PERILAKU NELAYAN DALAM PERUSAKAN LINGKUNGAN LAUT DI KEPULAUAN DESA SAPEKEN (Studi Pada Masyarakat Nelayan di Desa Sapeken, Kabupaten Sumenep )

(1)

PERILAKU NELAYAN DALAM PERUSAKAN LINGKUNGAN LAUT DI KEPULAUAN DESA SAPEKEN

(Studi Pada Masyarakat Nelayan di Desa Sapeken, Kabupaten Sumenep )

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana (S1) Pada Jurusan Ilmu Pemerintahan

Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik

Oleh :

Moh.Usban

Nim : (07230009)

JURUSAN ILMU PEMERINTAHAN

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG


(2)

LEMBAR PERSETUJUAN Nama : Moh. Usban

Nim : 07230009

Fakultas : Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Jurusan : Ilmu Pemerintahan

Jenjang : Sarjana Strata

Judul Skripsi : DAMPAK PERILAKU NELAYAN TERHADAP PERUSAKAN LINGKUNGAN LAUT DI KEPULAUAN DESA SAPEKEN (Studi kasus pada Masyarakat Nelayan Desa Sapeken. Kabupaten Sumenep)

Disetujui Untuk Diuji Dihadapan Sidang Dewan Penguji Skripsi

Jurusan Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik

Universitas Muhammadiyah Malang

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

(Drs. Jaynuri, MSi) (Drs. Imam Hidayat,MSi) Mengetahui

Dekan FISIP UMM Kajur Ilmu Pemerintahan


(3)

LEMBAR PENGESAHAN Telah Dipertahankan di hadapan

Sidang Penguji Skripsi Jurusan Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Muhammadiyah Malan Pada tanggal :

Hari : Sabtu Tanggal : 28 januari Jam : 10.00-11.00 wib

Tempat : Kajur Ilmu Pemerintahan

Dewan Penguji

1. Drs. Asep Nurjaman,M.Si 2. Dr. Tri Sulistyaningsih. M.Si 3. Drs. Jainuri, M.Si

4. Drs. Imam Hidayat, M. Si

Mengesahkan Dekan

Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Malang


(4)

LEMBAR PERNYATAAN Nama : Moh. Usban

Nim : 07230009

Fakultas : Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Jurusan : Ilmu Pemerintahan

Jenjang : Sarjana Strata 1 (S-1)

Menyatakan bahwa karya ilmiah atau skripsi yang berjudul DAMPAK PERILAKU NELAYAN TERHADA KERUSAKAN LINGKUNGAN LAUT DI KEPULAUAN DESA SAPEKEN (Studi kasus Pada Masyarakat Nelayan Desa Sapeken Kabupaten Sumenep) adalah bukan merupakan karya orang lain baik sebagian maupun keseluruhan kecuali dalam bentuk kutipan yang telah kami sebutkan sumbernya.

Demikian surat pernyataan ini kami buat dengan sebenar-benarnya, dan apabila pernyataan ini tidak benar kami bersedia mendapatkan sanksi sesuai ketentuan yang berlaku.

Malang, 25 Januari 2012 Yang Menyatakan,


(5)

BERITA ACARA BIMBINGAN Nama : Moh. Usban

NIM : 07230009

Fakultas : Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Jurusan : Ilmu Pemerintahan

Judul : Dampak Perilaku Nelayan Terhadap Perusakan Lingkungan Laut Di Kepulauan Desa Sapeken

Pembimbing : 1. Drs.Jainuri MSi 2.Drs. Imam Hidayat,MSi

Konsultasi Skripsi

Tanggal Selesai Bimbingan Skripsi tanggal 25 Januari 2012

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Drs.Jainuri MSi Drs. Imam Hidayat,MSi

Mengetahui Ketua Jurusan Ilmu Pemerintahan

Dr. Tri Sulistyaninggsih MSi Tanggal Bimbingan Paraf Pembimbing I Paraf PembimbingII Keterangan Bimbingan

15 juli 2011 Pengajuan Proposal

25 juli 2011 Revisi Proposal

29 juli 2011 ACC Seminar Proposal

3 agustus 2011 Pengajuan Bab II

8 september 2011 Revisi Bab II

11 september 2011 ACC Bab II

19 januari 2012 Pengajuan Bab III, IV,V

20 januari 2012 ACC Bab III,IV ,V


(6)

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT, dan sesungguhnya hanya dari karena dan kuasa semata, segala apa yang diupayakan dapat terlaksana dengan atas izinNya. Dan tak lupa Solawat serta salam tetap tercurahkan bagi junjungan umat Nabi Muhammad SAW, serta keluarga dan para pengikutnya yang menghantarkan pada ajaran selamat yang insya Allah di ridho'I oleh Allah SWT.

Dengan penuh ucap syukur, Skripsi yang berjudul "Perilaku Nelayan Dalam Perusakan Lingkungan Laut Di Kepulauan Desa Sapeken" telah terselesaikan dengan baik dan dengan penuh harapan, semoga Skripsi ini dapat memberikan manfaat pada pihak-pihak yang berkepentingan dan untuk memenuhi salah syarat bagi penulis guna mencapai gelar Sarjana Ilmu Sosial.

Dalam kesempatan ini, penulis lanyaknya mengucapkan terima kasih dan rasa hormat yang tulus untuk di sampaikan kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan dan dorongan hingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini tanpa hambatan yang berarti.

Selayaknya Ucapan terima kasih ini ditujukan kepada:

1. Bapak. Drs. Muhajir Effendi, MAP. Selaku Rektor Universitas Muhammadiyah Malang 2. Bapak.Dr.Wahyudi, Msi. Selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

3. Bapak Dr. Tri Sulistyaninggsih, Msi. Selaku Ketua Jurusan Ilmu Pemerintahan 4. Bapak. Drs. Jaynuri, Msi. Selaku Dosen Pembimbing I

5. Bapak. Drs. Imam Hidayat, Msi. Selaku Dosen Pembimbing II

6. Ayahanda dan Ibunda (Paleba dan Baiduri) juga kakak (Ainaini,Rumaiyah, dan Hasmi) dan adikku (Nurhalimah dan Nurhamimah) yang telah memberikan dorongan baik moril maupun materil kepada penulis sehingga mendapatkan kemudahan dalam menyelesaikan Skripsi ini. 7. Sahabat dan rekan-rekan semua yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah

memberikan masukan, baik langsung maupun tidak langsung sehingga Skripsi ini dapat terselesaikan


(7)

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih jauh dari sempurna.Oleh karena itu segal kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan skripsi ini, sehingga nantinya akan lebih bermanfaat khusunya bagi penulis sendiri dan para pembaca pada umumnya.

