Dollar AS)

(2007 :100)

PMDN
(Milyar Rupiah)

PMA
(Milyar Rupiah)

2005

9.830

89,49

50.577.400.000

133.484,519.000

2006

9.020

95,47

162.767.200.000

140.928.480.000

2007

9.419

101,83

188.516.400.000

225.926.060.00

2008

10.950

113,86

20.359.900.000

162.841.830.000

2009

9.400
117,03
37.799.900.000
101.662.880.000
Sumber : Statistik Ekonomi Keuangan Indonesia(BI) dan Indikator Ekonomi (BPS)

Nilai tukar sangat berperan penting dalam perekonomian suatu negara
Saat ini, nilai tukar ditentukan oleh permintaan dan penawaran mata uang
yang terjadi di pasar. Nilai tukar dapat dijadikan alat untuk mengukur kondisi
perekonomian suatu negara. Keadaan nilai mata uang yang stabil disuatu
negara, menunjukkan bahwa negara tersebut memiliki kondisi ekonomi yang
relatif baik. Pergerakan nilai tukar tersebut dipengaruhi oleh berbagai faktor
baik yang bersifat ekonomi maupun non ekonomi, diataranya arus modal atau

4

investasiperdagangan internasional dan keadaan sosial politik pada negara
tersebut. Indonesia sebagai negara yang berada pada ditengah perekonomian
global, juga melakukan kegiatan ekonomi internasional seperti impor, ekspor
dan lain-lain. Sehingga jika Indonesia tidak dapat menjaga kestabilan nilai
tukar mata uang dmestiknya, maka hal ini akan membawa dampak buruk bagi
pergerakan roda perekonomian.
Mengingat besarnya dampak dari fluktuasi kurs terhadap perekonomian,
maka diperlukan suatu manajemen kurs yang baik, yang menjadikan kurs
stabil, sehingga fluktuasi kurs dapat diprediksi dan perekonomian dapat
berjalan dengan stabil. Apabila terjadi kegagalan pada manajemen kurs, maka
hal tersebut mengakibatkan gangguan terhadap kestabilan perekonomian.
Penelitian mengenai pengaruh inflasi dan investasi terhadap nilai tukar
rupiah per dollar AS sangat penting dilakukan, tujuannya ialah untuk
mengetahui bagaimana hubungan dan seberapa besar pengaruh inflasi dan
investasi dalam mempengaruhi pergerakan nilai tukar rupiah terhadap dollar
AS. Pada akhirnya dapat diketahui kebijakan – kebijakan yang dapat diambil
untuk menjaga kestabilan nilai tukar rupiah yang berkaitan dengan variabel
inflasi dan investasi.
Pergerakan nilai tukar berhubungan dengan inflasi, hal ini karena inflasi
merupakan cerminan dari perubahan tingkat harga barang yang terjadi di
pasar, dan akan berujung pada tingkat permintaan dan penawaran uang. Pada
tabel 1.1 menunjukkan bahwa indeks harga konsumen pada tahun 2005 berada
pada nilai 89,49 dan terus meningkat menjadi 95,47 tahun 2006. Peningkatan

5

terus terjadi pada tahun berikutnya yaitu menjadi 101,83 dan 113,86 pada
tahun 2007 dan 2008. Kemudian pada tahun 2009 sebesar 117,03. Walaupun
IHK terus meningkat dari tahun ketahun tetapi memilki tingkat selisih yang
berbeda antara tahun yang satu dengan tahun yang lain.
Nilai tukar di Indonesia juga berkaitan dengan tingkat investasi yang
terjadi pada negara tersebut, tingkat investasi yang tinggi akan meningkatkan
pertumbuhan ekonomi dan cadangan devisa suatu negara. Sehingga dengan
perekonomian yang baik diharapkan menjaga nilai tukar rupiah dalam keadaan
srabil. Selain itu masuknya investasi asing ke dalam negeri juga
mempengaruhi pergerakan nilai tukar mata uang. Investasi asing yang
meningkatkan akan meningkatkan permintaan uang dalam negeri, sehingga
mata uang dalam negeri akan terapresiasi terhadap mata uang asing. Pada
tabel 1.1 menunjukkan investasi yang ada di Indonesia dari tahun 2005 sampai
dengan 2009. Pada tabel diatas diatas menunjukkan bahwa tingkat investasi
realisasi penanaman modal yang disetujui, baik PMDN maupun PMA
memiliki pergerakan yang fluktuatif.
Berdasarkan hasil pembahasan diatas, maka penulis tertarik untuk lebih
meneliti mengenai pergerakan nilai tukar yang terjadi di Indonesia, oleh
karena itu, dalam skripsi ini penulis mengambil judul “PENGARUH
INFLASI DAN INVESTASI TERHADAP NILAI TUKAR RUPIAH DI
INDONESIA”.

