2
Berkaitan dengan keberfungsian dan integritas penginderaan tersebut di atas, Sanders 1962 menjelaskan bahwa jika salah satu indera tidak berfungsi akan terjadi
distorsi dalam memperoleh informasi dari luar, ada sesuatu yang hilang atau kurang lengkap dalam keseluruhan dunia penghayatanpersepsi seseorang. Dengan demikian
masalahnya bukan hanya terletak pada berkurangnya daya pendengaran melainkan perubahan dalam keseluruhan struktur penghayatan yang meliputi suatu kesadaran dan
pemahaman tentang benda, kejadian, serta orang dalam lingkungannya bahkan termasuk dirinya.
Berdasarkan uraian di atas, maka hambatan belajar yang dialami anak dengan kehilangan pendengaran, tidak terlepas dari dampak ketunarunguan, sebagai berikut:
1. Hambatan Komunikasi
Sebagai dampak langsung dari gangguan atau kehilangan pendengarannya, anak dengan kehilangan pendengaran terutama yang mengalami ketulian sejak lahir
mengalami hambatan dalam berkomunikasi secara verbal, baik secara ekspresif bicara maupun reseptif memahami bahasabicara orang lain. Keadaan tersebut
menyebabkan anak dengan kehilangan pendengaran mengalami hambatan dalam berkomunikasi dengan lingkungan orang mendengar yang lazim menggunakan
bahasa verbal sebagai alat komunikasi. Di samping itu, orang mendengar sulit memahami bahasa isyarat mereka. Keadaan seperti ini mengakibatkan interaksi
antara anak tersebut dan orang-orang mendengar menjadi terbatas, serta tidak menutup kemungkinan mereka salah menafsirkan sesuatu
. Van Uden 1977
mengemukakan bahwa dampak ketunarunguan adalah keterbatasan dalam penguasaan bahasa secara keseluruhan. Artinya tanpa pendidikan khusus, terlebih bagi anak tuli,
3
mereka tidak akan mengenal lambang bahasa atau nama suatu benda, kegiatan, peristiwa dan perasaan serta sulit memahami aturan atau sistem bahasa yang berlaku dan digunakan
oleh lingkungannya. Oleh karena itu dari berbagai dampak yang ada akan menimbulkan hambatan yang kompleks dan saling mempengaruhi satu sama lain.
Hambatan dalam penguasaan bahasa, merupakan hambatan utama yang dialami anak dengan hambatan sensori pendengaran, sedangkan penguasaan bahasa
merupakan kunci untuk menguasai ilmu-ilmu lainnya. Oleh karena itu pada awal proses pendidikannya di sekolah, harus diupayakan terjadinya proses penguasaan
bahasa terlebih dahulu sebelum penyajian materi lainnya.
2. Hambatan dalam Perkembangan Kognitif
Perkembangan kognitif dipengaruhi oleh kemampuan berbahasa. Oleh karena itu, anak dengan hambatan sensori pendengaran terutama anak tuli, sering menunjukkan
prestasi akademik yang lebih rendah dibanding anak mendengar seusianya. Hal tersebut senada dengan pendapat Rittenhouse HallahanKauffman,1998:285
bahwa:’…karena anak dengan hambatan sensori pendengaran berprestasi sangat jauh di bawah rata-rata kelas sekolahnya, terutama di kelas yang agak tinggi, ada kecenderungan
atau anggapan bahwa mereka secara kognitif kemampuannya kurang. Kesulitan akademik yang dihadapi anak tersebut bukanlah karena masalah kognitif yang kurang,
akan tetapi kesulitan dalam bahasa. Dengan demikian pendidik harus berusaha mengoptimalkan kelebihan kognitif anak tersebut.’
4
Keterlambatan atau rendahnya prestasi anak dengan hambatan sensori pendengaran
dalam mengerjakan tugas yang menuntut penalaran dengan bahasa, bukan berarti potensi kecerdasan atau inteligensi mereka rendah. Bila kesulitan dalam
penyampaian instruksi pada tes kecerdasan dapat diatasi dan perangkat tes yang digunakan bersifat non verbal yaitu tidak menuntut kemampuan berbahasa lisan, mereka
yang tidak disertai ketunaan lainnya menunjukkan penyebaran angka kecerdasan yang normal; artinya sebagian besar diantara mereka akan berada pada taraf rata-rata Dengan
demikian tidak ada perbedaan kuantitatif dalam kemampuan intelektual anak dengan hambatan sensori pendengaran dibandingkan dengan orang mendengar. Namun analisa
yang lebih mendalam terhadap hasil berbagai sub tes, menunjukkan adanya perbedaan kualitatif. Hal itu karena mereka mengalami kesulitan dalam
menyelesaikan soal yang menuntut pemahaman abstrak. Dengan demikian, walaupun anak tersebut
dalam segi kuantitas setara dengan anak yang mendengar, namun dari segi kualitas nampak inferior Myklebust,1964 dalam Bunawan
Yuwati,2000: 10. Hal ini harus menjadi perhatian para guru, terutama berkaitan dengan penentuan materi,metode, dan evaluasi pembelajaran.
3. Hambatan dalam Perkembangan Emosi dan Penyesuaian Sosial