Malang,


(8)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL……… i

HALAMAN PERSETUJUAN……… ii

HALAMAN PENGESAHAN……… iii

HALAMAN ORISIONALITAS……… iv

BERITA ACARA BIMBINGAN SKRIPSI……… v

PERSEMBAHAN……… vi

KATA PENGANTAR……….. Vii DAFTAR ISI……… .x

ABSTRAKSI……… xi

ABSTRACTION………. Xiii BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang……….. 1

B. Rumusan Masalah………. 12

C. Tujuan Penelitian………. 12

D. Manfaat Penelitian……… 12

E. Definisi Konsep dan Definisi Operasional………. 13

F. Metode Penelitian……… 17

1. Jenis Penelitian……….. 18

2. Lokasi Penelitian……… 19

3. Subyek Penelitian atau Informan……….. 19

4. Teknik Pengumpulan Data……… 20

5. Sumber Data………. 23

6. Teknik Analisis Data……… 23

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku Nelayan……… 27

1. Perilaku……… 29

2. Perilaku Sosial………. 30

3. Jenis Periku……….. 30

4. Jenis Perilaku Sosial……… 31

5. Masyarakat Nelayan……….. 33

6. Terumbu Karang……….. 35

7. Bahan Kimia………. 40

B. Perusakan Lingkungan……… 42

BAB III DISKRIPSI WILAYAH A. Masyarakat Nelayan………51


(9)

1. Kondisi Geografis Desa Sapeken………. 56 2. Kondisi Sosial Desa Sapeken……….. 61 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA

A. Perilaku Nelayan……… …75

B. Dampak Perilaku Nelayan Bahan Kimia……….. …100 C. Impilkasi Hasil Penelitian………. 101 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan……….. 112

B. Saran……… 113


(10)

DAFTAR PUSTAKA

Anwar Hudijono dan Nasru Alam Azis,2001,lonceng Kematian Suku Bajo, Harian Kompas , edisi Jumat, 8 Juni 2001,Jakarta

Bagong dan Sutinah. 2008. Metode Penelitian :Berbagai Pendekatan Alternatif .Jakarta :Kencana.

Dahuri, Rokhmin et. Al. 2001. Pengelolaan Sumberdaya Wilayah Pesisir dan Lautan Secara Terpadu. PT Pradnya Paramita. Jakarta.

Hamidi,2007 Metode Penelitian dan teori komunikasi ,Pendekatan Praktis Penulisan Proposal Dan Laporan Penelitian

Marsi Singarimbun dan Sofyan Efendi, Metode Penelitian Sosial.BP3S,Jakarta, 1989 Moleong, J. Lexy, 2005. Metode Penelitian Kualitatif, Bandung PT. Remaja Rosda Karya Rachmad K. Dwi Susilo, 2008. 20 Tokoh Sosiologi Modern. Ar-Ruzz Media, Jogjakarta Soehartono, Irawan. 2008. Metode Penelitian Sosial. Pt.Remaja Roasdakarya: Bandung, Sanapiah Faisal. 1990. Format-Format Penelitian Sosial, Jakarta PT. Grafindo Persada

Sumber lain

http://chaterina-paulus.blogspot.com/2011/04/gambaran-umum-wilayah-pesisir-indonesia.html http://www.scribd.com/doc/13638027/Perilaku-Ekonomi-Rumahtangga-Nelayan-(Tradisional) (localhost/Yayasan/terumbu- karang-Indonesia-terangi/Tentang-karangof 112/10/11/2009 22.25:20 PM.m)

http:// www. Surya.co.id/web/index.php

http://saturnus-lee.blogspot.com/2010/04/upaya-pelestarian-lingkungan-hidup.html

http://www:Konsep-Perilaku-Pengertian-Bentuk-Perilaku-dan-Domain-Perilaku,html) Data resmi Kependudukan Pem –Kab Sumenep, http,//www.google.com


(11)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Indonesia dikenal sebagai bangsa maritim yang memiliki pantai terpanjang didunia, dengan garis pantai lebih 81.000 km. 67.439 desa di Indonesia, kurang lebih 9.261 desa dikatagorikan sebagai desa pesisir. Disamping sebagai negara maritim Indonesia juga merupakan negara kepuluan terbesar di dunia dengan 17.508 pulau. Hal ini menyebabkan sebagian besar masyarakat tinggal dan menempati daerah sekitar wilayah pesisir dan menggantungkan hidupnya sebagai nelayan. Sedangkan potensi lestari sumber daya perikanan laut Indonesia diperkirakan sebesar 6,40 juta ton per tahun. Dari potensi tersebut, jumlah tangkap yang diperbolehkan sebesar 5,12 juta ton per tahun atau sekitar 80% dari potensi lestari.1 Potensi-potensi tersebut perlu di kelola dengan secara terpadu agar dapat di manfaatkan secara berkelanjutan.

Wilayah pesisir dan lautan Indonesia terkenal dengan kekayaan dan keanekaragaman sumber daya alamnya, baik sumberdaya yang dapat pulih (renewable resources) seperti perikanan tangkap nada budidaya, ekosistem hutan mangrove, dan ekosistem terumbu karang) maupun sumberdaya yang tidak dapat

1

Dahuri, Rokhmin et. Al. 2001. Pengelolaan Sumberdaya Wilayah Pesisir dan Lautan Secara Terpadu. PT Pradnya Paramita. Jakarta.


(12)

pulih (non-renewable resources) seperti minyak dan gas bumi serta mineral atau bahan tambang lainnya). dan jasa lingkungan, seperti pariwisata bahari, industri maritim, jasa angkutan dan sebagainya. Indonesia dikenal sebagai negara dengan kekayaan keanaekaragaman hayati (biodiversity) laut terbesar didunia, karena memiliki ekosistem pesisir seperti hutan mangrove, terumbu karang, dan padang lamun (sea grass) yang sangat luas dan beragam. (Dahuri, Rokhmin et. Al. 2001)2. Sumber daya alam khususnya di wilayah pesisir dan lautan memiliki arti strategis yang besar karena:

1. Dengan semakin meningkatnya kegiatan pembangunan dan jumlah penduduk serta semakin menipisnya sumberdaya alam di daratan, maka sumberdaya kelautan akan menjadi tumpuan bagi kesinambungan pembangunan ekonomi nasional dimasa mendatang;

2. Pergeseran konsentrasi kegiatan ekonomi global dari poros Eropa Atlantik menjadi poros Asia Pasifik yang diikuti dengan perdagangan bebas dunia tahun 2020, tentu akan menjadikan kekayaan sumberdaya kelautan Indonesia, khususnya di KTI (Kawasan Timur Indonesia), sebagai aset nasional dengan keunggulan komparatif yang harus dimanfaatkan secara optimal;

2


(13)

3. Dalam menuju era industrialisasi, wilayah pesisir dan lautan menjadi prioritas utama sebagai pusat pengembangan kegiatan industri, pariwisata, agrobisnis, agroindustri, pemukiman, transportasi dan pelabuhan. Kondisi ini menyebabkan banyak kota-kota yang terletak di wilayah pesisir terus dikembangkan dalam menyambut tatanan ekonomi baru dan kemajuan industrialisasi. Tidak mengherankan jika sekitar 65% penduduk Indonesia bermukim di sekitar wilayah pesisir.