6

B. Rumusan Masalah
Indonesia, seperti negara-negara lainnya berusaha menjaga kestabilan nilai
tukar mata uangnya. Dalam menjaga kestabilan nilai tukar mata uang tersebut
Indonesia membuat berbagai kebijakan, dengan tujuan membuat nilai tukar
mata uang rupiah dalam keadaan stabil. Hal ini dilakukan agar Indonesia terus
berada pada perekonomian yang baik. Naik turunnya nilai tukar mata uang
suatu negara di tentukan oleh berbagai faktor baik yang bersifat ekonomi
maupun non ekonomi.
Penggunaan variabel inflasi dan investasi dalam rangka menjaga
kestabilan nilai tukar rupiah, merupakan suatu hal menarik untuk di teliti.
Karena keduanya merupakan aspek yang ikut menunjukkan keadaan
maroekonomi suatu negara, selain itu juga untuk melihat bagaimana pengaruh
variabel tersebut terhadap nilai tukar rupiah per dollar AS. Oleh sebab itu,
perlu diadakan penelitian untuk mengetahui hubungan inflasi dan investasi
terhadap nilai tukar.
Inflasi mengambarkan tingkat kenaikan harga barang yang terdapat di
masyarakat. Tingkat harga mempengaruhi jumlah penawaran dan penawaran
uang. Meningkatnya harga barang-barang mendorong terjadinya inflasi. Inflasi
tersebut menyebabkan daya beli masyarakat terhadap suatu barang akan
menurun masyarakat, karena jumlah uang sama pada tahun lalu tidak dapat
untuk membeli barang yang sama tahun ini. Hal ini menyebabkan mata uang
rupiah terus terdepresiasi.

7

Selanjunya, investasi di suatu negara juga ikut mempengaruhi nilai tukar.
Saat investasi meningkat maka nilai tukar akan mengalami apresiasi. Hal ini
disebabkan karena tingginya investasi akan mendorong tingkat pertumbuhan
ekonomi dan cadangan devisa suatu negara, sehingga dengan keadaan
ekonomi yang baik maka diharapakan keadaan nilai tukar juga dalam keadaan
stabil. Investasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah tingkat
penanaman modal yang disetujui pemerintah, baik yang berasal dari dalam
negeri (PMDN), maupun luar negeri (PMA). Variabel tersebut digunakan,
karena keduanya menunjukkan nilai investasi yang secara nyata dan telah
disetujui oleh pemerintah Indonesia untuk diinvestasikan di Indonesia. PMDN
merupakan bentuk penanaman modal yang bersumber dari dalam negeri.
Meningkatnya penanaman modal tersebut akan mendorong meningkatnya
pertumbuhan ekonomi suatu negara. Dengan pertumbuhan ekonomi yang
positif, maka akan mendorong nilai tukar mata uang dalam negeri (rupiah)
dalam keadaan yang stabil. Sedangkan PMA merupakan bentuk penanaman
modal dari pihak asing (luar negeri) yang masuk kedalam negeri. Masuknya
PMA kesuatu negara akan mendorong peningkatan perekonomian negara
tujuan, oleh karena itu negara-negara berkembang termasuk Indonesia, yang
masih membutuhkan modal besar dalam proses pembangunan ekonomi, selalu
berusaha meningkatkan nilai investasinya. Selain itu nilai Investasi yang
meningkat akan menguatkan nilai mata uang domestik. Hal ini karena
permintaan mata uang domestik akan meningkat, akibat banyak investor yang
membutuhkan mata uang domestik untuk berinvestasi di negara tujuan.

