Teori Sistem Hukum Friedman

xxvi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Kerangka Teori

1. Teori Sistem Hukum Friedman

Pemahaman yang umum mengenai sistem menurut Shrode dan Voich yang dikutip oleh Satjipto Rahardjo mengatakan, bahwa suatu sistem adalah “suatu kesatuan yang bersifat kompleks, yang terdiri dari bagian-bagian yang berhubungan satu sama lain ”. Pemahaman yang demikian itu hanya menekankan pada ciri keterhubungan dari bagian-bagiannya, tetapi mengabaikan cirinya yang lain, yaitu bahwa bagian bagian tersebut bekerja bersama secara aktif untuk mencapai tujuan pokok dari kesatuan tersebut. Apabila suatu sistem tersebut ditempatkan pada pusat pengamatan yang demikian itu maka pengertian-pengertian dasar yang terkandung didalamnya adalah sebagai berikut : a. Sistem itu berorientasi kepada tujuan. b. Keseluruhan adalah lebih dari sekedar jumlah dari bagian-bagiannya Wholism. c. Suatu sistem berinteraksi dengan yang lebih besar, yaitu lingkungannya Keterbukaan sistem. d. Bekerjanya bagian-bagian dari sistem itu menciptakan sesuatu yang berharga Transformasi. e. Masing-masing bagian harus cocok satu sama lain Keterhubungan. f. Ada kekuatan pemersatu yang mengikat sistem itu Mekanisme kontrol Satjipto Rahardjo, 2000: 48-49. xxvii Hukum merupakan suatu sistem, artinya hukum itu merupakan suatu keseluruhan yang terdiri atas beberapa bagian sub sistem dan antara bagian- bagian itu saling berhubungan dan tidak boleh bertentangan satu sama lainnya. Bagian atau sub sistem dari hukum itu terdiri dari : a. Struktur Hukum, yang merupakan lembaga-lembaga hukum seperti Kepolisian, Kejaksaan, Kehakiman, Kepengacaraan, dan lain-lain; b. Substansi Hukum, yang merupakan perundang-undangan seperti Undang- Undang Dasar 1945, Undang-UndangPeraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang, Peraturan Presiden, Peraturan Pemerintah, dan Peraturan Daerah; c. Budaya Hukum, yang merupakan gagasan. sikap, kepercayaan, pandangan-pandangan mengenai hukum, yang intinya bersumber pada nilai-nilai yang dianut oleh masyarakat yang bersangkutan Soerjono Soekanto, 1984: 3. Ketiga sub sistem tersebut di atas dalam berjalan harus secara bersama-sama dan seimbang tidak boleh ada yang terpisahkan antara sub sistem yang satu dengan sub sistem yang lainnya. Ketiga sub sistem tersebut merupakan suatu kesatuan yang saling berkait dan saling menopang sehingga pada akhirnya mengarah kepada tujuan hukum yaitu ketertiban. Bilamana ketiga komponen hukum tersebut bersinergi secara positif, maka akan mewujudkan tatanan sistem hukum yang ideal seperti yang diinginkan. Dalam hal ini, hukum tersebut efektif mewujudkan “tujuan hukum ” keadilan, kemanfaatan dan kepastian hukum. Sebaliknya. bila ketiga komponen hukum bersinergi negatif maka akan melahirkan tatanan sistem hukum yang semrawut dan tidak efektif mewujudkan tujuan hukum. Sehingga inti dari tujuan hukum dapat terpenuhi. xxviii Hukum, kaidahnorma, perundang-undangan substansi hukum yang merupakan komponen dari sistem hukum memiliki fungsi sebagai alat untuk melindungi kepentingan manusia atau sebagai perlindungan kepentingan manusia dan mempunyai kekuatan untuk memaksa dan memberikan sanksi apabila ada yang melanggarnya. Upaya yang semestinya dilakukan guna melindungi kepentingan manusia ialah hukum harus dilaksanakan secara layak. Pelaksanaan hukum itu sendiri dapat berlangsung secara damai, normal tetapi dapat terjadi pula pemaksaan karena pelanggaran hukum. Dalam hal ini hukum yang telah dilanggar tersebut haruslah ditegakkan, dan diharapkan dalam penegakan hukum inilah hukum tersebut menjadikan kenyataan.

2. Teori Hukum Mengenai Fungsionalisasi Peraturan Perundang-undangan