Potensi konflik dalam masyarakat pesisir terkait dengan pola kepemilikan dan penguasaan terhadap sumberdaya alam. Sifat dari pola kepemilikan dan penguasaan sumberdaya alam wilayah pesisir itu sendiri dapat dikelompokkan menjadi empat, yaitu: (1) tanpa pemilik (open access property); (2) milik masyarakat atau komunal (common property); (3) milik pemerintah (public state property); (4) milik pribadi (quasi private property).3

Sebagai negara kepulauan terbesar di dunia, Indonesia memiliki potensi laut yang sangat besar. Namun, selama ini potensi laut tersebut belum termanfaatkan dengan baik dalam meningkatkan kesejahteraan bangsa pada umumnya, dan pemasukan devisa negara khususnya. Bahkan, sebagian besar hasil pemanfaatan laut selama ini justru “lari” atau “tercuri” ke luar negeri oleh para

3


(14)

nelayan asing yang memiliki perlengkapan modern dan beroperasi hingga perairan Indonesia secara ilegal.

Dalam konteks inilah upaya pemanfaatan laut Indonesia secara maksimal tidak saja tepat tetapi juga merupakan suatu keharusan. Pertanyaan yang timbul kemudian adalah pemanfaatan laut yang bagaimana? Seharusnya adalah pemanfaatan laut yang dapat memberikan manfaat sebesar-besarnya pada masyarakat secara lestari. Dalam konteks inilah kerjasama dalam pengelolaan potensi sumberdaya tersebut sangat diperlukan, karena yang diinginkan bukan saja peningkatan hasil pemanfaatan laut, tetapi juga pemerataan hasil pemanfaatan yang dinikmati seluas- luasnya oleh masyarakat.

Dengan hadirnya otonomi daerah tahun 1999, Indonesia telah mengalami perubahan yang amat besar dalam sistem hukumnya. Pengelolaan pesisir dan sumberdaya alam lainnya telah berganti dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah, dan bidang legislatif dianggap memiliki peran lebih besar dalam menyusun dan mengawasi peraturan perundang-undangan. Pengelolaan sumberdaya pesisir juga mendapat perhatian lebih besar sejalan dengan dibentuknya Departemen Kelautan dan Perikanan (DKP). Sejalan dengan era otonomi, sejak tahun 2001 Pemda mempunyai kewenangan yang jelas dalam mengelola sumberdaya pesisir dan pulau- pulau kecil secara bertanggung jawab


(15)

sesuai Pasal 10 UU No. 22/99. Namun kapasitas Pemda untuk mengelola potensi sumberdaya tersebut masih relative terbatas, khususnya pembangunan kelautan non-perikanan. Disisi lain sumberdaya kelautan tersebut dimanfaatkan berbagai pihak secara tidak bertanggung jawab (intruders) seperti destructive fishing,

pencurian ikan di laut, serta reklamasi pantai yang kurang memperhatikan kelestarian lingkungan.

Pulau Madura khususnya di Kabupaten Sumenep memiliki beberapa pulau terpencil tepatnya di pulau Sapeken, Kawasan kepulauan Sapeken di ujung timur Kabupaten Sumenep menyimpan potensi yang luar biasa sumber daya alam apalagi sumber daya manusianya. Kepulauan Sapeken terdiri 11 pulau kecil dan besar. Seluruhnya secara administratif menjadi satu kecamatan yaitu Kecamatan Sapeken, dengan pulau Sapeken sebagai pusat kecamatan. Secara geografis sebenarnya kawasan ini lebih dekat dengan Bali, tetapi entah dengan pertimbangan apa, akhirnya kawasan ini menjadi salah satu kecamatan dari kepulauan Sumenep Madura. Walaupun dalam kawasan Pulau Madura tapi pulau ini di huni oleh warga keturunan suku Bajo, Mandar dan bugis dari Bone Sulawsi Selatan. Suku Bajo berasal dari “ manusia perahu “, suatu komunitas yang hidupnya lebih banyak di habiskan di atas perahu untuk mencari pelbagai potensi laut seperti ikan, teripang, udang, rumput laut dan lain sebainya. Kalaulah mereka


(16)

membangun permukiman, itu pun tidak lepas dari laut. Masyarakat suku bajo ini banyak menyebar di pelbagai wilayah Indonesia termasuk di pulau Sapeken.4

Pola kerja masyarakat nelayan desa Sapeken di dalam melaut atau mencari ikan bervariasi, ada yang mencari ikan atau melaut hanya satu hari, satu minggu dan satu bulan. Namun para nelayan umumnya turun kelaut sekitar jam enam pagi. Nelayan Sapeken di dalam menangkap ikan menggunakan tiga macam alat tangkap yang masih di anggap ekonomis oleh para nelayan. Ketiga alat tangkap itu terdiri dari pancing, jaring dan rawe. Ketiga ini di pergunakan sesuai dengan spesialis ikan yang akan di tangkap. Nelayan di dalam memasarkan ikannya tidak menggunakan perantara tengkulak, mereka kebanyakan langsung menjual sendiri ke gudang yang telah lama menjadi mitra kerja para nelayan. Modal pinjaman dari pihak swasta yang selama ini masih kurang dan jumlahnya juga sedikit. Sedangkan modal pinjaman dari pihak pemerintah daerah maupun pusat belum ada sama sekali. Kondisi sosial dan budaya masyarakat desa sapeken ini sudah berjalan dengan baik.