8

Sehingga dampak yang ditimbulkan ialah mata uang domestik akan
terapresiasi.
Sementara itu, krisis ekonomi hebat yang telah melanda Indonesia
beberapa tahun lalu, juga ikut mempengaruhi pergerakan nilai tukar rupiah
terhadap dollar AS. Krisis ekonomi 1997/1998 mengakibatkan perekonomian
Indonesia memburuk disegala sektor, terutama posisi nilai tukar yang
terdepresiasi secara tajam pada saat itu. Depresiasi yang tinggi pada saat krisis
ekonomi disebabkan oleh ketidakstabilan sosial politik di Indonesia, hal
tersebut telah menurunkan tingkat kepercayaan pada perekonomian nasional.
Selain itu kegiatan spekulan yang meningkat tajam telah mengakibatkan nilai
tukar rupiah terus terdepresiasi secara tajam.
Berdasarkan pemaparan tersebut, maka pengaruh variabel inflasi dan
investasi terhadap perkembangan nilai tukar rupiah per dollar AS dalam
perekonomian di indonesia perlu diteliti, untuk mengetahui seberapa besar
pengaruh setiap variabel tersebut terhadap pergerakan nilai tukar rupiah. Oleh
karena itu penelitian ini akan meneliti bagaimana pengaruh dari inflasi,
PMDN dan PMA terhadap nilai tukar di Indonesia pada periode 1983 – 2009.
Berdasarkan pemaparan latar belakang yang telah dikemukakan diatas,
maka permasalah yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana pengaruh Inflasi terhadap Nilai Tukar Rupiah?
2. Bagaimana pengaruh Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) terhadap
Nilai Tukar Rupiah?

9

3. Bagaimana pengaruh Penanaman Modal Asing (PMA) terhadap Nilai
Tukar Rupiah?
4. Bagaimana pengaruh Dummy Crisis (DM) terhadap Nilai Tukar Rupiah?
5. Bagaimana pengaruh Inflasi, PMDN, PMA dan dummy crisis secara
bersama-sama terhadap Nilai Tukar Rupiah?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin di capai dari penelitian ini adalah untuk mengetahui :
a. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh inflasi terhadap nilai tukar
rupiah.
b. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh Penanaman Modal Dalam
Negeri (PMDN) terhadap nilai tukar rupiah.
c. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh Penanaman Modal Asing
(PMA) terhadap nilai tukar rupiah.
d. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh

Dummy Crisis

(DM)

terhadap nilai tukar rupiah.
e. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh Inflasi, PMDN, PMA dan
Dummy Crisis secara bersama-sama terhadap nilai tukar rupiah

10

2. Manfaat Penulisan
a. Bagi penulis, penilitian ini merupakan tambahan wawasan bidang
ekonomi, sehingga penulis dapat mengembangkan ilmu yang di
peroleh selama mengikuti perkuliahan di Fakultas Ekonomi jurusan
Ilmu Ekonomi Bisnis, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta.
b. Penelitian ini dapat memberikan gambaran mengenai hubungan inflasi
dan investasi terhadap nilai tukar rupiah dan upaya menerapkan teori
dan mencari jalan keluar mengenai permasalahan nilai tukar rupiah.
c. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi tambahan data, serta
masukan bagi perumus kebijakan dalam penetapan kebijakan
mengenai inflasi, investasi, dan nilai tukar rupiah terhadap dollar AS.