Sebelum tahun 1990 an keadaan lingkungan di Kepulauan Desa Sapeken, Kecamatan Sapeken sangat mendukung, masyarakat dalam mencari ikan juga mempergunakan peralatan tradisional berupa kapal ketek (sampan/kapal kecil

4

Anwar Hudijono dan Nasru Alam Azis,2001,lonceng Kematian Suku Bajo, Harian Kompas , edisi Jumat, 8 Juni 2001,Jakarta


(17)

yang terbuat dari kayu), pancing, jala dan lain-lain dimana penangkapan ikan masih dilakukan dengan peralatan tradisional dengan hasil yang juga tidak begitu besar. Seiring dengan perkembangan zaman masyarakat mulai mengenal peralatan kimia diantaranya adalah potasium (kalium) dan bahan peledak seperti, bom untuk menangkap ikan di laut hasilnya memang dapat meningkatkan hasil tangkapan tetapi dampaknya jelas lingkungan laut menjadi rusak dan bisa berakibat fatal pada pelakunya jika terjadi kesalahan dalam menggunakannya yaitu, kematian.

“Tak kan ada ikan di meja makan, tanpa ada jerih payah nelayan...” Itulah sepenggal bait nyanyian yang pernah populer lewat media tayangan Televisi Republik Indonesia. Suatu tayangan yang sedemikian sering kala itu, pada stasiun TV satu-satunya; merupakan upaya berskala luas untuk mengingatkan kepada kelompok sosial lain akan peran nelayan yang telah memberikan andil yang tidak kecil dalam pemenuhan sebagian kebutuhan pangan. Sudah sewajarnya pekerjaan sebagai nelayan juga memperoleh tempat yang terhormat dalam pergaulan sosial kemasyarakatan. Lebih lanjut, dalam bait nyanyian tersebut secara tidak langsung menyatakan bahwa di meja makan kecuali tersaji ikan, juga ada sajian pokok; yaitu nasi, keduanya sebagai pemenuhan manusia akan kebutuhan unsur nabati dan hewani.


(18)

Perubahan dari nelayan sederhana menjadi nelayan yang menggunakan bahan kimia seperti potassium (kalium) dan bahan peledak seperti ,bom tentunya membawa perubahan pada lingkungan sosial masyarakat. Perubahan lingkungan sosial masyarakat nelayan bisa berdampak positif maupun negatif bagi kehidupan sosial masyarakat nelayan di kepulauan Desa Sapeken, Kecamatan Sapeken. Dampak positif adalah meningkatkan jumlah tangkapan ikan, banyaknya tangkapan ini akan berdampak pada kehidupan sosial ekonomi para nelayan dimana kebutuhan sekunder para nelayan seperti televisi, kendaraan dan lain-lain dapat dipenuhi dengan meningkatkan pendapatan. Perubahan dari nelayan yang berdampak negatif bagi kehidupan sosial masyarakat nelayan di Kepulauan Desa Sapeken, Kecamatan Sapeken.

Kerusakan akibat penggunaan potassium dan bahan peledak seperti, bom adalah rusaknya dan hancurnya terumbu karang yang merupakan tempat dimana ikan-ikan berkembang biak. Disamping itu penggunaan potassium dan bahan peledak juga mengakibatkan ikan-ikan yang tidak menjadi sasaran tangkap seperti ikan-ikan kecil menjadi ikut mati karena keracunan sehingga dengan cepat akan mengakibatkan ikan menjadi habis. Dampak negatifnya adalah penggunaan bahan kimia Potasium dan bahan peledak adalah menimbulkan kerusakan lingkungan. Sekalipun sebagian masyarakat nelayan sudah memiliki pemahaman akan bahaya


(19)

dari potassium dan bahan peledak yaitu nelayan sudah menyadari bahwa laut tidak mungkin diambil hasilnya dengan menggunakan bahan kimia tersebut seterusnya karena ikan akan cepat habis dan lingkungan menjadi rusak sehingga hasil ikan akan cenderung semakin menurun sehingga perlu adanya kesadaran bahwa laut harus dijaga kelestariannya.

Tetapi ada juga nelayan yang tidak peduli dengan kelestarian alam mereka yang tidak peduli dengan keadaan kelestarian laut tersebut dan hanya mementingkan diri sendiri akan berusaha untuk mendapatkan ikan dengan cara apapun termasuk penggunaan bahan kimia yang berbahaya bagi kelangsungan hidup hayati ikan. Ikan-ikan yang seharusnya berkembang biak malah sebaliknya menjadi cepat habis karena tidak tahan dengan bahan-bahan beracun tersebut, begitu pula terumbu karang akan menjadi rusak akibat ulah manusia yang menggunakan bahan bahan kimia sebagai alat untuk menangkap ikan. Terumbu karang yang seharusnya tumbuh dengan baik menjadi rusak dan tidak bisa berkembang, padahal terumbu karang tersebut adalah seharusnya dijaga dan dilindungi dengan baik.

Sejak krisis moneter sekitar tahun 1997 banyak masyarakat yang mulai berfikir untuk mencari cara agar bagaimana cepat mendapat ikan demi untuk keperluan keluarga, maka timbullah niat masyarakat nelayan untuk menggunakan


(20)

bahan kimia potassium dan bahan peledak seperti bom untuk menangkap ikan, yang tentunya hal ini diperoleh para nelayan dari toko-toko yang menjual bahan kimia tersebut secara gelap, ada juga sebagian yang diperolehnya dari sesama nelayan. Antara sesama nelayan mereka akan saling membagi karena kebersamaan mereka adalah yang diperlukan dalam menjaga keharmonisan hubungan sesama nelayan.

Adanya ketidaksepahaman dapat menimbulkan konflik-konflik yang merubah tatanan sosial bila konflik berkembang akan menimbulkan perubahan lingkungan sosial pada nelayan di Kepulauan Desa Sapeken, Kecamatan Sapeken. Bagi nelayan yang menyadari pentingnya kelestarian alam laut akan mengingatkan pada nelayan yang menggunakan bahan kimia potassium dan bahan peledak karena hal tersebut juga akan mematikan usaha nelayan yang lainnya.

Perilaku masyarakat nelayan yang dianggap salah dengan menggunakan bahan kimia tersebut akan berhadapan dengan masyarakat nelayan yang tidak menggunakan bahan kimia sehingga menyimpan potensi konflik diantara keduanya. Hal inilah yang menarik untuk diteliti pada masyarakat nelayan di Kepulauan Desa Sapeken, Kecamatan Sapeken, Kabupaten Sumenep di mana dengan perilaku tersebut memberikan dampak yang negatif bagi kawasan perairan itu sendiri.


(21)

Keberadaan bahan kimia potassium dan bahan peledak sekalipun bersifat merusak erat kaitannya dengan keberadaan mata pencaharian hidup masyarakat nelayan. Sehingga pada perkembangannya, mempengaruhi pembentukan perilaku yang terdapat pada sebagian anggota masyarakat nelayan pada saat ini yaitu keinginan untuk menangkap ikan dengan cara yang lebih mudah. Pertimbangan ini menyebabkan perilaku yang lebih mementingkan kebutuhan secara ekonomis penggunaan potassium dan bahan peledak oleh sebagian masyarakat merupakan usaha yang telah menjadi komoditi tersendiri dan menjadi alternatif peningkatan pendapatan mata pencaharian anggota masyarakat. Sebagai komoditi, maka prinsip pasar berlaku yaitu apabila jumlah permintaan semakin tinggi sedangkan jumlah yang tersedia tetap, maka akan semakin tinggi pula harganya. Prinsip pasar ini terutama berlaku dalam perkembangan jumlah tangkapan ikan.

Sebagian masyarakat nelayan yang tidak menggunakan potassium dan bahan peledak untuk mengekspresikan segala persoalan lingkungan hidup yang mereka hadapi melalui proses interaksi yang terjadi dalam ruangan sosial yang ada di masyarakat sehingga perilaku masyarakat nelayan akan bersinggungan satu dengan yang lain.


(22)

B. Rumusan Masalah

Bertolak dari latar belakang di atas, maka rumusan permasalahan dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana perilaku nelayan dalam perusakan lingkungan laut di Kepulauan Desa Sapeken, Kecamatan Sapeken ?.

2. Bagaimanakah dampak dari perilaku nelayan dalam perusakan lingkungan laut di Kepulauan Desa Sapeken, Kecamatan Sapeken ? C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah

1. Untuk mengetahui perilaku nelayan dalam perusakan lingkungan laut di Kepulauan Desa Sapeken, Kecamatan Sapeken.

2. Untuk mengetahui dampak dari perilaku nelayan dalam perusakan lingkungan laut di Kepulauan Desa Sapeken, Kecamatan Sapeken.

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

a. Bagi nelayan

Sebagai referensi atau informasi bagi nelayan tentang bahaya penggunaan bahan kimia dalam menangkap ikan


(23)

b. Bagi kalangan akademik,

Sebagai bahan referensi khususnya untuk Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) khususnya Jurusan Ilmu Pemerintahan, Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) yang hendak melakukan penelitian lebih lanjut dengan topik yang sama.

2. Manfaat Praktis

a. Dapat dijadikan sebagai informasi kepada pemerintah Kabupaten Sumenep khususnya di Kepulauan Desa Sapeken untuk membuat kebijaksanaan strategi untuk melestarikan perairan di kawasan tersebut b. Dapat dipergunakan sebagai masukan serta bahan pertimbangan bagi

siapa saja yang memiliki minat terhadap lingkungan nelayan E. Definisi Konsep dan Definisi Operasional

1. Definisi Konsep

Dalam pembuatan skripsi haruslah dapat dihindari adanya kesalahpahaman dalam penelitian. Salah satu hal yang mutlak diperhatikan adalah konsep, yang mana konsep ini didasarkan dari judul.

Untuk itu beberapa konsep yang di gunakan harus di jelaskan melalui batasan-batasan/definisi secara jelas. Menurut Singarimbun dan Sofyan Efendi menyatakan ’’konsep merupakan unsur penelitian yang


(24)

terpenting dan merupakan definisi yang dipakai oleh peneliti untuk menggambarkan secara abstrak suatu fenomena sosial dan alami’’.5

Definisi konsep dari penelitian ini sebagai berikut: 1. Perilaku Nelayan

Perilaku didefinisikan sebagai segala sesuatu yang dilakukan atau dialami seseorang Dalam pengertian yang lebih sempit perilaku dapat dirumuskan hanya mencakup reaksi yang dapat diamati secara umum atau obyektif Chaplin dan Hamidi dengan judul bukunya metode penelitian dan teori komunikasi (2007:100).6 Menurut Walgito (2003:13), yang dimaksud perilaku atau aktivitas dalam pengertian yang luas yaitu perilaku yang menampak (overt behavior) dan perilaku

yang tidak menampak (inner behavior), demikian pula

aktivitas-aktivitas tersebut disamping aktivitas-aktivitas motorik juga termasuk aktivitas-aktivitas emosional dan kognitif.7 Sedangkan nelayan adalah orang yang beraktivitas dalam penangkapan ikan. Jadi perilaku nelayan adalah segala sesuatu yang dilakukan oleh nelayan dalam menangkap ikan, yang dalam hal ini adalah nelayan potassium dan bahan peledak.

5

Marsi Singarimbun dan Sofyan Efendi, Metode Penelitian Sosial.BP3S,Jakarta, 1989 hal.17

6

Hamidi. 2007. Metode Penelitian danTeori Komunikasi ,Pendeketan PraktisPenulisan Proposaldan Laporan Penelitian.Malang:UMMPress hal 100

7


(25)

2. Perusakan Lingkungan Laut

Lingkungan laut, juga sebagai sumber daya alam potensial. Kerusakan biota laut dan pantai banyak disebabkan karena ulah manusia. Pengambilan pasir pantai, karang di laut, pengerusakan hutan bakau, merupakan kegiatan-kegiatan manusia yang mengancam kelestarian laut dan pantai.8

Terjadinya abrasi yang mengancam kelestarian pantai disebabkan telah hilangnya hutan bakau di sekitar pantai yang merupakan pelindung alami terhadap gempuran ombak.

Adapun upaya untuk melestarikan laut dan pantai dapat dilakukan dengan cara:

a. Melakukan reklamasi pantai dengan menanam kembali tanaman bakau di areal sekitar pantai dan laut.

b. Melarang pengambilan batu karang yang ada di sekitar pantai maupun didasar laut, karena karang merupakan habitat ikan dan tanaman laut,

8


(26)

c. Melarang pemakaian bahan peledak dan bahan kimia lainnya dalam mencari ikan.

3. Perilaku nelayan dalam menangkap ikan.

Aktivitas manusia lainnya yang juga merusak ekosistem laut secara langsung adalah penangkapan ikan tidak ramah lingkungan dengan menggunakan bahan-bahan berbahaya seperti sianida dan bahan peledak yang dapat menyebabkan kematian hewan-hewan karang dan kerusakan secara fisik terumbu karang. Penggunaan bahan peledak dan racun dalam penangkapan ikan karang menimbulkan efek samping yang sangat besar. Selain rusaknya ekosistem laut dan terumbu karang yang ada di sekitar lokasi peledakan, juga dapat menyebabkan kematian organisme lain yang bukan merupakan target. Sementara praktek pembiusan dapat mematikan zooxanthella hewan penyusun karang sehingga karang menjadi berubah warna yang akhirnya mati serta ikan-ikan lainnya ikut mati yang tidak menjadi target. Oleh sebab itu, penggunaan bahan peledak (bom) dan bahan beracun (potas) berpotensi menimbulkan kerusakan yang luas terhadap ekosistem terumbu karang.