11

BAB II
LANDASAN TEORI

A. Nilai Tukar (Kurs)
1. Pengertian Nilai Tukar
Nilai tukar menjadi sangat penting, apabila suatu negara harus
melakukan transaksi ekonomi dengan negara lain. Hal ini karena pada
proses tersebut digunakan dua mata uang berbeda misalnya, antara negara
Indonesia dan Amerika Serikat. Amerika harus membeli rupiah untuk
membeli barang atau melakukan kegiatan ekonomi di Indonesia, dan juga
sebaliknya. Secara sederhana nilai tukar dapat diartikan sebagai harga dari
suatu mata uang domestik terhadap mata uang negara lain.
Harga suatu mata uang terhadap mata uang lainnya disebut kurs atau
nilai tukar (exhange rate). Kurs merupakan salah satu hal yang terpenting
dalam perekonomian terbuka, karena memiliki pengaruh yang sangat besar
bagi neraca transaksi berjalan maupun variabel-variabel makroekonomi
lainnya. Kurs menggambarkan harga dari suatu mata uang terhadap mata
uang negara lainnya, juga merupakan harga dari suatu aktiva atau harga
aset (asset price) (Krugman, 2005:40).
Dalam ilmu ekonomi nilai tukar mata uang suatu negara dapat
dibedakan menjadi dua yaitu nilai tukar riil dan nilai tukar nominal
(Mankiw, 2006:242). Nilai tukar nominal adalah nilai yang digunakan
seseorang saat menukar mata uang suatu negara dengan mata uang negara

12

lain. Jadi, nilai tukar rupiah merupakan nilai dari satu mata uang rupiah
yang di tukarkan ke dalam mata uang negara lain. Contohnya nilai tukar
rupiah terhadap dollar AS, nilai tukar rupiah terhadap Yen, nilai tukar
rupiah terhadap Euro dan lain-lain. Sedangkan nilai tukar riil ialah nilai
yang digunakan seseorang saat menukar barang dan jasa suatu negara
dengan barang dan jasa negara lain, nilai tukar riil menyatakan tingkat
dimana pelaku ekonomi dapat memperdagangkan barang – barang dari
suatu negara dengan barang –barang dari negara lain.
Dalam pembayaran internasional diperlukan pertukaran mata uang,
pertukaran dari satu mata uang dengan mata uang lainnya merupakan
bagian dari proses valuta asing. Istilah valuta asing (valas) mengacu pada
mata uang asing aktual atau berbagai klaim atasnya, seperti deposito bank.
Nilai tukar adalah harga suatu mata uang dalam satuan mata uang asing
yaitu jumlah mata uang suatu negara asing yang harus dibayarkan untuk
mendapatkan satu unit mata uang domestik. Karena nilai tukar
menyatakan nilai suatu mata uang terhadap mata uang lainya, bila satu
mata uang mengalami apresiasi, maka mata uang lain pasti mengalami
depresiasi. (Richard, 1997:88).
Terdepresiasinya nilai tukar rupiah berarti nilai rupiah yang harus
ditukarkan untuk mendapatkan satu unit mata uang asing (dollar AS) akan
menjadi

lebih

banyak,

misal

dari

Rp.8000/dollar

AS

menjadi

Rp.9000/dollar AS). Sedangkan apresiasi adalah nilai rupiah yang harus
ditukarkan untuk mendapat satu unit mata uang asing akan menjadi lebih

13

sedikit, misalnya Rp.9000/dollar AS menjadi Rp.8000/dollar AS
(Richard,1997:189).
Nilai tukar mata uang erat kaitannya dengan dengan konsep
konvertibilitas (convertible currency). Mata uang konvertibel (convertible
currency) adalah mata uang yang bisa digunakan secara bebas dalam
berbagai transaksi internasional oleh penduduk dan negara dimana pun
(Krugman, 2005:292). Konsep ini menekankan pada pentingnya
penggunaan mata uang yang dapat dengan mudah ditukarkan dengan mata
uang negara lain. Tidak adanya konvertibel mata uang akan sangat
menyulitkan bagi transaksi atau perdagangan internasional.

2. Perubahan Nilai Tukar
Perubahan nilai tukar di pengaruhi oleh beberapa faktor, tetapi secara
sederhana hal yang paling fundamental mempengaruhi perubahan nilai
tukar

ialah

permintaan

(Richard,1997:205).

dan

penawaran

di

pasar

valuta

asing

Kenaikan permintaan rupiah atau penurunan

penawaran rupiah akan menyebabkan terapresiasinya rupiah, sedangkan
penurunan

permintaan

rupiah

dan

kenaikan

penawaran

rupiah

menyebabkan rupiah terdepresiasi. Pergeseran permintaan dan penawaran
pada nilai ttukar tersebut di sebabkan oleh beberapa faktor, baik yang
bersifat sementara maupun yang bersifat persisten. Faktor tersebut antara
lain (Richard,1997:205) :

14

a. Kenaikan Harga Domestik Produk Ekspor
Kenaikan harga tersebut akan mendorong kenaikan atau
penurunan nilai tukar, karena keduanya bergantung pada elastisitas
permintaan produk dalam negeri. Apabila bersifat elastis, yang
disebabkan keseragaman produk dari negara lain, keniakan harga
domestik menyebabkan permintaan akan produk tersebut menurun.
Hal ini menyebabkan permintaan mata uang dalam negeri akan
menurun sehingga mendorong nilai tukar rupiah terdepresiasi dengan
mata uang negara lain.
Sedangkan jika permintaan bersifat inelastis yang disebabkan
keunikan produk dalam negeri dibandingkan produk negara lain
menyebabkan permintaan akan mata uang domestik (rupiah) akan
meningkat sehingga kurs rupiah akan mengalami apresiasi.
b. Kenaikan Harga Luar Negeri Produk Impor
Sama hal nya dengan kenaikan harga produk ekspor dalam
negeri, kenaikan harga luar negeri juga bergantung pada elastisitas
permintaan produk impor. Jika permintaan akan barang impor bersifat
elastis karena kemudahan substitusi produk dengan produk negara lain
atau produk dalam negeri sendiri. Hal ini menyebabkan permintaan
mata uang dalam negeri akan meningkat, sehingga akan mengalami
apresiasi.
Sedangkan jika permintaan akan produk impor bersifat inelastis,
hal ini menyebabkan permintaan akan mata uang dalam negeri

15

menurun, sehingga akan menyebabkan mata uang dalam negeri
terdepresiasi.
c. Perubahan Tingkat Harga Keseluruhan
Perubahan harga terjadi tidak hanya dari produk ekspor atau
impor tetapi dari seluruh harga barang pada suatu negara, hal ini
menyebabkan inflasi. Jika terjadi perubahan tingkat harga pada suatu
negara, maka inflasi akan mendorong harga barang-barang di negara
tersebut menjadi lebih mahal di bandingkan harga barang di negara
lain. Hal ini menyebabkan harga akan barang-barang dalam negeri
akan melonjak naik, sedangkan harga barang-barang luar negeri yang
masuk ke pasar domestik akan lebih murah dan menjadi pilihan
menarik bagi para konsumen. Hal ini menyebabkan tingkat penurunan
permintaan mata uang domestik dan kenaikan permintaan akan mata
uang asing sehingga nilai tukar mata uang domestik akan melemah
atau terdepresiasi.
d. Arus Modal
Peningkatan arus modal dapat dapat mempengaruhi nilai tukar,
karena arus dana investasi mengakibatkan apresiasi nilai mata uang
negara pengimpor modal dan mengakibatkan depresiasi nilai mata
uang negara pengekspor modal.
Hal diatas berlaku baik dalam modal jangka pendek maupun
jangka panjang, dan didorong oleh motif investor itu sendiri. Pada arus
modal jangka pendek motif investor biasanya di pengaruhi oleh tingkat

16

suku bunga dan spekulasi tentang nilai tukar mata uang suatu negara.
Sedangkan untuk arus modal jangka panjang motif investor lebih
dipengaruhi

oleh

harapan

jangka

panjang

mengenai

peluang

keuntungan disuatu negara serta nilai jangka panjang mata uangnya.
e. Perubahan – Perubahan Struktural
Perubahan struktural sendiri merupakan perubahan pada struktur
biaya, penemuan produk baru, atau hal lain yang dapat mempengaruhi
keunggulan komparatif dari suatu negara.