(27)

2. Definisi Operasional

Definisi operasional mempunyai tujuan untuk menjelaskan identifikasi konsep yang lebih akurat untuk di amati. Dimana berkaitan dengan kegiatan apa saja yang harus dilakukan dalam memperoleh data indikator yang menunjukkan konsep yang di maksud. Maka dari itu dapat dirumuskan beberapa indikator penelitian sebagai berikut:

Mengenai definisi operasional masing-masing variabel adalah: 1. Perilak Nelayan

a. Pemakaian alat untuk menangkap ikan

b. Usaha-usaha yang dilakukan dalam perusakan lingkungan laut 2. Dampak Perilaku Nelayan

a. Kerusakan fisik lingkungan b. Kerusakan sosial

c. Pola hubungan manusia d. Pola hubungan ekonomi F. Metode Penelitian

Metode penelitian adalah cara atau strategi menyeluruh untuk memperoleh data yang diperlukan agar tercapai tujuan dari penelitian tersebut. Penelitian ini berusaha mendeskripsikan secara lengkap dan akurat bagaimana perilaku negatif


(28)

nelayan dalam pengerusakan lingkungan laut di Kepulauan Desa Sapeken, Kecamatan Sapeken, Kabupaten Sumenep.

1. Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan jenis penelitian deskriptif dalam bentuk kualitatif. Hal ini dipilih karena yang menjadi subyek dari penelitian ini adalah manusia disamping itu dengan menggunakan jenis penelitian ini penulis dapat menggambarkan atau melukiskan fenomena-fenomena sedemikian rupa secara sistematis, faktual serta aktual dari data yang diperoleh di lapangan.9 Sebagai penelitian fenomenologis yang dilakukan ini adalah berusaha untuk memberikan gambaran yang jelas tentang perilaku negatif nelayan potassium dalam pengerusakan lingkungan laut di Kepulauan Desa Sapeken, Kecamatan Sapeken, dalam menangkap ikan.

Pendekatan kualitatif berasumsi bahwa manusia adalah makhluk yang aktif, yang mempunyai kebebasan kemauan, yang perilakunya hanya dapat dipahami dalam konteks budayanya, dan yang perilakunya tidak didasarkan pada hukum sebab akibat.

9

Bagong dan Sutinah.2008. Metode Penelitian:Berbagai Pendekatan Alternatif. Jakarta : Kencana,Hlm 45


(29)

2. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian merupakan tempat dimana penelitian dilakukan untuk mendapatkan informasi serta data-data yang diperlukan oleh peneliti untuk menunjang penelitian. Lokasi penelitian ini dilaksanakan secara sengaja di Kepulauan Desa Sapeken, Kecamatan Sapeken, Kabupaten Sumenep dikarenakan lokasi penelitian merupakan daerah tempat peneliti bertempat tinggal, sehingga akan lebih lanjut mudah bagi peneliti untuk mendapatkan data baik dari masyarakat nelayan maupun dari instansi yang terkait dengan penelitian nantinya. Selain itu akan lebih mempermudah peneliti untuk berinteraksi dengan masyarakat sehinnga mempermudah peneliti untuk mendapatkan data dari para responden.

3. Subyek Penelitian atau Informan

Menurut Spradley dalam Sugiono (2005:49) dalam penelitian kualitatif tidak menggunakan istilah populasi, tetapi dinamakan “social situation” atau situasi social yang terdiri atas tiga elemen yaitu: tempat (place), pelaku (actor),

dan aktivitas (activity) yang berinteraksi secara sinergis. Berdasar pada pendapat

tersebut maka dalam penelitian kualitatif tidak menggunakan populasi, karena penelitian kualitatif berangkat dari kasus tertentu yang ada pada situasi sosial tertentu dan hasil kajiannya tidak akan diberlakukan ke populasi, tetapi ditransfer


(30)

ke tempat lain pada situasi sosial yang memiliki kesamaan dengan situasi sosial pada kasus yang dipelajari. Dalam penelitian ini yang menjadi subyek penelitian adalah:

1. Tempat (place) adalah Kepulauan Desa Sapeken, Kecamatan Sapeken

2. Pelaku (actor) adalah nelayan potassium dan bahan peledak di Kepulauan Desa

Sapeken, Kecamatan Sapeken

3. Aktivitas (activity) yaitu perilaku nelayan potassium dan bahan peledak di

Kepulauan Desa Sapeken, Kecamatan Sapeken.

Informan dalam penelitian ini adalah yang dapat diambil sebagai berikut: 1. Petugas Dinas Perikanan dan Kelautan

2. Kepala Desa

3. Masyarakat nelayan yang terdiri dari, ketua perkumpulan nelayan (1) ,pemimpin dalam kapal (1), bagian pemasangan jaring ke laut (2), bagian pengambilan ikan (2), dan pengumpulan ikan (2). 4. Teknik Pengumpulan Data

Tehnik pengumpulan data adalah cara yang di pergunkan untuk memperoleh atau mengumpulkan data sebaik-baiknya dan diolah serta di analisa


(31)

sesuai dengan kerangka metode penelitian, Sehingga dalam penelitian ini tehnik pengumpulan data yang di gunakan adalah.10

a. Interview (wawancara)

Yaitu cara pengumpulan data yang mengharuskan seseorang peneliti mengadakan kontak langsung secara lisan dan tatap muka dengan sumbernya maupun dalam situasi yang sengaja digunakan untuk keperluan tersebut. Alasan menggunakan teknik ini agar data yang diperoleh bersifat faktual dan akurat karena berasal dari sumber langsung.

Sedangkan jenis wawancara yang digunakan adalah wawancara terstruktur, yaitu pedoman wawancara yang disusun secara terinci mengenai pokok permasalahan yang diteliti. Bentuk pertanyaan terstruktur bersifat lengkap, mendetail, dan faktual, yang disampaikan secara tertulis maupun secara lisan. Wawancara tidak berstruktur, yaitu teknik wawancara yang hanya memuat garis besar yang akan ditanyakan saja. Adapun tujuan dari wawancara ini adalah untuk memperoleh gambaran tentang perilaku nelayan potasium di Kepulauan Desa Sapeken, Kecamatan Sapeken, Kabupaten Sumenep.