3. Sistem Nilai Tukar Mata Uang
Sistem nilai tukar dapat diartikan sebagai suatu kebijakan, institusi,
praktek, peraturan dan mekanisme yang menentukan tingkatan nilai suatu
mata uang saat ditukar dengan negara lain.
Terdapat beberapa sistem nilai tukar mata uang yang berlaku di
perekonomian internasional, yaitu (Kuncoro,1996:23):
a. Sistem nilai tukar mengambang (floating exchange rate).
Sistem ini ditentukan oleh mekanisme pasar dengan atau tanpa
adanya upaya stabilisasi oleh otoritas moneter. Didalam sistem nilai
tukar ini terdapat dua macam sistem nilai tukar mengambang, yaitu :
1) Mengambang bebas (murni)
Yaitu nilai tukar mata uang ditentukan sepenuhnya oleh
mekanisme pasar tanpa ada campur tangan pemerintah. Sistem ini
sering disebut (clean floating exchange rate), pada sistem ini

17

cadangan devisa tidak diperlukan karena otoritas moneter tidak
berupaya untuk menetapkan atau memanipulasi nilai tukar.
Penerapan sistem nilai tukar mengambang bebas dalam suatu
negara memiliki beberapa kelebihan diantarannya yaitu:
a) Terjadi koreksi otomatis terhadap ketimpangan neraca
pembayaran nasional sehingga seringkali disebut stabilisator
otomatis (automatic stabilizer).
b) Cadangan valuta asing disuatu negara relatif utuh, karena tidak
digunakan untuk melakukan intervensi di pasar valuta asing
demi stabilitas kurs.
c) Relatif lebih memiliki daya lindung terhadap fluktuasi
perekonomian dunia. Negara yang menerapkan sistem ini
tidak

akan

terikat

secara

langsung

terhadap

suatu

kemungkinan munculnya gejolak inflasi dunia yang tinggi.
d) Pemerintah

memiliki

kebebasan

yang

besar

dalam

menentukan kebijaksanaan ekonomi di dalam negerinya.
e) Kondisi asimetri dan ketidakadilan ala Bretton Wood dapat
dihilangkan.
2) Mengambang terkendali
Sistem ini disebut juga managed or dirty floating exchange
rate,yaitu saat otoritas moneter berperan aktif dalam menstabilkan
nilai tukar pada tingkat tertentu. Maka cadangan devisa biasanya

18

dibutuhkan karena otoritas moneter perlu membeli atau menjual
valas untuk mempengaruhi pergerakan nilai tukar.
b. Sistem nilai tukar tertambat (pegged exchange rate).
Pada sistem ini, suatu negara mengkaitkan sistem mata uang negaranya
dengan suatu mata uang negara lain, atau sekelompok mata uang, yang
bisanya merupakan mata uang negara mitra dagang yang utama.
Manambatkan ke suatu mata uang berarti nilai mata uang tersebut
mengikuti mata uang yang menjadi tambatannya. Jadi pada kenyataan
yang sebenarnya mata uang yang ditambatkan tidak mengalami
fluktuasi tetapi hanya berfluktuasi terhadap mata uang lain yaitu
mengikuti mata uang yang menjadi tambatannya.
c. Sistem nilai tukar tertambat merangkak (crawling pegs).
Dalam sistem ini, suatu negara melakukan sedikit perubahan dalam
nilai mata uangnya secara periodik, dengan tujuan untuk bergerak
menuju nilai tertentu pada rentan waktu tertentu. Keuntungan utama
sistem ini adalah, suatu negara dapat mengatur penyesuaian nilai
tukarnya dalam periode yang lebih lama dibandingkan sistem nilai
tukar tertambat. Oleh karena itu, sistem ini dapat menghindari kejutankejutan terhadap perekonomian akibat revaluasi atau devaluasi yang
tiba-tiba dan tajam.
d. Sistem sekeranjang mata uang (basket of currencies).
Banyak negara terutama negara sedang berkembang menetapkan nilai
matau uangnya berdasarkan sekeranjang mata uang. Seleksi mata uang

19

yang dimasukkan dalam ”keranjang” umunya ditentukan oleh
perananya dalam membiayai perdagangan negara tertentu. Mata uang
yang berlainan diberi bobot yang berbeda tergantung peran relatifnya
terhadap negara tersebut. Jadi sekeranjang mata uang bagi suatu negara
dapat terdiri dari beberapa mata uang yang berbeda dengan bobot yang
berbeda.
e. Sistem nilai tukar tetap (fixed echange rate).
Pada sistem ini, suatu negara mengumumkan suatu nilai tukar mata
uang tertentu atas nama uangnya. Kemudian menjaga nilai tukar ini
dengan menyetujui untuk menjual atau membeli valas dalam jumlah
tidak terbatas pada nilai tukar tersebut. Nilai tukar biasanya tetap atau
diperbolehkan berfluktuasi dalam batas yang sangat sempit.

4. Perkembangan Kebijakan Sistem Nilai Tukar di Indonesia
Dalam perjalanan sejarah perekonomian indonesia telah beberapa
kali melakukan perubahan pada sistem kebijakan nilai tukar. Sebelum
diberlakukan Undang-Undang No.23 tahun 1999 dan diperbaharui dengan
Undang-Undang No.3 tahun 2000. Tujuan kebijakan nilai tukar hanya
ditekan pada keseimbangan neraca pembayaran, sedangkan sejak
diberlakukanya undang-undang tersebut, tujuan kebijakan nilai tukar lebih
ditekankan efektifitas kebijakan moneter. Dengan tercapainya tujuan akhir
kebijakan moneter maka akan mendukung keseimbangan neraca
pembayaran dan perekonomian nasional.

20

Beberapa sistem kebijakan nilai tukar yang pernah diambil indonesia
diantara lain ialah:
a. Sistem Nilai Kurs Tetap (Agustus 1971 - November 1978).
Sistem ini terjadi pada tahun 1971 sampai 15 November 1978, Sistem
ini dalam jangka pendek dapat menunjang stabilitas nilai tukar dan
sejalan dengan strategi inward looking yang mewarnai kebijaksanaan
ekonomi pada periode tersebut. sistem nilai tukar tersebut telah
menyebabkan nilai tukar rupiah mengalami over-valued yang menjadi
salah satu sebab menurunnya daya saing produk dalam negeri. Untuk
menjaga keseimbangan nilai tukar dan mendorong ekspor nonmigas,
pada November 1978 dilakukan devaluasi rupiah terhadap dolar
Amerika Serikat sebesar 30,9 persen, dimana nilai rupiah terhadap
dollar adalah tetap yaitu Rp 415 per dollar AS (Deliarnov, 2006:186).

b. Sistem Nilai Tukar Mengambang Terkendali (November 1978 –
Juli 1997).
Laju Inflasi yang cendrung lebih besar dibandingkan negaranegara mitra dagang utama pada tahun 1970-an mengakibatkan nilai
tukar rupiah over-valued. Nilai tukar yang over-valued dapat
mengganggu ekspor karena harga barang-barang ekspor relatif lebih
mahal dibandingkan negara pesaing. Untuk mengatasi permasalahan
tersebut, pemerintah mendevaluasi nilai tukar rupiah sebesar 33,6%
dari Rp.415 per dollar AS menjadi Rp.625 per dollar AS pada