10

Soehartono, Irawan. 2008. Metode Penelitian Sosial. Pt.Remaja Roasdakarya:Bandung, hal 69-70


(32)

b. Observasi

Observasi yaitu teknik pengumpulan data di mana peneliti melakukan

pengamatan secara langsung terhadap suatu benda, kondisi atau perilaku masyarakat desa. Data yang dapat diperoleh melalui observasi adalah :

1) Peneliti dapat melihat dan mengamati secara langsung obyek yang akan diteliti.

2) Observasi dapat dilakukan kapan saja tanpa mengenal waktu.

3) Dokumentasi, teknik dokumentasi yaitu cara pengambilan data dengan menyelidiki benda seperti buku atau catatan lain yang berkaitan dengan data yang diperlukan. Adapun tujuannya adalah;

a. Memperoleh gambaran tentang sejarah keberadaan Kepulauan Desa Sapeken, Kecamatan Sapeken, Kabupaten Sumenep

b. Memperoleh gambaran hasil-hasil yang sudah dicapai, perkembangan, prestasi dan lain-lain.


(33)

c. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan teknik pengambilan data yang tidak langsung ditujukan kepada subjek penelitian. Dokumentasi yang diteliti dapat berupa berbagai macam, tidak hanya dokumen resmi.11

5. Sumber Data 1. Data Primer

Data primer adalah salah satu sumber data yang di peroleh secara langsung peneliti dari nara sumber yang dapat dipercaya dalam memberikan informasi yang berkaitan dengan judul peneliti. Data primer dalam penelitian ini seperti orang (masyarakat nelayan) yang terlibat langsung di dalamnya. 2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang di gunakan untuk mendukung data primer. Data sekunder tersebut adalah dokumen-dokumen resmi, koran-koran maupun internet atau televise, perundang-undangan yang berhubungan dengan dan berkaitan dengan penelitian ini serta masyarakat umum yang juga menjadi bagian penting dalam penelitian.

11


(34)

6. Teknik Analisa Data

Dalam suatu penelitian setelah proses pengumpulan data selesai dilakukan maka data-data yang telah diperoleh disusun, diolah, dianalisa, dan disajikan untuk mendapatkan interprestasi. Peneliti menggunakan analisa diskriptif kualitatif. Deskriptif maksudnya adalah penyajian data penelitian kedalam bentuk kata-kata atau gambar daripada angka. Laporan hasil penelitian berisi kutipan-kutipan dari data sebagai ilustrasi dan memberikan dukungan atas apa yang disajikan. Data ini meliputi hasil wawancara, catatan lapangan dokumen pribadi, memo dan catatan-catatan resmi lainnya. Deskripsi laporan penelitian seringkali berisi kutipan yang bermaksud memberikan gambaran dalam bentuk narasi situasi tertentu atau pandangan tertentu.

Analisa data adalah suatu proses mengorganisasikan dan mengurutkan data kedalam suatu pola, kategori dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data.12

Dalam analisa data, penulis menggunakan teknik analisa data deskriptif kualitatif yaitu data yang telah dikumpulkan berupa kata-kata, gambar dan angka–

12

Moleong, J. Lexy, 2005. Metode Penelitian Kualitatif, Bandung PT. Remaja Rosda Karya hal.248


(35)

angka sebagai pendukung. Dengan menggunakan teknik atau metode ini, penulis berupaya untuk dapat menggambarkan atau melukiskan sedemikian rupa secara sistematis, faktual serta aktual dari data yang diperoleh di lapangan.

Adapun tahap-tahap yang ditempuh dalam menganalisa data, sebagai berikut:

1. Pengumpulan data, yaitu data dikumpulkan sedemikian rupa dengan menggolongkan dan membuang yang tidak perlu kemudian diolah untuk proses yang selanjutnya. Pengumpulan data ini terdiri dari:

a) Mengedit data, yaitu memeriksa data yang terkumpul apakah sudah lengkap dan benar sehingga siap untuk diproses lebih lanjut.

b) Klasifikasi data, yaitu menyeleksi data yang terkumpul sesuai dengan sumber data masing-masing.

2. Reduksi data adalah bentuk analisa yang mempertegas, memperpendek, membuat focus, membuang hal yang tidak penting, dan mengatur data sedemikian rupa sehingga kesimpulan akhir dapat dilakukan. Reduksi data berlangsung terus- menerus selam penelitian berlangsung.

3. Penyajian data, yaitu berupa sekumpulan informasi tersusun yang memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Setelah data terkumpul diklasifikasikan dengan


(36)

macam kebutuhan, kemudian dilakuka pengolahan data dengan cara mengklasifikasikan dalam bentuk uraian.

4. Menulis kesimpulan atau verifikasi, yaitu merumuskan kesimpulan secara rinci.

Dalam hal ini setelah data diolah, maka diambil beberapa alternatif yang terbaik atau dijadikan sebagai bahan penyampaian informasi dan pengambilan keputusan.13

13


(1)

sesuai dengan kerangka metode penelitian, Sehingga dalam penelitian ini tehnik

pengumpulan data yang di gunakan adalah.10

a. Interview (wawancara)

Yaitu cara pengumpulan data yang mengharuskan seseorang peneliti mengadakan kontak langsung secara lisan dan tatap muka dengan sumbernya maupun dalam situasi yang sengaja digunakan untuk keperluan tersebut. Alasan menggunakan teknik ini agar data yang diperoleh bersifat faktual dan akurat karena berasal dari sumber langsung.

Sedangkan jenis wawancara yang digunakan adalah wawancara terstruktur, yaitu pedoman wawancara yang disusun secara terinci mengenai pokok permasalahan yang diteliti. Bentuk pertanyaan terstruktur bersifat lengkap, mendetail, dan faktual, yang disampaikan secara tertulis maupun secara lisan. Wawancara tidak berstruktur, yaitu teknik wawancara yang hanya memuat garis besar yang akan ditanyakan saja. Adapun tujuan dari wawancara ini adalah untuk memperoleh gambaran tentang perilaku nelayan potasium di Kepulauan Desa Sapeken, Kecamatan Sapeken, Kabupaten Sumenep.

10

Soehartono, Irawan. 2008. Metode Penelitian Sosial. Pt.Remaja Roasdakarya:Bandung, hal 69-70


(2)

b. Observasi

Observasi yaitu teknik pengumpulan data di mana peneliti melakukan pengamatan secara langsung terhadap suatu benda, kondisi atau perilaku masyarakat desa. Data yang dapat diperoleh melalui observasi adalah :

1) Peneliti dapat melihat dan mengamati secara langsung obyek yang akan

diteliti.

2) Observasi dapat dilakukan kapan saja tanpa mengenal waktu.