21

November 1978. Sejalan dengan kebijakan devaluasi tersebut, sistem
nilai tukar juga diubah menjadi sistem nilai tukar mengambang
terkendali. Dalam sisitem ini, nilai tukar rupiah diambangkan dengan
sekeranjangmata uang mitra dagang utama. Secara harian ditetapkan
ditetapkan kurs indikasi dan di biarkan bergerak pada kisaran kurs
tertentu. Pemerintah akan melakukan intervensi apabila nilai tukar
bergerak melebihi batas atas atau batas bawah yang di tetapkan
(Simorangkir, 2004:43).
c. Sistem Nilai Tukar Mengambang bebas (14 Agustus 1997 –
sekarang).
Krisis ekonomi yang dialami oleh Thailand pada pertengahan
tahun 1997, telah menyebar secara cepet ke negara-negara Asia
lainnya. Untuk mencegah terjadinya penularan dari krisis nilai tukar
negara tetangga tersebut, Bank Indonesia mengeluarkan berbagai
kebijakan untuk dapat menjaga kestabilan nilai tukar rupiah. Kebijakan
tersebut antara lain kebijakan pelebaran rentan intervensi (spread) dan
intervensi pasar valuta asing. Selain itu, Bank Indonesia juga
melakukan kebijakan moneter yang ketat dan intervensi di pasar valuta
asing untuk meredam melemahnya nilai tukar rupiah. Tetapi berbagai
kebiajakan tersebut ternyata tidak mampu meredam depresiasi nilai
tukar rupiah. Sehingga pada tanggal 14 Agustus 1997 pemerintah
mengambil kebijakan mengambangkan nilai tukar rupiah dengan

22

menganut sistem nilai tukar mengambang bebas (Simorangkir,
2004:45).

5. Teori Nilai Tukar
a.

Paritas Daya Beli (Purchasing-Power Parity)
Teori ini lahir dari tulisan – tulisan para ekonom inggris pada
abad ke-19, antara lain ialah David Ricardo (penemu teori
keuntungan komparatif) dan Gustav Cassel, seorang ekonom asal
Swedia

yang

aktif

diawal

abad

ke-20,

dan

aktif

dalam

mempopulerkan PPP dengan menjadikannya sebagai intisari dari
suatu teori ekonomi.
Pada intinya teori ini mencoba menjelaskan pergerakan nilai
tukar antara mata uang dua negara yang bersumber dari tingkat harga
setiap negara. (Krugman, 2005 :117)
Dalam teori ini dijelaskan bahwa nilai rata-rata jangka panjang
nilai tukar antara dua mata uang bergantung pada daya beli relatif
mereka. Jadi suatu mata uang akan memiliki nilai daya beli yang
sama bila ia dibelanjakan dinegerinya sendiri dan saat dibelanjakan di
negara lain setelah mata uang tersebut di konversi.
Jika suatu mata uang memiliki nilai daya beli yang lebih tinggi di
negerinya sendiri, disebut undervalued sehingga ada dorongan untuk
menjual mata uang asing dan membeli mata uang domestik ini
dilakukan untuk mendapatkan daya beli yang lebih tnggi di pasar

23

domestik. Hal ini mendorong menguatnya nilai mata uang domestik
atau mata uang domestik terapresiasi. Tetapi jika mata uang memiliki
nilai daya beli yang lebih rendah di negerinya sendiri, ini disebut
overvalued. Ini menimbulkan keinginan untuk menjual mata uang
domestik dan membeli mata uang asing, jika hal ini terjadi maka mata
uang domesti akan terdepresiasi (Richard, 1997: 209).

b. Teori Pendekatan Aset Terhadap Kurs
Dalam teori ini kurs adalah harga relatif dari dua aset yaitu harga
uang domestik dan luar negeri. Kurs memungkinkan seseorang
membandingkan harga uang domestik dan luar negeri dengan cara
memperhitungkan keduanya dalam satuan (mata uang) yang sama.
Nilai sekarang dari suatu aset tergantung pada apakah aset tersebut
lebih bernilai dimasa depan atau tidak.
Seseorang memiliki banyak pilihan dalam menyimpan berbagai
kekayaannya dalam berbagai bentuk, dengan tujuan untuk menimbun
kekayaan atau menabung dalam artian mengalihkan daya beli
sekarang ke masa mendatang.
Ini berarti kurs saat ini bergantung dengan kurs dimasa depan
yang diharapkan. Sebaliknya kurs dimasa depan bergantung pada apa
yang diharapkan terjadi terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi
permintaan terhadap aset lain. Nilai suatu aset di masa depan
selanjutnya di pengaruhi lagi beberapa faktor, diantaranya yaitu suku

24

bunga yang ditawarkan dan peluang perubahan selisih kurs mata uang
(depresiasi atau apr