3) Dokumentasi, teknik dokumentasi yaitu cara pengambilan data dengan

menyelidiki benda seperti buku atau catatan lain yang berkaitan dengan data yang diperlukan. Adapun tujuannya adalah;

a. Memperoleh gambaran tentang sejarah keberadaan Kepulauan Desa

Sapeken, Kecamatan Sapeken, Kabupaten Sumenep

b. Memperoleh gambaran hasil-hasil yang sudah dicapai, perkembangan,


(3)

c. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan teknik pengambilan data yang tidak langsung ditujukan kepada subjek penelitian. Dokumentasi yang

diteliti dapat berupa berbagai macam, tidak hanya dokumen resmi.11

5. Sumber Data

1. Data Primer

Data primer adalah salah satu sumber data yang di peroleh secara langsung peneliti dari nara sumber yang dapat dipercaya dalam memberikan informasi yang berkaitan dengan judul peneliti. Data primer dalam penelitian ini seperti orang (masyarakat nelayan) yang terlibat langsung di dalamnya.

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang di gunakan untuk mendukung data primer. Data sekunder tersebut adalah dokumen-dokumen resmi, koran-koran maupun internet atau televise, perundang-undangan yang berhubungan dengan dan berkaitan dengan penelitian ini serta masyarakat umum yang juga menjadi bagian penting dalam penelitian.

11


(4)

6. Teknik Analisa Data

Dalam suatu penelitian setelah proses pengumpulan data selesai dilakukan maka data-data yang telah diperoleh disusun, diolah, dianalisa, dan disajikan untuk mendapatkan interprestasi. Peneliti menggunakan analisa diskriptif kualitatif. Deskriptif maksudnya adalah penyajian data penelitian kedalam bentuk kata-kata atau gambar daripada angka. Laporan hasil penelitian berisi kutipan-kutipan dari data sebagai ilustrasi dan memberikan dukungan atas apa yang disajikan. Data ini meliputi hasil wawancara, catatan lapangan dokumen pribadi, memo dan catatan-catatan resmi lainnya. Deskripsi laporan penelitian seringkali berisi kutipan yang bermaksud memberikan gambaran dalam bentuk narasi situasi tertentu atau pandangan tertentu.

Analisa data adalah suatu proses mengorganisasikan dan mengurutkan data kedalam suatu pola, kategori dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan

oleh data.12

Dalam analisa data, penulis menggunakan teknik analisa data deskriptif

kualitatif yaitu data yang telah dikumpulkan berupa kata-kata, gambar dan angka–

12

Moleong, J. Lexy, 2005. Metode Penelitian Kualitatif, Bandung PT. Remaja Rosda Karya hal.248


(5)

angka sebagai pendukung. Dengan menggunakan teknik atau metode ini, penulis berupaya untuk dapat menggambarkan atau melukiskan sedemikian rupa secara sistematis, faktual serta aktual dari data yang diperoleh di lapangan.

Adapun tahap-tahap yang ditempuh dalam menganalisa data, sebagai berikut:

1. Pengumpulan data, yaitu data dikumpulkan sedemikian rupa dengan

menggolongkan dan membuang yang tidak perlu kemudian diolah untuk proses yang selanjutnya. Pengumpulan data ini terdiri dari:

a) Mengedit data, yaitu memeriksa data yang terkumpul apakah sudah

lengkap dan benar sehingga siap untuk diproses lebih lanjut.

b) Klasifikasi data, yaitu menyeleksi data yang terkumpul sesuai dengan

sumber data masing-masing.

2. Reduksi data adalah bentuk analisa yang mempertegas, memperpendek,

membuat focus, membuang hal yang tidak penting, dan mengatur data sedemikian rupa sehingga kesimpulan akhir dapat dilakukan. Reduksi data berlangsung terus- menerus selam penelitian berlangsung.

3. Penyajian data, yaitu berupa sekumpulan informasi tersusun yang

memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan


(6)

macam kebutuhan, kemudian dilakuka pengolahan data dengan cara mengklasifikasikan dalam bentuk uraian.

4. Menulis kesimpulan atau verifikasi, yaitu merumuskan kesimpulan

secara rinci.

Dalam hal ini setelah data diolah, maka diambil beberapa alternatif yang terbaik atau dijadikan sebagai bahan penyampaian

informasi dan pengambilan keputusan.13

13


Dokumen yang terkait

Analisis Masalah Kemiskinan Nelayan Tradisional Di Desa Padang Panjang Kecamatan Susoh Kabupaten Aceh Barat Daya Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam

4 53 173

Partisipasi Lembaga Suwadaya Masyarakat (LSM) Front Penyelamat Lingkungan (FPL) Dalam Proses Konservasi Lingkungan Laut Di Kecamatan Sapeken Kabupaten Sumenep

1 40 30

PARTISIPASI POLITIK MASYARAKAT PESISIR-KEPULAUAN PADA PEMILU DPRD 2009 (Studi pada Pemilih Suku Bajo Kepulauan Sapeken Kabupaten Sumenep, Madura)

3 53 33

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT NELAYAN DI DESA SAPEKEN KECAMATAN SAPEKEN KABUPATEN SUMENEP MADURA

6 38 32

MAKNA SUNDRANG BAGI MASYARAKAT SAPEKEN (Studi di Dusun Sepangkur Besar Desa Sabuntan Kecamatan Sapeken Kabupaten Sumenep)

4 10 35

PERILAKU NELAYAN DESA SAP EKEN, KECAMATANSAPEKEN, KABUPATEN SUMENEP(Studi Kasus Nelayan Potasium di Kepulauan Desa Sapeken,Kecamatan Sapeken, Kabupaten Sumenep)

0 23 2

IMPLEMENTASI BANTUAN LANGSUNG MASYARAKAT DALAM PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (PNPM) - MANDIRI DI DESA SAPEKEN, KECAMATAN SAPEKEN,KABUPATEN SUMENEP.

0 1 101

Tinjauan hukum Islam terhadap adat Ngonse dalam perkawinan di desa Tanjung Kiaok Kecamatan Sapeken Kabupaten Sumenep.

0 10 78

TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP KETERKAITAN ANTARA SUNDRANG DAN MAHAR DALAM PERKAWINAN MASYARAKAT DESA SASE’EL KECAMATAN SAPEKEN KABUPATEN SUMENEP.

0 2 90

IMPLEMENTASI BANTUAN LANGSUNG MASYARAKAT DALAM PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (PNPM) - MANDIRI DI DESA SAPEKEN, KECAMATAN SAPEKEN,KABUPATEN SUMENEP

0 0 17